Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DIRUANG E2 DENGAN


DIAGNOSA MEDIS CANCER ENDOMETRIUM

Disusun Oleh:
NUR KHAIRIYAH
NIM 203.0084

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA
TA. 2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

Setelah kami periksa dan amati, selaku pembimbing mahasiswa:

Nama : Nur Khairiyah

NIM : 2030084

Program Studi : Profesi Ners

Judul : Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien di


Ruang E2 Dengan Diagnosa Medis Cancer Endometrium
Serta perbaikan-perbaikan sepenuhnya, maka kami menganggap dan dapat
menyetujui bahwa Laporan pendahuluan ini dinyatakan layak

Mahasiswa

Nur Khairiyah
NIM. 2030084

Surabaya, 2021

Pembimbing Lahan Pembimbing Institusi

Puji Hastuti, S.Kep., Ns., M.Kep


NIP.03010
A. Konsep CA Endometrium
1. Pengertian CA Endomterium
Kanker endometrium adalah keganasan yang berasal dari sel-sel epitel yang
meliputi rongga rahim (endometrium). Kanker ini terjadi pada endometrium, lapisan
paling dalam dari dinding uterus, dimana sel-sel endometrium tumbuh secara tidak
terkontrol, menginvasi dan merusak jaringan di sekitarnya. Kanker endometrium
dalam perjalanan etiologinya di dahului oleh proses prakanker yaitu hiperplasia
endometrium. Hiperlasia endometrium yang atipik merupakan lesi prakanker dari
kanker endometrium, sedangkan hiperlasia yang nonapitik saat ini dianggap bukan
merupakan lesi prakanker endometrium (American Cancer Society, 2012).
Kanker endometrium adalah yang terjadi pada organ endometrium atau pada
dinding rahim. Endometrium adalah organ rahim yang berbentuk seperti buah pir
sebagai tempat tertanam dan berkembangnya janin. Kanker endometrium kadang-
kadang disebut kanker rahim, tetapi ada sel-sel lain dalam rahim yang bisa menjadi
kanker seperti otot atau sel miometrium. Kanker endometrium sering terdeteksi pada
tahap awal karena sering menghasilkan pendarahan vagina di antara periode
menstruasi atau setelah menopause.

2. Etiologi Ca Endometrium
Sampai saat ini belum diketahui secara pasti penyebab kanker endometrium,
tetapi beberapa penelitiian menunjukkan bahwa rangsangan estrogen yang berlebihan
dan terus menerus bisa menyebabkan kanker endometrium. Berikut ini beberapa
faktor resiko yang bisa meningkatkan munculnya kanker endometrium :
a. Obesitas atau kegemukan
Pada wanita obesitas dan usia tua terjadi peningkatan reaksi konversi
androstenedion menjadi estron. Pada obesitas konversi ini ditemukan sebanyak 25-20
kali. Obesitas merupakan faktor resiko utama pada kanker endometrium sebanyak 2
sampai 20 kali. Wanita dengan berat badan 10-25 Kg diatas berat badan normal
menpunyai resiko 3 kali lipat dibanding dengan wanita dengan berat badan normal.
Bila berat badan lebih dari 25 Kg diatas berat badan normal maka resiko menjadi 9
kali lipat.
b. Haid pertama (menarche)
Wanita mempunyai riwayat menars sebelum usia 12 tahun mempunyai resiko
1,6 kali lebih tinggi daripada wanita yang mempunyai riwayat menars setelah usia
lenih dari 12 tahun. Menstruation span merupakan metode numerik untuk
menentukan faktor resiko dengan usia saat menarche, usia menopause dari jumlah
paritas. Menstruasion span (MS) = usia menars – (jumlah paritas x1,5). Bila MS 39
maka resiko terkena kanker endometrium sebanyak 4,2 kali dibanding MS < 29.
c. Tidak pernah melahirkan
Memiliki resiko terkena kanker endometrium lebih tinggi baik sudah menikah
atau belum dibanding wanita yang pernah melahirkan. Penelitian menunjukkan
bahwa 25% penderita kanker endometrium tidak pernah melahirkan anak (nulipara).
Penelitian lainnya juga menunjukkan bahwa faktor ketidaksuburan(infertilitas) lebih
berperan daripada jumlah melahirkan (paritas).
d. Penggunaan estrogen
Estrogen sering digunakan sebagai terapi sulih hormon. Peningkatan
penggunaan hormon ini diikuti dengan meningkatnya resiko kanker endometrium
e. Hyperplasia endometrium :
Hiperplasia endometrium adalah pertumbuhan yang berlebihan dari jaringan
selaput lendir rahim disertai peningkatan vaskularisasi akibat rangsangan estrogen
yang berlebihan dan terus menerus. Disebut neoplasia endometrium intraepitel jika
hiperplasia endometrium disertai sel-sel atipikal dan meningkatkan resiko menjadi
kanker endometrium sebesar 23%.
f. Diabetes mellitus
g. Hipertensi
h. Factor lingkungan dan diet
i. Riwayat keluarga
j. Tumor memproduksi estrogen

