2250367021
1.Penetapan Kebijakan
Prinsip K3 yang pertama adalah menetapkan kebijakan terkait K3. Untuk dapat menetapkan
kebijakan, perusahaan harus melakukan tinjauan awal bagaimana kondisi K3 saat ini di lingkungan
kerja.
Tinjauan ini meliputi proses identifikasi bahaya, komparasi penerapan K3 perusahaan lain yang
bergerak di sektor yang sama. Kemudian melakukan analisa sebab akibat suatu kejadian
membahayakan bisa terjadi, mempertimbangkan kompensasi, dan melihat sumber daya yang
tersedia.
Selain melakukan peninjauan, perusahaan juga harus memperhatikan segala bentuk masukan dari
pekerja dan serikat pekerja. Supaya dan menyusun ketetapan kebijakan K3 yang sesuai dengan
potensi risiko yang ada.
1. Perencanaan K3
Prinsip K3 selanjutnya yaitu perencanaan K3. Dalam prosesnya, perencanaan K3 ini mengacu pada
kebijakan K3 yang sudah ditetapkan. Penyusunan rencana K3 juga harus melibatkan wakil pekerja,
ahli K3, panitia pembina K3, serta pihak terkait lainnya dari dalam perusahaan.
Rencana K3 sedikitnya perlu memuat penjelasan tentang tujuan dan saran, skala prioritas, upaya
pengendalian bahaya, penetapan sumber daya, jangka waktu pelaksanaan, indikator pencapaian,
serta sistem pertanggungjawaban.
2. Pelaksanaan Rencana K3
Setelah perencanaan selesai, prinsip K3 berikutnya yaitu pelaksanaan rencana K3. Dalam
menerapkan rencana K3 yang sudah disusun perusahaan, perlu didukung oleh sumber daya manusia
yang kompeten di bidang K3. Serta ditunjang sarana yang memadai.
Selain itu, pelaksanaan rencana K3 harus diintegrasikan ke dalam kegiatan manajemen di
perusahaan. Dikomunikasikan ke seluruh pihak. Kemudian, pelaksanaan kegiatan K3 dilakukan
berdasarkan pedoman yang sudah dibuat sebelumnya.
Setelah menerapkan K3, perusahaan masih harus melakukan pemantauan serta evaluasi kinerja K3.
Yaitu dengan melakukan pemeriksaan, pengujian, dan juga pengukuran. Serta melakukan audit
internal SMK3 secara berkala.
Pada prinsip K3 yang satu ini perusahaan dapat menggunakan jasa lembaga audit. Apabila di dalam
perusahaan belum ada ahli K3 yang dinilai kompeten untuk melakukan evaluasi.
Setelah melakukan evaluasi, perusahaan perlu melakukan peninjauan dan juga peningkatan kinerja
SMK3. Nantinya hasil dari peninjauan dipakai untuk melakukan perbaikan dan juga peningkatan.
Perbaikan dilakukan jika terjadi perubahan aturan atau ada perundang-undangan yang baru. Ketika
ada tuntutan dari pihak terkait dan pasar, adanya perubahan struktur organisasi di dalam
perusahaan. Serta jika ada perubahan produk dan kegiatan di perusahaan.
1. Mencegah & mengurangi kecelakaan kerja.
2. Mencegah, mengurangi & memadamkan kebakaran.
3. Mencegah & mengurangi bahaya peledakan.
4. Memberi jalur evakuasi keadaan darurat.
5. Memberi P3K Kecelakaan Kerja.
6. Memberi APD (Alat Pelindung Diri) pada tenaga kerja.
7. Mencegah & mengendalikan timbulnya penyebaran suhu, kelembaban, debu, kotoran,
asap, uap, gas, radiasi, kebisingan & getaran.
8. Mencegah dan mengendalikan Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan keracunan.
9. Penerangan yang cukup dan sesuai.
10. Suhu dan kelembaban udara yang baik.
11. Menyediakan ventilasi yang cukup.
12. Memelihara kebersihan, kesehatan & ketertiban.
13. Keserasian tenaga kerja, peralatan, lingkungan, cara & proses kerja.
14. Mengamankan & memperlancar pengangkutan manusia, binatang, tanaman &
barang.
15. Mengamankan & memelihara segala jenis bangunan.
16. Mengamankan & memperlancar bongkar muat, perlakuan & penyimpanan barang
17. Mencegah tekena aliran listrik berbahaya.
18. Menyesuaikan & menyempurnakan keselamatan pekerjaan yang resikonya bertambah
tinggi.
3.- Standar K3 Pekerja: Standar ini mengatur tentang persyaratan kesehatan dan keselamatan kerja
yang harus dipenuhi oleh pekerja, seperti penggunaan alat pelindung diri, pemeriksaan kesehatan,
pelatihan, dan sertifikasi. Standar ini juga mencakup aspek psikologis, ergonomis, dan sosial yang
berpengaruh terhadap kinerja dan kesejahteraan pekerja. Contoh standar K3 pekerja adalah SNI ISO
45001:2018 Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) – Persyaratan dan
pedoman penggunaan³.
- Standar K3 Lingkungan: Standar ini mengatur tentang batas-batas toleransi atau nilai
ambang batas (NAB) dari faktor-faktor fisik, kimia, dan biologi yang ada di lingkungan
kerja, seperti suhu, kebisingan, debu, gas, mikroorganisme, dan radiasi. Standar ini
bertujuan untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan akibat paparan hazard di
lingkungan kerja. Contoh standar K3 lingkungan adalah Permenaker No.5 Tahun 2018
tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja Lingkungan Kerja.
- Standar K3 Manajemen: Standar ini mengatur tentang sistem, prosedur, dan
kebijakan yang harus diterapkan oleh perusahaan atau organisasi dalam mengelola
aspek kesehatan dan keselamatan kerja, seperti identifikasi bahaya, penilaian risiko,
pengendalian risiko, audit, inspeksi, investigasi, dan pelaporan. Standar ini bertujuan
untuk meningkatkan kinerja dan kualitas manajemen kesehatan dan keselamatan
kerja. Contoh standar K3 manajemen adalah SNI ISO 31000:2018 Manajemen risiko.
- -Pastikan alat ukur yang digunakan sesuai dengan bahaya yang akan diukur
- D)Pelaksanaan pengukuran
- - jangan sampai alat ukur diganggu oleh pihak yang tidak berkepentingan
- E)Setelah pengukuran
Berikut adalah kelebihan dan kelemahan tes objektif menurut Arikunto (2009:164-165).
No.
Kelebihan
Kelemahan
6. - Penngukuran beban kerja fisik dapat dilakukan secara objektif dengan cara langsung dan
tidak langsung. Kelebihan hasil penilaian lebih akurat dan kekurangnya adalah hanya dapat
mengukur waktu kerja yang singkat serta memerlukan peralatan yang cukup.
- Pengukuran beban kerja mental dapat dilakukan secara subyektif dimana sumber data yang
diolah merupakan data kualitatif. Kekurangan dari pengukuran beban kerja mental adalah tidak
memprioritaskan maslah sehinga berkemungkinan akan banyak hal yang tertunda atau terabaikan.
Dan kelebihan dari pengukuran beban kerja adalah tingakt validitas yang tinggi, mudah di
implementasikan, mudah dimengerti oleh responden, tidak membutuhkan biaya besar, dan tidak
mengganggu pekerjaan dari responden.