Anda di halaman 1dari 38

PELAKSANAAN

PENGAWASAN NORMA
KELEMBAGAAN DAN
KEAHLIAN K3
Oleh :
Giawan Lussa, SH., M.Hum.
Pengawas Ketenagakerjaan Ahli Madya
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Proinsi Sulawesi Selatan
PEMAKNAAN TITEL
 Dari titel “Pengawasan penerapan Norma Kelembagaan
dan Keahlian K3”, terdapat dua variabel di dalamnya.
 Pertama, variabel Pengawasan; dan
 Kedua, variabel Norma kelembagaan dan Keahlian.
VARIABEL PERTAMA, Pengawasan Ketenagakerjaan
 Dalam manajemen, pengawasan (controlling) merupakan suatu
kegiatan untuk mencocokkan apakah kegiatan operasional
(actuating) di lapangan sesuai dengan rencana (planning) yang
telah ditetapkan dalam mencapai tujuan (goal) dari organisasi.
 Pengawasan dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang
berkaitan dengan proses penjagaan dan pengarahan yang
dilakukan secara sungguh-sungguh agar objek yang diawasi
dapat berjalan semestinya.
 Pengawasan ketenagakerjaan adalah kegiatan mengawasi dan
menegakkan pelaksanaan peraturan perundang-undangan di
bidang ketenagakerjaan. (Undang-Undang No.13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan).
 Pengawasan adalah kegiatan membandingkan antara standar
ketenagakerjaan dengan bukti pelaksanaannya. (Giawan Lussa).
DASAR HUKUM PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN
 Undang-Undang No.3 Tahun 1951 tentang Pernyataan
Berlakunya Undang-Undang Pengawasan Perburuhan Tahun
1948 No.23 Dari RI. Untuk Seluruh Indonesia.
 Undang-Undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
 Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenaga-kerjaan.
 Undang-Undang No.21 Tahun 2003 tentang Ratifikasi Konvesi
ILO No.81 Tahun 1947 Concerning Labour Inspection in
Industry and Commerce.
 Undang-Undang No.11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.
 Perpres No.21 Tahun 2010 tentang Pengawasan
Ketenagakerjaan.
 Permenaker No.3 Tahun 1984 tentang Pengawasan
Ketenagakerjaan Terpadu.
 Permenaker No.9 Tahun 2005 tentang Pelaporan Pengawasan
Ketenagakerjaan.
 Permenaker No.2 Tahun 2011 tentang Pembinaan dan
Koordinasi Pelaksanaan Pengawasan Ketenagakerjaan.
 Permenaker No.33 Tahun 2016 tentang Tata cara
Pengawasan Ketenagakerjaan.
 Permenaker No.1 Tahun 2020 tentang Perubahan atas
Permenaker No.33 Tahun 2016 tentang Tata Cara
Pengawasan Ketenagakerjaan.
 Kepmenaker No.257 Tahun 2014 tentang Pedoman
Pembentukan dan Pembinaan Kader Norma Ketenaga-
kerjaan.
FUNGSI
PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN
1. Menjamin penegakan hukum ketenagakerjaan;
2. Memberikan penerangan dan penasehatan teknis kepada
pengusaha dan pekerja/buruh mengenai hal-hal yang dapat
menjamin efektifitas pelaksanaan peratuan perundang-undangan
ketenagakerjaan;
3. Mengumpulkan bahan keterangan mengenai hubungan kerja dan
keadaan ketenagakerjaan dalam arti yang seluas-luasnya sebagai
bahan penyusunan atau penyempurnaan peraturan perundang-
undangan ketenagakerjaan.
Kesimpulan :
Pengawasan Ketenagakerjaan menjalankan fungsi :
4. Penegakan Hukum;
5. Pembinaan; dan
6. Penelitian dan pengembangan.
(Giawan Lussa)
VARIABEL KEDUA, Norma kelembagaan dan keahlian.
 Norma adalah standar, ukuran tertentu yang harus dijadikan
pegangan pokok. (Penjelasan pasal 10, alinea kedua
Undang-Undang No.14 Tahun 1969 tentang Ketentuan-
Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja).
 Norma Ketenagakerjaan adalah segala bentuk peraturan
perundang-undangan atau standar di bidang ketenagakerjaan
yang terdiri dari norma kerja dan norma K3. (pasal 1 angka
19 Permenaker RI. No.33 Tahun 2016 tentang Tata Cara
Pengawasan Ketenagakerjaan).
 Norma Keahlian K3 adalah peraturan atau standar di bidang
keahlian K3. (Giawan Lussa)
 Norma Kelembagaan K3 adalah peraturan atau standar di
bidang kelembagaan K3. (Giawan Lussa).
AHLI DAN KEAHLIAN :
 Ahli, (kata benda) : orang yang mahir, paham sekali dalam
suatu ilmu (kepandaian); Contoh : Dia seorang yang ahli
menjalankan mesin itu;
 Berkeahlian(kata kerja): orang yang memiliki keahlian;
mempunyai kepandaian;
 Keahlian (kata benda) : kemahiran dalam suatu ilmu
(kepandaian, pekerjaan)

