Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sidang umum Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) pada 25 September 2015
lalu di New York, Amerika Serikat, secara resmi telah mengesahkan Agenda
Pembangunan Berkelanjutan atau SDGs sebagai kesepakatan pembangunan
global.Mulai tahun 2016, Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) 2015 –
2030 secara resmi menggantikan Tujuan Pembangunn Millenium (MDGs) 2000
– 2015. SDGs berisi seperangkat tujuan transformatif bagi seluruh bangsa tanpa
terkecuali. SDGs berisi 17 Tujuan.
Beberapa diantaranya mengatur dalam pembangunan kesehatan. Pertama,
SDGs diharapkan bisa mengakhiri segala bentuk kemiskinan di semua negara
manapun termasuk Indonesia. Kedua SDGs ditujukan untuk mengakhiri segala
bentuk kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan meningkatkan gizi dan
mendorong pertanian secara berkelanjutan. Ketiga, target SDGs adalah menjamin
adanya kehidupan yang sehat serta mendorong kesejahteraan untuk semua orang
di dunia pada semua usia.
Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatnya kesadaran, kemauan,
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Hal itu berarti
terciptanya masyarakat, bangsa, dan Negara Indonesia yang penduduknya, di
seluruh Wilayah Republik Indonesia, hidup dengan perilaku dan dalam
lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan
yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya.
Indonesia saat ini sedang menghadapi masalah penyakit Covid-19, yang
terus meningkat. Covid-19 pertama dilaporkan di Indonesia pada tanggal 2 Maret
2020 sejumlah 2 kasus, dan pada saat ini dilaporkan per tanggal 17 September
2020 kasus positif terus meningkat di Indonesia yaitu menjadi 231.628 kasus,
sembuh sebanyak 166.686 , kasus dalam perawatan sebanyak 56.720 dan kasus
meninggal sebanyak 9.222. Untuk kasus supek sebanyak 103.209,
kabupaten/kota terdampak sebanyak 493 dan 232 wilayah transimisi lokal
(PHEOC Kemkes RI). Di Kalimantan Timur kasus Covid-19 pada 17 September
2020 kasus konfirmasi positif sebanyak 6.486 kasus, dirawat sebanyak 2.094
kasus, sembuh 4.137 dan meninggal sebanyak 255 kasus.
Total kasus suspek yaitu sebanyak 31.073 dengan Discarded sebanyak 24.521
,Probable 20 kasus dan menunggu hasil lab sebanyak 46 kasus. Untuk di
Samarinda total kasus terkonfirmasi sebanyak 1.708 kasus, total suspek sebanyak
12.409 kasus (Dinas Kesehatan Provinsi Kaltim). Covid-19 merupakan penyakit
akibat virus corona jenis baru yang muncul pada akhir 2019 pertama kali di
Wuhan, Cina yang saat ini menyebabkan pandemi hampir di seluruh dunia.
Gejala utama penyakit Covid- 19 yaitu batuk, demam, dan sesak napas (Kemkes,
2020).
Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) dinyatakan oleh WHO sebagai
pandemi dan Pemerintah Indonesia berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 11
Tahun 2020 tentang Penetapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Corona Virus
Disease 2019 (Covid-19) telah menyatakan Covid-19 sebagai kedaruratan
kesehatan masyarakat yang wajib dilakukan upaya penanggulangannya. Namun
sampai saat ini banyak masyarakat yang masih lalai dalam memperhatikan
protokol kesehatan terlebih di Era New Normal ini.
Upaya mencegah penyebaran virus dan menanggulangi dampak pandemi
bukan hanya merupakan tanggung jawab pemerintah semata, tetapi memerlukan
peran serta setiap elemen masyarakat. Apabila setiap warga masyarakat berperan
aktif dalam upaya pencegahan, maka pandemi akan berhasil dikendalikan. Para
ahli kesehatan menganjurkan penggunaan masker, menjaga jarak saat interaksi
sosial, dan rajin mencuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir
sebagai kunci utama memutus mata rantai penyebaran virus. Hal ini tampak
mudah, tetapi pada dasarnya sulit diterapkan secara konsisten di masyarakat
karena merupakan sebuah tindakan yang relatif baru dan belum menjadi
kebiasaan apalagi perilaku di masyarakat.
Meningkatnya kasus covid-19 akan menambah beban pemerintah karena
penanganannya membutuhkan biaya yang besar. Selain itu, kasus covid-19 juga
menyebabkan hilangnya potensi/modal sumber daya manusia dan menurunnya
produktifitas (productivity loss) yang pada akhirnya akan mempengaruhi
pembangunan sosial dan ekonomi. Upaya promotif dan preventif merupakan
upaya yang sangat efektif untuk mencegah tingginya kesakitan dan kematian
