FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO REFERAT
MARET 2019
KISTA ENDOMETRIOSIS
OLEH :
Nama : Amalia Mega Putri Mujur
NIM : N 111 17 083
Pembimbing :
dr. Melda MM Sinolungan, Sp. OG
Fakultas : Kedokteran
Fakultas Kedokteran
Universitas Tadulako
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
memerlukan keterampilan operator, biaya tinggi dan kemungkinan dapat
terjadi komplikasi dari yang ringan sampai berat. Alasan yang dikemukakan
tadi menyebabkan banyak penderita endometriosis yang tidak mau dilakukan
pemeriksaan laparoskopi untuk mengetahui apakah endometriosis sudah
berhasil diobati atau tidak.2,3
1.2 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari penulisan Referat ini adalah untuk
mengetahui dan mempelajari mengenai Kista Endometriasis, bagaimana
mendiagnosis serta bagaimana penanganan yang tepat terhadap Kista
Endometriasis.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Endometriosis adalah jaringan ektopik (tidak pada permukaan dalam
uterus) yang memiliki susunan kelenjar atau stroma endometrium atau kedua-
duanya dengan atau tanpa makrofag yang berisi hemosiderin dan fungsinya mirip
dengan endometrium karena berhubungan dengan haid dan bersifat jinak, tetapi
dapat menyebar ke organ-organ dan susunan lainnya.1
Endometriosis merupakan suatu keadaan dimana jaringan endometrium
yang masih berfungsi terdapat baik diluar endometrium kavum uteri maupun di
miometrium (otot rahim).4 Bila jaringan endometrium tersebut berimplantasi di
dalam miometrium disebut endometriosis interna atau adenomiosis, sedangkan
jaringan endometrium yang berimplantasi di luar kavum uteri disebut
endometriosis eksterna atau endometriosis sejati.1-3 Pembagian ini sekarang sudah
tidak dianut lagi karena baik secara patologik, klinik ataupun etiologik
adenomiosis dan endometriosis berbeda.2
1) Ovarium;
2) Peritoneum dan ligamentum sakrouterinum, kavum Douglasi, dinding
belakang uterus, tuba Fallopi, plika vesiko uterina, ligamentum
rotundum, dan sigmoid.
3) Septum rektovaginal;
4) Kanalis inguinalis;
5) Apendiks;
4
6) Umbilikus;
7) Serviks uteri, vagina, kandung kencing, vulva, perineum;
8) Parut laparotomi;
9) Kelenjar limfe; dan
10) Walaupun sangat jarang, endometriosis dapat ditemukan di lengan,
paha, pleura, dan perikardium
2.3 Epidemiologi
Angka kejadian endometriosis biasanya terjadi pada usia
reproduksi si usi 25-29 tahun. Tetapi dapat juga terjadi pada wanita yang
telah menopause yang mendapatkan terapi hormonal. Penyakit ini juga
dapat ditemukan pada seluruh etnis dan kelompok sosial manapun.