Dari pengertian di atas, disimpulkan :


 Kata Ahli merujuk pada satu orang subyek yang memiliki
keahlian tertentu.
 Kata Keahlian merupakan suatu ilmu atau suatu kemahiran
yang dimiliki seseorang.
Kelembagaan :
 KBBI (1997) kelembagaan : Suatu sistem badan sosial atau
organisasi yang melakukan suatu usaha untuk mencapai
tujuan tertentu.
 Menurut Sitti Bulkis (2011), Kelembagaan lokal dan area
aktivitasnya terbagi menjadi tiga kategori, yaitu :
a. Kategori sektor publik (administrasi lokal dan pemerintah
lokal);
b. Kategori sektor sukarela (organisasi keanggotaan dan ko-
perasi); dan
c. Kategori sektor swasta (organisasi jasa dan bisnis swasta).
Jadi pengertian kelembagaan :
Suatu sistem sosial yang melakukan usaha untuk mencapai
tujuan tertentu yang menfokuskan pada perilaku dengan nilai,
norma, dan aturan yang mengikutinya, serta memiliki bentuk
dan area aktivitas tempat berlangsungnya.

Modul 26 DJJ Pengawas Ketenagakerjaan :


Kelembagaan adalah sebuah organisasi/badan swasta
independen non pemerintah yang bergerak di bidang
pengelolaan K3, beranggotakan perusahaan dan lembaga usaha
berbadan hukum di Indonesia.
Di bidang K3, sesuai judul sesi ini “Keahlian K3” dapat disarikan
bahwa yang dimaksud adalah orang-orang yang memiliki kemahiran
di bidang K3 (ahli), mencakup antara lain :
 Ahli K3 Umum;
 Ahli K3 bidang listrik (di perusahaan dan di PJK3);
 Ahli K3 Konstruksi Muda, Madya, dan Utama (di perusahaan dan di
PJK3);
 Ahli K3 PUBT;
 Ahli K3 PTP;
 Ahli K3 Mekanik;
 Ahli K3 Muda Lingkungan Kerja;
 Ahli K3 Madya Lingkungan Kerja;
 Ahli K3 Utama Lingkungan Kerja;
 Ahli K3 Kimia;
 Dokter Perusahaan;
 Dokter Pemeriksa Kesehatan Tenaga Kerja;
 Auditor SMK;’Dll.
Di samping ahli di atas terdapat pula :
 Petugas K3 Kimia;
 Petugas P3K;
 Paramedis;
 Teknisi K3 listrik (di perusahaan dan di PJK3);
 Operator;
 Dll.
Kelembagaan K3 , antara laian :
 P2K3;
 PJK3;
 Dewan K3;
 Pelayanan Kesehatan Kerja;
 Lembaga Audit SMK3;
 Asosiasi Lembaga K3;
 Dll.
Mengapa Keahlian K3
dan Kelembagaan K3
MENGAPA KEAHLIAN K3
 Secara umum diatur dalam pasal Pasal 1 ayat (6) Undang-
Undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja : “Ahli
Keselamatan Kerja ialah tenaga teknis berkeahlian khusus
dari luar Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh
Menteri Tenaga Kerja untuk mengawasi ditaatinya Undang-
Undang ini”.
 Secara khusus diatur berdasarkan spesialisasi yang dimiliki.
