Anda di halaman 1dari 363

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

BAB II
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1. Aspek Geografi dan Demografi


2.1.1. Karakteristik Lokasi dan Wilayah

Provinsi Sulawesi Utara terletak di wilayah paling utara pulau


Sulawesi, dan dikenal sebagai provinsi kepulauan. Ahli geologi
Indonesia yang merumuskan geomorfologi Pulau Sulawesi
sebagaimana dikutip oleh Tazrief Landoala (2013) menjelaskan
bahwa secara geologi, pulau Sulawesi merupakan wilayah yang
geologinya sangat komplek, karena merupakan perpaduan antara dua
rangkaian orogen yaitu Busur kepulauan Asia timur dan sistem
pegunungan sunda. Geomorfologi Pulau Sulawesi terjadi akibat
tabrakan dua pulau (Sulawesi bagian Timur dan Sulawesi bagian
Barat) antara 19 sampai 13 juta tahun yang lalu, terdorong oleh
tabrakan antara lempeng benua yang merupakan fundasi Sulawesi
Timur bersama Pulau-Pulau Banggai dan Sula, yang pada gilirannya
merupakan bagian dari lempeng Australia, dengan Sulawesi Barat
yang selempeng dengan pulau-pulau Kalimantan, Jawa dan Sumatra,
Sulawesi menjadi salah satu wilayah geologis paling rumit di dunia.
Sederhananya boleh dikata bahwa busur Sulawesi Barat lebih
vulkanis, dengan banyak gunung berapi aktif di Sulawesi Utara dan
vulkan mati di Sulawesi Selatan. Sedangkan busur Sulawesi Timur,
tidak ada sisa-sisa vulkanisme, tapi lebih kaya mineral. Sumber-
sumber minyak dan gas bumi dari zaman Tertiary tersebar di kedua
busur itu, terutama di Teluk Tomini, Teluk Tolo, Teluk Bone, serta di
Selat Makassar. Perbedaan geomorfologi kedua pulau yang
bertabrakan secara dahsyat itu menciptakan topografi yang
bergunung-gunung, di mana satu barisan gunung segera diikuti
barisan gunung lain, yang tiba-tiba dipotong secara hampir tegak
lurus oleh barisan gunung lain. Hal ini kurang lebih seperti kalau
taplak meja disorong dari beberapa sudut dan arah sekaligus.
Makanya jarang dijumpai pemandangan seperti di Jawa, Sumatera,
atau Kalimantan, di mana gunung-gunung seperti kerucut dikelilingi
areal persawahan atau hutan sejauh mata memandang. Kecuali di
Sulawesi Selatan (itupun di selatan Kabupaten Enrekang), tidak
ditemukan hamparan tanah pertanian yang rata sebagaimana yang
ada di wilayah ini.
Sederhananya, Sulawesi adalah pulau gunung, lembah, dan
danau, sementara dataran yang subur, umumnya terdapat di
sekeliling danau-danau yang bertaburan di keempat lengan pulau
Sulawesi. Ekologi yang demikian ikut menimbulkan begitu banyak
kelompok etno-linguistik. Setiap kali satu kelompok menyempal dari
kelompok induknya dan berpindah menempati sebuah lembah atau
dataran tinggi di seputar danau, kelompok itu terpisah oleh suatu

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 1


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

benteng alam dari kelompok induknya, dan lewat waktu puluhan


atau ratusan tahun, mengembangkan bahasa sendiri.
Provinsi Sulawesi Utara dengan Ibukota Manado terletak pada 0°15’–
5°34’ Lintang Utara dan 123°07-27°10’ Bujur Timur. Selanjutnya peta
Provinsi Sulawesi Utara dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Peta Provinsi Sulawesi Utara, 2015

Sumber: Bappeda Provinsi Sulawesi Utara, 2016

Geomorfologi yang khas ini menyebabkan pinggang Sulawesi


Tana Luwu dan Tana Toraja di provinsi Sulawesi Selatan, bagian
selatan Kabupaten Morowali, Poso, dan Donggala di provinsi Sulawesi
Tengah, dan bagian pegunungan provinsi Sulawesi Barat sangat kaya
dengan berbagai jenis bahan galian.Batubara terdapat di sekitar
Enrekang, Makale, dan Sungai Karama. Juga di Sulawesi Barat
sebelah utara, dimana terdapat tambang batubara dan banyak jenis
logam tersebar di berbagai pelosok Sulawesi. Tembaga dan nikel
terdapat di sekitar Danau-Danau Matano, Mahalona dan Towuti.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Provinsi Sulawesi Utara memiliki tiga kabupaten kepulauan


yang letaknya berbatasan langsung dengan wilayah Negara Republik
Filipina, yaitu Kabupaten Kepualuan Talaud, Kabupaten kepulauan
Sangihe dan Kabupaten Kepulauan Siau, Tagulandang Biaro.
2.1.1.1. Luas dan Batas Wilayah Administrasi
Provinsi Sulawesi Utara mempunyai batas-batas:
Utara : Laut Sulawesi, Republik Filipina, dan Lautan Pasifik
Timur : Laut Maluku
Selatan : Teluk Tomini
Barat : Provinsi Gorontalo

