Oleh:
Channesya M Sampetoding
15014101245
Masa KKM 19 Desember 2016 26 Febuari 2017
Supervisor Pembimbing
dr. Jefferson Rompas, Sp.OG
LAPORAN KASUS
Oleh:
Channesya M Sampetoding
15014101245
Masa KKM 19 Desember 2016 26 Febuari 2017
Telah dibacakan, dikoreksi dan disetujui pada tanggal 30 Januari 2017 untuk
memenuhi syarat tugas Kepaniteraan Klinik Madya di Bagian Obstetri dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS
Nama : Ny. S. H. M
Umur : 34 tahun
Pendidikan : Tamat SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Ranotana Lingkungan II
Agama : Kristen Protestan
Bangsa : Indonesia
MRS : 19 De sember 2016
B. ANAMNESIS
C. PEMERIKSAAN FISIK
Status Praesens
Keadaan Umum : Sakit Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital : Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x /menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu Badan : 36,10C
Tinggi Badan: 159 cm
Berat Badan : 68 kg
IMT : 26,9
Warna Kulit : Sawo matang
Kepala : Normocephal
Mata : Pupil isokor kiri = kanan, conjungtiva anemis (-/-), sklera
ikterik(-/-)
Abdomen :
Inspeksi : Cembung
Palpasi : tinggi fundus uterus teraba setinggi 2 jari diatas simfisis pubis
Perkusi : WD (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal.
Ekstremitas : Akral hangat, Edema (-/-)
Refleks fisiologis : (+) normal
Refleks patologis : (-)
D. PEMERIKSAAN OBSTETRI
Status Lokalis (Abdomen)
Inspeksi : Cembung
Palpasi : TFU : 2 jari diatas simpisis
Perkusi : WD (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal.
Status Ginekologi
Inspeksi : Fluksus (-), fluor (-), vulva t.a.k
Inspekulo : Fluksus (-), flour (-), vagina t.a.k, portio licin, erosi (-), livide (+), OUE
tertutup
VT : Fluksus (-),vulva/vagina t.a.k , portio licin, kenyal, erosi (-), OUE tertutup
Cut : 2 jari di atas simpisis, sebesar kepalan tangan
A/P bilateral : lemas, massa (-) .
RT : TSA Cekat, Ampula Kosong
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
19 Desember 2016
Hematologi
Leukosit : 11370 /uL MCH : 31,8 pg
Eritrosit : : 4,75 10^6/uL MCHC : 35,8 g/dL
Hemoglobin : 15,1 g/dL MCV : 88,6 fL
Hematokrit : 42,1 %
Trombosit : 253 10^3/uL
Hemostasis
@Detik
PT : Pasien 11,8 detik
Kontrol 12,9 detik
INR : Pasien 0,92 detik
Kontrol 1,03 detik
APTT : Pasien 33,4 detik
Kontrol 29,7 detik
20 Desember 2016
Hematologi
Leukosit : 10100 /uL MCH : 31,7 pg
Eritrosit : : 4,54 10^6/uL MCHC : 34,4 g/dL
Hemoglobin : 14,4 g/dL MCV : 92,3 fL
Hematokrit : 41,9 %
Trombosit : 233 10^3/Ul
2. EKG
Sinus ritme HR 75x/m
Kesan: EKG dalam batas normal
3. USG
USG:
VU: terisi cukup
Janin intruterin tunggal
CRL: 3,32 cm
FM (-)
FHM (-)
Kesan: kematian mudigah
DIAGNOSIS
G2P1A0 34thn dengan kematian mudigah
TATA LAKSANA
- Rencana kuretase
- Misoprostol 4 tablet/8 jam
- Cek DL, Crossmatch, AP/PTT
- Konseling informed consent
- Observasi TNRS dan keluhan
Resume masuk
G2P1A0 34 tahun, MRS tanggal 19 Desember 2016 dengan keluhan:
Pasien datang dengan keluhan perdarahan dari jalan lahir sejak 1 minggu sebelum masuk
rumah sakit. Pasien merupakan rujukan dari dokter Obsgin dengan diagnose P1A1 dengan
kematian mudigah. Perdarahan sedikit-sedikit dari jalan lahir. HPHT bulan juni 2016,
keputihan (+) nafsu makan biasa, mual (+), muntah (-). Nyeri perut bagian bawah (+), BAB
dan BAK biasa.
