Anda di halaman 1dari 7

Artikel Penelitian

________________________________________________________________________________________________________________________

Karakteristik Endometriosis di RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode


2017 – 2019
Nurul Ufa Tifani 1, Dedy Hendry 2, Yose Ramda Ilhami 3
1 Program Studi Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Padang
2
Bagian Ilmu Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas/RSUP Dr. M. Djamil Padang
3
Bagian Ilmu Kardiologi dan Kedokteran Vaskuler Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang/RSUP Dr. M. Djamil Padang

A B S T R A C T
Latar Belakang. Endometriosis adalah salah satu penyakit can occur for years because the diagnosis of this disease
ginekologi jinak yang paling umum, penyakit ini dikaitkan must go through laparoscopy.
dengan nyeri panggul dan subfertilitas pada sekitar 176 juta Objective. This research was conducted to find out the
wanita diseluruh dunia. Keterlambatan pemeriksaan characteristics of endometriosis in RSUP Dr. M. Djamil
penyakit ini dapat terjadi selama bertahun-tahun karena Padang
diagnosis penyakit ini harus melalui laparoskopi. for the period of 2017-2019.
Objektif. Mengetahui gambaran karakteristik endometriosis Methods. This research is a descriptive study with 98
di RSUP Dr. M. Djamil Padang periode 2017-2019. patients diagnosed with endometriosis in RSUP Dr. M. Djamil
Metode. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan 98 orang Padang in 2017 - 2019 as the research sample. The
penderita endometriosis di RSUP Dr. M. Djamil Padang pada instruments of this study were medical record data and
tahun 2017- 2019 sebagai sampel penelitian. Instrumen dari results of interviews with patients who had given their
penelitian ini adalah data rekam medik dan hasil wawancara approval with informed consent.
dengan pasien yang telah memberikan persetujuan dengan Results. The cases of endometriosis were commonly found in
informed consent. the reproductive age group (85.71%), nulliparous (60.20%),
Hasil. Kasus endometriosis paling banyak ditemukankan normal weight BMI category (35.71%), duration of infertility
pada kelompok usia reproduktif (85,71%), nullipara ≥ 5 years (27.55%), with the chief complaint of
(60,20%), kategori IMT berat badan normal (35,71%), lama dysmenorrhoea (69.39%). The most common stages of
infertilitas ≥ 5 tahun (27,55%), dengan keluhan utama disease were found to be stage III-IV (82.65%), on internal
berupa dismenorea (69,39%). Stadium penyakit yang paling pelvic anatomic location, the majority of patients were given
banyak di temukan adalah stadium III-IV (82,65%), pada hormone therapy for 3 months after therapy (75.51%), felt
lokasi anatomis internal pelvis, mayoritas pasien diberikan pain improvement (83.67%), did not carry out a pregnancy
terapi hormon selama 3 bulan setelah terapi (75,51%), program (92.86%), and did not experience a recurrence after
merasakan perbaikan rasa nyeri (83,67%), tidak melakukan therapy (88.78%).
program kehamilan (92,86%), dan tidak mengalami Conclusion. This study concludes that the incidence of
kekambuhan setelah terapi (88,78%). endometriosis is high in women of reproductive age.
Kesimpulan. Kejadian endometriosis tinggi pada wanita usia Providing good education about endometriosis is important
reproduktif, pemberian edukasi mengenai endometriosis in order to reduce the delay in diagnosis of this disease so
yang baik perlu dilakukan agar dapat mengurangi that it can be treated when the stadium was still mild.
penundaan diagnosis penyakit ini sehingga bisa ditangani Keyword: characteristic, endometriosis,
ketika stadium ringan.
Kata kunci: endometriosis, karakteristik. Apa yang sudah diketahui tentang topik ini?

Endometriosis adalah penyakit ginekologi jinak yang


Background Endometriosis is one of the most common
paling banyak ditemukan pada wanita usia subur.
benign gynecological diseases, this disease is associated with
pelvic pain and subfertility in approximately 176 million
women worldwide. Delay in the examination of this disease

http://jikesi.fk.unand.ac.id 289
NURUL ULFA TIFANI / JURNAL ILMU KESEHATAN INDONESIA - VOL. 1 NO. 3 (2020)

Apa yang ditambahkan pada studi ini?


