Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KASUS PROGRAM INTERNSHIP

CPD

Oleh:

dr. Kurnia Ayuningtyas Kumala

Pembimbing:

dr. Eni Sp.OG

Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan

2016
LAPORAN KASUS

I. Identitas
Nama : Ny. SK
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 17 tahun
Tanggal masuk : 06 Juni 2016

II. Keluhan Utama :


Kencang kencang

III. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang kiriman dari bidan Diana dengan G1P0A0, usia kehamilan 39-40
minggu dengan Kala I lama. Saat datang ke UGD pasien mengeluh kencang kencang yang
dirasakan meningkat sejak 1 hari yang lalu. Jam 00.00 tanggal 05 Juni 2016 pasien datang ke
bidan karena mengeluh kencang-kencang,. Pusing (-) mual (-), bengkak pada kaki (-). Keluar
lendir dari jalan lahir (-), perdarahan pervagina (-).
Selama kehamilan pasien memeriksakan diri ke bidan dan tidak pernah ke dokter dan
USG. Sebelum kehamilan pasien memakai KB suntik 3bulan selama 1 tahun.

IV. Riwayat Penyakit Dahulu


Tidak ada riwayat kelaianan jantung, paru, hati, ginjal, DM, hipertensi dan kelainan
lain yang dapat berpengaruh pada kehamilan.

V. Riwayat Sosial
a. Tidak merokok dan minuman alcohol
b. Minum jamu
c. Minum obat dari bidan

VI. Haid
a. Haid terakhir tanggal 22-10-2015
b. Perkiraan persalinan tanggal 29-07-2016
c. Menarche umur 12 tahun
d. Siklus teratur
e. Lama : 7-8 hari
f. Dysmenorrhea : Tidak ada

VII. Riwayat Obstetrik


 GI P00000
 Nikah 1 kali

VIII. PEMERIKSAAN
Status Generalis
KU : baik
Vital Sign : 115/72 mmHg
Berat Badan : 65 kg
Tinggi Badan : 153 cm
Kepala A-I-C-D-
Dada :
Inspeksi : bentuk simetris, tidak tampak retraksi sela iga
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi : S1 S2 regular, rhonki -/-, wheezing-/-
Abdomen :
Inspeksi : perut membuncit sesuai usia kehamilan
Palpasi : nyeri tekan (-)
Auskultasi : bising usus normal
Extremitas : AHKM, edema pada kedua ekstermitas bawah -/-

Status Obstetri
Inspeksi : perut membuncit sesuai usia kehamilan
TFU : 32cm
TBJ : 3100 kg
HIS (tidak ada data)

PEMERIKSAAN LEOPOLD
Leopold I : teraba 1 bagian besar, bulat dan empuk
kesan: bokong
Leopold II : teraba 1 tahanan memanjang di sebelah kanan dan bagian-bagian kecil
janin di sebelah kiri
Kesan : punggung kanan
Leopold III : teraba 1 bagian besar, bulat dan keras
Kesan : letak kepala
Leopold IV : bagian terendah sudah masuk Pintu AtasPanggul
Kesan : janin tunggal intrauterine sudah masuk pintu atas panggul, punggung
kanan

Auskultasi:
DJJ : 145x/menit

Vaginal Toucher:
Vulva vagina tidak tampak kelainan, pembukaan serviks 5-6, kepala hodge I, eff 75%,
selaput ketuban (+)

Laboratorium (06 Juni 2016)


Eritrosit : 4.43 (3.8-5.3 x 106)
Hemoglobin : 12.0 (14.0-18.0 g/dL)
Hematokrit : 36,3 (40.0-54.0 %)
MCH: 30.80 (28.00-36.00 pg)
MCHC: 32.90 (31.00-37.00 g/dL)
MCV: 93.6 (87.00-100.00 fL)
MPV: 8 (5-10)
RDW: 12 (10-16)
Trombosit: 291 (150-450 /µL)
Leukosit: 21,8 (4.0-11.0/µL)
Limfosit : 9,9 (25.0-33.0)
Basofil : 0,0 (0.0-1.0)
Eosinofil : 0,0 (1.0-2.0)
Monosit: 3.6 (3.0-7.0)
Neutropil: 88,2 H (49.0-67.0)
LED 1 : 47 (0-1)
LED 2 : 67 (1-5)
Gula darah acak 70
PT 11,80 (10,30-16,30)
APTT 29,9 (24,20-38,20)
Anti HIV metode 1 non reaktif