F. LAPORAN OPERASI
Tanggal Operasi : 20 Desember 2016
Jam Operasi dimulai : 00.45 WITA
Jam Operasi selesai : 01.55 WITA
Lama Operasi : 1 Jam 10 Menit
Operator : Prof. Dr. dr. Eddy Suparman, SpOG(K)
Asisten : dr. Helena
Diagnosa pre op : G2P1A0 34tahun dengan kematian mudigah
Diagnosa post op : G2P1A0 34tahun dengan kematian mudigah telah
dilakukan D and C.
Tindakan Pembedahan : D and C
Uraian Pembedahan :
1. Pasien tidur telentang di atas meja operasi dalam TIVA
2. Dilakukan aseptik vulva dan sekitarnya
3. VU dikosongkan dengan kateter follay
4. Spekulum cocor bebek dipasang. Identifikasi portio.
5. Tenakulum dijepit arah jam 11
6. Sondase uterus, antefleksi ukuran 7 cm
7. Kemudian dilakukan kuretase searah jarum jam
8. Kontrol perdarahan
9. Tenakulum dilepas, kontrol perdarahan
10. Spekulum cocor bebek dilepas
11. D and C selesai
Instruksi post op :
- Cefadroxil 3x500mg
- Metronidazole 2x500mg
- Sulfas Ferosus 2x1
- Asam mefenamat 3x1
- Asam traneksamat 3x1
BAB III
PEMBAHASAN
A. Diagnosis
B. Penatalaksanaan
A. DIAGNOSIS
Anamnesis
Pemeriksaan obstetric
Pada pemeriksaan obstetrik ditemukan pada inspeksi cembung, palpasi tinggi fundus
uteri (TFU) setinggi 2 jari perut simfisis, perkusi WD (-), dan auskultasi bising usus
normal. Pemeriksaan inspekulo didapatkan fluksus (-), flour (-), vagina tak ada kelainan,
portio licin, erosi (-), livide (+) dan OUE pasien masih tertutup.
Pemeriksaan dalam atau vaginal touche yang dilakukan pada pasien didapatkan
fluksus (-), vulva dan vagina tak ada kelainan, portio licin dan lembek, erosi (-), dan OUE
pasien masih tertutup. Sesuai dengan literatur, bahwa tinggi fundus uteri setinggi 2 jari
diatas simpisis, menandakan kehamilan 10-12 minggu. Disebutkan juga portio yang
lembek khas pada ibu yang sedang hamil dan OUE yang masih tertutup menandakan
bahwa hasil konsepsi masih berada didalam uterus, sehingga butuh penatalaksaan untuk
diterminasi.1,3,6,9
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk membantu menegakkan
diagnosis keamtian mudigah dalam kasus ini adalah pemeriksaan laboratorium dan
USG.Pada pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan adalah pemeriksaan urin
terutama pemeriksaan hCG ( human chorionic gonadotropin) untuk memastikan apakah
ibu memang benar-benar hamil. Kemudian dilakukan pemeriksaan darah lengkap,
terutama hemoglobin karena ibu datang dengan keluhan perdarahan dari jalan lahir
sehingga dapat menyebabkan anemia, namun pada kasus, pemeriksaan hemoglobin MRS
pasien didapatkan 15,1 g/dL, meskipun ada perdarahan dari jalan lahir. Dan terakhir
dilakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG) abdominal dan transvaginal. Ultrasonografi
(USG) merupakan pemeriksaan yang sering dilakukan untuk mengidentifikasi pelvis
wanita.USG mudah digunakan dan efektif karena banyak tersedia dan tidak memakan
biaya.USG sangat tergantung pada kemampuan operator. USG dapat melihat pertumbuhan
embrio, fetus dan janin untuk mengkonfirmasi diagnosis kematian mudigah dan
menyingkirkan kemungkinan kehamilan lainnya atau mungkin massa adneksa lainnya.
Khas nya pada kematian mudigah, didapatkan crown-rump length (CRL) <7 dan tidak
adanya aktifitas jantung dari embrio atau mean sac diameter (MSD) lebih dari 25mm
tanpa adanya embrio.2,3,5,7,8
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi dari kematian mudigah yang tidak ditangani adalah
syok akibat perdarahan yang dialami oleh penderita, yang dapat menyebabkan kematian
bila tidak ditangani. Komplikasi lainnya adalah infeksi yang dapat menyebabkan sepsis,
dan gangguan hemostasis yaitu Disseminated Intravascular Coagulation (DIC).1,2,5,7
B. Penatalaksanaan10
Penanganan yang dapat diberikan untuk pasien dengan kematian mudigah adalah
konservatif dan operatif. Beri penanganan secara konservatif pada awalnya untuk
menangani keadanan umum pasien. Pada kasus ini, pasien datang dengan keluhan keluar
darah dari jalan lahir, jadi penanganan yang diberikan adalah mencengah terjadinya
syok akibat perdarahan yang dialami oleh pasien. 1,2,3,4
Pemberian medikamentosa pada kematian mudigah seperti antibiotik juga perlu untuk
menghindari terjadinya infeksi dan pemberian obat golongan uterotonika yaitu oksitosin
untuk mengatur kontraksi uterus, mengontrol perdarahan dan mendilatasi portio untuk
dilakukannya kuretase.3,5,8
Terapi operatif terhadap kematian mudigah adalah kuretase.
Pada kasus ini telah dilakukan D and C (dilatasi dan kuretase) dimana D and C
berguna untuk mendiagnosis dan menangani kematian mudigah.3,4,8,7
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pada kasus ini, diagnosis kematian mudigah ditegakkan berdasarkan hasil anamnesis,
2. Penanganan yang dilakukan adalah untuk mengobati berbagai kondisi uterus yaitu
3. Pada kasus ini dapat dikatakan prognosis dubia ad bonam karena kematian akibat
B. Saran
1. Setiap penderita dengan kematian mudigah harus segera dirujuk ke fasilitas pelayanan
kesehatan terdekat untuk mencegah komplikasi dari perdarahan akut, yaitu syok hingga
kematian.
menentukan perencanaan penanganan yang tepat bagi kematian mudigah, sehingga dapat
diperoleh prognosis yang baik terutama untuk mencegah komplikasi yang tidak
1. Practice bulletin early pregnancy loss. The American gollage of obstetricians and
gynaecologist womens health care and physicians. 2015. Number 150.
2. Kaunitz A. recognition and management of early pregnancy loss. NEJM Journal watch. May
2015.
3. McGraw-hills access medicine. Spontaneous abortion. 2006.
4. GC Michele, O Shelley, PH Michael. Glass Office Gynecology. 6th ed. Lippincott Williams &
Wilkins: Texas; 2006.
5. Haram Kjell, Eva-Marie Jacobsen and Per Morten Sandset. Antiphospholipid Syndrome in
Pregnancy,Antiphospholipid Syndrome. Intech (Ed);2012. Available at:
http://www.intechopen.com/books/antiphospholipid-yndrome/antiphospholipid-syndrome-in-
pregnancy.
6. Salker, et al. Natural Selection Of Human Embryos: Impaired Decidualization Of
Endometrium Disables Embryo-Maternal Interactions And Causes Recurrent Pregnancy Loss.
Plos One 2010;5 1-7. Available at :
http://www.plosone.org/article/fetchObjectAttachment.action?uri=info%3Adoi%2F10.1371%
2Fjournal.pone.0010287&representation=PDF.
7. Branch Ware, Gibson Mark, Robbert Silver. Reccurent Miscarriage. The New England
Journal Of Medicine 2010;363(18) 1740-7. Available at :
http://www.nejm.org/doi/pdf/10.1056/NEJMcp1005330
8. Pharoah POD, S.V. Glinianaia, J. Rankin. Congenital anomalies in multiple births After early
loss of a conceptus. Human Reproduction, 2009;24, (3) pp. 726731. Available at :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2646789/pdf/den436.pdf
9. Erkan D, Patel S, Nuzzo M, Gerosa M, Meroni PL, Tincani A, et al. Management Of The
Controversial Aspects Of The Antiphospholipid Syndrome Pregnancies: A Guide For
Clinicians And Researchers. Rheumatology (Oxford) 2008 Jun;47 Suppl 3:iii23-iii27.
SEMINAR LAPORAN KASUS MAHASISWA
KEPANITERAAN KLINIK MADYA