Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“PENGELOLAAN KESELAMATAN DAN KESEHEATAN


KERJA DAN KESELAMATAN OPERASI”

Oleh :

ANDINU WAHYU SAPUTRA (193030504056)


SAHAT PARULIAN MARPAUNG (193020504027)
SHAFA ALYA NABILAH PUTRI (193030504035)
VERDY TORANG MANURUNG (193020504021)
RISKY F H SITOHANG (193010504009)
NICOLAS ADYTIA SIAHAAN (193020504020)
ARDI SURYA (193030504050)
PITRIA (193020504022)
ANDRI ANTONIUS MALAU (193010504013)
WIDYA LESTARI (213030504076)
DEVIN TESARIO GRUNADI (213020504013)
ELDY M A MASOEKAH (213030504079)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN/PRODI TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya, sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan tepat
waktu. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah “Regulasi
Pertambangan”.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kekurangan.


Untuk itu, segala saran dan kritik yang bersifat membangun sangat saya
perlukan agar makalah ini dapat menjadi lebih baik kedepannya.

Palangka Raya, November 2022

Penulis ,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................................... iii
BAB I
PENDAHULUAN…………………………………………………………………...1
BAB II
PEMBAHASAN……………………………………………………………….…….4
2.1 Keselamatan dan Kesehatan kerja dan Keselamatan Operasi……………….4
2.2 Sanksi Administrasi……………………………………………………………8
2.3 Kebijakan Hukum……………………………………………………………..8
2.4 Studi Kasus…………………………………………………………………….10
BAB III
PENUTUP………………………………………………………………………….14

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Regulasi adalah sesuatu yang tidak bebas nilai karena di dalam proses
pembuatannya pasti terdapat tarik menarik kepentingan yang kuat antara
kepentingan publik, pemilik modal dan pemerintah. Isu yang kontroversial
dalam kebijakan pemerintah khususnya berkaitan dengan Undang-Undang No.
32 tahun 2002 tentang Penyiaran adalah masalah digitalisasi penyiaran.
Undang-Undang sebagai produk hukum tidak berada di “ruang hampa”. Ia
merupakan hasil dari proses politik dan ekonomi sehingga karakternya diwarnai
konfigurasi kekuatan politik dan ekonomi yang melahirkannya. Dengan potensi
kerusakan lingkungan yang cukup tinggi kegiatan pertambangan sejak awal
dipagari regulasi yang ketat. Regulasi yang dibuat menjadi rambu yang
mengatur sekaligus menjaga kegiatan yang dibuat agar selaras. Mulai dari UU
No. 4 tahun 2009, kemudian berubah menjadi UU No. 3 Tahun 2020. Regulasi-
regulasi yang disusun selain sebagai panduan juga menadi alat kontrol bago
pemerintah untuk menilai perusahaan telah melakukan kegiatan pertambanagn
dengan baik atau tidak.
Dengan diterapkannya Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan
(SMKP) akan bermanfaat untuk menjamin terciptanya suatu sistem
keselamatan dan kesehatan kerja ditempat kerja, terciptanya tempat kerja yang
nyaman, efisien dan produktif serta meningkatkan daya saing perusahaan.
bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka
pengendalian risiko keselamatan pertambangan yang terdiri atas keselamatan
dan kesehatan kerja pertambangan, dan keselamatan operasi pertambangan.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan ) adalah segala kegiatan
untuk menjamin dan melindungi pekerja tambang agar selamat dan sehat
melalui upaya pengelolaan keselamatan kerja, kesehatan kerja, lingkungan
kerja, dan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Keselamatan
Operasi adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi operasional
tambang yang aman, efisien, dan produktif melalui upaya, antara lain
pengelolaan sistem dan pelaksanaan pemeliharaan/perawatan sarana,
prasarana, pertambangan; pengaman instalasi; kelayakan sarana prasarana,
instalasi dan peralatan pertambangan, kompetensi tenaga teknik, dan evaluasi
laporan hasil kajian teknis.

