Anda di halaman 1dari 4

NAMA: CHAIRANI ASMA HASIBUAN

NIM: 227032022

UJIAN MID SEMESTER MK KEBIJAKAN K3


MINAT KESEHATAN KERJA PRODI S-2 IKM FKM USU
SABTU, 8 APRIL 2023, WAKTU UJIAN: 08.30-09.45 (75 MENIT), ONLINE
================================================================

Jawablah pertanyaan berikut:

1. Jelaskan secara singkat sejarah ditetapkannya UU RI No. 1 Tahun 1970.


2. Jelaskan mengapa UU RI No. 1 Tahun 1970 dikatakan sebagai induk dari peraturan
perundangan K3.
3. Jelaskan mengapa UU RI No. 1 Tahun 1970 sampai saat ini belum kunjung direvisi oleh
pemerintah.
4. Menurut sdr. apa yang menjadi polemik hingga saat ini tentang keberadaan UU RI No. 1
Tahun 1970.
5. Bila UU RI No. 1 Tahun 1970 akan direvisi, menurut sdr. hal apa yang perlu diatur
didalam draft revisi UU tersebut.
6. Sebutkan apa saja kewajiban pengurus (manajemen) dan kewajiban tenaga kerja
sebagaimana yang ditetapkan dalam UU RI No. 1 Tahun 1970.
7. Pasal-pasal mana saja dari UU RI No. 1 Tahun 1970 yang sudah memiliki turunannya dan
PILIHLAH satu pasal dan sebut peraturan pelaksananya.

JAWABAN

1. Sejarah ditetapkanya UU RI No. 1 Tahun 1970 berawal Ketika Belanda hadir ke


Indonesia pada abad ke-17. Penggunaan mesin semakin meningkat dengan
berkembangnya teknologi dan perkembangan industri. Saat jumlah ketel uap yang
dipakai industri Indonesia hingga munculah undang-undang tentang kerja ketel uap di
tahun 1853. Penggunaan ketel uap terus bertambah jumlahnya, hingga pada tahun
1898 jumlahnya sudah mencapai ribuan ketel uap yang digunakan. pada tahun 1905
dengan Pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan perundangan keselamatan kerja
yang dikenal dengan Veiligheid Ordonatie/Regelementyang kemudian disempurnakan
pada tahun 1930 sehinggaa menjadi landasan penerapan K3 di Indonesia,
dan Veiligheids Ordonatie/Reglement (VO) yang dibuat pada tahun 1930, dicabut
pada tahun 1970 dengan diumumkannya UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja.

2. Karena isi dari UU RI No. 1 Tahun 1970 merupakan landasan untuk mengatur
kewajiban perusahaan dan pekerja dalam melaksanakan keselamatan kerja.
Didalamnya bertujuan untuk melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga
kerja dan orang lain di tempat kerja, menjamin setiap sumber produksi dapat
digunakan secara aman dan efisien, dan meningkatkan kesejahteraan dan
produktivitas Nasional.

3. Terlepas dari pemahaman bahwa persoalan revisi Undang-undang adalah persoalan


politik. Disana ada proses tawar-menawar, bahkan bisa melibatkan uang besar.
Pengusaha tentu akan sangat berhati-hati dalam mendukung upaya merubah Undang-
undang ini walaupun sebenarnya ada kepentingan mereka disana. Begitu juga politisi
dan partai politik tentu tidak akan serta merta memuluskan jalan perubahan demi
keselamatan tenaga kerja tanpa pertimbangan yang dibuat
sedemikian rupa. 

4. Undang-Undang nomor 1 tahun 1970 dinilai belum bisa dijadikan dan tidak pernah
dijadikan sebagai rujukan oleh pemerintah dan juga pihak kepolisian. Penggunaan
pasal Pidana KUHP yang sering diterapkan dalam kasus kecelakaan kerja, tidak
menutup kemungkinan juga menjerat buruh yang sebenarnya korban dari sistem K3,
menjadi tersangka karena dianggap lalai. Selama ini fakta dilapangan buruh selalu
dijadikan kambing hitam oleh pihak perusahaan apabila terjadi sebuah kecelakaan
kerja ditempat kerja. Serta sanksi yang tercantum dalam undang-undang ini sangatlah
rendah yaitu ancaman 3 bulan kurungan dan denda Rp100.000 apabila perusahaan
tersebut terbukti melakukan pengabaian sesuai putusan pengadilan, maka dari itu
revisi UU RI No. 1 Tahun 1970 perlu diterapkan segera

5. Hal yang perlu diatur didalam draft revisi UU menurut saya adalah
a. Perlunya penekanan ulang kewajiban setiap perusahaan untuk menerapkan
SMK3 dengan detail khusus bagi setiap sector usaha.
b. Perlunya kebijakan khusus dalam kewajiban penerapan K3 sektor Informal
c. Sanksi hukum baik pidana maupun perdata untuk yang tidak patuh dalam
penerapan K3 baik untuk pelaksana perusahaan ataupun pekerja.

6. Kewajiban pengurus :
a. Secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua syarat
keselamatan kerja yang diwajibkan, sehelai Undang- undang ini dan semua peraturan
pelaksanaannya yang berlaku bagi tempat kerja yang bersangkutan, pada tempat-
tempat yang mudah dilihat dan terbaca dan menurut petunjuk pegawai pengawas atau
ahli keselamatan kerja;
b. Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja
yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang
mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli Keselamatan
Kerja;
c. Menyediakan secara cuma-cuma, semua alat perlindungan diri yang diwajibkan pada
tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang
lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang
diperlukan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.
d. Pengurus diwajibkan memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan
fisik dari tenaga kerja yang akan diterimanya maupun akan dipindahkan sesuai
dengan sifat-sifat pekerjaan yang diberikan padanya.
e. Pengurus diwajibkan memeriksakan semua tenaga kerja yang berada di bawah
pimpinannya, secara berkala pada dokter yang ditunjuk oleh pengusaha dan
dibenarkan oleh direktur.
f. Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru
tentang :
a. Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat timbul dalam tempat
kerjanya;
b. Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan dalam tempat
kerjanya;
c. Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan;
d. Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya.
g. Pengurus diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja yang
berada di bawah pimpinannya, dalam pencegahan kecelakaan dan pemberantasan
kebakaran serta peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja, pula dalam pemberian
pertolongan pertama pada kecelakaan.
h. Pengurus diwajibkan memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat dan ketentuan-
ketentuan yang berlaku bagi usaha dan tempat kerja yang dijalankannya.
i. Pengurus diwajibkan melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi dalam tempat kerja
yang dipimpinnya, pada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.

Kewajiban dan Hak Tenaga Kerja:

a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas dan atau ahli
keselamatan kerja;
b. Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan;
c. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang
diwajibkan;
d. Meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua syarat keselamatan dan kesehatan
kerja yang diwajibkan;
e. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat keselamatan dan
kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan olehnya
kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan lain oleh pegawai pengawas dalam batas-
batas yang masih dapat dipertanggung-jawabkan.
f. Barangsiapa akan memasuki sesuatu tempat kerja, diwajibkan mentaati semua
petunjuk keselamatan kerja dan memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan.

7. Pasal-pasal yang memiliki turunan dari UU RI No. 1 Tahun 1970 adalah Pasal 3, 5, 8,
9, 10, 11, 12, 13, 14.
a. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 4 tahun 1987 tentang P2K3 (BAB VI P2K3
pasal 10)
b. Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan. (BAB IV
Pengawasan Pasal

Anda mungkin juga menyukai