Misalnya Ahli K3 bidang listrik, sebagaimana diatur dalam
Permenaker No.12 Tahun 2015 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Listrik di Tempat Kerja. Dalam pasal 1
Angka 16 : “Ahli K3 Listrik adalah tenaga teknis dari luar
instansi yang membidangi ketenagakerjaan yang mempunyai
keahlian di bidang K3 listrik dan memiliki lisensi dari
Menteri atau pejabat yang ditunjuk”.
 Pasal 1 ayat (6) Undang-Undang No.1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja : “Ahli Keselamatan Kerja ialah tenaga
teknis berkeahlian khusus dari luar Departemen Tenaga
Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk
mengawasi diataatinya Undang-Undang ini”.
Penjelasan :
Guna pelaksanaan Undang-undang ini diperlukan
pengawasan dan untuk ini diperlukan staf-staf tenaga-tenaga
pengawasan jang quantitatief tjukup besar serta bermutu.
Tidak sadja diperlukan keahlian dan penguasaan teoritis
bidang-bidang spesialisasi jang beraneka ragam, tapi mereka
harus pula mempunjai banjak pengalaman di bidangnja.
Staf demikian itu tidak didapatkan dan sukar dihasilkan di
Departemen Tenaga Kerdja sadja.
Karena itu dengan ketentuan dalam ajat ini Menteri
Tenaga Kerdja dapat menundjuk tenaga-tenaga ahli
dimaksud jang berada di Instansi-instansi Pemerintah
dan/atau Swasta untuk dapat memformeer Personalia
operasionil jang tepat.
Maka dengan demikian Menteri Tenaga Kerdja dapat
mendesentralisir pelaksanaan pengawasan atas ditaatinja
Undang-undang ini setjara meluas, sedangkan policy
nasionalnya tetap mendjadi tanggung djawabnya dan
berada ditangannja, sehingga terdjamin pelaksanaannja
setjara seragam dan serasi bagi seluruh Indonesia.
MENGAPA KELEMBAGAAN K3
Antara Lain :
 Konsiderans Menimbang, huruf b Permenaker RI.
No.Per.04/ Men/1995 tentang PJK3 : “bahwa dalam rangka
mencegah terjadinya bahaya kecelakaan, perlu
mengikutsertakan pihak-pihak lain yang berhubungan
dengan masalah pengawasan K3 mulai dari tahap
konsultasi, pabrikasi, pemeliharaan, reparasi, penelitian”.
 Konsiderans menimbang Permanaker No.03/Men/1982
tentang Pelayanan Kesehatan Kerja : “bahwa dalam rangka
melindungi ternaga kerja terhadap setiap gangguan
kesehatan yang timbul dari pekerjaan atau lingkungan kerja
serta kemampuan fisik dari tenaga kerja, maka perlu
dikeluarkan peraturan tentang pelayanan kesehatan kerja”.
OBYEK PENEGAKAN HUKUM KAHLIAN DAN
KELEMBAGAAN K3

Aspek Pidana
Pasal 2 Permenaker RI. No.04/Men/1987 tentang Panitia
Pembina, Serta Tata Cara Penunjukan Ahli K3 :
 Ayat (1) : Setiap tempat kerja dengan kriteria tertentu,
pengusaha atau pengurus wajib membentuk P2K3
 Tempat kerja dimaksud ayat (1) ialah :
a. Tempat kerja di mana pengusaha atau pengurus
mempekerjakan 100 orang atau lebih;
b. Tempat kerja di mana pengusaha atau pengurus
mempekerjakan kurang dari 100 orang, akan tetapi
menggunakan bahan, proses dan instalasi yang mempunyai
risiko yang besar akan terjadi peledakan, kebakaran,
keracunanan penyiaran radio aktif.
 Pasal 14 Permenaker RI. No.04/Men/1987 tentang
Panitia Pembina K3, Serta Tata Cara Penunjukan Ahli
K3 : “Pengusaha atau pengurus yang tidak memenuhi
ketentuan pasal 2 diancam dengan hukuman kurungan
selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda setinggi-
tingginya Rp 100.000,- (seratus ribu rupiah) sesuai
ketentuan pasal 13 ayat (2) dan (3) Undang-Undang
No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja”.
Pasal 6 Permenakertrans No.03/Men/Tahun 1978 tentang
Persyaratan Penunjukan dan Wewenang, Serta Kewajiban
Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan dan Ahli Keselamatan
Kerja
 Ayat (1) : “Pegawai pengawas keselamatan dan kesehatan
kerja, dan ahli keselamatan kerja yang dengan sengaja
membuka rahasia yang dipercayakan kepadanya
sebagaimana dimaksud pada pasal 4 ayat (2) sub e dan
pasal 5 ayat (2) sub e dalam peraturan ini dihukum sesuai
dengan pasal 6 ayat (1) Undang-Undang No.3 Tahun 1951
tentang Pengawasan Perburuhan”.
 Ayat (2) : “Pegawai pengawas keselamatan dan kesehatan
kerja, dan ahli keselamatan kerja karena kehilapannya
menyebabkan rahasia tersebut menjadi terbuka dihukum
sesuai dengan pasal 6 ayat (2) Undang-Undang No.3 Tahun
1951 tentang Pengawasan Perburuhan”.
Pasal 6 UU No.3 Tahun 1951 tentang Pernyataan Berlakunya
Undang-Undang Pengawasan Perburuhan Tahun 1948 No.23
Dari RI Untuk Seluruh Indonesia :
 Ayat (1) : “Barang siapa dengan sengaja membuka rahasia
yang dipercayakan kepadanya termaksud dalam pasal 5,
dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya enam
bulan atau denda sebanyak-banyaknya enam ratus rupiah
dengan tidak atau dipecat dari hak memangku jabatan”.
 Ayat (2) : “Barang siapa karena kehilapannya menyebabkan
rahasia itu menjadi terbuka, dihukum dengan hukuman
kurungan selama-lamanya tiga bulan atau denda sebanyak-
banyaknya tiga ratus rupiah”.
Aspek Tata Usaha Negara
 Pasal 17 Permenaker No.04/Men/1995 : “PJK3 yang telah
ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja c,q Direktur Jenderal
Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan
Ketenagakerjaan, apabila dalam melaksanakan kewajibannya
tidak sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri ini dapat
dikenakan sanksi Pencabutan Keputusan Penunjukan sebagai
PJK3”.
 Pasal 8 ayat (2) Permenaker No.02/Men/1992 : “Keputusan
penunjukan ahli K3 dicabut apabila :
a. Tidak memenuhi peraturan perundang-undangan K3,
b. Melakukan kesalahan dan kecerobohan sehingga
menimbulkan keadaan berbahaya;
c. Dengan sengaja dan/atau kehilafannya menyebabkan
terbukanya rahasia suatu perusahaan/instansi yang karena
jabatannya wajib untuk dirahasiakan”.
OBYEK PEMBINAAN
KEAHLIAN DAN KELEMBAGAAN K3

KEWAJIBAN AHLI K3 , pasal 9 ayat (1) Permenaker No.02 Tahun


1992 :
a. Membantu mengawasi pelaksanaan peraturan perundang-Undangan
K3 sesuai dengan bidang yang ditentukan dalam keputusan
penunjukannya.
b. Memberikan laporan kepada Menaker atau pejabat yang ditunjuk
mengenai hasil pelakanaan tugas dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Untuk Ahli K3 di tempat kerja satu kali dalam 3 (tiga) bulan,
kecuali ditentukan lain;
2. Untuk Ahli K3 di perusahaan yang memberikan jasa di bidang
K3 setiap saat selesai melakukan kegiatannya.
c. Merahasiakan segala keterangan tentang rahasia perusahaan/
instansi yang didapat berhubungan dengan jabatnnya.
Kewenangan Ahli K3, Pasal 10 ayat (1) Permenaker No.02 Tahun
1992 :
a. Memasuki tepat kerja sesuai dengan keputusan penunjukan;
b. Meminta keterangan dan informasi menggenai pelaksanaan
syarat-syarat K3 di tempat kerja dengan keputusan
penunjukkannya
c. Memonitor, memeriksa, menguji, menganalisa, mengealuasi
dan memberikan persyaratan, serta pembinaan K3 yang
meliputi :
1. Keadaan dan fasilitas tenaga kerja;
2. Kedaan mesin-mesin, pesawat, alat kerja, instalasi, serta
peralayan lainnya;
3. Penanganan bahan-bahan;
4. Proses produksi;
5. Sifat pekerjaan; dan
6. Lingkungan kerja.
Tugas P2K3, Pasal 4 ayat (1) Permenaker NO.04/Men/1987 :
Memberikan saran dan pertimbangan baik diminta maupun tidak
kepada pengusaha atau pengurus mengenai masalah K3.

