Anda di halaman 1dari 29

REFERAT

MALARIA CEREBRAL

Sofiana Prasianty Goo


Pembimbing : dr. Woro Indri Padmosiwi, Sp.A

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


RSUD PROF. DR. W. Z. JOHANNES
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG 2019 1
Pendahuluan

• Malaria cerebral  komplikasi neurologis paling parah dari infeksi malaria dari
jenis Plasmodium falciparum.

• Malaria serebral adalah suatu akut ensefalopati yang memenuhi 3 kriteria


 Koma yang tidak dapat dibangunkan atau koma yang menetap > 30 menit
setelah kejang (GCS < 11, Blantyre coma scale < 3)
 Adanya P. falciparum yang ditunjukkan dengan hapusan darah
 Penyebab lain dari akut ensefalopati telah disingkirkan.

Sumber : WHO. Guidelines for the treatment of malaria. WHO library cataloguing in publication data. 2010. 2nd edition

2
Epidemiologi

• Afrika sub-Sahara anak-anak di bawah usia 5 tahun yang paling berpengaruh.


• 575.000 anak-anak di Afrika menderita malaria serebral setiap tahun
• RSUP Manado selama 2 tahun dari 133 penderita malaria usia 2 bulan sampai
13tahun, ditemukan kejang sebanyak 13,53% dan malaria cerebral sebanyak
8,27%.

Sumber : Buku Ajar Infeksi & Pediatric Tropis, edisi Kedua, IDAI,2015 3
4
Etiologi

Malaria disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium. Plasmodium terdiri dari 4 spesies, yaitu
plasmodium falciparum, plasmodium vivax, plasmodium malaria, dan plasmodium ovale.

Penyebab malaria serebral terutama P. falciparum, sedangkan P. vivax dan P.


knowlesi juga bisa, meskipun jarang.

Sumber :
1. Scheld MW, Whitley RJ, Marra CM. Infections of The Central Nervous System. Fourth edition. Chapter 42 Cerebral Malaria. Wolter Kluwer.
2014. 729-742.
5
Siklus Hidup

Sumber :
1. Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Malaria. Biology. 2012. Full text at http://www.cdc.gov/Globalhealth.
6
Transmisi

• Gigitan langsung

Alamiah
• Malaria bawaan (kongenital).
Non • Penularan secara mekanik.
• Penularan secara oral.
alamiah
7
Sumber : Buku Ajar Infeksi & Pediatric Tropis, edisi Kedua, IDAI,2015
Patogenesis

• Eritrosit yang terinfeksi P. falciparum akan mengalami proses sekuestrasi

• Permukaan eritrosit yang terinfeksi akan membentuk knob yang berisi


berbagai antigen P. falciparum.

• Terekspresinya reseptor

• knob tersebut berikatan dengan reseptor sel endotel kapiler terjadilah proses
cytoadherence.

• obstruksi pembuluh kapiler yang menyebabkan iskemia jaringan. Terjadinya


sumbatan inididukung terbentuknya “rosette”,
8
Patogenesis

Sumber : Kakkilaya BS. Central Nervus System Involvement in P. Falciparum Malaria. Last update. June 9, 2009.
http://www.malariasite.com/malaria/complic ation 3.htm. 9
Patofisiologi

Sumber : Kakkilaya BS. Central Nervus System Involvement in P. Falciparum Malaria. Last update. June 9, 2009.
http://www.malariasite.com/malaria/complic ation 3.htm. 10
• Demam interval tertentu (paroksisme), diselingi oleh suatu
periode (periode laten) bebas demam.
• Periode parokisme :stadium dingin (cold stage), stadium
demam (hot stage), dan stadium berkeringat.
• Sebelum demam pasien biasanya merasa lemah, nyeri kepala,
tidak ada nafsu makan, mual atau muntah

11
Manifestasi Klinis

• Sakit kepala Bisa terjadi spastik, meningismus,


• Fotofobia tanda upper motor neuron (UMN)
• Agitasi simetris, tanda batang otak atau
• Kejang, tanda neurologi fokal, gejala
• Gangguan kesadaran. motorik (tremor, mioklonus, korea,
• Pada koma lebih dalam disertai athetosis), ataksia serebelar jarang,
dekortikasi, deserebrasi, kejang biasanya kejang umum.
opistotonus,

12
13
Kriteria Diagnosis MS

• Berasal dari daerah endemis atau berada di daerah endemis.


• Riwayat demam
• Koma yang tidak dapat dibangunkan atau koma yang menetap
> 30 menit setelah kejang (GCS < 11, Blantyre coma scale < 3)
• Ditemukan parasit malaria dalam sediaan darah tepi.
• Tidak ditemukan kelainan cairan serebrospinal yang berarti.

