Anda di halaman 1dari 8

Materi I

Dasar-dasar k3
Prinsip k3 adalah pasti tanpa toleransi tanpa kompromi dengan kondisi dengan hal terbaik
dan dapat terukur artinya sefty itu hal yang pasti.

5 manfaat sefty k3 di perusahan

1. Patuh terhadap uu dalam skala local, nasional dan internasional


2. Perusahan bisa ikut tender
3. Perusahan tumbuh dan berkembang
4. Di perusahan ada orng yang meminets
5. Mengangkat nama baik perusahan

Pengertian k3 adalah segala daya dan upaya untuk menciptakan tempat kerja yg
aman,nyaman produktif tidak terjadi insiden, tidak terjadi penyakit akibat bekerja ,pencemaran
lingkungan ketika melalukan produksi barang dan jasa.

Fatality tidak terhindarkan/tidak tertolong

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA

Pasal 1

ayat 6 ahli keselamatan kerja" ialah tenaga teknis berkeahlian khusus dari luar Departemen Tenaga
Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk mengawasi ditaatinya Undang-undang ini.

Pasal 9

1. Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang :
a. Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat timbul dalam tempat kerja;
b. Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan dalam tempat kerja;
c. Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan;
d. Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya.
2. Pengurus hanya dapat mempekerjakan tenaga kerja yang bersangkutan setelah ia yakin
bahwa tenaga kerja tersebut telah memahami syarat-syarat tersebut di atas.
3. Pengurus diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja yang berada di
bawah pimpinannya, dalam pencegahan kecelakaan dan pemberantasan kebakaran serta
peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja, pula dalam pemberian pertolongan pertama
pada kecelakaan.
4. Pengurus diwajibkan memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat dan ketentuanketentuan
yang berlaku bagi usaha dan tempat kerja yang dijalankan.

Tugas ahli k3 umum menurut sirker (PDCA)plan do cek act

1. Merencanakan k3 di tempat kerja


2. Mengorganisasikan potensi resiko k3 di tempat kerja
3. Memimpin pelaksanaan k3 di tempat kerja
4. Mengawasi pelaksanaan k3 di tempat kerja
5. Mengaudit internal k3 di tempat kerja
6. Melaporkan kegiatan k3 kepada kemenaker ri setiap 3 bulan
Audit k3 adalah proses mencari fakta data bukti pelaksanaan k3 terbaik sesuai standard kriteria susai
standard yg di tentukan.

Investigasi mencari penyebab peristiwa

Tidak lanjut peristiwa k3 ada 3

1. Ringan = melakukan perbaikan


2. Menengah = keputusan baru
3. Berat= menyelesaikan hak dan kewajiban

Ahli k3 umum adalah orang penting

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

Pasal 35

(1) Pemberi kerja yang memerlukan tenaga kerja dapat merekrut sendiri tenaga kerja yang
dibutuhkan atau melalui pelaksana penempatan tenaga kerja.

(2) Pelaksana penempatan tenaga kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib memberikan
perlindu ngan sejak rekrutmen sampai penempatan tenaga kerja

(3) Pemberi kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dalam mempekerjakan tenaga kerja wajib
memberi kan perlindungan yang mencakup kesejahteraan, keselamatan, dan kesehatan baik mental
maupun fisik tenaga kerja.

Pasal 86

(1) Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas :

a. keselamatan dan kesehatan kerja;

b. moral dan kesusilaan; dan

c. perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama.

(2) Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal
diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja. (3) Perlindungan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang
berlaku.

Pasal 87

(1) Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang
terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan.
(2) Ketentuan mengenai penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 190

(1) Menteri atau pejabat yang ditunjuk mengenakan sanksi administratif atas pelanggaran
ketentuanketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 5, Pasal 6, Pasal 15, Pasal 25, Pasal 38 ayat (2),
Pasal 45 ayat (1), Pasal 47 ayat (1), Pasal 48, Pasal 87, Pasal 106, Pasal 126 ayat (3), dan Pasal 160
ayat (1) dan ayat (2) Undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya.

(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berupa :

a. teguran;

b. peringatan tertulis;

c. pembatasan kegiatan usaha;

d. pembekuan kegiatan usaha;

e. pembatalan persetujuan;

f. pembatalan pendaftaran;

g. penghentian sementara sebagian atau seluruh alat produksi;

h. pencabutan ijin.

