Anda di halaman 1dari 62

UTAMAKAN

KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA

UNDANG-UNDANG NO.1 TAHUN 1970

TENTANG

KESELAMATAN KERJA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

1
UTAMAKAN
KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA

LATAR BELAKANG
1. VEILIGHEIDS REGLEMENT 1910 (VR 1910, Stbl No.
406) sudah tidak sesuai lagi
2. Perlindungan tenaga kerja tidak hanya di industri/
pabrik
3. Perkembangan teknologi/ IPTEK serta kondisi dan
situasi ketenagakerjaan
4. Sifat refresif dan polisional pada VR. 1910 sudah tidak
sesuai lagi

2
PENGERTIAN
UTAMAKAN
KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA

Secara Etimologis :
Memberikan upaya perlindungan yang ditujukan agar tenaga
kerja dan orang lain di tempat kerja selalu dalam keadaan
selamat dan sehat dan agar setiap sumber produksi perlu dipakai
dan digunakan secara aman dan efisien

Secara Filosofi :
Suatu konsep berfikir dan upaya nyata untuk menjamin
kelestarian tenaga kerja dan setiap insan pada umumnya beserta
hasil karya dan budaya dalam upaya mencapai adil, makmur dan
sejahtera

Secara Keilmuan :
Suatu cabang ilmu pengetahuan dan penerapan yang
mempelajari tentang cara penanggulangan kecelakaan di tempat
kerja 3
DASAR HUKUM
UTAMAKAN
KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA

Pasal 5, 20 dan 27 ayat (2) UUD 1945

Pasal 86, 87 Paragraf 5 UU Ketenagakerjaan

UU No.1 Tahun 1970

Peraturan Pelaksanaan

Peraturan Khusus PP; Per.Men ; SE;


21/03/24 4
DASAR HUKUM
UTAMAKAN
KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA

 Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 :


Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan

 UU No.14 Tahun 1969 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Mengenai


ketenagakerjaan
Pasal 3
Tiap tenaga kerja berhak atas pekerjaan dan penghasilan yang layak bagi
kemanusiaan
Pasal 9
Tiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan,
kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan moril kerja serta perlakuan yang sesuai
dengan martabat manusia dan moral agama
Pasal 10
Pemerintah membina norma perlindunggan tenaga kerja yang meliputi norma
keselamatan kerja, norma kesehatan kerja, norma kerja, pemberian ganti
kerugian, perawatan dan rehabilitasi dalam hal kecelakaan kerja 5
Paragraf 5
UTAMAKAN
KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA
Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Pasal 86
(1) Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh
perlindungan atas :
a. keselamatan dan kesehatan kerja;
b. moral dan kesusilaan; dan
c. perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia
serta nilai-nilai agama;
(2) Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan
produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan
dan kesehatan kerja
(3) Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
dilaksanakan

6
Penjelasan
UTAMAKAN
KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA

Pasal 86
(1) Cukup jelas
(2) Upaya keselamatan dan kesehatan kerja dimaksudkan
untuk memberikan jaminan keselamatan dan
meningkatkan derajat kesehatan para pekerja/buruh
dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit
akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja,
promosi kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi.
(3) Cukup jelas

7
UTAMAKAN
KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA

Pasal 87
(1) Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang
terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan
(2) Ketentuan mengenai penerapan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan
Pemerintah

8
Penjelasan
UTAMAKAN
KESELAMATAN DAN

Pasal 87
KESEHATAN KERJA

(1) Yang dimaksud dengan sistem manajemen keselamatan


dan kesehatan kerja adalah bagian dari sistem
manajemen perusahaan secara keseluruhan yang
meliputi struktur organisasi, perencanaan, pelaksanaan,
tanggung jawab, prosedur, proses dan sumber daya
yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan,
pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan
keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka
pengendalian risiko yang berkaiatan dengan kegiatan
kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien,
dan produktif.
(2) Cukup Jelas
9
BAB XVI
UTAMAKAN
KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA Bagiaan Kedua
Sanksi Administratif

Pasal 190
(1) Menteri atau pejabat yang ditunjuk mengenai sanksi
administratif atas pelanggaran ketentuan-ketentuan
sebagaimana diatur dalam Pasal 5, Pasal 6, Pasal 15,
Pasal 25, Pasal 38 ayat (2), Pasal 45 ayat (1), pasal 47
ayat (1), Pasal 48, Pasal 87, Pasal 106, Pasal 126 ayat
(3), dan Pasal 160 ayat (1) dan ayat (2) Undang-
undang ini serta peraturan pelaksanaannya.

