Anda di halaman 1dari 18

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO REFERAT
MARET 2019

KISTA ENDOMETRIOSIS

OLEH :
Nama : Amalia Mega Putri Mujur
NIM : N 111 17 083

Pembimbing :
dr. Melda MM Sinolungan, Sp. OG

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Amalia Mega Putri Mujur

No. Stambuk : N 111 17 083

Fakultas : Kedokteran

Program Studi : Kedokteran

Judul Referat : Kista Endometriosis

Bagian : Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan

Bagian Ilmu Kandungan dan Penyakit Kandungan

RSUD Undata Palu

Fakultas Kedokteran

Universitas Tadulako

Palu, Maret 2019

Pembimbing Klinik Ko – Assisten

dr. Melda MM Sinolungan , Sp.OG Amalia Mega Putri Mujur


N 111 17 083

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Endometriosis adalah suatu penyakit yang lazim menyerang wanita di usia
reproduksi.1 Penyakit ini merupakan kelainan ginekologis yang menimbulkan
keluhan nyeri haid, nyeri saat senggama, pembesaran ovarium dan infertilitas.2
Endometriosis terjadi ketika suatu jaringan normal dari lapisan uterus yaitu
endometrium menyerang organ-organ di rongga pelvis dan tumbuh di sana.
Jaringan endometrium yang salah tempat ini menyebabkan iritasi di rongga
pelvis dan menimbulkan gejala nyeri serta infertilitas.1
Endometriosis bisa tumbuh di permukaan ovarium atau menyerang bagian
dalam ovarium dan membentuk kista berisi darah yang disebut sebagai kista
endometriosis atau kista coklat. Kista ini disebut kista coklat karena terdapat
penumpukan darah berwarna merah coklat hingga gelap. Kista ini bisa
berukuran kecil seukuran kacang dan bisa tumbuh lebih besar dari buah
anggur. Endometriosis dapat mengiritasi jaringan di sekitarnya dan dapat
menyebabkan perlekatan (adhesi) akibat jaringan parut yang ditimbulkannya.1
Endometriosis terjadi pada 10-14% wanita usia reproduksi dan mengenai
40-60% wanita dengan dismenorhea dan 20-30% wanita subfertil. Saudara
perempuan dan anak perempuan dari wanita yang menderita endometriosis
berisiko 6-9 kali lebih besar untuk berkembang menjadi endometriosis.3
Endometriosis menyebabkan nyeri panggul kronis berkisar 70%. Risiko untuk
menjadi tumor ovarium adalah 15-20%, angka kejadian infertilitas berkisar
30-40%, dan risiko berubah menjadi ganas 0,7-1%. Endometriosis sekalipun
sudah mendapat pengobatan yang optimum memiliki angka kekambuhan
sesudah pengobatan berkisar 30%.2
Penanganan endometriosis baik secara medikamentosa maupun operatif
tidak memberikan hasil yang memuaskan disebabkan patogenesis penyakit
tersebut belum terungkap secara tuntas. Keberhasilan penanganan
endometriosis hanya dapat dievaluasi saat ini dengan mempergunakan
laparoskopi. Laparoskopi merupakan tindakan yang minimal invasif tetapi

2
memerlukan keterampilan operator, biaya tinggi dan kemungkinan dapat
terjadi komplikasi dari yang ringan sampai berat. Alasan yang dikemukakan
tadi menyebabkan banyak penderita endometriosis yang tidak mau dilakukan
pemeriksaan laparoskopi untuk mengetahui apakah endometriosis sudah
berhasil diobati atau tidak.2,3

1.2 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari penulisan Referat ini adalah untuk
mengetahui dan mempelajari mengenai Kista Endometriasis, bagaimana
mendiagnosis serta bagaimana penanganan yang tepat terhadap Kista
Endometriasis.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Endometriosis adalah jaringan ektopik (tidak pada permukaan dalam
uterus) yang memiliki susunan kelenjar atau stroma endometrium atau kedua-
duanya dengan atau tanpa makrofag yang berisi hemosiderin dan fungsinya mirip
dengan endometrium karena berhubungan dengan haid dan bersifat jinak, tetapi
dapat menyebar ke organ-organ dan susunan lainnya.1
Endometriosis merupakan suatu keadaan dimana jaringan endometrium
yang masih berfungsi terdapat baik diluar endometrium kavum uteri maupun di
miometrium (otot rahim).4 Bila jaringan endometrium tersebut berimplantasi di
dalam miometrium disebut endometriosis interna atau adenomiosis, sedangkan
jaringan endometrium yang berimplantasi di luar kavum uteri disebut
endometriosis eksterna atau endometriosis sejati.1-3 Pembagian ini sekarang sudah
tidak dianut lagi karena baik secara patologik, klinik ataupun etiologik
adenomiosis dan endometriosis berbeda.2

2.2 Lokasi Endometrosis

Berdasarkan urutan tersering endometrium ditemukan ditempat-tempat


sebagai berikut :

1) Ovarium;
2) Peritoneum dan ligamentum sakrouterinum, kavum Douglasi, dinding
belakang uterus, tuba Fallopi, plika vesiko uterina, ligamentum
rotundum, dan sigmoid.
3) Septum rektovaginal;
4) Kanalis inguinalis;
5) Apendiks;

4
6) Umbilikus;
7) Serviks uteri, vagina, kandung kencing, vulva, perineum;
8) Parut laparotomi;
9) Kelenjar limfe; dan
10) Walaupun sangat jarang, endometriosis dapat ditemukan di lengan,
paha, pleura, dan perikardium

Gambar 2.Lokasi Endometriosis Pada Pelvic

2.3 Epidemiologi
Angka kejadian endometriosis biasanya terjadi pada usia
reproduksi si usi 25-29 tahun. Tetapi dapat juga terjadi pada wanita yang
telah menopause yang mendapatkan terapi hormonal. Penyakit ini juga
dapat ditemukan pada seluruh etnis dan kelompok sosial manapun.

2.4 Etiologi

Teori tentang terjadinya kista endometriosis adalah sebagai berikut:


1. Teori retrograde menstruasi

5
Teori pertama yaitu teori retrograde menstruasi, juga dikenal sebagai teori
implantasi jaringan endometrium yang viable (hidup) dari Sampson. Teori
ini didasari atas 3 asumsi:
 Terdapat darah haid berbalik melewati tuba falopii
 Sel-sel endometrium yang mengalami refluks tersebut hidup dalam
rongga peritoneum
 Sel-sel endometrium yang mengalami refluks tersebut dapat
menempel ke peritoneum dengan melakukan invasi, implantasi dan
proliferasi.6,7
2. Teori metaplasia soelomik
ini menyatakan bahwa endometriosis berasal dari perubahan
metaplasia spontan dalam sel-sel mesotelial yang berasal dari epitel
soelom (terletak dalam peritoneum dan pleura). Perubahan metaplasia ini
dirangsang sebelumnya oleh beberapa faktor seperti infeksi, hormonal
dan rangsangan induksi lainnya. 6,7
3. Teori transplantasi langsung

Transplantasi langsung jaringan endometrium pada saat tindakan


yang kurang hati-hati seperti saat seksio sesaria, operasi bedah lain, atau
perbaikan episiotomi, dapat mengakibatkan timbulnya jaringan
endometriosis pada bekas parut operasi dan pada perineum bekas
perbaikan episiotomi tersebut.5

4. Teori genetik dan imun

Semua teori diatas tidak dapat menjawab kenapa tidak semua


wanita yang mengalami haid menderita endometriosis, kenapa pada
wanita tertentu penyakitnya berat, wanita lain tidak, dan juga tidak dapat
menerangkan beberapa tampilan dari lesi. Penelitian tentang genetik dan
fungsi imun wanita dengan endometriosis dan lingkungannya dapat
menjawab pertanyaan diatas.6,7

6
Endometriosis 6-7 kali lebih sering ditemukan pada hubungan
keluarga ibu dan anak dibandingkan populasi umum, karena
endometriosis mempunyai suatu dasar genetik. Matriks metaloproteinase
(MMP) merupakan enzim yang menghancurkan matriks ekstraseluler dan
membantu lepasnya endometrium normal dan pertumbuhan endometrium
baru yang dirangsang oleh estrogen. Tampilan MMP meningkat pada
awal siklus haid dan biasanya ditekan oleh progesteron selama fase
sekresi. Tampilan abnormal dari MMP dikaitkan dengan penyakit-
penyakit invasif dan destruktif. Pada wanita yang menderita
endometriosis, MMP yang disekresi oleh endometri-um luar biasa
resisten (kebal) terhadap penekanan progesteron. Tampilan MMP yang
menetap didalam sel-sel endometrium yang terkelupas dapat
mengakibatkan suatu potensi invasif terhadap endometrium yang
berbalik arah sehingga menyebabkan invasi dari permukaan peritoneum
dan selanjutnya terjadi proliferasi sel.6,7