Wilayah Sulawesi Utara seluas 15.376,99 Km2, dengan luas laut


(ZEE) 190.000 Km2. Luas Perairan territorial 161.540 Km2, .
Panjang garis pantai 2.395,99 Km2 dengan Luas Hutan Mangrove
12036,29 HA. Terdapat 287 Pulau (59 berpenghuni, 228 kosong).
Kabupaten Bolaang Mongondow sebagai kabupaten terluas, yaitu
3.547,49 km2 atau 23,22%. Luas wilayah hanya sebesar 0,72% dari
luas wilayah Indonesia. Jumlah pulau sebanyak 286 pulau. Jumlah
desa yang terletak di daerah pesisir sebanyak 627 desa dan bukan
wilayah pesisir jumlahnya sebanyak 867 desa.

2.1.1.2. Letak dan Kondisi Geografis


Sulawesi Utara memiliki posisi strategis karena berhadapan langsung
dengan kawasan Asia Timur (Cina, Jepang, Korea Selatan, Taiwan,
ASEAN) dan Pasifik yang menjadi pusat perdagangan dan
pertumbuhan ekonomi regional. Kondisi ini menciptakan iklim yang
menarik bagi para wisatawan, pelaku bisnis, dan para investor
domestik dan internasional untuk berkunjung di Sulawesi Utara.

Gambar 2.2.
Peta Posisi Provinsi Sulawesi Utara Sebagai Gerbang Utara Indonesia

ALKI II ALKI III

Sumber: Bappeda Prov. Sulut 2015.

Posisi semenanjung wilayah Sulawesi Utara yang terletak di tepian


Samudra Pasifik, diapit oleh 2 (dua) Alur Laut Kepulauan Indonesia

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 3


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

(ALKI II) yang melewati Selat Makassar antara Pulau Kalimantan dan
Pulau Sulawesi, dan ALKI III yang melewati Laut Maluku antara
Pulau Sulawesi dan Kepulauan Maluku Utara dan Maluku. Posisi
strategis ini menciptakan keunikan dan keunggulan khusus bagi
Sulawesi Utara karena sangat dekat dengan pasar Asia Timur dan
Pasifik.

Tabel 2.1. Perbandingan Jarak Antara Pelabuhan Bitung Terhadap


Pelabuhan Negara Tujuan, 2015
PELABUHAN PELABUHAN NEGARA TUJUAN
BITUNG KAOHSIUN HONG SHANGHAI BUSAN TOKYO LOS
G (TAIWAN) KONG (CINA) (KOREA) (JEPANG) ANGELES
(CINA) (AMERIKA)
Via Tanjung 3.526 3.365 4.142 4.408 3.429 9.574
Priok &
Singapura
(Mil Laut)
Bitung Direct 1.346 1.423 1.901 2.113 2.220 6.651
(Mil Laut)
Beda Jarak 2.180 1.942 2.241 2.295 1.209 2.923
(Mil Laut)
Beda Jam (Jam) 346,46 336,11 349,11 351,46 364,24 378,76
Beda Hari (Hari) 14,44 14,00 14,55 14,64 15,18 15,78
Sumber: Badan Pengelola (BP KAPET) Manado-Bitung, 2015.
Catatan: Asumsi kecepatan Kapal Ocean going 23 knot. Asumsi kecepatan kapal
feeder domestik 10 knot. Waktu transit tiga hari pada setiap pelabuhan
(Priok dan Singapura).

Posisi strategis dan keunggulan pelabuhan Bitung di kawasan Pasifik


(pada Tabel 2.1) memperlihatkan ada perbedaan dari aspek jarak,
jam, hari, dan biaya antara pelabuhan Bitung dibandingkan dengan
Pelabuhan Tanjung Priok dan Singapura untuk pelabuhan tujuan
Kaohsiung (Taiwan), Hongkong, Shanghai, Busan (Korsel), Tokyo, dan
Los Angeles. Dilihat dari aspek jarak dan waktu, pelabuhan Bitung
jauh lebih dekat dan lebih pendek waktunya untuk akses ke beberapa
pelabuhan utama di Asia Timur dan Pasifik. Demikian juga dilihat
dari aspek biaya kapal, jauh lebih murah dari pelabuhan Bitung
dibandingkan dari pelabuhan Tanjung Priok dan Singapura. Jadi
pelabuhan Bitung jauh lebih efisien untuk menjangkau beberapa
pelabuhan utama di Asia Timur dan Pasifik. Sulawesi Utara memiliki
jaringan logistik laut dari pelabuhan Bitung yang efisien untuk
menjangkau pasar dikawasan Pasifik dan Asia Timur, dapat
meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar global dengan
pelayaran langsung dari pelabuhan Bitung ke pelabuhan luar wilayah
Indonesia. Walaupun sampai saat ini, pelayaran dari pelabuhan
Bitung ke negara tujuan ekspor masih dalam bentuk tidak terjadwal.