Fungsi P2K3, Pasal 4 ayat (2) Permenaker NO.04/Men/1987 :


a. Menghimpun dan mengolah data tentang K3 di tempat kerja;
b. Membantu menunjukkan dan menjelaskan kepada setiap tenaga
kerja :
1. Berbagai faktor bahaya di tempat kerja yang dapat
menimbulkan gangguan K3, termasuk bahaya kebakaran dan
peledakan serta cara penanggulangannya;
2. Faktor yang dapat memopengaruhi efesiensi dan produktifitas;
3. Alat pelindung diri tenaga kerja yang bersangkutan;
4. Cara dan sikap yang benar dan aman dalam melaksanakan
pekerjaannya.
c. Membantu pengusaha atau pengurus dalam :
1. Mengevaluasi cara kerja, proses dan lingkungan kerja;
2. Menentukan tindakan koreksi dengan alternatif terbaik;
3. Mngembangkan sistem pengendalian bahaya terhadap K3;
4. Mengealusi penyebab timbulnya kecelakaan, penyakit akibat
kerja, serta mengambil langkah-langkah yang diperlukan;
5. Mengembangkan penyuluhan dan penelitian di bidang K3, higene
perusahaan, kesehatan kerja, dan ergonomi;
6. Melaksanakan pemantauan terhadap gizi kerja dan
menyelenggarakan makanan perusahaan;
7. Memeriksa kelengjapan peralatan keselamatan kerja;
8. Mengembangkan pelayanan kesehatan tenaga kerja;
9. Mengembangkan labiratorium K3, melakukan pemeriksaan
laboratorium dan melaksanakan interprestasi dan kesehatan kerja;
10. Mneyelenggarakan administrasi keselamatan kerja, higene
perusahaan dan kesehatan kerja.
PELAKSANAAN PENGAWASAN
KELEMBAGAAN K3
Tahap Persiapan :
 Inventarisasi Norma yang mengatur mencakup : persyaratan, kewajiban, dan sanksi.
 Inventarisasi obyek pengawasan (perusahaan atau tempat kerja)
 Susun rencana kerja mencakup (pembinaan dan/atau pemeriksaan)
 Siapkan materi pembinaan
 Inentarisir dokumen yang akan dimintakan;
 Siapkan ceklist atau daftar pertanyaan (terbuka atau tertutup)
 Buat SPT dan Bukti Kunjungan

Tahap Pelaksanaan Pembinaan :


 Dor to dor atau klasikal
 Paparan, dialog, dll.
 Absensi
 Dokumentasi
 Bukti kunjungan
 Catatan (pertanyaan atau gab yang diperoleh).
Tahap Pelaksanaan Pemeriksaan :
 Pemeriksaan dokumen
 Pemeriksaan tata letak perusahaan dan alur proses produksi
 Pemeriksaan lapangan
 Pengambilan keterangan (dalam bentuk Berita Acara), dittd
oleh pihak-pihak.
 Dokumentasi. Beri keterangan.
 Pengisian buku Akte Pengawasan Ketenagakerjaan.
Pemeriksaan PJK3 :
 Pemeriksaan dokumen : SKP PJK3, SKP Personil, daftar
peralatan, hasil kalibrasi alat deteksi, sample laporan hasil
kegiatan, dll.
 Pemeriksaan tata letak perusahaan dan alur proses produksi
 Pemeriksaan lapangan : kantor, kondisi peralatan (alat
deteksi), APD, dll.
 Pengambilan keterangan (dalam bentuk Berita Acara) :
Pengusaha dan pengurus, ahli, teknisi, dll.
 Dokumentasi.
 Pengisian buku Akte Pengawasan Ketenagakerjaan.
Pemeriksaan Pelayanan Kesehatan :
 Pemeriksaan dokumen : Pengesahan, persetujuan Direktur
terkait dokter yang memimpin, tenaga kesehatan, laporan
penyelenggaraan, hasil pemeriksaan (sebelum kerja, berkala,
dan khusus), petugas P3K, laporan hasil pelaksana pelayanan
kesehatan, dll.
 Pemeriksaan tata letak perusahaan dan alur proses produksi
 Pemeriksaan lapangan : Sanitasi, kondisi peralatan, APD,
Limbah, dll.
 Pengambilan keterangan (dalam bentuk Berita Acara) :
Pengusaha, dokter yang memimpin, tenaga kesehatan,
petugas P3K,
 Dokumentasi.
 Pengisian buku Akte Pengawasan Ketenagakerjaan.
Pembuatan Laporan :
Ditujukan kepada Pimpinan Unit Kerja Pengawasan
Ketenagakerjaan, sekurang-kurangnya memuat :
 Dasar
 Waktu pelaksanaan
 Tujuan
 Obyek yang diperiksa
 Pengambilan keterangan
 Fakta temuan
 Analisis
 Kesimpulan
 Tindak lanjut
PELAKSANAAN PENGAWASAN
KEAHLIAN K3
Tahap Persiapan :
Inventarisasi Norma yang mengatur mencakup : persyaratan, kewajiban, dan sanksi.
Inventarisasi obyek pengawasan (perusahaan atau tempat kerja)
Susun rencana kerja mencakup (pembinaan dan/atau pemeriksaan)
Siapkan materi pembinaan
Siapkan ceklist atau daftar pertanyaan (terbuka atau tertutup)
Buat SPT dan Bukti Kunjungan

