Anda di halaman 1dari 19

MODUL PERUNDANG-UNDANGAN K3

(KKK 352)

MODUL 3
PERATURAN PERUNDANGAN YANG MENGATUR PELAKSANAAN
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (1)

DISUSUN OLEH
FIERDANIA YUSVITA, S.Kep, Ns., M.KKK

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


2020

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
0 / 19
PERATURAN PERUNDANGAN YANG MENGATUR PELAKSANAAN
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (1)

A. Kemampuan Akhir Yang Diharapkan

Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa mampu :


1. Menjelaskan hirearki peraturan perundangan K3 di Indonesia
2. Menjelaskan undang-undang terkait K3 di Indonesia
3. Menjelaskan peraturan pemerintah terkait K3 di Indonesia

B. Uraian dan Contoh

1. Gambaran Umum

Seperti yang telah berlaku di banyak negara, pelaksanaan


keselamatan dan kesehatan kerja diwajibkan oleh peraturan perundang-
undangan. Tujuan dari peraturan perundangan ini adalah memberikan
kepastian hukum dalam pelaksanaan perlindungan pekerja untuk
mendapatkan pekerjaan yang produktif dan layak, dengan demikian
menjadi jelashak, kewajiban dan wewenang dari mereka yang terkait
dalam hubungan kerja, yaitu pekerja dan pemberi kerja. Diharapkan
mereka dapat bermitra kerja secara harmonis, dapat menjamin
perlindungan pekerja terhadap keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan
kesusilaan, memperoleh perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat
manusia, serta nilai-nilai agama dan dapat menghasilkan produktivitas
yang tinggi serta berkontribusi dalam pembangunan dan pertumbuhan
ekonomi nasional yang berkesinambungan.
Menurut International Labor Organization (ILO) salah satu upaya
dalam menanggulangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja di tempat
kerja adalah dengan penerapan peraturan perundangan, antara lain melalui:

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
1 / 19
a. Adanya ketentuan dan syarat-syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja
yang selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, teknik dan
teknologi (up to date).
b. Penerapan semua ketentuan dan persyaratan keselamatan dan kesehatan
kerja sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku sejak tahap
rekayasa.
c. Pengawasan dan pemantauan pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja melalui pemeriksaan-pemeriksaan langsung ditempat kerja.

Pada semua tempat kerja, tanpa terkecuali, dari pengelola/


manajemen sampai pekerja harus mengetahui, memahami dan
melaksanakan undang-undang dan peraturan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja tersebut. Pada awalnya undang-undang yang mengatur tentang
pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja tidak terpisahkan namun
dalam perkembangannyadengan mengikuti dinamika kondisi di tanah air,
maka kesehatan kerja dimasukkan di dalam undang-undang yang
mengatur kesehatan secara menyeluruh dan terpadu.
Mengingat faktor keselamatan sangat terkait dengan kesehatan
maka pada tahap-tahap selanjutnya kegiatan keselamatan kerja menjadi
keselamatan dan kesehatan kerja atau disingkat dengan K3. Untuk
memudahkan pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di tempat
kerja maka Kementerian Tenaga Kerja telah mengeluarkan berbagai
peraturan yang berhubungan dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Mengingat sarana pelayanan kesehatan juga merupakan tempat kerja maka
Kementerian Kesehatan juga mengeluarkan berbagai peraturan yang
menyangkut aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja, walaupun peraturan
tersebut pada umumnya hanya diterapkan di fasilitas sarana pelayanan
kesehatan. Selain Kementerian Tenaga Kerja, kementerian lain juga
mengeluarkan peraturan yang menyangkut aspek Keselamatan dan
Kesehatan Kerja berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi kementerian
tersebut, misalnya peraturan tentang ketentuan keselamatan kerja terhadap
radiasi.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
2 / 19
Di Indonesia, UUD 1945 pasal 27 ayat (2) menyebutkan bahwa
setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan. Pasal ini merupakan landasan bagi setiap peraturan
perundangan di bidang keselamatan, kesehatan dan ketenagakerjaan yang
membina norma perlindungan K3. Upaya untuk perlindungan K3 tersebut
diwujudkan dalam undang-undang dan peraturan terkait dengan
keselamatan dan kesehatan kerja sesuai tata urut (hirearki) peraturan yang
ditetapkan dalam Ketetapan No. XX/MPRS/1966 yaitu undang-undang
memuat ketentuan-ketentuan umum tentang K3 sedangkan peraturan
pelaksana serta hal-hal lain yang berhubungan dengan K3 diatur dalam
peraturan pemerintah, instruksi presiden, peraturan atau keputusan menteri.
Undang-undang dan peraturan K3 mengatur tentang syarat-syarat
K3, hak dan kewajiban pemberi kerja, hak dan kewajiban pekerja, sistem
manajemen K3 serta peran otoritas pemerintah di bidang K3. Peraturan
perundangan K3 sifatnya dinamis sesuai dengan perkembangan ilmu dan
teknologi serta kebutuhan masyrakat. Namun, masih terdapat ketentuan
yang menimbulkan tumpang tindih dan ketidakharmonisan beberapa
peraturan, karena masing-masing sektor mengembangkan pengaturan yang
mengatur sendiri. Sebagai contoh, pada bidang kesehatan kerja terkait
pelayanan kesehatan kerja, selain diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi No. 03/Men/1982 tentang Pelayanan Kesehatan
Kerja juga diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan No.
1758/MENKES/XII/2003 tentang Standar Pelayanan Kesehatan Dasar,
serta Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 555.K Tahun 1995
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan Umum.
Implikasi dari ketidakharmonisan ini dalam implementasi K3 di lapangan
adalah sering menimbulkan ketidakpastian, maka semua pemangku
kepentingan yang terkait memerlukan pengetahuan yang komprehensif
tentang semua peraturan perundangan yang terkait dengan keselamatan
dan kesehatan kerja.
Peraturan perundangan K3 dibutuhkan sebagai panduan dalam
pelaksanaan K3 di lapangan. Dari sudut pandang perlindungan kesehatan