B. Rumusan Masalah
Adapun Rumusan Masalah dalam Makalah ini, yaitu :
1. Apa itu SMK3?
2. Bagaimana Penetapan Sanksi Administrasi?
3. Bagaimana Kebijakan Hukum?
4. Studi Kasus

C. Tujuan Penulisan
Adapun Tujuan Penulisan Makalah ini adalah untuk mengetahui lebih dalam
mengenai Regulasi Tambang yang berkaitan dengan SMK3 dan Mengetahui
tentang Penetapan Sanksi Administrasi Dan Kebijakan Hukum Yang Berlaku.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Keselamatan dan Kesehatan kerja dan Keselamatan Operasi


Kini, Pemerintah mewajibkan setiap perusahaan Kontraktor di Indonesia wajib
menerapkan K3 Konstruksi atau Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja
(SMK3) di Perusahaannya. Kewajiban ini berlaku bagi perusahaan yang
mempekerjakan pekerja/buruh paling sedikit 100 (seratus) orang atau mempunyai
tingkat potensi bahaya tinggi.

SMK3 merupakan standarisasi yang diadopsi dari Standar Australia AS4801. SMK3
sama dengan Occupational Health and Safety Assessment Series (OHSAS) 45001.
Manfaat Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
1. Untuk meningkatkan efektifitas perlindungan K3 dengan cara : terencana,
terukur, terstruktur, terintegrasi
2. Untuk mencegah kecelakaan kerja dan mengurangi penyakit akibat kerja, dengan
melibatkan : manajemen, tenaga kerja/pekerja dan serikat pekerja

Perusahaan yang telah melaksanakan penerapan SMK3 ini, selanjutnya


dilakukan penilaian penerapan SMK3 melalui Audit Eksternal oleh lembaga audit yang
telah di akreditasi atau ditunjuk oleh Menteri.
Untuk mendapatkan SMK3, perusahaan diwajibkan menyusun Rencana Keselamatan
&Kesehatan Kerja (K3), dalam menyusun rencana K3 tersebut, pengusaha melibatkan
Ahli K3, Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja(P2K3), Wakil Pekerja
dan Pihak Lain yang terkait.’
Tujuan Sistem Manajemen K3 Pertambangan:
1. Membantu organisasi atau perusahaan mengimplementasikan Sistem
Manajemen K3 berdasarkan Permen ESDM no 26 tahun 2018 secara efektif.
2. Membantu organisasi atau perusahaan mendapatkan sertifikasi Sistem
Manajemen K3 berdasarkan Permen ESDM no 26 tahun 2018 dari Badan
Sertifikasi yang ditunjuk dan berwenang.
3. Memberikan wawasan K3 dan best practice mendalam untuk peningkatan
berkelanjutan kepada perusahaan.

Sasaran dari Sistem Manajemen K3 Pertambangan:


Sistem Manajemen K3 yang mengacu pada standar Permen ESDM no 26 tahun
2018 ini dapat dilakukan di perusahaan yang bergerak dalam bidang pertambangan.

Perusahaan yang menerapkan SMK3 ini akan memiliki 5 (lima) Prinsip Dasar
SMK3, yaitu :
1. Dasar Penetapan Kebijakan, yang meliputi pembangunan & pemeliharaan
dokumen
2. Dasar Perencanaan K3, meliputi pembuatan & pendokumentasion rencana K3
3. Pelaksanaan K3, meliputi pengendalian perancangan & pengendalian kontrak,
pengendalian dokumen, pembelian & pengendalian produk, keamanan bekerja
berdasarkan SMK3, pengelolaan materi & perpindahannya
4. Pemantauan & Evaluasi Kinerja K3, meliputi standar pemantauan pengumpulan
& penggunaan data, serta pemeriksaan SMK3
5. Peninjauan & Peningkatan Kinerja SMK3, meliputi pelaporan & perbaikan
kekurangan
Syarat utama dalam pengajuan Sertifikat SMK3 :
1. Membentuk P2K3, yaitu Panitia Pembinaan Keselamatan & Kesehatan kerja
yang dibuat dari dinas setempat (masa pembentukan P2K3 yang telah disetujui
oleh Dinas - 2 minggu)
2. Memiliki program BPJS perusahaan
3. Memiliki 3 (tiga) orang tenaga ahli yang bersertifikat Ahli K3 Umum, Ahli K3
Damkar, Ahli K3-P3K
4. Memiliki record MCU - Medical Check Up min. 2 (dua) orang staf yang masuk
pada pengurusan kepanitiaan P2K3
5. Dikhususkan kepada perusahaan kontraktor, wajib memiliki SIA-Surat Izin Alat
& SIO-Sertifikat Izin Operasional alat
6. Siap dilakukan pemeriksaan lingkungan kerja
7. Siap dilakukan audit oleh lembaga audit ter Akreditasi Kemenakertrans

