Anda di halaman 1dari 9

TUGAS UAS

Disusun untuk memenuhi tugas UAS mata kuliah Infertility and Endocrinology

Dosen Pengampu : dr. R.M. Denny Dhanardono, Sp.OG-KFER, MPH

Disusun oleh
Eneng Siti Fatimah
20210000046

PROGRAM STUDI MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
JAKARTA
2022
1. Pasangan suami isteri datang ke tempat anda. Ny.W usia 25 tahun menikah selama 4
tahun tetapi belum mempunyai anak. Apa yang anda dapat lakukan pada pasangan
tersebut ?
Jawab :
Diagnosa dari kasus tersebut adalah Infertilitas Primer, yaitu Jika wanita belum berhasil
hamil walaupun bersenggama teratur dan dihadapkan pada kemungkinan kehamilan
selama 12 bulan berturut-turut.
Maka yang pertama kali saya lakukan adalah langkah-langkah edukasi dalam program
kehamilan, antara lain :
1. Jika pasien tersebut belum pernah ke dokter kandungan maka mengedukasi pasien
untuk berkonsultasi dengan dokter Obsgyn untuk mendapatkan diagnosa secara pasti
dan mendapatkan perawatan serta pengobatan yang di berikan sesuai dengan diagnosa
tersebut.
2. Edukasi pasien untuk mengetahui masa subur, ciri-ciri masa subur, waktu terbaik
untuk berhubungan intim sehingga peluang untuk hamil lebih besar, selain itu bisa
memberikan salah satu alternative dengan menggunakan aplikasi masa subur di smart
phone.
3. Edukasi pasien untuk mengetahui pola masa haid, sehingga bisa di prediksi apakah
pola masa haid tersebut normal atau tidak normal
4. Konseling pasien untuk menjaga berat badan ideal, karena BB ideal sangat
berpengaruh terhadap kesuburan, BB tidak berlebih atau BB kurang. ( bisa di evaluasi
dari IMT)
5. Menjaga kesehatan gigi dan tubuh, karena tubuh dan gigi yang sehat sangat berperan
penting terhadap program kehamilan
6. Konseling untuk pasangan rajin olahraga, karena tubuh yang rajin olahraga memiliki
potensi hormon yang seimbang dan sperma yang lebih sehat
7. Konseling pasangan untuk kesiapan mental dan finansial, karena stressor sangat
berpengaruh terhadap perubahan hormone dalam tubuh sehingga mempengaruhi
program kehamilan dan apabila setelah semua cara dilakukan maka bisa melakukan
treatment untuk di lakukan tindakan operatif seperti IVF.
Skema Penatalaksaan Infertilitas

2. Wanita usia 24 tahun mengeluh keputihan berwarna agak kehijauan, bau saat
berhubungan, Apa yang dapat anda lakukan pada pasien tersebut di tempat praktek anda ?
Jawab :
Diagnosa kasus tersebut adalah Leukkorhea
Penatalaksanaan leukorrhea harus disesuaikan dengan etiologi penyakitnya dan
mencakup tidak hanya medikamentosa, tetapi juga edukasi untuk efektivitas dari
pengobatan dan pencegahan rekurensi.
Edukasi pentingnya higenitas dan gaya hidup perlu dilakukan untuk mencegah
kekambuhan dan transmisi penyakit yang menyebabkan leukorrhea. Edukasi tersebut
ditujukan untuk:
 Pasien menjaga kebersihan daerah kelamin (self-hygiene)
 Mengurangi penggunaan hal-hal yang bersifat iritatif seperti sabun. Penggunaan sabun
kewanitaan perlu diwaspadai karena dapat mengganggu flora normal vagina
 Bilas vagina (vaginal douching) tidak disarankan
 Pasien tidak melakukan hubungan seksual selama masa pengobatan hingga 7 hari setelah
selesai pengobatan dan tidak melakukan hubungan seksual dengan lebih dari 1 orang
untuk menghindari transmisi infeksi menular seksual
 Pemeriksaan dan evaluasi untuk pasangan yang melakukan hubungan seksual dalam
jangka waktu 60 hari dengan pasien pada infeksi menular seksual