10
UTAMAKAN
KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA
Pasal 190
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berupa :
a. teguran;
b. peringatan tertulis;
c. pembatasan kegiatan usaha;
d. pembekuan kegiatan usaha;
e. pembatalan persetujuan;
f. pembatalan pendaftaran;
g. penghentian sementara ssebagian atau seluruh alat
produksi;
h. pencabutan ijin.
(3) Ketentuan mengenai sanksi administratif sebagaimana
dimaksud ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut oleh
Menteri
11
TUJUAN
UTAMAKAN
KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA

 Tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas


keselamatan dalam pekerjaannya
 Orang lain yang berada di tempat kerja perlu
menjamin keselamatannya
 Sumber-sumber produksi dapat dipakai secara aman
dan efisien

Untuk melaksanakan tujuan dengan


melalui :
1. Kampanye
2. Pemasyarakatan
3. Pembudayaan
4. Kesadaran dan kedisiplinan
12
RUANG LINGKUP
UTAMAKAN
KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA

 Pertimbangan dikeluarkannya

 Landasan hukum UU No. 1 Tahun 1970

 Batang Tubuh

 Penjelasan

13
UTAMAKAN
KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA

Menimbang :
a. Bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatannya
dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan dan meningkatkan produksi serta
produktifitas Nasional.

b. Bahwa setiap orang lainnya yang berada ditempat kerja perlu terjamin pula
keselamatannya ;

c. Bahwa setiap sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan secara aman dan
effisien;

d. Bahwa berhubung dengan itu perlu diadakan segala daya upaya untuk membina
norma-norma perlindungan kerja.

e. Bahwa perbinaan norma-norma itu perlu diwujudkan dalam undang-undang yang


memuat ketentuan-ketentuan umum tentang keselamatan kerja yang sesuai dengan
perkembangan masyarakat, industrialisasi, teknik dan teknologi.

14
UTAMAKAN
KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA

Mengingat :

1. Pasal-pasal 5,20 dan 27 Undang-undang Dasar 1945.

2. Pasal-pasal 9 dan 10 undang-undang No.14 tahun 1969 tentang


ketentuan-ketentuan Pokok mengenai Tenaga Kerja (Lembaran
Negara Republik Indonesia tahun 1969 Nomor 55, Tambahan
lembaran Negara nomor 2919)

Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong;

Memutuskan :

1. Mencabut veiligheidsreglement tahun 1910 (St bl. No.406);

2. Menetapkan : Undang-undang Tentang Keselamatan Kerja 15


PENGESAHAN
UTAMAKAN
KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA

TERBITAN UNDANG-UNDANG No.1 TAHUN 1970 tentang


KESELAMATAN KERJA serta TERJEMAHAN dalam BAHASA INGGRIS,
DISYAHKAN untuk DIEDARKAN dan DIPAKAI.

Jakarta, 3 Mei 1972.


DEPARTEMEN TENAGA KERJA
DIREKTORAT PEMBINAAN NORMA-NORMA
KESELAMATAN KERJA, HYGIENE
PERUSAHAAN dan KESEHATAN KERJA

DIREKTUR

Cap/ttd

(MOHAMMAD ZOER)
16
BAB I
UTAMAKAN

TENTANG ISTILAH-ISTILAH
KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA

Pasal 1.

Dalam undang-undang ini yang dimaksudkan dengan :


1. …tempat kerja” ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka,
bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau sering dimasuki kerja
untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber-sumber bahaya
sebagaimana diperinci dalam pasal 2; termasuk tempat kerja ialah semua
ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian
atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut ;

17
UTAMAKAN
KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA

2. …pengurus” ialah orang yang mempunyai tugas pemimpin langsung


sesuatu tempat kerja atau bagiannyayang berdiri sendiri; …tempat
kerja” ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka,
bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau sering
dimasuki kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat
sumber-sumber bahaya sebagaimana diperinci dalam pasal 2;
termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman
dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang
berhubungan dengan tempat kerja tersebut ;

3. …pengurus” ialah orang yang mempunyai tugas pemimpin langsung


sesuatu tempat kerja atau bagiannyayang berdiri sendiri;
18
UTAMAKAN
KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA

3. …pengusaha ialah ;

a. Orang atau badan hukum yang menjalankan sesuatu usaha miliki sendiri untuk
keperluan itu menggunakan tempat kerja;

b. Orang atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalan sesuatu usaha
bukan miliknya untuk keperluan itu mempergunakan tempat kerja.

c. Orang atau badan hukum yang di Indonesia mewakili berkedudukan diluar


Indonesia.

4. …direktur” ialah pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk melaksanakan
undang-undang ini.

5. …pegawai pengawas” ialah pegawai tehnis berkeahlian khusus dari Departemen


Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja;

6. …Ahli keselamatan kerja” ialah tenaga kerja tehnis berkeahlian khusus dari luar
Departemen Tenaga Kerja yang ditujuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk mengawasi
ditaatinya Undang-undang ini. 19
BAB II
RUANG LINGKUP
UTAMAKAN
KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA

Pasal 2
1. Yang diatur oleh Undang-undang ini ialah keselamatan
kerja dalam segala tempat kerja, baik didarat, didalam
tanah, dipermukaan air, dan dalam air maupun diudara,
yang berada di wilayah kekuasaaan Hukum Republik
Indonesia;

2. Ketentuan-ketentuan dalam ayat (1) tersebut berlaku


dalam tempat kerja dimana:
20
UTAMAKAN
KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA

a. Dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat perkakas,


peralatan atau instalasi yang berbahaya atau dapat menimbulkan
kecelakaan, kebakaran, atau peledakan.

b. Dibuat, diolah, dipakai dipergunakan, di-perdagangkan, diangkut atau


disimpan, bahan atau barang yang; dapat meledak, mudah terbakar,
menggigit, beracun, menimbulkan insfeksi, bersuhu tinggi;

c. Dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau


pembokaran rumah, gedung atau bangunan lainnya termasuk bangunan
pengairan, saluran atau terowongan dibawah tanah dan sebagainya atau
dimana dilakukan pekerjaan persiaapan;dilakukan usaha; pertanian,
perkebunan, pembuakaan tanah, pengerjaan tanah, pengolahan kayu
atau hasil hutan lainnya, peternakan, perikanan dan lapangan kesehatan;
21
UTAMAKAN
KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA

d. Dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan; emas, perak atau bijih


logamlainnya, batu-batuan, gas, minyak, atau mineral lainnya, baik
dipermukaan atau didalam bumi, maupun didasar perairan;

e. Dilakukan pengangkutan barang, binatang atau manusia, baik didaratan,


melalaui terowonagn, dipermukaan air, dalam air maupun udara;

f. Dikerjakan bongkar muat barang muatan di-kapal, perahu, dermaga, dok,


station atau gudang.

g. Dilakukan penyelaman, pengambilan benda dan pekerjaan lain di dalam


air;

h. Dilakukan pekerjaan dalam ketinggian diatas permukaan tanah atau


perairan;

i. Dilakukan pekerjaan dalam ketinggian diatas permukaan tanah atau


perairan; 22
UTAMAKAN
KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA

j. Dilakukan pekerjaan dibawah tekanan udara atau suhu yang tinggi atau
rendah;

k. Dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah, kejatuhan,


terkena pelantingan benda, terjatuh dan terperosok, hanyut atau
terpelanting;

l. Dilakukan pekerjaan dalam tangki, sumur atau lubang;

m. Terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, debu, kotoran, api, asap, gas,
hembusan angin, cuaca, sinar, atau radiasi, suara atau getaran.

n. Dilakukan pembuangan atau pemusnahan sampah atau timah.

o. Dilakukan pemancaran, penyiaran, atau penerima radio, radar, televisi, atau


telepon;

p. Dilakukan pendidikan, pembinaan, percobaan, penyelidikan atau riset


23
(penelitian) yang menggunakan alat tehnis.
UTAMAKAN
KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA

q. Dibangkitkan, dirubah, dikumpulkan, disim-pan, dibagi-bagikan atau


disalurkan listrik, gas, minyak, atau air;
r. Diputar film, dipertunjukan sandiwara atau diselenggarakan reaksi
lainnya yang memakai peralatan, instalasi listrik atau mekanik.

3. Dengan peraturan perundangan dapat ditunjuk sebagai temapat kerja


ruangan-ruangan atau lapangan-lapangan lainnya yang dapat membahayakan
keselamatan atau kesehatan yang berada di ruangan atau lapangan itu dan
dapat dirubah perincian tersebut dalam ayat (2).

24
RUANG LINGKUP
UU NO.1 TAHUN 1970
UTAMAKAN
KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA

PELAKSANAAN UU No. 1 Tahun 1970,


DITENTUKAN OLEH 3 (TIGA) UNSUR :

1. TEMPAT KERJA
~ DIGUNAKAN UNTUK SUATU USAHA

2. TENAGA KERJA
~ MELAKUKAN PEKERJAAN

3. SUMBER BAHAYA
~ BERPOTENSI SEBAGAI PENYEBAB
KECELAKAAN
25
UTAMAKAN
KESELAMATAN DAN
SUMBER BAHAYA DI TEMPAT KERJA
KESEHATAN KERJA

Menurut UU 1 th. 1970 :

1. KONDISI MESIN/PESAWAT/ALAT KERJA/BAHAN


2. LINGKUNGAN KERJA
3. SIFAT PEKERJAAN
4. CARA KERJA
5. PROSES PRODUKSI

26
BAB III
UTAMAKAN
KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA
SYARAT-SYARAT KESELAMATAN KERJA
Pasal 3
(1) Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat
keselamat kerja untuk;

a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan;

b. Mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran;

c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;

d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada


waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya.

e. Memberi pertolongan pada kecelakaan.

f. Memberi alat-alat perlindungan dari pada pekerja;


27
UTAMAKAN
KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA

g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya


suhu, kelembaban, debu kotoran, asap, uap, gas, hembusan
angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran;

h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja


baik physik maupun psychis, peracunan, infeksi, dan penu-laran;

i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;

j. Menyelenggarakan suhu dan lembah udara yang baik;

k. Menyelanggarakan penyegaran udara yang cukup;

l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;

m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja,


lingkungan cara dan proses kerjanya. 28
UTAMAKAN
KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA

n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang,


tanaman atau barang;

o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bengunan.

p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat,


perlakuan dan penyimpanan barang;

q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;

r. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengaman pada pekerjaan


yang bahaya pekerjaannya menjadi bertambah tinggi;
(2) Dengan peraturan perundanagn dapat dirubah perincian seperti
tersebut dalam ayat (1) sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, tehnik dan technologi serta pendapatan-pendapatan
29
baru dikemudian hari.
SYARAT-SYARAT K3
UTAMAKAN
KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA

TUJUAN :
1. Menghindarkan risiko (Avoiding of Risk)
2. Mencegah kecelakaan kerja
(Preventing of Accident)
3. Mengurangi Konsekuensi/ akibat yang ditimbulkan
oleh kecelakaan kerja (Mitigating of
Consequency)

30
SYARAT-SYARAT K3
UTAMAKAN
KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA

DITETAPKAN MELALUI :

1. PENDEKATAN TEKNIS (Technical


Approach)
2. PENDEKATAN PROSEDUR (Procedural
Approach)
3. PENDEKATAN FAKTOR MANUSIA
(Human Approach)

31
SYARAT-SYARAT K3
UTAMAKAN
KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA

Mencegah dan mengurangi kecelakaan


Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan
Menyelamatkan diri pada waktu kebakaran dan kejadian
lain yang berbahaya
Memberikan P3K
Menyediakan APD
Mencegah dan mengendalikan timbulnya PAK
Mencegah dan mengendalikan timbul dan
menyebarluasnya suhu,kelembaban,debu,asap,uap,
gas,radiasi, suara dan getaran

32
UTAMAKAN
KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA
SYARAT-SYARAT K3
(lanjutan)

Penerangan yang memenuhi syarat


Iklim kerja
Ventilasi Ruangan Kerja
Kebersihan ruangan kerja
Ergonomi
Listrik
Penyimpanan dan penanganan bahan berbahaya
Pemeliharaan Bangunan

33
SYARAT-SYARAT K3
UTAMAKAN
KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA

1. DISESUAIKAN DENGAN PERKEMBANGAN ILMU


PENGETAHUAN DAN TEHNOLOGI

2. DITETAPKAN DENGAN PERATURAN PERUNDANGAN

34
UTAMAKAN
KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA
Pasal 4
(1) Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja
dalam perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan,
pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan
bahan, barang, produk tehnis, dan aparat produksi yang mengandung dan
dapat menimbulkan dan bahaya kecelakaan.

(2) Syarat-syarat tersebut memuat prinsip-prinsip tehnis ilmiah menjadi suatu


kumpulan ketentuan yang disusun secara teratur, jelas dan praktis yang
mencakup bidang konstruksi, bahan, pengolahan dan pembuatan,
perlengkapan alat-alat perlindungan, pengujian, dan pengesahan,
pengepakan atau pembukusan, pemberian tanda-tanda pengenal atas
bahan, barang, produk tehnis dan aparat produksi guna menjamin
keselamatan barang –barang itu sendiri, keselamat tenaga kerja yang
melakukannya dengan keselamatan umum. 35
UTAMAKAN
KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA

(3) Dengan peraturan perundangan dapat dirubah perincian seperti tersebut


dalam ayat (1) dan (2) ; denagn peraturan perundangan ditetapkan
siapa yang berkewajiban memenuhi dan mentaati syarat - syarat
keselamatan tersebut.

36
UTAMAKAN
KESELAMATAN DAN
BAB IV
KESEHATAN KERJA

PENGAWASAN
Pasal 5

(1) Direktur melakukan pelaksanaan umum terhadap undang-undang


ini, sedangkan para pegawai pengawas dan ahli keselamatan kerja
ditugaskan menjalankan pengawasan langsung terhadap
ditaatinya Undang-undang ini dan membantu pelaksanaannya.
(2) Wewenang dan kewajiban direktur, pegawai pengawas dan ahli
keselamatan kerja dalam melaksanakan Undang-undang ini.

37
UTAMAKAN
KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA

PENGAWASAN PELAKSANAAN UU 1 /1970

Dilakukakan oleh :

1. PEGAWAI PENGAWAS (DEPNAKER)

2. AHLI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


( PERUSAHAAN YBS)

38
UTAMAKAN
Pasal 6
KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA

(1) Barang siapa yang tidak dapat menerima keputusan direktur dapat
mengajukan permohonan banding kepada panitia banding.

(2) Tata cara permohonan banding menerima, susunan panitia Banding,


tugas Panitia Banding dan lainnya ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja.

(3) Keputusan Panitia banding tidak dapat disbanding lagi.

Pasal 7
Untuk pengawasan berdasarkan Undang-undang ini pengusaha harus
membayar retribusi menurut ketentuan-ketentuan yang akan diatur
dengan peraturan perundangan.
39
UTAMAKAN
KESELAMATAN DAN
Pasal 8
KESEHATAN KERJA

(1) Pengurus diwajibkan memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan


kemampuan fisik dari tenaga kerja yang akan diterimanya maupun akan
dipindahkan sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan yang diberikan kepadanya.

(2) Pengurus diwajibkan memeriksa semua tenaga kerja yang berada dibawah
pimpinannya, secara berkala pada dokter yang ditunjuk oleh Pengusaha
dan dibenarkan oleh Direktur.

(3) Norma-norma mengenai pengujian kesehatan ditetapkan dengan peraturan


perundangan.

40
BAB V
UTAMAKAN
KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA
PEMBINAAN
Pasal 9

(1) Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga


kerja baru tentang :

a. Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat timbul dalam


tempat kerjanya.

b. Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan


dalam tempat kerjanya.

c. Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan;

d. Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannnya.

41
UTAMAKAN
KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA

(2) Pengurus hanya dapat memperkerjakan tenaga kerja yang


bersangkutan setelah ia yakin bahwa tenaga kerja tersebut telah
memahami syarat-syarat tersebut diatas.

(3) Pengurus diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi semua


tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya, dalam
pencegahan kecelakaan dan pemberantasan kebakaran serta
peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja, pula dalam
pemberian pertolongan pertama pada kecelakaan.

(4) Pengurus diwajibkan memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat


dan ketentuan-ketentuan yang berlaku bagi usaha dan tempat
kerja yang dijalankannya.
42
UTAMAKAN
BAB VI
KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA

PANITIA PEMBINA KESELAMATAN


KESEHATAN KERJA
Pasal 10

(1) Menteri Tenaga Kerja berwenang membentuk Panitia Keselamatan dan


Kesehatan Kerja guna memperkembangkan kerja sama, saling pengertian
dan partisipasi efektif dari pengusaha atau pengurus dan tenaga kerja
dalam tempat-tempat kerja untuk melaksanakan tuas dan kewajiban
bersama dibidang keselamatan dan kesehatan kerja, dalam rangka
memperlancar usaha produksi.

(2) Susunan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja, tugas dan
lain-lainnya ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja.
43
BAB VII
UTAMAKAN
KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA
KECELAKAAN
Pasal 11
(1) Pengurus diwajibkan melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi dalam
tempat kerja yang dipimpinnya, pada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri
Tenaga Kerja.

(2) Tata cara pelaporan dan pemeriksaan oleh pegawai termaksud dalam
ayat (1) diatur dengan peraturan perundangan.

BAB VIII
KEWAJIBAN DAN HAK TENAGA KERJA

Pasal 12
Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak tenaga kerja
untuk :
44
UTAMAKAN
KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA

a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas -


pengawas atau ahli keselamatan kerja;

b. Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan

C. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan


kerja yang diwajibkan

d. Meminta kepada pengurus agar dilaksanakan semua syarat-syarat


keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan.

e. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan dimana syarat keselamatan


dan kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan
diragukan olehnya kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan lain oleh
pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih dapat
dipertanggungjawabkan.
45
KEWAJIBAN DAN HAK
UTAMAKAN
KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA

TENAGA KERJA (I)

1. MEMBERIKAN KETERANGAN YANG BENAR BILA


DIMINTA OLEH PEGAWAI PENGAWAS DAN
AHLI K3 (ps.12)
2. MEMAKAI ALAT PELINDUNG DIRI YANG
DIWAJIBKAN (ps.12)
3. MEMENUHI DAN MENTAATI SEMUA SYARAT K3
YANG DIWAJIBKAN (ps.12)

46
UTAMAKAN
KESELAMATAN DAN
KEWAJIBAN DAN HAK
TENAGA KERJA (II)
KESEHATAN KERJA

4. MEMINTA PENGURUS MENTAATI SEMUA


SYARAT K3 YANG DIWAJIBKAN (ps.12)

5. MENYATAKAN KEBERATAN KERJA APABILA


SYARAT K3 DAN APD YANG DIWAJIBKAN
DIRAGUKAN (ps.12)

47
UTAMAKAN

BAB IX
KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA

KEWAJIBAN BILA MEMASUKI TEMPAT KERJA

Pasal 13

Barang siapa akan memasuki sesuatu tempat


kerja, diwajibkan mentaati semua petunjuk
keselamatan kerja dan memakai alat-alat
perlindungan diri yang diwajibkan.

48
UTAMAKAN
KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA

KEWAJIBAN BILA MEMASUKI TEMPAT KERJA

1. MENTAATI SEMUA PETUNJUK K3 YANG


DIWAJIBKAN (ps.13)

2. MEMAKAI ALAT PELINDUNG DIRI YANG


DIWAJIBKAN (ps.13)

49
BAB X
KEWAJIBAN PENGURUS
Pasal 14
UTAMAKAN
KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA

Pengurus diwajibkan :

a. Secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua syarat
keselamatan kerja yang diwajibkan, sehelai undang-undang ini dan semua peraturan
pelaksanaannya yang berlaku bagi tempat kerja yang bersangkutan, pada tempat-
tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli
keselamatan kerja ;

b. Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja
yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang
mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan
kerja;

c. Menyediakan secara Cuma-Cuma, semua alat perlindungan diri diwajibkan pada tenaga
kerja yang berada dibawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang
memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan
menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli-ahli keselamatan kerja.
50
KEWAJIBAN
UTAMAKAN
KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA PENGURUS PERUSAHAAN (I)

1. MEMBAYAR RETRIBUSI PENGAWASAN (ps.7)


2. MERIKSAKAN KESEHATAN BADAN, KONDISI
MENTAL DAN KEMAMPUAN FISIK TENAGA KERJA
(ps.8)
3. MENUNJUKKAN DAN MENJELASKAN KEPADA
SETIAP TENAGA KERJA BARU TENTANG (ps.9) :
Kondisi dan bahaya di tempat kerja
Alat pengaman/pelindung yang diharuskan di tempat
kerja
Alat Pelindung Diri
Cara dan sikap kerja yang aman
51
KEWAJIBAN
PENGURUS PERUSAHAAN (II)
UTAMAKAN
KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA

4. HANYA MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA YANG


MEMAHAMI SYARAT K3 (ps.9)
5. MENYELENGGARAKAN PEMBINAAN K3 (ps.9)
6. MENTAATI SEMUA SYARAT-SYARAT DAN
KETENTUAN K3 YANG BERLAKU (ps.9)
7. MEMBENTUK P2K3 (ps.10)
8. MELAPORKAN SETIAP KEJADIAN KECELAKAAN
KERJA (ps.11)

52
KEWAJIBAN
PENGURUS PERUSAHAAN (III)
UTAMAKAN
KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA

9. MENEMPATKAN SECARA TERTULIS UU/ SYARAT-


SYARAT K3 PADA TEMPAT YANG MUDAH
DILIHAT (ps14)
10. MEMASANG GAMBAR/ POSTER K3 (ps.14)
11. MENYEDIAKAN ALAT PELINDUNG DIRI SECARA
CUMA-CUMA (ps.14)

53
BAB XI
UTAMAKAN
KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA KETENTUAN-KETENTUAN PENUTUP
Pasal 15

(1) Pelaksanaan ketentuan tersebut pada pasal-pasal diatas diatur lebih lanjut dengan

peraturan perundangan.

(2) Peraturan perundangan tersebut pada ayat (1) dapat memberikan ancaman pidana
atas pelanggaran peraturannya dengan hukuman kurungan selama-lamanya 3
(tiga) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp. 100.000,- (seratus ribu rupiah).

