Anda di halaman 1dari 5

Laporan Kasus Kepada Yth.

:
Dibacakan :

KISTA OVARIUM DALAM KEHAMILAN

Oleh:
Jennifer Uriah

P E ND ID IKA
EN AS SAM R N
M IT A
N ULAN I
UNIVER E

AS
S
DEPART

T
IONAL
G

FAK
ULTAS RAN
KEDOKTE

Pembimbing:
dr. Juneke J. Kaeng, SpOG(K)

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS-1


BAGIAN / SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI
RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU
MANADO
2021
1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterin mulai dari
sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan. Kehamilan dan
persalinan merupakan proses alamiah, tetapi bukannya tanpa resiko dan
merupakan beban tersendiri bagi seorang wanita. Komplikasi yang sering terjadi
adalah perdarahan pasca persalinan, janin mati, partus tak maju serta infeksi.
Kista juga penyakit yang ditakuti Ovarium mempunyai fungsi yang sangat
penting pada reproduksi dan menstruasi. Gangguan pada ovarium dapat
menyebabkan terhambatnya pertumbuhan, perkembangan dan kematangan sel
telur. Gangguan yang paling sering terjadi adalah kista ovarium, sindrom ovarium
polikistik, dan kanker ovarium.1,2 Kista adalah pertumbuhan berupa kantung
(pocket, pouch) yang tumbuh dibagian tubuh tertentu. Kista ovarium adalah suatu
kantung yang berisi cairan atau materi semisolid yang tumbuh dalam ovarium.
Kista ovarium yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional
dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang-kadang
disebut kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin,
termasuk FSH dan HCG. Kista fungsional multipel dapat terbentuk karena
stimulasi gonadotropin atau sensitivitas terhadap gonadotropin yang berlebih.
Pasien dalam terapi infertilitas, induksi ovulasi dengan menggunakan
gonadotropin (FSH dan LH), dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari,
terutama bila disertai dengan pemberian HCG. Kista neoplasia dapat tumbuh dari
proliferasi sel yang berlebih dan tidak terkontrol dalam ovarium serta dapat
bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang ganas dapat berasal dari semua jenis sel
dan jaringan ovarium. Sejauh ini, keganasan paling sering berasal dari epitel
permukaan (mesotelium) dan sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak
yang serupa dengan keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan mucinous.3,4
Kista ovarium biasanya terdiagnosis pada kehamilan karena pemeriksaan USG
rutin. Tumor yang besar dapat menghambat pertumbuhan janin sehingga
menyebabkan abortus, partus prematurus. Tumor yang bertangkai, karena
pembesaran atau pengecilan uterus, terjadi torsi dan menyebabkan rasa nyeri,
2
nekrosis, dan infeksi yang disebut abdomen akut. Penyulit paling sering dan
paling serius dari kista ovarium jinak selama masa kehamilan ialah torsi. 3,4 Torsi
adneksa atau torsi kista lainnya biasanya muncul dengan nyeri pelvis akut. Antara
2,5% hingga 7,4% pasien yang menjalani operasi emergensi karena nyeri pelvis
akut ditemukan torsi ovarium.5,6 Namun, torsi ovarium selama kehamilan adalah
kejadian yang sangat jarang terjadi, dengan insiden yang dilaporkan sebesar 1-10
per 10.000 kehamilan spontan.5 Namun, morbiditas pasien dan mortalitas janin
yang tinggi jika tidak segera ditangani. Torsi lebih sering terjadi pada tuba kanan
dibanding tuba kiri dengan angka kejadian 3:2.7 Kejadian torsi ovarium biasanya
meningkat lima kali lipat pada kehamilan dan biasanya terjadi antara minggu
keenam sampai minggu empat belas kehamilan. Penyebab paling umum adalah
karena pertumbuhan kista korpus luteal, yang biasanya mengalami regresi secara
spontan pada trimester kedua. Penyebab torsi ovarium diperkirakan lebih sering
terjadi di kanan daripada di kiri karena diyakini bahwa kolon sigmoid membatasi
mobilitas ovarium kiri.8 Torsi paling sering terjadi pada trimester pertama, dan
dapat menyebabkan ruptur kista ke dalam rongga peritoneum. Ruptur kista juga

dapat terjadi saat persalinan atau pelahiran secara bedah.3,9


USG merupakan modalitas utama yang digunakan untuk mendeteksi massa
ovarium dan untuk menilai risiko keganasan. Tumot marker digunakan untuk
memantau status penyakit paska pengobatan daripada menegakkan diagnosis
karena dapat meningkat karena kehamilan itu sendiri. Diagnosis torsi ovarium
bisa sulit ditegakkan karena presentasi klinis bervariasi dan membutuhkan teknik
pencitraan seperti USG dan MRI. Keterlambatan atau kesalahan diagnosis dapat
menyebabkan hilangnya ovarium yang terkena dan penurunan kemampuan
reproduksi berikutnya.10
Intervensi bedah dilakukan pada tumor yang besar atau yang menimbulkan

gejala atau yang mengarah ke suatu keganasan pada tes pencitraan. 2 Laparotomi
dengan insisi mediana dengan manipulasi uterus minimal merupakan metode
pilihan. Laparoskopi aman untuk dilakukan pada usia kehamilan 16-20 minggu,
berdasarkan waktu optimal visualisasi massa dengan uterus yang membesar pada
kehamilan dan rendahnya kejadian persalinan prematur pada usia kehamilan
tersebut. Pemantauan ibu dan janin, pencegahan infeksi, trombosis, dan

3
mengetahui efek samping obat anestesi merupakan hal-hal yang harus
diperhatikan dalam persiapan perioperatif pasien. Tokolitik dapat bermanfaat pada
operasi kista ovarium, Mathevet, dkk. (2003) melaporkan 48 kasus laparoskopi
pada trimester pertama (n=17), trimester kedua (n=27), dan trimester ketiga (n=4),
atas indikasi torsi ovarium, kista ruptur, atau pengangkatan massa persisten.
Hasilnya menunjukkan risiko minimal pada ibu dan bayi dengan memperhatikan
teknik operasi dan pengalaman ahli bedah dan tim pendukungnya.11

4
5

Anda mungkin juga menyukai