3. Anatomi Fisiologi Ca Endometrium


Uterus adalah organ yang terdiri atas suatu badan (korpus) yang terletak di
atas penyempitan rongga uterus (orifisium internum uteri), dan suatu struktur silindris
di bawah yakni serviks yang terletak di bawah orifisium internum uteri. Uterus adalah
organ yang memiliki otot yang kuat dengan ukuran panjang 7 cm, lebar 4 cm dan
ketebalan 2,5 cm. Pada setiap sisi dari uterus terdapat dua buah ligamentum broad
yang terletak diantara rectum dan kandung kemih, ligamentum tersebut menyangga
uterus sehingga posisi uterus dapat bertahan dengan baik. Bagian korpus atau badan
hamper seluruhnya berbentuk datar pada permukaan anterior, dan terdiri dari bagian
yang cembung pada bagian posterior. Pada bagian atas korpus, terdapat bagian
berbentuk bulat yang melintang di atas tuba uterine disebut fundus. Serviks berada
pada bagian yang lebih bawah, dan dipisahkan dengan korpus oleh ismus (Michael H.
Ros, 2007). Sebelum masa pubertas, rasio perbandingan panjang serviks dan korpus
kurang lebih sebanding namun setelah pubertas, rasio perbandingannya menjadi 2 : 1
dan 3 : 1.
Endometrium adalah jaringan yang sangat dinamis pada wanita usia
reproduksi. Perubahan pada endometrium terus menerus terjadi sehubungan dengan
respon terhadap perubahan hormon, stromal dan vascular dengan tujuan akhir agar
nantinya uterus sudah siap saat terjadi pertumbuhan embrio pada kehamilan.
Stimulasi estrogen dikaitkan erat dengan pertumbuhan dan proliferasi endometrium,
sedangkan progesterone diproduksi oleh korpus luteum setelah ovulasi menghambat
proliferasi dan menstimulasi sekresi di kelenjar dan juga perubahan predesidual di
stroma.

4. Patofisiologi Ca Endometrium
Kanker endometrium adalah kanker yang terbentuk di dalam endometrium
yang merupakan lapisan dalam halus rahim atau rahim. Rahim terletak di daerah
panggul dan menyerupai bentuk sebuah pepaya atau buah pir. 90% dari semua kanker
rahim yang terbentuk di endometrium. Profesional medis tidak tahu persis apa yang
menyebabkan kanker endometrium, tetapi telah dikaitkan dengan estrogen terlalu
banyak, yang merupakan hormon wanita. Ini adalah ovarium yang memproduksi
estrogen, tetapi mereka juga memproduksi hormon lain yang disebut progesteron
yang membantu untuk menyeimbangkan estrogen. Kedua hormon harus seimbang,
tetapi jika terlalu banyak estrogen yang diproduksi akan menyebabkan endometrium
tumbuh, sehingga meningkatkan risiko kanker endometrium. Ada faktor lain yang
meningkatkan kadar estrogen dan salah satunya adalah obesitas. Jaringan lemak
dalam tubuh juga memproduksi hormon estrogen. Pola makan dengan asupan tinggi
lemak hewani, termasuk daging, susu, dan unggas, bersama dengan makanan olahan
dan gula halus adalah nomor satu penyebab obesitas. Makanan ini harus dihindari
terutama oleh mereka yang beresiko. Mereka yang berisiko adalah wanita yang telah
melalui menopause, tidak punya anak, menderita diabetes, memiliki kanker payudara,
atau sering mengkonsumsi makanan dengan lemak tinggi.
Tanda pertama kanker endometrium adalah perdarahan atau bercak.
Pendarahan atau bercak mungkin tidak selalu hasil dari kanker, tetapi ide yang baik
untuk segera memeriksakan ke dokter agar diperiksa lebih detail lagi. Gejala lain dari
kanker endometrium adalah penurunan berat badan, kelelahan, nyeri panggul,
kesulitan buang air kecil dan nyeri selama hubungan seksual. Kanker ini terutama
mempengaruhi wanita yang telah melewati menopause. Mayoritas kasus pada
perempuan berusia 55-70 tahun
5. Web Of Caution Ca Endometrium