akibat covid-19.
Mengingat pencegahan penyakit sangat bergantung pada perilaku individu
yang didukung oleh kualitas lingkungan, ketersediaan sarana dan prasarana serta
dukungan regulasi untuk hidup sehat, diperlukan keterlibatan aktif secara terus
menerus seluruh komponen baik pemerintah pusat dan daerah, sektor non
pemerintah dan masyarakat. Untuk itu, perlu adanya sebuah gerakan untuk
mendorong masyarakat agar berperilaku hidup sehat. Gerakan tersebut
dinamakan “Gerakan Masyarakat Hidup Sehat” (GERMAS).
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:2269/MENKES/PER/XI/2011.
Sebagai pendukung pelaksanaan peraturan ini, Kementerian Kesehatan juga
mencanangkan Gerakan Masyarakat Sehat (Germas) di Indonesia sejak 15
November 2016 (Primadi, 2017). Germas merupakan upaya pemerintah
melibatkan dan memberdayakan masyarakat dalam hal memelihara,
meningkatkan dan melindungi kesehatannya. Tujuannya, agar masyarakat sadar,
mau, dan mampu secara mandiri ikut aktif dalam meningkatkan status
kesehatannya. Namun, ternyata PHBS dan Germas belum sepenuhnya dipahami
apalagi diterapkan oleh masyarakat.
Indonesia yang sehat tercipta provinsi yang sehat; Provinsi yang sehat tercipta
dari kabupaten yang sehat; kabupaten yang sehat tercipta dari kecamatan yang
sehat; kecamatan yang sehat berasal dari desa yang sehat; desa yang sehat
tercipta dari keluarga yang sehat, analogi tersebut menjelaskan secara tersirat
bahwa terciptannya suatu Negara yang sehat berasal dari kelompok masyarakat
yang paling kecil dalam suatu Negara, yakni sebuah keluarga. Sadar akan hal ini,
pemerintah telah mengupayakan program yang mengarah pada meningkatnya
upaya pemberdayaan masyarakat dengan mengedepankan upaya promotif dan
preventif menggunakan pendekatan keluarga.
Masyarakat atau komunitas sebagai bagian dari subjek dan objek pelayanan
kesehatan dan dalam seluruh proses perubahan hendaknya perlu dilibatkan secara
lebih akitf dalam upaya peningkatan status kesehatannya dan mengikuti seluruh
kegiatan kesehatan komunitas. Hal ini dimulai dari pengenalan masalah
kesehatan sampai penanggulangan masalah dengan meningkatkan individu,
keluarga dan kelompok masyarakat.
Dalam upaya meningkatan kemampuan bekerja sama dengan individu,
keluarga, dan kelompok masyarakat di tatanan pelayanan kesehatan komunitas
dengan menerapkan konsep kesehatan dan keperawatan komunitas, serta sebagai
salah satu upaya menyiapkan tenaga perawat profesional dan mempunyai potensi
keperawatan secara mandiri sesuai dengan kompetensi yang harus dicapai maka
mahasiswa program studi Profesi Ners Politeknik Kesehatan Kemenkes Kaltim
melaksanakan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas.
Kegiatan Praktik Profesi Keperawatan Komunitas Mahasiswa Program Studi
Profesi Ners dilaksanakan di RT 32 & 33 Kelurahan Rawa Makmur Kecamatan
Palaran. Wilayah ini dipilih berdasarkan hasil studi pendahuluan dan informasi
yang diperoleh dari Pimpinan Puskesmas Palaran dan Pembimbing Lapangan
Puskesmas Palaran bahwa perilaku masyarakat belum mendukung program
kesehatan. dan Lurah Kelurahan Palaran juga menyatakan bahwa daerah tersebut
memenuhi kriteria untuk dijadikan lokasi Praktik Kerja Lapangan mahasiswa,
baik dari aspek jumlah penduduk, distribusi,luas wilayah, sarana kesehatan yang
ada, permasalahan kesehatan seperti penyakit tidak menular, hipertensi,
,penyakit degenerative pada lansia, dan terutama masalah kesehatan lingkungan.
Diharapakan masyarakat dapat mengenal masalah kesehatan, mampu
melakukan upaya pencegahan dan peningkatan kesehatan. Diharapakan
masyarakat dapat mengenal masalah kesehatan yang terjadi di wilayahnya,
membuat keputusan tindakan kesehatan bagi anggota keluarga atau masyarakat,
mampu memberikan perawatan, menciptakan lingkungan yang sehat serta
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat. Selain itu, selama
proses belajar klinik komunitas, mahasiswa mengidentifikasi populasi dengan
resiko tinggi dan sumber yang tersedia untuk bekerja sama dengan komunitas
dalam merancang, melaksanakan dan mengevaluasi perubahan komunitas dengan
penerapan proses keperawatan komunitas dan pengorganisasian komunitas.
Harapan yang ada, masyarakat akan mandiri dalam upaya meningkatkan status
kesehatannya.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan keperawatan terhadap individu, keluarga,