Stadium endometriosis yang paling banyak ditemukan CORRESPONDING AUTHOR
di RSUP Dr. M. Djamil Padang adalah stadium III-IV Phone: +6282386738463
dengan mayoritas pasien mendapatkan terapi hormon E-mail: nurululfatifani@gmail.com
berupa GNRH Agonis selama 3 bulan pos-terapi,
merasakan perbaikan rasa nyeri, tidak melakukan ARTICLE INFORMATION
program kehamilan, dan tidak mengalami Received: August 3rd, 2020
kekambuhan. Revised: April 18th, 2021
Available online: May 27th, 2021

Pendahuluan (disuria), nyeri saat buang air besar (dyschezia),


Endometriosis adalah penyakit kronik yang ketidaknyamanan pada perut dan pinggang
dikaitkan dengan nyeri panggul dan subfertilitas bawah, serta nyeri panggul kronik (bersifat non
pada ± 176 juta wanita di seluruh dunia. Penyakit siklik dan berlangsung setidaknya selama 6
ini sering mengalami keterlambatan diagnosis bulan). Selain itu, banyak perempuan yang
sehingga menyebabkan gangguan pada kualitas menderita endometriosis tanpa menunjukan
hidup penderita secara signifikan.1 gejala seperti diatas (asymptomatic) dan
Endometriosis merupakan salah satu penyakit ditemukan lesi secara tidak sengaja saat operasi.5
ginekologi jinak yang paling umum. Penyakit ini Penelitian terkait gambaran kejadian
terjadi pada 6-10% perempuan dalam masa endometriosis di Indonesia masih sedikit
subur, namun angka kejadian secara pasti tidak dilakukan di Indonesia salah satunya di Provinsi
diketahui karena diagnosis pada penyakit ini Sumatera Barat, dan RSUP Dr. M. Djamil Padang
harus melalui laparoskopi yang menyebabkan merupakan Rumah Sakit rujukan utama di
keterlambatan diagnosis selama bertahun-tahun. Sumatera Barat. Oleh karena itu, peneliti tertarik
Sebanyak 50-60% perempuan yang menderita untuk melakukan penelitian mengenai gambaran
nyeri panggul dan 50% wanita yang mengalami karakteristik endometriosis di RSUP Dr. M. Djamil
infertilitas menderita endometriosis. Sekitar 2/3 Padang pada tahun 2017 - 2019.
perempuan dewasa dengan nyeri panggul asiklik
kronik ditemukan endometriosis dari Metode
laparoskopi.2 Jenis penelitian yang dilakukan adalah
Penelitian yang telah dilakukan di RSUP Dr. M. penelitian deskriptif untuk mengetahui
Djamil Padang mendapatkan 46,1% pasien datang karateristik penyakit endometriosis di RSUP Dr.
dengan infertilitas sebagai keluhan utama dan M. Djamil Padang. Penelitian dilakukan pada bulan
61,7 % pasien belum pernah hamil atau Februari – Maret 2020.
melahirkan.3 Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien
Faktor proteksi untuk penyakit ini adalah endometriosis di RSUP Dr. M. Djamil Padang pada
multiparitas, menyusui, meningkatnya rasio tahun 2017-2019 yang berjumlah 195 orang,
pinggal-panggul, olahraga, dan konsumsi buah Sampel penelitian yang dipilih adalah bagian dari
serta sayuran.4 populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak
Etiologi penyakit ini bersifat multifaktorial memiliki kriteria eksklusi dengan menggunakan
seperti komponen hormon, sistem imun, dan teknik total sampling sehingga didapatkan sampel
genetic. Hubungan estrogen dengan sebanyak 98 orang.
endometriosis sangat erat berkaitan, dan 2/3 Data didapatkan dengan cara observasi rekam
perempuan yang didiagnosis dengan penyakit ini medis dan wawancara pasien yang telah
juga memiliki anggota keluarga yang mengalami memberikan persetujuan dengan informed
endometriosis. Beberapa teori bagaimana consent. Analisis yang dilakukan adalah analisis
endometriosis dapat terjadi yang telah diterima univariat untuk melihat distribusi frekuensi
secara luas adalah teori menstruasi retrograde masing-masing variabel. Penelitian ini telah lulus
dan teori coelomic metaplasia. Semua teori yang kaji etik oleh Komite Etik Penelitian Kesehatan
dikemukakan bersifat komplemen terhadap teori RSUP Dr. M. Djamil Padang dengan nomor surat
lainnya. Gejala dan pertanda endometriosis adalah 36/KEPK/2020.
nyeri haid (dismenorea), nyeri saat berhubungan
intim (dispareunia), nyeri saat buang air kecil
290 Nurul Ulfa Tifani
NURUL ULFA TIFANI / JURNAL ILMU KESEHATAN INDONESIA - VOL. 1 NO. 3 (2020)