URINALISIS
Bilirubin : negative
Keton urin : positif ++++
pH : 6,5
Bakteri : positif
Epitel : positif 4-5
Eritrosit urin positif banyak
Lekosit urin positif banyak

DIAGNOSIS
G1P0A0 usia kehamilan 39-40 minggu, dengan kala I fase aktif memanjang dan CPD

PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functitionam: dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam

TERAPI
Infuse asering 1500cc/24 jam
Miring kiri kanan
Pasang oksigen
Observasi HIS, DJJ 30 menit
Evaluasi 4 jam
NST
PEMBAHASAN

1. Latar Belakang
Kehamilan dan melahirkan merupakan keadaan yang dapat menimbulkan
resikokesehatan bagi setiap perempuan. Setiap tahun sekitar 160 juta perempuan diseluruh
duniahamil. Sebagian besar kehamilan ini berlangsung aman, namun sekitar 15%
menderitakomplikasi berat yang mengancam jiwa ibu. Secara global 80% kematian ibu
tergolong pada kematian ibu langsung dengan pola penyebab yaitu perdarahan 25%, infeksi dans
epsis 15%, hipertensi dalam kehamilan 12%, distosia 8%, abortus 13%, dan sebablangsung yang
lain 8%. Angka kematian perinatal, angka kematian bayi, kematianmaternal merupakan
parameter dari keadaan kesehatan, pelayanan kebidanan dankesehatan serta mencerminkan
keadaan sosial ekonomi dari suatu negara. Salah satutantangan dalam mencapai derajat
kesehatan adalah masih tingginya angka kematian ibu diIndonesia.

Disproporsi sefalopelvik adalah keadaan yang menggambarka ketidaksesuaian antara


kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar melalui vagina. Disproporsi
sefalopelvik disebabkan oleh panggul sempit, janin yang besar ataupun kombinasi keduanya.

2. Anatomi Panggul

2.1. B e n t u k P a n g g u l

Panggul menurut morfologinya dibagi menjadi 4 jenis pokok, yaitu:

1. Ginekoid
Pintu atas panggul yang bundar, atau dengan diameter transversa yang l e b i h
panjang sedikit daripada diameter anteroposterior dan
d e n g a n panggul tengah serta pintu bawah panggul yang cukup luas. Paling
ideal, panggul perempuan : 45%.
2. A n d r o i d :
Pintu atas panggul yang berbentuk segitiga berhubungan
d e n g a n penyempitan ke depan, dengan spina iskiadika menonjol ke dalam
danarkus pubis menyempit, panggul pria, diameter transversa dekat dengan
sacrum : 15%.
3. A n t r o p o i d
Diameter anteroposterior yang lebih panjang daripada diameter transversa,dan arkus
pubis menyempit sedikit, agak lonjong seperti telur.
4. Platipeloid
Diameter anteroposterior yang lebih pendek daripada diameter transversa pada
pintu atas panggul dan arkus pubis yang luas, menyempit arah muka belakang : 5%.

2.2 Pintu Atas Panggul

Pintu atas panggul dibentuk oleh promontorium corpus vertebra sacrum, linea
innominata, serta pinggir atas simfisis. Konjugata diagonalis adalah jarak dari pinggir bawah
simfisis ke promontorium, Secara klinis, konjugata diagonalis dapat diukur dengan memasukkan
jari telunjuk dan jari tengah yang dirapatkan menyusur naik ke seluruh permukaan anterior
sacrum, promontorium teraba sebagai penonjolan tulang. Dengan jari tetap menempel pada
promontorium, tangan di vagina diangkat sampai menyentuh arcus pubis dan ditandai dengan
jari telunjuk tangan kiri. Jarak antara ujung jari pada promontorium sampai titik yang ditandai
oleh jari telunjuk merupakan panjang konjugata diagonalis.

Konjugata vera yaitu jarak dari pinggir atas simfisis ke promontorium yang dihitung
dengan mengurangi konjugata diagonalis 1,5 cm, panjangnya lebih kurang 11 cm. Konjugata
obstetrika merupakan konjugata yang paling penting yaitu jarak antara bagian tengah dalam
simfisis dengan promontorium, Selisih antara konjugata vera dengan konjugata obstetrika sedikit
sekali.

Gambar 1. Diameter pada Pintu Atas Panggul

2.3.Panggul Tengah (Pelvic Cavity)

Ruang panggul ini memiliki ukuran yang paling luas. Pengukuran klinis panggul tengah
tidak dapat diperoleh secara langsung. Terdapat penyempitan setinggi spina isciadika, sehingga
bermakna penting pada distosia setelah kepala engagement. Jarak antara kedua spina ini yang
biasa disebut distansia interspinarum merupakan jarak panggul terkecil yaitu sebesar 10,5 cm.
Diameter anteroposterior setinggi spina isciadica berukuran 11,5 cm. Diameter sagital posterior,
jarak antara sacrum dengan garis diameter interspinarum berukuran 4,5 cm.

2.4 Pintu Bawah Panggul

Pintu bawah panggul bukanlah suatu bidang datar namun terdiri dari dua segitiga dengan
dasar yang sama yaitu garis yang menghubungkan tuber isciadikum kiri dan kanan. Pintu bawah
panggul yang dapat diperoleh melalui pengukuran klinis adalah jarak antara kedua tuberositas
iscii atau distansia tuberum (10,5 cm), jarak dari ujung sacrum ke tengah-tengah distensia
tuberum atau diameter sagitalis posterior (7,5 cm), dan jarak antara pinggir bawah simpisis ke
ujung sacrum (11,5 cm).
3. Panggul Sempit

Distosia adalah persalinan yang sulit dan ditandai oleh terlalu lambatnya kemajuan
persalinan. Distosia dapat disebabkan oleh kelainan pada servik, uterus, janin, tulang panggul ibu
atau obstruksi lain di jalan lahir. Kelainan ini oleh ACOG dibagi menjadi tiga yaitu:

1. Kelainan kekuatan (power) yaitu kontraktilitas uterus dan upaya ekspulsif ibu.

a. Kelainan his: inersia uteri / kelemahan his


b. kekuatan mengejan yang kurang misalnya pada hernia atau sesak nafas.

2. Kelainan yang melibatkan janin (passenger), misalnya letak lintang, letak dahi,
hidrosefalus.
3. Kelainan jalan lahir (passage), misalnya panggul sempit, tumor yang mempersempit jalan
lahir.

Pola Kelainan Persalinan, Diagnostik, Kriteria dan Metode Penanganannya

Pola Persalinan Kriteria Diagnostik Penanganan yang dianjurkan Penanganan Khusus


Panggul dengan ukuran normal tidak akan mengalami kesukaran kelahiran pervaginam
pada janin dengan berat badan yang normal. Ukuran panggul dapat menjadi lebih kecil karena
pengaruh gizi, lingkungan atau hal lain sehingga menimbulkan kesulitan pada persalinan
pervaginam. Panggul sempit yang penting pada obstetric bukan sempit secara anatomis namun
panggul sempit secara fungsional artinya perbandingan antara kepala dan panggul. Selain
panggul sempit dengan ukuran yang kurang dari normal, juga terdapat panggul sempit lainnya.
Panggul ini digolongkan menjadi empat, yaitu:

1. Kelainan karena gangguan pertumbuhan intrauterine: panggul Naegele, panggul


Robert, split pelvis, panggul asimilasi.
2. Kelainan karena kelainan tulang dan/ sendi: rakitis, osteomalasia, neoplasma, fraktur,
atrofi, nekrosis, penyakit pada sendi sakroiliaka dan sendi sakrokoksigea.
3. Kelainan panggul karena kelainan tulang belakang: kifosis, skoliosis, spondilolistesis.
4. Kelainan panggul karena kelainan pada kaki: koksitis, luksasio koksa, atrofi atau
kelumpuhan satu kaki. Setiap penyempitan pada diameter panggul yang mengurangi
kapasitas panggul dapat menyebabkan distosia saat persalinan. penyempitan dapat
terjadi pada pintu atas panggul, pintu tengah panggul, pintu bawah panggul, atau
panggul yang menyempit seluruhnya.

3.1 Penyempitan pintu atas panggul

Pintu atas panggul dianggap sempit apabila diameter anterioposterior terpendeknya


(konjugata vera) kurang dari 10 cm atau apabila diameter transversal terbesarnya kurang dari 12
cm. Diameter anteroposterior pintu atas panggul sering diperkirakan dengan mengukur konjugata
diagonal secara manual yang biasanya lebih panjang 1,5 cm. Dengan demikian, penyempitan
pintu atas panggul biasanya didefinisikan sebagai konjugata diagonal yang kurang dari 11,5 cm.
Mengert (1948) dan Kaltreider (1952) membuktikan bahwa kesulitan persalinan meningkat pada
diameter anteroposterior kurang dari 10 cm atau diameter transversal kurang dari 12 cm. Distosia
akan lebih berat pada kesempitan kedua diameter dibandingkan sempit hanya pada salah satu
diameter.
Diameter biparietal janin berukuran 9,5-9,8 cm, sehingga sangat sulit bagi janin bila
melewati pintu atas panggul dengan diameter anteroposterior kurang dari 10 cm. Wanita dengan
tubuh kecil kemungkinan memiliki ukuran panggul yang kecil, namun juga memiliki
kemungkinan janin kecil. Dari penelitian Thoms pada 362 nullipara diperoleh rerata berat badan
anak lebih rendah (280 gram) pada wanita dengan panggul sempit dibandingkan wanita dengan
panggul sedang atau luas.

Pada panggul sempit ada kemungkinan kepala tertahan oleh pintu atas panggul, sehingga
gaya yang ditimbulkan oleh kontraksi uterus secara langsung menekan bagian selaput ketuban
yang menutupi serviks. Akibatnya ketuban dapat pecah pada pembukaan kecil dan terdapat
resiko prolapsus funikuli. Setelah selaput ketuban pecah, tidak terdapat tekanan kepala terhadap
serviks dan segmen bawah rahim sehingga kontraksi menjadi inefektif dan pembukaan berjalan
lambat atau tidak sama sekali. Jadi, pembukaan yang berlangsung lambat dapat menjadi
prognosa buruk pada wanita dengan pintu atas panggul sempit.

Pada nulipara normal aterm, bagian terbawah janin biasanya sudah masuk dalam rongga
panggul sebelum persalinan. Adanya penyempitan pintu atas panggul menyebabkan kepala janin
megapung bebas di atas pintu panggul sehingga dapat menyebabkan presentasi janin berubah.
Pada wanita dengan panggul sempit terdapat presentasi wajah dan bahu tiga kali lebih sering dan
prolaps tali pusat empat sampai enam kali lebih sering dibandingkan wanita dengan panggul
normal atau luas.

3.2 Penyempitan panggul tengah

Dengan sacrum melengkung sempurna, dinding-dinding panggul tidak berkonvergensi,


foramen isciadikum cukup luas, dan spina isciadika tidak menonjol ke dalam, dapat diharapkan
bahwa panggul tengah tidak akan menyebabkan rintangan bagi lewatnya kepala janin.
Penyempitan pintu tengah panggul lebih sering dibandingkan pintu atas panggul.Hal ini
menyebabkan terhentunya kepala janin pada bidang transversal sehingga perlu tindakan forceps
tengah atau seksio sesarea.
Penyempitan pintu tengah panggul belum dapat didefinisikan secara pasti seperti
penyempitan pada pintu atas panggul. Kemungkinan penyempitan pintu tengah panggul apabila
diameter interspinarum ditambah diameter sagitalis posterior panggul tangah adalah 13,5 cm atau
kurang. Ukuran terpenting yang hanya dapat ditetapkan secara pasti dengan pelvimetri
roentgenologik ialah distansia interspinarum. Apabila ukuran ini kurang dari 9,5 cm, perlu
diwaspadai kemungkinan kesukaran persalinan apalagi bila diikuti dengan ukuran diameter
sagitalis posterior pendek.

3.3 Penyempitan Pintu Bawah Panggul

Pintu bawah panggul bukan suatu bidang datar melainkan dua segitiga dengan diameter
intertuberosum sebagai dasar keduanya. Penyempitan pintu bawah panggul terjadi bila diameter
distantia intertuberosum berjarak 8 cm atau kurang. Penyempitan pintu bawah panggul biasanya
disertai oleh penyempitan pintu tengah panggul.