Yang menyalamat kita dari incident yaitu diri kita sendri dalam wujud tanggung jawab diri sendiri

Sefty culture/budaya k3 tata nilai yang ada pada invidu , yang tampa di perintah , tanpa di
awasi selalu menerapkan melakukan prinsip k3 secara baik dan benar ketika proses produksi
barang dan jasa.
Korporaite culture adalah Tata nilai yang ada pada setiap invidu yang tanpa di perintah ,
tanpa di awasi, yang selalu di lakukan membuat sesuatu yang terbaik bagi perusahan.
MATERI II
KELEMBAGAAN DAN KEAHLIAN K3
1. Panitia pembinaan keselamatan kerja (P2K3)
2. Ahli keselamatan dan kesehatan kerja
3. Perusahan jasa k3
4. Dewan k3 Nasional (DK3N)
Asosiasi ahli keselamatan dan kesehatan kerja (P2K3)
Asosiasi ahli k3 kontruksi (A2K4)
Ikatan ahli keselamatan dan kesehatan kerja(IAKN)

Uu RI no 13 tahun 2003
Uu no 1 tahun 1970
Perpres no 7 tahun 2019
Perpu no 50 tahun 2015
Kemenaker no 02 tahun 1980
Kemenaker no 02 tahun 1992
Kemenaker 03 tahun 1998
Kemenaker 04 tahun 1987
MATERI III
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1970
TENTANG KESELAMATAN KERJA
Uu no 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja dalam rangka pembinaan kepada
tenaga kerja ialah satu kewajiban pengurus antara lain menunjukan dan menjelaskan kondisi
dan bahaya yang dapat timbul ditempat kerja kepada tenaga kerja baru.
Di dalam ruang lingkup proyek pengawasan k3 berdasarkan uu no 01 tahun 1970
tentang keselamatan kerja adalah tempat kerja
Pasal 11 uu no 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja yaitu pengurus diwajibkan
melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi di tempat kerja yang di pimpinnya, pada pejabat
menteri tenaga kerja.
“pengurus” berdasarkan uu no 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja yaitu orang
yang memimpin langssung suatu tempat kerja.
Pasal 13 uu no 1 tahun 1970 menyatakan barang siapa akan memasuki suatu tempat
kerja, di wajibkan menaati semua petunjuk keselamatan kerja dan memakai alat pelindung
diri yang di wajibkan ketentuan ini mengikat kepada setiap orang baik yang bersangkuutan
dengan pekerjaan di tempat kerja.
Pasal 14 uu no 1 tahun 1970 yang berkewajiban bagi perusahan yaituu menyediakan
alat pelindung diri, memasang gambar posterk3 di tempat kerja, menempatkan semua
syarat2 k3 dan lembaran uu no 1 tahun 1970 di tempat kerja.
Pada pasal 86 uu no 13 tahun 2003 ayat 1 menyatakan; setiap pekerja/buruh
mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatn kerja,
penghidupan yang layak, perlakuan yang sesuai dengan hasrat dan martabat manusia serta
nilai-nilai agama.
Pendekatan dalam pelaksanaan k3 dapat dipandang dari sudut ekonomi, moralitas,
dan legalitas
Prinsip k3 yaitu k3 adalah tanggung jawab HSE di perusahan, manajemen harus
menetapkan kebijakan, menyiapkan sarana prasarana & menjamin sepenuhnya penerapan
k3 perusahaan, k3 bagian intergral dari budaya, nilai dan operasi perusahaan.
Uu no 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja sangsi pelanggaran keselamatan kerja
yaitu rp. 10.000,- atau 3 bulan kurungan penjara.
Kewajiban pengurus sesuai uu no 1 tahun 1970 yaitu menjelaskan kondisi2 dan
bahaya2 serta dapat timbul dalam tempat kerjanya
Kewajiban tenaga kerja sebagaimana di atur dalam no 1 tahun 1970 yaitu memenuhi
dan menaati semua syarat2 keselamatan dan kesehatan kerja yang di wajibkan.
Menurut undang2 no 1 tahun 1970 siapa yang berwenang menjadi pengawas yaitu
pegawai teknis berkeahlian khusus dari disnaker

KEBIJAKAN K3
K3 sifatnya universal
Pasal 27 ayat uud 1945 yaitu tiap2 warga Negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan
Konvensi ILO No. 81 Than 1947 mengenai pengawasan dalam indsutri dan perdagangan .
Uu no. 21 tahun 2003 tentang pengesahan konvensi ILO No. 81.

Sejarah peraturan peruundang undangan k3


Veiligheids reglement th 1910-1970 sifat; Repressive
12 januari 1970 uu no 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja sifat preventive (pembinaan)
1910 dengan di keluarkan uu kesalamatan kerja , berkaitan era revolusi di eropa , industry
paling banyak di Indonesia yaitu pabrik gula. 1910-1930 masi marak pendirian pabrik gula

Landasan hokum
MATERI IV
PENGAWASAN K3 PENANGGLANGAN KEBAKARAN
Pemasangan tabung apar di setiap tempat kerja
P2K3 bertanggung jawab menangguulangi adanya kebakaran dll uu no 1 tahun 1970.
Kebakaran 20% kasuus habis total, 67% akibat listrik
Yaitu : pembebanan lebih, sambungan tidak semprna , pembatasan listrik tidak sesuai,
sambaran petir.

K3 segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan


tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
1. Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan orang lain di tempat
kerja
2. Menjamin setiap suumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien.
3. Meningkatkan kesejahtraan dan menjamin proses produksi berjalan lancer untuk
mendorong produktifitas.
Kepnaker no kep 186/men/1999 tentang uunit penangguulangan kebakaran di tempat
kerja. Pasal 2 ayat 1 dan ayat 2 mewajibkan kepada pengurus/pengusaha untuuk mencegah,
mengurangi dan memadamkan kebakaran, melalui :
a. Pengendalian setiap bentk energy
b. Penyedian sarana deteksi, alaram, pemadam kebakran dan sarana evakuasi
c. Pengendalian penyeabaran asap, panas dan gas
d. Pembentukan unit penanggulangan kebakaran di tempat kerja
e. Penyelenggaraan latihan gladi penanggulangan kebakaran secara berkala
f. Memiliki bk rencana penanggulangan keadaan darurat kebakran bagi tempat kerja
yang memperkerjakan lebih dari 50 orang tenaga kerja dan ata tempat kerja yang
berpotensi bahaya bahaya sedang dan berat.
Klasifikasi hunian fire hazard
Hunian bahaya kebakaran ringan
Hunian bahaya kebakaran sedang
Hunian bahaya kebakaran berat
Parameter
1. Jenis hunian (pabrik, perkantoran, hotel, ruumah sakit, mall, dll)
2. Tinggi bangunan
3. Bahan konstruksi (primer-sekunder)
4. Sifat dan jumlah penghuni
Di tempat kerja
Klasifikasi
Bahaya kebakaran ringan
tempat kerja yang mempuunyai jumlah dan kemudahan terbakar rendah, dan apabila
terjadi kebakran melepaskan panas rendah sehingga menjalannya api lambat.
Jenis tempat kerja
1. Tempat ibadah
2. Gudang/ruang perkantoran
3. Ruuang pendidikan
4. Perumahan
5. Perawatan
6. restoran

bahaya kebakaran sedang


tempat kebakaran sedang tempat yang mempnyai jmlah dan kemdahan terbakar
sedang , menimbun bahan dengn tinggi tidak lebih dari 2.5 meter dan apabila terjadi
kebakaran melepaskan panas sedang
jenis pekerjaan
1. tempat parker
2. pabrik elektronika
3. pabrik roti
4. pabrik barang gelas
5. pabrik minuman
6. pabrik susuu

standard kompetensi
kepmennaker no 186/1999

tk. Dasar I = peran kebakaran unit(25 orang minimal 2 orang pembinaan 25 jp)
tk dasar II = regu penanggulangan kebakaran (minimal 5 orang : 1 regu pembinaan 60 jp)
tk ahli pratama = coordinator unit penanggulangan kebakaran (100 tk 1 b : pembinaan 60 jp)
tk ahli madya= penangguung jawab teknik k3 penangguulangan kebakaran (300 tk-1A :
pembinaan 60 jp)

Anda mungkin juga menyukai