Status reproduksi, usia menarche dini (<12 thn), hormone,


kontasepsi oral, obesitas, factor diet, genetic, merokok

Peningkatan kadar estrogen tanpa kecukupan progesteron

Peningkatan masa dan jumlah sel lapisan uterus dan bermultiplikasi

Hyperplasia kompleks

Kanker Endometrium

Nekrosis jaringan akibat ca Hiperprasia endometrium Penyebaran ke serviks


endometrium

Menekan pd traktur urinasi Nekrosis jaringan di vagina


Infiltrasi leukosit yang Infiltrasi agen kimiawi tubuh dan vesika urinaria
telah mati di endometrium di daerah endo yg mengalami
nekrosis Produksi sekret patologis dan
Infiltrasi kanker pd ureter Nekrosis menekan vesika berbau
Peningkatan tekanan Perubahan keseimbangan asam
local di endometrium basa local di Gangguan citra tubuh
Destruksi ureter Frek berkemih menurun
daerahendometrium

Terjadi aliran balik urine Terbentuk fistula


Merangsang reseptor nyeri dan ke ginjal Gangguan Eliminasi
mengeluarkan meadiator nyeri Urine
Reproduksi seksual
Terjadi hidronefrosis
Nyeri Kronis Berlangsung lama
Nyeri saat koitus Disfungsi seksual
6. Manifestasi Klinis Ca Endometrium
Keluhan utama yang dirasakan pasien kanker endometrium adalah perdarahan
pasca menopause bagi pasien yang telah menopause dan perdarahan intermenstruasi
bagi pasien yang belum menopause. Keluhan keputihan merupakan keluhan yang
paling banyak menyertai keluhan utama. Gejalanya bisa berupa:
a. Perdarahan rahim yang abnormal
b. Siklus menstruasi yang abnormal
c. Perdarahan diantara 2 siklus menstruasi (pada wanita yang masih mengalami
menstruasi)
d. Perdarahan vagina atau spotting pada wanita pasca menopause.
e. Perdarahan yang sangat lama, berat dan sering (pada wanita yang berusia
diatas 40tahun)
f. Nyeri perut bagian bawah atau kram panggul
g. Keluar cairan putih yang encer atau jernih (pada wanita pasca menopause)
h. Nyeri atau kesulitan dalam berkemih
i. Nyeri ketika melakukan hubungan seksual.

7. Klasifikasi Ca Endometrium
Stadium Deskripsi
Stadium 0` Karsinoma insitu
Stadium 1 Karsionma terbatas pada uterus
Stadium 1a terbatas pada endometrium (myometrium intak) Tidak
ada penyebaran ke kelenjar getah bening dan ke organ
lainnya.
Stadiu 1b Invasi miometriium minimal, kurang dari separuh
miometriumTidak ada penyebaran ke kelenjar getah
bening dan ke organ lainnya.
Stadium 2 Karsinoma menyebar ke stromal serviks, tetapi tidak
melebihi uteri.
Stadium 3 Karsinoma menyebar ke luar uterus atau ke jaringan
dekat pelvis.
Stadium 3a Karsinoma menyebar ke serosa dan/atau tuba fallopi
atau ovari (adnexa). Tidak ada penyebaran ke kelenjar
getah bening dan ke organ lainnya.
Stadium 3b Karsinoma telah menyebar ke vagian atau jaringan
sekitar uterus (parametrium). Tidak ada penyebaran ke
kelenjar getah bening dan ke organ lainnya.
Stadium 3c-1 Karsinoma tumbuh di badan uteri, mungkin menyebar
ke jaringan sekitar. Karsinoma telah menyebar ke
kelenjar getah bening pelvis, tetapi tidak ke kelenjar
getah bening aorta dan organ lainnya.
Stadium 3c-2 Karsinoma tumbuh di badan uteri, mungkin menyebar
ke jaringan sekitar. Karsinoma telah menyebar ke
kelenjar getah bening aorta, tidak ada penyebaran ke
organ lainnya.
Stadium 4 Karsinoma menyebar ke dalam buli-buli atau rektum
(bagian bawah usus besar), ke kelenjar getah bening di
paha dan/atau organ yang lebih jauh seperti tulang,
omentum, paru.
Stadium 4a Karsinoma telah menyebar ke buli-buli atau rektum
(mukosa), mungkin menyebar ke kelenjar getah
bening sekitarnya tetapi tidak menyebar ke organ
lainnya.
Stadium 4b Karsinoma telah menyebar ke kelenjar getah bening
yang lebih jauh, abdomen atas, omentum, atau organ
yang jauh dari uterus seperti tulang, omentum, paru.