Gambar 2.3 memperlihatkan pelayaran reguler kontainer dan


penumpang dari pelabuhan Bitung yang tersedia saat ini, untuk
pelabuhan tujuan Jakarta, Surabaya, Makasar, Ternate, Sorong,
Jayapura, Luwuk, Kendari, Pantoloan, dan Balikpapan. Belum
berkembangnya pelayaran langsung internasional dari pelabuhan

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 4


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Bitung, disebabkan oleh terbatasnya ketersediaan Ocean Going


Container, Main Line Operator (MLO), dan kemampuan PT. Pelindo IV
untuk membangun pelayaran langsung internasional dari Bitung.
Umumnya yang menggunakan jasa pelayaran langsung ke Singapura
adalah exportir kelas menengah dan kecil. Biaya pengiriman per
kontainer bisa lebih murah antara US$250-US$300, dibandingkan
dengan pengiriman melalui Jakarta atau Surabaya. Untuk
memudahkan perusahaan pelayaran Swire beroperasi di pelabuhan
Bitung, PT. Pelindo memberikan keringanan untuk pembayaran sewa
container yard. Hanya saja insentif ini tidak berlangsung lama, hanya
sekitar sekitar 3 bulan. Insentif yang diberikan tidak sebanding
dengan biaya untuk mereposisi ocean going container dari Singapura
ke Bitung. Pelayaran langsung ini akhirnya hanya berlangsung
kurang dari 3 tahun, disebabkan pelayanan dan insentif yang
diberikan pelabuhan Bitung kalah bersaing dengan pelabuhan
Madang (PNG), dimana jalur pelayaran ini berawal dari Madang-
Bitung-Singapura. Selain diberikan insentif yang memadai, jumlah
kontainer berkembang semakin pesat dan ruang kosong yang tersedia
dalam kapal semakin berkurang untuk menampung kontainer yang
dimuat dari pelabuhan Bitung.

Gambar 2.3.
Peta Jaringan Pelayaran dan Rencana Kedepan Dari dan Ke Bitung

Sumber: Bappeda Prov. Sulut, 2016

Indonesia melakukan pembangunan ekonomi dengan pendekatan


growth centre di mulai dari Jakarta dan berkembang di pulau Jawa,
sebagian besar komoditas ekspor tradisional dari Indonesia Timur
harus melalui pelabuhan Tanjung Perak dan Tanjung Priok yang
sudah terbatas daya dukungnya, sehingga terjadi penumpukan dan
kemacetan (congested). Jadi komoditas ekspor dari luar Jawa seperti
harus melewati jaringan pipa kecil yang sudah mengecil dan kadang-
kadang tersumbat (bottleneck).

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 5


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Di Era Pasifik, Sulawesi Utara dan beberapa provinsi di Kawasan


Timur bagian utara bukan lagi berada di wilayah pinggiran (periphery)
tetapi kawasan timur bagian utara Indonesia berada di centrum
peredaran perdagangan dunia dan pertumbuhan ekonomi dunia,
ketika peta Indonesia diperluas pada peta dunia. Peluang ini
membuktikan bahwa “Sulawesi Utara Sebagai Pintu Gerbang
Indonesia ke Asia Timur dan Pasifik” bukan sebuah impian,
melainkan sebuah solusi bagi Pemerintah Daerah dan masyarakat
Sulawesi Utara pada khususnya dan Indonesia pada umumnya
seperti yang telah diprediksi Dr. Sam Ratulangi (1936). Peningkatan
peran aktif dalam perdagangan dunia, oleh Pemerintah Daerah
Sulawesi Utara secara langsung maupun tidak langsung melalui
kerjasama regional yang terintegrasi dan terpadu seperti BIMP-EAGA,
ASEAN, EAST ASIA, dan APEC perlu dioptimalkan, terlebih pada
tahun 2015 era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sudah dimulai.
Singkatnya, Sulawesi Utara berada pada posisi sangat strategis untuk
mengoptimalkan perdagangan bebas di kawasan Asia Timur dan
Pasifik.

2.1.1.3. Topografi
a. Gunung-gunung
Sebagian besar wilayah dataran Sulawesi Utara terdiri dari
pegunungan dan bukit-bukit diselingi oleh lembah yang membentuk
dataran. Gunung-gunung terletak berantai dengan ketinggian di atas
1000m dari permukaan laut. Beberapa gunung di Sulawesi Utara
yaitu, Gunung Klabat (1895m), Gunung Lokon (1579m), Gunung
Mahawu (1331m), Gunung Soputan (1789m), Gunung Dua Saudara
(1468m) (wilayah Bitung), Gunung Awu (1784m), Gunung Ruang
(1245m), Gunung Karangetan (1320m), Gunung Dalage (1165m),
Gunung Ambang (1689m), Gunung Gambula (1954m), dan Gunung
Batu-Balawan (1970m).

b. Dataran Rendah dan Dataran Tinggi


Dataran rendah dan dataran tinggi secara potensial mempunyai nilai
ekonomi bagi daerah. Beberapa dataran yang terdapat di daerah ini
antara lain: Tondano (2.850Ha), Langowan (2.381Ha), Modoinding
(2.350Ha), Tompaso Baru (2.587Ha) di Kabupaten Minahasa serta
beberapa wilayah di Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Kabupaten
Kepulauan Talaud.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 6