Disproporsi kepala janin dengan pintu bawah panggul tidak terlalu besar dalam
menimbulkan distosia berat. Hal ini berperan penting dalam menimbulkan robekan perineum.
Hal ini disebabkan arkus pubis yang sempit, kurang dari 900 sehingga oksiput tidak dapat keluar
tepat di bawah simfisis pubis, melainkan menuju ramus iskiopubik sehingga perineum teregang
dan mudah terjadi robekan.

3.4 Perkiraan Kapasitas Panggul Sempit

Sebenarnya panggul hanya merupaka salah satu faktor yang menentukan apakah anak
dapat lahir spontan atau tidak, disamping banyak faktor lain yang memegang peranan dalam
prognosa persalinan.
Kesempitan pintu atas panggul berdasarkan ukuran conjugata vera (CV):

a. CV 8,5 – 10 cm dilakukan partus percobaan yang kemungkinan berak hir


dengan partus spontan ataudengan ekstraksi vakum, atau ditolong dengan secio
caesaria sekunder atas indikasi obstetric lainnya.
b. CV = 6 -8,5 cm dilakukan SC primer.
c. CV = 6 cm dilakukan SC primer mutlak.
Disamping hal-hal tersebut diatas juga tergantung pada :

1) H i s a t a u t e n a g a ya n g m e n d o r o n g a n a k .
2) B e s a r n ya j a n i n , p r e s e n t a s i d a n p o s i s i j a n i n
3) Bentuk panggul
4) Umur ibu dan anak berharga
5) Penyakit ibu

Perkiraan panggul sempit dapat diperoleh dari pemeriksaan umum dan anamnesa.
Misalnya pada tuberculosis vertebra, poliomyelitis, kifosis. Pada wanita dengan tinggi badan
yang kurang dari normal ada kemungkinan memiliki kapasitas panggul sempit, namun bukan
berarti seorang wanita dengan tinggi badan yang normal tidak dapat memiliki panggul sempit.
Dari anamnesa persalinan terdahulu juga dapat diperkirakan kapasitas panggul. Apabila pada
persalinan terdahulu berjalan lancar dengan bayi berat badan normal, kemungkinan panggul
sempit adalah kecil.

Pengukuran panggul (pelvimetri) merupakan salah satu cara untuk memperoleh


keterangan tentang keadaan panggul. Melalui pelvimetri dalama dengan tangan dapat diperoleh
ukuran kasar pintu atas dan tengah panggul serta memberi gambaran jelas pintu bawah panggul.
Adapun pelvimetri luar tidak memiliki banyak arti.

Pelvimetri radiologis dapat memberi gambaran yang jelas dan mempunyai tingkat
ketelitian yang tidak dapat dicapai secara klinis. Pemeriksaan ini dapat memberikan pengukuran
yang tepat dua diameter penting yang tidak mungkin didapatkan dengan pemeriksaan klinis yaitu
diameter transversal pintu atas dan diameter antar spina iskhiadika.
Tetapi pemeriksaan ini memiliki bahaya pajanan radiasi terutama bagi janin sehingga
jarang dilakukan.4 Pelvimetri dengan CT scan dapat mengurangi pajanan radiasi, tingkat
keakuratan lebih baik dibandingkan radiologis, lebih mudah, namun biayanya mahal. Selain itu
juga dapat dilakukan pemeriksaan dengan MRI dengan keuntungan antara lain tidak ada radiasi,
pengukuran panggul akurat, pencitraan janin yang lengkap. Pemeriksaan ini jarang dilakukan
karena biaya yang mahal.

Dari pelvimetri dengan pencitraan dapat ditentukan jenis panggul, ukuran pangul yang
sebenarnya, luas bidang panggul, kapasitas panggul, serta daya akomodasi yaitu volume dari
bayi yang terbesar yang masih dapat dilahirkan spontan.

