I. TUJUAN UMUM
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan keluarga pasien mengetahui tentang gerakan
Range Of Motion (ROM) Pasif
III. MATERI
1. Pengertian ROM
2. Tujuan ROM
3. Indikasi ROM
4. Kontraindikasi ROM
5. Prinsip dasar latihan rentang gerak ROM
6. Jenis ROM
7. Prosedur ROM Pasif
IV. METODE
Ceramah dan Tanya Jawab
V. MEDIA
1. Leaflet
VII. EVALUASI
a. Proses
1. keluarga antusias terhadap materi penyuluhan, serta keluarga yang
terlibat aktif dalam penyuluhan 50% dari yang hadir
b. Hasil
Keluarga mengerti dan memahami penjelasan yang diberikan oleh
penyuluh yaitu sesuai dengan tujuan khusus.
MATERI PENYULUHAN
1.1. Pengertian
Adalah latihan gerakan sendi yang memungkinkan terjadinya kontraksi dan
pergerakan otot, dimana klien menggerakan masing-masing persendiannya
sesuai gerakan normal baik secara aktif ataupun pasif.
Latihan rentang gerak merupakan latihan gerak sendi yang dilakukan secara
teratur dan secara maksimal. Latihan range of motion adalah latihan dengan
menggerakkan semua persendian hingga mencapai rentang gerak penuh tanpa
menyebabkan rasa nyeri (Ellis & Bentz, 2005). Latihan range of motion (ROM)
adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat
kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian secara normal dan
lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot (Potter & Perry, 2005).
Latihan range of motion (ROM) merupakan istilah baku untuk menyatakan batas
atau batasan gerakan sendi yang normal dan sebagai dasar untuk menetapkan
adanya kelainan ataupun untuk menyatakan batas gerakan sendi yang abnormal
(Arif, M, 2008).
1.2. Tujuan
Roring (2005) mengemukakan bahwa tujuan latihan range of motion, yaitu:
Latihan range of motion pasif
1) Mempertahankan mobilitas sendi dan jaringan ikat
2) Memperkecil efek pembentukan kontraktur
3) Menjaga elastisitas otot
4) Merangsang sirkulasi darah
5) Mengurangi nyeri
6) Membantu proses penyembuhan pada daerah yang cedera
7) Mempertahankan kesadaran pasien
1.3. Indikasi
Roring (2005) mengemukakan bahwa indikasi latihan range of motion, yaitu:
Latihan range of motion pasif
1) Latihan range of motion pasif digunakan pada bagian jaringan yang meradang,
dimana gerak aktif akan merusak proses penyembuhan.
2) Pasien yang tidak mampu atau tidak memungkinkan untuk menggerakkan bagian
tubuh secara aktif seperti koma, lumpuh atau istirahat total.
1.4. Kontraindikasi
Ellis & Bentz (2005) mengemukakan bahwa kontraindikasi pada latihan range of
motion, yaitu sebagai berikut.
a. Penyakit Jantung dan Pernafasan
Latihan range of motion tidak boleh dilakukan pada pasien yang memiliki penyakit
jantung dan nafas karena latihan ini membutuhkan energy yang lebih besar serta
dapat meningkatkan sirkulasi darah sehingga menambah beban jantung dan
pernafasan dalam bekerja.
b. Gangguan jaringan ikat
Latihan range of motion tidak boleh dilakukan pada sendi yang membengkak atau
meradang atau jika ada cidera pada sistem musculoskeletal di sekitar sendi karena
latihan ini memberikan tekanan pada jaringan lunak sendi dan struktur tulang
sehingga dapat menimbulkan nyeri.
1.7. Prosedur
1. Cuci tangan untuk mencegah transfer organisme.
2. Jaga privasi klien dengan menutup pintu atau memasang sketsel.
3. Beri penjelasan kepada klien mengenai apa yang akan anda kerjakan dan
minta klien untuk dapat bekerja sama.
4. Atur ketinggian tempat tidur yang sesuai agar memudahkan perawat dalam
bekerja, terhindar dari masalah
5. Posisikan klien denga posisi supinasi dekat dengan perawatan dan buka bagian
tubuh yang akan digerakkan.
6. Rapatkan kedua kaki dan letakkan kedua lengan pada masingmasing sisi
tubuh.
7. Kemnbalikan pada posisi awal setelah masing-masing gerakan. Ulangi masing-
masing gerakan 3 kali.
8. Selama latihan pergerakan, kaji
Kemampuan untuk menoleransi gerakan;
Rantang gerak (ROM) dari masing-masing persendian yang bersangkutan.
9. Setelah latihan pergerakan, kaji denyut nadi dan ketahanan tubuh terhadap
latihan.
10. Catat dan laporkan setiap masalah yang tidak diharapkan atau perubahan pada
pergerakan klien, misalnya ada kekuatan atau kontraktur.
b. Ekstensi
Dari posisi fleksi, kembalikan ke posisi semula (buka genggaman tangan)
c. Hiperekstensi
Bengkokkan jari-jari tangan ke belakang sejauh mungkin
d. Abduksi
Buka dan pisahkan jari-jari tangan
e. Adduksi
Dari posisi abduksi, kembalikan ke posisi semula
f. Oposisi
Sentuhkan masing-masing jari tangan dengan ibu jari
b. Fleksi plantar
telapak kaki
- Letakkan satu tangan pada punggung dan tangan yang lainnya berada pada tumit
- Dorong telapak kaki menjauh dari kaki
7. Gerakan Leher
Ambil bantal di bawah kepala klien
8. Gerakan Hiperekstensi
Bantu klien untuk berubah pada posisi pronasi di sisi tempat tidur dekat dengan
perawat
a. Hiperekstensi leher
- Letakkan satu tangan di atas dahi, tangan yang lainnya pada kepala bagian
belakang
- Gerakkan kepala ke belakang
b. Hiperekstensi bahu
- Letakkan satu tangan di atas bahu klien dan tangan yang lainnya di bawah siku
klien
- Tarik lengan atas ke atas dan ke belakang
c. Hiperekstensi pinggul
- Letakkan satu tangan di atas pinggul. Tangan yang lainnya menyangga kaki
bagian bawah
- Gerakkan kaki ke belakang dari persendian pinggul
DAFTAR PUSTAKA
Potter, Patricia A. & Perry, Anne Griffin (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan,
Edisi 4. Jakarta: EGC
Warfield, Carol . 1996 . Segala Sesuatu yang Perlu Anda Ketahui Terapi Medis . Jakarta
: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Depkes RI, 1995. Penerapan Proses Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan
Sistem Muskuloskeletal. Jakarta. Bakti Husada.