8. Komplikasi Ca Endometrium
a. Anemia disebabkan oleh sifat fagosit sel tumor atau adanya perdarahan.
b. Torsi ovarium atau rupture ovarium sehingga terjadi peritonitis karena
endometrioma
c. Obstruksi khusus disebabkan pembesaran sel-sel tumor yang dapat menekan
usus. Obstruksi ginjal dan penurunan fungsi ginjal karena endometriosis
dekat dengan kolon atau ureter
d. Perdarahan disebabkan pembesaran tumor pada ovarium yang dapat
menyebabkan rupture
e. Infertilitas, ditemukan pada 30% – 40% kasus. Endometriosis merupakan
penyebab infertilitas kedua terbanyak pada wanita.

9. Pemeriksaan Penunjang
Untuk pemeriksaan penunjang kanker endometrium, dapat dilakukan dengan
beberapa cara. Apabila ditemukan adanya hiperplasia atau kanker endometrium,
sebaiknya diambil beberapa jaringan untuk dilihat dibawah mikroskop. Jaringan
endometrium dapat diketahui dengan cara biopsi atau dilatasi dan kuretase (D&C)
dengan atau tanpa histeroskopi (American Cancer Society, 2012).
a. Biopsi Endometrium merupakan tes yang paling sering dilakukan untuk
kanker endometrium dan yang paling akurat pada wanita setelah
menopausal. Dalam prosedur ini, tabung fleksibel yang sangat tipis di
masukkan ke uterus melalui serviks. Lalu dengan menggunakan pengisap,
sejumlah kecil endometrium diangkat melalui tabung. Prosedur ini
berlangsung selama kurang dari semenit. Ketidaknyaman yang terasa mirip
dengan nyeri saat menstruasi dan dapat dibantu dengan obat anti inflamasi
non steroid seperti ibuprofen sebelum prosedur dilakukan.
b. Dilatasi dan Kuterase (D&C) dilakukan apabila sampel biopsy endometrium
tidak terdapat banyak jaringan atau apabila biopsy mencurigakan kanker
tetapi hasilnya tidak pasti. Prosedur ini dilakukan dengan membuka serviks
(dilatasi) dan alat khusus digunakan untuk mengikis jaringan dari dalam
uterus. Dapat dilakukan dengan atau tanpa histeroskopi. Prosedur ini
dilakukan selama satu jam dan memerlukan anestesia menyeluruh.
c. Histeroskopi biasanya dilakukan dengan memasukkan teleskop sangat kecil
(diameter 1/6 inci) ke dalama uterus melalu serviks. Untuk mendapatkan
gambaran yang baik, uterus diisi dengan air garam (saline). Dapat
mengetahui apakah ada yang abnormal seperti kanker atau polip.
d. Ultrasonografi transvaginal yang memberikan gelombang suara yang akan
memberikan gambar dari uterus dan organ pelvis lainnya. Gambar ini sering
membantu dalam menentukan apakah endometrium lebih tebal dari biasanya
dan melihat pertumbuhan kanker ke lapisan otot uterus, yang merupakan
tanda dari kanker endometrium.
e. Sistoskopi dan proktoskopi dilakukan apabila kanker telah menyebar ke
bladder atau rektum, bagian dalam organ dapat dilihat melalui tabung.
Untuk sistoskopi, tabung ditempatkan di bladder melalui uretra, sedangkan
untuk proktoskopi, tabung ditempatkan di rektum.
f. Computed tomography scan (CT Scan)
g. Magnetic resonance imaging (MRI)
h. Selain pemeriksaan biopsi dan radiografi, pemeriksaan laboratorium seperti
pemeriksaan darah lengkap, CA 125, CEA, reseptor estrogen dan lainnya
juga dapat dilakukan sesuai dengan keperluan