3. Seorang wanita 28 tahun datang ke tempat praktek dengan keluhan nyeri perut bawah.
Hasil USG dokter mengatakan ada miom sebesar 8 cm. Apa saran yang bisa diberikan
kepada pasien tersebut ?
Jawab :
Diagnosa : Mioma uteri
Saran saya sebagai bidan menjelaskan bahwa pemeriksaan oleh dokter Obsgyn dengan
diameter 8 cm, sebaiknya di lakukan tindakan operatif secepatnya karena telah
menimbulkan rasa nyeri dan di kuatirkan miom tersebut diameternya semakin bertambah
besar sehingga beresiko komplikasi.
Adapun penatalaksanaan teoritis mioma uteri secara garis besar dibagi menjadi tata
laksana obat-obatan, tata laksana pembedahan, dan alternatif nonbedah. Selain itu, tata
laksana ekspektan juga sering kali dipilih pada pasien-pasien asimtomatik atau dengan
mioma berukuran kecil.
Medikamentosa
Penanganan mioma uteri lini pertama biasanya terbatas pada tata laksana obat-obatan
karena gejala yang biasanya ringan. Penanganan harus dibedakan menjadi penanganan
etiologis dan simtomatis.
Penanganan Simtomatis
Analgesik dapat diberikan untuk manajemen nyeri pasien. Umumnya analgesik yang
digunakan adalah golongan antiinflamasi nonsteroid, misalnya naproxen 500 mg dua kali
sehari, bila dibutuhkan.
Pada pasien yang mengalami gejala perdarahan uterus abnormal, pilihan obat berikut
dapat diberikan:
 Mifepristone 5-50 mg per oral sekali sehari selama 3-6 bulan
 Sistem levonorgestrel intrauterine (LNG-IUS) menunjukkan hasil yang baik sebagai
pilihan terapi mioma. Sediaan yang digunakan adalah 52 mg dan dilepaskan setelah 5
tahun atau bila dibutuhkan
 Asam traneksamat merupakan obat prokoagulan yang terbukti memiliki hasil baik dalam
menurunkan perdarahan menstruasi. Dosis yang digunakan adalah 1-1.5 gram 3-4 kali
sehari (maksimal 4 gram per hari) selama 4 hari dalam 1 siklus menstruasi
Penanganan Etiologis
Penanganan etiologis bertujuan untuk mengecilkan ukuran mioma uteri.
 Agonis gonadotropin-releasing hormone (GnRHa) dahulu digunakan untuk mengecilkan
mioma uteri namun kurang disukai karena efek sampingnya berupa flushes dan
osteopenia. Obat yang dapat digunakan yaitu leuprolide 3.75 mg intramuskular tiap bulan
hingga 3 bulan, atau 11.25 mg intramuskular dosis tunggal
 Baru-baru ini selective progesterone receptor agonist (sRPM) seperti ulipristal asetat
(UPA) mulai digunakan sebagai penanganan baru dalam mioma uteri
Pembedahan
Intervensi pembedahan masih menjadi strategi utama dalam penanganan mioma uteri.
Tindakan-tindakan yang paling sering dilakukan di antaranya yaitu histerektomi,
miomektomi laparaskopik, dan miomektomi histeroskopik. Selain itu, metode minimal
invasif menggunakan embolisasi arteri uteri dan ablasi mioma uterus juga mulai
dikembangkan sebagai tata laksana mioma uteri.
Histerektomi
Histerektomi merupakan penanganan radikal dan definitif, khususnya untuk pasien yang
sudah tidak berharap memiliki anak, atau wanita-wanita berusia 40-50 tahun.
Miomektomi Abdominal (Laparoskopi atau Laparotomi)
Eksisi mioma dan rekonstruksi anatomis uterus menjadi satu-satunya teknik yang tersedia
bagi wanita yang ingin mempertahankan uterusnya.
Miomektomi Histeroskopik
Histeroskopi merupakan metode yang dapat dipilih untuk menghilangkan mioma
submukosa dengan prosedur pembedahan invasif minimal.
Embolisasi Arteri Uteri
Metode ini merupakan cara yang aman dan invasif minimal dengan hasil kepuasan yang
serupa dengan tindakan pembedahan. Komplikasi minor umumnya lebih sedikit, resiko
diperlukannya pembedahan baru dalam 2-5 tahun cenderung lebih tinggi dibanding
tindakan pembedahan. Penggunaannya sebelum kehamilan masih tidak dianjurkan karena
kemungkinan adanya gangguan miometrium.
Ablasi Mioma Uterus
Ablasi merujuk pada tindakan merusak jaringan dengan energi terkonsentrasi. Tindakan
ini disebut juga miolisis. Berbagai energi dapat digunakan seperti ultrasound,
radiofrekuensi, dan laser.

