Disusun Oleh:
NUR KHAIRIYAH
NIM 203.0084
NIM : 2030084
Mahasiswa
Nur Khairiyah
NIM. 2030084
Surabaya, 2021
2. Etiologi Ca Endometrium
Sampai saat ini belum diketahui secara pasti penyebab kanker endometrium,
tetapi beberapa penelitiian menunjukkan bahwa rangsangan estrogen yang berlebihan
dan terus menerus bisa menyebabkan kanker endometrium. Berikut ini beberapa
faktor resiko yang bisa meningkatkan munculnya kanker endometrium :
a. Obesitas atau kegemukan
Pada wanita obesitas dan usia tua terjadi peningkatan reaksi konversi
androstenedion menjadi estron. Pada obesitas konversi ini ditemukan sebanyak 25-20
kali. Obesitas merupakan faktor resiko utama pada kanker endometrium sebanyak 2
sampai 20 kali. Wanita dengan berat badan 10-25 Kg diatas berat badan normal
menpunyai resiko 3 kali lipat dibanding dengan wanita dengan berat badan normal.
Bila berat badan lebih dari 25 Kg diatas berat badan normal maka resiko menjadi 9
kali lipat.
b. Haid pertama (menarche)
Wanita mempunyai riwayat menars sebelum usia 12 tahun mempunyai resiko
1,6 kali lebih tinggi daripada wanita yang mempunyai riwayat menars setelah usia
lenih dari 12 tahun. Menstruation span merupakan metode numerik untuk
menentukan faktor resiko dengan usia saat menarche, usia menopause dari jumlah
paritas. Menstruasion span (MS) = usia menars – (jumlah paritas x1,5). Bila MS 39
maka resiko terkena kanker endometrium sebanyak 4,2 kali dibanding MS < 29.
c. Tidak pernah melahirkan
Memiliki resiko terkena kanker endometrium lebih tinggi baik sudah menikah
atau belum dibanding wanita yang pernah melahirkan. Penelitian menunjukkan
bahwa 25% penderita kanker endometrium tidak pernah melahirkan anak (nulipara).
Penelitian lainnya juga menunjukkan bahwa faktor ketidaksuburan(infertilitas) lebih
berperan daripada jumlah melahirkan (paritas).
d. Penggunaan estrogen
Estrogen sering digunakan sebagai terapi sulih hormon. Peningkatan
penggunaan hormon ini diikuti dengan meningkatnya resiko kanker endometrium
e. Hyperplasia endometrium :
Hiperplasia endometrium adalah pertumbuhan yang berlebihan dari jaringan
selaput lendir rahim disertai peningkatan vaskularisasi akibat rangsangan estrogen
yang berlebihan dan terus menerus. Disebut neoplasia endometrium intraepitel jika
hiperplasia endometrium disertai sel-sel atipikal dan meningkatkan resiko menjadi
kanker endometrium sebesar 23%.
f. Diabetes mellitus
g. Hipertensi
h. Factor lingkungan dan diet
i. Riwayat keluarga
j. Tumor memproduksi estrogen
4. Patofisiologi Ca Endometrium
Kanker endometrium adalah kanker yang terbentuk di dalam endometrium
yang merupakan lapisan dalam halus rahim atau rahim. Rahim terletak di daerah
panggul dan menyerupai bentuk sebuah pepaya atau buah pir. 90% dari semua kanker
rahim yang terbentuk di endometrium. Profesional medis tidak tahu persis apa yang
menyebabkan kanker endometrium, tetapi telah dikaitkan dengan estrogen terlalu
banyak, yang merupakan hormon wanita. Ini adalah ovarium yang memproduksi
estrogen, tetapi mereka juga memproduksi hormon lain yang disebut progesteron
yang membantu untuk menyeimbangkan estrogen. Kedua hormon harus seimbang,
tetapi jika terlalu banyak estrogen yang diproduksi akan menyebabkan endometrium
tumbuh, sehingga meningkatkan risiko kanker endometrium. Ada faktor lain yang
meningkatkan kadar estrogen dan salah satunya adalah obesitas. Jaringan lemak
dalam tubuh juga memproduksi hormon estrogen. Pola makan dengan asupan tinggi
lemak hewani, termasuk daging, susu, dan unggas, bersama dengan makanan olahan
dan gula halus adalah nomor satu penyebab obesitas. Makanan ini harus dihindari
terutama oleh mereka yang beresiko. Mereka yang berisiko adalah wanita yang telah
melalui menopause, tidak punya anak, menderita diabetes, memiliki kanker payudara,
atau sering mengkonsumsi makanan dengan lemak tinggi.
Tanda pertama kanker endometrium adalah perdarahan atau bercak.
Pendarahan atau bercak mungkin tidak selalu hasil dari kanker, tetapi ide yang baik
untuk segera memeriksakan ke dokter agar diperiksa lebih detail lagi. Gejala lain dari
kanker endometrium adalah penurunan berat badan, kelelahan, nyeri panggul,
kesulitan buang air kecil dan nyeri selama hubungan seksual. Kanker ini terutama
mempengaruhi wanita yang telah melewati menopause. Mayoritas kasus pada
perempuan berusia 55-70 tahun
5. Web Of Caution Ca Endometrium
Hyperplasia kompleks
Kanker Endometrium
7. Klasifikasi Ca Endometrium
Stadium Deskripsi
Stadium 0` Karsinoma insitu
Stadium 1 Karsionma terbatas pada uterus
Stadium 1a terbatas pada endometrium (myometrium intak) Tidak
ada penyebaran ke kelenjar getah bening dan ke organ
lainnya.
Stadiu 1b Invasi miometriium minimal, kurang dari separuh
miometriumTidak ada penyebaran ke kelenjar getah
bening dan ke organ lainnya.
Stadium 2 Karsinoma menyebar ke stromal serviks, tetapi tidak
melebihi uteri.
Stadium 3 Karsinoma menyebar ke luar uterus atau ke jaringan
dekat pelvis.
Stadium 3a Karsinoma menyebar ke serosa dan/atau tuba fallopi
atau ovari (adnexa). Tidak ada penyebaran ke kelenjar
getah bening dan ke organ lainnya.
Stadium 3b Karsinoma telah menyebar ke vagian atau jaringan
sekitar uterus (parametrium). Tidak ada penyebaran ke
kelenjar getah bening dan ke organ lainnya.
Stadium 3c-1 Karsinoma tumbuh di badan uteri, mungkin menyebar
ke jaringan sekitar. Karsinoma telah menyebar ke
kelenjar getah bening pelvis, tetapi tidak ke kelenjar
getah bening aorta dan organ lainnya.
Stadium 3c-2 Karsinoma tumbuh di badan uteri, mungkin menyebar
ke jaringan sekitar. Karsinoma telah menyebar ke
kelenjar getah bening aorta, tidak ada penyebaran ke
organ lainnya.
Stadium 4 Karsinoma menyebar ke dalam buli-buli atau rektum
(bagian bawah usus besar), ke kelenjar getah bening di
paha dan/atau organ yang lebih jauh seperti tulang,
omentum, paru.
Stadium 4a Karsinoma telah menyebar ke buli-buli atau rektum
(mukosa), mungkin menyebar ke kelenjar getah
bening sekitarnya tetapi tidak menyebar ke organ
lainnya.
Stadium 4b Karsinoma telah menyebar ke kelenjar getah bening
yang lebih jauh, abdomen atas, omentum, atau organ
yang jauh dari uterus seperti tulang, omentum, paru.
8. Komplikasi Ca Endometrium
a. Anemia disebabkan oleh sifat fagosit sel tumor atau adanya perdarahan.
b. Torsi ovarium atau rupture ovarium sehingga terjadi peritonitis karena
endometrioma
c. Obstruksi khusus disebabkan pembesaran sel-sel tumor yang dapat menekan
usus. Obstruksi ginjal dan penurunan fungsi ginjal karena endometriosis
dekat dengan kolon atau ureter
d. Perdarahan disebabkan pembesaran tumor pada ovarium yang dapat
menyebabkan rupture
e. Infertilitas, ditemukan pada 30% – 40% kasus. Endometriosis merupakan
penyebab infertilitas kedua terbanyak pada wanita.
