Anda di halaman 1dari 19

CLINICAL SCIENCE SESSION (CSS)

*Kepaniteraan Klinik Senior/G1A221047/ 2023


**Pembimbing/ dr. Rudy Gunawan, Sp.OG, (K)-ONK, DMAS, FICRS

KARSINOMA ENDOMETRIUM

Fitry Febrianti., S.ked*


dr. Rudy Gunawan, Sp.OG, (K)-ONK, DMAS, FICRS **

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

RSUD RADEN MATTAHER JAMBI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI

2023

1
CLINICAL SCIENCE SESSION (CSS)
KARSINOMA ENDOMETRIUM

DISUSUN OLEH
Fitry Febrianti., S.ked
G1A221047

Telah diterima dan dipresentasikan sebagai salah satu tugas


Bagian Obstetri dan Ginekologi RSUD Raden Mattaher Jambi
Program Studi Pendidikan Kedokteran Universitas Jambi

Laporan ini telah diterima dan dipresentasikan


Jambi, Agustus 2023

PEMBIMBING

dr. Rudy Gunawan, Sp.OG, (K)-ONK, DMAS, FICRS

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan kasih dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan telaah jurnal
CLINICAL SCIENCE SESSION (CSS) ini dengan judul “Karsinoma Endometrium”.
Laporan ini merupakan bagian dari tugas Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Obstetri
dan Ginekologi RSUD Raden Mattaher Jambi.

Terwujudnya laporan ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan dorongan dari
berbagai pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada dr.
Rudy Gunawan, Sp.OG, (K)-ONK, DMAS, FICRS selaku pembimbing yang telah
memberikan arahan sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan baik dan kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini.

Penulis menyadari laporan ini masih banyak kekurangannya, untuk itu saran dan
kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan oleh penulis.Sebagai penutup semoga
kiranya laporan ini dapat bermanfaat bagi kita khususnya dan bagi dunia kesehatan pada
umumnya.

Jambi, Agustus 2023

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

Kanker endometrium merupakan kanker keenam yang paling sering terjadi pada
wanita diseluruh dunia setelah kanker payudarah, kolon,paru,serviks, dan tiroid.
Berdasarkan data, diperkirakan pada tahun 2018 kasus baru kanker endometrium di Asia
tenggara mencapai 20.796 kasus. Indonesia menempati posisi pertama dengan prediksi
6745 kasus. Angka kematian karena kanker ini di Indonesia mencapai 1,9 per 100.000
wanita.

Kanker endometrium terjadi pada masa reproduksi dan menopause. Usia rata-rata
pasien kanker endometrium adalah 63 tahun, dimana sebagian besar pasien berusia 50-59
tahun. Hanya sekitar 5% wanita yang menderita kanker endometrium berusia kurang dari
40 tahun. Di Indonesia, usia penderita cendrung lebih muda jika dibandingkan dengan
Negara-negara barat.

Kanker endometrium terjadi ketika sel-sel dilapisan endometrium yang merupakan


lapisan paling dalam dari uterus mulai tumbuh diluar kendali. Penyebab kanker
endometrium masih belum diketahui sepenuhnya, tetapi sebagian besar faktor resiko
berhubungan dengan perubahan pola hormonal yang terjadi sepanjang hidup wanita.
Estrogen terbukti memiliki efek terhadap ploriferasi sel-sel endometrium sedangkan
progesteron memiliki efek yang berlawanan. Terdapat beberapa faktor yang meningktakan
risiko terjadinya kanker endometrium yaitu usia, paritas, menarche dini, obesitas, DM,
hipertensi, riwayat genetic dan pemberian ASI eksklusif.

Kebanyakan dari karsinoma endometrium ditemukan dari biopsy endometrial


dengan keluhan perdarahan uterus abnormal. Tidak jarang penderita ditemukan sudah
dalam kondisi stadium lanjut dengan prognosis yang buruk. Dengan mempertimbangkan
risiko terjadinya kanker endometrium maupun progresifitas tumor dengan prognosis yang
buruk. Sehingga diperlukan tindakan pencegahan dan diagnosis lebih awal dari karsinoma
endometrium maupun dari lesi precursor.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi

Karsinoma endometrium adalah tumor ganas yang muncul dari sel-sel epitel
primer lapisan endometrium. Umumnya dengan differensiasi grandular dan berpotensi
mengenai miometrium dan menyebar jauh. 75% tumor ganas endometrium adalah
adenokarsinoma, sisanya ialah karsinoma epidermoid atau karsinoma tipe sel squamous (5-
10%), adenoakantoma dan adenosquamous(30%),sarkoma uterin (1-5%) .2

Secara biologis dan histologis, karsinoma endometrium adalah jenis neoplasma


yang memiliki dua model pathogenesis. Karsinoma endometrium tipe 1 yang estrogen
dependent dan mempunyai prognosis lebih baik, dan karsinoma endometrium tipe 2 non-
estrogen dependent yang lebih agresif dan berprognosis lebih buruk3

2.2 Epidemiologi

Karsinoma endometrium adalah kejadian keganasan tertinggi keenam yang paling


sering terjadi yang terjadi pada wanita di seluruh dunia. Dari 290.000 kasus baru yang
dilaporkan pada 2008, terhitung 5 % dari semua kasus keganasan baru pada wanita.
Penyakit ini paling banyak terjadi di negara maju seperti Amerika, negara-negara di Eropa
tengah dan Eropa timur dan insiden lebih rendah di Afrika timur. Tingkat kejadian
karsinoma endometrium seiring pertambahan usia juga meningkat di negara-negara
berkembang.3

Di seluruh dunia, angka kejadian karsinoma endometrium seiring pertambahan usia


berkisar antara 15 per 100.000 wanita (di daerah Amerika dan sebagian Eropa) sampai
kurang dari 5 per 100.000 wanita (di daerah Afrika dan Asia). Resiko karsinoma
endometrium meningkat seiring usia, dimana kebanyakan kasus terdiagnosa setelah
menopause.1,3

Di Indonesia, sebuah penelitian tahun 2005 mendapatkan prevalensi kanker


endometrium di Jakarta mencapai 7,2 kasus per tahun. Usia penderita yang cenderung
lebih muda pada penelitian tersebut jika dibandingkan dengan penderita di negara-negara
barat dan eropa (berusia >50 tahun terbanyak), kemungkinan disebabkan di indonesia

5
pengguanaan TSH masih sangat jarang. Pemakaian TSH menyebabkan tingginya jumlah
penderita kanker ini di negara Barat dan Eropa di era tahun 70-an.2

2.3 Etiologi

Kebanyakan kasus karsinoma endometrium (80%) dihubungkan dengan endometrium


terpapar stimulasi estrogen secara kronis (hormonal) dari sumber endogen dan eksogen lain.
Kanker yang dihubungkan dengan estrogen (estrogen dependent) ini cenderung untuk mengalami
hiperplasia dan berdiferensiasi lebih baik, dan secara umum punya prognosis baik. Sementara itu,
tipe kanker endometrium yang tidak bergantung pada estrogen (non estrogen dependent)
berkembang dengan non hiperplasia dan berdiferensiasi jelek dan lebih agresif.

Banyak kasus karsinoma endometrium yang dilaporkan pada wanita tanpa faktor resiko
yang sudah diketahui seperti mereka dengan gangguan hormonal. Beberapa studi menunjukan
bahwa sindroma ovarium polikistik dan resistensi insulin yang merupakan komponen dari sindrom
metabolik, dapat berperan dalam pathogenesis karsinoma endometrium. 1,2,3

2.4 Faktor Resiko

Kebanyakan penelitian menyimpulkan bahwa nulipara mempunyai resiko tiga kali


lebih besar menderita kanker endometrium dibanding multipara. Berbeda dengan kanker
payudara, usia pertama melahirkan tidak memperlihatkan adanya hubungan terhadap
terjadinya kanker ini walaupun masa aktasi yang panjang dapat berperan sebagai proteksi. 2

Hipotesis bahwa infertilitas menjadi faktor resiko untuk kanker endometrium


didukung oleh penelitian- penelitian yang menunjukkan resiko yang lebih tinggi untuk
nulipara dibanding wanita yang tidak pernah menikah.Perubahan-perubahan biologis yang
berhubungan dengan infertilitas dihubungkan dengan resiko kanker endometrium adalah
siklus anovulasi (estrogen yang lama tanpa progesteron yang cukup), kadar androstenodion
serum yang tinggi (kelebihan androstenodion dikonversi menjadi estrone), tidak
mengelupasnya lapisan endometrium setiap bulan dan efek dari kadar estrogen bebas
dalam serum rendah pada nulipara.2,3