4. Seorang wanita usia 30 tahun mengeluh ada kista endometriosis. Saran apa yang anda
dapat berikan kepada pasien tersebut ?
Jawab :
Diagnosa : Kista Endometriosis
Saran :
1. Memperhatikan konsumsi makanan
Ada teori bahwa lemak dalam makanan memengaruhi produksi prostaglandin dalam
tubuh wanita. Diperkirakan bahwa tingkat prostaglandin yang tinggi dapat menyebabkan
produksi estrogen yang lebih tinggi juga, sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan
jaringan endometrium.
Studi lain menyatakan bahwa ada penurunan risiko endometriosis yang signifikan pada
wanita yang rutin makan sayuran hijau dan buah segar. Kebalikannya, wanita yang sering
makan daging merah justru memiliki risiko yang lebih tinggi.
Selain memperbanyak makan buah dan sayur, menghindari makanan yang dapat
menyebabkan peradangan, di antaranya makanan olahan, produk susu, dan gula. Batasi
konsumsi makanan tersebut dan perhatikan apakah ada perubahan dari gejala nyeri perut
yang biasa dirasakan.
2. Olahraga teratur
Sering kali orang yang mengalami nyeri tak mau berolahraga karena takut rasa nyeri
tersebut malah terasa tambah parah. Namun seiring berjalannya waktu, melakukan
aktivitas fisik secara teratur justru dapat mengurangi rasa nyeri dan tidak nyaman yang
dirasakan.
Suatu studi menunjukkan, wanita yang rutin melakukan olahraga seperti jogging, aerobik,
dan bersepeda memiliki risiko lebih rendah untuk terkena endometriosis. Aktivitas fisik
secara teratur dapat membantu wanita yang memiliki endometriosis dengan cara:
 Melancarkan sirkulasi darah ke organ tubuh
 Menjaga nutrisi dan aliran oksigen ke sistem dalam tubuh
 Mengurangi stres
 Memicu hormon endorfin dalam otak yang dapat mengurangi rasa sakit
3. Hindari stres
Gejala endometriosis dapat menjadi lebih berat bila seseorang merasa stres. Untuk itu,
harus belajar untuk mengelola stres dan tekanan emosional Anda.
Dengan menggunakan teknik relaksasi yang dapat membantu untuk fokus pada hal-hal
yang menenangkan sehingga bisa mengurangi produksi hormon stres. Teknik relaksasi
yang dapat dicoba dengan mudah adalah menarik napas dalam melalui hidung, kemudian
keluarkan perlahan lewat mulut.
Seperti kondisi kronis lainnya, penting sekali bagi wanita penderita endometriosis untuk
mengenal tubuhnya sendiri dan mengetahui cara mengatasi gejala yang dirasakan. Hal
tersebut dapat dimulai dengan perubahan gaya hidup yang lebih sehat melalui diet dan
aktivitas teratur.
Bila perubahan gaya hidup belum bisa mengatasi masalah yang dirasakan, konsultasikan
kepada dokter untuk mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut serta pilihan terapi yang
cocok.
Teori Kista Endometriosis :
Penatalaksanaan endometriosis bertujuan untuk menghilangkan rasa nyeri dan mencegah
infertilitas. Terapi jangka panjang direkomendasikan karena tergolong terjangkau dan
memiliki efek samping yang minimal. Perlu diketahui bahwa rekurensi endometriosis
sering terjadi, oleh sebab itu terapi medis tidak boleh sembarangan dihentikan. Tidak ada
obat khusus untuk endometriosis, tata laksana hanya menargetkan pada gejala dan tidak
pada penyakit yang mendasarinya. Penatalaksanaan endometriosis dapat berupa
medikamentosa, pembedahan, dan kombinasi keduanya.
Laparoskopi dapat langsung dilakukan untuk tata laksana endometriosis. 50-80% gejala
dirasakan berkurang setelah operasi.

Simptomatik
❖ Parasetamol 3x500mg
❖ Ibuprofen 3x400mg
❖ As mefenamat 3x500mg
Kontrasepsi Oral
❖ Kombinasi monofasik (1x1 selama 6-12 bulan)
❖ Kombinasi pil yang mengadnung 30-35 microgram etinelestradiol à 6- 12 bulan
Progestin
❖ Medroxyprogesterone acetate (MPA) dimulai dengan 30mg/hari → naik perlahan selama
3-6 bulan
❖ Suntik progesterone
❖ AKDR
❖ Didrogesteron 20-30mg/hari
❖ Lynesternol 10mg/hari
GnRH
❖ Intramuskular/subkutan/intranas al
❖ Depot 1 bulan/ 3 bulan
❖ Jenis: leuprolide, busereline dan gosereline
❖ Diberikan selama 6-12 bulan
Aromatase Inhibitor
❖ Letrozole 2,5 mg kombinasi dengan norethisteron asetat atau desogestrel,
❖ Anastrozole 1 mg kombinasi dengan pil kontrasepsi

Prognosis
Endometriosis sulit disembuhkan kecuali perempuan sudah menopause
Setelah diberi kan penanganan bedah konservatif, angka kesembuhan 10 – 20% per tahun
Endometriosis sangat jarang menjadi ganas

Anda mungkin juga menyukai