Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN

KANKER ENDOMETRIUM

Disusun Oleh :

1. Andriyani 2140703088
2. Ida Farida 2140703089
3. Julianti 2140703090

JURUSAN KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN

2021

1
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN 1


DAFTAR ISI 2
BAB 1 PENDAHULUAN 3
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Rumusan Masalah 4
BAB 2 KONSEP DASAR TEORI 5
2.1 Definisi 5
2.2 Etiologi 5
2.3 Faktor Resiko 6
2.4 Manifestasi Klinik 8
2.5 Patofisiologis 9
2.6 Prognosis 9
2.7 Dampak 9
2.8 Pemeriksaan Anamnesa 9
2.9 Penatalaksanaan /Terapi 9
BAB 3 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 12
3.1 Pengkajian 12
3.2 Diagnosa Keperawatan 16
BAB 4 PENUTUP 19
4.1 Kesimpulan 19
DAFTAR PUSTAKA

2
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kanker endometrium adalah kanker yang terjadi pada organ endometrium atau pada
dinding rahim. Endometrium adalah organ rahim yang berbentuk seperti buah pir
sebagai tempat tertanam dan berkembangnya janin. Kanker endometrium kadang-
kadang disebut kanker rahim, tetapi ada sel-sel lain dalam rahim yang bisa menjadi
kanker seperti otot atau sel miometrium. kanker endometrium sering terdeteksi pada
tahap awal karena sering menghasilkan pendarahan vagina di antara periode menstruasi
atau setelah menopause (Apriliana, 2019).

Sekitar 80% kasus yang terdiagnosis terjadi pada wanita berusia 50-75 tahun, dengan
puncak insidensi pada wanita berusia 55-70 tahun (Baraero, Mary, dkk 2005). Wanita
yang memasuki masa menopause memiliki kemungkinan dua kali lipat untuk
mengalami kanker endometrium dibandingkan kemungkinan untuk mengalami
karsinoma serviks atau ovarium.

Sampai saat ini belum diketahui secara pasti penyebab kanker endometrium, tetapi
beberapa penelitiian menunjukkan bahwa rangsangan estrogen yang berlebihan dan
terus menerus bisa menyebabkan kanker endometrium. Adanya hubungan antara
pajanan estrogen dengan kanker endometrium telah diketahui selama lebih dari 50
tahun. Banyak dari factor resiko yang diperkirakan meningkatkan resiko karena
memiliki hubungan yang dekat dengan kadar estrogen, yang umumnya tidak dihambat
oleh progesterone. Salah satu factor resiko yang paling penting dan paling terbukti
untuk adenokarsinoma uterus adalah obesitas. (Baraero, Mary, dkk 2005).

Terdapat hubungan yang dekat antar resiko kanker endometrium, diet tinggi lemak,
dan tingginya produksi nasional bruto (Suddarth, 2002). Hal ini menunjukkan bahwa
tingkat perkembangan industri dapat mempengaruhi insidensi karsinoma endometrium
melalui konsumsi makanan. Diet tinggi lemak juga berhubungan dengan obesitas dan
diabetes tipe II. Jumlah dan jenis lemak dalam makanan mempengaruhi metabolisme
estrogen. Misalnya, diet yang kaya daging atau lemak dapat meningkatkan reabsorbsi

3
estrogen pada usus besar. Wanita kulit putih lebih sering didiagnosis mengalami kanker
endometrium dibandingkan warna kulit hitam.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang itu kanker endometrium?
2. Apa penyebab dari kanker endometrium ?
3. Apa saja faktor resiko dari kanker endometrium ?
4. Apa saja tanda dan gejala dari kanker endometrium ?
5. Bagaimana patofisiologi pada kanker endometrium ?
6. Apa saja dampak yang dapat terjadi pada kanker endometrium?
7. Apa saja yang penatalaksanaan (pemeriksaan anamnesa, pengobatan/terapi)
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien ?

