Anda di halaman 1dari 6

Peran pemerintah dan institusi terkait dalam pencegahan dan pengendalian kecelakaan kerja

di pesisir kepulauan

Pemerintah memiliki peran penting dalam mencegah dan mengendalikan kecelakaan


kerja di pesisir kepulauan. Undang-undang No.1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja
telah mengatur pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pada semua tempat
kerja yang bertujuan agar tenaga kerja dan orang lain yang berada pada di tempat kerja
terjamin keselamatannya, serta peralatan, aset dan sumber produksi yang dapat digunakan
secara aman dan efisien agar terhindar dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

Undang-undang No 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja mengamanatkan


perlindungan bagi tenaga kerja dari terjadinya kecelakaan kerja. Upaya pencegahan
kecelakaan kerja dilakukan melalui program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
Keselamatan kerja adalah suatu usaha yang dapat mendorong terciptanya keadaan yang
aman dan sehat ditempat kerja, baik tenaga kerja maupun lingkungan kerja itu sendiri.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan hak dasar para pekerja.

Kebijakan pemerintah dalam perlindungan K3 dituangkan dalam UU No. 1 tahun


1970 tentang Keselamatan Kerja. Tujuan pelaksanaan K3 adalah:

1) Menjamin pekerja dan setiap orang lainnya yang berada di tempat kerja selalu
berada dalam keadaan sehat dan selamat;
2) Sumber-sumber produksi dapat dipakai dan digunakan secara aman dan efisien;
3) Proses produksi berjalan secara lancar tanpa hambatan.

Kebijakan pemerintah dalam perlindungan K3 berkaitan dengan pekerja di mulai dari


memasuki wilayah Kawasan perusahaan di jaga keselamatan kerjanya dengan berbagai
prosedur yang telah di tetapkan dan menggunakan semua alat yang telah di sediakan.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 tahum 2003 tentang ketenagakerjaan yang
berbunyi: Pasal 86 Ayat (1) Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh
perlindungan atas: a. keselamatan dan kesehatan kerja, b. moral dan kesusilaan, c. perlakuan
yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama. Ayat (2) Untuk
melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal
diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja. Ayat (3) Perlindungan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan sesuai denganperaturan
perundang- undangan yang berlaku. Dan pada Pasal 87 Ayat (1) Setiap perusahaan wajib
menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yangterintegrasi dengan
system manajemen perusahaan. Ayat (2) Ketentuan mengenai penerapan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerjasebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan
Peraturan Pemerintah.

Menurut Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dalam


Paragraf 5 pasal 86 menyatakan bahwa:

1) Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh perlindungan atas: Kesehatan dan


Keselamatan Kerja; Moral dan Kesusilaan dan Perlakuan yang sesuai dengan harkat
dan martabat manusia serta nilai-nilai agama.
2) Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja
yang optimal diselenggarakan upaya K3;
3) Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan seusai
dengan peraturan perundangan yang berlaku. Dalam pasal 87 UU 13 tahun 2002
disebutkan bahwa:
1) Setiap perusahaan wajib menerapkan system manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan;
2) Ketentuan mengenai penerapan sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Peraturan Pemerintah.

Implementasi K3 dalam sebuah system manajemen terintegrasi diatur dalam


Peraturan Menteri Tenaga Kerja. No. Per 05/Men/9 tentang Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (SMK3) dan Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 tentang
Penerapam SMK3. Perlindungan K3 dimaksudkan untuk memberi jaminan keselamatan dan
meningkatkan derajat kesehatan para pekerja. Pelaksanaan K3 dapat mencegah risiko
kerugian akibat kecelakaan kerja berupa sakit, cacat hingga meninggal, biaya perawatan
serta biaya perawatan atau penggatian peralatan yang rusak (Kasidi, 2010).

Semua kecelakaan kerja harus dilaporkan pada petugas yang ditunjuk oleh
departemen tenaga kerja. Hukum keselamatan kerja mengatur tentang daftar pekerjaan yang
mengharuskan pemeriksaan kesehatan pekerja/buruh sebelum bekerja. Pemeriksaan
kesehatan rutin juga harus dilaksanakan. Dan Perusahaan dengan 100 pekerja/buruh atau
lebih, yang memiliki resiko tinggi, harus memiliki manajemen sistem keselamatan dan
kesehatan kerja yang memenuhi persyaratan. Perwakilan pekerja/buruh harus setuju pada
manajemen sistem keselamatan dan kesehatan kerja; yang juga harus dijelaskan kepada
semua pekerja/buruh, supplier, dan pelanggan. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
harus mengawasi pelaksanaan dari sistem tersebut, serta melakukan pemeriksaan dan
evaluasi secara rutin.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 7 tahun 1964 tentang Syarat Kesehatan,
Kebersihan Serta Penerangan Dalam Tempat Kerja memberikan persyaratan khusus untuk
tempat kerja. Langkah-langkah pencegahan harus diambil untuk menghindari kebakaran,
kecelakaan, keracunan, infeksi penyakit karena pekerjaan, penyebaran debu, gas, uap panas
serta bau yang mengganggu. Kementerian Ketenagakerjaan telah mengeluarkan peraturan
baru mengenai kesehatan dan keselamatan tempat kerja yang meniadakan peraturan yang
berlaku sebelum peraturan tahun 1964. Peraturan baru ini memberikan pedoman baru untuk
nilai ambang batas kimia dan fisik, dan juga memberikan pedoman untuk kualitas udara
dalam ruangan untuk menciptakan tempat kerja yang layak. Dan Perusahaan harus
menyediakan cahaya yang cukup, pengaturan suhu dan ventilasi, kebersihan, penyimpanan
dan pembuangan sampah rutin; Perusahaan harus dibangun secara baik dan dibuat dari
material yang tidak mudah terbakar; pengecatan dinding dan atap secara rutin, minimal 5
tahun sekali; kamar mandi terpisah bagi laki-laki dan perempuan (setidaknya 1 kamar mandi
untuk setiap 15 orang pekerja/buruh); pengaturan yang higienis bagi setiap personil;
makanan dan minuman; asrama bagi personil (bila memungkinkan); pengaturan posisi kerja
dan meja kerja; dan lampu darurat untuk malam hari di tempat kerja.

Kebijakan pemerintah dalam Peraturan Pemerintah RI No.50 tahun 2012 Tentang


Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) menegaskan adanya system
manajemen dalam pengelolaan Upaya pencegahan kecelakaan kerja. Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan
yang meliputi struktur organisasi perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur
proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan pencapaian, pengkajian dan
pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian risiko
yang berkaitan dengan kegiatan kerja untuk menciptakan tempat kerja yang aman. Peraturan
Pemerintah RI No.50 tahun 2012 juga memuat uraian tentang Pedoman Penerapan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang terdiri dari: Kebijakan, Perencanaan K3,
Pelaksanaan perencanaan K3, Pemantauan dan Evaluasi kinerja K3, peninjauan dan
peningkatan kinerja K3 (Ramli, 2010; Tarwaka, 2015).
Sistem pengawasan ketenagakerjaan sudah di atur di dalam Peraturan Mentri
Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2016 Tentang Tata Cara Pengawasan
Ketenagakerjaan yang mana mengatur segala sesuatu hal yang berkaitan dengan masalah
antara pekerja/buruh dan Pengusaha. Berdasarkan Pasal 1 Ayat (1) Pengawasan
ketenagakerjaan adalah kegiatan mengawasi dan menegakkan pelaksanaan peraturan
perundang undangan di bidang ketenagakerjaan. Pengawasan ketenagakerjaan dilakukan
oleh pengawas ketenagakerjaan pemerintah, yang ditentukan oleh menteri atau pejabat
pemerintahan lainnya yang ditunjuk mewakili menteri, yang mempunyai kompetensi dan
independen guna menjamin pelaksanaan peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan,
dan Undang-undang mewajibkan unit pengawasan ketenagakerjaan di kantor pemerintah
yang bertanggung jawab atas urusan ketenagakerjaan, baik di tingkat pusat maupun
provinsi, dimana tugasnya terkait pengawasan ketenagakerjaan dilaporkan kepada menteri
yang bersangkutan. Pengawas ketenagakerjaan berkewajiban untuk merahasiakan semua
pekerjaannya yang perlu atau harus dirahasiakan, dan mampu menahan diri dari
penyelewengan kewenangan.

Permasalahan tentang Kesehatan Kerja juga di atur di dalam Peraturan Pemerintah


Republik Indonesia Nomor 88 Tahun 2019 Tentang Kesehatan Kerja di mana di dalam
peraturan pemerintah ini sangat jelas menekankan tentang bagaimana pekerja/bruh harus
diperhatikan tentang persoalan Kesehatannya, salah satu pasal yang dapat kita liat yaitu
Pasal Pasal 2 Ayat (1) Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan masyarakat bertanggung
jawab dalam penyelenggaraan Kesehatan Kerja secara terpadu, menyeluruh, dan
berkesinambungan. Ayat (2) Penyelenggaraan Kesehatan Kerja sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi upaya: pencegahan penyakit; peningkatan kesehatan; penanganan penyakit;
dan pemulihan kesehatan. Ayat (3) Upaya sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilaksanakan sesuai dengan standar Kesehatan Kerja. Ayat (4) Standar Kesehatan Kerja
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diiaksanakan dengan memperhatikan Sistem
Kesehatan Nasional dan kebijakan keselamatan dan Kesehatan Kerja nasional sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Dan Pasal 3 Ayat (1) Penyelenggaraan Kesehatan
Kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ditujukan kepada setiap orang yang berada di
Tempat Kerja. Ayat (2) Penyelenggaraan Kesehatan Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) wajib dipenuhi oleh Pengurus atau Pengelola Tempat Kerja dan Pemberi Kerja di semua
Tempat Kerja.
Dari pasal-pasal tersebut dapat kita liat bahwa pemerintah serius dalam menangani
dan memperhatikan para pekerja/buruh agar setiap pekerja selalu di lindungi dan
diperhatikan oleh para penguasa, serta pemerintah ikut serta dalam bertanggungjawab untuk
melindungi kesehatan dan keselamatan kerja dengan menghasilkan SDM yang kompeten
dalam menciptakan suatu sistem keselamatan dan kesehatan kerja dengan melibatkan unsur
manajemen, tenaga kerja, kondisi kerja dan lingkungan kerja.

Daftar Pustaka

Lili Rasjidi dan I. BWysa Putra, (1993). HukumSebagai Suatu Sistem, Bandung: Remaja
Rusdakarya

Rudi S., 2007, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Penerbit PPM,
Jakarta.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Undang-Undang. No. 1 tahun 1970. Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta:
Republik Indonesia.

Poerwanto, Helena dan Syaifullah. Hukum Perburuhan Bidang Kesehatan dan Keselamatan
Kerja. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005.

Sucipto, C.D. 2014. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Gosyen Publishing.

Undang-undang No. 13 tahun 2003, tentang Ketenagakerjaan, Jakarta: Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai