Anda di halaman 1dari 7

KELOMPOK 10

Pelaksanaan K3 di industri bertujuan untuk melindungi karyawan, lingkungan,


dan masyarakat sekitar dari bahaya dan risiko yang terkait dengan operasi
industri. Operasi industri sering melibatkan proses yang berbahaya dan
menggunakan peralatan dan bahan yang berpotensi menimbulkan risiko bagi
kesehatan dan keselamatan manusia. Untuk melaksanakan K3 di industri dengan
baik, perusahaan perlu menerapkan program manajemen K3 yang efektif.

Program manajemen K3 terdiri dari beberapa tahapan, yaitu identifikasi bahaya,


penilaian risiko, pengendalian risiko, dan pemantauan dan evaluasi. Tahap
identifikasi bahaya dilakukan untuk mengidentifikasi potensi bahaya yang terkait
dengan aktivitas industri, sedangkan penilaian risiko dilakukan untuk
mengevaluasi risiko yang terkait dengan bahaya tersebut. Pengendalian risiko
adalah langkah-langkah yang diambil untuk mengurangi risiko dan bahaya yang
telah diidentifikasi sebelumnya. Ini dapat meliputi penggunaan alat pelindung diri
(APD), pelatihan karyawan, perbaikan desain produk atau sistem, dan
pengawasan ketat terhadap operasi industri. Pemantauan dan evaluasi dilakukan
untuk memastikan bahwa program manajemen K3 berjalan dengan baik dan
efektif. Pemantauan melibatkan pengumpulan data dan informasi tentang operasi
industri, penggunaan APD, serta risiko dan bahaya terkait. Evaluasi dilakukan
dengan membandingkan data dan informasi yang dikumpulkan dengan standar K3
yang telah ditetapkan, serta mengevaluasi keefektifan langkah-langkah
pengendalian risiko yang telah dilakukan.

Selain itu, pelaksanaan K3 di industri juga melibatkan penguatan budaya K3 dan


komitmen manajemen terhadap keselamatan dan kesehatan kerja. Budaya K3
melibatkan pengembangan nilai-nilai dan norma-norma dalam organisasi yang
mengutamakan keselamatan dan kesehatan kerja, sedangkan komitmen
manajemen melibatkan dukungan dan pengawasan terhadap implementasi
program manajemen K3.

Penggunaan teknologi juga dapat membantu dalam pelaksanaan K3 di industri.


Misalnya, penggunaan sistem pemantauan keamanan, sistem deteksi gas
berbahaya, dan teknologi otomasi dapat membantu mengurangi risiko dan bahaya
dalam operasi industri.

Pelatihan dan kesadaran karyawan tentang K3 juga harus ditingkatkan untuk


memastikan keberhasilan program manajemen K3. Pelatihan K3 harus mencakup
pemahaman tentang bahaya dan risiko yang terkait dengan operasi industri,
penggunaan APD, dan tindakan darurat dalam situasi darurat.
Dalam pelaksanaan K3 di industri, penting untuk melibatkan semua pihak terkait,
termasuk karyawan, manajemen, dan pihak eksternal seperti otoritas pengawas
dan kontraktor. Pelaksanaan K3 yang efektif dapat meningkatkan produktivitas
dan kualitas produk.

Faktor dan potensi bahaya dalam K3 di industri meliputi:

- Bahan kimia berbahaya.


- Suhu dan tekanan ekstrem.
- Mesin dan peralatan berat.
- Radiasi dan bahan radioaktif.
- Kebakaran atau ledakan.
- Kondisi lingkungan buruk.

Kondisi bahaya yang perlu diperhatikan meliputi:

- Kondisi lingkungan yang tidak sesuai.


- Kerusakan atau keausan pada mesin dan peralatan.
- Kebisingan atau getaran berlebihan.
- Sistem manajemen K3 yang buruk atau kurang efektif.

Tujuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di tempat kerja adalah:

- Mencegah kecelakaan kerja dengan mengidentifikasi bahaya dan penilaian


risiko serta memberikan pelatihan dan peralatan K3 yang tepat.
- Meningkatkan kesehatan karyawan dengan mengurangi paparan bahan
kimia berbahaya, melindungi dari suhu ekstrem, dan mempromosikan
gaya hidup sehat.
- Menjaga produktivitas dan kinerja karyawan dengan menyediakan
lingkungan kerja yang sehat dan aman.
- Memastikan kepatuhan hukum terhadap peraturan K3 yang berlaku untuk
menghindari sanksi dan menjaga reputasi perusahaan.
- Meningkatkan citra perusahaan dengan peduli pada keselamatan dan
kesehatan karyawan, sehingga memperoleh kepercayaan dan reputasi yang
baik.
KELOMPOK 9

A. Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja:

- Sistem Manajemen adalah rangkaian kegiatan teratur yang saling


berhubungan untuk mencapai tujuan perusahaan.
- Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) adalah
rangkaian kegiatan teratur yang bertujuan mengendalikan risiko dan
menciptakan lingkungan kerja yang aman.

B. Manfaat Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja di


Perusahaan:

- Perlindungan karyawan: Penerapan SMK3 melindungi karyawan dari


kesalahan proses kerja yang berdampak negatif.
- Kepatuhan aturan dan perundang-undangan: Penerapan SMK3
memastikan perusahaan mematuhi aturan yang berlaku dan menciptakan
citra positif.
- Kepercayaan dan kepuasan pelanggan: Penerapan SMK3 meningkatkan
kepercayaan dan kepuasan pelanggan karena menjamin keamanan dan
kualitas produksi.
- Sistem manajemen yang efektif: Penerapan SMK3 membentuk sistem
manajemen yang efisien dan terstruktur.

Semua tahapan proses dalam penerapan SMK3 meliputi: penetapan kebijakan K3,
perencanaan K3, pelaksanaan rencana K3, pemantauan dan evaluasi kinerja K3,
serta peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3.

C. Hal yang Termasuk dalam Sistem Manajemen SMK3:

- Penetapan kebijakan K3 melalui tinjauan awal kondisi K3, peningkatan


kinerja K3, dan masukan dari pekerja/buruh dan/atau serikat
pekerja/serikat buruh.
- Perencanaan K3 dengan tujuan, sasaran, skala prioritas, pengendalian
bahaya, sumber daya, jangka waktu, indikator pencapaian, dan sistem
pertanggungjawaban.
- Pelaksanaan rencana K3 oleh pengusaha dengan dukungan sumber daya
manusia, prasarana, dan sarana.
- Pemantauan dan evaluasi kinerja K3 melalui pemeriksaan, pengujian,
pengukuran, dan audit internal oleh sumber daya manusia yang kompeten.
- Peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3 untuk menjaga kesesuaian dan
efektivitas penerapan SMK3.

D. Tahapan Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja:

1. Penetapan Kebijakan K3 melalui tinjauan awal kondisi K3, peningkatan


kinerja K3, dan masukan dari pekerja atau serikat pekerja.
2. Perencanaan K3 dengan melibatkan ahli K3, panitia pembina K3, wakil
pekerja, dan pihak terkait, serta mempertimbangkan hasil penelaahan awal,
identifikasi potensi bahaya, peraturan perundang-undangan, dan sumber
daya yang dimiliki.
3. Pelaksanaan Rencana K3 dengan dukungan sumber daya manusia, sarana,
dan prasarana yang memenuhi syarat minimal.
4. Pemantauan dan evaluasi kinerja K3 melalui pemeriksaan, pengujian,
pengukuran, dan audit internal oleh sumber daya manusia yang kompeten.
5. Peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3 untuk menjaga kesesuaian dan
efektivitas penerapan SMK3, meliputi kebijakan, perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi.

Pelaksanaan rencana K3 melibatkan identifikasi bahaya, penilaian, dan


pengendalian risiko. Untuk melaksanakan kegiatan ini, pengusaha harus:

a. Menunjuk SDM yang kompeten dan berwenang di bidang K3.


b. Melibatkan seluruh pekerja.
c. Membuat petunjuk K3 yang harus dipatuhi oleh semua penghuni
perusahaan.
d. Membuat prosedur informasi yang dikomunikasikan ke semua pihak
dalam dan luar perusahaan yang terkait.
e. Membuat prosedur pelaporan untuk kecelakaan, ketidaksesuaian dengan
peraturan, dan kinerja K3.
f. Melakukan identifikasi sumber bahaya.
g. Mendokumentasikan kegiatan yang dilakukan terhadap peraturan,
indikator kinerja, izin kerja, identifikasi risiko, pelatihan K3, inspeksi,
kalibrasi, pemeliharaan, pemantauan data, pengkajian kecelakaan,
identifikasi produk, informasi pemasok dan kontraktor, serta audit dan
peninjauan ulang SMK3.
Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3 dilakukan melalui pemeriksaan, pengujian,
pengukuran, dan audit internal oleh SDM yang kompeten, dengan hasil dilaporkan
kepada pengusaha untuk tindakan perbaikan sesuai peraturan.

Peninjauan dan Peningkatan Kinerja K3 dilakukan untuk memastikan kesesuaian


dan efektivitas penerapan SMK3, dengan melakukan perbaikan dan peningkatan
kinerja berdasarkan perubahan peraturan, tuntutan pihak terkait, perkembangan
produk, struktur organisasi, IPTEK, hasil kajian kecelakaan, pelaporan, dan
masukan dari pekerja.
KELOMPOK 1

Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah ilmu pengetahuan dan penerapannya


dalam mencegah kecelakaan, kebakaran, peledakan, pencemaran, penyakit, dan
sebagainya.

Keselamatan kerja adalah upaya untuk melindungi pekerja, orang lain, peralatan,
tempat kerja, bahan produksi, dan lingkungan hidup.

Kesehatan adalah tingkat keadaan fisik dan psikologis individu, dan upaya untuk
memperoleh kesehatan yang setinggi-tingginya dengan mencegah penyakit,
kelelahan kerja, dan menciptakan lingkungan kerja yang sehat.

Upaya dalam menanggulangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja di tempat
kerja meliputi penerapan peraturan perundangan, ketentuan K3 yang selalu up-to-
date, penerapan keselamatan dan kesehatan kerja sejak tahap rekayasa, serta
pengawasan dan pemantauan pelaksanaan K3 melalui pemeriksaan langsung di
tempat kerja.

Tugas pokok kesehatan kerja antara lain adalah pembinaan dan pengawasan
terhadap pekerjaan, lingkungan kerja, perlengkapan sanitasi dan kesehatan kerja,
memberikan nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat kerja, alat
pelindung diri, gizi, serta laporan berkala tentang pelayanan kesehatan kerja.

Bahaya merupakan sesuatu yang berpotensi menyebabkan kerugian, kerusakan,


cidera, sakit, kecelakaan, atau kematian yang terkait dengan proses dan sistem
kerja. Bahaya dapat berupa bahaya tubuh pekerja, perilaku kesehatan, lingkungan
kerja (fisik, kimia, biologi), ergonomik, dan pengorganisasian pekerjaan dan
budaya kerja.

Sumber-sumber bahaya kerja meliputi:

1) Manusia: Kesalahan pekerja dalam mengoperasikan mesin atau


peralatan.
2) Peralatan: Penggunaan peralatan yang tidak sesuai fungsinya atau
tanpa pelindung.
3) Bahan: Risiko yang terkait dengan sifat bahan, seperti mudah
terbakar, mudah meledak, menyebabkan alergi atau iritasi, bersifat
racun, atau radioaktif.
4) Proses: Asap, debu, panas, bising, dan bahaya mekanis dalam
proses kerja.
5) Cara atau sikap kerja: Tindakan tidak aman, seperti mengangkat
dan mengangkut dengan salah, posisi tubuh yang tidak benar, tidak
menggunakan APD, lingkungan kerja yang terlalu panas, atau
menggunakan alat yang tidak sesuai peraturan.
6) Lingkungan Kerja: Bahaya fisik, kimia, biologis, faal kerja, dan
psikologis yang dapat mempengaruhi kesehatan dan penyakit
akibat kerja.

Dalam lingkungan kerja, penting untuk mengatasi sumber-sumber bahaya ini guna
mencegah kecelakaan dan memastikan keselamatan karyawan.

Faktor-faktor bahaya kerja meliputi:

1) Faktor Bahaya Biologi: Jamur, virus, bakteri, tanaman, binatang.


2) Faktor Bahaya Kimia: Bahan beracun, reaktif, radioaktif, mudah meledak,
mudah terbakar/menyala, iritan, korosif,
bahan/material/cairan/gas/debu/uap berbahaya.
3) Faktor Bahaya Fisik/Mekanik: Ketinggian dan konstruksi, tekanan dan
kebisingan, suhu dan cahaya, listrik dan getaran, radiasi,
mesin/alat/kendaraan/alat berat.
4) Faktor Bahaya Biomekanik: Gerakan berulang, postur/posisi kerja,
pengangkutan manual, desain tempat kerja/alat/mesin.
5) Faktor Bahaya Sosial-Psikologis: Stress, kekerasan, pelecehan,
pengucilan, intimidasi, emosi negatif.

Potensi bahaya di tempat kerja dapat menyebabkan kerugian, kerusakan, cidera,


sakit, kecelakaan, atau kematian. Potensi bahaya dapat berasal dari faktor teknis
(peralatan kerja), faktor lingkungan (proses produksi, bahan baku), dan faktor
manusia (kondisi fisik dan psikis pekerja). Potensi bahaya di tempat kerja meliputi
potensi bahaya fisik, kimia, biologis, fisiologis, psiko-sosial, dan dari proses
produksi.

Pengenalan dan pengendalian potensi bahaya di tempat kerja penting untuk


mencegah penyakit akibat kerja dan menjaga kesehatan tenaga kerja.

Anda mungkin juga menyukai