9. Pemeriksaan Penunjang
Untuk pemeriksaan penunjang kanker endometrium, dapat dilakukan dengan
beberapa cara. Apabila ditemukan adanya hiperplasia atau kanker endometrium,
sebaiknya diambil beberapa jaringan untuk dilihat dibawah mikroskop. Jaringan
endometrium dapat diketahui dengan cara biopsi atau dilatasi dan kuretase (D&C)
dengan atau tanpa histeroskopi (American Cancer Society, 2012).
a. Biopsi Endometrium merupakan tes yang paling sering dilakukan untuk
kanker endometrium dan yang paling akurat pada wanita setelah
menopausal. Dalam prosedur ini, tabung fleksibel yang sangat tipis di
masukkan ke uterus melalui serviks. Lalu dengan menggunakan pengisap,
sejumlah kecil endometrium diangkat melalui tabung. Prosedur ini
berlangsung selama kurang dari semenit. Ketidaknyaman yang terasa mirip
dengan nyeri saat menstruasi dan dapat dibantu dengan obat anti inflamasi
non steroid seperti ibuprofen sebelum prosedur dilakukan.
b. Dilatasi dan Kuterase (D&C) dilakukan apabila sampel biopsy endometrium
tidak terdapat banyak jaringan atau apabila biopsy mencurigakan kanker
tetapi hasilnya tidak pasti. Prosedur ini dilakukan dengan membuka serviks
(dilatasi) dan alat khusus digunakan untuk mengikis jaringan dari dalam
uterus. Dapat dilakukan dengan atau tanpa histeroskopi. Prosedur ini
dilakukan selama satu jam dan memerlukan anestesia menyeluruh.
c. Histeroskopi biasanya dilakukan dengan memasukkan teleskop sangat kecil
(diameter 1/6 inci) ke dalama uterus melalu serviks. Untuk mendapatkan
gambaran yang baik, uterus diisi dengan air garam (saline). Dapat
mengetahui apakah ada yang abnormal seperti kanker atau polip.
d. Ultrasonografi transvaginal yang memberikan gelombang suara yang akan
memberikan gambar dari uterus dan organ pelvis lainnya. Gambar ini sering
membantu dalam menentukan apakah endometrium lebih tebal dari biasanya
dan melihat pertumbuhan kanker ke lapisan otot uterus, yang merupakan
tanda dari kanker endometrium.
e. Sistoskopi dan proktoskopi dilakukan apabila kanker telah menyebar ke
bladder atau rektum, bagian dalam organ dapat dilihat melalui tabung.
Untuk sistoskopi, tabung ditempatkan di bladder melalui uretra, sedangkan
untuk proktoskopi, tabung ditempatkan di rektum.
f. Computed tomography scan (CT Scan)
g. Magnetic resonance imaging (MRI)
h. Selain pemeriksaan biopsi dan radiografi, pemeriksaan laboratorium seperti
pemeriksaan darah lengkap, CA 125, CEA, reseptor estrogen dan lainnya
juga dapat dilakukan sesuai dengan keperluan
b. Keperawatan
1. Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kepada klien tentang pilihan pengobatan dan manajemen
nyeri dengan analgetik atau tindakan kenyamanan seperti kompres hangat
pada abdomen atau teknik relaksasi napas dalam, informasikan tentang
perubahan yang akan terjadi seperti tanda – tanda infeksi, perawatan
insisi luka operasi.