kelompok/komunitas untuk meningkatkan derajat kesehatan yang meliputi

upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan terhadap penyakit, serta

pemeliharaan kesehatan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan kesehatan atau

keperawatan komunitas atas masyarakat di wilayah RT 32 & Kelurahan Rawa

Makmur Kecamatan Palaran.

2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan Praktik Belajar Lapangan Keperawatan Komunitas di

wilayah RT 32 & 33 di Kelurahan Rawa Makmur Kecamatan Palaran selama 3

minggu yaitu :
a. Mahasiswa dapat melakukan pendekatan terhadap tokoh-tokoh masyarakat,

baik formal maupun non formal guna mendapatkan dukungan dalam

melaksanakan kegiatan.

b. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian, guna memperoleh data kesehatan

atau keperawatan dalam rangka mengidentifikasi masalah kesehatan

individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

c. Mahasiswa dapat mengidentifikasi masalah kesehatan/keperawatan bersama

dengan masyarakat di wilayah binaan.

d. Mahasiswa bersama dengan masyarakat dapat memprioritaskan masalah

kesehatan / keperawatan yang ada di daerah binaan / pendataan.

e. Mahasiswa bersama masyarakat dapat menyusun program untuk mengatasi

masalah-masalah yang ditemukan.

f. Mahasiswa bersama masyarakat dapat melaksanakan program yang telah

dibuat dengan melibatkan semua unsur dan sumber daya masyarakat untuk

mengatasi masalah-masalah kesehatan/keperawatan yang telah ditemukan.