2.4 Etiologi
5
Teori pertama yaitu teori retrograde menstruasi, juga dikenal sebagai teori
implantasi jaringan endometrium yang viable (hidup) dari Sampson. Teori
ini didasari atas 3 asumsi:
Terdapat darah haid berbalik melewati tuba falopii
Sel-sel endometrium yang mengalami refluks tersebut hidup dalam
rongga peritoneum
Sel-sel endometrium yang mengalami refluks tersebut dapat
menempel ke peritoneum dengan melakukan invasi, implantasi dan
proliferasi.6,7
2. Teori metaplasia soelomik
ini menyatakan bahwa endometriosis berasal dari perubahan
metaplasia spontan dalam sel-sel mesotelial yang berasal dari epitel
soelom (terletak dalam peritoneum dan pleura). Perubahan metaplasia ini
dirangsang sebelumnya oleh beberapa faktor seperti infeksi, hormonal
dan rangsangan induksi lainnya. 6,7
3. Teori transplantasi langsung
6
Endometriosis 6-7 kali lebih sering ditemukan pada hubungan
keluarga ibu dan anak dibandingkan populasi umum, karena
endometriosis mempunyai suatu dasar genetik. Matriks metaloproteinase
(MMP) merupakan enzim yang menghancurkan matriks ekstraseluler dan
membantu lepasnya endometrium normal dan pertumbuhan endometrium
baru yang dirangsang oleh estrogen. Tampilan MMP meningkat pada
awal siklus haid dan biasanya ditekan oleh progesteron selama fase
sekresi. Tampilan abnormal dari MMP dikaitkan dengan penyakit-
penyakit invasif dan destruktif. Pada wanita yang menderita
endometriosis, MMP yang disekresi oleh endometri-um luar biasa
resisten (kebal) terhadap penekanan progesteron. Tampilan MMP yang
menetap didalam sel-sel endometrium yang terkelupas dapat
mengakibatkan suatu potensi invasif terhadap endometrium yang
berbalik arah sehingga menyebabkan invasi dari permukaan peritoneum
dan selanjutnya terjadi proliferasi sel.6,7
5. Faktor endokrin
7
2.4 Patologi
8
2.5 Gejala Klinis
1) Nyeri Perut
Nyeri perut bawah yang progresif dan dekat paha yang terjadi pada
dan selama haid (dismenore). Sebab dari dismenore ini tidak diketahui
tetapi mungkin ada hubungannya dengan vaskularisasi dan perdarahan
dalam sarang endometriosis pada waktu sebelum dan semasa haid. Nyeri
tidak selalu didapatkan pada endometriosis walaupun kelainan sudah luas
sebaliknya kelainan ringan dapat menimbulkan gejala nyeri yang hebat.
Nyeri yang hebat dapat menyebabkan mual, mntah, dan diare.
Dismenore primer terjadi selama tahun-tahun awal mestruasi, dan
semakin meningkat dengan usia saat melahirkan anak, dan biasanya hal ini
tidak berhubungan dengan endometriosis. Dismenore sekunder terjadi
lebih lambat dan akan semakin meningkat dengan pertambahan usia. Hal
ini bisa menjadi tanda peringatan akan terjadinya endometriosis, walaupun
beberapa wanita dengan endometriosis tidak terlalu merasakannya.
2) Dispareunia
9
Merupakan gejala yang sering dijumpai disebabkan oleh karena adanya
endometriosis di kavum Douglasi.
3) Nyeri waktu defekasi,
Nyeri waktu defekasi erjadi karena adanya endometriosis pada dinding
rekstosigmoid. Kadang-kadang bisa terjadi stenosis dari lumen usus besar
tersebut.
4) Polip dan hipermenorea
Polip dan Hipermenorea dapat terjadi pada endometriosis apabila kelainan
pada ovarium sangat luas sehingga fungsi ovarium terganggu.
5) Infertilitas
Infertilitas hal ini disebabkan apabila motilitas tuba terganggu karena
fibrosis dan perlekatan jaringan disekitarnya. Sekitar 30-40% wanita
dengan endometriosis menderita infertilitas.
2.6 Diagnosis
10
2.7 Penatalaksanaan
11
sebagai upaya untuk meregresi penyakit yang asimtomastik dan
mengatasi fertilitas subsekuen.
o Ablasi melalui pembedahan untk endometriosis simptomatik juga
dapat meningkatkan kesuburan dalam 3 tahun setelah follow-up.
Tidak ada hubungan antara endometriosis dengan abortus rekuren dan
tidak ada penelitian yang menunjukkan bahwa terapi medikamentosa atau
pembedahan dapat mengurangi angka kejadian abortus.
Terapi medis: pil kontrasepsi oral kombinasi, danazol, agen progestational,
dan analog GnRH. Semua obat ini memiliki efek yang sama dalam
mengurangi nyeri dan durasinya.
o Pil kontrasepsioral kombinasi berperan dalam supresi ovarium dan
memperpanjang efek progestin.
o Semua agen progesteron berperan dalam desidualisasi dan atrofi
endometrium.
Medroksiprogesteron asetat berperan dalam mengurangi nyeri.
Megestrol asetat juga memiliki efek yang sama
The levonorgestrel intrauterine system (LNG-IUS) berguna
dalam mengurangi nyeri akibat endometriosis.
o Analog GnRH berguna untuk menurunkan gejala nyeri, namun
tidak berefek dalam meningkatkan angka fertilitas. Terapi dengan
GnRH menurunkan gejala nyeri pada 85-100% wanita dengan
endometriosis.
o Danazol berperan untuk menghambat siklus follicle-stimulating
hormone (FSH) and luteinizing hormone (LH) dan mencegah
steroidogenesis di korpus luteum.
12
Terapi Bedah
Pembedahan konservatif
o Tujuannya adalah merusak jaringan endometriosis dan melepaskan
perlengketan perituba dan periovarian yang menjadi sebab timbulnya
gejala nyeri dan mengganggu transportasi ovum. Pendekatan
laparoskopi adalah metode pilihan untuk mengobati endometriosis
secara konservatif. Ablasi bisa dilakukan dengan dengan laser atau
elektrodiatermi. Secara keseluruhan, angka rekurensi adalah 19%.
Pembedahan ablasi laparoskopi dengan diatermi bipolar atau laser
efktif dalam menghilangkan gejala nyeri pada 87%. Kista
endometriosis dapat diterapi dengan drainase atau kistektomi.
Kistektomi laparoskopi mengobati keluhan nyeri lebih baik daripada
tindakan drainase. Terapi medis dengan agonis GnRH mengurangi
ukuran kista tetapi tidak berhubungan dengan hilangnya gejala nyeri.
o Flushing tuba dengan media larut minyak dapat meningkatkan angka
kehamilan pada kasus infertilitas yang berhubungan dengan
endometriosis.
o Untuk dismenorhea yang hebat dapat dilakukan neurektomi presakral.
Bundel saraf yang dilakukan transeksi adalah pada vertebra sakral III,
dan bagian distalnya diligasi.
o Laparoscopic Uterine Nerve Ablation (LUNA) berguna untuk
mengurangi gejala dispareunia dan nyeri punggung bawah.
o Untuk pasien dengan endometriosis sedang, pengobatan hormonal
adjuvant postoperative efektif untuk mengurangi nyeri tetapi tidak ada
13
berefek pada fertilitas. Analog GnRH, danazol, dan
medroksiprogesteron berguna untuk hal ini.
Pembedahan semikonservatif
o Indikasi pembedahan jenis ini adalah wanita yang telah melahirkan
anak dengan lengkap, dan terlalu muda untuk menjalani pembedahan
radikal, dan merasa terganggu oleh gejala-gejala endometriosis.
Pembedahan yang dimaksud adalah histerektomi dan sitoreduksi dari
jaringan endometriosis pelvis. Kista endometriosis bisa diangkat
karena sepersepuluh dari jaringan ovarium yang berfungsi diperlukan
untuk memproduksi hormon. Pasien yang dilakukan histerektomi
dengan tetap mempertahankan ovarium memiliki risiko enam kali
lipat lebih besar untuk mengalami rekurensi dibandingkan dengan
wanita yang dilakukan histerektomi dan ooforektomi.
o Terapi medis pada wanita yang telah memiliki cukup anak yang juga
memiliki efek dalam mereduksi gejala.
Pembedahan radikal
o Histerektomi total dengan ooforektomi bilateral dan sitoreduksi dari
endometrium yang terlihat. Adhesiolisis ditujukan untuk
memungkinkan mobilitas dan menormalkan kembali hubungan antara
organ-organ di dalam rongga pelvis.
o Obstruksi ureter memerlukan tindakan bedah untuk mengeksisi begian
yang mengalami kerusakan. Pada endometriosis dengan obstruksi
usus dilakukan reseksi anastomosis jika obstruksi berada di
rektosigmoid anterior.
2.8 Prognosis
14
metode yang baik untuk menurunkan angka kejadian rekurensi dari gejala-
gejala endometriosis. 8
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kista endometriosis adalah suatu jenis kista yang berasal dari jaringan
endometrium. Ukuran kista bisa bervariasi antara 0.4-4 inchi. Jika kista
mengalami ruptur, isi dari kista akan mengisi ovarium dan rongga pelvis.
3.2 Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
17