Hasil Variabel f %
Penelitian ini dilakukan di Instalasi Rekam Gastrointestinal 7 7,1
Medis RSUP Dr. M. Djamil Padang. Pengambilan Peritoneum 4 4,1
data didapatkan secara sekunder yaitu dari rekam Eksterna
medis dan secara primer dengan mewawancarai Ligamentum Uterosakral 1 1,0

pasien endometriosis yang telah didiagnosis dan Septum Rektovagina 1 1,0


dilakukan tindakan oleh dokter spesialis obstetri Lama Infertilitas
dan ginekologi. Berdasarkan penelitian yang telah
1-2 Tahun 11 11,2
dilakukan pada 98 orang sampel didapatkan
3-4 Tahun 4 4,1
gambaran karakteristik endometriosis sebagai
≥5 Tahun 27 27,6
berikut.
Belum Menikah 15 15,3

Table 1. Karakteristik Endometriosis di RSUP Dr. M. Sudah Menikah < 1 Tahun 2 2,0
Djamil Padang Periode 2017-2019 Sudah Menikah Dan Memiliki Anak 39 39,8
Variabel f %
Terapi Hormon 3 Bulan Pos Laparoskopi
Usia
Ya 74 75,5
Usia Reproduktif (15-44 Tahun) 84 85,7 Tidak 24 24,5
Perubahan Derajat Nyeri Sesudah Terapi
Usia Perimenopause (45-54 Tahun) 14 14,3
Berkurang 82 83,7
Keluhan Utama Berkurang Lalu Muncul Lagi 7 7,1
Dismenorea 68 69,4 Tidak Berkurang 4 4,1
Perdarahan per Vaginam (PPV) 11 11,2
Tidak Ada Gejala Nyeri Sebelumnya 5 5,1
Haid Lama 1 1,0
Haid Banyak Dan Lama 1 1,0 Ikut Serta Dalam Program Kehamilan

Nyeri Panggul 3 3,1 5 5 5,1

Perut Membengkak Dan Nyeri 3 3,1 Ya 1 1 1,0

Asimptomatik 4 4,1 1 1 1,0

Perut Membengkak 7 7,1 89 89 90,8


Tidak
Paritas 2 2 2,0

Nullipara 59 60,2 Kekambuhan Penyakit

Primipara 21 21,4 Ya 11 11,2

Multipara 18 18,4 Tidak 87 88,8

IMT
Berat Badan Kurang 11 11,2 Berdasarkan Tabel 1, didapatkan pasien yang
Berat Badan Normal 35 35,7 berusia reproduktif lebih banyak dari usia
Overweight at Risk 19 19,4
perimenopause yaitu 84 orang (85,7%), keluhan
utama yang paling banyak dirasakan pasien saat
Obesitas Kelas I 23 23,5
berobat adalah dismenorea (69,4%) dan PPV
Obesitaskelas II 10 10,2
(11,2%), status paritas pasien didapatkan paling
Stadium Endometriosis
banyak adalah nullipara (60,2%) diikuti dengan
Stadium I-II (Minimal-Ringan) 4 4,1
primipara (21,4%). Kategori IMT subjek paling
Stadium III-IV (Sedang-Berat) 81 82,7
banyak didapatkan pada berat badan normal
Adenomiosis 13 13,3 (35,7%) dan obesitas kelas I (23,5%), stadium
Lokasi Anatomis endometriosis yang paling banyak ditemukan
Ovarium 72 73,5 adalah stadium III-IV (82,7%), dan lokasi
Uterus 51 52,0 anatomis lesi endometriosis ditemukan paling
Interna
Tuba Fallopi 3 3,1 banyak pada internal panggul terutama pada
Adnexa 3 3,1 ovarium (73,5%). Pasien yang mengalami
infertilitas didapatkan sebanyak 42 orang dan
kebanyakan mengalami lama infertilitas ≥5 tahun
https://doi.org/10.25077/ jikesi.v1i3.89 Nurul Ulfa Tifani 291
NURUL ULFA TIFANI / JURNAL ILMU KESEHATAN INDONESIA - VOL. 1 NO. 3 (2020)

(27,6%), mayoritas pasien juga diberikan terapi endometriosis. Hal ini terjadi karena kehamilan
hormon berupa GnRH agonis setelah prosedur dapat mengurangi lama waktu wanita terekspos
laparaskopi (75,5%), selain itu mayoritas pasien dengan cairan menstruasi, dilatasi permanen yang
juga mengalami perbaikan rasa nyeri sesudah terjadi karena melahirkan pervaginam juga
terapi (83,7%), dan hanya 7 orang pasien (7,1%) mengurangi kemungkinan aliran balik menstruasi,
yang mengikuti program kehamilan setelah terapi, serta reaksi desidua akibat tingginya level hormon
serta hanya 11,2 % pasien yang mengalami saat kehamilan juga menurunkan perlengketan
kekambuhan. dan pertumbuhan implan endometriosis di
permukaan pelvik maupun ovarium.4 Penelitian
Pembahasan oleh Lubis (2017) juga mendapatkan mayoritas
Endometriosis lebih banyak terjadi pada pasien endometriosis di RSUP Haji Adam Malik
wanita usia reproduktif. Tingginya angka kejadian Medan adalah nullipara sebanyak 30 orang
endometriosis pada wanita usia reproduktif (50,8%).9
didukung oleh teori pembentukan lesi itu sendiri. Kategori IMT berat badan normal yang lebih
Teori menstruasi retrograde dan implantasi banyak didapatkan tidak sesuai dengan teori yang
menjelaskan bahwa aliran darah mentruasi dapat menyatakan bahwa penderita endometriosis
mengalir balik ke dalam rongga peritoneum, cenderung memiliki IMT lebih rendah dan jarang
meskipun menstruasi retrograde terjadi pada mengalami obesitas dibanding populasi kontrol,
90% wanita, apabila terdapat jaringan namun hubungan terbalik endometriosis dengan
endometrium eutopik yang aktif, dan di dukung IMT ini kemungkinan lemah dan memiliki potensi
dengan kelainan fungsi imun tubuh, serta bias karena diagnosis yang lebih sulit pada wanita
kelebihan estrogen akan mengakibatkan sel bisa kelebihan berat badan, kenaikan berat badan
bertahan hidup dan menempel pada dinding akibat kehamilan, dan kehilangan nafsu makan
peritoneum sehingga berkembang menjadi implan akibat gejala penyakit.10 Perbedaan ini dapat
endometriosis.6 Hal ini didukung oleh penelitian dijelaskan karena estradiol (bentuk poten dari
yang dilakukan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta estrogen) dan progesteron adalah regulator
oleh Mukti (2012) dengan pasien rentang usia 15- utama jaringan endometrium, pada penderita
45 tahun sebagai mayoritas penderita endometriosis terdapat kelimpahan dari estrogen
endometriosis yaitu sebanyak 48 orang ini. Estradiol dihasilkan di tiga tempat pada tubuh
(85,70%).7 dan enzim aromatase berperan penting dalam
Dismenorea dan bentuk nyeri lainnya seperti produksinya, tempat pertama adalah ovarium,
nyeri panggul, nyeri berkemih, dan nyeri ketika kedua jaringan perifer seperti jaringan lemak,
buang air besar adalah gejala klasik dari kulit, otot, dan tulang, selanjutnya tempat ketiga
endometriosis. Nyeri yang disebabkan oleh ialah implant endometriosis itu sendiri. Jaringan
endometriosis adalah nyeri yang dipicu akibat perifer tidak menghasilkan estradiol secara
perubahan cairan peritoneal yang mengaktivasi langsung dan memerlukan proses konversi,
atau mensensitisasi saraf perifer. Proses namun tingginya jumlah jaringan perifer tersebut
neuroangiogenesis yang banyak menyelubungi pada tubuh seperti pada wanita dengan kelebihan
implan endometriosis dapat berkontribusi pada berat badan dapat menyumbang cukup banyak
timbulnya rasa nyeri, saraf dikotomi (satu saraf pada kadar total estradiol di darah.11
yang berinervasi pada dua jaringan berbeda) juga Tingginya ditemukan stadium III-IV dapat
dapat menyebabkan rasa nyeri di organ yang disebabkan oleh keterbatasan seperti
berbeda dalam pelvik secara bersamaan seperti pemeriksaan fisik yang tidak dapat dilakukan
gangguan gastrointestinal dan urinarius. Nyeri pada wanita yang belum aktif secara seksual dapat
juga dapat memodifikasi struktur saraf pusat dan menunda identifikasi endometriosis stadium awal
mengakibatkan sensitisasi sentral sehingga nyeri yang masih superfisial. Kebiasaan pasien untuk
akan bersifat terus menerus dan kadang akan mengabaikan gejala serta salah diagnosis juga
tetap ada meskipun sudah diobati.8 berkontribusi dalam penundaan diagnosis
Banyak studi kasus dan epidemiologi yang endometriosis selama bertahun-tahun, akibatnya
mendapatkan bahwa peningkatan paritas gejala menetap dan sudah berdampak buruk pada
diasosiasikan dengan penurunan resiko kualitas hidup pasien, hingga dapat terjadi
292 Nurul Ulfa Tifani
NURUL ULFA TIFANI / JURNAL ILMU KESEHATAN INDONESIA - VOL. 1 NO. 3 (2020)