g. Mahasiswa bersama masyarakat dapat mengevaluasi semua kegiatan yang

telah dilakukan.
C. Manfaat

1. Untuk Pemerintahan Setempat


a. Mendapatkan data dan informasi kependudukan dan kondisi wilayah.
2. Untuk Puskesmas
a. Mendapatkan informasi dan data kesehatan di wilayah kerja
b. Memperluas kerjasama antara mahasiswa dan pihak Puskesmas
c. Dapat bekerjasama dalam upaya peningkatan status kesehatan masyarakat di
wilayah kerja.
3. Untuk Mahasiswa
a. Dapat mengaplikasiakan konsep kesehatan komunitas secara nyata kepeda
masyarakat
b. Belajar menjadi model profesional dalam menerapkan asuhan keperawatan
komunitas
c. Meningkatkan kemampuan berfikir kritis, analitis, dan bijaksana dalam
menghadapai dinamika masyarakat
d. Meningkatakan keterampilan komunikasi, kemandirian dan hubungan
interpersonal.
4. Untuk Masyarakat
a. Mendapatkan kesempatan seluas-luasnya untuk berperan aktif dalam upaya
peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.
b. Mendapatkan kemampuan untuk mengenal, mengerti dan menyadari
masalah kesehatan dan mengetahui cara penyelesaian masalah kesehatan
yang dialamai masyarakat.
c. Masyarakat mengetahui gambaran ststus kesehatannya dan mempunyai
upaya peningkatan status kesehatan tersebut.
5. Untuk Institusi Pendidikan
a. Mendapatkan data dan informasi kondisi wilayah kerja
b. Memperluas kerjasama anatar masyarakat melalui mahasiswa
c. Mengembangakan model praktik keperawatan komunitas dari teoriyang
didapat.

D. Waktu dan Tempat


1. Waktu
Kegiatan praktik keperawatan komunitas ini dilaksanakan pada tanggal 31
Agustus s/d 19 September 2020. Pembagian waktu program praktik kerja
lapangan keperawatan keshetan komunitas adalah sebagai berikut:
Pembekalan direncanakan selama 1 hari. Praktik langsung dilapangan
(Komunitas) yang meliputi Pemberdayaan Komunitas, pengkajian, perencanan,
pelaksanan, evaluasi serta seminar akhir seluruhnya selama 20 hari,
penyususnan dan penyerahan laporan dilaksanakan selama 3 hari yaitu mulai
tanggal 21 September jadwal kegiatan (Master Plan) terlampir.

2. Tempat
Lokasi yang menjadi sasaran praktik mahasiswa yaitu masyarakat yang ada
di RT 32 & 33 Kelurahan Rawa Makmur, Kecamatan Palaran.

E. Metode
Metode praktik yang digunakan adalah metode pemecahan masalah dengan
menggunakan pendekatan asuhan keperawatan komunitas yang meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan, komunitas, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi. Dalam pengkajian menggunakan data dengan alat bantu seperti
questioner, wawancara, dan observasi yang dilakuakan disetiap rumah warga RT
33 Kelurahan Rawa Makmur, Kecamatan Palaran kemudian data diolah dan
dilakukan perencanaan bersama warga untuk memecahkan masalah yang telah
ditemukan. Pemecahan masalah kesehatan dilakukan dengan pendekatan proses
keperawatan meliputi:
1. Pemberdayaan penduduk
2. Pengkajian data kesehatan
3. Menegakkan masalah kesehatan masyarakat bersama masyarakat (MMD1)
4. Melakukan perencanaan keperawatan bersama masyarakat
5. Melaksanakan tindakan bersama masyarakat
6. Melakukan desain inovatif
7. Mengevaluasi hasil asuhan keperawatan komunitas bersama masyarakat
(MMD 2)

F. Sistemika Penulisan Laporan


Dalam penyusunan laporan ini, dibagi dalam beberapa bab yaitu:
Bab I : Berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan, waktu
dan tempat pelaksanan, metode dan sistematika penulisan laporan.
Bab II : Berisi tinjauan kepustakaan, meliputi konsep dasar asuhan
keperawatan komunitas dan pemecahan masalah dengan
pendekatan proses keperawatan bersama masyarakat.
Bab III : Berisi hasil kegiatan praktik Keperawatan Komunitas yang terdiri
dari ;hasil pengkajian dan analisa data, skoring dan prioritas
masalah kesehatan masyarakat, plan of action asuhan
keperawatan komunitas, diagnosa keperawatan komunitas,
rencana keperawatan komunitas, implementasi dan evaluasi
keperawatan komunitas.
Bab IV : Berisi pembahasan yang terdiri dari analisa data yang telah
ditemukan, kegiatan, pembahasan pengkajian, diagnosa,
perencanan, implementasi, dan evaluasi.
Bab V : Berisi penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Keperawatan