Sumber : WHO. Guidelines for the treatment of malaria. WHO library cataloguing in publication data. 2010.
2nd edition. 14
Anamnesis

• Berasal dari daerah endemis


• Riwayat demam
• Sebelum demam pasien biasanya merasa lemah, nyeri kepala,
tidak ada nafsu makan, mual atau muntah
• Kejang penurunan kesadaran

15
Penegakan diagnosis

• Laboratorium • EEG
Pemeriksaan mikroskopis, Aktifitas kejang konsisten muncul
Quantitative buffy coat (QBC) di daerah temporoparietal
posterior, yang merupakan area
Kimia darah
“watershead”.
Rapid Manual Test (RMT)
Polymerase Chain Reaction (PCR)
Cairan Liquor Cerebrospinal (LCS),
Pemeriksaan EEG memperlihatkan
abnormalitas non spesifik.

16
Neuroimaging :

Edema serebri
MRI :
posterior reversible
encephalopathy syndrome.

17
18
Tatalaksana suportif

Tindakan yang dilakukan pada penderita malaria berat di ICU, yaitu:


• Pertahankan fungsi vital (sirkulasi, kebutuhan oksigen, temperatur, cairan dan nutrisi
harus adekuat),
• Hindarkan trauma (dekubitus, jatuh dari tempat tidur),
• Hati-hati komplikasi (kateterisasi, defekasi, edema paru karena over hidrasi),
• Monitoring (ukuran dan reaksi pupil, kejang dan tonus otot),
• Perawatan anak (hati-hati aspirasi, hisap lender), dan sebagainya.

19
Tatalaksana

• Artesunat
Artesunat IV atau IM dengan dosis 2,4 mg/kgBB/ kali selama 3 hari;
H1 diberikan 2 dosis,  diberi oral 2mg/kgBB/kali sekali sehari selama 7 hari.
(Dapat dikombinasikan dengan tetrasiklin atau dodisiklin selama 7 hari untuk
anak >7 tahun atau dengan klindamisin 5mg/kgBB selama 7 hari).
• Artemeter
Artemeter dalam larutan minyak diberi IM dengan dosis 1,6 mg/kgBB sekali
sehari selama 6 hari, untuk hari pertama diberi 2 dosis.

20
Tatalaksana

Kina (Kina HCl/Kinin Antipirin/Kuinin HCl)


Dosis loading:
10 mg garam/kgBB/kali dalam 100-200cc dlm dekstrose 5% atau NaCl 0,9% selama 4
jam pertama 3kali sehari selama pasien belum sadar. (max 3D)
Apabila Ps sadar 
Kina tablet
Dosis 10 mg/kgBB/kali setiap 8jam.  total 7 hari

21
Klinidin
Dosis:
7,5 mg basa /kgBB/kali

22
Tatalaksana

• Penatalaksanaan kejang pada malaria cerebral apat diberikan :

Diazepam intravena 0,3-0,5 mg/kgBB atau 0,5-1 mg/kgBB per rektal dengan dosis
optimal 10mg/kali dan dapat diulangi tiap 5-15 menit

Paradelhid 0,1 mg/kgBB

Klormetiazol 0,8% diinfus sampai kejang berhenti

Fenitoin 5 mg/kgBB iv selama 20 menit.

23
Prognosis

Tanpa pengobatan, malaria otak selalu berakibat


fatal. Pada anak-anak, digunakkan antimalaria
parenteral (cinchonoids atau artemisinin), tetapi
bahkan dengan perawatan ini, 15-20% meninggal.

24
Komplikasi

• Sekelompok anak-anak dapat bertahan hidup setelah


menderita malaria serebral
• Kurang lebih 10% mengalami sisa neurologik yang
menetap.
• Selama periode penyembuhan, gejala sisa dapat berbentuk
hemiparesis, ataksia serebelar, kebutaan kortikal, hipotoni
berat, retardasi mental, kekakuan yang menyeluruh atau
afasia
25
26
Kesimpulan

 Kasus malaria serebral terbanyak disebabkan karena plasmodium falciparum.


Penyakit ini merupakan salah satu komplikasi dari malaria tropika yang banyak
menyebabkan kematian. Diagnose malaria serebral didasarkan atas manifestasi
klinik pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan “Patologi Anatomi” adalah untuk
menentukan diagnosa pasti penyakit ini. Terapi malaria serebral meliputi terapi
spesifik anti malaria, suportif dan perawatan umum. Obat pilihan anti malaria
tergantung sensivitasnya terhadapa P.falcparumi. Malaria cerebral mempunyai
prognosa yang jelek sehingga perlu mendapatkan perhatian yang serius

27
kesimpulan

28
Terima Kasih
29

Anda mungkin juga menyukai