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

2.1.1.4. Geologi

Kekayaan geologi yang sangat unik di miliki Provinsi Sulawesi


Utara terjadi akibat keberadaan tumbukan antara 2 (dua) island arc
(Sangihe dan Halmahera) yang menumpang diatas lempeng laut
Maluku, sementara di tempat-tempat lain dibagian dunia ini: lempeng
benua bertumbukan dengan lempeng samudera. Hal ini menjadikan
Sulawesi Utara memiliki keunggulan geologi yang unik untuk
dijadikan dayatarik wisata tetapi juga sebagai pusat studi keilmu-
bumian dibandingkan dengan daerah lainnya. Berdasarkan Peta
Geologi Bersistem Indonesia (1:250.000) yang diterbitkan oleh
Puslitbang Geologi (1994) sebagaimana dikutip dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi Sulawesi Utara, struktur geologi di wilayah Propinsi
Sulawesi Utara terdiri dari formasi-formasi sebagai berikut :
1) Qal (Aluvium) : zona derajat kekuatan geologi teknik sangat rendah
dibentuk oleh endapan alluvium (Qal) berupa lanau pasiran dan
endapan pantai, bongkah, kerakal, kerikil, pasir dan lumpur. Satuan
ini pada umumnya menempati pesisir pantai seperti di Nanasi,
Boyongpante, Sidate dan Tawaang. Di daerah sepanjang pantai utara
Bolaang Mongondow seperti Boroko, Bolangitang, Biontong,
Batulintik, Lolak dan Lolan umumnya berupa alluvium dan endapan
pantai. Di Kota Manado zona ini terdapat di Pantai Tumumpa dan di
pantai bagian utara Manado yang berhubungan dengan pantai di
Kecamatan Wori (Kabupaten Minahasa Utara).
2) Qs (Endapan Danau dan Sungai) : Pada zona derajat kekuatan
geologi teknik rendah dibentuk dari endapan sungai (Qs) terdapat di
daerah sepanjang sungai (DAS) Tondano dari Kairagi sampai ke
muara, daerah pesisir Likupang dan pesisir Tanawangko-Tumpaan.
3) Ql (Batu gamping Terumbu Koral) : Batu gamping terumbu koral,
kebanyakan terdapat di antara daerah pasang naik dan pasang
surut. Di barat Amurang dan di Pulau Siladen, batuan ini telah
sedikit terangkat.
4) Qv (Batuan Gunungapi Muda): Lava, Bom, Lapili dan Abu;
membentuk gunung api strato muda, antara lain, G. Soputan, G.
Mahawu, G. Lokon, G. Klabat, G. Tangkoko; Lava yang dikeluarkan
oleh G. Soputan dan G. Lokon terutama berkomposisi basal,
sedangkan G. Mahawu dan G. Tangkoko berkomposisi andesit.
Satuan ini paling banyak terdapat di daerah Minahasa dan Bitung.
5) Qtv (Tufa Tondano): Klastika kasar gunung api, yang terutama
berkomposisi andesit, tersusun dari komponen menyudut hingga
menyudut tanggung, tercirikan oleh banyak pecahan batu apung;
batu apung lapili, breksi, ignimbrite sangat padat, berstruktur aliran.
Satuan ini membentuk punggungan yang menggelombang rendah,
tersebar paling banyak di daerah Manado, sekitar jalur jalan
Tanahwangko – Amurang, daerah sekitar G. Lolombulan di
Kecamatan Tenga dan Sinonsayang.
6) Qtvl (Aliran lava berkomposisi andesit trakhit) : Terdapat di
daerah G. Tanuwatik, Tuf bersifat trakhit yang sangat lapuk,
berwarna putih hingga kelabu kekuningan, terdapat di dekat
Popontolen dan di S. Sinengkeian. Di daerah pantai antara Sondaken

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 7


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

dan Paslaten, satuan ini juga membentuk punggungan


menggelombang rendah. Endapan piroklastika ini diperkirakan
berasal dari dan terjadi sebagai hasil letusan hebat pada waktu
pembentukan Kaldera Tondano.
7) Tps (Breksi dan Batupasir): Terutama breksi-konglomerat kasar,
berselingan dengan batu pasir halus hingga kasar (grewak),
batalanau dan lempung berwarna kelabu kecoklatan. Breksi
berkomposisi andesit piroksen terdapat di P. Nain Besar dan P. Nain
Kecil, dan P. Talise. Di P. Bangka terdapat batuan klastika yang
sangat lapuk, yang oleh Koperbeg (1928) disebut “batu pasir berbesi”.
Satuan ini juga banyak terdapat di daerah Likupang Barat dan
Likupang Timur (sekitar G. Tamba).
8) Tmv/Tmvl (Batuan Gunungapi): Terutama terdiri dari breksi, lava
dan tuf. Aliran lava pada umumnya berkomposisi andesit sampai
basal. Mineralisasi termasuk emas dan perak terdapat dalam urat
kuarsa di sungai dekat Paslaten. Di Pulau Lembeh satuan ini
tersusun dari aliran lava dan breksi yang berkomposisi andesit; di
Papusungan telah termineralisasikan dan mengandung mineral pirit.
Pulau Lembeh dengan bentuknya hampir setengah lingkaran,
diperkirakan oleh Verbeek (1908) sebagai bagian dari kawah tua. Di
daerah Bolaang Mongondow terletak di daerah G. Ulutalogon – G.
Bumbungan.
9) Tms (Batuan Sedimen): Batu pasir kasar, grewak, batu gamping
napalan, dan batu gamping. Batu pasirnya tersusun terutama dari
butiran andesit dan setempat bersifat gampingan. Singkapan lapisan
batu pasir napalan dan batu pasir kelabu di Tanjung Flesko miring
ke arah utara sekitar 15o-20o. Satuan ini dikolerasikan dengan batu
pasir tufaan yang berumur Miosen awal hingga Miosen Akhir di
dalam lembar Kotamobagu (Apandi 1977).
10) Ttv (batuan Gunungapi): Lava, aglomerat dan breksi. Lava, kelabu
dan hijau, bersifat andesit, basal dan diabas; kebanyakan
terpecahkan amigdaloid. Aglomerat dan breksi, tersusun daripada
pecahan andesit, sebagian terkersikkan dan mengandung pirit.
Breksinya mengandung sisipan batu pasir hijau tua, rijang, batupasir
kwarsa dan batu gamping. Satuan ini mempunyai hubungan jari-
jemari dengan batuan sedimen Formasi Tinombo (Tts). Di daerah
Bolaang Mongondow, satuan ini menyusun Pegunungan Buludawa
dan juga terdapat di daerah Bintauna.
11) Gr, tr (Batuan Terobosan): Terutama terdiri dari granit (gr) dan
setempat-setempat terjadi pula trakit (tr); mungkin terjadi dalam
beberapa kala. Di beberapa tempat sekitar kontak batuan terobosan
mineralisasi terjadi dan terlihat mineral-mineral pirit dan kalkopirit.
Batuan terobosan ini menerobos batuan yang lebih tua Tts dan Tms.
12) Tts (Formasi Tinombo Ahlburg 1913): Serpih dan batu pasir dengan
sisipan batu gamping dan rijang. Serpih kelabu dan merah, getas
sebagian gampingan; rijangnya mengandung radiolarian. Batu pasir,
grawake dan kwarsa, kelabu dan hijau, pejal, berbutir halus sampai
sedang, sebagian mengandung pirit. Satuan batuan ini diterobos oleh
granit, dan trakit, seperti yang terdapat di Bolangitang dan
Kaidipang. Dengan batuan gunung api (Ttv) satuan ini mempunyai
hubungan jari- jemari.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 8


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

13) Qa ( Aluvium) : Kerakal, kerikil, pasir dan lanau asal gunung api,
lempung, lumpur dan kepingan koral. Aluvium merupakan endapan
sungai, rawa dan pantai. Dataran alluvium yang luas terdapat di
Tabukan Utara.
14) Qhav (Batuan Gunung Api Awu) : Aglomerat, lava, tuf, timbunan
awan panas, endapan jatuhan dan lahar. Batuan dihasilkan oleh
gunung api Awu di P. Sangihe yang letusannya berjenis St. Vincent
dan Vulkano. Lava bersusun andesit. Endapan awan panas meliputi
daerah sekitar kawah, lembah dan beberapa pantai seperti Mitung
dan Bahu. Daerah laharan meliputi lembah-lembah Laine, Kalekuba,
Muade, Beha, Patung , Tonggenaha, Apendakile, Biwai, Bunahe, Pato,
Sura, Maselihe, Sarukadel, Melebuhi-Akembala dan Kolongan.
Formasi geologi lainnya yang terdapat di Kabupaten Kepulauan
Sangihe-Sitaro dan Talaud adalah Qhkv batuan gunug api
Karangetang, Qhrv batuan gunung api ruang, Qpp formasi Pintareng,
Qtsv batuan gunung api Sahendaruman, Qtkv batuan gunung api
Kalama, QTtv batuan gunung api Tamata, QTmv batuan gunung api
Malingge, Qti batuan terobosan, Tpbv batuan gunung api Bukide,
dan Tnbv batuan gunung api Biaro.
Dengan mengetahui sifat sifat dan ciri tanah pada masing-masing
kelompok tanah (kelas tanah) sehingga memudahkan pengguna tanah
untuk mengelola tanah tersebut agar dapat berproduksi secara optimal.
Dalam hal ini peruntukan sumber daya tanah dapat dievaluasi.

2.1.1.5. Hidrologi

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 2004,


Sumber Daya Air adalah air, sumber air dan daya air yang
terkandung di dalamnya. Air adalah semua air yang terdapat pada,
di atas ataupun di bawah permukaan tanah, air tanah, air hujan dan
air laut yang berada di darat. Sedangkan air permukaan adalah
semua air yang terdapat pada permukaan tanah, dan air tanah
adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau butiran di bawah
permukaan tanah.

Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu kawasan ekosistem


yang dibatasi oleh topografi pemisah air (punggung-punggung bukit)
dan berfungsi sebagai penampung, penyimpan dan penyalur air
dalam sistem sungai yang keluar melalui sungai utama lalu menuju
ke danau atau laut. Dalam sistem suatu DAS tersebut terjadi suatu
proses interaksi antara faktor-faktor abiotik, biotik dan
culture/manusia sehingga merupakan suatu ekosistem (Asdak,
2006).