Usia menarche dini (<12 tahun) berhubungan dengan meningkatnya faktor resiko
kanker endometrium walaupun tidak selalu konsisten. Kebanyakan penelitian juga
menunjukkan usia saat menopause mempunyai hubungan langsung terhadap resiko
meningkatnya kanker ini sekitar 70% dari semua wanita yang didiagnosis kanker
endometrium adalah pascamenopause.2

6
Selain yang disebutkan diatas, faktor-faktor resiko yang masih terus diteliti
mempunyai hubungan erat dengan kanker ini adalah obesitas, diabetes melitus, hipertensi,
asupan gula, kopi, merokok, penggunaan tamoxifen, dan kebiasaan (aktivitas fisik,waktu
duduk atau berbaring).

Resiko karsinoma karena obesitas dihubungkan dengan kecenderungan


peningkatan kadar estrogen yang terjdai akibat perubahan jaringan lemak oleh hormon
androgen menjadi estrogen. Sedangkan asupan gula yang tinggi berujung pada kondisi
hiperinsulinemia, yang meningkatkan bioavabilitas IGF-1 (insulin like growth factor -1)
sehingga menstimulasi pertumbuhan sel. Asupan gula dan diabetes juga meningkatkan
resiko karsinoma endometrium dengan meningkatkan stres oxidative.3

Penyakit- penyakit yang diteliti memiliki resiko langsung menjadi karsinoma


endometrium adalah sindroma polikistik ovarium dan adanya tumor ovarium, dimana
keduanya memiliki dampak menimbulkan ketidakseimbangan hormon, peningkatan
produksi estrogen yang akhirnya mengarah pada karsinoma endometrium. Selain penyakit,
penggunaan obat tamoxifen untuk penatalaksanaan kanker payudara memiliki pengaruh
lain pada jaringan uterus. Pada jaringan uterus, obat ini bertindak seperti estrogen,
sehingga bagi Wanita yang telah menopause, pengaruhnya dapat membuat pertumbuhan
lapisan endometrium secara berlebihan, namun resikonya masih rendah (kurang dari 1%
kasus).5

2.5 Manifetasi Klinis

Diagnosis dini dari karsinoma endometrium hampir sepenuhnya bergantung pada


pengetahuan dan kesadaran pasien akan adanya perdarahan pervaginam yang tidak teratur.
Sebagian besar keluhan utama yang diderita pasien kanker endometrium adalah perdarahan
abnormal pascamenopause bagi pasien yang telah menopause dan perdarahan
intermenstruasi bagi pasien yang belum menopause. Pasien harus mengetahui adanya
perdarahan saat menstruasi yang berlebihan atau bercak darah. Karena beberapa kelainan
atau tumor jinak juga memberikan gejala serupa. Selain itu keluahan yang dapat menyertai
adalah :

- Keluhan keluar sekret putih atau merah muda dari vagina

- Keluhan nyeri perut bawah atau panggul yang menetap 2 minggu atau lebih

- Nyeri saat berhubungan.

7
Kebanyakan pasien tidak langsung mendatangi tenaga medis saat sampai terjadi
perdarahan berbulan-bulan, tahun, atau perdarahan yang berlebihan dan irregular. Pasien
dengan tipe Papillary serous tumour atau clear cell tumour sering datang dengan gejala dan
tanda yang mengindikasikan karsinoma epitel ovarium yang sudah memberat. Tipe
papillary serous tumour dan clear cell tumour adalah termasuk karsinoma endometrium
tipe 2 yang berkembang agresif dan memiliki prognostik cenderung lebih buruk. Tipe
papillary serous tumour (insidensinya 5- 10 dari seluruh kasus) adalah jenis yang tumbuh
dari sel endometrium yang atrhropi (biasanya dari wanita lansia) yang memiliki tipikal
histologik pertumbuhan selnya lebih tidak beraturan, adanya keratinisasi dengan inti yang
atipik. Karsinoma endometrium tipe 2 yang mayor lainnya adalah clear cell tumour dengan
insiden lebih rendah (<5%).Secara mikroskopik, gambarannya lebih predominan solid,
kistik dan tubular atau dapat bercampur (mixed) dari dua atau lebih bentuk ini.3,4

