0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
23 tayangan15 halaman
1. Ruang lingkup K3 mencakup seluruh aspek keselamatan dan kesehatan kerja, baik di tempat kerja, rumah, maupun lingkungan sosial. Tujuannya mencegah kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta menjamin produktivitas kerja.
2. Ruang lingkup K3 dalam keperawatan rumah sakit mencakup penyetaraan tenaga kerja, pencegahan penularan infeksi, dan perlindungan perawat dari bahaya in
Deskripsi Asli:
k3
Judul Asli
Ruang lingkup tindakan K3 dilakukan di setiap pekerjaan
1. Ruang lingkup K3 mencakup seluruh aspek keselamatan dan kesehatan kerja, baik di tempat kerja, rumah, maupun lingkungan sosial. Tujuannya mencegah kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta menjamin produktivitas kerja.
2. Ruang lingkup K3 dalam keperawatan rumah sakit mencakup penyetaraan tenaga kerja, pencegahan penularan infeksi, dan perlindungan perawat dari bahaya in
1. Ruang lingkup K3 mencakup seluruh aspek keselamatan dan kesehatan kerja, baik di tempat kerja, rumah, maupun lingkungan sosial. Tujuannya mencegah kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta menjamin produktivitas kerja.
2. Ruang lingkup K3 dalam keperawatan rumah sakit mencakup penyetaraan tenaga kerja, pencegahan penularan infeksi, dan perlindungan perawat dari bahaya in
Ruang lingkup tindakan K3 dilakukan di setiap pekerjaan, kapanpun
dan di manapun. Tindakan keselamata kerja dilakukan di tempat kerja, di lingkungan keluarga /rumah tangga, lingkungan masyarakat. Adapun syarat-syarat pelaksanaan K3 diperuntukan untuk: 1) Mencegah dan mengurangi kecelakaan
2) Membuat jalan penyelamatan (emergency exit)
3) Memberi pertolongan pertama (first aids/PPPK)
4) Memberi peralatan pelindung pada pekerja dan alat kerja
5) mempertimbangkan faktor-faktor kenyamanan kerja
6) Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit fisik
7) Memelihara ketertiban dan kebersihan kerja
8) Mengusahakan keserasian antar pekerja, perkakas, lingkungan
dan proses kerja.
Adapun aspek keselamatan kerja jika dilakukan di bengkel perlu
ada tanggung jawab moral dan komitmen, adanya kemampuan sumber daya manusia, dan tindakan pencegahan. Tujuan utama kesehatan kerja antara lain meliputi : Pencegahan dan pemberantasan penyakit- penyakit dan kecelakaan akibat kerja; Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan gizi tenaga kerja; Perawatan, efisiensi dan produktifitas tenaga kerja; Pemberantasan kelelahan tenaga kerja dan meningkatkan kegairahan serta kenikmatan kerja; Perlindungan masyarakat luas dari bahaya-bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh produk-produk kesehatan. Ada dua hal dalam penanganan resiko keselamatan kerja, yaitu resiko fisik tempat kerja, dan resiko kesehatan kerja. Resiko keselamatan kerja meliputi aspek-aspek dari lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kerusakan fisik tempat kerja, alat dan manusia. Resiko kesehatan kerja meliputi aspek-aspek lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kondisi tidak sehat pada pekerja yang dapat
menimbulkan kerusakan atau kerugian baik fisik maupun psikis
dalam jangka waktu tertentu. Di samping itu, tujuan Keselamatan Kerja meliputi : Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatan dalam melakukan pekerjaan; untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktifitas nasional; Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja; Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien; dan Sasaran utama keselamatan kerja adalah tempat kerja. Syarat Keselamatan Kerja harus mengarah pada mencegah dan mengurangi terjadinya kecelakaan; mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran; mencegah dan mengurangi bahaya peledakan; memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran; memberi pertolongan pada kecelakaan; membeli alat-alat pelindung diri pada para pekerja. Dengan terjaminnya tercapainya tujuan dan persyaratan keselamatan kerja akan mempengaruhi pekerja atau siapa saja yang terkait dengan pekerjaan tersebut. Tidak hanya orang yang terkait di dalamnya, akan tetapi juga lingkungan dan benda kerja yang diproses. Pengaruh yang akan muncul di antaranya bahwa lingkungan kerja menjadi lebih aman, pekerja termotivasi untuk bekerja secara lebih baik, dan termotivasi. Proses kegiatan menjadi lebih produktif, nyaman, dan kegairaahan dalam melakukan pekerjaan. Kemungkinan terjadinya kecelakaan dapat diminimalkan, ergonomy, dan tingkat kesehatan membaik. Peralatan/alat relatif terpelihara, juga jauh dari kemungkinan terjadinya kebakaran. Untuk itu, perlu dilakukan tindakan preventif, dengan cara setiap pekerjaan harus dilakukan secara benar sesuai dengan SOP, ada alur kerja yang jelas; menyiapkan dokter kesehatan; dilakukaknya pelatihan PPPK bagi semua SDM yang terlibat dalam pekerjaan, pembentukan seksi dan pasukan khusus, perencanaan gedung, ruang, bengkel tempat kerja sesuai standar, pemahaman terhadap UU K3; kedisiplinan, ketaatan dan kepatuhan; kontrol, evaluasi dan pengembangan preplacement;
1. pemeriksaan priodic; perencanan jangka pendek dan panjang.
Pengawasan Keselamatan Kerja
a) Pengawasan secara langsung dilakukan pegawai
pengawas dan ahli keselamatan kerja.
b) Pengawasan secara tidak langsung termasuk oleh
manajemen
c) puncak yang hanya melakukan audit terhadap usaha
perbaikan dari hasil pelaporan pegawai pengawas dan ahli keselamatan kerja.
2. Peraturan dan Perundangan K3
a) Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
Undang- Undang ini menyatakan bahwa secara
khusus perusahaan berkewajiban memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik pekerja yang baru maupun yang akan dipindahkan ke tempat kerja baru, sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan yang diberikan kepada pekerja, serta pemeriksaan kesehatan secara berkala. Sebaliknya para pekerja juga berkewajiban memakai alat pelindung diri (APD) dengan tepat dan benar serta mematuhi semua syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan. Undang-undang nomor 23 tahun 1992, pasal 23 Tentang Kesehatan Kerja juga menekankan pentingnya kesehatan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya hingga diperoleh produktifitas kerja yang optimal. Karena itu, kesehatan kerja meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan penyakit akibat kerja dan syarat kesehatan kerja.
b).Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan
Undang-Undang ini mengatur mengenai segala hal yang
berhubungan dengan ketenagakerjaan mulai dari upah kerja, jam kerja, hak maternal, cuti sampai dengan keselamatan dan kesehatan kerja. Sebagai penjabaran dan kelengkapan Undang-undang tersebut, Pemerintah juga mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) dan Keputusan Presiden terkait penyelenggaraan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), diantaranya adalah : 1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja Pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan Atas Peredaran, Penyimpanan dan Penggunaan Pestisida. 3. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan Pengawasan Keselamatan Kerja di Bidang Pertambangan. 4. Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993 tentang Penyakit Yang Timbul Akibat Hubungan Kerja.
2. RUANG LINGKUP K3 DALAM KEPERAWATAN
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Untuk Perawat di Rumah Sakit; Dalam dunia kesehatan, tentunya petugas kesehatan menjaga dan meningkatkan kesehatan klien namun juga menjaga dan meningkatkan kesehatan dan terlebih keselamatan kerja dari petugas kesehatan tersebut (dalam hal ini perawat). Menurut Occupational Safety and Health Administration (OSHA, 2004) yang merupakan agen federal dalam bidang kesehatan mengatakan misinya untuk merancang dan menjamin keselamatan dan kesehatan kerja dari pekerja dengan menegakan sesuai standard, memberi pelatihan, penyuluhan, dan pendidikan ; dan mendirikan kemitraan dan mendorong terus menerus peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja. Perawat telah menyatakan keprihatinan mengenai keamanan di lingkungan kerja selama bertahun-tahun. Sebagai perawat atau karyawan, berhak memperoleh lingkungan kerja yang aman. Beberapa rumah sakit mungkin memperkerjakan perawat untuk memeriksa keamanan lingkungan dan memgunakan praktik kerja untuk menigkatkan keselamatan kerja. Ada beberapa hal tentang keselamatan kerja perawat di rumah sakit : a) Nurse Staffing Levels Penyetaraan kerja dalam bagian kesehatan, khususnya ruang lingkup k3 dalam keperawatan di rumah sakit telah menjadi perhatian yang menonjol. Pembagian tenaga kerja atau staff yg tidak memadai menyebabkan terjadinya kelelahan pada perawat yang menyebabkan cenderung terjadi keselaahan yang dapat membahayakan pasien ataupun perawat tersebut. American Nurse Association (ANA) telah melakukan kampanye besar- besaran bertema “Staffing Saves Lives” hal tersebut memberi gambaran kalau penyetaraan tenaga kerja sangat besar hubungannya dengan Kesehatan dan Keselamatan kerja untuk perawat. b). Infection as an Occupational Hazard Penularan infeksi yaitu perhatian utama ketika perawat merawat pasien infeksi. Dengan adanya infeksi maka penaganan dan perlu perahtian ekstra dari petugas kesehatan untuk menangani pasien ini. Biasanya, disetiap rumah sakit memiliki petugas kesehatan khusus yang menangani permasalahan infeksi ini. Kewaspadaan universal telah diamanatkan oleh Keselamatan dan Kesehatan Kerja Administration (OSHA) kalau harus melindungi perawat dari pathogen darah. Karena darah dapat menularkan penyakit HIV, Hepatitis B dan lainnya yang dapat menyebar melalui darah. Salah satu tindakan utama dalam menjaga agar tidak tejadi infeksi maka harus ada pengaturan khusus tentang limbah jarum bekas, selain itu RS harus menyediakan sarung tangan (glove) atau kaca mata pelindung dalam melakukan kontak denganpasien infeksi. American Nurse Association (ANA) telah aktif dalam advokasi tempat kerja berkaitan dengan luka jarum suntik dan mensupport melaui situs website ditujukan untuk tema ini. Selain jarum suntik, RS harus menyediakan masker untuk para pekerja atau staff dalam rangka mencegah dan pengendalian penyebaran infeksi pernapasan, contoh kasus TB. Selain itu, jangan lupa tangan adalah media penyebaran mikroorganisme yang seringkali digunakan maka dari itu rajinlah membersihkan tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
c). Hazardous Chemical Agents
Bicara tentang zat kimia beresiko yang ada di rumah
sakit maka perlu juga perhatian khusunya untuk perawat anastesi atau para perawat fisiotherapy. Contohnya gas anastesi bisa membuat malformasi janin yang membuat bisa keguguran spontan pada wanita hamil yang terpapar secara terus menerus. Diperlukan protocol khusus dalam pengolahan penggunaan ataupun pemrosesan limbah zat beracun ini. RS bertanggungjawab dalam menyediakan perlengkapan yang di butuhkan untuk menjaga keselamatan perawat dalam memakai beberapa zat ini. d).Ergonomic Hazards in the Workplace Ergonomic dalam bahasa inggris “Ergonomics is the science of fitting a task to one’s physical characteristics in order to enhance safety, efficiency, and well-being”, jadi hal tersebut berhubungan dengan efisiensi keamanan dan kesehjateraan atau seseorang itu merasa nyaman dalam melakukan suatu pekerjaan. Sering dalam dunia keperawatan terutama dalam sistem perpindahan pasien, perawat sering salah dalam prosedur mengangkat pasien ataupun mengangkat benda yang jatuh di lantai. Perawat sering membungkukan tubuhnya daripada duduk jongkok untuk mengambil benda yang jatuh. Hal tersebut mungkin menimbulkan permasalahan pada tulang belakang ; penyakit LBP (Lower back pain) atau juaga menurut NIOSH (2009) musculoskeletal disorders (MSD). Jadi pola kebiasaan yang buruk dari perawat dapat mengganggu kesehatan dan keselamatan kerja dari perawat tersebut.
e). Violence in the Workplace
Biasanya mahasiswa keperawatan menganggap rumah sakit jadi tempat dimana korban kekerasan dibantu. Jarang mereka menganggap diri mereka jadi calon korban kekerasan ditempat kerja mereka sendiri. Belakangan ini banyak terjadi serangan pada perawat dan petugas kesehatan lainnya dilayanan kesehatan dan sosial. Sebagian besar kekerasan ditempat kerja terjadi dibagian Kesehatan Kejiwaan dan Gawat Darurat. Bisanya pengunjung dari luar yang mengakibatkan kekerasan dalam kerja di Ruang Darurat. Untuk kejiwaan sendiri kita semua sendiri tahu bersama bila di kejiwaan terdapat jenis dari kejiwaan ini, biasanya pasien dengan perilaku kekerasan yang biasanya mengakibatkan kekerasan di lingkungan kerja. OSHA sudah membuat dasar untuk membangun sarana dan lingkungan kerja yang aman. Hal tersebut dilakukan dengan memberi pelatihan dan pengelolaan dalam kekerasan. Selain itu bisa pula melalui pengguanaan detector logam, tombol panik, dan kaca anti peluru, sesuai dengan keperluan dari RS. Selain itu instansi kesehatn haru bekerja sama dengan penegak hokum agar dengan cepat dan mudah memberikan laporan isiden perilaku kekerasan di RS.
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yaitu
salah satu bentuk usaha untuk membuat tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, hingga dapat kurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang selanjutnya dapat tingkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja menyebabkan korban jiwa ataupun kerugian materi untuk pekerja dan entrepreneur, namun dapat juga mengganggu sistem produksi secara detail, mengakibatkan kerusakan lingkungan yang selanjutnya akan beresiko pada orang- orang luas.
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di
kelompok petugas kesehatan dan non kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. Bila kita tekuni angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa negara maju (dari beberapa penilaian) memberikan kecenderungan penambahan prevalensi. Sebagai aspek penyebabnya, sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kwalitas dan ketrampilan pekerja yang kurang mencukupi.
Banyak pekerja yang menyepelekan resiko kerja, hingga tidak
memakai alat-alat pengaman meskipun telah ada dalam Undang- Undang Nomor 23 Th. 2003 mengenai Kesehatan, Pasal 23 dinyatakan kalau usaha Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus diadakan di semua tempat kerja, terutama tempat kerja yang memiliki resiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau memiliki karyawan paling sedikit 10 orang. Bila memerhatikan isi dari pasal diatas maka jelaslah kalau Tempat tinggal Sakit (RS) termasuk kedalam persyaratan tempat kerja dengan beragam ancaman bahaya yang bisa menyebabkan efek kesehatan, bukan sekedar pada beberapa pelaku segera yang bekerja di RS, namun juga pada pasien ataupun pengunjung RS. Hingga telah semestinya pihak pengelola RS mengaplikasikan bebrapa usaha K3 di RS. Potensi bahaya di RS, selain penyakit- penyakit infeksi ada juga potensi bahaya-bahaya lain yang memengaruhi kondisi dan keadaan di RS, yakni kecelakaan (peledakan, kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi listrik, dan sumber-sumber cidera yang lain), radiasi, beberapa bahan kimia yang beresiko, gas-gas anastesi, masalah psikososial dan ergonomi. Semua potensi bahaya itu diatas, terang meneror jiwa dan kehidupan untuk beberapa karyawan di RS, beberapa pasien ataupun beberapa pengunjung yang ada di lingkungan RS.
2. RUMUSAN MASALAH
1.Apa yang dimaksud dengan Ruang Lingkup K3 Dalam
Keperawatan.
2.Apa saja Ruang Lingkup K3 RS Dalam Keperawatan?
3.Bagaimana sistem manajemen K3RS serta langkah-langkah nya?
3. Tujuan Umum a. Untuk mengetahui Ruang Lingkup K3 Dalam Keperawatan.
4. Tujuan Khusus
a . Untuk memenuhi tugas Keselamatan Pasien dan
Kesalamatan Kesehatan Kerja (K3) tentang Ruang Lingkup K3 Dalam Keperawatan.
b. Untuk menambah wawasan pengetahuan bagi mahasiswa