Anda di halaman 1dari 16

DIAGNOSIS DAN PENANGANAN PASIEN

DENGAN KEMATIAN MUDIGAH

Oleh:
Channesya M Sampetoding
15014101245
Masa KKM 19 Desember 2016 26 Febuari 2017

Supervisor Pembimbing
dr. Jefferson Rompas, Sp.OG

BAGIAN/SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI
RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU
2016
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS

DIAGNOSIS DAN PENANGANAN PASIEN DENGAN KEMATIAN


MUDIGAH

Oleh:
Channesya M Sampetoding
15014101245
Masa KKM 19 Desember 2016 26 Febuari 2017

Telah dibacakan, dikoreksi dan disetujui pada tanggal 30 Januari 2017 untuk
memenuhi syarat tugas Kepaniteraan Klinik Madya di Bagian Obstetri dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado

Koordinator Pendidikan Supervisor Pembimbing


Bagian Obstetri dan Ginekologi
FK UNSRAT Manado

dr. Suzanna Mongan, Sp.OG(K) dr. Jefferson Rompas, Sp.OG


BAB I
PENDAHULUAN

Kematian Mudigah didefinisikan sebagai kehamilan awal yang nonviable,


kehamilan intrauterine baik dengan kantung kehamilan yang kosong atau kantung
kehamilan berisi embrio atau janin tanpa aktivitas jantung janin dalam 13 minggu
1,2
pertama masa kehamilan.
Kematian mudigah merupakan keguguran di awal masa kehamilan, dengan
angka kejadian 10% dari seluruh kehamilan yang diakui secara klinis. sekitar 80%
dari semua kasus kehamilan dengan kematian mudigah terjadi dalam trimester
pertama khususnya kehamilan 12 minggu. Sekitar 50% dari kasus kematian mudigah
terjadi dikarenakan kelainan kromosom. Sisanya disebabkan kelainan ovum, kelainan
pada alat genitalia ibu, penyakit yang dialami oleh ibu, faktor gaya hidup seperti ibu
dengan riwayat merokok, alkohol dan umur ibu diatas 35 tahun dapat terjadi
peningkatan faktor resiko terjadinya kematian mudigah, dan pada beberapa penilitan
juga menyebutkan bahwa pengaruh dari ayah seperti riwayat merokok lama,
pekerjaan yang sering terpapar dengan bahan kimia, nefritis, serta infeksi lainnya
yang dapat mempengaruhi sperma, juga dapat menyebabkan kematian
mudigah.1,2,3,4,5,6,7
Kematian mudigah atau kematian nonviable sering ditandai dengan gejala
perdarahan pada jalan lahir kadang disertai keram dan nyeri perut bagian bawah, yang
gejalanya mirip dengan gangguan obstetrik lainnya seperti kehamilan ektopik, kehamilan
dengan mola hidatidosa, dan abortus. Untuk menegakkan diagnosis pasti dari kematian
mudigah, perlu dilakukan pemeriksaan penunjang menggunakan alat USG. Berdasarkan
studi yang ada, dari hasil USG, diagnosis kematian mudigah dapat ditegakan bila crown-
rump length (CRL) berukuran 5mm tanpa adanya aktivitas dari jantung embrio atau
kosongnya kantong gestasional dengan ukuran diameter rata-rata kantong gestasional
adalah 16mm.1
Pada laporan ini, akan dibahas kasus kematian mudigah pada pasien yang
dirawat di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.
BAB II

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS

Nama : Ny. S. H. M
Umur : 34 tahun
Pendidikan : Tamat SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Ranotana Lingkungan II
Agama : Kristen Protestan
Bangsa : Indonesia
MRS : 19 De sember 2016

B. ANAMNESIS

Anamnesis diberikan oleh penderita (Autoanamnesa).