2.6 Diagnosis

Untuk mengevaluasi perdarahan intrauterine abnormal, diagnosis dilakukan dengan


biopsi endometrium. Namun, pada pasien yang tidak dapat dilakukan biopsi endometrium
karena stenosis servikal atau gejala tetap bertahan (alaupun hasil biopsi normal, maka
dapat dilakukan dilatasi dan kuretase dengan anastesi. Prosedur dilatasi dan kuretase
sampai saat ini merupakan baku emas untuk diagnosis kanker endometrium.2

Melalui pemeriksaan mikroskopik biopsi endometrium dan kuret endoserviks


biasanya dapat ditegakkan diagnosis adenokarsinoma jenis endometrioid atau musinous,
tapi jarang dapat dihubungkan dengan lesi awal berupa adenokarsinoma serviks insitu atau
hiperplasia atipik pada endometrium. Terlebih lagi gambaran histologik kanker
endometrium sering tumpang tindih atau terkontaminasi dengan sel-sel endoserviks.
Padahal, darimana pertumbuhan tumor berasal, apakah dari endometrium atau endoserviks
mempengaruhi pilihan terapi jenis pembedahan dan pasca pembedahan yang akan
dilakukan. Penelitian terakhir di jakarta menyatakan bahwa pemeriksaan kimia dengan
vimentin dapat membantu membedakan kanker endometrium dan kanker endoserviks,
khususnya pada gambaran histologi tumpang tindih dengan sensitivitas (93,7%) dan
spesifitas (94,4%) yang cukup tinggi.2,3

Penggunaan histeroskopi untuk deteksi dini (prosedur diagnostik dengan melihat


langsung kedalam uterus dengan histeroskop yang biasanya dilakukan bersamaan dengan
dilatasi dan kuretase) memiliki sensitifitas dan spesifitas yang tinggi dalam mendiagnosis

8
dan mengevaluasi uterus jika dicurigai ada lesi awal karsinoma endometrium. Satu-satunya
tumor marker klinis yang berguna dalam penatalaksanaan kanker endometrium adalah
jumlah serum CA-125. Secara langsung, peningkatan jumlah serum ini menunjukan
progresi1itas penyakitnya (sensiti1itas 63% dan spesifitas 88% pada level cut off 35 U/mL.
Dalam aplikasinya, pada pasien tingkat lanjut, serum ini dapat membantu mengevaluasi
respon terhadap terapi selama dalam penanganan. Namun, meskipun evaluasi serum ini
cukup bermakna, biasanya penemuan klinis lain masih terbatas.3,10

Penggunaan radiologi pada karsinoma endometrium juga masih terbatas. Secara


umum, pada wanita dengan karsinoma endometrium tipe 1 yang progresifitasnya lebih
baik, foto thoraks adalah satu-satunya evaluasi radiologis yang dibutuhkan dalam diagnosa
preoperati1. Visualisasi menggunakan Computed Tomography (CT) atau Magnetic
Resonance (MR) biasanya tidak banyak dibutuhkan. Namun dalam beberapa kasus, MRI
dapat membantu membedakan karsinoma endometrium dan perluasan dari karsinoma
serviks primer. USG transvaginal dapat mendeteksi lesi pada endometrium dengan
ketebalan lebih dari 4-5cm sehingga sangat akurat dalam mendeteksi polip, mioma,
hiperplasia ataupun karsinoma endometrium.2,7

2.7 Histologi

Umumnya (70-75% kasus) tipe histologik kanker endometrium adalah


endometrial/endometrioid adenokarsinoma, yaitu karsinoma yang berasal dari jaringan
kelenjar atau karsinoma yang memiliki karakteristik sel-sel tumornya membentuk struktur
seperti kelenjar sehingga membedakan dengan jaringan endometrium normal. Adanya
karsinoma tipe endometrium tipe ini biasanya dihubungkan dengan tumor grade rendah
dan invasi ke miometrium yang kurang masif. Namun, ketika komponen kelenjar
berkurang dan diganti dengan jaringan 96,5% dan spesifitas 93,6% bagi histeroskopi dalam
mengenali lesi intra uterin pada pasien menopause dengan perdarahan pervaginam,
termasuk lesi awal karsinoma endometrium.

Satu-satunya tumor marker klinis yang berguna dalam penatalaksanaan kanker


endometrium adalah jumlah serum CA-125. Secara langsung, peningkatan jumlah serum
ini menunjukan progresi1itas penyakitnya (sensitivitas 63% dan spesifitas 88% pada level
cuttoff 35 U/mL. Dalam aplikasinya, pada pasien tingkat lanjut, serum ini dapat membantu
mengevaluasi respon terhadap terapi selama dalam penanganan. Namun, meskipun
evaluasi serum ini cukup bermakna, biasanya penemuan klinis lain masih terbatas.3,10

9
Penggunaan radiologi pada karsinoma endometrium juga masih terbatas. Secara
umum, pada wanita dengan karsinoma endometrium tipe 1 yang progresifitasnya lebih
baik, foto thoraks adalah satu-satunya evaluasi radiologis yang dibutuhkan dalam diagnosa
preoperatif. Bisualisasi menggunakan Computed tomography (CT) atau Magnetic
Resonance (MR) biasanya tidak banyak dibutuhkan. Namun dalam beberapa kasus, MRI
dapat membantu membedakan karsinoma endometrium dan perluasan dari karsinoma
serviks primer. USG transvaginal dapat mendeteksi lesi pada endometrium dengan
ketebalan lebih dari 4-5cm sehingga sangat akurat dalam mendeteksi polip, mioma,
hiperplasia ataupun karsinoma endometrium.2,7

2.8 Histologi

Umumnya (70-75% kasus) tipe histologik kanker endometrium adalah endometrial


adalah endometrial/endometroid adenokarsinoma, yaitu karsinoma yang berasal dari
jaringan kelenjar atau karsinoma yang memiliki karakteristik sel-sel tumornya membentuk
struktur seperti kelenjar sehingga membedakan dengan jaringan endometrium normal.
Adanya karsinoma tipe endometrium tipe ini biasanya dihubungkan dengan tumor grade
rendah dan invasi ke miometrium yang kurang masif. Namun, ketika komponen kelenjar
berkurang dan diganti dengan jaringan solid dan sel berlapis, tumor ini akan diklasifikasi
sebagai grade yang tinggi, sebagai tambahan, endometrium yang atropi biasanya lebih
dihubungkan dengan lesi pre-kanker grade tinggi yang umumnya bermetastase.3

Empat varian dari tipe endometrioid dan tipe histologis lainnya dapat dilihat dalam tabel
2.1.

Tabel 2.1 Klasifikasi histologik kanker endometrium oleh The International Society of
Gynecologic Pathologist.3,4

1. Endometrioid (75%) (secretory, ciliated, papillary or villoglandular)


2. Adenocarcinoma with squamous differentiation.
3. Adenoacanthoma (benign squamous component)
4. Adenosquamous (malignant squamous component)
5. Uterine papillary serous (5%-10%)
6. Clear cell (1%-5%)
7. Malignant mixed Mullerian tumours or carcinosarcomas (1-2%)
8. Uterine sarcomas (leiomyosarcoma, endometrial stromal sarcoma, undifferentiated)
(3%)

10
9. Mucinous (1%)
10. Undifferentiated.
Berdasarkan histopathologinya, terdapat 2 jenis kanker endometrium, yaitu
adenokarsinoma endometrium tipe 1 dengan karakteristik berdiferensiasi baik dan invasi
secara superfisial. Tipe ini sensitif terhadap progesteron dan penderita cenderung memiliki
prognosis yang baik. Adenokarsinoma endometrium tipe 2 berdiferensiasi dengan buruk
atau bertipe histologik yang agresif (clear cell, papillary serous) dan berinvasi ke
miometrium. Prognosis penderita tipe ini kurang baik dan memiliki survival rate yang
lebih rendah dibanding penderita tipe 1. Selain itu pada beberapa jenis adenokarsinoma
endometrium tipe 2 ditemukan peningkatan molekul-molekul yang umumnya ditemukan
pada tipe 1, ini mengindikasikan bahwa adenokarsinoma endometrium tipe 2 dapat terjadi
sebagai perburukan dari tipe 1 yang telah ada sebelumnya.4

