Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TINJAUAN UMUM

2.1 Lokasi Penelitian dan Kesampaian Daerah


Kolaka adalah salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Tenggara,
Indonesia yang terdiri dari tiga belas (13) kecamatan. Kabupaten Kolaka
merupakan salah satu Kabupaten yang kaya akan sumberdaya alam yang dapat
diperbaharui maupun yang tidak dapat perbaharui, salah satunya yaitu Nikel.
Khususnya di Kecamatan Pomalaa terdapat beberapa perusahaan yang bergerak
dalam bidang penambangan Nikel salah satunya PT. Akar Mas Internasional
dengan luasan IUP sebesar 225 Ha.
Tabel 2.1 Koordinat Wilayah Izin Usaha Pertambangan PT. Akar Mas
Internasional

Garis Bujur Garis Lintang


N Longitude Latitude
No    BT    LS/LU
.
1 121 35 07.0 BT 4 14 25.1 LS
2 121 35 10.7 BT 4 14 25.1 LS
3 121 35 10.7 BT 4 14 29.4 LS
4 121 35 22.8 BT 4 14 29.4 LS
5 121 35 22.8 BT 4 14 43.4 LS
6 121 35 34.3 BT 4 14 43.4 LS
7 121 35 34.3 BT 4 15 1.5 LS
8 121 35 45.7 BT 4 15 1.5 LS
9 121 35 45.7 BT 4 15 32.3 LS
10 121 35 52.6 BT 4 15 32.3 LS
11 121 35 52.6 BT 4 15 58.8 LS
12 121 35 31.3 BT 4 15 58.8 LS
13 121 35 31.3 BT 4 15 28.7 LS
14 121 35 07.0 BT 4 15 28.7 LS
Sumber: PT. Akar Mas Internasional, 2019.

5
Sumber: PT. Akar Mas Internasional, 2022.
Gambar 2.1 Peta IUP PT. Akar Mas Internasional

Lokasi PT. Akar Mas Internasional secara administratif berada di kecamatan


pomalaa yang dapat ditempuh melalui jalur darat dengan menempuh waktu ± 45
menit dari Kabupaten Kota (Kolaka) dan menempuh waku ± 4 jam dari ibukota
Provinsi Sulawesi Tenggara (Kendari). Sedangkan melalui laut dapat ditempuh
melalui Provinsi Sulawesi Selatan dengan menggunakan kapal fery dengan jarak
tempuh ± 12 jam perjalanan. Lokasi ini dapat ditempuh dengan menggunakan
kendaraan bermotor roda 2 dan roda 4.
PT. Akar Mas Internasional ini berbatasan dengan :
 Disebelah Utara berbatasan dengan PT. Antam. Tbk
 DisebelahTimur berbatasan dengan PT. DRI
 Disebelah Selatan sampai Barat berbatasan dengan pemukiman
penduduk masyarakat transmigrasi Desa Hakatutobu.
2.2 Iklim dan Curah Hujan
Daerah Pomalaa merupakan daerah yang beriklim tropis. Kegiatan
penambangan bijih nikel pada PT. Nolan Maximo Sulawesi Tenggara masih
sangat dipengaruhi oleh iklim. Dimana pada musim kemarau, kegiatan

6
penambangan dapat dilakukan secara optimal, namun mengeluarkan biaya ekstra
untuk penyiraman debu pada jalan-jalan tambang. Dan jika dalam musim
penghujan, penambangan tidak dapat dilakukan secara optimal karena lokasi dan
jalan tambang menjadi becek akibat genangan air sehingga mempengaruhi faktor
K3 dan kinerja alat mekanis.

Tabel 2.2 Data Curah Hujan di Kabupaten Kolaka tahun 2021

Tahun Curah
2021 Nilai Rata-rata Hujan Rata-
rata
Januari 94,7
Februari 130,1
Maret 43,6
April 47,1
Mei 41,8
Juni 71,9
Juli 51,7
Agustus 23,6 58,36 130,10
Septembe
33
r
Oktober 46,5
November 54,3
Desember 62
Total 700,30
Sumber PT. Akar Mas Internasional/BMKG Kolaka

2.3 Geomorfologi

Berdasarkan relief dan batuan penyusun di wilayah Kabupaten Kolaka


secara umum dapat dikelompokkan menjadi 5 (lima) satuan morfologi, yaitu :

a. Morfologi Pegunungan
Satuan morfologi pengunungan menempata bagian terluas di kawasan ini,
terdiri atas pegunungan Mekongga, pegunungan Tangkelemboke, pegunungan
Mendoke, dan pegunungan Rumbia yang terpisah di ujung selatan lengan
tenggara. Puncak tertinggi adalah pegunungan Mekongga dengan ketinggian 2790
Mdpl. Rangkaian pegunungan ini memiliki pola yang hamper sejajar berarah barat
laut-tenggara. Arah ini sesajar dengan pola struktur sesar reginal di kawasan ini,
pola ini mengindikasikan bahwa pembentukan pegunungan itu erat hubungannya

7
dengan sesar regional. Satuan pegunungan di bentuk oleh batuan malih dan batuan
ofiolit, berdasarkan hasil penelitian pegunugan yang disusun oleh batuan ofiolit
mempunyai punggung gunung yang panjang dan lurus dengan lereng relative
lebih rata serta kemiringan yang tajam, sementara itu pegunugan yang dibentuk
oleh batuan malih, punggung gunungnya terputus pendek-pendek dengan lereng
yang tidak rata walaupun bersudut tajam.
b. Morfologi Perbukitan Tinggi
Menempati bagian selatan lengan tenggara, terutama di selatan kota kendari.
Satuan ini terdiri atas bukit-bukit yang mempunyai ketinggian 500 Mdpl dengan
morpologi kasar. Batuan penyusun morfologi ini berupa batuan sedimen Klastika
Mesozoikum dan Tersier.
c. Morfologi Perbukitan Rendah
Memparluas di utara Kendari di ujung selatan lengan tenggara Sulawesi.
Satuan ini terdiri atas bukit kecil dan rendah dengan morfologi yang
bergelombang. Batuan penyusun satuan ini adalah batuan Sedimen Klastika
Mesozoikum dan Tersier.
d. Morfologi Pedataran
Dijumpai dibagian tengah ujung selatan lengan tenggara Sulawesi. Tepi
selatan dataran Wawotobi dan dataran Sapara berbatasan langsung dengan
morfologi pegunungan. Penyebaran morfologi ini tampak sangat dipengaruhi oleh
sesar geser mengisi ( sesar Kolaka dan Sistem Sesar Konawe ). kedua system ini
diduga masih aktif, yang ditunjukkan oleh adanya torehan pada endapan aluvial
dalam kedua dataran tersebut (Surono dkk, 1997) sehingga sangat mungkin kedua
dataran ini mengalami penurunan.
Dataran Langkowala yang melamparluas di ujung selatan Lengan Tenggara,
merupakan dataran rendah. Batuan penyusunnya terdiri atas batu pasir kuarsa dan
konglomerat kuarsa Formasi Langkowala. Dalam dataran ini mengalir sungai-
sungai yang pada musim hujan berair melimpah sedang pada musim kemarau
kering. Hal ini mungkin disebabkan batu pasir dan konglomerat sebagai dasar
sungai masih lepas, sehingga air dengan mudah merembes masuk ke dalam tanah.
Sungai tersebut di antaranya Sungai Langkowala dan Sungai Tinanggea. Batas

8
selatan antara Dataran Langkowala dan Pegunungan Rumbia merupakan tebing
terjal yang dibentuk oleh sesar berarah hampir barat-timur.
e. Morfologi Karst
Morfologi karst melampar di beberapa tempat secara terpisah. Satuan ini
dicirikan perbukitan kecil dengan sungai di bawah permukaan tanah. Sebagian
besar batuan penyusun satuan morfologi ini didominasi oleh batu gamping
berumur Paleogen dan selebihnya batu gamping Mesozoikum. Batu gamping ini
merupakan bagian Formasi Eemoiko, Formasi Laonti, Formasi Buara dan bagian
atas dari Formasi Meluhu. Sebagian dari batu gamping penyusun satuan
morfologi ini sudah terubah menjadi marmer. Perubahan ini erat hubungannya
dengan pensesar-naikkan ofiolit keatas kepingan benua.

Sumber : Rian Anugrah, 2018


Gambar 2.2 Peta Satuan Morfologi Kabupaten Kolaka

2.4 Topografi

Keadaan topografi setempat sangat mempengaruhi sirkulasi air beser


tareagen-reagen lain. Untuk daerah yang landai maka air akan begerak perlahan-
lahan sehingga mempunyai kesempatan untuk mengadakan penetrasi lebih dalam
melalui rekahan-rekahan atau pori-pori batuan. Akumulasi endapan umumnya
berada di daerah yang landai sampai kemiringan sedang, hal ini menerangkan
bahwa ketebalan pelapukan mengikuti bentuk topografi. Pada daerah yang curam

9
jumlah air yang meluncur “run off” lebih banyak dari pada air yang meresap, ini
dapat menyebabkan pelapukan kurang intesif. Pada tempat-tempat dimana
terdapat keseimbangan, nikel akan mengendap melalui proses pelapukan kimia.

2.5 Struktur Geologi

Endapan bijih nikel yang ditemukan di daerah Pomalaa adalah termasuk


bijih nikel laterit yang terbentuk oleh hasil pelapukan batuan ultrabasa yang
terdapat di Sulawesi Tenggara.
Keterdapatan endapan bijih nikel di daerah Kolaka – Pomalaa meliputi
pulau Lemo, pulau Maniang, di perbukitan Pomalaa, Tanjung Pakar dan Batu
Kilat. Batuan dasarnya yaitu peridotit dan serpentinit yang penyebarannya tidak
merata.
Secara umum pada daerah pomala banyak terdapat rekahan-rekahan kecil
yang akan mempermudah dan mempercepat proses pelapukan terhadap batuan
induknya. Rekahan-rekahan kecil ini umumnya telah terisi oleh mineral - mineral
sekunder seperti silica dan magnesium.
Terdapat dua kelompok utama dari rekahan-rekahan ini yang umumnya diisi
oleh mineral - mineral garnierite dan asbes, sedangkan rekahan yang kedua
umumnya diisi oleh mineral kaldeson (silica).

2.6 Stratigrafi

Secara regional, daerah studi terutama tersusun oleh kelompok Batuan Ultra
basa (Ku) yang berumur Kapur dan Endapan Aluvial berumur Holosen. Batuan
ultra basa di Sulawesi Tenggara merupakan kelompok batuan ofiolit (Ku) yang
terdiri atas peridotit, harsburgit, dunit dan serpentinit. Peridotit, berwarna hitam
kehijauan, kecoklatan; berbutir sedang sampai kasar, fanerik, hablur penuh, yang
tersusun oleh mineral piroksen, olivin, dan sekitar plagioklas serta bijih.
Harsburgit, berwarna hijau kehitaman, berbutir menengah, Fanerik,
hipidiomofik, sebagian telah terserpentinkan. Dunit, berwarna hijau tua; berbutir
halus sampai sedang; granular dengan bentuk Kristal tidak sempurna (anhedral),
terdiri dari olivin dengan sedikit piroksen. Serpentinit, kelabu kehijauan; agak
keras setempat mengandung asbes; biasanya terdapat pada lajur sesar. Pada
umumnya bantuan ultramafik di daerah ini telah mengalami pelapukan cukup kuat

10
yang menghasilkan lapisan laterit, mencapai ketebalan beberapa meter sampai
belasan meter. Mineral garnierite, magnesit dan oksidabesi sering di jumpai
didaerah ini.Satuan ini adalah bantuan asal kerak samudera yang merupakan
batuan dasar dan lajur Hialu. Bantuan ofolit ini tertidih tak selaras dengan formasi
Matano yang berumur kapur akhir. Sehingga umur batuan diduga lebih tua dari
kapur akhir.
Endapan Aluvial terdiri atas endapan berukuran kerikil, kerakal, pasir,
lempengan dan lumpur. Sebenarnya terdapat di daerah daratan sekitar muara
sungai besar yang didaerah penyelidikan dijumpai disekitar Lahumbuti dan
sekitarnya.

2.7 Genesa Endapan Nikel Laterit

Nikel adalah logam yang berwarna kelabu perak yang memiliki sifat logam
yang kekuatan dan kekerasannya menyerupai besi dan tahan karat.Dalam keadaan
murni nikel bersifat lembek, tetapi jika dipadukan dengan besi, krom atau logam
lainnya dapat membentuk baja tahan karat (stainless steel) yang banyak
diaplikasikan pada peralatan dapur (sendok, dan peralatan masak), ornamen-
ornamen rumah dan gedung, serta komponen industri lainnya. Endapan bijih nikel
yang terdapat di daerah Pomalaa termasuk dalam jenis nikel laterit yang terbentuk
dari hasil pelapukan batuan asalnya yaitu batuan ultrabasa seperti batuan Peridotit.
Batuan induk Periodit terdiri dari mineral utama Olivin dan Piroksin, serta
beberapa jenis mineral tambahan seperti Kromit, Magnetit dan Kobalt. Proses
serpentinisasi yang terjadi pada batuan peridotit akibat pengaruh larutan
hydrothermal, akan merubah batuan Peridotit menjadi Serpentinit atau batuan
Serpentinit Peridotit. Proses ini dianggap sebagai awal terbentuknya suatu
endapan residu bijih nikel. Akibat dari proses pelapukan yang terjadi pada kondisi
curah hujan yang cukup tinggi sehingga membentuk air tanah dan perubahan suhu
yang cepat, maka batuan tersebut mengalami dekomposisi dan menghasilkan
tanah laterit yang kaya dengan unsur-unsur Fe serta silika yang mengandung
unsur-unsur Ni, Co, Mn dan Ca, proses ini disebut sebagai proses laterisasi
dimana proses mekanis memegang peranan penting, bersama sirkulasi air yang
berasal dari hujan atau air yang mengandung unsur-unsur Mg, Fe, Ca akan
terbawa dan larut.

11
2.8 Profil Nikel Laterit

Profil endapan nikel laterit yang terbentuk dari hasil pelapukan batuan
ultrabasa secara umum terdiri dari 4 (empat) lapisan, yaitu Lapisan tanah penutup
atau Top soil, lapisan limonit, lapisan saprolit, dan bedrock.

 Lapisan Tanah Penutup


Lapisan tanah penutup biasa disebut iron capping. Material lapisan
berukuran lempung, berwarna coklat kemerahan, dan biasanya terdapat juga
sisa-sisa tumbuhan. Pengkayaan Fe terjadi pada zona ini karena terdiri dari
konkresi Fe- Oksida (mineral Hematite dan Goethite), dan Chromiferous
dengan kandungan nikel relatif rendah. Tebal lapisan bervariasi antara 0 – 2
m. Tekstur batuan asal sudah tidak dapat dikenali lagi.
 Lapisan Limonit.
Merupakan lapisan berwarna coklat muda, ukuran butir lempung sampai
pasir, tekstur batuan asal mulai dapat diamati walaupun masih sangat sulit,
dengan tebal lapisan berkisar antara 1 – 10 m. Lapisan ini tipis pada daerah
yang terjal, dan sempat hilang karena erosi. Pada zona limonit hampir
seluruh unsur yang mudah larut hilang terlindi, kadar MgO hanya tinggal
kurang dari 2% berat dan kadar SiO2 berkisar 2 – 5% berat. Sebaliknya
kadar Fe2O3 menjadi sekitar 60 – 80% berat dan kadar Al2O3 maksimum
7% berat. Zona ini didominasi oleh mineral Goethit, disamping juga
terdapat Magnetit, Hematit, Kromit, serta Kuarsa sekunder. Pada Goethit
terikat Nikel, Chrom, Cobalt, Vanadium, dan Aluminium.
 Lapisan Saprolit
Merupakan lapisan dari batuan dasar yang sudah lapuk, berupa bongkah-
bongkah lunak berwarna coklat kekuningan sampai kehijauan. Struktur dan
tekstur batuan asal masih terlihat. Perubahan geokimia zone saprolit yang
terletak di atas batuan asal ini tidak banyak, H2O dan Nikel bertambah,
dengan kadar Ni keseluruhan lapisan antara 2 – 4%, sedangkan Magnesium
dan Silikon hanya sedikit yang hilang terlindi. Zona ini terdiri dari vein-vein
Garnierite, Mangan, Serpentin, Kuarsa sekunder bertekstur boxwork, Ni-

12
Kalsedon, dan di beberapa tempat sudah terbentuk limonit yang
mengandung Fe-Hidroksida.
 Bedrock (Batuan Dasar)
Merupakan bagian terbawah dari profil nikel laterit, berwarna hitam
kehijauan, terdiri dari bongkah – bongkah batuan dasar dengan ukuran > 75
cm, dan secara umum sudah tidak mengandung mineral ekonomis. Kadar
mineral mendekati atau sama dengan batuan asal, yaitu dengan kadar Fe ±
5% serta Ni dan Co antara 0.01 – 0.30%.

Sumber: http://nadiamugni.wordpress.com
Gambar 2.4 Zone of Nickel Laterite

2.9 Sistem Penambangan

Tambang Terbuka (Surface Mining) merupakan suatu sistem


penambangan dimana seluruh aktivitas kerjanya berhubungan langsung
dengan atmosfer atau udara luar. (Irwandi Arif, 2000 dalam Syefriyanto,
2019). Sistem penambangan terbuka memiliki beberapa metode tambang
terbuka yaitu sebagai berikut:

13
2.9.1 Open Pit/Open Mine

Penambangan dengan cara open pit adalah penambangan terbuka yang


dilakukan untuk menggali endapan-endapan bijih metal seperti endapan
bijih nikel, endapan bijih besi, endapan bijih tembaga, dan sebagainya.
Penambangan dengan caraOpen Pit biasanya dilakukan untuk endapan bijih
atau mineral yang terdapat pada daerah datar atau daerah lembah. Tanah
akan digali ke bagian bawah sehingga akan membentuk cekungan atau Pit.

Sumber :Tjokrosapoerta,2001
Gambar 2.3 Open Pit/Open Mine
2.9.2 Open Cut/Open Cast
Open Cut/Open Castadalah apabila penggalian endapan bijih
dilakukan pada suatu lereng bukit
.

Sumber :Tjokrosapoerta,2001

Gambar 2.4 Open Cut/Open Cast

2.9.3 Quarry

Quarry merupakan suatu system penambangan yang diterapkan untuk


endapan mineral industri(golongan C). Contoh : Tambang Batu Pualam di

14
Tulung Agung Jawa Timur batuannya Marmer, Tambang Aspal di Pulau
Buton batuannya batu gamping beraspal, Tambang Granit di Pulau Karimun
batuannya granit, dll.

2.9.4 Strip Mine

Strip Mineadalah Suatu system penambangan yang diterapkan untuk


endapan bijih yang letaknya horizontal atau sedikit miring.Contoh :
Tambang Batubara di Tanjung Enim Sumatera Selatan, Tambang Batubara
di Ombilin Sawah Lunto Sumatera Barat mineralnya Bituminous Coal, dll.

2.9.5 Alluvial Mine

Alluvial Mine adalah Suatu system penambangan yang diterapkan


untuk endapan alluvial.Contoh : Tambang Bijih Timah di Bangka Belitung
mineralnya Cassiterite, Tambang Bijih Besi di Cilacap mineralnya
Magnetite, Hematite, Ilmenite, dll.

15

Anda mungkin juga menyukai