Tahap Pelaksanaan Pembinaan :


Dor to dor atau klasikal
Paparan, dialog, dll.
Absensi
Dokumentasi
Bukti kunjungan
Catatan (pertanyaan atau gab yang diperoleh).
FAKTA PELANGGARAN
Norma P2K3 :
 Perusahaan wajib tidak bentuk P2K3
 Masa berlaku SK
 Masa berlaku SK Ahli K3
 Ahli K3 resign
 P2K3 tidak menjalankan tupoksi
 P2K3 tidak membuat laporan

PJK3 :
 Masa berlaku SKP PJK3
 Masa berlaku Ahli
 Melakukan riksa/uji tidak sesuai SKP
 Ahli yang lakukan riksa/uji tidak sesuai SKP
 Tidak melaporkan kegiatan sebelum riksa/uji
 Tidak menggunakan alat deteksi, masih manual
 Alat deteksi tidak dikalibrasi
 Metode riksa uji tidak selaras dengan obyek
Contoh Penyiapan Materi Pembinaan Pelaksanaan Fungsi
P2K3, Pasal 4 ayat (2) huruf b angka 1 Permenaker
NO.04/Men/1987 : “Membantu menunjukkan dan menjelas-
kan kepada setiap tenaga kerja berbagai faktor bahaya di
tempat kerja yang dapat menimbulkan gangguan K3, termasuk
bahaya kebakaran dan peledakan serta cara
penanggulangannya “.
Materi Pembinaan :
a. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan bahaya / hazard;
b. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan risiko;
c. Menjelaskan sumber potensi bahaya, mislanya menurut UU
No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, atau OHSAS
180001;
d. Menjelaskan tentang pengendalian bahaya; dan
e. Menjelaskan pengertian dan ruang lingkup tempat kerja.
Contoh Materi Pengawasan Pelaksanaan Pemeriksaan dan/atau
Pengujian Obyek K3 Oleh PJK3 :
1. SKP PJK3;
2. SKP Ahli K3 Spesialis;
3. Metode pengujian yang digunakan;
4. Alat deteksi yang digunakan, perhatikan umur alat dan/atau
kalibrasi terakhir;
5. Prosedur pelaksanaan pemeriksaan/pengujian (SOP); dan
6. Berita Acara.
Contoh Materi Pengawasan Pelaksanaan Sertifikasi Pembinaan
Ahli/ teknisi/ operator, dll. Yang diselenggarakan oleh PJK3 :
1. SKP PJK3;
2. Kurikulum dan silabus;
3. Daftar pemateri / Narasumber;
4. Persyaratan peserta pembinaan;
5. Ketersediaan referensi (modul, dll);
6. Sarana dan prasarana penunjang pelatihan
7. Situasi dan kondisi ruang belajar (untuk luring)
8. Menu yang tersedia;
9. Pakaian panitia, peserta, dan pengajar;
10. Penerapan tata tertib;
11. Dll.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai