Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KETENAGAKERJAAN PADA INDUSTRI

BROWNIES KUKUS

DISUSUN OLEH :

R.Surya Putra Virnanda

(19230001)

TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

2022
BAB I

PENDAHULUAN

Tenaga kerja adalah pelaku pembangunan dan pelaku ekonomi baik secara individu
maupun secara kelompok, sehingga mempunyai peranan yang sangat signifikan dalam aktivitas
perekonomian nasional, yaitu meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan masyarakat.
Indonesia, tenaga kerja di indonesia sebagai salah satu penggerak tata kehidupan ekonomi dan
merupakan sumber daya yang jumlahnya cukup melimpah. Indikasi ini bisa dilihat pada masih
tingginya jumlah pengangguran di Indonesia serta rendahnya atau minimnya kesempatan kerja
yang disediakan.
Negara-negara yang ada diasia, Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah
pengangguran yang sangat besar. Banyaknya pekerja yang kehilangan pekerjaannya ditambah
dengan angkatan kerja baru yang belum mendapatkan pekerjaan karena terbatasnya kesempatan
kerja yang tersedia mengakibatkan tingkat penganguran yang semakin tinggi. Salah satu
alternatif yang dapat ditempuh untuk mengurangi penganguran, disaat peluang dan kesempatan
kerja didalam negeri sangat terbatas, adalah migrasi melalui penempatan tenaga kerja Indonesia
(TKI) ke luar negeri

BAB II

UNDANG UNDANG KETENAGAKERJAAN

Hukum ketenagakerjaan di Indonesia diatur di dalam UU No. 13 Tahun 2003 tentang


Ketenagakerjaan. Hukum ketenagakerjaan mengatur tentang segala hal yang berhubungan
dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah kerja. Tujuan dari dibentuknya
hukum ketenagakerjaan adalah untuk :

 memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan manusiawi;


 mewujudkan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan  tenaga  kerja yang sesuai
dengan kebutuhan pembangunan nasional dan daerah;
 memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan kesejahteraan; dan
 meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya
Selain itu, hukum ketenagakerjaan juga mengatur hubungan antara tenaga kerja dengan
pengusaha. Hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara pengusaha dan
pekerja/buruh. Hubungan kerja terdiri dari dua macam yaitu hubungan kerja berdasarkan
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) dan hubungan kerja berdasarkan Perjanjian Kerja
Waktu Tidak Tertentu (PKWTT). Perjanjian kerja yang dibuat tersebut dapat dilakukan secara
tertulis atau lisan. Perjanjian kerja yang dipersyaratkan secara tertulis harus dilaksanakan sesuai
dengan peraturan perundang undangan yang berlaku. Mengenai hubungan kerja tersebut diatur di
Bab IX Pasal 50-66 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Perjanjian kerja yang
dibentuk antara pengusaha dan pekerja/buruh haruslah berlandaskan dan sesuai dengan substansi
dari UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan peraturan hukum lainnya yang terkait.

Di dalam menjalankan aktivitas perusahaan, pengusaha mempunyai kewajiban untuk


memenuhi hak dari setiap pekerja. Hak pekerja tersebut diantaranya yaitu hak untuk
mendapatkan perlakuan yang sama tanpa diskriminasi atas dasar apapun, hak untuk
mengembangkan kompetensi kerja, hak untuk beribadah menurut agama dan kepercayaannya,
hak untuk mendapatkan upah atau penghasilan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia, 
hak untuk mendapatkan perlindungan, kesejahteraan, kesehatan, dan keselamatan kerja.