1. Filosofi Keperawatan

Keperawatan komunitas merupakan pelayan yang memberikan

perhatian terhadap pengaruh (bio, psio, sosial, kultural, dan spiritual) terhadap

kesehatan komunitas dan memberikan prioritas pada strategi pencegahan

penyakit dan peningkatan kesehatan. Falsafah yang melandasi keperawatan

mengacu pada falsafah dan paradigm keperawatan secara umum setiap upaya

pembangunan kesehatan yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan

bertolak dari pandangan ini disusun falsafah dan paradigma keperawatan

komunitas yang terdiri dari 4 komponen dasar, seperti yang diuraikan dibawah

ini ( Kemenkes RI, 2017 ) :

a. Manusia

Dalam konteks komunitas sebagai klien. Klien berarti sekumpulan

individu yang berada pada lokasi atau batas geografis tertentu yang

memiliki nilai-nilai, keyakinan dan minat yang relative sama serta adanya

interaksi satu sama lain untuk mencapai tujuan. Komunitas merupakan

sumber dan lingkungan bagi keluarga.


Komunitas sebagai klien yang dimaksud adalah kelompok resiko

tinggi, antara lain : daerah terpencil, deaerah rawan dan daerah kumuh

perkotaan.

b. Kesehatan

Sehat merupakan suatu kondisi dan persepsi yang didefinisikan, dimana

gambaran seseorang tentang sehat sangat bervariasi. Persepsi seseorang

tentang tergantung dari status perkembangan, pengalaman, harapan akan

dirinya dan kondisi sosial kulturalnya.

c. Lingkungan

Lingkungan yaitu semua faktor internal atau eksternal ataupun pengaruh

yang ada di sekitar klien yang bersifat biologis, psikologis, social, kultural

dan spiritual.

d. Intervensi keperawatan yang bertujuan untuk menekan stressor atau

meningkatkan kemampuan klien atau komunitas untuk menghadapi

stressor melalui pencegahan primer, skunder dan tersier.

Manusia ( Keluarga, Komunitas )

Kesehatan
Keperawatan
( Sehat, Sakit )
( 3 Level Prevelensi )

Lingkungan
2. Pengertian Keperawatan Komunitas

Komunitas ( community ) adalah sekelompok masyarakat yang

mempunyai persamaan nilai ( value ), perhatian ( interest ) yang

merupakan kelompok khusus dengan batas-batas geografi yang jelas,

dengan norma dan nilai yang telah melembaga ( Sumijatun dkk, 2006 ).

Misalnya didalam kesehatan dikenal kelompok ibu hamil, kelompok ibu

menyusui, kelompok masyarakat dalam suatu wilayah desa binaan dan

lain sebaginya. Sedangkan dalam kelompok masyarakat pekerja,

masyarakat terasing dan sebagainya ( Mubarak, 2006 ).

Model keperawatan komunitas mengacu pada model atau teori yang

terkait dengan kesehatan masyarakat. Banyak para pakar atau ahli

mendifinisikan tentang keperawaatn komunitas, diantaranya :

Menurut Chang ( 1982 ), perawatan komunitas adalah menyeluruh

maupun berfungsi sebagai tim dalam memberikan pelayanan kesehatan

dalam masyarakat. Mampu berkomunikasi dan memotivasi masyarakat

untuk memecahkan masalah kesehatan pada masyarakat tersebut.

