Anda di halaman 1dari 7

SMF/BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN Agustus 2018


UNIVERSITAS NUSA CENDANA
RSUD PROF. DR. W. Z. JOHANNES

KISTA ENDOMETRIOSIS

Disusun Oleh :
Rani Nisaul Karomah, S.Ked

Pembimbing :
dr. I Ketut Agus Sunatha, Sp.OG (K)FER

DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK


SMF/BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
RSUD PROF. DR. W. Z. JOHANNES
KUPANG
2018
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan kasus ini diajukan oleh:


Nama : Rani Nisaul Karomah
NIM : 1408010001
Bagian : Obstetri dan Ginekologi RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes
Kupang- Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana
Laporan kasus ini disusun dan dilaporkan dalam rangka memenuhi salah satu
persyaratan yang diperlukan untuk mengikuti ujian komprehensif di bagian
Obstetri dan Ginekologi RSUD Prof. DR. W. Z. Johannes Kupang-Fakultas
Kedokteran Universitas Nusa Cendana.

Pembimbing Klinik

dr. I Ketut Agus Sunatha, Sp.OG(K)FER ……………………...

Ditetapkan di : Kupang
Waktu : Agustus 2018
BAB I

PENDAHULUAN

Endometriosis merupakan kelainan ginekologik jinak yang sering diderita

oleh perempuan usia reproduksi yang merupakan suatu keadaan di mana jaringan

endometrium yang masih berfungsi terdapat di luar kavum uteri. Jaringan endometrium

yang terus tumbuh ini dapat menyebabkan iritasi, rasa sakit bahkan infertilitas.

Insidensi dari endometriosis belum diketahui secara pasti, namun

prevalensinya pada kelompok tertentu cukup tinggi. Endometriosis mempengaruhi

sekitar 176.000.000 wanita di dunia atau 1 sampai 10 wanita pada masa

reproduktif dari usia 15-49 tahun. Prevalensi wanita yang dilakukan laparaskopi

diagnostik, ditemukan endometriosis sebanyak 0-53%; pada kelompok wanita

dengan infertilitas yang belum diketahui penyebabnya ditemukan endometriosis

sebanyak 70-80%, sedangkan pada wanita dengan infertilitas sekunder ditemukan

endometriosis sebanyak 25%.

Angka kejadian endometriosis yang terjadi pada infertilitas menurut Ali

Badziad, 1992 adalah sebesar antara 20-60 %. Pada infertilitas primer angka

kejadian endometriosis yang terjadi sebesar 25%, sedangkan pada infertilitas

sekunder angka kejadiannya sebesar 15%. Sedangkan angka kejadian

endometriosis yang dilaporkan oleh Speroff adalah 3-10% terjadi pada wanita usia

produktif dan antara 25-35 terjadi pada wanita infertil. Kejadian endometriosis di

Indonesia ditemukan kurang lebih pada 30% pada wanita infertil. Menurut

William dan Pratt kejadian Endometriosis pada seluruh laparatomi dari berbagai

indikasi ditemukan sebesar 11,87%.


Etiologi pasti dari endometriosis masih belum diketahui. secara pasti.

Terdapat beberapa teori penyebab endometriosis yang dinyatakan oleh para ahli

sebagai berikut: 3 metaplasia, menstruasi mundur, predisposisi genetik, pengaruh

lingkungan, serta teori emboli limfatik dan vaskular.

Endometriosis menyebabkan nyeri panggul kronis berkisar 70%. Risiko

untuk menjadi tumor ovarium adalah 15 - 20%, angka kejadian infertilitas

berkisar 30 - 40%, dan risiko berubah menjadi ganas 0,7-1%. Endometriosis

sekalipun sudah mendapat pengobatan yang optimum yang memiliki kekambuhan

sesudah pengobatan berkisar 30%.

Gejala yang paling sering ditemukan pada endometriosis adalah adanya

menoragia pada 50% kasus, hampir 30% kasus didiagnosa akibat keluhan nyeri

kronis hebat ketika haid dan sekitar 20% yang muncul dengan infertil (mandul).

Tetapi ada juga yang melaporkan pernah terjadi pada masa menopause dan terjadi

pada 40% pasien histerektomi. Selain itu, ditemukan pada mereka yang

mempunyai riwayat endometriosis dalam keluarganya. Namun, wanita dengan

endometriosis bisa tanpa disertai gejala (asimptomatis), prevalensinya sekitar 2-

22%. Stadium awal endometriosis sering tidak memberi gejala bahkan kadang

stadium lanjutpun tidak memberi gejala pula (Oepomo, 2012).

Temuan klinis endometriosis yang beragam ataupun asimtomatis

menyebabkan endometriosis sulit ditegakkan diagnosisnya hanya berdasarkan

gejala klinis saja karena gejala klinis yang dimiliki oleh endometriosis juga

dimiliki oleh penyakit lain. Laparoskopi merupakan gold standard untuk

menegakkan diagnosis endometriosis, namun laparoskopi termasuk tindakan yang


mahal untuk kebanyakan orang Indonesia. Umumnya ditemukan secara tidak

sengaja pada laparatomi. Penanganan endometriosis baik secara medikamentosa

maupun operatif tidak memberikan hasil yang memuaskan disebabkan

patogenesis penyakit tersebut belum terungkap secara t u n t a s .


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Kista Endometriosis

2.2 Epidemiologi Kista Endometriosis

2.3 Etiologi Kista Endometriosis

2.4 Faktor Risiko Endometriosis

2.5 Patogenesis Kista Endometriosis

2.6 Diagnosa Kista Endometriosis

2.7 Penatalaksanaan Kista Endometriosis

Anda mungkin juga menyukai