Apabila pekerja merasa bahwa hak-haknya yang dilindungi dan diatur di dalam UU  No.
13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan tersebut merasa tidak terpenuhi dan diabaikan oleh
pengusaha maka hal tersebut akan dapat menyebabkan perselisihan-perselisihan tertentu antara
pengusaha dan pekerja. Jika perselisihan itu terjadi, maka peraturan hukum di Indonesia telah
mengaturnya di dalam UU No. 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan
Industrial. Perselisihan Hubungan Industrial adalah perbedaan pendapat yang mengakibatkan
pertentangan antara pengusaha atau gabungan pengusaha dengan pekerja/buruh atau serikat
pekerja/serikat buruh karena adanya perselisihan mengenai hak, perselisihan kepentingan,
perselisihan pemutusan hubungan kerja dan perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh
dalam satu perusahaan. Setiap bentuk perselisihan tersebut memiliki cara atau prosedur tersendiri
untuk menyelesaikannya baik itu melalui perundingan bipartit, mediasi, konsiliasi, arbitrase, atau
diselesaikan di Pengadilan Hubungan Industrial.

Peraturan-peraturan terkait Ketenagakeraan:

 UU No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan


 UU No.2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial

 UU No.21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh

 UU No.40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial

 UU No.39 Tahun 200 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di
Luar Negeri

 UU No.21 Tahun 2003 tentang Pengesahan ILO Convention No. 81 Concerning Labour
Inspection in Industry and Commerce (Konvensi ILO No.81 Mengenai Pengawasan
Ketenagakerjaan dalam Industri dan Perdagangan)

 UU No.1 Tahun 2000 tentang Pengesahan ILO Convention No.182 Concerning the
Prohibition and Immediate Action for Elimination of the Worst Forms of Child Labour
(Konvensi ILO No.182 Mengenai Pelarangan dan Tindakan Segera Penghapusan Bentuk-
Bentuk Pekerjaan Terburuk untuk Anak)

BAB III
STRUKTUR ORGANISASI PADA INDUSTRI
BROWNIES KUKUS
Struktur organisasi merupakan sebuah garis hierarki yang mendeskripsikan komponen-
komponen yang menyusun perusahaan dimana setiap individu (sumber daya manusia) yang
berada pada lingkup perusahaan tersebut memiliki posisi dan fungsi masing-masing. Sehingga
masing-masing individu memiliki gambaran yang jelas tentang posisi,fungsi, dan haknya.
Struktur organisasi usaha brownies kukus ketan hitam termasuk jenis struktur organisasi garis,
karena organisasi dibagi ke dalam divisi-divisi berdasarkan area fungsionalnya terhadap
organisasi itu sendiri. Tiap area fungsional mengerjakan 34 pekerjaan-pekerjaan yang
dikelompokkan dan disebut departemen. Dengan struktur organisasi seperti ini, perusahaan
mempunyai keuntungan karena pimpinan dapat lebih cepat dalam mengambil keputusan
Tugas dan tanggung jawab dari masing-masing jabatan pada usaha brownies kukus adalah
sebagai berikut:
1. Pemilik perusahaan, Perusahaan dipimpin oleh seorang direktur yang sekaligus adalah
pemilik perusahaan. Tugas dan tanggung jawabnya meliputi :
a. Memimpin seluruh jalannya aktivitas perusahaan dan bertanggung jawab penuh
terhadap seluruh kegiatan yang berlangsung dan maju mundurnya perusahaan.
b. Mengawasi aktifitas dan operasional perusahaan.
c. Membuat suatu keputusan.
d. Merencanakan, menentukan, mengawasi, dan mengevaluasi kebijaksanaan perusahaan.
e. Memeriksa laporan-laporan dari para manager.
f. Melakukan pembinaan terhadap karyawan-karyawan.

2. Manager Produksi berjumlah satu orang, mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai
berikut :

a. Menyusun anggaran produksi.


b. Mengawasi pelaksanaan kegiatan produksi.
c. Mengusulkan penambahan fasilitas-fasilitas produksi.

Manager produksi membawahi bagian logistik, quality control, dan product. Bagian logistik
berjumlah satu orang, mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut :

a. Bertanggung jawab atas penyimpanan barang di gudang dan pengiriman barang ke outlet.
b. Bertanggung jawab terhadap administrasi gudang dan transportasi.
c. Menentukan tempat penyimpanan bahan-bahan dan barang hasil produksi.
d. Mengirim/mengambil barang pesanan berdasarkan order dari supplier.

Bagian Quality control atau pengendalian mutu adalah bagian dari unit usaha yang
bertugas mengawasi dan mengendalikan mutu dari bahan baku, proses sampai barang jadi.
Dengan adanya quality control dalam suatu perusahaan, perusahaan ini akan dapat
mengendalikan kekonsistensian mutu dan standar yang ditentukan untuk memenuhi kepuasan
pelanggan.

Selain itu juga untuk mencegah dan menghindari kerusakan prodk yang akan
berpengaruh terhadap penurunan biaya setelah dijual (after sales), meningkatkan produksi dan
menjaga citra produk, cara terbaik mengendalikan mutu produk, menjadi acuan sistem kerja dan
perbaikan produk yang dihasilkan. Bagian Quality control berjumlah satu orang, yang memiliki
tugas dan tanggung jawabterhadap pemantauan mutu dari incoming material, melaksanakan
pengawasan proses dan penanganan produk sebelum sampai ke konsumen.

Dasar diadakan Quality Control karena mutu merupakan suatu proses yang tidak
mempunyai batas akhir atau akhir tak terhingga tapi penuh perbaikan dan 37 berkesinambungan.
Selain itu mutu bukan merupakan suatu hal yang kebetulan, tetapi merupakan suatu proses yang
meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. Dalam struktur organisasi usaha brownies
kukus, ditempatkan dibagian produksi yang berarti tanggung jawab pekerjaan secara langsung
berada di bawah manager produksi.

Bagian Product adalah bagian yang bertugas melakukan proses produksi brownies
kukus dari awal hingga pengemasan. Jumlah tenaga kerja di bagian product adalah lima orang.
Dimana mereka memiliki tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan proses produksi
dengan sebaik mungkin. Karena brownies kukus berkomitmen agar setiap tahap pembuatan dan
pengemasan brownies, melalui control yang ketat untuk menjamin kualitas mutu hingga
kenikmatannya tetap terjaga hingga konsumen mencicipinya.

3. Manager Store berjumlah satu orang, memiliki tugas dan tanggung jawab dalam
mengkoordinir distribusi produk, melakukan tugas penjualan dan permintaan produk,
menyiapkan rencana penjualan, dan permintaan produk, merencanakan dan membuat rancangan
promosi, serta membuat rencana penjualan dan permintaan produk. Manager Store juga
bertanggung jawab terhadap karyawan-karyawan yang menjaga dan melayani konsumen di
outlet

4. Manager keuangan berjumlah satu orang, Manager keuangan mempunyai tugas dan
tanggung jawab sebagai berikut :

a. Menganalisa dan mengawasi keuangan perusahaan secara keseluruhan.


b. Menyusun anggaran pembelian barang-barang keperluan produksi dan lainnya dan
mengkalkulasi harga produk produksi.
c. Mengatur keuangan perusahaan, baik pemasukan maupun pengeluaran.
5. Manager Pemasaran
a. Mengadakan penjualan hasil produksinya.
b. Menyusun anggaran biaya distribusi,terutama biaya-biaya iklan dan promosi.
c. Mengembangkan produksinya di pasran serta berusaha menjalankan tugas kebijaksanaan
tentang harga roti di pasaran.
d. Mperhatikan keadaan pasar dan perkembangan pemasaran hasil produksi sendiri maupun
perusahaan saingan
e. Berusaha membuka area pasar baru,setelah itu memperhatikan daerah mana yang
memiliki pembeli terbanyak.

BAB IV
PERANAN TENAGA KERJA DALAM PEMBANGUNAN

Peranan tenaga kerja dalam pembangunan, memiliki dua sisi yaitu sebagai objek yang
perlu dibangun dan disejahterakan sekaligus sebagai subjek pelaku pembangunan itu sendiri.
Kesejahteraan seluruh masyarakat pada dasarnya adalah kesejahteraan para pekerja yang mampu
memenuhi kebutuhan dirinya dan keluarganya.

Peranan tenaga kerja dalam pembangunan nasional sangat penting karena tenaga kerja
merupakan pelaku dan tujuan pembangunan. Sesuai dengan peranan tersebut, maka diperlukan
pembangunan ketenagakerjaan untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja dan peran sertanya
dalam pembangunan. Salah satu upaya pembangunan ketenagakerjaan adalah dengan
menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja dengan tujuan untuk perlindungan pekerja dan
meningkatkan produktivitas kerja. Hal ini sesuai dengan yang tercantum dalam UU No. 13
Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Pasal 86 ayat (1) yaitu setiap pekerja/buruh mempunyai
hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan
kesusilaan, dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai
agama. Pada ayat (2) juga disebutkan bahwa untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna
mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan
kerja. Penerapan ergonomi di lingkungan kerja merupakan salah satu upaya kesehatan dan
keselamatan kerja. Pelayanan kesehatan kerja yang diberikan melalui penerapan ergonomi,
diharapkan dapat meningkatkan mutu kehidupan kerja.

BAB V

MASALAH-MASALAH KETENAGAKERJAAN

Masalah ketenagakerjaan dapat timbul karena beberapa faktor seperti pendidikan,


kesempatan kerja maupun pertumbuhan ekonomi yang relatif rendah. Hal ini dialami oleh
banyak negara yang termasuk Indonesia, karena hingga saat ini masih banyak pengangguran atau
lebih tepatnya lagi orang yang tidak dapat bekerja karena minimnya lapangan pekerjaan.

1. Banyaknya Pengangguran

Disebabkan karena tingginya jumlah penduduk dan tidak diikuti dengan lapangan kerja yang
cukup, permasalah ini merupakan yang paling utama di Indonesia. Begitu juga dengan rendahnya
kualitas tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi yang menjadi faktor utama dalam timbulnya
masalah ini.

2. Lapangan Kerja yang Rendah

Timbul akibat jumlah angkatan kerja yang produktif tidak sebanding dengan jumlah lapangan
kerja yang disediakan. Hal ini menjadi salah satu pemicu masalah pengangguran.

3. Kualitas Tenaga Kerja yang Rendah

Tingkat pendidikan yang rendah baik formal maupun non formal. Kemampuan ekonomi
masyarakat Indonesia tergolong rendah menyebabkan ketidakmampuan untuk meraih pendidikan
yang tinggi.
Untuk mengatasi masalah-masalah ketenagakerjaan dilakukan upaya sebagai berikut :

1. Mengadakan pelatihan kerja agar para calon tenaga kerja sudah memiliki ilmu dan
keterampilan yang dibutuhkan oleh para pencari kerja.

2. Memperbanyak mendirikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

3. Membuat kebijakan mengenai gaji tenaga kerja Indonesia.

4. Mengembangkan sektor usaha-usaha informal di kawasan-kawasan terpencil.

5. Mengembangkan usaha industri yang padat karya.

BAB VI

KEBIJAKSANAAN PERLUASAN LAPANGAN KERJA

Agenda prioritas pembangunan kabinet kerja yang dikenal dengan Nawacita oleh
Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla di antaranya menyoroti masalah
ketenagakerjaan dengan target 2 juta jiwa per tahun. Hal ini tidak terlepas bahwa Indonesia
sebagai negara yang memiliki jumlah penduduk terbesar keempat di dunia sekitar 250 juta jiwa
dengan angka pengangguran terbuka 7,25 juta jiwa pada tahun 2014.
Pengangguran terjadi karena lowongan kerja yang tersedia tidak mampu menyerap
jumlah tenaga kerja yang ada yakni ketidakseimbangan antara pertumbuhan angkatan kerja yang
lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan kesempatan) kerja. Pengangguran merupakan
masalah nasional dan merupakan tanggung jawab Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan
masyarakat, sehingga dalam penanggulangannya harus melibatkan semua pemangku
kepentingan (stakeholders) yang terkait secara bersama-sama dan terintegrasi antar lintas sektor,
dengan cara mengupayakan perluasan kesempatan kerja baik di dalam maupun di luar hubungan
kerja.
Kebijakan Pemerintah dalam pembangunan ketenagakerjaan secara pokok tertuang dalam
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, sebagai pelaksanaan Pasal 27
ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa
“Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.
Salah satu bentuk kebijakan pemerintahan dalam mengupayakan suatu bentuk perluasan
kesempatan kerja yakni PP. No. 33 tahun 2013 tentang Perluasan Kesempatan Kerja. Peraturan
ini bertujuan untuk mengurangi pengangguran, baik pengangguran yang sudah ada maupun
menyerap tenaga kerja baru. Sehubungan hal tersebut, pemerintah dan pemerintah daerah
berkoordinasi dan terintegrasi dalam mengimplementasikan kebijakan perluasan kesempatan
kerja. Hal ini merupakan tantangan bagi para stakeholders dalam menciptakan perluasan
kesempatan kerja.

BAB VII

HUBUNGAN TRIPARIT

Pada intinya tripartit merupakan proses perundingan kedua belah pihak yang melibatkan


pihak ketiga. Dalam UU PPHI ini proses tripartit mencakup mediasi dan konsiliasi. Pihak ketiga
dalam mediasi dan konsiliasi ini pada umumnya disediakan oleh Dinas Tenaga Kerja (Disnaker).

 Lembaga Kerja Sama Tripartit yang selanjutnya disebut LKS Tripartit adalah forum


komunikasi, konsultasi dan musyawarah tentang masalah ketenagakerjaan yang anggotanya
terdiri dari unsur organisasi pengusaha, dan serikat pekerja/serikat buruh, dan Pemerintah.

Lembaga Kerja sama Tripartit terdiri dari:

1. Lembaga Kerja sama Tripartit Nasional, Provinsi dan Kabupataen/Kota; dan

2. Lembaga Kerja sama Tripartit Sektoral Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/Kota.

3. Peraturan perusahaan;

Peraturan yang dibuat secara tertulis oleh pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja dan
tata tertib perusahaan. Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh sekurang-kurangnya 10
(sepuluh) orang wajib membuat peraturan perusahaan yang mulai berlaku setelah disahkan oleh
Menteri atau Pejabat yang ditunjuk.
Lembaga kerja sama tripartit adalah forum komunikasi, konsultasi dan musyawarah
tentang masalah ketenagakerjaan yang anggotanya terdiri dari unsur organisasi pengusaha,
serikat pekerja/serikat buruh, dan pemerintah.

Perundingan antara pekerja, pengusaha dengan melibatkan pihak ketiga sebagai fasilitator
dalam penyelesaian PHI diantara pengusaha dan pekerja. Perundingan tripartit bisa melalui
mediasi, konsiliasi dan arbitrase.

1. Mediasi
Penyelesaian melalui musyawarah yang ditengahi oleh seorang atau lebih mediator dari
pihak Depnaker, yang antara lain mengenai perselisihan hak, kepentingan, PHK dan
perselisihan antar serikat buruh dalam satu perusahaan. Dalam mediasi, bilamana para
pihak sepakat maka akan dibuat perjanjian bersama yang kemudian akan didaftarkan di
PHI.

Namun bilamana tidak ditemukan kata sepakat, maka mediator akan mengeluarkan
anjuran secara tertulis. Jika anjuran diterima, kemudian para pihak mendaftarkan anjuran
tersebut ke PHI. Di sisi lain, apabila para pihak atau salah satu pihak menolak anjuran maka
pihak yang menolak dapat mengajukan tuntutan kepada pihak yang lain melalui PHI.

 Konsiliasi
Penyelesaian melalui musyawarah yang ditengahi oleh seorang konsiliator (yang dalam
ketentuan UU PHI adalah pegawai perantara swasta bukan dari Depnaker sebagaimana
mediasi) yang ditunjuk oleh para pihak. Seperti mediator, Konsiliator berusaha
mendamaikan para pihak, agar tercipta kesepakatan antar keduanya.

Bila tidak dicapai kesepakatan, Konsiliator juga mengeluarkan produk berupa anjuran.

 Arbitrase
Penyelesaian perselisihan di luar PHI atas perselisihan kepentingan dan perselisihan antar
serikat buruh dalam suatu perusahaan dapat ditempuh melalui kesepakatan tertulis yang
berisi bahwa para pihak sepakat untuk menyerahkan perselisihan kepada para arbiter.
Keputusan arbitrase merupakan keputusan final dan mengikat para pihak yang berselisih,
dan para arbiter tersebut dipilih sendiri oleh para pihak yang berselisih dari daftar yang
ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja.
BAB VIII

SERIKAT PEKERJA

Serikat pekerja adalah : organisasi yang dibentuk dari, oleh dan untuk pekerja/buruh baik
di perusahaan maupun di luar perusahaan, yang bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis dan
bertanggung jawab guna memperjuangkan, membela serta melindungi hak dan kepentingan
pekerja/buruh serta meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya.

Berdasarkan ketentuan umum pasal 1 Undang-undang Tenaga Kerja tahun 2003 no


17, serikat buruh/serikat pekerja merupakan organisasi yang dibentuk dari, oleh, dan untuk
pekerja baik di perusahaan maupun di luar perusahaan, yang bersifat bebas, terbuka, mandiri,
demokratis, dan bertanggung jawab guna memperjuangkan, membela serta melindungi hak dan
kepentingan pekerja serta meningkatkan kesejahteraan pekerja dan keluarganya.

Sesuai dengan pasal 102 UU Tenaga Kerja tahun 2003, dalam melaksanakan hubungan
industrial, pekerja dan serikat pekerja mempunyai fungsi menjalankan pekerjaan sesuai dengan
kewajibannya, menjaga ketertiban demi kelangsungan produksi, menyalurkan aspirasi secara
demokratis, mengembangkan keterampilan, dan keahliannya serta ikut memajukan perusahaan
dan memperjuangkan kesejahteraan anggota beserta keluarganya.

Sesuai pasal 5 UU No. 21 Tahun 2000, sebuah serikat buruh/serikat pekerja dapat
dibentuk oleh minimal 10 orang karyawan di suatu perusahaan. Dalam undang-undang yang
sama disebutkan bahwa pembentukan serikat pekerja ini tidak diperbolehkan adanya campur
tangan dari perusahaan, pemerintah, partai politik, atau pihak manapun juga. Serikat pekerja juga
harus memiliki anggaran dasar yang meliputi :

 nama dan lambang

 dasar negara, asas, dan tujuan

 tanggal pendirian

 tempat kedudukan

 keanggotaan dan kepengurusan


 sumber dan pertanggungjawaban keuangan

 ketentuan perubahan anggaran dasar atau anggaran rumah tangga

BAB IX

PENUTUP

Kesimpulan : UU No.13 Tahun 2003

memberikan perhatian besar terhadap perlindungan buruh/pekerja, baik dari segi substansi
(muatan materinya) maupun ruang lingkup pengaturannya. Dari segi ruang lingkup
pengaturannya karena ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja
pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja (Pasal 1 angka (1) UU No.13 Tahun 2003).

Menurut Abdul Khakim masa sebelum bekerja (pre-employment), masa selama bekerja
(during employment) dan masa setelah bekerja (post employment) , begitu pula menurut Lalu
Husni bahwa substansi kajian hukum ketenagakerjaan tidak hanya mengatur hubungan hukum
dalam hubungan kerja saja (during employment), tetapi mulai dari sebelum hubungan bekerja
(pra-employment) sampai setelah hubungan kerja (post employment) . Atas dasar hal tersebut
maka perlu penelitian dan pembahasan perihal pengaturan perlindungan buruh/pekerja menurut
UU No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Anda mungkin juga menyukai