Menurut Ruth B. Freeman ( 1981 ), mendefinisikan keperawatan

komunitas adalah kesatuan yang unik dari keperawatan dan kesehatan

masyarakat ditujukan pada pengembangan dan peningkatan kemampuan

kesehatan baik sendiri sebagai perorangan maupun secara kolektif sebagai

keluarga, kelompok khusus atau masyarakat. Pelayanan ini tercakup

dalam spectrum pelayanan kesehatan untuk masyarakat.


Keperawatan komunitas sebagai salah satu bentuk pelayanan

kesehatan utama yang ditujukan pada masyarakat. Pada praktiknya

memerlukan acuan atau landasan teoritis untuk menyelesaikan

penyimpangan dalam kebutuhan dasar komunitas. Keperawatan sebagai

salah satu bentuk pelayanan kesehatan utama yang ditujukan pada

masyarakat memerlukan acuan atau landasan teoritis untuk menyelesaikan

penyimpangan dalam kebutuhan dasar komunitas. Keperawatan sebagai

salah satu bentuk pelayanan kesehatan utama yang ditujukan pada

masyarakat memerlukan acuan atau landasan teoritis untuk menyelesaikan

penyimpangan dalam kebutuhana dasar komunikasi. Banyak konseptual

model keperawatana dikembangkan oleh para ahli, salah satunya adalah

konsep dari Betty Newman ( 1972 ) yang menekankan pada salah satu

system untuk mengatasi masalah kesehatan.

Model teori Newman didasari oleh system dimana terdiri dari

individu, keluarga atau kelompok dan komunitas yang merupakan target

pelayanan kesehatan. Kesehatan masyarakat ditentukan oleh hasil

interaksi yang dinamis antara komunitas dan lingkungan serta tenaga

kesehatan untuk melakukan tiga tingkat pencegahan, yaitu pencegahan

primer, sekunder dan tersier.

a. Pencegahan primer

Pencegahan primer dalam arti sebenarnya, terjadi sebelum sakit atau

diaplikasikan ke populasi yang sehat pada umumnya. Pencegahan


primer ini mencakup kegiatan mengidentifikasi faktor resiko

terjadinya penyakit, mengkaji kegiatan-kegiatan promosi kesehatan

dan pendidikan dalam komunitas, pencegahan ini mencakup

peningkatan kesehatan pada umumnya dan perlindungan khusus

terhadap penyakit.

b. Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder adalah intervensi yang dilakukan pada saat

terjadinya perubahan kesehatan masyarakat dan ditemukannya ada

diagnose dini, intervensi yang tepat, memperpendek waktu sakit dan

tingkat atau keseriusan penyakit.

c. Pencegahan tersier

Focus pada pencegahan ini adalah untuk mempertahankan kesehatan

setelah terjadinya gangguan beberapa system tubuh. Rehabilitasi

sebagai tujuan pencegahan tersier tidak hanya untuk menghambat

proses penyakitnya, tetapi juga mengendalikan individu kepada

tingkat berfusngi secara optimal dari ketidakmampuannya. Model

Newman menggambarkan bahwa komunitas adalah suatu system

terbuka yang mempunyai sumber energy ( infastruktur ) dan

mempunyai lima variable yang saling mempengaruhi satu dengan

yang lainnya dalam komunitas, biologis, psikologis, sosial, kultural,

perkembangan, dan spiritual. Sumber energy, infrastruktur dikelilingi

oleh tiga lapisan system pertahanan stressor, yaitu garis resistensi,


garis pertahanan normal, garis pertahanan fleksibel, ketiga lapisan

pertahanan tersebut bertujuan untuk melindungi infrastruktur atau

sumber energi yang dapat mempengaruhi komunitas.

3. Tujuan Keperawatan Komunitas

Tujuan keperawatan komunitas ddalah untuk pencegahan dan peningkatan

kesehatan melalui usaha-usaha :

a. Pelayanan masyarakat langsung terhadap individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat dalam konteks komunitas.

b. Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat dan

mempertimbangankan bagaimana masalah atau isu kesehatan

masyarakat mempengaruhi keluarga, individu dan kelompok.