sensitisasi sentral. Salah diagnosis dan Tujuan pemberian terapi hormonal pos-
pengobatan endometriosis yang tidak adekuat operatif adalah untuk menurunkan kemungkinan
dapat membantu peningkatan keparahan penyakit kekambuhan, dengan memperhatikan
hingga menyebabkan gangguan fertilitas, kemungkinan implan endometriosis yang tidak
sensitisasi sentral, hingga nyeri panggul kronik. terbuang saat laparoskopi, selain itu lesi dapat
Selain itu banyak studi yang telah membuktikan muncul dalam bentuk mikroskopik sehingga tidak
tidak ada kolerasi antara tingkat keparahan tampak saat operasi. Kekambuhan endometriosis
penyakit dengan lokasi maupun keparahan gejala, dapat berasal dari pertumbuhan sisa lesi yang
sehingga bisa ada pasien yang asimtomatik dan luput saat operasi maupun sisa sel yang tidak
ditemukan stadium keparahan penyakitnya sudah habis terbuang. Karena hal itu, maka diberikan
tinggi.12,13 terapi hormonal pos-operasi jangka pendek (3-6
bulan) berupa GnRH agonis untuk menambah
Lokasi ditemukannya lesi endometriosis pada efektivitas dan mengurangi kekambuhan, tetapi
pasien bisa terdapat dibeberapa tempat, karena ada kemungkinan lain kekambuhan karena
kebanyakan pasien bisa menderita endometriosis endometriosis tidak hanya tumbuh kembali dari
multipel yang artinya ditemukan implan yang sisa sel tapi juga bisa tumbuh lagi dari sel baru,
tersebar di beberapa lokasi anatomis panggul sehingga praktik ini masih banyak diperdebatkan
secara bersamaan. Tigginya angka pembentukan akan efektivitasnya namun kenyataannya masih di
implan endometriosis di internal pelvik dapat lakukan secara luas untuk menstrerilisasi sisa-sisa
terjadi karena berat dan lamanya eksposur sel lesi endometriosis yang tidak teridentifikasi
terhadap retrograde menstruation, namun tidak atau tidak bisa di eksisi saat operasi sehingga
menutup kemungkinan terbentuknya implan memperpanjang free interval dari nyeri dan
dengan cara lain seperti coelomic metaplasia, kekambuhan pasca pembedahan.17
maupun lewat penyebaran darah atau limfe. Alasan pasien tidak mengikuti program
Pembentukan implan endometriosis yang kehamilan didapatkan beragam, seperti tidak
ditemukan di lokasi ekstra pelvik dapat terjadi adanya biaya, ingin mendapatkan anak secara
karena penyebaran sel endometrium aktif lewat alami, dan sudah tidak lagi memiliki keinginan
pembuluh darah atau limfe sehingga bisa untuk mendapatkan keturunan. Selain itu, ada
ditemukan di lokasi ginekologi seperti vulva, pasien yang memang tidak bisa mengikuti
vagina, dan servik, dan atau non ginekologi seperti program kehamilan karena sudah menjalani
usus,appendiks, paru, dan kulit.14 prosedur histerektomi. Persentase kehamilan
setelah dilakukan prosedur pembedahan adalah
Tingginya angka infertilitas pada pasien 41% dan menurun hingga 26 % setelah dilakukan
endometriosis menjelaskan bahwa penyakit ini pembedahan berulang. Hal ini terjadi karena
berpengaruh signifikan dalam mengganggu berkurangnya cadangan ovarium dan jaringan
tingkat reproduksi penderitanya. Infertilitas ovarium fungsional sebagai efek dari
diartikan sebagai ketidakmampuan pasangan pembedahan. Keberhasilan teknologi reproduksi
untuk mendapatkan kehamilan setelah 1 tahun berbantu tergantung pada, usia penderita, lama
lamanya melakukan hubungan seksual yang infertilitas, stadium keparahan penyakit, distorsi
reguler dan tidak menggunakan kontrasepsi. organ genitalia, terapi sebelumnya, dan lain lain.
Menurut penelitian Moini et al. (2013) lamanya Keberhasilan terapi pembedahan dalam
infertilitas dapat digunakan sebagai faktor menyembuhankan infertilitas tergantung dengan
prediksi tingkat keparahan endometriosis. tingkat keparahan penyakit, dimana stadium yang
Tingkat kesuburan rata-rata tiap bulannya pada lebih tinggi maka tingkat kehamilan juga makin
wanita dengan endometriosis cenderung lebih rendah.5
rendah dari pada wanita normal, sehingga Kehamilan pada wanita dengan endometriosis
endometriosis diasosiasikan dengan angka juga lebih beresiko dan dihubungkan dengan
kelahiran yang lebih rendah. Durasi infertilitas komplikasi seperti kehamilan ektopik, abortus,
memiliki efek berkebalikan dengan kemungkinan kelahiran prematur, perdarahan antepartum, dan
mendapatkan kehamilan.15,16 preeklampsia.18

