TENAGA
KERJA
Kesehatan Keselamatan
Proses
BAHAN ALAT
Lingkungan
PENGERTIAN
1. Peraturan – peraturan
yaitu peraturan perundangan yg bertalian dg sarat
sarat kerja, perencanaan, kontruksi, perawatan,
pengawasan, pengujian dan pemakaian peralatan
industri, kewajiban pengusaha dan para pekerja
pelatihan pengawasan keselamatan kerja,
pertolongan pertama pada kecelakaan dan
pemeriksaan kesehatan tenaga kerja.
2. Standarisasi
yaitu menyusun standar - standar yg bersifat
sukarela yg bertalian dg kontruksi yg aman dan
peralatan industri, hasil produksi pelindung diri, alat
pengaman.
3. Pengawasan
yaitu pengawasan terhadap pelaksanaan
peraturan perundangan undangan yg berlaku.
4. Penelitian Teknik
yaitu meliputi penelitian terhadap benda dan
karakteristik bahan - bahan berbahaya,
mempelajari pengamanan mesin, pengujian alat
pelindung diri, penyelidikan tentang desain yg
cocok untuk instalasi industri.
5. Penelitian medis
yaitu meliputi hal-hal kusus yg berkaitan dg penyakit akibat
kerja dan akibat medis terhadap manusia dan berbagai
kecelakaan kerja.
6. Penelitian Pskologis
yaitu penelitian terhadap pola pola psikologis, yg dapat
menjurus kearah kecelakaan kerja.
7. Penelitian Statistik
Menentukan kecenderungan kecelakaan yg terjadi melalui
pengamatan terhadap jumlah jenis orangnya, jenis
kecelakaan, faktor penyebab, shg dapat ditentukan pola
pencegahan kecelakaan yg serupa.
8. Pendidikan
Pemberian pengajaran dan pendidikan cara pencegahan
kerja dan teori teori keselamatan dan kesehatan kerja
sebagai mata pelajaran di sekolah sekolah tehnik dan
pusat pusat latihan kerja.
9. Training
penberian instruksi atau petunjuk petunjuk melalui
praktek kepada para pekerja mengenai cara kerja yg
aman.
10. Persuasi
menanamkan kesadaran akan pentingnya
keselamatan dan kesehatan kerja dalam upaya
untuk mencegah terjadinya kecelakan, shg
semua ketentuan keselamatan dan kesehatan
kerja dapat diikuti oleh semua tenaga kerja.
11. Asuransi
supaya pemberian insentif dalam bentuk reduksi
terhadap premi asuransi kepada perusahaan yg
melakukan usaha usaha keselamatan dan
kesehatan kerja atau yg berhasil menurunkan
tingkat kecelakaan di perusahaannya.
TUJUAN
Peraturan Pelaksanaan
• 22 Pasal
• Lampiran 1 ttg Pedoman Penerapan
SMK3
• Lampiran 2 ttg Pedoman Penilaian
Penerapan SMK3
• Lampiran 3 ttg Laporan audit SMK3
PP No. 50 Tahun 2012
Tentang Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
• Pasal 5
1) Setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 di perusahaannya
2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku bagi
perusahaan:
a. Memperkerjakan pekerja/buruh paling sedikit 100 (seratus)
orang; atau
b. Mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi
3) Ketentuan mengenai tingkat potensi bahaya tinggi sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf b sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
4) Pengusaha dalam menerapkan SMK3 wajib berpedoman pada
Peraturan Pemerintah ini dan ketentuan peraturan perundang-
undangan serta dapat memperhatikan konvensi atau standar
internasional
BAB IV
PENGAWASAN
• Pasal 18
1) Pengawasan SMK 3 dilakukan oleh pengawas
ketenagakerjaan pusat, provinsi dan/atau kabupaten/kota
sesuai dengan kewenangannya.
2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi :
a. pembangunan dan terjaminnya pelaksanaan komitmen.
b. organisasi.
c. sumber daya manusia.
d. pelaksanaan peraturan perundang-undangan bidang
K3.
e. keamanan kerja.
BAB IV
PENGAWASAN
f. pemeriksaan, pengujian, dan pengukuran
penerapan SMK3.
g. pengendalian keadaan darurat bahaya
industri.
h. pelaporan dan perbaikan keuangan, dan
i. tindak lanjut audit.
Lanjutan Pasal 190
2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berupa :
a. teguran;
b. peringatan tertulis;
c. pembatasan kegiatan usaha;
d. pembekuan kegiatan usaha;
e. pembatalan persetujuan;
f. pembatalan pendaftaran;
g. penghentian sementara sebagian atau seluruh alat produksi;
h. pencabutan ijin.
3) Ketentuan mengenai sanksi administratif sebagaimana
dimaksud ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut oleh
Menteri.
Undang-Undang No 1 tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja
BAB I – XI
Pasal 1 - 18
BAB I
TENTANG ISTILAH-ISTILAH
PASAL 1
3) “Pengusaha” ialah :
a. Orang atau badan hukum yang menjalankan sesuatu usaha
milik sendiri dan untuk keperluan itu mempergunakan
tempat kerja.
b. Orang atau badan hukum yang secara berdiri sendiri
menjalankan sesuatu usaha bukan miliknya dan untuk
keperluan itu mempergunakan tempat kerja.
c. Orang atau badan hukum yang di Indonesia mewakili orang
atau badan hukum termaksud pada (a) dan (b), jika kalau
yang mewakili berkedudukan diluar Indonesia.
PASAL 1
• Pasal 3
Untuk dapat ditunjuk sebagai ahli keselamatan dan kesehatan
kerja harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
Berpendidikan Sarjana, Sarjana muda atau Sederajat dengan
ketentuan sebagai berikut:
1. Sarjana dengan pengalaman kerja sesuai dengan bidang
keahliannya sekurang-kurangnya 2 tahun;
2. Sarjana Muda atau Sederajat dengan pengalaman kerja sesuai
dengan bidang keahlian sekurang-kurangnya 4 tahun:
a. Berbadan sehat;
b. Berkelakuan baik;
c. Bekerja penuh di instansi yang bersangkutan;
d. Lulus seleksi dari Tim Penilai
Permenaker No. 02/MEN/1992
Tentang Tata Cara Penunjukan Kewajiban dan Wewenang AK3
• Pasal 8
1) Keputusan penunjukan ahli keselamatan dan kesehatan kerja
tidak berlaku apabila yang bersangkutan:
a. Pindah tugas ke perusahaan atau instansi lain;
b. Mengundurkan diri;
c. Meninggal dunia
2) Keputusan penunjukan ahli keselamatan dan kesehatan kerja
dicabut apabila yang bersangkutan terbukti:
a. Tidak memenuhi peraturan perundang-undangan keselamatan dan
kesehatan kerja;
b. Melakukan kesalahan dan kecerobohan sehingga menimbulkan
keadaan berbahaya;
c. Dengan sengaja dan atau karena khilafannya menyebabkan
terbukanya rahasia suatu perusahaan/instansi yang karena
jabatannya wajib untuk dirahasiakan
Permenaker No. 02/MEN/1992
Tentang Tata Cara Penunjukan Kewajiban dan Wewenang AK3
• Pasal 9
1) Ahli keselamatan dan kesehatan kerja berkewajiban:
a. Membantu mengawasi pelaksanaan peraturan perundangan keselamatan dan
kesehatan kerja sesuai dengan bidang yang ditentukan dalam keputusan
penunjukannya;
b. Memberikan laporan kepada Menteri Tenaga Kerja atau Pejabat yang ditunjuk
mengenai hasil pelaksanaan tugas dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Untuk AK3 di tempat kerja satu kali dalam 3 (tiga) bulan, kecuali ditentukan
lain
2. Untuk AK3 di perusahaan yang memberikan jasa di bidang K3 setiap saat
setelah selesai melakukan kegiatannya
c. Merahasiakan segala keterangan tentang rahasia perusahaan/instansi yang
didapat berhubung dengan jabatannya.
2) Tembusan laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b ditujukan
kepada:
1. Kantor Departemen Tenaga Kerja setempat
2. Kantor Wilayah Departemen Tenaga kerja setempat
3. Direktur Bina Pengawasan Norma K3
Permenaker No. 02/MEN/1992
Tentang Tata Cara Penunjukan Kewajiban dan Wewenang AK3
• Pasal 10
1) Ahli keselamatan dan kesehatan kerja berwenang untuk:
a) Memasuki tempat kerja sesuai dengan keputusan penunjukan
penunjukan
b) Meminta keterangan dan atau informasi mengenai pelaksanaan
syarat-syarat K3 di temapat kerja sesuai dengan keputusan
penunjukannya;
c) Memonitor, memeriksa, menguji, menganalisa, mengevaluai dan
memberikan persyaratan serta pembinaan K3 yang meliputi:
1. Keadaan dan fasilitas tenaga kerja
2. Keadaan mesin-mesin, pesawat, alat-alat kerja, instalasi serta peralatan lainnya
3. Penanganan bahan-bahan
4. Proses produksi
5. Sifat Pekerjaan
6. Cara Kerja
7. Lingkungan kerja
Permenaker No. 02/MEN/1992
Tentang Tata Cara Penunjukan Kewajiban dan Wewenang AK3
• Pasal 10
2) Perincian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c dapat
dirubah sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi
3) AK3 yang ditunjuk berdasarkan UU Uap tahun 1930 dan AK3 yang
bekerja pada perusahaan yang memberikan jasa di bidang K3
dalam memberikan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) huruf c harus mendapat persetujuan Menteri atau Pejabat yang
ditunjuk.
Permenaker No. 04/MEN/1995
Tentang Perusahaan Jasa K3
• Pasal 6
Ahli K3 atau dokter pemeriksa yang bekerja pada PJK3
mempunyai tugas melakukan pemeriksaan dan pengujian
teknik atau pemeriksaan/pengujian dan atau pelayanan
kesehatan kerja sesuai dengan Keputusan penunjukannya.
BAB II
RUANG LINGKUP
Pasal 2
1) Yang diatur oleh undang-undang ini ialah keselamatan kerja dalam
segala tempat kerja, baik didarat, didalam tanah, dipermukaan air,
didalam air maupun diudara, yang berada didalam wilayah
kekuasaan hukum Republik Indonesia.
2) Ketentuan-Ketentuan dalam ayat (1) tersebut berlaku dalam tempat
kerja dimana :
a) Dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat
perkakas, peralatan atau instalasi yang berbahaya atau dapat
menimbulkan kecelakaan, kebakaran atau peledakan.
b) Dibuat, diolah, dipakai/dipergunakan, di perdagangkan, diangkut
atau disimpan bahan atau barang yang : dapat meledak, mudah
terbakar, menggigit, beracun, menimbulkan infeksi, suhu tinggi.
Pasal 2
(Ayat 2)
Pasal 7
Untuk Pengawasan berdasarkan undang-undang ini pengusaha
harus membayar retribusi menurut ketentuan-ketentuan yang
akan diatur dengan peraturan perundangan.
Pasal 8
1) Pengurus diwajibkan memeriksakan kesehatan badan, kondisi
mental dan kemampuan fisik dari tenaga kerja yang akan
diterimanya maupun akan dipindahkan sesuai dengan sifat-
sifat pekerjaan yang diberikannya padanya.
2) Pengurus diwajibkan memeriksa semua tenaga kerja yang
berada dibawah pimpinannya, secara berkala pada dokter yang
ditunjuk oleh pengusaha dan dibenarkan oleh direktur.
3) Norma-norma mengenai pengujian kesehatan ditetapkan
dengan peraturan perundangan.
(Per.Menakertrans No. 02/1980)
(Permen No. 03/1982 : Pelayanan Kesehatan)
Permenakertrans No. 02/MEN/1980
Tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam
Penyelenggaraan Keselamatan Kerja
• Pasal 3
1) Pemeriksaan kesehatan berkala dimaksudkan untuk
mempertahankan derajat kesehatan tenaga kerja
sesudah berada dalam pekerjaannya, serta menilai
kemungkinan adanya pengaruh-pengaruh dari pekerjaan
seawal mungkin yang perlu dikendalikan dengan usaha-
usaha pencegahan.
2) Semua perusahan sebagaimana dimaksudkan pasal 2
ayat (2) tersebut diatas harus melakukan pemeriksaan
kesehatan berkala bagi tenaga kerja sekurang-kurangnya
1 tahun sekali kecuali ditentukan lain oleh Direktur
Jendral Pembinaan Hubungan Perburuhan dan
Perlindungan Tenaga Kerja.
Permenakertrans No. 02/MEN/1980
Tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam
Penyelenggaraan Keselamatan Kerja
• Pasal 5
Pasal 11
1) Pengurus diwajibkan melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi
dalam tempat kerja yang dipimpinnya, pada pejabat yang
ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.
• Pasal 3
Kewajiban melaporkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)
berlaku bagi pengurus atau pengusaha yang telah dan yang belum
mengikutsertakan pekerjaannya ke dalam program Jaminan Sosial
tenaga kerja berdasarkan UU No. 3 Thn 1992
BAB VIII
KEWAJIBAN DAN HAK TENAGA KERJA
Pasal 12
Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak
tenaga kerja untuk :
a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh
pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.
b. Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan.
(Per.Menakertrans No. 08/2010)
08/2010
Permenakertrans No. 08/MEN/VII/2010
Tentang Alat Pelindung Diri
• Pasal 3
1) APD Sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 2
meliputi :
1. Pelindung kepala
2. Pelindung mata dan muka
3. Pelindung telinga
4. Pelindung pernafasan beserta perlengkapannya
5. Pelindung tangan
6. Pelindung kaki
Pasal 12
Pasal 13
Barang siapa akan memasuki sesuatu tempat kerja, diwajibkan
mentaati semua petunjuk keselamatan kerja dan memakai alat-
alat perlindungan diri yang diwajibkan.
BAB X
KEWAJIBAN PENGURUS
Pasal 14
Pengurus diwajibkan :
a. Secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang dipimpinnya,
semua syarat keselamatan kerja yang diwajibkan, sehelai undang-
undang ini dan semua peraturan pelaksanaannya yang berlaku bagi
tempat kerja yang bersangkutan, pada tempat-tempat yang mudah
dilihat dan terbaca dan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli
kesehatan kerja.
Pasal 16
Pengusaha yang mempergunakan tempat-tempat kerja yang sudah ada
pada waktu undang-undang ini mulai berlaku wajib mengusahakan
didalam satu tahun sesudah undang-undang ini mulai berlaku, untuk
memenuhi ketentuan-ketentuan menurut atau berdasarkan undang-
undang ini.
Pasal 17
Selama Peraturan perundangan untuk melaksanakan ketentuan
dalam undang-undang ini belum dikeluarkan, maka peraturan
dalam bidang keselamatan kerj yang ada pada waktu undang-
undang ini mulai berlaku, tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan undang-undang ini.
Pasal 18
Undang-undang ini disebut “Undang-undang Keselamatan Kerja”
dan mulai berlaku pada hari diundangkan. Agar supaya setiap
orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
undang-undang ini dengan penempatannya dalam lembaran
Negara Republik Indonesia.
PERATURAN PELAKSANAAN
UU No. 1 Tahun 1970
PERATURAN ORGANIK
• Secara Sektoral
• Pembidangan Teknis
PERATURAN PELAKSANAAN
UU No. 1 Tahun 1970
MGT
SDM
BAHAN
Lingkungan Kerja
AMAN Prod’s
FAKTOR
PENYEBAB
PERALATAN TEMPAT KERJA SEHAT
Sifat Pekerjaan
Proses Produksi
ANALISIS
PERATURAN PELAKSANAAN
UU No. 1 Tahun 1970
Secara Sektoral
PP No. 19/1973 - Pengaturan dan Pengawasan KK di
bidang Pertambangan (6 pasal)
PP No. 11/1979 - KK pada Pemurnian dan Pengolahan
minyak dan gas bumi (57 pasal)
Per.Menaker No. 01/1978 - KK Dalam Penebangan
dan Pengangkutan Kayu (17 pasal)
Per.Menakertrans No. 01/1980 - K3 Pada Konstruksi
Bangunan (106 pasal)
PERATURAN PELAKSANAAN
UU No. 1 Tahun 1970
Pembidangan Teknis
PP No. 7/1973 - Pengawasan Atas Peredaran,
Penyimpangan dan Penggunaan Pestisida (12 pasal)
Per.Menakertrans No. 04/1980 - Syarat-syarat
Pemasangan dan Pemeliharaan APAR (27 pasal)
Per.Menaker No. 01/1982 - Bejana Tekan (48 pasal)
Per.Menaker No. 02/1983 - Instalasi Alarm Kebakaran
Automatik (86 pasal)
Per.Menaker No. 03/1985 - K3 Pemakaian Asbes (25
pasal)
PERATURAN PELAKSANAAN
UU No. 1 Tahun 1970
Pembidangan Teknis
Per.Menaker No. 04/1985 - Pesawat Tenaga &
Produksi (147 pasal)
Per.Menaker No. 05/1985 - Pesawat Angkat & Angkut
(146 pasal)
Per.Menaker No. 02/1989 - Pengawasan Instalasi
Penyalur Petir (62 pasal)
Per.Menaker No. 03/1999 - Syarat-syarat K3 Lift untuk
pengangkutan Orang dan Barang (34 pasal)
Kep.Menakertrans No. 75/2002 - Pemberlakuan SNI
PUIL 2000 di tempat kerja (6 pasal)
PERATURAN PELAKSANAAN
UU No. 1 Tahun 1970
Pendekatan SDM
Per.Menaker No. 07/1976 - Kewajiban Latihan Hiperkes Bagi
Dokter Perusahaan (7 pasal)
Per.Menaker No. 01/1979 - Kewajiban Latihan Hygiene
Persahaan K3 bagi Paramedis Perusahaan (7 pasal)
Per.Menakertrans No. 02/1980 - Pemeriksaan Kesehatan
Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan KK (11 pasal)
Per.Menaker No. 02/1982 - Klasifikasi Juru Las (36 pasal)
Per.Menaker No. 01/1988 - Klasifikasi dan Syarat-syarat
Operator Pesawat Uap (13 pasal)
PERATURAN PELAKSANAAN
UU No. 1 Tahun 1970
Pendekatan SDM
Per.Menaker No. 02/1992 - Tata Cara Penunjukan
Kewajiban dan Wewenang Ahli K3 (14 pasal)
Kep.Menaker No. 186/1999 - Penanggulangan
Kebakaran di Tempat Kerja (17 pasal)
Per.Menakertrans No. 08/2010 - Alat Pelindung Diri
(11 pasal)
Per.Menaker No. 09/2010 - Operator dan Petugas
Pesawat Angkat dan Angkut (40 pasal)
PERATURAN PELAKSANAAN
UU No. 1 Tahun 1970