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 9


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Berpedoman pada ekosistem DAS, maka Daerah Aliran Sungai (DAS)


dapat dibagi menjadi:
(1). Sub sistem DAS bagian hulu (Upland watershed),
(2). Sub sistem DAS bagian tengah (Midland watershed) dan
(3). Sub sistem DAS bagian hilir / pantai (Lowland watershed).

Tabel 2.2. Luas SWP DAS Provinsi Sulawesi Utara

No. SWP DAS Ha %


1 Buyat 87909 6.18
2 Dumoga Mongondow 204736 14.39
3 Essang 79737 5.60
4 Kep.Nanusa 3954 0.28
5 Kep.Nusa Tabukan 1205 0.08
6 Kep.Tatoareng 2200 0.15
7 Likupang 97951 6.88
8 Mahena 50852 3.57
9 Molibagu 116167 8.16
10 P.Biaro Ds 2726 0.19
11 P.Bunakan Ds 4891 0.34
12 P.Kabaruan 10940 0.77
13 P.Lembeh 5767 0.41
14 P.Lirung 11272 0.79
15 P.Siau Ds 13905 0.98
16 P.Tagulandang Ds 7897 0.55
17 P.Talise Ds 7476 0.53
18 Poigar 81520 5.73
19 Ranoyapo 87154 6.12
20 Ratahan Pantai 98754 6.94
21 Sangkub Langi 287019 20.17
22 Tondano 54124 3.80
23 Tumpaan 104891 7.37
Jumlah 1423047 100.00

Sumber: RTRW Prov. Sulut, 2014

Masing-masing sub sistem DAS tersebut di atas memiliki


karakteristik dan sumber daya alam yaitu sumber daya tanah,
sumber daya air, vegetasi dan aktivitas masyarakat yang berbeda-
beda. Apabila salah satu dari faktor-faktor tersebut di atas
mengalami perubahan, maka hal tersebut akan mempengaruhi
ekosistem DAS atau sub DAS, dan selanjutnya perubahan ekosistem
akan menyebabkan gangguan terhadap bekerjanya fungsi DAS atau
sub DAS sebagaimana mestinya. Peristiwa banjir dan kekeringan
dapat terjadi karena DAS atau sub DAS telah gagal memenuhi
fungsinya sebagai penampung air hujan, penyimpanan dan penyalur
air ke sungai-sungai. Kejadian tersebut akan menyebabkan

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 10


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

melimpahnya air pada musim hujan, dan sebaliknya sangat


minimumnya air pada musim kemarau.
Wilayah Provinsi Sulawesi Utara terdiri dari 23 Satuan Wilayah
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (SWP DAS) yang terbagi dalam 66
SWP SUBDAS- dengan luas 1.423.047 ha. SWP DAS berperan dalam
tata hidroorologis wilayah, yaitu dalam hal pasokan air pengaturan
secara alamiah yang mampu mengendalikan aliran air dan
penyediaan air dalam bentuk reservoir alami. Bencana alam dalam
bentuk banjir dan tanah longsor di musim hujan dan kekeringan
sungai, anak sungai serta pendangkalan danau yang melanda
Sulawesi Utara adalah indikasi sangat diperlukannya penanganan
yang terencana, sistematis dan berkelanjutan di wilayah SWP DAS.
SWP DAS terluas di Sulawesi Utara adalah Sangkub Langi yang
diikuti Dumoga Mongondow, Molibagu, Tumpaan, Ratahan Pantai,
Likupang, Ranoyapo, Poigar, Esang, Tondano, Mahena dan
seterusnya. Perhatian terhadap lingkungan SWP DAS sangat
berperan dalam menunjang pembangunan berkelanjutan yang
berwawasan lingkungan. Harmonisasi pembangunan dan
lingkungan harus dijamin kelangsungannya secara berkelanjutan.
Perencanaan tata ruang wilayah, dengan demikian perlu menganalisis
penataan ruang yang optimal antara kawasan lindung dan kawasan
budidaya secara jangka panjang.
Nilai tingkat kualitas suatu DAS atau sub DAS dapat diukur
dari dua parameter yaitu tingkat erosi dan fluktuasi debit sungai yang
mengalir dalam beberapa kondisi curah hujan yang berbeda.
Kandungan lumpur yang terbawa oleh aliran sungai berasal dari
daerah aliran sungai yang mengalami proses erosi. Dengan demikian,
kualitas lahan akan mempengaruhi kuantitas dan kualitas sumber
daya air.
Provinsi Sulawesi Utara memiliki enam belas Daerah Aliran
Sungai (DAS), yaitu DAS Tondano, DAS Kosibidan, DAS Sangkup,
DAS Ranoyapo, DAS Pororosen, DAS Poigar, DAS Ongkak
Mongondow, DAS Nuangan, DAS Ranowangko/Nimangan, DAS
Likupang, DAS Buyat, DAS Bolangitang, DAS Ayong, DAS Andegile,
DAS Dumoga dan DAS Bone (berdasarkan Peta Pembagian DAS
Sulawesi Utara). Berdasarkan Keputusan Presiden No.12 Tahun
2012 tentang Pembagian Wilayah Sungai, Provinsi Sulawesi Utara
terbagi atas 3 (tiga) Wilayah Sungai yang menjadi kewenangan Balai
Wilayah Sungai Sulawesi 1 adalah:

1) Wilayah Sungai Tondano-Sangihe-Talaud-Miangas


(Wilayah Sungai Strategis Nasional);
2) Wilayah Sungai Dumoga Sangkub (Wilayah Sungai Lintas
Propinsi); dan
3) Wilayah Sungai Poigar-Ranoyapo (Wilayah Sungai Lintas
Kabupaten).