Pada kehamilan yang aterm dengan presentasi kepala dapat dilakukan pemeriksaan
dengan metode Osborn dan metode Muller Munro Kerr. Pada metode Osborn, satu tangan
menekan kepala janin dari atas kearah rongga panggul dan tangan yang lain diletakkan pada
kepala untuk menentukan apakah kepala menonjol di atas simfisis atau tidak. Metode Muller
Munro Kerr dilakukan dengan satu tangan memegang kepala janin dan menekan kepala ke arah
rongga panggul, sedang dua jari tangan yang lain masuk ke vagina untuk menentukan seberapa
jauh kepala mengikuti tekanan tersebut dan ibu jari yang masuk ke vagina memeriksa dari luar
hubungan antara kepala dan simfisis.

3.5 Janin yang besar

Normal berat neonatus pada umumnya 4000gram dan jarang ada yang melebihi
5000gram. Berat badan neonatus lebih dari 4000gram dinamakan bayi besar. Frekuensi berat
badan lahir lebih dari 4000gram adalah 5,3%, dan berat badan lahir yang melihi 4500gram
adalah 0,4%. Biasanya untuk berat janin 4000-5000 gram pada panggul normal tidak terdapat
kesulitan dalam proses melahirkan. Factor keturunan memegang peranan penting sehingga dapat
terjadi bayi besar. Janin besar biasanya juga dapat dijumpai pada ibu yang mengalami diabetes
mellitus, postmaturitas, dan pada grande multipara. Selain itu, yang dapat menyebabkan bayi
besar adalah ibu hamil yang makan banyak, hal tersebut masih diragukan.

Untuk menentukan besarnya janin secara klinis bukanlah merupakan suatu hal yang
mudah. Kadang-kadang bayi besar baru dapat kita ketahui apabila selama proses melahirkan
tidak terdapat kemajuan sama sekali pada proses persalinan normal dan biasanya disertai oleh
keadaan his yang tidak kuat. Untuk kasus seperti ini sangat dibutuhkan pemeriksaan yang teliti
untuk mengetahui apakah terjadi sefalopelvik disproporsi. Selain itu, penggunaan alat ultrasonic
juga dapat mengukur secara teliti apabila terdapat bayi dengan tubuh besar dan kepala besar.

Pada panggul normal, biasanya tidak menimbulkan terjadinya kesulitan dalam proses
melahirkan janin yang beratnya kurang dari 4500gram. Kesulitan dalam persalinan biasanya
terjadi karena kepala janin besar atau kepala keras yang biasanya terjadi pada postmaturitas tidak
dapat memasuki pintu atas panggul, atau karena bahu yang lebar sulit melalui rongga panggul.
Bahu yang lebar selain dapat ditemukan pada janin yang memiliki berat badan lebih juga dapat
dijumpai pada anensefalus. Janin dapat meninggal selama proses persalinan dapat terjadi karena
terjadinya asfiksia dikarenakan selama proses kelahiran kepala anak sudah lahir, akan tetapi
karena lebarnya bahu mengakibatkan terjadinya macet dalam melahirkan bagian janin yang lain.
Sedangkan penarikan kepala janin yang terlalu kuat ke bawah dapat mengakibatkan terjadinya
cedera pada nervus brakhialis dan muskulus sternokleidomastoideus.

4. Penatalaksanaan

4.1. Persalinan Percobaan

Setelah dilakukan penilaian ukuran panggul serta hubungan antara kepala janin dan
panggul dapat diperkirakan bahwa persalinan dapat berlangsung per vaginan dengan selamat
dapat dilakukan persalinan percobaan. Cara ini merupakan tes terhadap kekuatan his, daya
akomodasi, termasuk moulage karena faktor tersebut tidak dapar diketahui sebelum persalinan.

Persalinan percobaan hanya dilakukan pada letak belakang kepala, tidak bisa pada letak
sungsang, letak dahi, letak muka, atau kelainan letak lainnya. Ketentuan lainnya adalah umur
keamilan tidak boleh lebih dari 42 minggu karena kepala janin bertambah besar sehingga sukar
terjadi moulage dan ada kemungkinan disfungsi plasenta janin yang akan menjadi penyulit
persalinan percobaan.
Pada janin yang besar kesulitan dalam melahirkan bahu tidak akan selalu dapat diduga
sebelumnya. Apabila dalam proses kelahiran kepala bayi sudah keluar sedangkan dalam
melahirkan bahu sulit, sebaiknya dilakukan episiotomy medioateral yang cukup luas, kemudian
hidung dan mulut janin dibersihkan, kepala ditarik curam kebawah dengan hati-hati dan tentunya
dengan kekuatan terukur. Bila hal tersebut tidak berhasil, dapat dilakukan pemutaran badan bayi
di dalam rongga panggul, sehingga menjadi bahu depan dimana sebelumnya merupakan bahu
belakang dan lahir dibawah simfisis. Bila cara tersebut masih juga belum berhasil, penolong
memasukkan tangannya kedalam vagina, dan berusaha melahirkan janin dengan menggerakkan
dimuka dadanya. Untuk melahirkan lengan kiri, penolong menggunakan tangan kanannya, dan
sebaliknya. Kemudian bahu depan diputar ke diameter miring dari panggul untuk melahirkan
bahu depan.