Keluhan utama:
Keluar darah dari jalan lahir 1 minggu sebelum masuk rumah sakit.
Riwayat penyakit sekarang:
Pasien datang dengan keluhan perdarahan dari jalan lahir sejak 1 minggu
sebelum masuk rumah sakit. Pasien merupakan rujukan dari dokter Obsgin
dengan diagnose P1A1 dengan kematian mudigah. Perdarahan sedikit-sedikit
dari jalan lahir. HPHT bulan juni 2016, keputihan (+) nafsu makan biasa, mual
(+), muntah (-). Nyeri perut bagian bawah (+), BAB dan BAK biasa.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Penyakit darah tinggi (-) Penyakit paru (-)
Penyakit jantung (-) Penyakit kencing manis (-)
Penyakit hati (-)
Penyakit ginjal (-)
Riwayat Perkawinan:
Kawin 1 kali dengan suami sekarang selama 9 tahun.
Riwayat Kehamilan:
P I : 2005 / / biang kampung / Hidup
Riwayat Haid:
Menarche umur 13 tahun, Siklus: Teratur, Lamanya: 5-7 hari, 3-4x ganti pembalut. Nyeri
waktu haid hingga tidak dapat bekerja: (-). HPHT: Oktober 2016
Riwayat KB: (-)
Riwayat Penyakit, Operasi, dan Pemeriksaan dahulu:
Keputihan : (-)
Riwayat penyakit kelamin: (-)
Riwayat operasi : (-)

C. PEMERIKSAAN FISIK
Status Praesens
Keadaan Umum : Sakit Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital : Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x /menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu Badan : 36,10C
Tinggi Badan: 159 cm
Berat Badan : 68 kg
IMT : 26,9
Warna Kulit : Sawo matang
Kepala : Normocephal
Mata : Pupil isokor kiri = kanan, conjungtiva anemis (-/-), sklera
ikterik(-/-)

Gigi : Caries (-)


Tenggorokan: Hiperemis (-), T1/T1
Telinga : Serumen (-)
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-)
Toraks
Paru : Inspeksi : Pergerakan simetris kiri = kanan
Palpasi : Stem fremitus kiri = kanan
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan baru
Auskultasi : Sp.vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Jantung : Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak


Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : SI-II normal, bising (-)

Abdomen :
Inspeksi : Cembung
Palpasi : tinggi fundus uterus teraba setinggi 2 jari diatas simfisis pubis
Perkusi : WD (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal.
Ekstremitas : Akral hangat, Edema (-/-)
Refleks fisiologis : (+) normal
Refleks patologis : (-)

D. PEMERIKSAAN OBSTETRI
Status Lokalis (Abdomen)
Inspeksi : Cembung
Palpasi : TFU : 2 jari diatas simpisis
Perkusi : WD (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal.

Status Ginekologi
Inspeksi : Fluksus (-), fluor (-), vulva t.a.k
Inspekulo : Fluksus (-), flour (-), vagina t.a.k, portio licin, erosi (-), livide (+), OUE
tertutup
VT : Fluksus (-),vulva/vagina t.a.k , portio licin, kenyal, erosi (-), OUE tertutup
Cut : 2 jari di atas simpisis, sebesar kepalan tangan
A/P bilateral : lemas, massa (-) .
RT : TSA Cekat, Ampula Kosong
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium

19 Desember 2016
Hematologi
Leukosit : 11370 /uL MCH : 31,8 pg
Eritrosit : : 4,75 10^6/uL MCHC : 35,8 g/dL
Hemoglobin : 15,1 g/dL MCV : 88,6 fL
Hematokrit : 42,1 %
Trombosit : 253 10^3/uL

Hemostasis
@Detik
PT : Pasien 11,8 detik
Kontrol 12,9 detik
INR : Pasien 0,92 detik
Kontrol 1,03 detik
APTT : Pasien 33,4 detik
Kontrol 29,7 detik

20 Desember 2016

Hematologi
Leukosit : 10100 /uL MCH : 31,7 pg
Eritrosit : : 4,54 10^6/uL MCHC : 34,4 g/dL
Hemoglobin : 14,4 g/dL MCV : 92,3 fL
Hematokrit : 41,9 %
Trombosit : 233 10^3/Ul

