PENGAWASAN NORMA
KELEMBAGAAN DAN
KEAHLIAN K3
Oleh :
Giawan Lussa, SH., M.Hum.
Pengawas Ketenagakerjaan Ahli Madya
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Proinsi Sulawesi Selatan
PEMAKNAAN TITEL
Dari titel “Pengawasan penerapan Norma Kelembagaan
dan Keahlian K3”, terdapat dua variabel di dalamnya.
Pertama, variabel Pengawasan; dan
Kedua, variabel Norma kelembagaan dan Keahlian.
VARIABEL PERTAMA, Pengawasan Ketenagakerjaan
Dalam manajemen, pengawasan (controlling) merupakan suatu
kegiatan untuk mencocokkan apakah kegiatan operasional
(actuating) di lapangan sesuai dengan rencana (planning) yang
telah ditetapkan dalam mencapai tujuan (goal) dari organisasi.
Pengawasan dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang
berkaitan dengan proses penjagaan dan pengarahan yang
dilakukan secara sungguh-sungguh agar objek yang diawasi
dapat berjalan semestinya.
Pengawasan ketenagakerjaan adalah kegiatan mengawasi dan
menegakkan pelaksanaan peraturan perundang-undangan di
bidang ketenagakerjaan. (Undang-Undang No.13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan).
Pengawasan adalah kegiatan membandingkan antara standar
ketenagakerjaan dengan bukti pelaksanaannya. (Giawan Lussa).
DASAR HUKUM PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN
Undang-Undang No.3 Tahun 1951 tentang Pernyataan
Berlakunya Undang-Undang Pengawasan Perburuhan Tahun
1948 No.23 Dari RI. Untuk Seluruh Indonesia.
Undang-Undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenaga-kerjaan.
Undang-Undang No.21 Tahun 2003 tentang Ratifikasi Konvesi
ILO No.81 Tahun 1947 Concerning Labour Inspection in
Industry and Commerce.
Undang-Undang No.11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.
Perpres No.21 Tahun 2010 tentang Pengawasan
Ketenagakerjaan.
Permenaker No.3 Tahun 1984 tentang Pengawasan
Ketenagakerjaan Terpadu.
Permenaker No.9 Tahun 2005 tentang Pelaporan Pengawasan
Ketenagakerjaan.
Permenaker No.2 Tahun 2011 tentang Pembinaan dan
Koordinasi Pelaksanaan Pengawasan Ketenagakerjaan.
Permenaker No.33 Tahun 2016 tentang Tata cara
Pengawasan Ketenagakerjaan.
Permenaker No.1 Tahun 2020 tentang Perubahan atas
Permenaker No.33 Tahun 2016 tentang Tata Cara
Pengawasan Ketenagakerjaan.
Kepmenaker No.257 Tahun 2014 tentang Pedoman
Pembentukan dan Pembinaan Kader Norma Ketenaga-
kerjaan.
FUNGSI
PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN
1. Menjamin penegakan hukum ketenagakerjaan;
2. Memberikan penerangan dan penasehatan teknis kepada
pengusaha dan pekerja/buruh mengenai hal-hal yang dapat
menjamin efektifitas pelaksanaan peratuan perundang-undangan
ketenagakerjaan;
3. Mengumpulkan bahan keterangan mengenai hubungan kerja dan
keadaan ketenagakerjaan dalam arti yang seluas-luasnya sebagai
bahan penyusunan atau penyempurnaan peraturan perundang-
undangan ketenagakerjaan.
Kesimpulan :
Pengawasan Ketenagakerjaan menjalankan fungsi :
4. Penegakan Hukum;
5. Pembinaan; dan
6. Penelitian dan pengembangan.
(Giawan Lussa)
VARIABEL KEDUA, Norma kelembagaan dan keahlian.
Norma adalah standar, ukuran tertentu yang harus dijadikan
pegangan pokok. (Penjelasan pasal 10, alinea kedua
Undang-Undang No.14 Tahun 1969 tentang Ketentuan-
Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja).
Norma Ketenagakerjaan adalah segala bentuk peraturan
perundang-undangan atau standar di bidang ketenagakerjaan
yang terdiri dari norma kerja dan norma K3. (pasal 1 angka
19 Permenaker RI. No.33 Tahun 2016 tentang Tata Cara
Pengawasan Ketenagakerjaan).
Norma Keahlian K3 adalah peraturan atau standar di bidang
keahlian K3. (Giawan Lussa)
Norma Kelembagaan K3 adalah peraturan atau standar di
bidang kelembagaan K3. (Giawan Lussa).
AHLI DAN KEAHLIAN :
Ahli, (kata benda) : orang yang mahir, paham sekali dalam
suatu ilmu (kepandaian); Contoh : Dia seorang yang ahli
menjalankan mesin itu;
Berkeahlian(kata kerja): orang yang memiliki keahlian;
mempunyai kepandaian;
Keahlian (kata benda) : kemahiran dalam suatu ilmu
(kepandaian, pekerjaan)
Aspek Pidana
Pasal 2 Permenaker RI. No.04/Men/1987 tentang Panitia
Pembina, Serta Tata Cara Penunjukan Ahli K3 :
Ayat (1) : Setiap tempat kerja dengan kriteria tertentu,
pengusaha atau pengurus wajib membentuk P2K3
Tempat kerja dimaksud ayat (1) ialah :
a. Tempat kerja di mana pengusaha atau pengurus
mempekerjakan 100 orang atau lebih;
b. Tempat kerja di mana pengusaha atau pengurus
mempekerjakan kurang dari 100 orang, akan tetapi
menggunakan bahan, proses dan instalasi yang mempunyai
risiko yang besar akan terjadi peledakan, kebakaran,
keracunanan penyiaran radio aktif.