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 11


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Keadaan sumber daya air di Provinsi Sulawesi Utara


dipengaruhi oleh air permukaan atau sungai-sungai yang mengalir.
Terdapat sungai-sungai besar diwilayah ini yaitu antara lain Sungai
Talawaan, Sungai Tondano, Sungai Ranowangko, Sungai Ranoyapo,
Sungai Poigar, Ongkak Mongondow, dan Sungai Sangkup. Sungai–
sungaii tersebut sampai saat ini belum ditetapkan kawasan
sempadannya. Bersamaan dengan pemanfaatan sumberdaya air
permukaan/sungai, maka di Provinsi Sulawesi Utara telah dilakukan
pengembangan wilayah sungai (PWS) seiring dengan pengembangan
daerah irigasi pada 12 (dua belas) lokasi yang tersebar di empat
kabupaten yang ada dengan luas total 66.902 ha (BAPPEDA Provinsi
SULUT, 2014).

Di antara kedua belas lokasi tersebut, PWS Dumoga-


Mongondow di Kabupaten Bolaang Mongondow merupakan salah
satu PWS terbesar yang telah dikembangkan. Sebagai prasarana
penunjang bagi kegiatan budidaya pertanian tanaman pangan lahan
basah atau persawahan, maka pengembangan sistem irigasi pada
dasarnya mengikuti potensi pengembangan/perluasan daerah
persawahan. Proyek-proyek irigasi yang relatif besar ada di daerah
irigasi Kasinggolan-Toraut, daerah irigasi Dumoga, daerah irigasi
Sangkup, daerah irigasi Ayong-Bolangat dan daerah Irigasi Lolak.
Danau-danau di Sulawesi Utara secara potensial mempunyai nilai
ekonomi bagi pengembangan bidang-bidang kepariwisataan,
pengairan, dan energi. Danau-danau tersebut adalah Danau Tondano
luas 4.278Ha di Kabupaten Minahasa, Danau Moat seluas 617ha di
Kabupaten Bolaang Mongondow Timur. Pada umumnya sungai-
sungai dimanfaatkan untuk berbagai keperluan antara lain irigasi,
sumber tenaga listrik, dan sumber air minum. Sungai-sungai
tersebut terletak di Kabupaten Minahasa yaitu: Sungai Tondano
(40Km), Sungai Poigar (54,2Km), Sungai Ranoyapo (51,9Km), Sungai
Talawaan (34,8Km). Sungai besar lainnya terdapat di daerah
Kabupaten Bolaang Mongondow yaitu Sungai Dumoga (87,2Km),
Sungai Sangkup (53,6Km), Sungai Ongkaw (42,1Km), dan lainnya.

2.1.1.6. Klimatologi

Data yang diperoleh di stasiun Klimatologi Kayuwatu tahun


2015 ini menngunakan metode yang digunakan Badan Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika dalam memprediksi cuaca jangka pendek
maupun cuaca jangka panjang. Analisis yang digunakan adalah
analisis radar, analisis satelit, analisis perbedaan tekanan, analisis
pola angin (streamline) dan masih banyak lagi. Metode-metode
tersebut umumnya masih terpusat pada data di permukaan,
sementara analisis distribusi lapisan atas masih jarang digunakan.

Pola distribusi cuaca ialah gambaran keadaan atau kondisi


unsur-unsur cuaca dari beberapa titik baik secara horizontal maupun

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 12


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

vertikal. Pola distribusi terbentuk berdasarkan garis yang


menghubungkan nilai-nilai yang sama pada setiap parameter cuaca.
Analisis udara atas sangat penting dalam memprediksi cuaca harian
atau prediksi jangka pendek. Manfaat mengetahui pola distribusi
unsur-unsur cuaca adalah untuk mempelajari pola penyebaran
unsur-unsur cuaca di lapisan atas atmosfer pada saat terjadinya
hujan dan juga pada saat tidak hujan.
Tabel 2.3 Keadaan Curah Hujan di Kota Manado Provinsi Sulawesi
Utara 2011-2015.