Persalinan percobaan ada dua macam yaitu trial of labour dan test of labour. Trial of
labour serupa dengan persalinan percobaan di atas, sedangkan test of labour sebenarnya adalah
fase akhir dari trial of labour karena baru dimulai pada pembukaan lengkap dan berakhir 2 jam
kemudian. Saat ini test of labour jarang digunakan karena biasanya pembukaan tidak lengkap
pada persalinan dengan pangul sempit dan terdapat kematian anak yang tinggi pada cara ini.

Keberhasilan persalinan percobaan adalah anak dapat lahir sontan per vaginam atau
dibantu ekstraksi dengan keadaan ibu dan anak baik. Persalinan percobaan dihentikan apabila
pembukaan tidak atau kurang sekali kemajuannnya, keadaan ibu atau anak kurang baik, ada
lingkaran bandl, setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah kepala tidak masuk PAP dalam 2
jam meskipun his baik, serta pada forceps yang gagal. Pada keadaan ini dilakukan seksio sesarea.

4.2 Seksio Sesarea

Seksio sesarea elektif dilakukan pada kesempitan panggul berat dengan kehamilan aterm,
atau disproporsi sephalopelvik yang nyata. Seksio juga dapat dilakukan pada kesempitan panggul
ringan apabila ada komplikasi seperti primigravida tua dan kelainan letak janin yang tak dapat
diperbaiki. Seksio sesarea sekunder (sesudah persalinan selama beberapa waktu) dilakukan
karena peralinan perobaan dianggap gagal atau ada indikasi untuk menyelesaikan persalinan
selekas mungkin sedangkan syarat persalinan per vaginam belum dipenuhi.

4.3. Simfisiotomi

Tindakan ini dilakukan dengan memisahkan panggul kiri dan kanan pada simfisis.
Tindakan ini sudah tidak dilakukan lagi.

4.4 Kraniotomi dan Kleidotomi

Kraniotomi adalah suatu tindakan yang memperkecil ukuran kepala janin dengancara
melubangi tengkorak janin dan mengeluarkan isi tengkorak, sehingga janin dapatdengan mudah
lahir pervaginam.

Sedangkan kleidotomi adalah tindakan yang dilakukan setelah janin pada presentasi
kepala dilahirkan, akan tetapi kesulitan untuk melahirkan bahu karena terlalu lebar. Setelah janin
meninggal, tidak ada keberatan untuk melakukan kleidotomi (memotong klavikula) pada satu
atau kedua klavikula
DAFTAR PUSTAKA

Saifuddin AB. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Edisi Keempat. Jakarta: BP-SP, 2008.

Cunningham FG, Gant FN, Leveno KJ, dkk. Obstetri Williams. Edisi 21. Jakarta: EGC, 2005.

Winkjosastro H. Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga. Jakarta: YBP-SP, 2007.

Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung. Obstetri Fisiologi.
Bandung: Elemen, 1983.

Sari Wardani MP, Indikasi Operasi Caesar Pada Pasien Dengan Disproporsi Kepala
Panggu,http://www.fkumyecase.net/wiki/index.php?page=indikasi+operasi+caesar+pada+pasien+denga
n+disproporsi+kepala+panggul&highlight=search, 22 of Sep, 2010 [03:07 UTC]

Pbl 25 Distosia Et Causa Cpd Pata, http://www.scribd.com/doc/59856124/Pbl-25-Distosia-Et-


Causa-CPD-Pata

Presus Cpd Ruu, http://www.scribd.com/doc/75701319/PRESUS-CPD-RUU

Anda mungkin juga menyukai