https://doi.org/10.25077/ jikesi.v1i3.89 Nurul Ulfa Tifani 293


NURUL ULFA TIFANI / JURNAL ILMU KESEHATAN INDONESIA - VOL. 1 NO. 3 (2020)

Banyak studi yang mendapatkan terjadi 2. DiVasta AD, Vitonis AF, Laufer MR, Missmer SA.
Spectrum of symptoms in women diagnosed with
perbaikan yang signifikan pada nyeri, dismenorea,
endometriosis during adolescence vs adulthood.
dan gejala lainnya setelah dilakukan terapi American Journal of Obstetrics and Gynecology.
pembedahan, namun banyaknya perlengketan, 2018; 218: 324.
3. Hidayat A, Hendry D. Karakteristik penderita
pembedahan endometeriosis berulang, dan endometriosis dan adenomiosis di RSUP Dr. M.
penggunaan obat stimulan ovulasi menjadi faktor Djamil padang periode januari 2017-oktober 2018.
yang tidak mendukung peningkatan prognosis. Andalas Obstetrics and Gynecology Journal. 2019; 3:
28-41.
Kehamilan yang didapatkan setelah terapi 4. D’Hooghe T. Endometriosis. Di: Berek JS, editor.
pembedahan memperlihatkan efek protektif Berek & Novak’s Gynecology. 15th ed. Philadephia:
terhadap kekambuhan rasa nyeri dan kista Lippincott William & Wilkins; 2012. p. 505-56.
5. Leyland N, Casper R, Laberge P, Singh SS.
endometriosis.19 Endometriosis: diagnosis and management. Journal
Meskipun pembedahan memberikan hasil yang of Endometriosis. 2010; 2: 107-34.
memuaskan, masih ada kemungkinan 6. Giudice LC, Burney RO, Becker C, Missmer S,
Montgomery G, Rogers PAW, et al. Genetics and
kekambuhan penyakit dan gejala setelah itu, genomics of endometriosis. Di: Leung P, Qiao J,
namun munculnya gejala tidak selalu menandakan editor. Human reproductive and prenatal genetics.
kekambuhan penyakit. Karena itu terapi 1st ed. Massachusetts: Academic Press; 2019. p. 399-
426.
medikamentosa setelah operasi bersifat krusial 7. Mukti P. Faktor resiko kejadian endometriosis. Unnes
untuk membatasi kemungkinan kambuh.13 Journal of Public Health. 2014; 3: 1-10.
Menurut Vercellini apabila terapi pembedahan 8. Morotti M, Vincent K, Becker CM. Mechanisms of
pain in endometriosis. European Journal of
tidak diikuti dengan terapi adjuvan berupa Obstetrics & Gynecology and Reproductive Biology.
medikamentosa maka angka kekambuhan gejala 2017; 209: 8-13.
dan penyakit menjadi tinggi hingga 50% pada 9. Khairina N. Karakteristik pasien endometriosis di
RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2016 (skripsi).
follow up setelah 5 tahun. Pembedahan ulang Medan: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
harus dipertimbangkan dengan baik karena dapat Utara; 2017.
berdapat merugikan terhadap fertilitas pasien, 10. Parazzini F, Esposito G, Tozzi L, Noli S, Bianchi S.
Epidemiology of endometriosis and its comorbidities.
apabila memiliki anak bukan merupakan prioritas European Journal Obstetrics & Gynecology
lagi, maka terapi definitif seperti histerektomi bisa Reproductive Biology. 2016; 209: 3-7.