2. EKG
Sinus ritme HR 75x/m
Kesan: EKG dalam batas normal
3. USG

USG:
VU: terisi cukup
Janin intruterin tunggal
CRL: 3,32 cm
FM (-)
FHM (-)
Kesan: kematian mudigah

DIAGNOSIS
G2P1A0 34thn dengan kematian mudigah

TATA LAKSANA
- Rencana kuretase
- Misoprostol 4 tablet/8 jam
- Cek DL, Crossmatch, AP/PTT
- Konseling informed consent
- Observasi TNRS dan keluhan

Resume masuk
G2P1A0 34 tahun, MRS tanggal 19 Desember 2016 dengan keluhan:
Pasien datang dengan keluhan perdarahan dari jalan lahir sejak 1 minggu sebelum masuk
rumah sakit. Pasien merupakan rujukan dari dokter Obsgin dengan diagnose P1A1 dengan
kematian mudigah. Perdarahan sedikit-sedikit dari jalan lahir. HPHT bulan juni 2016,
keputihan (+) nafsu makan biasa, mual (+), muntah (-). Nyeri perut bagian bawah (+), BAB
dan BAK biasa.
F. LAPORAN OPERASI
Tanggal Operasi : 20 Desember 2016
Jam Operasi dimulai : 00.45 WITA
Jam Operasi selesai : 01.55 WITA
Lama Operasi : 1 Jam 10 Menit
Operator : Prof. Dr. dr. Eddy Suparman, SpOG(K)
Asisten : dr. Helena
Diagnosa pre op : G2P1A0 34tahun dengan kematian mudigah
Diagnosa post op : G2P1A0 34tahun dengan kematian mudigah telah
dilakukan D and C.
Tindakan Pembedahan : D and C

Uraian Pembedahan :
1. Pasien tidur telentang di atas meja operasi dalam TIVA
2. Dilakukan aseptik vulva dan sekitarnya
3. VU dikosongkan dengan kateter follay
4. Spekulum cocor bebek dipasang. Identifikasi portio.
5. Tenakulum dijepit arah jam 11
6. Sondase uterus, antefleksi ukuran 7 cm
7. Kemudian dilakukan kuretase searah jarum jam
8. Kontrol perdarahan
9. Tenakulum dilepas, kontrol perdarahan
10. Spekulum cocor bebek dilepas
11. D and C selesai

Instruksi post op :
- Cefadroxil 3x500mg
- Metronidazole 2x500mg
- Sulfas Ferosus 2x1
- Asam mefenamat 3x1
- Asam traneksamat 3x1
BAB III

PEMBAHASAN

Hal-hal yang akan dibahas pada kasus ini terdiri dari:

A. Diagnosis

B. Penatalaksanaan

A. DIAGNOSIS

Pada kasus ini, diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,

pemeriksaan ginekologik, pemeriksaan penunjang seperti USG sebagai berikut:

Anamnesis

Anamnesis sangat penting dilakukan dalam penegakkan diagnosis karena dengan


anamnesis dapat dinilai kemungkinan adanya kehamilan atau kelainan uterus,
penambahan dan penurunan BB yang drastis, serta riwayat kelainan hemostasis pada
pasien dan keluarganya.
Berdasarkan anamnesis, HPHT pasien pada bulan oktober 2016 didapatkan keluhan
perdarahan dari jalan lahir 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Pasien membawa surat
pengantar dari dokter Obsgin dengan diagnosa G2P1A0 34tahun dengan kematian
mudigah. Menurut literatur, gejala yang diberikan oleh kematian mudigah atau kehilangan
kehamilan pada trimester awal adalah perderahan pada jalan lahir yang bisa disertai
dengan keram atau nyeri pada perut bagian bawah. 1,2,3,4
Meskipun belum diketahui secara pasti mekanisme terjadinya kematian mudigah,
tetapi menurut literature 50% terjadi karena abnormalitas dari kromosom, yang
presentasi kejadiannya lebih tinggi pada pasien dengan umur 35 tahun sebanyak 20% dan
40 tahun sebanyak 40%, sisanya disebabkan karena, faktor hormone-hormon endokrin,
faktor imunologik, dan penyakit sistemik saat masa maternal.5,7