10. Penatalaksanaan Ca Endometrium


a. Medis
1. Pengobatan Hormonal
Prinsip pertama pengobatan hormonal ini adalah menciptakan lingkungan
hormone rendah estrogen dan asiklik. Kadar estrogen yang rendah
menyebabkan atrofi jaringan endometriosis. Keadaan yang asiklik
mencegah terjadinya haid, yang berarti tidak terjadi pelepasan jaringan
endometrium yang normal ataupun jaringan endometriosis. Dengan
demikian dapat dihindari timbulnya sarang endometriosis yang baru
karena transport retrograde jaringan endometrium yang lepas serta
mencegah pelepasan dan perdarahan jaringan endometriosis yang
menimbulkan rasa nyeri karena rangsangan peritoneum.
Prinsip kedua yaitu menciptakan lingkungan tinggi androgen atau tinggi
progesterone yang secara langsung dapat menyebabkan atrofi jaringan
endometriosis.
2. Pembedahan
Adanya jaringan endometrium yang berfungsi merupakan syarat mutlak
tumbuhnya endometriosis. Oleh karena itu pada waktu pembedahan,
harus dapat menentukan apakah ovarium dipertahankan atau tidak. Pada
andometriosis dini , pada wanita yang ingin mempunyai anak fungsi
ovarium harus dipertahankan. Sebaliknya pada endometriosis yang sudah
menyebar luas pada pelvis, khususnya pada wanita usia lanjut.
Umumnya pada terapi pembedahan yang konservatif sarang
endometriosis diangkat dengan meninggalkan uterus dan jaringan
ovarium yang sehat, dan perlekatan sedapatnya dilepaskan. Pada operasi
konservatif, perlu pula dilakukan suspensi uterus dan pengangkatan
kelainan patologik pelvis. Hasil pembedahan untuk infertile sangat
tergantung pada tingkat endometriosis, maka pada penderita dengan
penyakit berat, operasi untuk keperluan infertile tidak dianjurkan.
3. Radiasi
Pengobatan ini bertujuan menghentikan fungsi ovarium, tapi sudah tidak
dilakukan lagi, kecuali jika ada kontra indikasi terhadap pembedahan.

b. Keperawatan
1. Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kepada klien tentang pilihan pengobatan dan manajemen
nyeri dengan analgetik atau tindakan kenyamanan seperti kompres hangat
pada abdomen atau teknik relaksasi napas dalam, informasikan tentang
perubahan yang akan terjadi seperti tanda – tanda infeksi, perawatan
insisi luka operasi.
2. Asuhan post operatif
Merupakan hal yang berat karena keadaan yang mencakup keputusan
untuk melakukan operasi, seperti hemorargi atau infeksi. Pengkajian
dilakukan untuk mengetahui tanda – tanda vital, asupan dan keluaran,
rasa sakit dan insisi. Terapi intravena, antibiotic dan analgesic biasanya
diresepkan. Intervensi mencakup tindakan pemberiaan rasa aman,
perhatian terhadap eliminasi, penurunan rasa sakit dan pemenuhan
kebutuhan emosional ibu.
(Wiknjosastro, hanifa.2007.)