2. Asuhan post operatif
Merupakan hal yang berat karena keadaan yang mencakup keputusan
untuk melakukan operasi, seperti hemorargi atau infeksi. Pengkajian
dilakukan untuk mengetahui tanda – tanda vital, asupan dan keluaran,
rasa sakit dan insisi. Terapi intravena, antibiotic dan analgesic biasanya
diresepkan. Intervensi mencakup tindakan pemberiaan rasa aman,
perhatian terhadap eliminasi, penurunan rasa sakit dan pemenuhan
kebutuhan emosional ibu.
(Wiknjosastro, hanifa.2007.)
3. Intervensi Keperawatan
a. Diagnosa 1 Nyeri kronis b/d agen pencedera fisik (trauma) (D.0077)
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan tingkat
nyeri menurun dengan kriteria hasil:
Tingkat Nyeri (SLKI L.08066) hal. 145
1. Keluhan nyeri menurun.
2. Meringis menurun.
3. Frekuensi nadi emmbaik.
4. Tekanan darah membaik.
No Intervensi Rasional
1. Manajemen Nyeri (SIKI. I.08238)
hal.201
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, 1. Mengetahui
durasi, frekuensi, kualitas, skala dan perkembangan nyeri
intensitas nyeri pasien.
2. Kontrol lingkungan yang 2. Lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis. Suhu nyaman dan tenang
ruangan, pencahayaan, kebisingan) dapat menurunkan skala
nyeri.
3. Anjurkan memonitor nyeri secara 3. Agar pasien dapat
mandiri mengontrol nyeri.
4. Ajarkan teknik nonfarmakologis 4. Untuk mengurangi
(mis, Tarik nafas dalam, terapi nyeri.
musik)
5. Kolaborasi pemberian analgetik. 5. Mengurangi dan
mengontrol nyeri.
6. Monitor efek samping penggunaan 6. Mengontrol komplikasi
analgetik. dan alergi obat
7. Fasilitasi istirahat dan tidiur. 7. Agar klien bisa
relaksasi.
2. Pemberian Analgesik (SIKI I.08243)
hal. 251
1. Monitor tanda-tanda vital sebelum 1. Memantau keadaan
dan sesudah pemberian analgesik. pasien dalam pemberian
analgesik.
2. Dokumentasikan respon terhadap 2. Mengetahui apakah ada
efek analgesik dan efek yang tidak alergi atau efek yang
diinginkan. menimbulkan.
3. Identifikasi riwayat alergi obat. 3. Memonitor alergi obat.
4. Jelaskan efek terapi dan efek 4. Menambah pengetahuan
samping obat. pada klien dan keluarga.
5. Kolaborasi pemberian dosis dan 5. Mengurangi kesalahan
jenis analgesik sesuai indikasi. dalam pemberian obat.
No Intervensi Rasional
1. Manajemen eliminasi urine (SIKI.
I.04152) hal.175
1. Identifikasi tanda dan gejala retensi 1. Mengetahui penyebab
atau inkontinensia urine retensi bak pasien
2. Identifikasi factor yang 2. Mengetahui
menyebabkan retensi perkembangan retensi
3. Monitor eliminasi urine bak pasien
4. Batasi asupan cairan, jika perlu 3. Mengetahui
5. Ajarkan mengukur asupan cairan perkembangan retensi
dan haluaran urine bak pasien
6. Anjurkan mengurangi minum 4. Untuk membantasi
menjelang tidur terjadinya penumpukan
cairan di dalam tubuh
5. Untuk mengetahui input
dan output
6. Untuk mengurangi
sensai rasa ingin BAK
saat tidur
4. Implementasi Keperawatan
Tahap ini di lakukan pelaksanaan dan perencanaan keperawatan yang
telah ditentukan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien secara
optimal. Pelaksanaan adalah pengelolahan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah di susun pada tahap pencananaan
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah akhir dalam proses keperawatan.
Evaluasi adalah kegiatan yang disengaja dan terus-menerus dengan
melibatkan pasien, perawat, dan anggota tim lainnya. Dalam hal ini
diperlukan pengetahuan tentang kesehatan, patofisiologi, dan strategi evaluasi.
Tujuan evaluasi adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana
keperawatan tercapai atau tidak dan untuk melakukukan.