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
3 / 19
kerja dalam konsep sehat-sakit, maka dapat dibagi menjadi dua kelompok
besar yang terkait dengan status kesehatan si pekerja yaitu pekerja yang
sehat dan pekerja yang sudah sakit atau mengalami cedera.
Pengelompokan seperti ini memudahkan dalam implementasi K3 di
lapangan, seperti berikut :
1) Kelompok peraturan yang memberikan perlindungan bagi
pekerja yang sehat, yaitu peraturan yang mewajibkan
pelaksanaan upaya preventif/ pencegahan agar pekerja tidak
jatuh sakit dan cedera akibat kecelakaan kerja serta pelaksanaan
upaya promotif/ peningkatan agar status kesehatan pekerja dan
kapasitas kerjanya dapat dipertahankan bahkan ditingkatkan,
beserta peraturan penunjangnya.
2) Kelompok peraturan yang memberikan perlindungan bagi
pekerja yang sudah jatuh sakit atau mengalami cedera, yaitu
peraturan yang mewajibkan pelaksanaan upaya kuratif/
pengobatan dan rehabilitatif/pemulihan baik akibat pekerjaan
atau bukan, akibat kecelakaan atau bukan, termasuk peraturan
jaminan sosial tenaga kerja.

2. Undang-undang

Undang-undang yang mengatur tentang Keselamatan dan


Kesehatan Kerja adalah undang-undang tentang pekerja, keselamatan kerja
dan kesehatan. Undang-undang ini menjelaskan tentang apa yang
dimaksud dengan tempat kerja, kewajiban pimpinan tempat kerja, hak dan
kewajiban pekerja. Di tempat kerja, peraturan perundangan digunakan
sebagai acuan dasar pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja. Di
bawah ini adalah beberapa undang-undang yang paling pokok dalam
mengatur K3 secara umum :
a) Undang-undang No 1. Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
4 / 19
Undang-undang ini menggantikan VR 1910 Stbl. 406 yang
diterbitkan pada jaman kolonial. Perubahan yang signifikan adalah dari
undang-undang yang bersifat represif menjadi preventif dan ruang
lingkup UU Keselamatan Kerja ini lebih luas yaitu mencakup
keselamatan di semua tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di
permukaan air, di dalam air maupun di udara yang berada dalam
wilayah kekuasaan Republik Indonesia. Sumber bahaya di tempat kerja
harus dikendalikan melalui penerapan syarat-syarat keselamatan dan
kesehatan kerja dalam semua tahap kegiatan usaha, oleh semua pekerja
dan pemberi kerja.
Undang-undang ini mengatur tentang:
1) Kewajiban pengurus (pimpinan tempat kerja), antara lain :
A. Kewajiban memenuhi syarat-syarat keselamatan kerja yang
meliputi:
1) Mencegah dan mengurangi kecelakaan
2) Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
3) Mencegah dan mengurangi bahaya ledakan
4) Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada
waktu kebakaran atau kejadian lain yang berbahaya
5) Memberi pertolongan pada kecelakaan
6) Menyediakan alat-alat perlindungan diri (APD) untuk
pekerja
7) Mencegah dan mengendalikan timbulnya atau menyebar
luasnya bahaya akibat suhu, kelembaban, debu, kotoran,
asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi,
suara dan getaran
8) Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat
kerja baik psikis, keracunan, infeksi atau penularan
9) Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai
10) Menyelenggarakan suhu dan kelembaban udara yang
baik
11) Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
5 / 19
12) Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban
13) Menciptakan keserasian antara pekerja, alat kerja,
lingkungan, cara dan proses kerja
14) Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang,
binatang, tanaman atau barang
15) Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan
16) Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar
muat, perlakuan dan penyimpanan barang
17) Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya
18) Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada
pekerjaan yang berbahaya agar kecelakaan tidak menjadi
bertambah tinggi.