B. Konsep Asuhan Keperawatan pada Ca Endometrium


1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas klien
Meliputi : nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, tanggal dan jam MRS, diagnose
b. Keluhan utama
Keluhan utama yang dirasakan pasien kanker endometrium adalah
perdarahan pasca menopause bagi pasien yang telah menopause dan
perdarahan intermenstruasi bagi pasien yang belum menopause. Keluhan
keputihan merupakan keluhan yang paling banyak menyertai keluhan
utama.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Masalah yang mungkin terjadi ketidaknyamanan yang berkaitan dengan
perubahan pola menstruasi (perdarahan banyak), nyeri, adanya keputihan,
keluhan lain yang disebabkan oleh penekanan tumor pada vesika urinaria,
uretra, ureter, rectum, pembuluh darah dan limfe.
d. Riwayat penyakit dahulu
Data penting tentang riwayat kesehatan pasien yang perlu bidan ketahui,
yaitu apakah pasien atau sedang menderita penyakit, seperti penyakit
jantung, diabetes melitus, ginjal, hipertensi atau hepatitis. Riwayat
penyakit keluarga
e. Riwayat Perkawinan
Riwayat Perkawinan meliputi : usia kawin, kawin yang keberapa, usia
mulai hamil.
f. Riwayat Menstruasi
Riwayat Menstruasi meliputi : menarche, lamanya siklus, banyaknya,
baunya, keluhan waktu haid, HPHT
g. Riwayat KB
Peningkatan risiko secara bermakna terdapat pada pemakaian kontrasepsi
oral yang mengandung estrogen dosis tinggi dan rendah progestin.
Sebaliknya pengguna kontrasepsi oral kombinasi estrogen dan progestin
dengan kadar progesterone tinggi mempunyai efek protektif dan
menurunkan risiko kanker endometrium setelah 1-5 tahun pemakaian.
h. Pola Fungsional Gordon
1) Pola Nutrisi
Perbedaan pola demografi kanker endometrium diperkirakan oleh
peran nutrisi, terutama tingginya kandungan lemak hewani dalam diet.
Konsumsi sereal,kacang-kacangan, sayuran dan buah terutama yang
tinggi lutein, menurunkan risiko kanker yang memproteksi melalui
fitoestrogen.
2) Pola Eliminasi
Pola eliminasi yang dialami oleh ibu. Apakah ibu mengalami obstipasi,
retensi urine, poliuri yang dapat disebabkan metastase sel kanker.
3) Pola Istirahat
Pola istirahat dan tidur pasien dapat terganggu akibat dari nyeri akibat
progresivitas dari kanker endometrium gangguan pola tidur juga dapat
terjadi akibat dari depresi yang dialami oleh pasien.
4) Pola Aktivitas
Kaji apakah penyakit serta kehamilan pasien mempengaruhi pola
aktivitas dan latihan. Dengan skor kemampuan perawatan diri (0=
mandiri, 1= alat bantu, 2= dibantu orang lain, 3= dibantu orang lain
dan alat, 4= tergantung total). Pasien dengan kanker endometrium
wajar jika mengalami perasaan sedikit lemas akibat dari asupan nutrisi
yang berkurang akibat dari terapi yang dijalaninya, selain itu pasien
juga akan merasa sangat lemah terutama pada bagian ekstremitas
bawah dan tidak dapat melakukan aktivitasnya dengan baik akibat dari
progresivitas kanker endometrium sehingga harus beristirahat total.
5) Pola Seksual
Kaji apakah terdapat perubahan pola seksulitas dan reproduksi pasien
selama pasien menderita penyakit ini. Pada pola seksualitas pasien
akan terganggu akibat dari rasa nyeri yang selalu dirasakan pada saat
melakukan hubungan seksual (dispareuni) serta adanya perdarahan
setelah berhubungan. Serta keluar cairan encer (keputihan) yang
berbau busuk dari vagina. Kaji riwayat penggunaan kontrasepsi,
menggali jenis dan lama kontrasepsi yang digunakan (pemakaian KB
suntik 3 bulan lebih dari 6 tahun, KB IUD).
6) Pola Kognitif dan Perceptual
Biasanya pada pola ini klien tidak mengalami gangguan, karena klien
masih dapat berkomunikasi.
7) Pola Persepsi Diri dan Konsep Diri
Sikap penerimaan klien terhadap tubuhnya, persepsi klien tentang
tubuhnya dan penyakitnya.
8) Pola Peran dan Hubungan
Peran klien sebagai ibu dan istri biasanya akan terganggu karena
penyakit yang dideritanya, begitu juga hubungannya dengan orang lain
disekitarnya.
9) Seksual Reproduksi
Bagaimana pola interaksi dan hubungan dengan pasangan meliputi :
frekuensi koitus atau hubungan intim, pengetahuan pasangan tentang
seks, keyakinan, kesulitan melakukan skes, kontinuitas hubungan
seksual.
10) Pola Nilai dan Kepercayaan
Tanyakan pada klien tentang nilai dan kepercayaan yang diyakininya.
Ini sering kali berpengaruh terhadap intervensi yang akan diberikan.
11) Data Psikososial dan Spiritual
Dampak psikologis yang dialami oleh tiap orang berbeda-beda
tergantung pada tingkat keparahan (stadium), jenis pengobatan yang
dijalani dan karakteristik masing – masing penderita. Sekitar 30,0%
penderita kanker mengalami permasalahan penyesuaian diri dan 20,0%
didiagnosis mengalami depresi. Dampak psikologis yang sering
dirasakan oleh pasien yaitu berupa ketidakberdayaan, kecemasan, rasa
malu, harga diri menurun, stress dan amarah (Rayburn, F.
William.2012)
i. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan Umum
Untuk mengetahui data ini, bidan perlu mengamati keadaan pasien
secara keseluruhan. Hasil pengamatan akan bidan laporkan dengan
kriteria:
a. Baik.
Pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika pasien memperlihatkan
respon yang baik terhadap lingkungan dan orang lain.
b. Lemah.
Pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika ia kurang atau tidak
memberikan respon yang baik terhadap lingkungan dan orang lain.
2) Kesadaran
Untuk dapat mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, bidan
dapat melakukan pengkajian derajat kesadaran pasien dari keadaan
compos mentis (kesadaran maksimal) sampai dengan koma (pasien
tidak dalam keadaan sadar).
3) Tekanan Darah
4) Nadi: 60-90 x/menit
5) Pernapasan: 16-24 x/menit.
6) Suhu: 36,5-37,5
7) Berat Badan
Obesitas meningkatkan risiko terkena kanker endometrium.Kelebihan
13-22 kg BB ideal akan meningkatkan risiko sampai 3 kali lipat.
Sedangkan kelebihan di atas 23 kg akan meningkatkan risiko sampai
10 kali lipat.
j. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala : bersih atau kotor, warna, mudah rontoh atau tidak
2) Muka : pucat atau tidak
3) Mata : sklera putih atau tidak, konjungtiva merah atau pucat, ada
gangguan penglihatan atau tidak.
4) Telinga : ada sekret atau tidak , ada gangguan pendengaran atau
tidak
5) Hidung : ada sekret atau tidak , ada polip atau tidak.
6) Mulut : warna, integritas jaringan (lembab , kering atau pecah – pecah
), kebersihan, caries.
7) Leher : apakah vena terbendung di leher (misalnya pada penyakit
jantung), apakah kelenjar gondok membesar , apakah kelenjar limfa
membengkak.
8) Abdomen: warna, bentuk, adanya massa atau tidak, adanya nyeri tekan
atau tidak.
9) Genitalia : warna, keputihan, oedem atau tidak, ada bekas tidak, ada
kelainan atau tidak, ada varises atau tidak.

2. Diagnosa Keperawatan (SDKI, 2016)


a. Pre Operasi
1) Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis: neoplasma
2) Resiko perdarahan
3) Gangguan eliminasi urin : kelemahan otot pelvis
4) Defisit pengetahuan tentang prosedur operasi b.d kurang terpapar
informasi
5) Gangguan citra tubuh
6) Ansietas b.d kurang terpapar informasi
b. Intra Operasi
1) Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif
2) Intoleransi aktivitas b.d tirah baring
c. Post Operasi
1) Nyeri kronis b.d agen pencedera fisik : prosedur operasi
2) Resiko infeksi

3. Intervensi Keperawatan
a. Diagnosa 1 Nyeri kronis b/d agen pencedera fisik (trauma) (D.0077)
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan tingkat
nyeri menurun dengan kriteria hasil:
Tingkat Nyeri (SLKI L.08066) hal. 145
1. Keluhan nyeri menurun.
2. Meringis menurun.
3. Frekuensi nadi emmbaik.
4. Tekanan darah membaik.
No Intervensi Rasional
1. Manajemen Nyeri (SIKI. I.08238)
hal.201
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, 1. Mengetahui
durasi, frekuensi, kualitas, skala dan perkembangan nyeri
intensitas nyeri pasien.
2. Kontrol lingkungan yang 2. Lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis. Suhu nyaman dan tenang
ruangan, pencahayaan, kebisingan) dapat menurunkan skala
nyeri.
3. Anjurkan memonitor nyeri secara 3. Agar pasien dapat
mandiri mengontrol nyeri.
4. Ajarkan teknik nonfarmakologis 4. Untuk mengurangi
(mis, Tarik nafas dalam, terapi nyeri.
musik)
5. Kolaborasi pemberian analgetik. 5. Mengurangi dan
mengontrol nyeri.
6. Monitor efek samping penggunaan 6. Mengontrol komplikasi
analgetik. dan alergi obat
7. Fasilitasi istirahat dan tidiur. 7. Agar klien bisa
relaksasi.
2. Pemberian Analgesik (SIKI I.08243)
hal. 251
1. Monitor tanda-tanda vital sebelum 1. Memantau keadaan
dan sesudah pemberian analgesik. pasien dalam pemberian
analgesik.
2. Dokumentasikan respon terhadap 2. Mengetahui apakah ada
efek analgesik dan efek yang tidak alergi atau efek yang
diinginkan. menimbulkan.
3. Identifikasi riwayat alergi obat. 3. Memonitor alergi obat.
4. Jelaskan efek terapi dan efek 4. Menambah pengetahuan
samping obat. pada klien dan keluarga.
5. Kolaborasi pemberian dosis dan 5. Mengurangi kesalahan
jenis analgesik sesuai indikasi. dalam pemberian obat.

b. Diagnosa 2 Gangguan Eliminasi Urin


Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan eliminasi
urine membaik dengan kriteria hasil:
Eliminasi Urine (SLKI L.04034) hal. 24
1. Desakan berkemih (urgensi) menurun
2. Distensi kandung kemih menurun
3. Berkemih tidak tuntas menurun
4. Frekuensi bak membaik
5. Anuria menurun
6. Volume residu urine menurun

No Intervensi Rasional
1. Manajemen eliminasi urine (SIKI.
I.04152) hal.175
1. Identifikasi tanda dan gejala retensi 1. Mengetahui penyebab
atau inkontinensia urine retensi bak pasien
2. Identifikasi factor yang 2. Mengetahui
menyebabkan retensi perkembangan retensi
3. Monitor eliminasi urine bak pasien
4. Batasi asupan cairan, jika perlu 3. Mengetahui
5. Ajarkan mengukur asupan cairan perkembangan retensi
dan haluaran urine bak pasien
6. Anjurkan mengurangi minum 4. Untuk membantasi
menjelang tidur terjadinya penumpukan
cairan di dalam tubuh
5. Untuk mengetahui input
dan output
6. Untuk mengurangi
sensai rasa ingin BAK
saat tidur

c. Diagnosa 3 Ansietas b/d krisis situasional (D.0080)


Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan tingkat
ansietas pasien menurun dengan kriteria hasil :
Tingkat Ansieta (L.09093,132)
1. Perilaku gelisah menurun
2. Perilaku tegang menurun
3. Konsentrasi membaik
4. Pola tidur membaik
Intervensi Rasional
Reduksi Ansietas (I.09314,387)
1. Identifikasi saat tingkat ansietas 1. Untuk mengetahui
perkembangan kecemasan
berubah
pasien
2. Monitor tanda-tanda ansietas 2. Untuk mengetahui
3. Ciptakan suasana terapeutik untuk perkembangan kecemasan
pasien
menumbuhkan kepercayaan
3. Untuk mengurangi rasa cemas
4. Jelaskan prosedur tindakan
5. Informasikan secara faktual pada pasien
mengenai diagnosis, pengobatan, 4. Untuk memberikan penjelasan
tindakan yang akan dilakukan
dan prognosis
5. Untuk memberikan penjelasan
6. Latih kegiatan pengalihan untuk tindakan yang akan dilakukan
mengurangi ketegangan 6. Untuk mengurangi rasa cemas
pasien
7. Latih teknik relaksasi
7. Untuk mengurangi rasa cemas
pasien

4. Implementasi Keperawatan
Tahap ini di lakukan pelaksanaan dan perencanaan keperawatan yang
telah ditentukan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien secara
optimal. Pelaksanaan adalah pengelolahan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah di susun pada tahap pencananaan

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah akhir dalam proses keperawatan.
Evaluasi adalah kegiatan yang disengaja dan terus-menerus dengan
melibatkan pasien, perawat, dan anggota tim lainnya. Dalam hal ini
diperlukan pengetahuan tentang kesehatan, patofisiologi, dan strategi evaluasi.
Tujuan evaluasi adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana
keperawatan tercapai atau tidak dan untuk melakukukan.

Anda mungkin juga menyukai