DISUSUN OLEH :
MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Ca mamae sering ditemukan diseluruh dunia dengan
insidens relative tinggi, yaitu 20% dari seluruh keganasan. Dari
600.000 kasus ca mamae baru yang didiagnosis setiap
tahunnya sebanyak 350.000 diantaranya ditemukan di Negara
maju, sedangkan 250.000 di Negara yang sedang berkembang
(Moningkey, 2000). Ca mamae merupakan jenis kanker yang
mayoritas terjadi pada wanita, dengan perbandingan laki-laki
dan wanita 1:100. Di Amerika lebih dari 212.000 wanita
didiagnosis kanker payudara setiap tahun, dan sekitar 41.000
dari kasus tersebut meninggal setiap tahunnya (Lemon&Burke,
2008).
Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang diterbitkan
pada 2007 menyebutkan bahwa sebanyak 7,6 juta jiwa
meninggal pada tahun 2005 akibat kanker dan 84 juta lainnya
akan meninggal dalam jangka waktu 10 tahun ke depan.
Menurut WHO, setiap tahun jumlah penderita ca mamae
bertambah sekitar 7 juta. Survey terakhir di dunia
menunjukkan setiap 3 menit ditemukan penderita kanker
payudara dan setiap 11 menit ditemukan seorang perempuan
meninggal akibat ca mamae.
Insiden ca mamae relative cukup tinggi, menempati urutan
kedua setelah keganasan mulut Rahim dalam deretan 10
keganasan terbanyak di Indonesia, rata-rata penderita kanker
payudara adalah 10 jiwa dari 100.000 perempuan, dan terdapat
kesan terjadi peningkatan insiden sebagai refleksi perubahan
pola hidup dan makanan masyarakat Indonesia. Jumlah
penderita kanker payudara tertinggi ada di DKI Jakarta
berjumlah 1200 lebih, disusul Jawa Tengah dan provinsi-
provinsi lain di pulau Jawa. (Depkes RI, 2007)
Umur penderita kanker payudara yang termuda adalah 20-
29 tahun, yang tertua 80-89 tahun, dan terbanyak berumur 40-
49 tahun, yaitu 130 kasus (Prawirohardjo, 2008).
Secara epidemiologi, orang melihat tendensi penyakit ini
familial, artinya seorang wanita dengan ibu penderita kanker
payudara mempunyai kemungkinan lebih banyak mendapat
kanker payudara daripada wanita-wanita dari ibu yang tidak
menderita penyakit tersebut. Wanita yang infertil juga lebih
tinggi kemungkinan mendapat kanker payudara daripada
wanita yang fertil (Prawirohardjo, 2008).
Berdasarkan data di atas, maka makalah ini akan
membahas mengenai kanker payudara dimulai dari definisi
hingga pemeriksaan dini kanker payudara.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut:
1) Apa definisi kanker payudara?
2) Bagaimana etiologi kanker payudara?
3) Bagaimana tanda dan gejala kanker payudara?
4) Bagaimana pencegahan kanker payudara?
5) Bagaimana pemeriksaan dini kanker payudara?
3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan
yang hendak dicapai, yaitu mahasiswa dapat mengetahui:
1) Definisi kanker payudara.
2) Etiologi kanker payudara.
3) Tanda dan gejala kanker payudara.
4) Pencegahan kanker payudara.
5) Pemeriksaan dini kanker payudara.
6) Devenisi ca serviks
7) Etelogi ca serviks
8) Tanda dan gejala ca serviks
9) Pemeriksaan penujang ca serviks
Penatalaksanaan ca serviks
10) Eteologi endometrium
11) Faktor resiko endometrium
12) Manifestasi klinis endometrium
13) Klasifikasi histopatologi endomatrium
14) Klasifikasi stadium endomatrium
15) Diagnosis endomatrium
16) Penatalaksanaan endomatrium
17) Defenisi kanker ovarium
18) Epidemiologi
19) Klasifikasi
20) Etiologi
21) Manifistasi klinis
22) Patofisiologi
23) Phatway
24) Komplikasi
25) Pemeriksaan diagnostik
26) Penatalaksanaan
27) Diagnosa keperawatan yang dapat muncul
28) Kekerasan terhadap perempuan
29) Bentuk-bentuk kekerasan terhadap perempuan
30) Faktor-faktor yang mendorong terjadinya tindakan
kekerasan dalam rumah tangga
31) Dampak kekerasan terhadap kesehatan reproduksi
32) Isu tentang kekerasan dalam rumah tangga
33) Implikasi keperawatan yang dapat di berikan untuk
menolong kaum perempuan dari tidak kekerasan dalam rumah
angga
4. Manfaat
Sebagai bahan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan
dan menambah wawasan mengenai kanker payudara reproduksi
kanker serviks, kanker endometrium, ovarium dan kekerasan
terhadap perempuan
BAB II
KONSEP DASAR
1. Pengertian
2. Etiologi
3. Manifestasi Klinis
Kanker payudara dapat terjadi di bagian mana saja dalam
payudara, tetapi mayoritas terjadi pada kuadran atas. Kanker
payudara umum terjadi pada payudara sebelah kiri. Umumnya,
lesi tidak terasa nyeri, terfiksasi dan keras dengan batas tidak
teratur. Keluhan nyeri yang menyebar pada payudara dan nyeri
tekan yang terjadi saat menstruasi biasanya berhubungan
dengan penyakit payudara jinak. Namun, nyeri yang jelas pada
bagian yang ditunjuk dapat berhubungan dengan kanker
payudara pada kasus yang lebih lanjut (Brunner & Suddarth,
2002).
Sedangkan menurut Smart (2010) untuk mendeteksi gejala
dan tanda-tanda kanker payudara, dapat dilakukan dengan
beberapa cara antara lain :
Terdapat sebuah benjolan yang biasanya diarasakan berbeda
dari jaringan yang ada pada payudara dan sekitarnya. Benjolan
ini tidak menimbulkan rasa nyeri dan biasanya juga memiliki
bentuk pinggiran yang tidak teratur.
Pada penderita kanker payudara yang masih pada tahap awal,
benjolan yang ada bisa digerakan dan juga dapat didorong
dengan jari tangan. Namun, pada stadium lanjut, biasanya
melekat pada dinding dada atau pada kulit sekitarnya. Untuk
stadium lanjut ini, benjolan yang ada bisa membengkak dan
juga terdapat borok pada kulit.
Gejala lain yang mungkin dapat ditemukan adalah adanya
benjolan atau massa di ketiak penderita, perubahan bentuk dan
ukuran penderita, serta keluarnya cairan yang abnormal dari
puting susu (berdarah, atau berwarna kuning, hijau atau
mungkin bernanah).
Perubahan pada tekstur dan warna pada kulit di sekitar
payudara.
Payudara tampak berwarna kemerahan.
Kulit disekitar payudara bersisik.
Puting susu tertarik kedalam dan terasa gatal.
Nyeri pada payudara atau pembengkakkan pada salah satu
payudara.
Pada stadium lanjut, bisa timbul nyeri pada tulang, penderita
mengalami penurunan berat badan, dan pembengkakkan
lengan, ulsurasi kulit.
4. Komplikasi
Menurut Carpenito (1999) dalam R. Sjamsuhidayat (2004).
Komplikasi kanker payudara:
1. Gangguan neuromuscular
2. Metastasis otak, paru, hati, vertebra, iga
3. Fibrosis payudara
4. Kematian
5. Pengobatan
Menurut Smart (2010) penanganan dan pengobatan kanker
payudara tergantung pada tipe dan stadium dari kanker
tersebut. Umumnya, seseorang akan diketahui jika dirinya telah
terkena kanker payudara setelah menginjak stadium lanjut dan
sudah cukup parah. Ada beberapa cara untuk mengatasi dan
mengobati diri dari kanker payudara, antara lain :
1) Pemeriksaan Mamograf
Pemeriksaan mamograf adalah suatu pemeriksaan payudara
dengan menggunakan alat rongten dan merupakan suatu cara
pemeriksaan yang sederhana, tidak sakit, dan hanya
memerlukan waktu sekitar 5-10 menit saja. Saat yang
dianjurkan untuk melakukan tes mamograf ini adalah saat
sesudah anda mengalami menstruasi, yaitu sekitar seminggu
setelah anda mengalami menstruasi. Wanita yang wajib
melakukan tes mamograf adalah :
a. Wanita yang telah berumur lebih dari 50 tahun.
b. Wanita yang ibu atau saudara perempuanya pernah menderita
kanker payudara.
c. Wanita yang pernah menjalani pengangkatan pada salah satu
payudaranya. Wanita yang dalam golongan ini harus berada
dalam pengawasan yang ketat dari dokter.
d. Wanita yang belum pernah mengalami anak. Ternyata, pada
golongan ini sering dijuimpai serangan kanker payudara.
2) Pemeriksaan Mamograf
Cara lain yang dapat dilakukan untuk mengobati atau
menangani kanker payudara ini adalah dengan melakukan
operasi kecil untuk mengambil contoh jaringan (biopsi) dari
benjolan tersebut. Jaringan tersebut kemudian akan diperiksa
melalui mikroskop di laboratorium patologi anatomi. Bila sudah
diketahui dan dipastikan bahwa benjolan tersebut adalah
kanker payudara, payudara anda harus diangkat seluruhnya
untuk menghindari penyebaran kebagian tubuh yang lain.
Istilah lain dari ini adalah Lumpectomy atau pengangkatan
benjolan. Biasanya, pengangkatan ini disertai dengan sedikit
(sangat minimal) jaringan yang sehat. Dengan cara ini,
diharapkan jaringan yang tersisa dan masih sehat akan dapat
membentuk kembali payudara secara alami.
3) Masektomi Radikal
Masektomi radikal adalah operasi pengangkatan seluruh
payudara, jaringan payudara di tulang dada, tulang selangka
dan tulang iga, serta benjolan yang berada pada sekitar ketiak.
Pengangkatan ini dilakukan pada sebagian atau seluruh
payudara, termasuk otot dada dibawah payudara untuk
mencegah penyebaran kanker payudara ini agar tidak menjalar
ke organ yang lainnya.
4) Kemoterapi
Kemoterapi adalah suatu terapi yang diberikan dengan obat-
obatan tertentu yang sangat kuat efeknya (antikanker).terapi ini
bisa diberikan melalui mulut atau berupa suntikan pada
pembuluh darah. Pengobatan ini harus diberikan secara
berulang-ulang dengan siklus yang berlangsung antara tiga
sampai enam bulan. Sistem ini diharapkan mencapai target
pada pengobatan kanker yang kemungkinan telah menyebar ke
tubuh lainnya. Dampak kemoterapi ini pasien akan mengalami
mual dan muntah serta akan mengalami kerontokan pada
rambut karena pengaruh obat-obatan yang diberikan pada saat
kemoterapi.
5) Terapi Hormon
Terapi hormon, juga bisa disebut dengan “theraphy anti-
estrogen” adalah suatu sistem yang fungsinya memblok
kemampuan hormon estrogen dalam menstimulus
perkembangan kanker payudara. Metode ini juga berfungsi
untuk menghambat laju perkembangan sel kanker pada
payudara.
8) Masektomi total
Masektomi total adalah operasi dengan mengangkat seluruh
payudara saja dan bukan kelenjar ketiak.
7. Pemeriksaan SADARI
Menurut Brunner & Suddarth (2002) pencegahan kanker
payudara dapat dilakukan dengan sadari :
1. Langkah I
Berdirilah didepan cermin.
Periksa payudara terhadap segala sesuatu yang tidak lazim.
Perhatikan adanya rabas dari puting susu, keriput, dimpling,
atau kulit mengelupas.
Dua tahap berikut ini dilakukan untuk memeriksa segala
perubahan dalam kontur payudara anda. Ketika anda
melakukannya, anda harus mampu untuk merasakan otot-otot
anda yang menegang.
2. Langkah II
Perhatikan dengan baik di depan cermin ketika anda melipat
tangan anda di belakang kepala anda menekan dan tangan
anda kearah depan.
Perhatikan setiap perubahan kontur dari payudara anda.
3. Langkah III
Selanjutnya tekan tangan anda dengan kuat pada pinggang
anda dan agak membungkuk kearah cermin sambil menarik
bahu anda dan siku anda kearah depan.
Perhatikan setiap perubahan kontur payudara anda.
Beberapa wanita melakukan bagian pemeriksaan berikut ketika
sedang mandi dengan shower. Jari-jari anda akan meluncur
dengan mudah diatas kulit yang bersabun, sehingga anda dapat
berkonsentrasi dan merasakan terhadap setiap perubahan di
dalam payudara.
4. Langkah IV
Angkat lengan kiri anda.
Gunakan 3 atau 4 jari tangan kanan anda untuk meraba
payudara kiri anda dengan kuat, hati-hati dan menyeluruh.
Mulailah pada tepi terluar, tekan bagian datar dari jari tangan
anda dalam lingkaran kecil, bergerak melingkar dengan lambat
sekitar payudara.
Secara bertahap lakukan ke arah puting susu.
Pastikan untuk melakukannya pada seluruh payudara.
Beri perhatihan khusus pada area diantara payudara dan
dibawah lengan, termasuk bagian bawah lengan itu sendiri.
Rasakan adanya benjolan atau masa yang tidak lazim dibawah
kulit.
5. Langkah V
Dengan perlahan remas puting susu dan perhatikan terhadap
adanya rabas.
Jika anda mengeluarkan rabas dari puting susu selama sebulan
yang terjadi ketika anda sedang atau tidak melakukan
SADARI temuilah dokter anda.
Ulangi pemeriksaan pada payudara kanan anda.
6. Langkah VI
Langkah 4 dan 5 harus diulangi dengan posisi berbaring.
Berbaringlah mendatar telentang dengan tangan kiri anda
dibawah kepala anda dan sebuah batal atau handuk yang
dilipat dibawah bahu kiri anda (posisi ini akan mendatarkan
payudara anda dan memudahkan anda untuk memeriksanya).
Gunakan gerakan sirkuler yang sama seperti yang diuraikan
diatas.
Ulangi pada payudara kanan anda.
A. Definisi Serviks
Kanker leher rahim atau yang dikenal dengan kanker servik
yaitu keganasan yang terjadi pada serviks (leher rahim) yang
merupakan bagian terendah dari rahim yang menonjol ke
puncak liang senggama atau vagina (Depkes RI,2009).
Karsinoma serviks uteri (Ca serviks) adalah tumor ganas pada
leher rahim, merupakan karsinoma ginekologi yang terbanyak
diderita.Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas
pada daerah mulut rahim sebagai akibat dari adanya
pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak
jaringan normal di sekitarnya (Lynda,2010)
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh didalam
leher rahimatau serviks yang terdapat pada bagian terendah
dari rahim yang menempelpada puncak vagina
(Diananda,Rahma,2009)
Kanker serviks merupakan sel-sel kanker yang menyerang
bagian squamosa columnar junction (SCJ) serviks
(Price,Sylvia,2010)
Kanker servik merupakan kanker pembunuh nomor satu
pada wanita di dunia ketiga. Cpidemiologi menunjukkan bahwa
kanker ini merupakan penyakit menular seksual
(Suharto,2009).
B. Etiologi Ca Serviks.
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui, namun ada
beberapa faktor resiko dan predisposisi yang menonjol antara
lain :
a. Umur
Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita
melakukan hubungan seksual semakin besar mendapat kanker
serviks. Kawin pada usia 20 tahun dianggap masih terlalu
muda.
b. Jumlah kehamilan dan partus
Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering
partus. Semakin sering partus semakin besar kemungkinan
resiko mendapat karsinoma serviks.
c. Jumlah perkawinan.
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-
ganti pasangan mempunyai faktor resiko yang besar terhadap
kankers serviks ini.
d. Infeksi virus.
Infeksi (HPV) Human papiloma virus yang beresiko tinggi
menyebabkan kanker leher rahim yang ditularkan melalui
hubungan seksual (sexually transmitted disease). Perempuan
biasanya terinfeksi virus ini saat usia belasan tahun, sampai
tiga puluhan,walaupun kankernya sendiri baru akan muncul
10-20 tahun sesudahnya. Infeksi virus HPV yang berisiko tinggi
menjadi kanker adalah tipe 16,18,45,56 dimana HPV tipe 16 18
ditemukan pada sekitar 70% kasus. Infeksi HPV tipe ini dapat
mengakibatkan perubahan sel-sel leher rahim menjadi lesi
intra-epitel derajat tinggi (high-grade intraepithelial
lesion/lLISDT), yang merupakan lesi (Yatim, faisal,2010).
e. Merokok
f. Imunosupresan
g. Diet kurang sehat dan obesitas
h. Kontrasepsi oral
i. Penggunaan IUD
j. Kehamilan Multipel
k. Kemiskinan
l. Penggunaan obat hormonal diethylstilbestrol (DES)
m. Riwayat keluarga dengan kanker serviks
1. Pap Smear.
Tes Papinicolou smear atau disebut tes pap smear merupakan
pemeiksaan sitiologi untuk sel di area serviks wanita untuk
memeriksa tanda-tanda perubahan pada sel. Tes Pap dapat
mendeteksi displasia serviks atau kanker serviks.
Pedoman
a. Umur 21-30 tahun : tes ini dilakukan pada wanita yang berusia
21 tahun ke atas sampai usia 30 tahunanan, menggunakan
metode kaca slide, atau yang telah melakuakan hubungan
badan secara aktif dianjurkan untuk memeriksa diri. Menurut
Okirina (2014) aturan umumnya adalah tes ini dilakaukan
pertama kali 3 tahun, lalu anjuran melakukan pap semar 1
tahun sekali kini telah dikoreksi menjadi 2 tahun sekali untuk
efektivitas.
b. Umur 30-70 tahun : setiap 2-3 tahun jika 3 pap smear terkahir
normal.
c. Umur di atas 70 tahun : dapat menghentikan jika 3 pap smear
normal terakhir atau tidak ada paps dalam 10 tahun terakhir
yang abnormal. (American Cancer Society,2007 ; dalam
Ricci,2009)
Tes ini dilakukan saat tidak sedang dalam proses menstruasi,
sebaiknya pada hari ke 10- 20 setelah hari pertama menstruasi
sebelumnya. Dua hari sebelum pelaksanaan tes, pasien tidak
diperbolehkan menggunakan obat-obatan vagina,spermisida,
krim ataupun jeli, kecuali apabila diinstruksikan oleh dokter.
Pasien juga harus menghindari hubungan seksual 1-2 hari
sebelum tes dilaksanakan karena semua jelas. Setelah tes
dilakukan, pasien dapat melakukan aktivitas normalnya
kembali.
2. Tes IVA
Tes IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat) adalaah
pemeriksaan srinning alternatif Pap smear karena biaya murah,
praktis, sangat mudah untuk dilakuakan dengan peralatan
sederhana dan murah, dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan
selain dokter ginekologi (Goldie, 2001: Singh,
1992:Sankaranarayana, 1998 : dikutip dalam Sinta,2012).
Tes IVA merupakan salah satu deteksi dini kanker serviks dengan
menggunakan asam asetat 3-5% pada inspekulo dan dilihat
dengan pengamatan langsung (mata telanajng) menurut
Nugroho (2010). Serviks (epitel) abnormal jika diolesi degan
asam asetat 3-5% akan berwarna putih (epitel putih)
(Smart,2010)
3. Biopsi Serviks
Sebuah penyedia layanan kesehatan mengambil sampel jaringan
atau biopsi dari serviks untuk memeriksa kanker serviks atau
kondisi lainnya. Biopsi serviks sering dilakukan selama
koloskopi.
4. Koloskopi
Sebuah tes tindak lanjut untuk tes pap abnormal. Serviks dilihat
dengan kaca pembesar yang dikenal sebagai koloskopi dan
dapat mengambil biopsi dari setiap daerah yang tidak terlihat
sehat.
5. Biopsi kerucut (come biopsy)
Bipsi serviks di mana irisan berbentuk kerucut jaringan kan
dihapus dari serviks dan diperiksa di bawah mikroskop disebut
bipsi kerucut. Biopsi kerucut dilakukan setelah tes pap
abnormal, baik untuk mengidentifikasi dan menghilangakan sel-
sel berbahaya dalam serviks.
6. CT scanner
CT Scannner membutuhkan beberapa sinar x dan komputer
mencipatakan gambar detail dari serviks dan struktur lainnya
dalam perut dan panggul. CT scan sering digunakan untuk
menentukkan pakah kanker serviks telah menyebar dan jika
demikian seberapa jauh.
E. Penatalaksanaan Ca.Serviks
2) Etiologi
Penyebab pasti kanker endometrium tidak diketahui.
Kebanyakan kasus kanker endometrium dihubungka
dengan endometrium terpapar stimulasi estrogen secar
kronis. Salah satu fungsi estrogen yang normal adalah
merangsang pembentukan lapisan epitel pada rahim.
Sejumlah besar estrogen yang disuntikkan pada hewan
percobaan di laboratorium menyebabkan hiperplasia
endometrium dan kanker.
3) Faktor risiko
Faktor resiko reproduksi dan menstruasi.
Kebanyakan peneliti menyimpulkan bahwa nulipara
mempunyai risiko 3x lebih besar menderita kanker
endometrium dibanding multipara. Hipotesis bahwa
infertilitas menjadi factor risiko kanker endometrium
didukung penelitian-penelitian yang menunjukkan risiko
yang lebih tinggi untuk nullipara dibanding wanita yang
tidak pernah menikah.
Perubahan-perubahan biologis yang berhubungan
dengan infertilitas dikaitkan dengan risiko kanker
endometrium adalah siklus anovulasi ( terekspos estrogen
yang lama tanpa progesterone yang cukup), kadar
androstenedion serum yang tinggi (kelebihan
androstenedion dikonversi menjadi estrone), tidak
mengelupasnya lapisan endometrium setiap bulan (sisa
jaringan menjadi hiperplastik) dan efek dari kadar
estrogen bebas dalam serum yang rendah pada nulipara.
1. Usia menarche dini (<12 tahun) berkaitan dengan meningkatnya
risiko kanker endometrium walaupun tidak selalu konsisten.
Benyak penelitian menunjukkan usia saat menopause
mempunyai hubungan langsung terhadap meningkatnya kanker
ini. Sekitar 70% dari semua wanita yang didiagnosis kanker
endometrium adalah pascamenopause. Wanita yang menopause
secara alami diatas 52 tahun 2,4 kali lebih beresiko jika
dibandingkan sebelum usia 49 tahun.
2. Hormon.
a. Hormone endogen.
Risiko terjadinya kanker endometrium pada wanita-wanita
muda berhubungan dengan kadar estrogen yang tinggi secara
abnormal seperti polycystic ovarian disease yang memproduksi
estrogen.
b. Hormone eksogen pascamenopause.
Terapi sulih hormone estrogen menyebabkan risiko kanker
endometrium meningkat 2 sampai 12 kali lipat. Peningkatan
risiko ini terjadi setelah pemakaian 2-3 tahun. Risiko relative
tertinggi setelah pemakaian selama 10 tahun.
3. Kontrasepsi oral. Peningkatan risiko secara bermakna terdapat
pada pemakaian kontrasepsi oral yang mengandung estrogen
dosis tinggi dan rendah progestin. Sebaliknya pengguna
kontrasepsi oral kombinasi estrogen dan progestin dengan
kadar progesterone tinggi mempunyai efek protektif dan
menurunkan risiko kanker endometrium setelah 1-5 tahun
pemakaian.
4. Tamoksifen. Beberapa penelitian mengindikasikan adanya
peningkatan risiko kanker endometrium 2-3 kali lipat pada
pasien kanker payudara yang diberi terapi tamoksifen.
Tamoksifen merupakan antiestrogen yang berkompetisi dengan
estrogen untuk menduduki reseptor. Di endometrium,
tamoksifen malah bertindak sebagai factor pertumbuhan yang
meningkatkan siklus pembelahan sel.
5. Obesitas. Obesitas meningkatkan risiko terkena kanker
endometrium. Kelebihan 13-22 kg BB ideal akan meningkatkan
risiko sampai 3 x lipat. Sedangkan kelebihan di atas 23 kg akan
meningkatkan risiko sampai 10x lipat.
6. Faktor diet. Perbedaan pola demografi kanker endometrium
diperkirakan oleh peran nutrisi, terutama tingginya kandungan
lemak hewani dalam diet. Konsumsi sereal, kacang-kacangan,
sayuran dan buah terutama yang tinggi lutein, menurunkan
risiko kanker yang memproteksi melalui pitoestrogen.
7. Kondisi medis. Wanita premenopause dengan diabetes
meningkatkan 2-3 x lebih besar berisiko terkena kanker
endometrium jika disertai diabetes. Tingginya kadar estrone dan
lemak dalam plasma wanita dengan diabetes menjadi
penyebabnya. Hipertensi menjadi factor risiko pada wanita
pancamenopause dengan obesitas.
8. Faktor genetik. Seorang wanita dengan riwayat kanker kolon
dan kanker payudara meningkatkan risiko terjadinya kanker
endometrium. Begitu juga dengan riwayat kanker endometrium
dalam keluarga.
9. Merokok. Wanita perokok beresiko ½ kali jika dibandingkan
yang bukan perokok (faktor proteksi) dan diperkirakan
menopause lebih cepat 1-2 tahun.
10. Ras. Kanker endometrium sering ditemukan pada wanita
kulit putih.
11. Faktor risiko lain. Pendidikan dan status sosial ekonomi
diatas rata-rata meningkatkan risiko terjadinya kanker
endometrium akibat konsumsi terapi pengganti estrogen dan
rendahnya paritas.
a
Relative risks depend on the study and referent group
employed.
From Brinton, 2004, with permission.
4) Manifestasi Klinis
Keluhan utama yang dirasakan pasien kanker
endometrium adalah perdarahan pasca menopause bagi
pasien yang telah menopause dan perdarahan
intermenstruasi bagi pasien yang belum menopause.
Keluhan keputihan merupakan keluhan yang paling
banyak menyertai keluhan utama.
5) Klasifikasi Histopatologi
Sembilan puluh persen tumor ganas endometrium/
korpus uterus adalah adenokarsinoma. Sisanya ialah
karsinoma epidermoid, adenoakantoma, sarcoma, dan
karsino-sarkoma.
6) Klasifikasi Stadium
Saat ini, stadium kanker endometrium ditetapkan
berdasarkan surgical staging, menurut The International
Federation of Gynecology and Obstetrics (FIGO) 2010 :
b) USG
Transvaginal untrasound, adalah suatu alat yang
dimasukkan ke dalam rahim dan berfungsi untuk
mengetahui ketebalan dinding rahim. Ketebalan
dinding yang terlihat abnormal akan dicek lanjutan
dengan pap smear atau biopsi. Pada pemeriksaan
USG didapatkan tebal endometrium di atas 5 mm
pada usia perimenopause. Pemeriksaan USG
dilakukan untuk memperkuat dugaan adanya
keganasan endometrium dimana terlihat adanya
lesi hiperekoik di dalam kavum uteri/endometrium
yang inhomogen bertepi rata dan berbatas tegas
dengan ukuran 6,69 x 4,76 x 5,67 cm. Pemeriksaan
USG transvaginal diyakini banyak penelitian
sebagai langkah awal pemeriksaan kanker
endometrium, sebelum pemeriksaan-pemeriksaan
yang invasif seperti biopsi endometrial, meskipun
tingkat keakuratannnya yang lebih rendah, dimana
angka false reading dari strip endometrial cukup
tinggi. Sebuah meta-analisis melaporkan tidak
terdeteksinya kanker endometrium sebanyak 4%
pada penggunaan USG transvaginal saat
melakukan pemeriksaan pada kasus perdarahan
postmenopause, dengan angka false reading
sebesar 50%. USG transvaginal dengan atau tanpa
warna, digunakan sebagai tehnik skrining.
Terdapat hubungan yang sangat kuat dengan
ketebalan endometrium dan kelainan pada
endometrium. Ketebalan rata-rata terukur 3,4±1,2
mm pada wanita dengan endometrium atrofi,
9,7±2,5 mm pada wanita dengan hiperplasia, dan
18,2±6,2mm pada wanita dengan kanker
endometrium. Pada studi yang melibatkan 1.168
wanita, pada 114 wanita yang menderita kanker
endometrium dan 112 wanita yang menderita
hiperplasia, mempunyai 5 mm. Metode non-invasif
lainnya adalah sitologi ketebalan endometrium
endometrium namun akurasinya sangat rendah.
c) Pap Smear
adalah metode skrining ginekologi, dicetuskan oleh
Georgias Papanikolaou, untuk mendeteksi kanker
rahim yang disebabkan oleh human papilomavirus.
Pengambilan sampel endometrium, selanjutnya di
periksa dengan mikroskop (PA). Cara untuk
mendapatkan sampel adalah dengan aspirasi
sitologi dan biopsy hisap (suction biopsy)
menggunakan suatu kanul khusus. Alat yang
digunakan adalah novak, serrated novak,
kovorkian, explora (mylex), pipelly (uniman), probet.
8) Penatalaksanaan
Radiasi atau histerektomi radikal dan limfadenektomi
pelvis merupakan pilihan terapi untuk adenokarsinoma
endoserviks yang masih terlokalisasi, sedangkan staging
surgical yang meliputi histerektomi simple dan
pengambilan contoh kelenjar getah bening para-aorta
adalah penatalaksanaan umum adenokarsinoma
endometrium.
Pembedahan
Kebanyakan penderita akan menjalani histerektomi
(pengangkatan rahim). Kedua tuba falopii dan
ovarium juga diangkat (salpingo-ooforektomi
bilateral) karena sel-sel tumor bisa menyebar ke
ovarium dan sel-sel kanker dorman (tidak aktif)
yang mungkin tertinggal kemungkinan akan
terangsang oleh estrogen yang dihasilkan oleh
ovarium. Jika ditemukan sel-sel kanker di dalam
kelenjar getah bening di sekitar tumor, maka
kelenjar getah bening tersebut juga diangkat. Jika
sel kanker telah ditemukan di dalam kelenjar getah
bening, maka kemungkinan kanker telah menyebar
ke bagian tubuh lainnya. Jika sel kanker belum
menyebar ke luar endometrium (lapisan rahim),
maka penderita tidak perlu menjalani pengobatan
lainnya.
Radioterapi
Pada radioterapi digunakan sinar berenergi tinggi
untuk membunuh sel-sel kanker. Terapi penyinaran
merupakan terapi lokal, hanya menyerang sel-sel
kanker di daerah yang disinari. Pada stadium I, II atau
III dilakukan terapi penyinaran dan pembedahan.
Angka ketahanan hidup 5 tahun pada pasien kanker
endometrium menurun 20-30% dibanding dengan
pasien dengan operasi dan penyinaran. Penyinaran bisa
dilakukan sebelum pembedahan (untuk memperkecil
ukuran tumor) atau setelah pembedahan (untuk
membunuh sel-sel kanker yang tersisa). Stadium I dan
II secara medis hanya diberi terapi penyinaran. Pada
pasien dengan risiko rendah (stadium IA grade 1 atau 2)
tidak memerlukan radiasi adjuvan pasca operasi.
Kemoterapi
a) Tujuan Kemoterapi
Kemoterapi bertujuan untuk :
Membunuh sel-sel kanker.
Menghambat pertumbuhan sel-sel kanker.
Meningkatkan angka ketahanan hidup selama 5 tahun.
1. Jenis kemoterapi:
Terapi adjuvan
Kemoterapi yang diberikan setelah operasi, dapat
sendiri atau bersamaan dengan radiasi, dan
bertujuan untuk membunuh sel yang telah
bermetastase.
Terapi neoadjuvan
Kemoterapi yang diberikan sebelum operasi untuk
mengecilkan massa tumor, biasanya dikombinasi
dengan radioterapi.
Kemoterapi primer
Digunakan sendiri dalam penatalaksanaan tumor,
yang kemungkinan kecil untuk diobati, dan
kemoterapi digunakan hanya untuk mengontrol
gejalanya.
Kemoterapi induksi
Digunakan sebagai terapi pertama dari beberapa
terapi berikutnya.
2.Kemoterapi kombinasi
Per oral
Beberapa jenis kemoterapi telah dikemas untuk pemberian
peroral, diantaranya chlorambucil dan etoposide (VP-16).
Intra-muskulus
Pemberian ini relatif lebih mudah dan sebaiknya suntikan
tidak diberikan pada lokasi yang sama dengan pemberian
dua-tiga kali berturut-turut. Yang dapat diberikan secara
intra-muskulus antara lain bleomicin dan methotreaxate.
Intravena
Pemberian ini dapat diberikan secara bolus perlahan-lahan
atau diberikan secara infus (drip). Cara ini merupakan cara
pemberian kemoterapi yang paling umum dan banyak
digunakan.
Intra arteri
Pemberian intra arteri jarang dilakukan karena
membutuhkan sarana yang cukup banyak, antara lain, alat
radiologi diagnostik, mesin, atau alat filter, serta
memerlukan keterampilan tersendiri.
Intra peritoneal
Cara ini juga jarang dilakukan karena membutuhkan alat
khusus (kateter intraperitoneal) serta kelengkapan kamar
operasi karena pemasangan perlu narkose.
3.Persiapan Kemoterapi
5.Efek samping:
Pada kulit.
Alopesia.
Berbagai kelainan kulit lain.
6.Gangguan di mukosa.
Stomatitis.
Enteritis yang menyebabkan diare.
Sistitis hemoragik.
Proktitis
Anoreksia.
Mual muntah.
9.Gangguan organ.
Neuropati.
Tuli.
Letargi.
Penurunan libido.
Tidak ada ovulasi pada wanita.
3.2 Epidemiologi
Setelah kanker paru, payudara, dan kolon, kanker ovarium
primer merupakan penyebab tersering kematian akibat kanker
diantara wanita di Amerika Serikat (sekita 40% bertahan hidup
selama 5 tahun). Lebih sering terjadi setelah usia 50 tahun.
Wanita di negara industri lebih berisiko. Kanker ovarium
metastatik: lebih sering terjadi dibandingkan kanker di area lain
pada wanita yang sebelumnya mengalami kanker payudara yang
telah diobati.
Temuan kasus kanker epitel ovarium di Amerika Serikat
terdapat 22.220 kasus baru dan 16.210 kematian; Ingrris: 6734
kasus baru dan 4687 kematian. Jumlah pasien yang meninggal
akibat keganasan ini di negara-negara industri Barat lebih besar
dibandingkan jumlah semua kematian yang diakibatkan kanker
ginekologis lain jika jumlahnya disatukan.
3.3 Klasifikasi
Tahap-tahap kanker ovarium (Price, 2002):
1. Stadium I: Pertumbuhan terbatas pada ovarium.
2. Stadium II: Pertumbuhan mencakup satu atau kedua ovarium
dengan perluas pelvis.
3. Stadium III: Pertumbuhan mencakup satu atau kedua ovarium
dengan metastasis diluar pelvis atau nodus inguinal atau retro
peritoneal positif.
4. Stadium IV: Pertumbuhan mencakup satu/kedua ovarium
dengan metastasis jauh.
Sedangkan pembagian stadium kanker ovarium menurut
International Federation of Gynecologist and Obstetricians
(FIGO) 1987 sebagai berikut:
Tabel 2.1 Stadium kanker ovarium
Stadium
kanker
ovarium Kategori
primer (FIGO,
1987)
Stadium I Pertumbuhan terbatas pada ovarium
Ia Pertumbuhan terbatas pada satu
ovarium, tidak ada asites yang berisi
sel ganas, tidak ada pertumbuhan di
permukaan luar, kapsul utuh.
Ib Pertumbuhan terbatas pada kedua
ovarium, tidak ada asites berisi sel
ganas, tidak ada tumor di
permukaan luar, kapsul intak.
Ic Tumor dengan stadium Ia atau Ib
tetapi ada tumor di permukaan luar
satu atau kedua ovarium, atau dengan
kapsul pecah, atau dengan asites
berisi sel ganas atau dengan bilasan
peritoneum positif.
Stadium II Pertumbuhan pada satu atau kedua
ovarium dengan perluasan ke panggul.
Iia Perluasan dan/atau metastasis ke
uterus dan/atau tuba.
Iib Perluasan ke jaringan pelvis lainnya.
Iic Tumor stadium IIa atau IIb tetapi
dengan tumor pada permukaan satu
atau kedua ovarium, kapsul pecah,
atau dengan asites yang mengandung
sel ganas atau dengan bilasan
peritoneum positif.
Stadium III Tumor mengenai satu atau kedua
ovarium, dengan bukti mikroskopik
metastasis kavum peritoneal di luar
pelvis, dan/atau metastasis ke kelenjar
limfe regional.
IIIa Tumor terbatas di pelvis kecil dengan
kelenjar getah bening negatif tetapi
secara histologik dan dikonfirmasi
secara mikroskopik adanya
pertumbuhan (seeding) di permukaan
peritoneum abdominal.
IIIb Tumor mengenai satu atau kedua
ovarium dengan implant di permukaan
peritoneum dan terbukti secara
mikroskopik, diameter tidak melebihi
2 cm, dan kelenjar getah bening
negatif.
IIIc Implan di abdomen dengan diameter
> 2 cm dan/atau kelenjar getah bening
retroperitoneal atau inguinal positif.
Stadium IV Pertumbuhan mengenai satu atau
kedua ovarium dengan metastasis
jauh. Bila efusi pleura dan hasil
sitologinya positif dimasukkan dalam
stadium IV. Begitu juga metastasis ke
parenkim liver.
3.4 Etiologi
Penyebab kanker ovarium hingga kini belum jelas, tapi faktor
lingkungan dan hormonal berperan penting dalam
patogenesisnya. Akan tetapi banyak teori yang menjelaskan
tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya:
1. Hipotesis incessant ovulation, Teori menyatakan bahwa terjadi
kerusakan pada sel-sel epitel ovarium untuk penyembuhan luka
pada saat terjadi ovulasi. Proses penyembuhan sel-sel epitel
yang terganggu dapat menimbulkan proses transformasi
menjadi sel-sel tumor.
2. Hipotesis androgen, Androgen mempunyai peran penting dalam
terbentuknya kanker ovarium. Hal ini didasarkan pada hasil
percobaan bahwa epitel ovarium mengandung reseptor
androgen. Dalam percobaan in-vitro, androgen dapat
menstimulasi pertumbuhan epitel ovarium normal dan sel-sel
kanker ovarium.
Hipotesis incessant Usia >50 tahun Hipotesis andogren Penggunaan bedak Genetik
evaluation pada genitalia
Menopause Produksi hormon Sel kanker
Kerusakan sel-sel epitel andogren (↑) Mengandung asbes bawaan
Produksi hormon (bahan mineral
ovarium saat ovulasi
estrogen (↓) penyebab kanker)
Terjadi ovulasi sebelum Di picu oleh zat
luka ovulasi sebelumnya Produksi hormon Andogren Andogren Asbes masuk ke karsinogenik
sembuh gonadotropin (↑) menstimulasi menstimulasi saluran vagina
Trauma baru pertumbuhan pertumbuhan Sel kanker
melalui uterus dan
sel ovarium sel-sel kanker aktif
Penyembuhan/ pemulihan menuju ke ovarium
pada ovarium
sel epitel yang rusak Menumpuk dan
terganggu mempengaruhi
proliferasi sel
Transformasi sel-sel epitel
menjadi sel tumor
Proliferasi sel
abnormal (↑)
KANKER OVARIUM
3.8 Penatalaksanaan
Pencegahan kimiawi yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya
kanker ovarium adalah dengan pemakaian kontrasepsi oral dapat
menurunkan insidensi kanker ovarium hingga 50 %.
1. Umum
a. Terapi radiasi (jarang digunakan karena dapat menyebabkan
mielosupresi, yang membatasi keefektifan kemoterapi)
b. Radioisotop sebagai terapi ajuvan
c. Diet tinggi protein
d. Makan sedikit tetapi sering.
2. Pengobatan
a. Kemoterapi setelah pembedahan
b. Imunoterapi
c. Terapi sulih hormon pada remaja putri pra-pubertas yang menjalani
salpingo-ooforektomi bilateral.
3. Pembedahan
a. Histerektomi total per abdomen dan salpingo-ooforektomi bilateral
dengan reseksi tumor.
b. Omentektomi, apendektomi, palpasi nodus limfe dengan kemungkinan
limfadenektomi, biopsi jaringan, dan bilas peritoneum.
c. Reseksi ovarium yang terkena.
d. Biopsi omentum dan ovarium yang tidak terkena.
e. Bilas peritoneum untuk pemeriksaan sitologi cairan pelvis.
1. Kekerasan fisik
Kekerasan fisik adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit,
jatuh sakit atau luka berat. Prilaku kekerasan yang termasuk dalam
golongan ini antara lain adalah menampar, memukul, meludahi, menarik
rambut (menjambak), menendang, menyudut dengan rokok,
memukul/melukai dengan senjata, dan sebagainya. Biasanya perlakuan
ini akan nampak seperti bilur-bilur, muka lebam, gigi patah atau bekas
luka lainnya.
2. Kekerasan psikologis / emosional
Kekerasan psikologis atau emosional adalah perbuatan yang
mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya
kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya dan / atau penderitaan
psikis berat pada seseorang.
Perilaku kekerasan yang termasuk penganiayaan secara emosional
adalah penghinaan, komentar-komentar yang menyakitkan atau
merendahkan harga diri, mengisolir istri dari dunia luar, mengancam
atau ,menakut-nakuti sebagai sarana memaksakan kehendak.
3. Kekerasan seksual
Kekerasan jenis ini meliputi pengisolasian (menjauhkan) istri dari
kebutuhan batinnya, memaksa melakukan hubungan seksual, memaksa
selera seksual sendiri, tidak memperhatikan kepuasan pihak istri.
4. Kekerasan ekonomi
Setiap orang dilarang menelantarkan orang dalam lingkup rumah
tangganya, padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau karena
persetujuan atau perjanjian ia wajib memberikan kehidupan, perawatan
atau pemeliharaan kepada orang tersebut. Contoh dari kekerasan jenis
ini adalah tidak memberi nafkah istri, bahkan menghabiskan uang istri.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan mengenai kanker payudara, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Kanker payudara adalah tumor ganas yang berasal dari kelenjar
payudara. Termasuk saluran kelenjar air susu dan jaringan
penunjangnya
2. Etiologi kanker payudara tidak diketahui tetapi ada faktor predisposisi
yang menyertainya yaitu keturunan, usia yang makin bertambah, tidak
memiliki anak, kehamilan pertama pada usia di atas 30 tahun, periode
menstruasi yang lebih lama dan faktor hormonal.
4. Tanda dan gejala kanker payudara adalah terdapatnya benjolan dan
kulit berubah warna, nyeri hilang timbul.
6. Pencegahan kanker payudara terdiri dari pencegahan primer, sekunder,
dan tersier.
7. Penanganan kanker payudara diantaranya adalah mastektomi, radiasi,
dan kemoterapi
Kanker ovarium merupakan tumor dengan histiogenesis yang beraneka ragam, dapat
berasal dari ketiga dermoblast (ektodermal, endodermal, mesodermal) dengan sifat-sifat
histiologis maupun biologis yang beraneka ragam. Penyebab pasti dari penyakit ini tidak
diketahui.
Faktor yang mendorong terjadinya tindak kekerasan pada istri dalam rumah tangga
yaitu pembelaan atas kekuasaan laki-laki, diskriminasi dan pembatasan bidang ekonomi,
beban pengasuhan anak, wanita sebagai anak-anak, dan orientasi peradilan pidana pada
laki-laki.
B. Saran
Berdasarkan pembahasan dalam makalah ini, maka kami sarankan
bahwa sebaiknya para wanita Indonesia melakukan pencegahan dengan
cara pendeteksian dini agar mengurangi risiko terkena kanker payudara
DAFTAR PUSTAKA