(3) Tindak pidana tersebut adalah pelanggaran

54
ANCAMAN PIDANA
ATAS PELANGGARAN
UTAMAKAN
KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA

1. HUKUMAN KURUNGAN (ps.15)

2. DENDA (ps.15)

55
UTAMAKAN
KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA

SANKSI ADMINISTRASI ATAS PELANGGARAN


a. Teguran
b. Peringatan tertulis
c. Pembatasan kegiatan usaha
d. Pembekuan kegiatan usaha
e. Pembatalan persetujuan
f. Pembatalan pendaftaran
g. Penghentian sementara sebagian atau
seluruh alat produksi
h. Pencabutan ijin

56
UTAMAKAN
KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA

Pasal 16

Pengusaha yang mempergunakan tempat-tempat kerja


yang sudah ada pada waktu undang-undang ini mulai
berlaku wajib mengusahakan didalam satu tahun sesudah
undang-undang ini mulai berlaku, untuk memenuhi
ketentuan-ketentuan menurut atau berdasarkan undang-
undang ini.

57
UTAMAKAN
KESELAMATAN DAN
Pasal 17
KESEHATAN KERJA

Selama peraturan perundangan untuk melaksanakan ketentuan dalam


undang-undang ini belum dikeluarkan, maka peraturan dalam bidang
keselamatan kerja yang ada pada waktu undang-undang ini mulai berlaku,
tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang ini.

Pasal 18

Undang-undang ini disebut “Undang-undang keselamatan kerja” dan


mulai berlaku pada hari diundangkan. Agar supaya setiap orang dapat
mengetahuinya, memerintahkan pengundangan undang-undang ini
dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
58
Disahkan di Jakarta
Pada tanggal 12 Januari 1970
UTAMAKAN
KESELAMATAN DAN
Presiden Republik Indonesia
KESEHATAN KERJA

Ttd

SOEHARTO
Jenderal T.N.I

Diundangkan di Jakarta
Pada tanggal 12 Januari 1970
Sekretaris Negara Republik Indonesia

Ttd

ALAMSJAH
Mayor Jenderal T.N.I
Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1970 Nomor 1

59
PERAN K3
DALAM PERUSAHAAN
UTAMAKAN
KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA

Sebagai LOSS CONTROL untuk mengendalikan


kerugian dan effisiensi
Sebagai COMPLIANCE AGENT untuk meyakinkan
terpenuhinya norma-norma dan peraturan K3 dalam
perusahaan
Sebagai ADVISORY BODY terhadap unit
usaha/karyawan dalam penerapan K3
Sebagai MANAGEMENT TOOLS dalam menjalankan
fungsi kontrolnya dalam aspek K3

60
Peraturan-peraturan yang mengatur standar
UTAMAKAN
kompetensi K3 :
KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA

1. Undang-undang No. 1 tahun 1970


2. Undang-undang Uap dan Peraturan Uap 1930
3. Permen No. 01/Men/1976 tentang Wajib Latihan Hyperkes bagi Dokter
Perusahaan.
4. Permen No. 03/Men/1978 tentang Penunjukan dan Wewenang serta
Kewajiban Pegawai Pengawas Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
5. Permen No. 01/Men/1979 tentang Wajib Latihan Hyperkes bagi Para Medis
Perusahaan.
6. Permen No. 02/Men/1982 tentang Klasifikasi Juru Las.
7. Permen No. 03/Men/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja.
8. Permen No. 04/Men/1987 tentang P2K3.
9. Permen No. 01 / Men / 1988 tentang Klasifikasi dan Syarat-syarat Operator
Pesawat Uap.
10. Permen No. 01 / Men / 1989 tentang Klasifikasi dan Syarat-syarat Operator
Keran Angkat.
11. Permen No. 02/Men/1992 tentang Tata Cara Penunjukan Kewajiban dan
Wewenang Ahli K3.
12. Permen No. 04/Men/1995 tentang Perusahaan Jasa K3.
13. Permen No. 05/Men/1996 tentang Sistem Manajemen K3.
14. Permen No. 03/Men/1999 tentang Pengawasan Lift Listrik.
15. Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. Kep. 186/Men/1999 tentang Unit
Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja. 61
UTAMAKAN
KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA

62

Anda mungkin juga menyukai