B. Kewajiban melakukan pemeriksaan kesehatan badan, kondisi


mental dan kemampuan fisik pekerja yang baru diterima
bekerja maupun yang akan dipindahkan ke tempat kerja baru
sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan yang diberikan kepada
pekerja, serta pemeriksaan kesehatan secara berkala.
C. Kewajiban menunjukan dan menjelaskan kepada setiap
pekerja baru tentang:
1. Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya yang dapat timbul di
tempat kerjanya.
2. Pengaman dan perlindungan alat-alat yang ada dalam area
tempat kerjanya.
3. Alat-alat perlindungan diri bagi pekerja yang bersangkutan.
4. Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan
pekerjaannya.
D. Kewajiban melaporkan setiap kecelakaan kerja yang terjadi di
tempat kerja.
E. Kewajiban menempatkan semua syarat keselamatan kerja
yang diwajibkan pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan
terbaca oleh pekerja.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
6 / 19
F. Kewajiban memasang semua gambar keselamatan kerja yang
diharuskan dan semua bahan pembinaan lainnya pada tempat-
tempat yang mudah dilihat dan dibaca.
G. Kewajiban menyediakan alat perlindungan diri secara cuma-
cuma disertai petunjuk-petunjuk yang diperlukan pada pekerja
dan juga bagi setiap orang yang memasuki tempat kerja
tersebut.

2) Kewajiban dan hak pekerja, antara lain :


1. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh
pengawas atau ahli keselamatan kerja.
2. Memakai APD dengan tepat dan benar
3. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan
kesehatan kerja yang diwajibkan
4. Meminta kepada pimpinan agar dilaksanakan semua syarat
keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan
5. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan dimana syarat
keselamatan dan kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan
diri yang diwajibkan diragukan olehnya kecuali dalam hal-hal
khusus ditentukan lain oleh pengawas, dalam batas yang
masih dapat dipertanggungjawabkan.

3) Kewenangan Menteri Tenaga Kerja untuk membentuk Panitia


Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) guna
mengembangkan kerja sama, saling pengertian dan partisipasi
aktif dari pengusaha atau pengurus dan pekerja di tempat-tempat
kerja, dalam rangka melancarkan usaha berproduksi dan
meningkatkan produktivitas kerja.
4) Ancaman pidana atas pelanggaran peraturan ini dengan
hukuman kurungan selama-lamanya 3(tiga) bulan atau denda
setinggi-tingginya Rp.100.000,- (seratus ribu rupiah).

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
7 / 19
b) Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