4. Sasaran keperawatan Komunitas

Sasaran dari keperawatan komunitas adalah semua orang yang

membentuk masyarakat ( Andreson, 1988 ). Secara lebih rinci sasaran ini

terdiri dari tingkat individu, keluarga dan komunitas.

a. Tingkat individu

Individu adalah bagian dari anggota keluarga, apabila individu tersebut

mempunyai masalah kesehatan dan keperawatan ( ketidakmampuan

dalam merawat dirinya sendiri ) karena sesuatu hal, maka akan

mempengaruhi anggota keluarga lainnya baik secara fisik, emntal dan

sosial.
Dalam praktik keperawatan komunitas, perawat memberikan asuhan

keperawatan kepada individu yang mempunyai masalah kesehatan

tertentu (misalnya TBC, faktor lingkungan sekitar, dll ) dengan

sasaaran danpusat perhatiannya pada masalah kesehatan dan

pemecahan masalah kesehatan individu.

b. Tingkat keluarga

Sasaran kegiatan adalah keluarga, dimana anggota keluarga yang

bermasalah dengan kesehatan yang dirawat sebagai bagian dari

keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan

keluarga sebagai berikut :

1. Mengenal masalah kesehatan

2. Mengambil keputusan untuk mengatasi masalah tersebut

3. Memberikan perawatan pada anggota keluarga

4. Menciptakan lingkungan yang sehat

5. Memanfaatkan sumber daya dalam keluarga untuk meningkatkan

kesehatan keluarga

c. Tingkat komunitas

Pelayanan asuhan keperawatan komunitas berorientasi pada individu.

Keluarga dilihat sebagai satu kesatuan dalam komunitas. Asuhan ini

diberikan untuk kelompok beresiko atau masyarakat wilayah tempat

praktik komunitas. Pada tingkat komunitas asuhan keperawatan

komunitas diberikan dengan memandang komunitas sebagai klien.


5. Asuhan Keperawatan Komunitas

Keperawatan komunitas adalah suatu bentuk pelayanan professional

yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan yang ditujukan ada

masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi ( keluarga

dengan resiko tinggi, daerah tertinggal, miskin dan tidak terjangkau )

dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui

peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit serta tidak mengabaikan care

( perawatan ) dan rehabilitasi. Pelayanan yang diberikan dapat terjangkau

oleh masyarakat dan melibatkan masyarakat sebagai mitra dalam

pemberian pelayanan keperawatan.

Keperawatan komunitas ditujukan kepada individu, keluarga dan

masyarakat dan pelayanan yang diberikan sifatnya berkelanjutan. Dengan

menggunakan proses keperawatan dengan sifat asuhan keperawatan yang

menyeluruh dan umum. Pendekatan yang digunakan dalam keperawatan

komunitas adalah pendekatan keluarga binaan, kelompok kerja komunitas.

Strategi yang digunakan untuk pemecahan masalah yang ada adalah

melalui pendidikan kesehatan, teknologi tepat guna serta memanfaatkan

kebijakan pemerintah.

Keperawatan komunitas bertujuan memandirikan masyarakat

menanggulangi masalah kesehatannya sendiri. Kegiatan dilakukan secara

berkesinambungan atau berkelanjutan dan menggunakan metode proses


keperawatan komunitas yang dilakukan melalui lima tahap, sebagai

berikut :

a. Pengkajian

Pengkajian komunitas menurut Anderson dan Mc. Forlane

( 1985 ) yang terdiri dari inti komunitas yang meliputi demografi,

populasi, nilai-nilai keyakinan, riwayat individu termasuk kesehatan,

faktor-faktor lingkungan yang terdiri dari lingkungan fisik,

pendidikan, keamanan dan transportasi, politik dan pemerintahan,

pelayanan kesehatan dan sosial komunitas, ekonomi dan rekreasi.

