Anda di halaman 1dari 20

UU TENTANG K3

Pertemuan Ke-3
Pentingnya Hukum Kesehatan dan
Keselamatan Kerja
 Mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang tidak
diduga baik disebabkan oleh kelalaian kerja serta
lingkungan kerja yang tidak kondusif.
 Diharapkan menjadi instrumen yang mampu
menciptakan dan memelihara derajat kesehatan kerja
setinggi-tingginya.
Dasar Hukum K3

Pasal 27 ayat (2) UUD 1945

Pasal 86, 87 Paragraf 5 UU Ketenagakerjaan

UU No.1 Tahun 1970

Peraturan Pelaksanaan

Peraturan Khusus PP; Per.Men; SE


Pasal 27 ayat (2) UUD 1945:

Tiap-tiap warga negara berhak atas


pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusian
Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan.
 Dalam paragraf 5 tentang keselamatan dan kesehatan
kerja Pasal 86 ayat 1 menyebutkan
“setiap pekerja /buruh mempunyai hak untuk memperoleh
perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja”
Lanjutan..

 Pasal 86 ayat 2 :
Untuk melindungi keselamatan Pekerja / Buruh guna
mewujudkan produktivitas kerja yang optimal
diselenggarakan upaya Keselamatan dan Kesehatan
Kerja.

 Pasal 87 :
Setiap Perusahaan wajib menerapkan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang
terintegrasi dengan Sistem Manajemen Perusahaan.
Ruang Lingkup UU No.1 Tahun 1970
Tentang Keselamatan Kerja

Tenaga Tempat
Kerja Kerja

Sumber
Bahaya
UNDANG-UNDANG KESELAMATAN KERJA
No. 1 Tahun 1970
 3 unsur keberlakuan UU
 Tempat dimana dilakukan pekerjaan bagi suatu usaha.
 Adanya tenaga kerja yang bekerja disana.
 Adanya sumber-sumber bahaya kerja di tempat itu.

 Pengawasan Keselamatan Kerja


 Pengawasan secara langsung dilakukan pegawai pengawas dan
ahli keselamatan kerja.
 Pengawasan secara tidak langsung termasuk oleh manajemen
puncak yang hanya melakukan audit terhadap usaha perbaikan
dari hasil pelaporan pegawai pengawas dan ahli keselamatan
kerja.
Lanjutan ..
 UNDANG-UNDANG KESELAMATAN KERJA mengatur
keselamatan kerja disegala tempat kerja baik itu di darat, laut dan udara
dalam wilayah NKRI

 UNDANG-UNDANG KESELAMATAN KERJA bertujuan untuk


mengurangi kecelakaan, mengurangi adanya bahaya peledakan,
memaksa peningkatan kemampuan pekerja dalam memberikan
pertolongan pertama pada kecelakaan dan pemberian alat-alat
pelindung kepada pekerja terutama untuk pekerjaan yang memiliki
resiko tinggi serta membantu terciptanya lingkungan kerja yang
kondusif seperti penerangan tempat kerja, kebersihan, sirkulasi udara
serta hubungan yang serasi antara pekerja, lingkungan kerja, peralatan
dan proses kerja.
Lanjutan..

 Sumber bahaya kerja diidentifikasikan terkait erat dengan:


 Kondisi mesin, pesawat, alat kerja serta peralatan lainnya

 Bahan berbahaya (Explosive, Flameable, Poison)

 Lingkungan

 Sifat pekerjaan

 Cara kerja

 Proses produksi
Lanjutan..
 Pengawasan Keselamatan Kerja
 Monitoring dan pengambil keputusan tindakan
perbaikan keselamatan kerja
 Tindakan perbaikan keselamatan kerja (Continuous
Improvement) seperti perbaikan cara dan proses kerja,
pemeriksaan rutin kesehatan pekerja, retribusi
keselamatan kerja.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3
Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga
Kerja
 Perusahaan berkewajiban memeriksakan kesehatan badan,
kondisi mental dan kemampuan fisik pekerja yang baru
maupun yang akan dipindahkan ke tempat kerja baru,
sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan yang diberikan kepada
pekerja, serta pemeriksaan kesehatan secara berkala.
 Pekerja juga berkewajiban memakai alat pelindung diri
(APD) dengan tepat dan benar serta mematuhi semua syarat
keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan.
Jaminan Sosial Tenaga Kerja

 Jaminan Kecelakaan Kerja


 Jaminan Kematian
 Jaminan Hari Tua
 Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Lanjutan..
1) Jaminan Kecelakaan kerja : untuk menanggulangi hilangnya sebagian
atau seluruh penghasilannya yang diakibatkan oleh kematian atau
kecatatan karenan kecelakaan kerja baik fisik maupun mental.
2) Jaminan Kematian: Upaya meringankan beban keluarga baik dalam
bentuk biaya pemakaman maupun berupa santunan berupa uang.
3) Jaminan Hari Tua: Hari tua mengakibatkan terputusnya upah karena
tidak lagi mampu bekerja.
4) Jaminan Pemeliharaan Kesehatan: Untuk meningkatkan produktivitas
tenaga kerja sehingga dapat melaksanakan tugas sebaik baiknya dan
merupakan upaya kesehatan kuratif.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2003
Konvensi ILO No. 81 Mengenai Pengawasan
Ketenagakerjaan Dalam Industri Dan Perdagangan)

 Penerapan sistem pengawasan tenaga kerja


 Pengawasan ketenagakerjaan harus berada di bawah supervisi dan
kontrol pemerintah pusat
 Pengawas Ketenagakerjaan atau kantor pengawasan lokal harus
memberikan laporan secara periodik kepada kantor pengawasan
pusat mengenai hasil kegiatan pengawasan.
Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan
• Pasal 4 :
“setiap orang berhak atas kesehatan”
• Pasal 4-8 berisi :
Hak setiap individu
 Kesehatan,
 Akses pada sumber daya,
 Pelayanan kesehatan yang bermutu, aman dan terjangkau
 Lingkungan yang sehat
 Informasi dan edukasi kesehatan yang seimbang dan bertanggung jawab
 Informasi tentang data kesehatan dirinya sendiri
Lanjutan..

• Pasal 1 angka 12 : Pelayanan Kesehatan Promotif


• Pasal 1 angka 13 : Pelayanan Kesehatan Preventif
• Pasal 1 angka 14 : Pelayanan Kesehatan Kuratif
• Pasal 1 angka 15 : Pelayanan Kesehatan
Rehabilitatif
• Pasal 1 angka 16 : Pelayanan Kesehatan Tradisional
 Peraturan Pemerintah RI Nomor 14 Tahun 1993 tentang
Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja
 Keputusan Presiden RI Nomor 22 Tahun 1993 tentang Penyakit yang
Timbul Karena Hubungan Kerja
 Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per-05/MEN/1996 tentang
Sistem Manajemen K3.
 Dalam Permenaketrans ini terdiri dari 10 bab dan 12 pasal ini,
berfungsi sebagai Pedoman Penerapan Penerapan Sistem Manajemen
K3 (SMK3), mirip OHSAS 18001 di Amerika atau BS 8800 di Inggris.
 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.Per.
03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja.
 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 1/Men/1981, tentang Kewajban
Melaporkan Penyakit Akibat Kerja.
 Permenaketrans No. Per. 02/Men/1980 tentang Pemeriksaan
Kesehatan Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja.
 Kepmenaketrans No. Kep. 79/Men/2003 tentang Pedoman Diagnosis
dan Penilaian Cacat karena Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja.
 Direktorat Bina Kesehatan Kerja. Pedoman Tata Laksana Penyakit
Akibat Kerja bagi Petugas Kesehatan, Departemen Kesehatan 2008.

Anda mungkin juga menyukai