2.2SanksiAdministrasi
Berdasarkan pasal 190 UU no 13 Tahun 2003, Sanksi Administratif yang
didapat perusahaan jika melanggar berupa :
a. teguran;
b. peringatan tertulis;
c. pembatasan kegiatan usaha;
d. pembekuan kegiatan usaha;
e. pembatalan persetujuan;
f. pembatalan pendaftaran;
g. penghentian sementara sebagian atau seluruh alat produksi; dan
h. pencabutan izin.
2.3 KEBIJAKAN PENGELOLAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN
KERJA DAN KESELAMATAN OPERASI
Penerapan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) memiliki beberapa dasar
hukum pelaksanaan. Di antaranya ialah Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja, Permenaker No 5 Tahun 1996 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Permenaker No 4 Tahun 1987
tentang Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3). Rangkuman
dasar-dasar hukum tersebut antara lain :UU No 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan
Kerja :
1. Tempat dimana dilakukan pekerjaan bagi suatu usaha.
2. Adanya tenaga kerja yang bekerja di sana.
3. Adanya bahaya kerja di tempat itu.

Permenaker No 5 Tahun 1996 Tentang Sistem Manajemen K3 :

Setiap perusahaan yang memperkerjakan 100 (seratus) tenaga kerja atau


lebih dan atau yang mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh
karakteristik proses atau bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan
kerja seperti peledakan, kebakaran, pencemaran lingkungan dan penyakit akibat
kerja (PAK).Permenaker No 4 Tahun 1987 Tentang Panitia Pembina Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (P2K3) :

1. Tempat kerja dimana pengusaha atau pengurus memperkerjakan 100 (seratus)


orang atau lebih.
2. Tempat kerja dimana pengusaha memperkerjakan kurang dari 100 (seratus)
orang tetapi menggunakan bahan, proses dan instalasi yang memiliki resiko
besar akan terjadinya peledakan, kebakaran, keracunan dan pencemaran
radioaktif.

Dalam sektor pertambangan mineral dan batubara, K3 merupakan kunci


bisnis yang menjadi prioritas. Seperti yang tercantum dalam Pasal 5, Ayat
1, Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No.
555.K/26/M.PE/1995 tentang K3 Pertambangan Umum, dinyatakan bahwa
kegiatan pertambangan, baik eksplorasi maupun eksploitasi baru dapat dimulai
setelah pemegang Kuasa Pertambangan (sekarang Pemegang Izin Usaha
Pertambangan) memiliki Kepala Teknik Tambang (KTT), yaitu seseorang yang
memimpin dan bertanggung jawab atas terlaksananya serta ditaatinya peraturan
perundang-undangan K3 pada suatu kegiatan usaha pertambangan. Kemudian,
ketika kegiatan pertambangan telah berlangsung, pengusaha harus menghentikan
pekerjaan apabila KTT atau petugas yang ditunjuk tidak berada pada pekerjaan
usaha tersebut, seperti yang tercantum dalam Pasal 4, Ayat 7, Keputusan Menteri
Pertambangan dan Energi No. 555.K/26/M.PE/1995. K3 juga merupakan
kewajiban yang melekat bagi pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) dan Izin
Usaha Pertambangan Khusus (IUPK), sebagaiman tercantum dalam Pasal 96,
Huruf a, UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.

Selanjutnya, pelaksanaan K3 pada kegiatan usaha pertambangan yang


dilakukan oleh pemegang IUP, IPR, atau IUPK tersebut diawasi oleh pemerintah
melalui Inspektur Tambang seperti yang tercantum dalam Pasal 141, Ayat 1 dan
Ayat 2, UU No. 4 Tahun 2009. Dari penjelasan tersebut, sangat jelas bahwa sektor
pertambangan mineral danbatubara memiliki komitmen yang sangat tinggi
terhadap K3 yang pengelolaannya diarahkan untuk mendukung kebijakan dalam
menciptakan kegiatan pertambangan yang aman, bebas dari kecelakaan kerja,
kejadian berbahaya dan penyakit akibat kerja.

Kontrol Pemerintah terhadap Perusahaan atau Industri Mineral dan


Batubara

Berdasarkan Pasal 140 Ayat 3, UU No. 4 Tahun 2009, Menteri, Gubernur


dan Bupati atau Walikota sesuai dengan kewenangannya melakukan pengawasan
ataspelaksanaan kegiatan usaha pertambangan yang dilakukan oleh pemegang IUP,
IPR atau IUPK. Berdasarkan Pasal 141 Ayat 1, hal yang menjadi aspek pengawasan
adalah :

• teknis pertambangan
• pemasaran,
• keuangan,
• pengelolaan data mineral dan batubara,
• konservasi sumber daya mineral dan batubara,
• keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan,
• keselamatan operasi pertambangan,
• pengelolaan lingkungan hidup, reklamasi dan pasca tambang,
• pemanfaatan barang, jasa, teknologi dan kemampuan rekayasa dan
rancangbangun dalam negeri,
• pengembangan tenaga kerja teknis pertambangan,
• pengembangan dan pemberdayaan masyarakat setempat,
• penguasaan, pengembangan, dan penerapan teknologi pertambangan,
• kegiatan-kegiatan lain di bidang kegiatan usaha pertambangan
yangmenyangkut kepentingan umum,
• pengelolaan IUP atau IUPK, dan
• jumlah, jenis, dan mutu hasil usaha pertambangan

Pengawasan terhadap teknis pertambangan; konservasi sumber daya


mineral danbatubara; keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan; keselamatan
operasi pertambangan; pengelolaan lingkungan hidup, reklamasi dan pasca
tambang;penguasaan, pengembangan, dan penerapan teknologi pertambangan,
dilakukan oleh Inspektur Tambang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan (Pasal141 Ayat 2)

Peraturan atau Undang-undang di Sektor Mineral dan Batubara yang


Mengatur K3

Beberapa peraturan yang menjadi dasar pengelolaan K3 di pertambangan


mineral dan batubara adalah sebagai berikut:

• UU No.4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara


• UU No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah
• UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
• UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
• PP No. 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha Panas Bumi
• PP No.38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara
Pemerintah, Pemprov dan Pemkab atau Kota
• PP No.19 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan Pengawasan K3 di Bidang
Pertambangan
• Permen No.06 P Tahun 1991 tentang Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas
Instalasi, Peralatan dan Teknik Migas dan Panas Bumi
• Permen No.02 P. Tahun 1990 tentang Keselamatan Kerja Panas Bumi
• Kepmen No.555.K Tahun 1995 tentang K3 Pertambangan Umum
• No.2555.K Tahun 1993 tentang PIT Pertambangan Umum.
• Keputusan Bersama Menteri ESDM dan Kepala Badan Kepegawaian Negara
No. 1247.K/70/MEM/2002 dan No. 17 Tahun 2002 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Jabatan Fungsional Inspektur Tambang dan Angka Kreditnya
• Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No.38 Tahun 2014

2. 4. Studi Kasus
Penyebab Teknis / Manusia
Contoh kasus: 4 Pekerja tertimbun saat menambang batu bara
4 Pekerja tertimbun saat tambang batu bara tempat mereka bekerja
meledak. Tim SAR gabungan hingga saat ini masih mencari empat korban
tertimbun di terowongan yang ambles di pertambangan batu bara PT Dasrat
Sarana Arang Sejati di Dusun Data Gulandi, Desa Batu, Talawi, Sawahlunto,
Sumatera Barat. "Proses evakuasi empat korban tambang tertimbun di dalam
terowongan masih terus dilakukan," kata Pelaksana Tugas Kepala Seksi
Operasi Kantor SAR Padang Zulfahmi ketika di hubungi dari Padang seperti
dikutip Antara, Sabtu (25/1). Sebanyak empat korban yang masih tertimbun,
yakni Irvan (40), Qomarruddin (41), Ucok (40), Anton (31), sedangkan korban
meninggal dunia atas nama Edi (40). Tim SAR menggali terowongan tambang
yang ambles untuk mencari korban yang masih tertimbun. "Tim SAR sejak
Jumat (24/1) sore hingga Sabtu pagi baru berhasil melakukan penggalian
sekitar 10 meter dari bibir terowongan tambang batu bara tersebut," kata dia.
Berdasarkan keterangan pekerja, panjang terowongan tambang sekitar 120
meter. Tim SAR memperkirakan korban tertimbun berada sekitar 50 meter dari
bibir terowongan. "Ada sekitar 40 meter lagi penggalian dilakukan untuk
evakuasi korban yang tertimbun di dalam terowongan tersebut," kata Zulfahmi.
Berdasarkan keterangan dari korban selamat, katanya, ledakan tambang terjadi
ketika mereka melakukan perbaikan "blower" di dalam terowongan. "Saat
perbaikan tersebut pekerja diduga lupa mematikan arus listrik yang dapat
memicu percikan api sehingga terjadi ledakan dalam terowongan tersebut," kata
dia. Dia mengatakan bahwa lokasi tambang batu bara milik PT Dasrat Sarana
Arang Sejati tersebut, mengandung gas metanan yang membahayakan para
pekerja. "Besar kemungkinan ledakan tambang tersebut terjadi akibat percikan
api sehingga menyambar gas metanan yang ada di sekitar tambang tersebut,"
ujar dia.
Pada kesempatan, Kepala Dinas ESDM Sumbar Marzuki Mahdi
menyatakan pihaknya akan melakukan penyelidikan meledaknya tambang batu
bara milik PT Dasrat Sarana Arang Sejati itu. akan melihat apakah metode
penambangan pekerja dari PT Dasrat sudah sesuai dengan ketentuan atau
tidak," kata dia. Menurut dia, dugaan sementara penyebab ledakan tambang
tersebut, karena adanya semburan gas metana di dalam gua tambang.
"Kandungan gas metana yang melewati ambang batas menjadi penyebab
terjadinya ledakan di tambang," kata dia. Berdasarkan keterangan sementara,
peristiwa itu berawal ketika delapan pekerja tambang memperbaiki "blower"
yang rusak di dalam gua lambang batu bara. Saat perbaikan "blower", katanya,
diduga juga terjadi peningkatan gas metana di dalam gua tambang "ESDM
Sumbar belum tahu sumber dari mana percikan api sehingga terjadi ledakan
mengakibat empat orang tertimbun, satu orang meninggal dunia," kata dia.

Analisa penyebab terjadinya kecelakaan kerja :


Penyebab tertimbunnya 4 pekerja dan meninggalnya 1 pekerja pada
pertambangan batu bara tersebut di akibatkan karena terjadinya ledakan di
dalam gua tambang batu bara tersebut. Dan ledakan tersebut terjadi karena
adanya ledakan pada saat beberapa para pekerja sedang memperbaiki blower
yang rusak di dalam tambang tersebut. Blower tersebut juga meledak
bukan hanya kesalahan pekerjanya, tetapi juga karena adanya
kandungan gas metana yang melewati ambang batas yang dapat menyebabkan
blower tersebut meledak.

Pencegahan agar tidak terjadi kecelakaan kerja :


➢ Para pekerja harus diberikan perbekalan ilmu guna dalam meminimalisir
terjadinya kecelakaan kerja pada pertambangan.

➢ Melakukan perbaikan alat-alat elektronik di luat tambang.

➢ Memberikan peralatan-peralatan yang cukup memadai.

Saran:
Jika dalam melakukan perbaikan alat-alat harusnya dilakukan di luar
daerah pertambangan, dan dalam melakukan perbaikan haruslah dengan orang-
orang yang lebih mengerti dalam melakukan perbaikan-perbaikan tersebut.

Sanksi Administratif :
Berdasarkan UU no 13 tahun 2003, sanksi administrative yang mungkin
diterima perusahaan adalah berupa peringatan tertulis, pembekuan kegiatan
usaha, serta penghentian sementara sebagian atau seluruh alat produksi untuk
meminimalisir kejadian serupa terjadi lagi.

Kebijakan Hukum :
Menerapkan K3 sesuai dengan peraturan perundang-undangan
secara tidak langsung perusahaan dapat mencegah terjadinya kece-
lakaan dan penyakit kerja serta pelanggaran kerja. Dan juga pekerjaan
dapat terlaksana dengan aman dan efisien. Penerapan Aspek Hukum terhadap
Keselamatan dan Kesehatan Kerja berpengaruh baik kepada perusahaan
maupun tenaga kerja karena apabila perusahaan ataupun tenaga kerja yang
mengabaikan K3 dalam menjalankan pekerjaan akan diberikan sangsi
hukum karena baik perusahaan dan tenaga kerja telah terikat secara hukum.
BAB III
PENUTUP
3.1 kesimpulan
A. SMK3 merupakan standarisasi yang diadopsi dari Standar Australia
AS4801. SMK3 sama dengan Occupational Health and Safety Assessment
Series (OHSAS) 45001.
Manfaat Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (SMK3):
1. Untuk meningkatkan efektifitas perlindungan K3 dengan cara : terencana,
terukur, terstruktur, terintegrasi
2. Untuk mencegah kecelakaan kerja dan mengurangi penyakit akibat kerja,
dengan melibatkan : manajemen, tenaga kerja/pekerja dan serikat pekerja
B. Berdasarkan pasal 190 UU no 13 Tahun 2003, Sanksi Administratif yang didapat
perusahaan jika melanggar berupa :
a. teguran;
b. peringatan tertulis;
c. pembatasan kegiatan usaha;
d. pembekuan kegiatan usaha;
e. pembatalan persetujuan;
f. pembatalan pendaftaran;
g. penghentian sementara sebagian atau seluruh alat produksi; dan
h. pencabutan izin.
C. Penerapan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) memiliki beberapa dasar
hukum pelaksanaan. Di antaranya ialah Undang-Undang No 1 Tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja, Permenaker No 5 Tahun 1996 tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Permenaker No 4 Tahun
1987 tentang Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3).
3.2 Saran
Kesehatan dan keselamatan kerja sangat penting dalam pembangunan karena sakit dan
kecelakaan kerja akan menimbulkan kerugian ekonomi ( lost benefit ) suatu perusahaan
kerugian pada diri pekerjaan bahkan kerugian pada negara. Oleh karena itu kesehatan
dan keselamatan kerja harus dikelola secara maksimal bukan saja oleh tenaga
kesehatan tetapi seluruh masyarakat khusunya masyarakat pekerja di pertambangan
tersebut guna meminimalisir segala kerugian yang dapat terjadi.
DAFTAR PUSTAKA

https://proxsisgroup.com/bagaimana-komitmen-dan-pola-kebijakan-k3-di-
sektor-pertambangan/

https://damkar.bandaacehkota.go.id/2020/07/13/dasar-hukum-penerapan-k3-
keselamatan-dan-kesehatan-kerja-di-tempat-kerja/

Riska Septiyana.2019."3 Contoh Kasus Kecelakaan


Kerja",https://www.scribd.com/doc/297055570/3-Contoh-Kasus-Kecelakaan-
Kerja, diakses pada 17 Novenber 2022 pukul 18:00

https://synergysolusi.com/layanan/iso-smk3-implementation/sistem-
manajemen-k3-pertambangan-berdasarkan-permen-esdm-no-38-tahun-2014
https://www.ijintender.co.id/sertifikatk3

Anda mungkin juga menyukai