2.9 Stadium

Pada literatur lama, terdapat 2 jenis stadium pada kanker endometrium, yaitu
stadium klinis dan stadium surgikal. Stadium klinik bertujuan untuk menentukan jenis
terapi yang akan diberikan, sedangkan stadium surgikal bertujuan untuk menentukan terapi
adjuvannya.2,4

Kini penentuan stadium telah bergeser dari stadium klinik ke stadium


surgical/operasi. Akan tetapi stadium klinik masih dipergunakan bila penderita
dipertimbangkan tidak dapat menjalani proses pembedahan. Pembagian stadium menurut
FIGO (The International Federation of Gynecology and Obstetric) 2009 terlampir dalam
table 2.2

Tabel 2.1 Pembagian Stadium FIGO 4

11
Penilaian FIGO secara pathologis meliputi:3

1. Kedalaman in1asi ke miometrium (ratio in1asi dan total ketebalan myometrium).


2. Keterlibatan ser1iks (invasi stroma/glandular).
3. Ukuran tumor dan lokasi (fundus, segmen ba(ah rahim, atau serviks)
4. Meluasnya tumor ke tuba fallopi dan ovarium.
5. Grade tumor dan tipe histologis sel
6. Invasi ke kelenjar limfe dan pembuluh darah /LAymphovascular space invasion
(LVSI)
7. Status kelenjar limfe. Tingkat insidensi keterlibatan kelenjar limfe dalam klasifikasi

FIGO ; stage IA :5%, IB :10%, IC: 15%, II: 20%, III : 55%.

12
Gambar 2.1 Gambaran Pembagian stadium karsinoma endometrium FIGO 3

2.10 Grade
Pada grade 1 lesi minimal dengan kecenderungan belum menyebar keluar
uterus, tumor grade 2 memiliki prognosis sedang/ intermediet, dan grade 3 identik
dengan meningkatnya potensi invasi dalam miometrium serta metastase nodular ke
jaringan luar. Metastase kgb pel1is dan para aorta meningkat dengan meningkatnya
grade. Pembagian karsinoma endometrium dalam grade yang paling umum
digunakan di seluruh dunia adalah berdasarkan FIGO.4
Tabel 2.2 Kriteria Histopatologi untuk menentukkan grade FIGO3

Untuk menentukan stadium surgikal kanker uterus, dua faktor prognosis- grade dan
kedalaman invasi miometrium harus dicantumkan dalam penulisannya.

13
2.11 Terapi
Radiasi atau histerektomi radikal dan limfadenektomi pelvis merupakan pilihan
terapi untuk adenokarsinoma endoserviks yang masih terlokalisasi, sedangkan
staging surgikal (surgical staging) yang meliputi histerktomi simpel dan
pengambilan contoh kelenjar getah bening para aorta adalah penatalaksanaan
umum adenokarsinoma endometrium. Staging surgikal dengan bantuan laparoskopi
untuk kanker endometrium stadium 1 telah banyak dilaporkan, yaitu meliputi
histerektomi vaginal dengan bantuan laparoskopi disertai limpadenektomi kgb
pelvis dan para-aorta.2,3

Pembedahan
Pasien dengan karsinoma endometrium sebagian besar harus menjalani
histerektomi. Penentuan stadium surgikal meliputi insisi mediana, bilasan
peritoneum, eksplorasi metastasis, histerektomi total, salpingoforektomi bilateral,
limfadenektomi kelenjar getah bening pelvis dan para-aorta. Beberapa ahli hanya
melakukan sampel biopsi pada kelenjar getah bening, terutama pada yang
mengalami pembesaran.2,6
Pada stadium II dimana terbukti ada keterlibatan endoserviks, prosedur
pengangkatan uterus dilakukan secara radikal (histerektomi radikal). Akan tetapi,
beberapa ahli tetap melakukan histerktomi total apabila diakini bahwa keganasan
memang berasal dari endometrium, dengan alasan lokasi kekambuhan terbanyak
pada vagina dan angka kekambuhan yang kurang dari 10%.2,6
Pada stadium III dan IV dapat dilakukan radiasi, dan/atau kemoterapi.
Penanganan pasien stage III dan IV sangat bersifat individual dengan radiasi dan
kemoterapi. Pada beberapa literatur untuk stage III dan IV dengan metastase masih
menganjurkan dilakukan histerektomi paliativ dengan pengangakatan kedua tuba
dan ovarium serta eksisi metastase bila mungkin, tergantung kondisi pasien,
manfaat yang diharapkan dan keputusan tim ahli. Pembedahan dapat diikuti dengan
terapi radiasi dan kemoterapi.2,4

Radioterapi
Stadium I dan II yang inoperabel secara medis hanya diberi terapi radiasi, angka
ketahanan hidup 5 tahunnya menurun 20-30% dibanding pasien dengan terapi operatif
dan radiasi. Pada pasien dengan resiko rendah (stadium 1A grade 1 atau 2) tidak

14
memerlukan radiasi ajuvan pascaoperasi. Radiasi ajvan diberikan pada :
1. Penderita stadium 1, apabila berusia diatas 60 tahun, grade III dan atau invasi
melebihi setengah miometrium.
2. Penderita stadium II A/II B, grade I,II,III
3. Penderita dengan stadium IIIA atau lebih diberikan terapi secara tersendiri. 2,3
Terapi medikamentosa

Kemoterapi

a. Cisplatin dan doxorubicin adalah agen yang paling sensitif


b. Agen kemoterapi lain adalah paclitaxel, doxorubicin, dan ifosfamide.
Hormon

Tumor yang mempunyai reseptor estrogen dan progesteron akan memberikan respon
yang lebih baik terhadap terapi hormon. Pemberian progestin oral sama efektifnya
dengan pemberian intramuskular. Sepertiga pasien yang mengalami kekambuhan
memberikan respon terhadap progestin.2,3

Dosis yang dianjurkan :

- Depo-Provera, 400mg IM per minggu


- Provera, 200 mg per oral 4x sehari
- Megastrol acetate (Megace), 800mg per oral 4x sehari.

Pengamatan Lanjut

Untuk pasien dengan stadium I dan II, evaluasi dilakukan setiap 6 bulan selama 3 tahun
pertama dan setelah itu cukup setahun sekali. Pap smear dilakukan setiap tahun. Tidak
dibutuhkan rontgen thoraks secara rutin. Level CA-125 harus dipantau jika saat diagnosis
terdapat peningkatan.2

Untuk pasien dengan stadium III dan IB, evaluasi dilakukan lebih sering, dengan interval 3
bulan di 2 tahun pertama, interval 6 bulan untuk 3-5 tahun berikutnya dan selanjutnya
setahun sekali. Pap smear dilakukan setiap 6 bulan. Foto thoraks dibutuhkan setiap tahun.
Level CA-125 harus dipantau jika saat diagnosis terdapat peningkatan.2

Pasien karsinoma endometrium dapat dibagi kedalam kelompok pengobatan berdasarkan


resiko kekambuhan dan prognostik penyakitnya :8

15
1. Resiko rendah : karsinoma endometrium terbatas pada endometrium (stage IA :
tidak ada atau invasi <50% miometrium)
2. Resiko intermediet/menengah : karsinoma endometrium pada daerah endometrium
dan menginvasi miometrium <50%, termasuk pasien dengan stage IA, IB dan
sebagian pasien dengan stage II yang belum menginvasi ke serviks.
3. Resiko tinggi : termasuk didalamnya pasien dengan karsinoma endometrium yang
melibatkan serviks, stage II, III, IV, dan pasien dengan karsinoma endometrium
tipe 2 yang agresif seperti papillary serous tumour dan clear cell tumor.

