Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

“PEMBENTUKAN NIKEL DI SULAWESI TENGAH”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2 :

1. Siti Rohani Waruwu 21301050401000 9. Grace Yulita 213020504044


2. Manissa Rahayu 213020504030 10. Merce Masriani Z. 213020504037
3. Maura Rahmawati 213020504021 11.Vincend T. Manurung 213020504023
4. Irga Loti Rante 213020504014 12.Ravael C. E. Ginting 213010504006
5. Rolita Grace C. Purba 213020504045 13. Gerald B. Gultom 213020504017
6. Nelsa Rellyamazia A. 213010504007
7. Alifia Riesti 213030504059
8.Dedy J. Sihombing 213020504022

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN/PRODI TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat, rahmat dan karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-idenya sehingga makalah dengan judul "Pembentukan Nikel Di Sulawesi
Tengah” ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembacanya. Namun,
terlepas dari itu semua kami memahami bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Sehingga
kami sangat mengharapkan kritik dan saran demi kebaikan selanjutnya.

Palangka Raya, 21 November 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………..I

DAFTAR ISI …………………………………………………………………II

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ……………………………………………………….1


1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………1
1.3 Tujuan Masalah ………………………………………………………2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pembentukan Nikel Laterit ……………………………………………3

2.2 Kondisi geologi daerah Sulawesi tengah terhadap pembentukan

nikel laterit………………………………………………………………4

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan …………………………………………………………….8

3.2 Saran ……………………………………………………………………8

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara Indonesia adalah negara dengan sumberdaya mineral dan batubara yang
melimpah, oleh karena itu ada banyak pertambangan di Indonesia dengan tujuan
mendapatkan sumberdaya mineral dan batubara tersebut. Salah satu mineral yang banyak
terdapat di Indonesia adalah nikel. Indonesia merupakan negara dengan cadangan bijih
nikel terbesar di dunia. Sekitar 23,7% cadangan nikel dunia ada di Tanah Air (Kementrian
ESDM, 2019). Sebagian besar nikel di Indonesia terdapat di Sulawesi Tengah, Sulawesi
Tenggara, dan Maluku Utara. Akibat dari banyaknya cadangan nikel di Indonesia ini, maka
kedepannya akan semakin banyak terbentuk pertambangan mineral nikel di Indonesia.

Nikel laterit adalah endapan yang berasal dari proses pelapukan ( laterisasi) pada
batuan induk (batuan ultramafik) dimana Indonesia merupakan negara beriklim tropis
sehingga memungkinkan pelapukan tinggi dapat terjadi ( Arifin dkk., 2015). Nikel
merupakan salah satu logam non-ferrous yang banyak dibutuhkan pada berbagai aplikasi.
Nikel tersebut juga memiliki ketahanan korosi, kekuatan, keuletan, dan konduktivitas
termal serta listrik yang tinggi sehingga memungkinkan untuk digunakan pada berbagai
keperluan.

Meningkatnya kebutuhan nikel dunia disebabkan oleh naiknya kebutuhan baja tahan
karat dan untuk penggunaan mobil listrik. Oleh karena itu, pencarian serta pengolahan
cadangan nikel sangat dibutuhkan.

Topografi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pembentukan nikel laterit.
Topografi daerah sekitar sangat mempengaruhi bagaimana air bergerak. Pada daerah yang
landai, maka air akan bergerak secara perlahan sehingga akan mempunyai kesempatan
untuk terserap ke dalam tanah. Endapan akan terakumulasi pada daerah yang memiliki
kemiringan landai hingga sedang. Inilah alasan mengapa tebalnya hasil pelapukan turut
dipengaruhi oleh topografi. Pada daerah yang curam air yang meluncur lebih banyak dari
pada air yang meresap sehingga dapat menyebabkan proses pengayaan nikel kurang
intensif.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pembentukan nikel laterit?
2. Bagaimana kondisi geologi daerah Sulawesi tengah sehingga terdapat pembentukan
nikel laterit?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui terjadinya pembentukan nikel laterit
2. Untuk mengetahui kondisi geologi pada daerah Sulawesi tengah sehingga terdapat
pembentukan nikrl laterit
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pembentukan Nikel Laterit

Laterit berasal dari bahasa latin yaitu later, yang artinya bata (membentuk bongkah
bongkah yang tersusun seperti bata yang berwarna merah bata) (Jafar dkk., 2016).Laterit
merupakan hasil proses pelapukan dan pengkayaan batuan mafic/utramafic di daerah tropis.
Oleh karena itu komposisi kimia dan mineraloginya berbeda antara satu endapan dengan
endapan lainya.

Nikel dalam bijih nikel laterit berasosiasi dengan besi oksida dan mineral silikat sebagai
hasil. substitusi isomorphous unsur besi dan magnesium dalam struktur kristalnya,
sehingga secara kimia dan fisik, bijih nikel laterit dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu
bijih jenis saprolit (silikat/hidro silikat) dan jenis limonit (oksida/hidroksida) (Subagja
dkk.,2016).
Laterit dapat dijumpai terutama pada daerah yang beriklim tropis sampai
subtropis yang memiliki suhu tinggi dan curah hujan yang cukup. Akibatnya laterit banyak
ditemukan di daerah Indonesia (daerah Sulawesi), serta beberapa wilayah lain yang
memiliki iklim tropis dan subtropis.
Bijih nikel latertit biasanya ditemukan pada daerah yang relatif dangkal yaitu berkisar di
kedalaman 15–20 meter di bawah permukaan tanah. Bijih nikel laterit berkontribusi
hingga 60–70% dari cadangan nikel dunia dan sebagian besar berada di negara-negara
tropis dan subtropis seperti Indonesia, New Caledonia,Australia, Kuba, Brazil, Filipina dan
Papua Nugini (Kose, 2010).
Menurut Kyle (2010), secara umum deposit nikel laterit dapat dibagi menjadi empat
zona utama, yaitu zona ferricrete, zona limonit, zona saprolit dan bedrock. Keempat zona
ini memiliki kandungan nikel, besi dan magnesia yang berbeda-beda.
Pembentukan endapan nikel laterit berasal dari batuan peridotit yang mengalami
serpentinisasi kemudian terekspos ke permukaan, pada kondisi iklim tropis dengan musim panas
dan hujan berganti-ganti kemudian mengalami pelapukan secara terus menerus yang
mengakibatkan batuan menjadi rentan terhadap proses pencucian. Sirkulasi air permukaan yang
me ngabsorpsi CO2 dari atmosfir mempercepat pro- ses pelapukan dan pencucian menjadi lebih
intensif pula. Pelapukan lebih lanjut, Ni akan larut dan terbawa oleh air tanah kemudian
mengalami proses presipitasi Menurut Priono (1985).

2.2 Kondisi geologi daerah Sulawesi Tengah sehingga terdapat pembentukan nikel laterit

Daerah Sulawesi Tengah memiliki lokasi nikel laterit yang termasuk satuan bentangalam
Perbukitan Rendah Curam Denudasional. Satuan bentang alam ini dicirikan dengan bentuk
lereng miring, dengan bentuk puncak tumpul.
Sebuah Analisis morfometri terhadap satuan ini memperlihatkan presentase kemiringan lereng
14 20%, yang termasuk dalam relief tersayat tajam. Satuan ini memiliki beda tinggi rata-rata
200-500 m. Adapun proses morfogenesa yang bekerja adalah morfogenesa denudasional berupa
pelapukan tinggi sehingga menghasilkan soil yang tebal.
Litologi daerah sumber nikel terdiri atas batuan peridotit terserpentinisasi, dunit
terserpentinisasi dan serpentinit. Batuan ini dapat disebandingkan dengan Kompleks Mafik yang
berumur Kapur (141-100 juta tahun lalu) (Rusmana dkk., 1993).
Penciri struktur geologi tidak dapat diidentifikasi di lapangan akibat pelapukan yang
tinggi. Namun, berdasarkan struktur geologi regional daerah pebukitan tersebut dilewati oleh
Sesar Naik Balantak yang berarah menenggara. Struktur geologi yang terbentuk pada batuan
dapat mempengaruhi proses pembentukan laterit.Dari terlihatnya sebuah rekahan dan patahan
pada batuan akan mempermudah rembesan air masuk kedalam tanah dan mempercepat proses
pelapukan batuan induk. Selain itu rekahan dan patahan dapat juga berfungsi sebagai tempat
pengendapan larutan yang mengandung nikel laterit.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Laterit berasal dari bahasa latin yaitu later, yang artinya bata (membentuk
bongkah bongkah yang tersusun seperti bata yang berwarna merah bata) (Jafar dkk.,
2016).Laterit merupakan hasil proses pelapukan dan pengkayaan batuan mafic/utramafic di
daerah tropis. Oleh karena itu komposisi kimia dan mineraloginya berbeda antara satu
endapan dengan endapan lainya. Daerah Sulawesi Tengah memiliki lokasi nikel laterit yang
termasuk satuan bentangalam Perbukitan Rendah Curam Denudasional. Satuan bentang alam ini
dicirikan dengan bentuk lereng miring, dengan bentuk puncak tumpul.
Sebuah Analisis morfometri terhadap satuan ini memperlihatkan presentase kemiringan lereng
14 20%, yang termasuk dalam relief tersayat tajam. Satuan ini memiliki beda tinggi rata-rata
200-500 m. Adapun proses morfogenesa yang bekerja adalah morfogenesa denudasional berupa
pelapukan tinggi sehingga menghasilkan soil yang tebal.

3.2 Saran

Pembentukan nikel laterit di Sulawesi Tengah merupakan hasil proses pelapukan dan
pengkayaan batuan mafic/utramafic di daerah tropis. Oleh karena itu harus diperhatikan
komposisi kimia dan mineraloginya berbeda antara satu endapan dengan endapan lainya.
DAFTAR PUSTAKA

Biney, A., Nugraheni, A., & Wijayanti, H. D. K. (2022). KARAKTERISTIK BATUAN ASAL
(BEDROCK) PEMBENTUKAN NIKEL LATERIT PADA DAERAH X DAN SEKITARNYA
KABUPATEN MOROWALI UTARA SULAWESI TENGAH. KURVATEK, 7(2), 51-62
https://journal.unhas.ac.id/index.php/geocelebes/article/view/18523/8132
https://repository.unsri.ac.id/52417/10/RAMA_31201_03021181722017_0022116203_0025107401_01_f
ront_ref.pdf
Thamsi, A. B., Jafar, N., & Fauzie, A. (2021). Analisis Pengaruh Morfologi Pada Pembentukan Nikel
Laterit PT Prima Sentosa Alam Lestari Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah. Jurnal
GEOSAPTA Vol, 7(2), 75.

Anda mungkin juga menyukai