Pasal 14 Permenaker RI. No.04/Men/1987 tentang
Panitia Pembina K3, Serta Tata Cara Penunjukan Ahli
K3 : “Pengusaha atau pengurus yang tidak memenuhi
ketentuan pasal 2 diancam dengan hukuman kurungan
selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda setinggi-
tingginya Rp 100.000,- (seratus ribu rupiah) sesuai
ketentuan pasal 13 ayat (2) dan (3) Undang-Undang
No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja”.
Pasal 6 Permenakertrans No.03/Men/Tahun 1978 tentang
Persyaratan Penunjukan dan Wewenang, Serta Kewajiban
Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan dan Ahli Keselamatan
Kerja
Ayat (1) : “Pegawai pengawas keselamatan dan kesehatan
kerja, dan ahli keselamatan kerja yang dengan sengaja
membuka rahasia yang dipercayakan kepadanya
sebagaimana dimaksud pada pasal 4 ayat (2) sub e dan
pasal 5 ayat (2) sub e dalam peraturan ini dihukum sesuai
dengan pasal 6 ayat (1) Undang-Undang No.3 Tahun 1951
tentang Pengawasan Perburuhan”.
Ayat (2) : “Pegawai pengawas keselamatan dan kesehatan
kerja, dan ahli keselamatan kerja karena kehilapannya
menyebabkan rahasia tersebut menjadi terbuka dihukum
sesuai dengan pasal 6 ayat (2) Undang-Undang No.3 Tahun
1951 tentang Pengawasan Perburuhan”.
Pasal 6 UU No.3 Tahun 1951 tentang Pernyataan Berlakunya
Undang-Undang Pengawasan Perburuhan Tahun 1948 No.23
Dari RI Untuk Seluruh Indonesia :
Ayat (1) : “Barang siapa dengan sengaja membuka rahasia
yang dipercayakan kepadanya termaksud dalam pasal 5,
dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya enam
bulan atau denda sebanyak-banyaknya enam ratus rupiah
dengan tidak atau dipecat dari hak memangku jabatan”.
Ayat (2) : “Barang siapa karena kehilapannya menyebabkan
rahasia itu menjadi terbuka, dihukum dengan hukuman
kurungan selama-lamanya tiga bulan atau denda sebanyak-
banyaknya tiga ratus rupiah”.
Aspek Tata Usaha Negara
Pasal 17 Permenaker No.04/Men/1995 : “PJK3 yang telah
ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja c,q Direktur Jenderal
Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan
Ketenagakerjaan, apabila dalam melaksanakan kewajibannya
tidak sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri ini dapat
dikenakan sanksi Pencabutan Keputusan Penunjukan sebagai
PJK3”.
Pasal 8 ayat (2) Permenaker No.02/Men/1992 : “Keputusan
penunjukan ahli K3 dicabut apabila :
a. Tidak memenuhi peraturan perundang-undangan K3,
b. Melakukan kesalahan dan kecerobohan sehingga
menimbulkan keadaan berbahaya;
c. Dengan sengaja dan/atau kehilafannya menyebabkan
terbukanya rahasia suatu perusahaan/instansi yang karena
jabatannya wajib untuk dirahasiakan”.
OBYEK PEMBINAAN
KEAHLIAN DAN KELEMBAGAAN K3
PJK3 :
Masa berlaku SKP PJK3
Masa berlaku Ahli
Melakukan riksa/uji tidak sesuai SKP
Ahli yang lakukan riksa/uji tidak sesuai SKP
Tidak melaporkan kegiatan sebelum riksa/uji
Tidak menggunakan alat deteksi, masih manual
Alat deteksi tidak dikalibrasi
Metode riksa uji tidak selaras dengan obyek
Contoh Penyiapan Materi Pembinaan Pelaksanaan Fungsi
P2K3, Pasal 4 ayat (2) huruf b angka 1 Permenaker
NO.04/Men/1987 : “Membantu menunjukkan dan menjelas-
kan kepada setiap tenaga kerja berbagai faktor bahaya di
tempat kerja yang dapat menimbulkan gangguan K3, termasuk
bahaya kebakaran dan peledakan serta cara
penanggulangannya “.
Materi Pembinaan :
a. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan bahaya / hazard;
b. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan risiko;
c. Menjelaskan sumber potensi bahaya, mislanya menurut UU
No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, atau OHSAS
180001;
d. Menjelaskan tentang pengendalian bahaya; dan
e. Menjelaskan pengertian dan ruang lingkup tempat kerja.
Contoh Materi Pengawasan Pelaksanaan Pemeriksaan dan/atau
Pengujian Obyek K3 Oleh PJK3 :
1. SKP PJK3;
2. SKP Ahli K3 Spesialis;
3. Metode pengujian yang digunakan;
4. Alat deteksi yang digunakan, perhatikan umur alat dan/atau
kalibrasi terakhir;
5. Prosedur pelaksanaan pemeriksaan/pengujian (SOP); dan
6. Berita Acara.
Contoh Materi Pengawasan Pelaksanaan Sertifikasi Pembinaan
Ahli/ teknisi/ operator, dll. Yang diselenggarakan oleh PJK3 :
1. SKP PJK3;
2. Kurikulum dan silabus;
3. Daftar pemateri / Narasumber;
4. Persyaratan peserta pembinaan;
5. Ketersediaan referensi (modul, dll);
6. Sarana dan prasarana penunjang pelatihan
7. Situasi dan kondisi ruang belajar (untuk luring)
8. Menu yang tersedia;
9. Pakaian panitia, peserta, dan pengajar;
10. Penerapan tata tertib;
11. Dll.
TERIMA KASIH