Tabel 2.2 Pembagian kelompok pengobatan berdasarkan resiko rekurensi dan


prognosis

Residif dan Penganannya


Pada penelitian Sofian A, angka bebas dari kekambuhan penderita kanker
endometrium pada tahun pertama adalah 97 % dan angka bebas dari kekambuhan
pada tahun kelima adalah 71,9%. Angka ini sedikit rendah dibandingkan jika
semua penderita tidak mempunyai faktor resiko derajat diferensiasi dan invasi
miometrium, dimana rata-rata bebas kekambuhan dalam 3 tahun dapat mencapai
92,7%. Kenyataan ini menunjukkan bahwa ketahanan hidup penderita cukup baik.2
Pilihan terapi untuk pasien residif meliputi terapi hormonal dan kemoterapi. Terapi
hormonal merupakan pilihan utama bagi pasien dengan diferensiasi baik dan
sedang. Respon terapi endokrin akan maksimal pada kasus kanker endometrium
16
berdsiferensiasi baik, disease free interval setelah terapi utama yang panjang dan
meningkatnya konsentrasi reseptor progesterone.4
Kemoterapi untuk pasien kanker endometrium stadium lanjut yang residif bersifat
paliatif. Sebagian kecil penderita yang mengalami remisi komplit, responya akan
bertahan sampai beberpa tahun. Tidak ada keuntungan mengombinasikan
kemoterapi dengan terapi hormonal.2,6

BAB III
KESIMPULAN
Kanker endometrium merupakan kanker keenam yang paling sering terjadi
pada wanita diseluruh dunia setelah kanker payudarah, kolon,paru,serviks, dan

17
tiroid. Usia rata-rata pasien kanker endometrium adalah 63 tahun, sedangkan >90%
wanita lebih dari 50 tahun. Sebagian besar kanker endometrium terjadi pada masa
reproduksi dan menopause. Etiologi kanker endometrium masih belum diketahui
secara pasti, tetapi terdapat beberapa faktor resiko berhubungan. Faktor risiko
utama adalah ketidak seimbangan hormona estrogen. Jenis histopatologi kanker
endometrium tersering adalah adenokarsinoma. Adenokarsinoma endometrium
dibagi mejadi 2 tipe berdasarkan gambaran morfologi, patogenesis dan
prognosisnya.
Pemeriksaan patologi anatomi merupakan baku emas penentuan diagnosis
kanker endometrium. Namun, sebelum dilakukan pemeriksaan patologi anatomi,
perlu dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang
mendukung penentuan diagnosis. Jenis operasi yang paling sering dilakukan pada
kanker endometrium adalah histerektomi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Endometrial Cancer 2013 Report. American Institute for Cancer Research.

18
http://www.dietandcancerreport.org. Diakses pada 28-02-2018
2. Farid M. Abdul S. Onkologi ginekologi. Edisi 1. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawihardjo. Jakarta 2017.
3. Barbara A, Hoffman W. Et al. Williams Gynecology. Second Edition.
McGrow-Hill Companies.Inc. United States 2018
4. Platinos G, Castiglione M. Endometrial Cancer. :ESMO Clinical Practice
Guidelines for diagnosis, treatment and follow up. Annals of Oncology 21 :
V41-V45. 2010. http://annonc.oxfordjournals.org/.
5. William B, Orr. J, Leitao M, Et al. Endometrial cancer: A review and
current management strategies: Part I. Gynecologic Oncologic 134 : 382-
385.2014. http://www.elsevier.com/locate/ygyno.
6. Endometrial Cancer. Clinical Practice Guideline Gyne-002. Alberta healt
Service 2014. http://Albertahealthservices.ca
7. Yela D.A, Et al. Comparati1e Study of Trasvaginal Ultrasound and
Outpatient Hysterecopy for Diagnosing Pathologic endometrial Lession in
Postmenopausal Women. Revised Association Medical Brass 2015
8. William T, Marion J. Endometrial Cancer treatment protocol. Distinguished
Uni1ersity Professor, Department of Obstetrics and Gynecology, Medical
Uni1ersity of South Carolina College of Medicine. Dalam
http://emedicine.medscape.com diakses tanggal.
9. Stern J. Uterus : Endometrial Carcinoma. Womens Cancer Information
Center. http://www.womenscancercenter.com/info/types/uterus.html .
10. Sebastianelli A. Preoperati1e CA-125 Tumour marker in Endometrial
Cancer : Correlation with Advanced Stage Disease. Gynaecology. JOGC.
September 2010
11. Muggia,F. Oliva E. Uterine Cancer-Screening,Diagnostik and treatment.
2015. http://www.springer.com/978-1-58829-736-5

19

Anda mungkin juga menyukai