4
BAB 2
KONSEP DASAR TEORI

2.1. Definisi
Kanker endometrium adalah kanker yang terjadi pada organ endometrium atau pada
dinding rahim. Endometrium adalah organ rahim yang berbentuk seperti buah pir
sebagai tempat tertanam dan berkembangnya janin. Kanker endometrium kadang-
kadang disebut kanker rahim, tetapi ada sel-sel lain dalam rahim yang bisa menjadi
kanker seperti otot atau sel miometrium. kanker endometrium sering terdeteksi pada
tahap awal karena sering menghasilkan pendarahan vagina di antara periode menstruasi
atau setelah menopause. (Apriliana, 2019)
Pada endometrium terdapat lubang kecil yang merupakan muara dari kelenjar
endometrium. Variasi tebal, tipisnya, dan fase pengeluaran lendir endometrium
ditentukan oleh perubahan hormonal dalam siklus menstruasi. Pada saat konsepsi
endometrium mengalami perubahan menjadi desidua, sehingga memungkinkan terjadi
implantasi (nidasi). Lapisan epitel serviks berbentuk silindris, dan bersifat
mengeluarkan cairan secara terus-menerus, sehingga dapat membasahi vagina.

Ada dua tipe utama kanker endometrium, yaitu:

● Kanker endometrium tipe 1. Tipe kanker endometrium yang paling umum terjadi.
Perkembangan sel kanker pada tipe ini terjadi secara perlahan (non-agresif) dan
dapat terdeteksi sejak dini.
● Kanker endometrium tipe 2. Tipe kanker endometrium yang sifatnya lebih agresif,
sehingga perkembangan dan penyebaran sel kanker terjadi lebih cepat
2.2. Etiologi
Penyebab kanker endometrium belum diketahui pasti, namun terdapat beberapa faktor
yang menyebabkan terjadinya kanker endometrium seperti factor reproduksi dan
menstruasi; hormon; kontrasepsi oral; obesitas, kondisi medis; ataupun faktor genetik,
dimana gen pencetus dari kanker endometrium yaitu MLH1, MSH2, MSH6.
Sel kanker endometrium memiliki reseptor terhadap hormon estrogen dan/atau
progesteron pada permukaan selnya. Sehingga interaksi antara hormon tersebut dengan
reseptor permukaan sel dapat mengakibatkan bertumbuhnya lapisan endometrium.

5
Lapisan endometrium yang semakin tumbuh ini yang kemudian berubah menjadi
kanker.
2.3. Faktor Resiko
Kanker endometrium biasanya terjadi setelah menopause. Lebih dari 95% kanker
endometrium terjadi setelah wanita berusia di atas 40 tahun. Wanita pasca menopause
memiliki risiko yang lebih tinggi. Berikut ini beberapa faktor resiko yang bisa
meningkatkan munculnya kanker endometrium :
a. Obesitas atau kegemukan.
Pada wanita obesitas dan usia tua terjadi peningkatan reaksi konversi androstenedion
menjadi estron. Pada obesitas konversi ini ditemukan sebanyak 25-20 kali. Obesitas
merupakan faktor resiko utama pada kanker endometrium sebanyak 2 sampai 20
kali. Wanita dengan berat badan 10-25 Kg diatas berat badan normal menpunyai
resiko 3 kali lipat dibanding dengan wanita dengan berat badan normal. Bila berat
badan lebih dari 25 Kg diatas berat badan normal maka resiko menjadi 9 kali lipat.
b. Haid pertama (menarche).
Wanita mempunyai riwayat menars sebelum usia 12 tahun mempunyai resiko 1,6
kali lebih tinggi daripada wanita yang mempunyai riwayat menars setelah usia lenih
dari 12 tahun. Menstruation span merupakan metode numerik untuk menentukan
faktor resiko dengan usia saat menarche, usia menopause dari jumlah paritas.
Menstruasion span (MS) = usia menars – (jumlah paritas x1,5). Bila MS 39 maka
resiko terkena kanker endometrium sebanyak 4,2 kali dibanding MS < 29.
c. Tidak pernah melahirkan.
Memiliki resiko terkena kanker endometrium lebih tinggi baik sudah menikah atau
belum dibanding wanita yang pernah melahirkan. Penelitian menunjukkan bahwa
25% penderita kanker endometrium tidak pernah melahirkan anak (nulipara).
Penelitian lainnya juga menunjukkan bahwa faktor ketidaksuburan(infertilitas) lebih
berperan daripada jumlah melahirkan (paritas).
d. Penggunaan estrogen.
Estrogen sering digunakan sebagai terapi sulih hormon. Peningkatan penggunaan
hormon ini diikuti dengan meningkatnya resiko kanker endometrium.
e. Hiperplasia endometrium.
Hiperplasia endometrium adalah pertumbuhan yang berlebihan dari jaringan selaput
lendir rahim disertai peningkatan vaskularisasi akibat rangsangan estrogen yang
berlebihan dan terus menerus. Disebut neoplasia endometrium intraepitel jika
6
hiperplasia endometrium disertai sel-sel atipikal dan meningkatkan resiko menjadi
kanker endometrium sebesar 23%.
f. Diabetes mellitus (DM).
Diabetes melitus dan tes toleransi glukosa (TTG) abnorml merupakan faktor resiko
keganasan endometrium. Angka kejadian diabetes melitus klinis pada penderita
karsinoma endometrium berkisar antara 3-17%, sedangkan angka kejadian TTG
yang abnormal berkisar antara 17-64%.
g. Hipertensi.
50% dari kasus endometrium menderita hipertensi dibandingkan dengan 1/3
populasi kontrol yang menderita penyakit tersebut, kejadian hipertensi pada
keganasan endometrium menurut statistik lebih tinggi secara bermakna daripada
populasi kontrol.
h. Faktor lingkungan dan diet.
Faktor lingkungan dan menu makanan juga mempengaruhi angka kejadian
keganasan endometrium lebih tinggi daripada di negara-negara yang sedang
berkembang. Kejadian keganasan endometrium di Amerika Utara dan Eropa lebih
tinggi daripada angka kejadian keganasan di Asia, Afrika dan Amerika latin.
Agaknya perbedaan mil disebabkan perbedaan menu dan jenis makan sehari-hari
dan juga terbukti dengan adanya perbedaan yang menyolok dari keganasan
endometrium pada golongan kaya dan golongan miskin. Keadaan ini tampak pada
orang-orang negro yang pindah dari daerah rural ke Amerika Utara. Hal yang sama
juga terjadi pada orang-orang Asia yang pindah ke negara industri dan merubah
menu makanannya dengan cara barat seperti misalnya di Manila dan Jepang, angka
kejadian keganasan endometrium lebih tinggi daripada di negara-negara Asia
lainnya.
i. Riwayat keluarga.
Ada kemungkinan terkena kanker endometrium, jika terdapat anggota keluarga yang
terkena kanker ini, meskipun prosentasenya sangat kecil.
j. Tumor memproduksi estrogen.
Adanya tumor yang memproduksi estrogen, misalnya tumor sel granulosa, akan
meningkatkan angka kejadian kanker endometrium.

7
2.4. Manisfestasi Klinik
Keluhan utama yang dirasakan pasien kanker endometrium adalah perdarahan
pascamenopause bagi pasien yang telah menopause dan perdarahan intermenstruasi
bagi pasienyang belum menopause. Keluhan keputihan merupakan keluhan yang paling
banyak menyertai keluhan utama. Gejalanya bisa berupa:
1. Perdarahan rahim yang abnormal
2. Siklus menstruasi yang abnormal
3. Perdarahan diantara 2 siklus menstruasi (pada wanita yang masih mengalami
menstruasi)
4. Perdarahan vagina atau spotting pada wanita pasca menopause.
5. Perdarahan yang sangat lama, berat dan sering (pada wanita yang berusia diatas 40
tahun).
6. Nyeri perut bagian bawah atau kram panggul
7. Keluar cairan putih yang encer atau jernih (pada wanita pasca menopause)
8. Nyeri atau kesulitan dalam berkemih
9. Nyeri ketika melakukan hubungan seksual.

2.5. Patofisiologis
Tingginya estrogen dan tidak terdapatnya progesteron yang cukup sehingga terjadi
hiperplasia simpleks yang kemudian terbentuknya kelenjar baru pada lapisan uterus,
selanjutnya menjadi atipikal dan menyebabkan kanker endometrium. Tingginya kadar
estrogen secara abnormal yang menyebabkan kanker endometrium juga terdapat pada
keadaan sindroma ovarium polikistik (SOPK), karena pada SOPK terjadi unopposed
estrogen, kemudian terjadi unovulasi sehingga menyebabkan hiperplasia endometrium.
Tidak semua wanita dengan SOPK memiliki risiko tinggi kanker endometrium.
Kanker endometrium adalah kanker yang terbentuk di dalam endometrium yang
merupakan lapisan dalam halus rahim atau rahim. Rahim terletak di daerah panggul dan
menyerupai bentuk sebuah pepaya atau buah pir. 90% dari semua kanker rahim yang
terbentuk di endometrium. Profesional medis tidak tahu persis apa yang menyebabkan
kanker endometrium, tetapi telah dikaitkan dengan estrogen terlalu banyak, yang
merupakan hormon wanita. Ini adalah ovarium yang memproduksi estrogen, tetapi
mereka juga memproduksi hormon lain yang disebut progesteron yang membantu
untuk menyeimbangkan estrogen. Kedua hormon harus seimbang, tetapi jika terlalu

8
banyak estrogen yang diproduksi akan menyebabkan endometrium tumbuh, sehingga
meningkatkan risiko kanker endometrium.
Tanda pertama kanker endometrium adalah perdarahan atau bercak. Pendarahan atau
bercak mungkin tidak selalu hasil dari kanker, tetapi ide yang baik untuk segera
memeriksakan ke dokter agar diperiksa lebih detail lagi. Gejala lain dari kanker
endometrium adalah penurunan berat badan, kelelahan, nyeri panggul, kesulitan buang
air kecil dan nyeri selama hubungan seksual. Kanker ini terutama mempengaruhi
wanita yang telah melewati menopause. Mayoritas kasus pada perempuan berusia 55-
70 tahun.
2.6. Prognosis
Kemampuan hidup lima tahun (five years survival rate) karsinoma endometrium yang
terdiagnosissaat masih terlokalisir mencapai 96% sedangkan padastadium lanjut
menurun sampai 44% (WHO, World Cancer Factsheet. August 2012).
Menurut (Wilkins;2012). Prognosis kanker endometrium juga tergantung dari beberapa
faktor berikut ini :
● Usia
● Kedalaman invasi miometrium
● Invasi limfovaskular
● Tipe kanker endometrium
● Ukuran tumor
2.7. Dampak
● Anemia, yang disebabkan perdarahan vagina.
● Robekan (perforasi) pada rahim, yang mungkin muncul selama biopsi endometrium
atau kuret.
● Efek samping dari kemoterapi dan radioterapi, seperti mual dan muntah, hilangnya
nafsu makan, konstipasi, rambut rontok, serta muncul ruam.
2.8. Pemeriksaan Anamnesa
Pada anamnesis, keluhan utama yang ditemukan berupa perdarahan uterus abnormal
disertai nyeri atau kesulitan dalam berkemih. Terdapat juga aspek anamnesis spesifik
pada wanita premenopause dan wanita yang sudah mengalami menopause
2.9. Penatalaksanaan
Radiasi atau histerektomi radikal dan limfadenektomi pelvis merupakan pilihan terapi
untuk adenokarisinoma endoserviks yang masih terlokalisasi, sedangkan staging

9
surgical yang meliputi histerektomi simple dan pengambilan contoh kelenjar getah
bening para-aorta adalah penatalksanaan umum adenokarsinoma endometrium.
1. Pembedahan
Kebanyakan penderita akan menjalani histerektomi (pengangkatan Rahim).
Kedua tuba falopii dan ovarium juga diangkat (salpingo-ooforektomi bilateral)
karena sel-sel tumor bisa menyebar ke ovarium dan sel-sel kangker dorman (tidak
aktif) yang mungkin tertinggal kemungkinan akan terangsang oleh estrogen yang
dihasilkan oleh ovarium. Jika ditemukan sel-sel kangker di dalam kelenjar getah
bening di sekitar tumor, maka kelenjar getah bening tersebut juga diangkat.
2. Radioterapi
Pada radioterapi digunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel
kanker. Terapi penyinaran merupakan terapi lokal, hanya menyerang sel-sel kanker
di daerah yang disinari. Pada stadium I, II atau III dilakukan terapi p aran dan
pembedahan. Angka ketahanan hidup 5 tahun pada pasien kanker endometrium
menurun 20-30% dibanding dengan pasien dengan operasi dan penyinaran.
Penyinaran bisa dilakukan sebelum pembedahan (untuk memperkecil ukuran
tumor) atau setelah pembedahan (untuk membunuh sel-sel kanker yang tersisa).
Stadium I dan Il secara medis hanya diberi terapi penyinaran. Pada pasien dengan
risiko rendah (stadium A grade 1 atau 2) tidak memerlukan radiasi adjuvan pasca
operasi. Radiasi adjuvan diberikan kepada:
• Penderita stadium I, jika berusia diatas 60 tahun, grade III dan/atau invasi
melebihi setengah miometrium.
Penderita stadium IIA/IIB, grade I, II, III.
Penderita dengan stadium IIIA atau lebih diberi terapi tersendiri (Prawirohardjo,
2006).
Ada 2 jenis terjapi penyinaran yang digunakan untuk mengobati kanker
endometrium:
• Radiasi eksternal: digunakan sebuah mesin radiasi yang besar untuk mengarahkan
sinar ke daerah tumor. Penyinaran biasanya dilakukan sebanyak 5 kali/minggu
selama beberapa minggu dan penderita tidak perlu dirawat di rumah sakit. Pada
radiasi eksternal tidak ada zat radioaktif yang dimasukkan ke dalam tubuh. •
Radiasi internal (AFL): digunakan sebuah selang kecil yang mengandung suatu zat
radioaktif, yang dimasukkan melalui vagina dan dibiarkan selama beberapa hari.
Selama menjalani radiasi internal, penderita dirawat di rumah sakit.
10
3. Kemoterapi
● Cara Pemberian Kemoterapi
a. Per oral
Beberapa jenis kemoterapi telah dikemas untuk pemberian peroral,
diantaranya chlorambucil dan etoposide (VP-16).
b. Intra-muskulus
Pemberian ini relatif lebih mudah dan sebaiknya suntikan tidak diberikan
pada lokasi yang sama dengan pemberian dua-tiga kali berturut-turut. Yang
dapat diberikan secara intra-muskulus antara lain bleomicin dan
methotreaxate.
c. Intra peritoneal
Cara ini juga jarang dilakukan karena membutuhkan alat khusus (kateter
intraperitoneal) serta kelengkapan kamar operasi karena pemasangan perlul
narkose.
● Persiapan Kemoterapi
a) Darah tepi
b) Fungsi hepar o Fungsi ginjal :HB, Leukosit, hitung jenis, trobosit. bilirubin,
SGOT, SGPT, alkali fosfatase. ureum, kreatinin, dan creatinine clearance
test (bila serum kreatinin meningkat).
● Audiogram (terutama pada pemberian cis-platinum).
● EKG (terutama pemberian adriamycin, epirubicin).

11
BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
a. DATA SUBYEKTIF
1) Identitas
Nama Ibu : Nama Suami :
Umur : Umur :
Wanita menopause secara alami diatas 52 tahun 2,4 kali lebih beresiko jika
dibandingkan sebelum usia 49 tahun.
Suku /bangsa :
Agama :
Pendidikan : Pendidikan dan status social ekonomi diatas rata-rata
meningkatkan risiko terjadinya kanker endometrium akibat konsumsi terapi
pengganti estrogen dan rendahnya paritas.
Pekerjaan : Pekerjaan :
Alamat : Alamat :
No Telp : No Telp :

2) Keluhan Utama
Keluhan utama yang dirasakan pasien kanker endometrium adalah
perdarahan pasca menopause bagi pasien yang telah menopause dan
perdarahan intermenstruasi bagi pasien yang belum menopause. Keluhan
keputihan merupakan keluhan yang paling banyak menyertai keluhan
utama.

3) Status Kesehatan
a) Riwayat Menstruasi
● Menarche : Usia menarch dini (<12 tahun) berkaitan dengan
meningkatnya risiko kanker endometrium walaupun tidak selalu
konsisten.

12
● Siklus : dapat mengalami perdarahan diluar siklus haid dan lebih
panjang (banyak atau bercak)
● Jumlah : lebih banyak
● Lamanya : dapat memanjang
● Sifat Darah : encer atau bergumpal
● Teratur / tidak : mengalami perubahan
● Dismenorhea : dapat terjadi
● Fluor albus : berlebihan, berbau, purulen, bercampur darah
● HPHT :
b) Riwayat Penyakit yang lalu :
Menggali riwayat penyakit yang pernah dan sedang diderita oleh ibu
khususnya penyakit ginekologi,diabetes dan hipertensi.
c) Riwayat penyakit keluarga :
Menggali riwayat penyakit keluarga, karena kanker endometrium
berisiko pada wanita yang memiliki riwayat genetik.
d) Riwayat Sosial Budaya
● Status Emosional : Menggali kondisi emosional ibu yang berkaitan
dengan penyakitnya.
● Tradisi : Menggali kebiasaan-kebiasaan terhadap penyakitnya
(merokok atau perokok pasif), sirkumsisi.
e) Riwayat Penyakit Sekarang :
Masalah yang mungkin terjadi ketidaknyamanan yang berkaitan
dengan perubahan pola menstruasi (perdarahan banyak), nyeri, adanya
keputihan, keluhan lain yang disebabkan oleh penekanan tumor pada
vesika urinaria, uretra, ureter, rectum, pembuluh darah dan limfe.

4) Pola Fungsi kesehatan Gordon


a) Pemeliharaan dan persepsi kesehatan.
Kanker endometrium dapat diakibatkan oleh higiene yang kurang baik
pada daerah kewanitaan. Kebiasaan menggunakan bahan pembersih
vagina yang mengandung zat – zat kimia juga dapat mempengaruhi
terjadinya kanker endometrium.
b) Pola istirahat dan tidur.

13
Pola istirahat dan tidur pasien dapat terganggu akibat dari nyeri akibat
progresivitas dari kanker endometrium gangguan pola tidur juga dapat
terjadi akibat dari depresi yang dialami oleh pasien.
c) Pola Nutrisi.
Perbedaan pola demografi kanker endometrium diperkirakan oleh
peran nutrisi, terutama tingginya kandungan lemak hewani dalam diet.
Konsumsi sereal, kacang-kacangan, sayuran dan buah terutama yang
tinggi lutein, menurunkan risiko kanker yang memproteksi melalui
pitoestrogen.
d) Pola Eliminasi.
Pola eliminasi yang dialami oleh ibu. Apakah ibu mengalami obstipasi,
retensi urine, poliuri yang dapat disebabkan metastase sel kanker.
e) Pola kognitif – perseptual.
Pada klien dengan kanker endometrium biasanya tidak terjadi
gangguan pada pada panca indra meliputi penglihatan, pendengaran,
penciuman, perabaan, pengecap.
f) Pola persepsi dan konsep diri.
Pasien kadang merasa malu terhadap orang sekitar karena mempunyai
penyakit kanker endometrium, akibat dari persepsi yang salah dari
masyarakat. Meskipun penyakit ini tidak disebabkan dari berganti –
ganti pasangan.
g) Pola aktivitas dan latihan.
Kaji apakah penyakit serta kehamilan pasien mempengaruhi pola
aktivitas dan latihan. Dengan skor kemampuan perawatan diri (0=
mandiri, 1= alat bantu, 2= dibantu orang lain, 3= dibantu orang lain dan
alat, 4= tergantung total).
Pasien dengan kanker endometrium wajar jika mengalami perasaan
sedikit lemas akibat dari asupan nutrisi yang berkurang akibat dari
terapi yang dijalaninya, selain itu pasien juga akan merasa sangat
lemah terutama pada bagian ekstremitas bawah dan tidak dapat
melakukan aktivitasnya dengan baik akibat dari progresivitas kanker
endometrium sehingga harus beristirahat total.
h) Pola seksualitas dan reproduksi

14
Kaji apakah terdapat perubahan pola seksulitas dan reproduksi pasien
selama pasien menderita penyakit ini. Pada pola seksualitas pasien
akan terganggu akibat dari rasa nyeri yang selalu dirasakan pada saat
melakukan hubungan seksual (dispareuni) serta adanya perdarahan
setelah berhubungan. Serta keluar cairan encer (keputihan) yang berbau
busuk dari vagina. Kaji Riwayat penggunana kontrasepsi Menggali
jenis dan lama kontasepsi yang digunakan (pemakaian KB suntik 3
bulan lebih dari 6 tahun, KB IUD).
i) Pola manajemen koping stress
Kaji bagaimana pasien mengatasi masalah-masalahnya. Bagaimana
manajemen koping pasien. Apakah pasien dapat menerima kondisinya
setelah sakit.
j) Pola peran – hubungan
Bagaimana pola peran hubungan pasien dengan keluarga atau
lingkungan sekitarnya. Apakah penyakit ini dapat mempengaruhi pola
peran dan hubungannya. Pasien dengan kanker endometrium harus
mendapatkan dukungan dari suami serta orang – orang terdekatnya
karena itu akan mempengaruhi kondisi kesehatan pasien. Biasanya
koping keluarga akan melemah ketika dalam anggota keluarganya ada
yang menderita penyakit kanker endometrium.
k) Pola keyakinan dan nilai.
Kaji apakah penyakit pasien mempengaruhi pola keyakinan dan nilai
yang diyakini.

b. DATA OBYEKTIF
1) PEMERIKSAAN UMUM
a) KU :
b) Tekanan darah : Hipertensi menjadi factor risiko pada wanita
pancamenopause dengan obesitas.
c) Denyut nadi :
d) Pernapasan :
e) Suhu :
f) Berat Badan : Obesitas meningkatkan risiko terkena kanker
endometrium. Kelebihan 13-22 kg BB ideal akan meningkatkan risiko

15
sampai 3 x lipat. Sedangkan kelebihan di atas 23 kg akan
meningkatkan risiko sampai 10x lipat.
2) PEMERIKSAAN FISIK
a) Muka : Pucat jika mengalami gangguan pola menstruasi
b) Dada : Pemeriksaan ginekologi sadaris (ada tidaknya penyebaran).
c) Abdomen : Pemeriksaan nyeri tekan. Adanya masa.
d) Genetalia
Terdapat sekret pervaginam (banyak, kekuning-kuningan, berbau amis
atau busuk, dapat bercampur darah, purulent), perdarahan. Terdapat
lesi, erosi, tukak kecil, tumor papiller, tumor eksofitik.
e) Ekstremitas
Bisa terdapat oedema pada ekstremitas atas dan bawah

3.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan utama pasien dapat mencakup sebagai berikut :
a. Nyeri kronis berhubungan dengan nekrosis jaringan akibat kanker
endometrium
b. Nausea berhubungan dengan iritasi gastrointestinal akibat kemoterapi
c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan sekunder
akibat kemoterapi.

No Diagnosa Noc Nic

1. Nyeri kronis berhubungan d. Klien dapat mengenali a. Lakukan pengkajian


dengan nekrosis jaringan onset nyeri yang komprehensif
akibat kanker terhadap nyeri, meliputi
e. Klien dapat
endometrium. lokasi, karasteristik,
mendeskripsikan faktor-
onset/durasi, frekuensi,
faktor penyebab nyeri
kualitas, intensitas nyeri,
f. Klien dapat mengontrol serta faktor-faktor yang
nyerinya dengan dapat memicu nyeri.
menggunakan teknik
b. Observasi tanda tanda
manajemen nyeri non
non verbal atau isyarat
farmakologis.
dari ketidaknyamanan.
16
g. Klien menggunakan c. Gunakan strategi
analgesik sesuai komunikasi terapeutik
rekomendasi. dalam mengkaji
pengalaman nyeri
h. Klien melaporkan nyeri
terkontrol. d. Kaji tanda-tanda vital
klien.

b. e. Evaluasi bersama
klien dan tim medis
mengenai riwayat
keefektifan intervensi
nyeri yang pernah
diberikan pada klien.

2. Nausea/mual berhubungan a. Klien menyadari onset a. Berikan pasien untuk


dengan iritasi dari nausea secara memonitor pengalaman
gastrointestinal akibat teratur nauseanya.
kemoterapi
b. Klien dapat menghindari b. Ajarkan pasien strategi
faktor penyebab nausea untuk mengatur rasa
dengan baik mualnya

c. Klien melakukan c. Lakukan pengkajian


tindakan pencegahan lengkap rasa mual
nausea dengan teratur termasuk frekuensi,
durasi, tingkat mual, dan
d. Klien dapat melaporkan
faktor yang
mual, muntah, dan dapat
menyebabkan pasien
dapat mengontrol
mual.
muntahnya dengan baik
d. Kurangi faktor personal
yang menyebabkan atau
meningkatkan mual
(cemas, takut, kelelahan,
dan kurang informasi).

17
e. Berikan istirahat dan
tidur yang adekuat
untuk mengurangi mual.

f. Berikan terapi
farmakologi pada mual
yang tidak dapat
ditoleransi.

g. Anjurkan klien
mengurangi jumlah
makanan yang bisa
menimbulkan mual.

18
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kanker endometrium merupakan kanker ginekologi yang sering terjadi pada wanita
setelah kanker payudara, kolon dan paru. Di Indonesia, usia penderita kanker
endometrium cenderung lebih muda, yaitu sebanyak 63,9% pada usia ≥50 tahun dan
sebanyak 12,5% pada usia ≤40 tahun, kemungkinan hal ini disebabkan oleh
penggunaan TSH yang masih jarang digunakan. Penyebab kanker endometrium belum
diketahui pasti, namun terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kanker
endometrium seperti faktor reproduksi dan menstruasi; hormon; kontrasepsi oral;
obesitas, kondisi medis; ataupun faktor genetik, dimana gen pencetus dari kanker
endometrium yaitu MLH1, MSH2, MSH6 (Barareo, Marry, dkk 2005).

Patogenesis penyakit ini ialah tingginya estrogen dan tidak terdapatnya progesteron
yang cukup sehingga terjadi hiperplasia simpleks yang kemudian terbentuknya kelenjar
baru pada lapisan uterus, selanjutnya menjadi atipikal dan menyebabkan kanker
endometrium. Tingginya kadar estrogen secara abnormal yang menyebabkan kanker
endometrium juga terdapat pada keadaan sindroma ovarium polikistik (SOPK), karena
pada SOPK terjadi unopposed estrogen, kemudian terjadi unovulasi sehingga
menyebabkan hiperplasia endometrium. Tidak semua wanita dengan SOPK memiliki
risiko tinggi kanker endometrium (Judith M, 2006).

19
DAFTAR PUSTAKA

Yuyun, Lutfiaturrohmah, Angel, Alfiatun, Ichwan, Apriliana (2019). Laporan Makalah


Kelompok Iv “Konsep Penyakit Dan Asuhan Keperawatan Ca. Endometrium”. Stikes
Hang Tuah Pekanbaru. Pekanbaru. 2019.
Siti, Riyo, Galuh, Alief, Kintan (2019). Makalah Keperawatan Maternitas Asuhan
Keperawatan Ca Endometrium. Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas
Muhammadiyah Purwokerto. 2018/2019
Baraero, Mary, dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Reproduksi &
Seksualitas. Jakarta: EGC Brunner and Suddarth.
Cardenes HR, Look K, Michael H, Cerezo L. Chapter 67 : Endometrium. In :Halperin EC,
Perez CA, Brady LW (ed). Perez and Brady’s Principles and Practice of Radiation
Oncology. Fifth Edition. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins;2012.
Clarke, Megan A, et all. Association of Endometrial Cancer Risk With Postmenopausal
Bleeding in Women. 2018; 178(9): 1210–1222. JAMA Internal Medicine.

https://www.halodoc.com/kesehatan/kanker-endometrium
https://www.alodokter.com/kanker-endometrium

20

Anda mungkin juga menyukai