Semua aspek ini dikaji melalui pengamatan langsung, penggunaan

data statistik, angket, wawancara dengan tokoh masyarakat, tokoh

agama dan aparat pemerintah.

b. Analisa Data dan Diagnosa Keperawatan

Dari hail pengkajian diperoleh data-data yang kemudian

dianalisa untuk mengetahui stressor yang mengancam masyarakat

dan seberapa berat yang muncul dalam masyarakat tersebut.

Selanjutnya dirumuskan masalah dan diagnosa keperawatan menurut

Mucke (1987), yang terdiri dari :

1. Masalah sehat sakit

2. Karakteristik populasi

3. Karakteristik lingkungan
c. Perencanaan

Strategi intervensi keperawatan komunitas mencakup tiga aspek,

yaitu primer, sekunder, dan tersier mekakui pendidikan kesehatan

dan kerjasama (partnership). Untuk meningkatkan kerjasama dan

proses kelompok serta mendorong peran serta masyarakat dalam

memecahkan masalah kesehatan yang dihadapi yang akhirnya untuk

menumbuhkan kemandirian masyarakat, maka diperlukan

pengorganisasian komunitas yang dirancang untuk membuat

perubahan. Menurut Rhotman (1986), ada tiga model pendekatan

pengorganisasian komunitas, yaitu pendekatan perencanaan sosial

(social planning), pendekatan aksi sosial, namun yang dominan

adalah dengan pendekatan Locality Development yang berarti

mengembangkan masyarakat berdasarkan sumber daya dan sumber

dana yang dimiliki, serta mampu mengurangi hambatan yang ada.

Pendekatan pengembangan masyarakat (Locality Development)

dirancang untuk menumbuhkan kondisi kemajuan sosial dan

ekonomi masyarakat dengan partisipasi aktif masyarakat dan penuh

percaya diri dalam memecahkan masalah kesehatannya sendiri.

d. Implementasi

Dalam pelaksanaan praktik keperawatan komunitas berfokus pada

tiga tingkat pencegahan (Anderson dan Mc. Forlane, 1985) :

A. Pencegahan primer
Pencegahan primer dalam arti sebenarnya, dilakukan sebelum

terjadi sakit. Pencegahan ini mencakup peningkatan kesehatan

dan perlindungan khusus terhadap penyakit.

B. Pencegahan sekunder

Pencegahan pada diagnosa dini dan intervensi yang tepat untuk

menghambat proses penyakit atau kelainan, sehingga

memperpendek waktu sakit dan tingkat keparahan.

C. Pencegahan tersier

Pencegahan ini dimulai pada saat cacat atau tidak dapat

diperbaiki lagi (irreversible). Kegiatan rehabilitasi selain

bertujuan untuk menghambat proses penyakit juga

mengembalikan individu ke fungsi yang optimal, intervensi atau

tindakan yang dilakukan untuk pencapaian tujuan dengan cara :

a) Aktivitas atau program kegiatan

b) Pembentukan Kelompok Kerja Kesehatan (POKJAKES)

e. Evaluasi

Evaluasi merupakan respon komunitas atau masyarakat terhadap

program kesehatan yang telah dilaksanakan, meliputi : masukan

(input). Sedangkan fokus evaluasi pelaksanaan asuhan keperawatan

komunitas adalah :

1) Relevansi antara kenyataan yang ada dengan pelaksanaan


2) Perkembangan atau kemajuan proses, apakah sesuai dengan

pelaksanaan, bagaimana dengan peran staf atau pelaksanaan

tindakan, fasilitas dan jumlah.

3) Efisiensi biaya : pencairan sumber dana dan penggunaannya

4) Efektifitas biaya : apakah tujuan tercapai dan apakah masyarakat

luas

5) Dampak : apakah status kesehatan meningkat setelah dilakukan

intervensi

Anda mungkin juga menyukai