Undang-undang ini menggantikan Undang-undang No. 23


Tahun 1992 tentang Kesehatan. Undang-undang ini menetapkan bahwa
setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas
sumber daya di bidang kesehatan dan setiap orang mempunyai hak
dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan
terjangkau.
Kesehatan kerja diatur dalam Bab XII yang terdiri dari 3 pasal
yaitu pasal 164-166, antara lain menetapkan pengelola tempat kerja
wajib menaati standar kesehatan kerja dan menjamin lingkungan kerja
yang sehat, bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan kerja, wajib
melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui upaya pencegahan,
peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja, termasuk
menggunakan hasil pemeriksaan kesehatan secara fisik dan
mentalsebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan
pemilihan calon pegawai, serta wajib menanggung seluruh biaya
pemeliharaan kesehatan pekerja dan biaya atas gangguan kesehatan
akibat kerja. Sejajar dengan kewajiban pemberi kerja, pekerja wajib
menciptakan dan menjaga kesehatan tempat kerja dan menaati peraturan
yang berlaku di tempat kerja. Sedangkan pemerintah memberikan
dorongan dan bantuan untuk perlindungan pekerja.
Selanjutnya dalam Bab XIII ditetapkan bahwa Menteri
melakukan pengawasan terhadap masyarakat dan setiap penyelenggara
kegiatan yang berhubungan dengan sumber daya di bidang kesehatan
dan upaya kesehatan, disebut pula bahwa dalam melakukan pengawasan,
Menteri dapat memberikan ijin dan memeriksa perijinan terhadap serta
penyelenggaraan upaya kesehatan; Menteri dapat mendelegasikan tugas
pengawasan kepada lembaga pemerintah non kementerian, kepala dinas
di provinsi, dan kabupaten/ kota yang tugas pokok dan fungsinya di
bidang kesehatan dan mengikutsertakanmasyarakat. Bab XIX dan Bab
XX mengatur tentang penyidikan dan ketentuan pidana.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
8 / 19
c) Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

Pada hakikatnya, hukum ketenagakerjaan tidak hanya mengatur


kepentingan pekerja saja, tetapi termasuk kepentingan masyarakat
pemberi kerja. Dalam pasal 86-87 undang-undang ini ditetapkan bahwa
setiap pekerja berhak mendapatkan perlindungan atas keselamatan dan
kesehatan kerja, moral dan kesusilaan serta perlakuan yang sesuai
dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama, untuk
mewujudkan produktivitas kerja yang optimal; dan setiap perusahaan
wajib menerapkan sistem manajemen K3 yang terintegrasi dengan
sistem manajemen perusahaan. Pelaksanaannya diatur dalam peraturan
pemerintah. Pada pasal 190 diatur sanksi administratif atas pelanggaran
ketentuan ini.

d) Undang-undang No. 3 Tahun 1992 tentang Sistem Jaminan Sosial


Tenaga Kerja

Undang-undang ini menetapkan bahwa setiap pekerja berhak


atas jaminan sosial tenaga kerja. Jaminan sosial tenaga kerja
dilaksanakan dengan mekanisme asuransi. Ruang lingkup program
meliputi jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, jaminan hari
tua, dan jaminan pemeliharaan kesehatan. Pengembangan program
diatur dengan Peraturan Pemerintah. Jaminan Kecelakaan berlaku
bagi pekerja yang mengalami cedera atau sakit akibat kerja, meliputi
biaya pengangkutan, pemeriksaan, pengobatan, dan/ atau perawatan
serta rehabilitasi dan santunan berupa uang yang mencakup
sementara tidak mampu bekerja, cacat sebagian selama-lamanya,
cacat total selama-lamanya baik fisik maupun mental serta santunan
kematian. Dalam undang-undang ini diatur pula tentang keluarga
yang berhak menerima jaminan kematian, pembayaran jaminan hari
tua serta pelayanan jaminan kesehatan. Selain itu, secara administratif

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
9 / 19
diatur kepesertaan, iuran, jaminan dan tata cara pembayaran, badan
penyelenggara serta ketentuan pidana atas pelanggaran.
Undang-undang lainnya yang berkaitan dengan sistem
jaminan sosial antara lain UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasionaldan juga UU No. 24 Tahun 2011 tentang
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Adapun peraturan terkait salah
satunya juga terangkum dalam PP No. 44 Tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan
Kematian.

3. Peraturan Pemerintah (PP)

Peraturan pemerintah mengatur tentang aspek keselamatan dan


kesehatan kerja. Di bawah ini dijelaskan mengenai beberapa peraturan
pemerintah yang esensial bagi praktek K3 di lapangan :

a. PP No. 50 Tahun 2012 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja (SMK3)

Peraturan ini merupakan pengganti Peraturan Menteri Tenaga


Kerja No. 5 Tahun 1996 tentang Sistem Manajemen K3 (SMK3).
SMK3 merupakan suatu sistem pengelolaan yang diciptakan dan
dipergunakan untuk mengelola sumber daya K3 (manusia, alat,
lingkungan) yang ada pada suatu tempat kerja demi terciptanya
lingkungan kerja yang aman dan sehat (tidak terjadi kecelakaan & PAK).
Menurut PP No. 50 tahun 2012 pasal 1 angka 1 disebutkan bahwa
SMK3 merupakan bagian dari sistem manajemen perusahaan secara
keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan
kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan
produktif. Menurut Ramli (2010) Sistem Manajemen K3 dimulai
dengan menetapkan komitmen dan kebijakan K3 oleh manajemen

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
10 / 19
puncak yang merupakan landasan dan arah penerapan K3 dalam
perusahaan.
Setiap SMK3 bertujuan untuk mengelola setiap resiko K3 yang ada
di setiap perusahaan/ industri agar kejadian yang tidak diinginkan dapat
dicegah dan tidak menimbulkan kerugian bagi perusahaan/industri yang
bersangkutan.SMK3 memiliki dua prinsip, yaitu proses manajemen dan
elemen-elemen implementasinya. Proses SMK3 menjelaskan bagaimana
sistem manajemen tersebut dilaksanakan, sedangakan elemen
merupakan komponen-komponen kunci yang terintegrasi atar elemen
membentuk satu kesatuan sistem manajemen (Ramli,2010)
Sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun
2012 elemen yang meliputi Penerapan SMK3 adalah sebagai berikut:
1. Elemen 1. Pembangunan dan Pemeliharaan Komitmen
2. Elemen 2. Strategi Pendokumentasian Rencana K3
3. Elemen 3. Pengendalian Perancangan dan Peninjauan Kontrak
4. Elemen 4. Pengendalian Dokumen
5. Elemen 5. Pembelian dan Pengendalian Produk
6. Elemen 6. Keamanan Bekerja Berdasarkan SMK3
7. Elemen 7. Standar Pemantauan
8. Elemen 8. Pelaporan dan Perbaikan Kekurangan
9. Elemen 9. Pengelolaan Material dan Perpindahannya
10. Elemen 10. Pengumpulan dan Penggunaan Data
11. Elemen 11. Audit SMK3
12. Elemen 12. Pengembangan Keterampilan dan Kemampuan

Pendekatan SMK3 dalam Pasal 6 ayat (1) PP 50 Tahun 2012,


dimulai dari penetapan kebijakan K3, perencanaan K3, pelaksanaan
rencana K3, pemantauan dan evaluasi K3, dan peninjauan serta
peningkatan kinerja K3. Setiap proses SMK3 tersebut semua elemen
saling keterkaitan sehingga harus dijalankan secara bersama agar
program K3 yang diinginkan dapat tercapai. Hal tersebut dapat
digambarkan dalam proses sebagai berikut:

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
11 / 19
Berikut merupakan penjelasan dari proses siklus SMK3 PP No 50
Tahun 2012 :
1. Penetapan kebijakan K3 oleh perusahaan
Pada pasal 7 PP No 50 Tahun 2012 menyatakan bahwa dalam
menyusun kebijakan K3, perusahaan paling sedikit harus:
a. Melakukan tinjauan awal kondisi K3
b. Mempertahankan peningkatan kinerja manajemen K3 secara terus
Menerus
c. Memperhatikan masukan dari pekerja/ buruh dan/ atau serikat
pekerja/ serikat buruh.

2. Perencanaan K3

Pada pasal 9 PP No 50 Tahun 2012 menyatakan bahwa rencana


K3 yang disusun dan ditetapkan oleh perusahaan harus mengacu pada
kebijakan K3 yang telah ditetapkan, dimana dalam menyusun rencana
K3 tersebut perusahaan harus mempertimbangkan:
a. Hasil penelaahan awal
b. Identifikasi potensi bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko
c. Peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya, dan
d. Sumber daya yang dimiliki

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
12 / 19
Dalam rencana K3, paling sedikit haruslah memuat tujuan dan
sasaran, skala prioritas, upaya pengendalian bahaya, penetapan
sumber daya, jangka waktu pelaksanaan, indikator pencapaian, dan
sistem pertanggungjawaban.

3. Pelaksanaan rencana K3

Pasal 10 PP No 50 Tahun 2012 menjelaskan bahwa pelaksanaan


rencana K3 dilakukan oleh perusahaan berdasarkan rencana K3 yang
telah dibuat sebelumnya. dalam pelaksanaan rencana K3, perusahaan
harus melakukan kegiatan dalam pemenuhan persyaratan K3.
Kegiatan tersebut paling sedikit harus meliputi:
a. Tindakan pengendalian
b. Perancangan dan rekayasa
c. Prosedur dan instruksi kerja
d. Penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan
e. Pembelian/ pengadaan barang dan jasa
f. Prosuk akhir
g. Updaya menghadapi keadaan darurat kecelakaan dan bencana
industri
h. Rencana dan pemulihan keadaan darurat.

4. Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3

Pasal 11 PP No 50 Tahun 2012 menjabarkan bahwa perusahaan


berkewajiban untuk melakukan pemantauan dan evaluasi kinerja K3.
Dalam rangka pemantauan dan evaluasi kinerja K3 tersebut
dilaksanakan melalui pemeriksaan, pengujian, pengukuran, dan audit
internal SMK3 serta dilakukan oleh sumber daya manusia yang
kompeten.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
13 / 19
5. Peninjauan dan Peningkatan Kinerja SMK3

Pasal 15 PP No 50 Tahun 2012 menyatakan bahwa peninjauan


dan peningkatan kinerja SMK3 dilakukan untuk menjamin
kesesuaian dan efektifitas penerapan SMK3. Peninjauan tersebut
dilakukan terhadap kebijakan, perencanaa, pelaksanaan, pemantauan,
dan evaluasi.

b. PP No. 88 Tahun 2019 tentang Kesehatan Kerja

Materi pokok yang diatur dalam Peraturan Pemerintah ini yaitu


mengenai standar Kesehatan Kerja yang wajib dipenuhi oleh
Pengurus atau Pengelola Tempat Kerja dan Pemberi Kerja di semua
Tempat Kerja, hal yang mendukung penyelenggaraan Kesehatan
Kerja, peran serta masyarakat, dan pembinaan dan pengawasan.
Kesehatan Kerja merupakan bagian tak terpisahkan
dari keselamatan dan Kesehatan Kerja, tercermin dalam
berbagai Undang-Undang. UndangUndang yang dimaksud,
antara lain yaitu Undang-Undang yang mengatur mengenai
keselamatan kerja dan Undang-Undang yang mengatur
mengenai ketenagakerjaan serta Undang-Undang yang
mengatur mengenai kesehatan telah mengamanatkan
pengaturan tentang Kesehatan Kerja. Kebijakan
keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam perlindungan
kesehatan Pekerja sejalan dengan prinsip dalam Sistem
Kesehatan Nasional. Hal ini terwujud melalui kebijakan,
sistem, dan program nasional dalam mencapai terwujudnya
budaya keselamatan dan Kesehatan Kerja. Produktifitas
kerja dapat terwujud apabila Pekerja berada dalam
kondisi sehat dan bugar untuk bekerja serta merasa aman

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
14 / 19
dan terlindungi sebelum, saat, dan setelah bekerja. Oleh
karena itu, dalam rangka memberikan perlindungan kepada
Pekerja dan setiap orang selain Pekerja yang berada di
Tempat Kerja, Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan
masyarakat bertanggung jawab dalam penvelenggaraan
Kesehatan Kerja SK No010557 A melalui . . . trRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA -2- melalui upaya pencegahan penyakit,
peningkatan kesehatan, penanganan penyakit, dan
pemulihan kesehatan, yang dilaksanakan sesuai dengan
standar Kesehatan Kerja.
c. PP No. 11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan
Pengolahan Minyak dan Gas Bumi

Peraturan ini terdiri dari 31 BAB dan 58 pasal yangmengatur tata


usaha dan pengawasan keselamatan kerja pada pemurnian dan
pengolahan minyak dan gas bumi, wewenang dan tanggung jawab
menteri pertambangan dan dalam pelaksanaan pengawasan
menyerahkan hak kepada Dirjen dengan hak substitusi, sedangkan tugas
dan pekerjaan pengawasan dilakukan oleh kepala inspeksi dan
pelaksana inspeksi tambang. Peraturan pemerintah ini juga mengatur
perlengkapan penyelamatan dan pelindung diri, pertolongan pertama
pada kecelakaan, syarat-syarat pekerja, kesehatan, dan kebersihan, dan
persyaratan pencemaran lingkungan, selain mengatur teknis
keselamatan dalam pemurnian dan pengolahan, terdapatketentuan sanksi
pidana atas pelanggaran ketentuan ini.

d. PP No. 11 Tahun 1975 tentang Keselamatan Kerja Terhadap Radiasi

Dalam peraturan ini diatur nilai ambang batas yang diizinkan.


Selanjutnya ketentuan nilai ambang batas yang diijinkan, diatur lebih
lanjut oleh instansi yang berwenang. Pengaturan mengenai petugas dan

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
15 / 19
ahli proteksi radiasi, pemeriksaan kesehatan calon pekerja dan pekerja
radiasi, kartu kesehatan, pertukaran tugas pekerjaan, ketentuan-
ketentuan kerja dengan zat radioaktif dan atau sumber radiasi lainnya,
pembagian daerah kerja dan pengelolaan limbah radioaktif, kecelakaan
dan ketentuan pidana. Rangkuman isi peraturan sebagai berikut:
a. Instalasi atom harus mempunyai petugas dan ahli proteksi radiasi
dimana petugas proteksi mempunyai tugas menyusun pedoman dan
instruksi kerja, sedangkan ahli proteksi mempunyai tugas
mengawasi ditaatinya peraturan keselamatan kerja terhadap radiasi.
b. Pemeriksaan kesehatan yang dilakukan pada pekerja radiasi adalah:
i. Calon pekerja radiasi.
ii. Berkala setiap satu tahun.
iii.Pekerja radiasi yang akan putus hubungan kerja.
c. Pekerja radiasi wajib mempunyai kartu kesehatan dan petugas
proteksi radiasi wajib mencatat dalam kartu khusus banyaknya
dosis pajanan radiasi yang diterima masing-masing pekerja.
d. Apabila pekerja menerima dosis radiasi melebihi nilai ambang
batas yang diizinkan, maka pekerja tersebut harus dipindahkan
tempat kerjanya ketempat lain yang tidak terpajan radiasi.
e. Perlu adanya pembagian daerah kerja sesuai dengan tingkat bahaya
radiasi dan pengelolaan limbah radioaktif.
f. Perlu ada tindakan dan pengamanan untuk keadan darurat apabila
terjadi kecelakaan radiasi.
g. Pelanggaran ketentuan ini diancam pidana denda Rp. 100.000,-
(seratus ribu rupiah).

C. Latihan

1. Jelaskan metode penanggulangan kecelakaan kerja dan penyakit akibat


kerja melalui peraturan perundangan!
2. Jelaskan hirearki perundangan terkait K3 di Indonesia!
3. Jelaskan yang terkandung dalam UU No. 3 Tahun 1992!

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
16 / 19
D. Kunci Jawaban

1. Adanya ketentuan dan syarat-syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja


yang selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, teknik dan
teknologi (up to date); Penerapan semua ketentuan dan persyaratan
keselamatan dan kesehatan kerja sesuai dengan peraturan perundangan
yang berlaku sejak tahap rekayasa; Pengawasan dan pemantauan
pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja melalui pemeriksaan-
pemeriksaan langsung ditempat kerja.
2. Upaya untuk perlindungan K3 tersebut diwujudkan dalam undang-
undang dan peraturan terkait dengan keselamatan dan kesehatan kerja
sesuai tata urut (hirearki) peraturan yang ditetapkan dalam Ketetapan
No. XX/MPRS/1966 yaitu undang-undang memuat ketentuan-ketentuan
umum tentang K3 sedangkan peraturan pelaksana serta hal-hal lain yang
berhubungan dengan K3 diatur dalam peraturan pemerintah, instruksi
presiden, peraturan atau keputusan menteri.
3. Undang-undang ini menetapkan bahwa setiap pekerja berhak atas
jaminan sosial tenaga kerja. Jaminan sosial tenaga kerja dilaksanakan
dengan mekanisme asuransi. Ruang lingkup program meliputi jaminan
kecelakaan kerja, jaminan kematian, jaminan hari tua, dan jaminan
pemeliharaan kesehatan. Pengembangan program diatur dengan
Peraturan Pemerintah

E. Daftar Pustaka

Kurniawidjaja, L. Meily. (2012). Teori dan Aplikasi Kesehatan Kerja.


Jakarta : UI Press
Modjo, Robiana. Perundang-undangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Undang-undang No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
Undang-undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
Peraturan Pemerintah No. 88 Tahun 2019 tentang Kesehatan Kerja

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
17 / 19
Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 Tentang Sistem Keselamatan dan
Kesehatan Kerja

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
18 / 19

Anda mungkin juga menyukai