5. Faktor endokrin

Perkembangan dan pertumbuhan endometriosis tergantung kepada


estrogen (estrogen-dependent disorder). Penyimpangan sintesa dan
metabolisme estrogen telah diimplikasikan daam patogenesa
endometriosis. Aromatase, suatu enzim yang merubah androgen,
androstenedion dan testosteron menjadi estron dan estradiol.

Kista endometriosis dan susukan endometriosis diluar ovarium


menampilkan kadar aromatase yang tinggi sehingga dihasilkan estrogen
yang tinggi pula. Dengan kata lain, wanita dengan endometriosis
mempunyai kelainan genetik dan membantu perkembangan produksi
estrogen endometrium lokal. Disamping itu, estrogen juga dapat
merangsang aktifitas siklooksigenase tipe-2 lokal (COX-2) yang
membuat prostaglandin (PG)E2, suatu perangsang poten terhadap
aromatase dalam sel stroma yang berasal dari endometriosis, sehingga
produksi estrogen berlangsung terus secara lokal. 6,7

7
2.4 Patologi

Gambaran mikroskopik dari endometrium sangat variabel. Lokasi yang


sering terdapat ialah pada ovarium dan biasanya bilateral. Pada ovarium
tampak kista-kista biru kecil sampai besar berisi darah tua menyerupai coklat.
Darah tua dapat keluar sedikit-sedikit karena luka pada dinding kista dan
dapat menyebabkan perlekatan antara permukaan ovarium dengan uterus,
sigmoid dan dinding pelvis. Kista coklat kadang-kadang dapat mengalir
dalam jumlah banyak ke dalam rongga peritoneum karena robekan dinding
kista dan menyebabkan akut abdomen. Tuba pada endometriosis biasanya
normal.4

Pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan ciri-ciri khas bagi


endometriosis yakni kelenjar-kelenjar dan stroma endometrium dan
perdarahan bekas dan baru berupa eritrosit, pigmen hemosiderin dan sel-sel
makrofag berisi hemosiderin. Disekitarnya tampak sel-sel radang dan
jaringan ikat sebagai reaksi dari jaringan normal disekelilingnya. Jaringan
endometriosis seperti juga jaringan endometrium di dalam uterus dapat
dipengaruhi oleh estrogen dan progesteron. Sebagai akibat dari pengaruh
hormon-hormon tersebut, sebagian besar sarang endometriosis berdarah
secara periodik yang menyebabkan reaksi jaringan sekelilingnya berupa
radang dan perlekatan.4

Pada kehamilan dapat ditemukan reaksi desidual jaringan endometriosis.


Apabila kehamilannya berakhir, reaksi desidual menghilang disertai dengan
regresi sarang endometriosis. Pengaruh baik dari kehamilan kini menjadi
dasar pengobatan endometriosis dengan hormon untuk mengadakan apa yang
dinamakan kehamilan semu (pseudopregnancy).4

8
2.5 Gejala Klinis

Gambar 2. Terbentuk polip pada daerah sekitar uterus

Gejala-gejala yang sering ditemukan pada kista endometriosis adalah:1,4

1) Nyeri Perut

Nyeri perut bawah yang progresif dan dekat paha yang terjadi pada
dan selama haid (dismenore). Sebab dari dismenore ini tidak diketahui
tetapi mungkin ada hubungannya dengan vaskularisasi dan perdarahan
dalam sarang endometriosis pada waktu sebelum dan semasa haid. Nyeri
tidak selalu didapatkan pada endometriosis walaupun kelainan sudah luas
sebaliknya kelainan ringan dapat menimbulkan gejala nyeri yang hebat.
Nyeri yang hebat dapat menyebabkan mual, mntah, dan diare.
Dismenore primer terjadi selama tahun-tahun awal mestruasi, dan
semakin meningkat dengan usia saat melahirkan anak, dan biasanya hal ini
tidak berhubungan dengan endometriosis. Dismenore sekunder terjadi
lebih lambat dan akan semakin meningkat dengan pertambahan usia. Hal
ini bisa menjadi tanda peringatan akan terjadinya endometriosis, walaupun
beberapa wanita dengan endometriosis tidak terlalu merasakannya.

2) Dispareunia

9
Merupakan gejala yang sering dijumpai disebabkan oleh karena adanya
endometriosis di kavum Douglasi.
3) Nyeri waktu defekasi,
Nyeri waktu defekasi erjadi karena adanya endometriosis pada dinding
rekstosigmoid. Kadang-kadang bisa terjadi stenosis dari lumen usus besar
tersebut.
4) Polip dan hipermenorea
Polip dan Hipermenorea dapat terjadi pada endometriosis apabila kelainan
pada ovarium sangat luas sehingga fungsi ovarium terganggu.
5) Infertilitas
Infertilitas hal ini disebabkan apabila motilitas tuba terganggu karena
fibrosis dan perlekatan jaringan disekitarnya. Sekitar 30-40% wanita
dengan endometriosis menderita infertilitas.

2.6 Diagnosis

Tidak ada pemeriksaan yang sederhana untuk mendiagnosis


endometriosis. Dalam kenyataannya, satu-satunya cara untuk mendiagnosis
pasti endometriosis adalah dengan melakukan laparoskopi dan melakukan
biopsi jaringan. Pemeriksaan ini merupakan standar emas dalam
mendiagnosis endometriosis.9
Endometriosis dicurigai bila ditemukan adanya gejala nyeri di daerah
pelvis dan adanya penemuan-penemuan yang bermakna selama pemeriksaan
fisik. Melalui pemeriksaan rektovaginal (satu jari di dalam vagina dan satu
jari lagi di dalam rectum) akan teraba nodul (jaringan endometrium) di
belakang uterus dan di sepanjang ligamentum yang menyerang dinding
pelvis. Suatu saat bisa saja nodul tidak teraba, tetapi pemeriksaan ini sendiri
dapat menyebabkan rasa nyeri dan tidak nyaman.10

10
2.7 Penatalaksanaan

Endometriosis bisa diterapi dengan medikamentosa dan/atau pembedahan.


Pengobatan endometriosis juga bertujuan untuk menghilangkan nyeri
dan/atau memperbaiki fertilitas.6,10,11

 Endometriosis dan subfertilitas


o Adhesi peritubal and periovarian dapat menginterferensi dengan
transportasi ovum secara mekanik dan berperan dalam menyebabkan
subfertilitas. Endometriosis peritoneal telah terbukti berperan dalam
menyebabkan subfertilitas dengan cara berinterferensi dengan
motilitas tuba, follikulogenesis, dan fungsi korpus luteum. Aromatase
dipercaya dapat meningkatkan kadar prostaglandin E melalui
peningkatan ekspresi COX-2. Endometriosis juga dapat menyebabkan
subfertilitas melalui peningkatan jumlah sperma yang terikat ke epitel
ampulla sehingga mempengaruhi interaksi sperm-endosalpingeal.
o Pemberian medikamentosa pada endometriosis minimal atau sedang
tidak terbukti meningkatkan angka kehamilan. Endometriosis sedang
sampai berat harus dioperasi.
o Pilihan lainnya untuk mendapatkan kehamilan ialah inseminasi
intrauterin, superovulasi, dan fertilisasi invitro. Pada suatu penelitian
case-contol, rata-rata kehamilan dengan injeksi sperma
intrasitoplasmik tidak dipengaruih oleh kehadiran endometriosis.
Lebih jauh, analisi lainnya menunjukkan peningkatan kejadian
kehamilan akibat fertilisasi in vitro dengan preterapi endometriosis
tingkat 3 dan 4 dengan agonis gonadotropin-releasing hormone
(GnRH).
 Terapi interval
o Beberapa peneliti percaya bahwa endometriosis dapat ditekan dengan
pemberian profilaksis berupa kontrasepsi oral kombinasi
berkesinambungan, analog GnRH, medroksiprogesteron, atau danazol

11
sebagai upaya untuk meregresi penyakit yang asimtomastik dan
mengatasi fertilitas subsekuen.
o Ablasi melalui pembedahan untk endometriosis simptomatik juga
dapat meningkatkan kesuburan dalam 3 tahun setelah follow-up.
 Tidak ada hubungan antara endometriosis dengan abortus rekuren dan
tidak ada penelitian yang menunjukkan bahwa terapi medikamentosa atau
pembedahan dapat mengurangi angka kejadian abortus.
 Terapi medis: pil kontrasepsi oral kombinasi, danazol, agen progestational,
dan analog GnRH. Semua obat ini memiliki efek yang sama dalam
mengurangi nyeri dan durasinya.
o Pil kontrasepsioral kombinasi berperan dalam supresi ovarium dan
memperpanjang efek progestin.
o Semua agen progesteron berperan dalam desidualisasi dan atrofi
endometrium.
 Medroksiprogesteron asetat berperan dalam mengurangi nyeri.
 Megestrol asetat juga memiliki efek yang sama
 The levonorgestrel intrauterine system (LNG-IUS) berguna
dalam mengurangi nyeri akibat endometriosis.
o Analog GnRH berguna untuk menurunkan gejala nyeri, namun
tidak berefek dalam meningkatkan angka fertilitas. Terapi dengan
GnRH menurunkan gejala nyeri pada 85-100% wanita dengan
endometriosis.
o Danazol berperan untuk menghambat siklus follicle-stimulating
hormone (FSH) and luteinizing hormone (LH) dan mencegah
steroidogenesis di korpus luteum.

12
Terapi Bedah

Terapi bedah bisa diklasifikasikan menjadi terapi bedah konservatif jika


fungsi reproduksi berusaha dipertahankan, semikonservatif jika kemampuan
reproduksi dikurangi tetapi fungsi ovarium masih ada, dan radikal jika uterus
dan ovarium diangkat secara keseluruhan. Usia, keinginan untuk memperoleh
anak lagi, perubahan kualitas hidup, adalah hal-hal yang menajdi
pertimbangan ketika memutuskan suatu jenis tindakan operasi.6, 10,11

 Pembedahan konservatif
o Tujuannya adalah merusak jaringan endometriosis dan melepaskan
perlengketan perituba dan periovarian yang menjadi sebab timbulnya
gejala nyeri dan mengganggu transportasi ovum. Pendekatan
laparoskopi adalah metode pilihan untuk mengobati endometriosis
secara konservatif. Ablasi bisa dilakukan dengan dengan laser atau
elektrodiatermi. Secara keseluruhan, angka rekurensi adalah 19%.
Pembedahan ablasi laparoskopi dengan diatermi bipolar atau laser
efktif dalam menghilangkan gejala nyeri pada 87%. Kista
endometriosis dapat diterapi dengan drainase atau kistektomi.
Kistektomi laparoskopi mengobati keluhan nyeri lebih baik daripada
tindakan drainase. Terapi medis dengan agonis GnRH mengurangi
ukuran kista tetapi tidak berhubungan dengan hilangnya gejala nyeri.
o Flushing tuba dengan media larut minyak dapat meningkatkan angka
kehamilan pada kasus infertilitas yang berhubungan dengan
endometriosis.
o Untuk dismenorhea yang hebat dapat dilakukan neurektomi presakral.
Bundel saraf yang dilakukan transeksi adalah pada vertebra sakral III,
dan bagian distalnya diligasi.
o Laparoscopic Uterine Nerve Ablation (LUNA) berguna untuk
mengurangi gejala dispareunia dan nyeri punggung bawah.
o Untuk pasien dengan endometriosis sedang, pengobatan hormonal
adjuvant postoperative efektif untuk mengurangi nyeri tetapi tidak ada

13
berefek pada fertilitas. Analog GnRH, danazol, dan
medroksiprogesteron berguna untuk hal ini.
 Pembedahan semikonservatif
o Indikasi pembedahan jenis ini adalah wanita yang telah melahirkan
anak dengan lengkap, dan terlalu muda untuk menjalani pembedahan
radikal, dan merasa terganggu oleh gejala-gejala endometriosis.
Pembedahan yang dimaksud adalah histerektomi dan sitoreduksi dari
jaringan endometriosis pelvis. Kista endometriosis bisa diangkat
karena sepersepuluh dari jaringan ovarium yang berfungsi diperlukan
untuk memproduksi hormon. Pasien yang dilakukan histerektomi
dengan tetap mempertahankan ovarium memiliki risiko enam kali
lipat lebih besar untuk mengalami rekurensi dibandingkan dengan
wanita yang dilakukan histerektomi dan ooforektomi.
o Terapi medis pada wanita yang telah memiliki cukup anak yang juga
memiliki efek dalam mereduksi gejala.
 Pembedahan radikal
o Histerektomi total dengan ooforektomi bilateral dan sitoreduksi dari
endometrium yang terlihat. Adhesiolisis ditujukan untuk
memungkinkan mobilitas dan menormalkan kembali hubungan antara
organ-organ di dalam rongga pelvis.
o Obstruksi ureter memerlukan tindakan bedah untuk mengeksisi begian
yang mengalami kerusakan. Pada endometriosis dengan obstruksi
usus dilakukan reseksi anastomosis jika obstruksi berada di
rektosigmoid anterior.

2.8 Prognosis

Endometriosis dapat mengalami rekurensi kecuali telah dilakukan


dengan histerektomi dan ooforektomi bilateral. Angka kejadian rekurensi
endometriosis setelah dilakukan terapi pembedahan adalah 20% dalam waktu
5 tahun. Ablasi komplit dari endometriosis efektif dalam menurunkan gejala
nyeri sebanyak 90% kasus. Beberapa ahli mengatakan eksisi lesi adalah

14
metode yang baik untuk menurunkan angka kejadian rekurensi dari gejala-
gejala endometriosis. 8

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kista endometriosis adalah suatu jenis kista yang berasal dari jaringan
endometrium. Ukuran kista bisa bervariasi antara 0.4-4 inchi. Jika kista
mengalami ruptur, isi dari kista akan mengisi ovarium dan rongga pelvis.

Gejala-gejala yang sering ditemukan pada kista endometriosis adalah:


 Nyeri perut bawah yang progresif dan dekat paha yang terjadi pada dan
selama haid (dismenore).
 Poli dan hipermenorea, dapat terjadi pada endometriosis apabila kelainan
pada ovarium sangat luas sehingga fungsi ovarium terganggu.
 Infertilitas, hal ini disebabkan apabila motilitas tuba terganggu karena
fibrosis dan perlekatan jaringan disekitarnya. Sekitar 30-40% wanita
dengan endometriosis menderita infertilitas.
Endometriosis bisa diterapi dengan medikamentosa dan/atau pembedahan.
Pengobatan endometriosis juga bertujuan untuk menghilangkan nyeri
dan/atau memperbaiki fertilitas.

3.2 Saran

Untuk Referat selanjutnya, disarankan kepada penulis agar


melanjutkan referat dengan mencari bahan bahan yang lebih lengkap dan
terbaru.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. American Society. Endometriosis a guide for patient


http://www.asrm.org/Patients/patientbooklets/endometriosis.pdf [diakses
30 oktober 2018]
2. Oepomo TD. Concentration of TNF-α in the peritoneal fluid and serum of
endometrioticpatients. http://www.unsjournals.com/DD0703D070302.pdf
[diakses 30 oktober 2018]
3. NHS Evidence, Annual Evidence Update on Endometriosis –
Epidemiology and aetiology.
http://www.library.nhs.uk/womenshealth/ViewResource.aspx?resID=2589
81&tabID=290&catID=11472 [diakses 30 oktober 2018]
4. Prawirohardjo S. Ilmu Kandungan. Jakarta: YBP-SP, 2016.

5. Lee BM, The Endometriosis cyst. http://ezinearticles.com/?Cyst-


Endometriosis---Cyst-in-the-Walls-of-the-Womb&id=1794678 [diakses
30 oktober 2018]
6. Wellbery C. Diagnosis and Treatment of Endometriosis 2012;
http://www.aafp.org/afp/991015ap/contentshtml [diakses 30 oktober 2018]
7. Overton C, Davis C, McMillanL, Shaw R. An Atlas Of Endometriosis, 3 rd
ed. London: Informa Healthcare, 2014. p.2-3, 36
8. Sud S, Tulandi T. Endometriosis http://www.obgyn.net/medical.asp?
page=/ english/ pubs/ features/mcgill -student-projects/endometriosis.
london.2015 [diakses 30 oktober 2018]
9. Endometriosis Research Foundation. Diagnosing endometriosis,.
http://www.endometriosis.org/endometriosis.html [diakses 30 oktober
2018]
10. Stoppler MC, Endometriosis
http://www.medicinenet.com/endometriosis/page3.htm#tocg [diakses 7
Juni 2009].

17

Anda mungkin juga menyukai