dilakukan.20 11. Bulun SE, Monsavais D, Pavone ME, Dyson M, Xue Q,
Attar E, et al. Role of estrogen receptor-β in
endometriosis. Semin Reprod Med. 2012; 30; 39-45.
Simpulan 12. Agarwal SK, Chapron C, Giudice LC, Laufer MD,
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, Leyland M, Missmer SA, et al. Clinical diagnosis of
endometriosis : a call to action. American Journal of
maka dapat disimpulkan bahwa mayoritas pasien Obstetric & Gynecology. 2019; 220: 354.
berusia reproduktif (15-45 tahun), mengeluhkan 13. Zondervan KT, Becker CM, Koga K, Missmer SA,
dismenorea, belum pernah melahirkan Taylor RN, Vigan P. Endometriosis. Nature Reviews
Disease Primer. 2018; 4: 1-12.
(nullipara), dengan kategori IMT berat badan 14. Lee HJ, Park YM, Jee BC, Kim YB, Suh CS. Various
normal. Stadium III-IV adalahs stadium penyakit anatomic locations of surgically proven
paling banyak ditemukan dan pada lokasi endometriosis : A single-center experience.
Obstetrics & Gynecology Science. 2015; 58: 53-8.
anatomis internal panggul. Pasien yang 15. Moini A, Malekzadeh F, Amirchaghmaghi E, Kashfi F,
mengalami infertilitas kebanyakan dengan durasi Akhoond MR, Saei M, et al. Risk factors associated
with endometriosis among infertile Iranian women.
lebih dari 5 tahun, selain itu mayoritas pasien
Arch Med Sci. 2013; 9: 506–14.
diberikan terapi hormon pos laparoskopi, 16. Bulletti C, Coccia ME, Battistoni S, Borini A.
merasakan perbaikan rasa nyeri, tidak mengikuti Endometriosis and infertility. J Assist Reprod Genet.
2010; 27: 441–7.
program kehamilan dan tidak mengalami
17. Somigliana E, Vercellini P, Vigano P, Benaglia L,
kekambuhan setelah terapi. Busnelli A, Fedele L. Postoperative medical therapy
after surgical treatment of endometriosis: from
adjuvant therapy to tertiary prevention. JMIG. 2014;
Daftar Pustaka
21: 328–34.
1. Nnoaham KE, Hummelshoj L, Webster P, D’Hooghe T,
18. Brosens I, Brosens JJ, Fusi L, Al-Sabbagh M, Kuroda K,
Nardone FC, Nardone CC, et al. Impact of
Benagiano G. Risks of adverse pregnancy outcome in
endometriosis on quality of life and work
endometriosis. Fertility and Sterility. 2012; 98: 30–5.
productivity: a multicenter study across ten
19. Porpora MG, Pallante D, Ferro A, Crisafi B, Bellati F,
countries. Fertility and Sterility. 2011; 96: 366-73.
Panici PB. Pain and ovarian endometrioma
recurrence after laparoscopic treatment of

294 Nurul Ulfa Tifani


NURUL ULFA TIFANI / JURNAL ILMU KESEHATAN INDONESIA - VOL. 1 NO. 3 (2020)

endometriosis: a long-term prospective study.


Fertility and Sterility. 2010; 93: 716-21.
20. Vercellini P, Viganò P, Somigliana E, Fedele L.
Endometriosis : pathogenesis and treatment. Nature
Reviews Endocrinology. 2014; 10: 261-75

https://doi.org/10.25077/ jikesi.v1i3.89 Nurul Ulfa Tifani 295

Anda mungkin juga menyukai