Pemeriksaan obstetric
Pada pemeriksaan obstetrik ditemukan pada inspeksi cembung, palpasi tinggi fundus
uteri (TFU) setinggi 2 jari perut simfisis, perkusi WD (-), dan auskultasi bising usus
normal. Pemeriksaan inspekulo didapatkan fluksus (-), flour (-), vagina tak ada kelainan,
portio licin, erosi (-), livide (+) dan OUE pasien masih tertutup.
Pemeriksaan dalam atau vaginal touche yang dilakukan pada pasien didapatkan
fluksus (-), vulva dan vagina tak ada kelainan, portio licin dan lembek, erosi (-), dan OUE
pasien masih tertutup. Sesuai dengan literatur, bahwa tinggi fundus uteri setinggi 2 jari
diatas simpisis, menandakan kehamilan 10-12 minggu. Disebutkan juga portio yang
lembek khas pada ibu yang sedang hamil dan OUE yang masih tertutup menandakan
bahwa hasil konsepsi masih berada didalam uterus, sehingga butuh penatalaksaan untuk
diterminasi.1,3,6,9

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk membantu menegakkan
diagnosis keamtian mudigah dalam kasus ini adalah pemeriksaan laboratorium dan
USG.Pada pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan adalah pemeriksaan urin
terutama pemeriksaan hCG ( human chorionic gonadotropin) untuk memastikan apakah
ibu memang benar-benar hamil. Kemudian dilakukan pemeriksaan darah lengkap,
terutama hemoglobin karena ibu datang dengan keluhan perdarahan dari jalan lahir
sehingga dapat menyebabkan anemia, namun pada kasus, pemeriksaan hemoglobin MRS
pasien didapatkan 15,1 g/dL, meskipun ada perdarahan dari jalan lahir. Dan terakhir
dilakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG) abdominal dan transvaginal. Ultrasonografi
(USG) merupakan pemeriksaan yang sering dilakukan untuk mengidentifikasi pelvis
wanita.USG mudah digunakan dan efektif karena banyak tersedia dan tidak memakan
biaya.USG sangat tergantung pada kemampuan operator. USG dapat melihat pertumbuhan
embrio, fetus dan janin untuk mengkonfirmasi diagnosis kematian mudigah dan
menyingkirkan kemungkinan kehamilan lainnya atau mungkin massa adneksa lainnya.
Khas nya pada kematian mudigah, didapatkan crown-rump length (CRL) <7 dan tidak
adanya aktifitas jantung dari embrio atau mean sac diameter (MSD) lebih dari 25mm
tanpa adanya embrio.2,3,5,7,8

Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi dari kematian mudigah yang tidak ditangani adalah
syok akibat perdarahan yang dialami oleh penderita, yang dapat menyebabkan kematian
bila tidak ditangani. Komplikasi lainnya adalah infeksi yang dapat menyebabkan sepsis,
dan gangguan hemostasis yaitu Disseminated Intravascular Coagulation (DIC).1,2,5,7
B. Penatalaksanaan10
Penanganan yang dapat diberikan untuk pasien dengan kematian mudigah adalah
konservatif dan operatif. Beri penanganan secara konservatif pada awalnya untuk
menangani keadanan umum pasien. Pada kasus ini, pasien datang dengan keluhan keluar
darah dari jalan lahir, jadi penanganan yang diberikan adalah mencengah terjadinya
syok akibat perdarahan yang dialami oleh pasien. 1,2,3,4
Pemberian medikamentosa pada kematian mudigah seperti antibiotik juga perlu untuk
menghindari terjadinya infeksi dan pemberian obat golongan uterotonika yaitu oksitosin
untuk mengatur kontraksi uterus, mengontrol perdarahan dan mendilatasi portio untuk
dilakukannya kuretase.3,5,8
Terapi operatif terhadap kematian mudigah adalah kuretase.
Pada kasus ini telah dilakukan D and C (dilatasi dan kuretase) dimana D and C
berguna untuk mendiagnosis dan menangani kematian mudigah.3,4,8,7
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pada kasus ini, diagnosis kematian mudigah ditegakkan berdasarkan hasil anamnesis,

pemeriksaan ginekologi dan pemeriksaan USG.

2. Penanganan yang dilakukan adalah untuk mengobati berbagai kondisi uterus yaitu

dilakukan D&C pada pasien ini, sekaligus menegakkan diagnosis.

3. Pada kasus ini dapat dikatakan prognosis dubia ad bonam karena kematian akibat

pendarahan dapat dicegah dan telah dilakukan D&C.

B. Saran
1. Setiap penderita dengan kematian mudigah harus segera dirujuk ke fasilitas pelayanan

kesehatan terdekat untuk mencegah komplikasi dari perdarahan akut, yaitu syok hingga

kematian.

2. Petugas kesehatan perlu meningkatkan kemampuannya dalam mendiagnosis dan

menentukan perencanaan penanganan yang tepat bagi kematian mudigah, sehingga dapat

diperoleh prognosis yang baik terutama untuk mencegah komplikasi yang tidak

diinginkan bagi penderita.


DAFTAR PUSTAKA

1. Practice bulletin early pregnancy loss. The American gollage of obstetricians and
gynaecologist womens health care and physicians. 2015. Number 150.
2. Kaunitz A. recognition and management of early pregnancy loss. NEJM Journal watch. May
2015.
3. McGraw-hills access medicine. Spontaneous abortion. 2006.
4. GC Michele, O Shelley, PH Michael. Glass Office Gynecology. 6th ed. Lippincott Williams &
Wilkins: Texas; 2006.
5. Haram Kjell, Eva-Marie Jacobsen and Per Morten Sandset. Antiphospholipid Syndrome in
Pregnancy,Antiphospholipid Syndrome. Intech (Ed);2012. Available at:
http://www.intechopen.com/books/antiphospholipid-yndrome/antiphospholipid-syndrome-in-
pregnancy.
6. Salker, et al. Natural Selection Of Human Embryos: Impaired Decidualization Of
Endometrium Disables Embryo-Maternal Interactions And Causes Recurrent Pregnancy Loss.
Plos One 2010;5 1-7. Available at :
http://www.plosone.org/article/fetchObjectAttachment.action?uri=info%3Adoi%2F10.1371%
2Fjournal.pone.0010287&representation=PDF.
7. Branch Ware, Gibson Mark, Robbert Silver. Reccurent Miscarriage. The New England
Journal Of Medicine 2010;363(18) 1740-7. Available at :
http://www.nejm.org/doi/pdf/10.1056/NEJMcp1005330
8. Pharoah POD, S.V. Glinianaia, J. Rankin. Congenital anomalies in multiple births After early
loss of a conceptus. Human Reproduction, 2009;24, (3) pp. 726731. Available at :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2646789/pdf/den436.pdf
9. Erkan D, Patel S, Nuzzo M, Gerosa M, Meroni PL, Tincani A, et al. Management Of The
Controversial Aspects Of The Antiphospholipid Syndrome Pregnancies: A Guide For
Clinicians And Researchers. Rheumatology (Oxford) 2008 Jun;47 Suppl 3:iii23-iii27.
SEMINAR LAPORAN KASUS MAHASISWA
KEPANITERAAN KLINIK MADYA

Nama : Channesya Meilinsye Sampetoding


NRI : 15014101245
Judul : DIAGNOSIS DAN PENATALAKSAAN PASIEN DENGAN
KEMATIAN MUDIGAH
Tanggal Baca : 30 Januari 2017
Pembimbing : dr. Jefferson Rompas, SpOG

No Nama NRI Tanda Tangan


1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
6 6
7 7
8 8
9 9
10 10
11 11
12 12
13 13
14 14
15 15

KODIK Pembimbing Presentan

dr. Suzanna Mongan, Sp.OG(K) dr. Jefferson Rompas,SpOG Channesya S

Anda mungkin juga menyukai