Curah Hujan 2011 2012 2013 2014 2015


Januari/January 387 332,2 312 527 721
Pebruari/Pebruary 213 398,5 267 490 262
Maret/March 105 485,7 540 107 176
April/April 430 340,3 302 362 101
Mei/May 587 308,0 246 318 302
Juni/June 259 214,9 163 116 254
Juli/July 194 31,3 204 350 48
Agustus/August 424 86,0 63 327 133
September/September 243 113,0 68 161 89
Oktober/October 251 136,0 119 201 59
Nopember/November 281 412,9 412 309 249
Desember/December 589 476,1 442 452 961
RATA- 330,3 277,9 262 310 279,6
RATA/AVERAGE
Sumber : Stasiun Klimatologi Kayuwatu Manado, 2015.

Keadaan cuaca atau suhu di Sulawesi Utara sangat vital fungsi


dan perannya dalam aktifitas kehidupan masyarakat dan
pembangunan daerah. Cuaca berkaitan dengan aktivitas manusia
sehari-hari, baik secara langsung maupun tidak langsung. Misalnya,
penerbangan pesawat yang tertunda karena adanya hujan deras atau
adanya badai guntur dan lain-lain. Hal ini menjadi menarik kerena
manusia tidak mempunyai kontrol atas cuaca. Diperlukan informasi
cuaca yang akurat agar dapat meminimalisir efek negatif cuaca
seperti kecelakaan pesawat terbang, korban jiwa dan materi karena
banjir dan sebagainya.

Selama 24 jam, suhu udara selalu mengalami perubahan –


perubahan. Di atas lautan perubahan suhu berlangsung lebih banyak
perlahan – lahan daripada di atas daratan. Variasi suhu pada
permukaan laut kurang dari 1°C, dan dalam keadaan tenang variasi
suhu udara dekat laut hampir sama. Sebaliknya diatas daerah
pedalaman continental dan padang pasir perubahan suhu udara
permukaan antara siang dan malam mencapai 20°C. Sedangkan pada
daerah pantai variasinya tergantung dari arah angin yang bertiup.
Variasinya besar bila angin bertiup dari atas daratan dan sebaliknya.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 13


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Tabel dibawah ini menggambarkan keadaan suhu di Manado yang


datanya diambil dari Stasiun Klimatologi Kayuwatu Manado.
Tabel 2.4. Keadaan Suhu per bulan Provinsi Sulawesi Utara
2011-2015.

BULAN 2011 2012 2013 2014 2015


Januari/January 25,6 25,3 25,6 25,6 25,9
Pebruari/Pebruary 25,9 25,7 25,8 25,7 25,4
Maret/March 26,4 25,5 25,8 26,6 26,0
April/April 26,5 26,2 25,9 26,3 26,8
Mei/May 26,6 26,7 26,9 26,8 26,3
Juni/June 26,6 26,8 27,1 27,3 26,9
Juli/July 26,4 27,3 26,6 26,2 27,7
Agustus/August 26,3 27,6 27,6 26,7 27,0
September/September 26,5 26,6 27,6 26,9 27,1
Oktober/October 26,6 26,6 27,1 26,7 27,6
Nopember/November 25,9 25,9 26,0 25,9 26,4
Desember/December 25,7 25,7 25,8 26,0 26,1
Rata-Rata/Average 26,3 26,1 26,5 26,4 26,6

Keadaan suhu di provinsi Sulawesi Utara menunjukkan tipe


iklim tropis yang sangat khas dimana wilayah ini memiliki iklim
khatulistiwa panas-lembab dengan sub iklim angin musim. Iklim
panas-lembab menjadi ciri khas daerah yang berada di garis
khatulistiwa atau pada tempat yang berada pada koordinat 15 LU dan
15 LS. Pada tipe iklim ini terdapat sedikit hujan sepanjang tahun
dengan variasi musim hanya ditunjukkan oleh sedikit atau
banyaknya hujan. Suhu udara di Provinsi Sulawesi Utara (Suhu
Udara Kering) pada bayangan maksimum rata-rata di siang hari 26
derajat sampai 32 derajat. Pada malam hari, suhu minimum rata-rata
bervariasi dari 21-27 derajat Celsius. Rentang suhu udara sehari-hari
dan tahunan sangat kecil.
Keadaan suhu di Manado yang datanya diambil dari Stasiun
Klimatologi Kayuwatu Manado tahun 2015 ini menunjukkan bahwa
rata-rata suhu di Provinsi Sulawesi Utara dari tahun 2011 sampai
dengan tahun 2015 berkisar pada suhu 26 derajat Celsius
sebagaimana terlihat pada grafik. Hal ini berarti selama selang waktu
delapan tahun, Sulawesi Utara relatif tidak mengalami cuaca ekstrim.
Cuaca ekstrim adalah keadaan atau fenomena fisik atmosfer pada
waktu tertentu dan berskala jangka pendek dan bersifat ekstrim.
BMKG mengkategorikan kriteria cuaca ekstrim apabila suhu udara
permukaan ≥ 35˚ C, Kecepatan angin ≥ 25 knot, dan Curah hujan
sehari ≥ 50 mm3).

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 14


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Apabila ditinjau dari keadaan geografi Provinsi Sulawesi Utara


dari aspek jumlah curah hujan, wilayah ini dikategorikan memiliki
iklim hutan hujan tropis. Curah hujan merupakan ketinggian air
hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak menguap,
tidak meresap, dan tidak mengalir. Curah hujan 1 (satu) milimeter
artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar
tertampung air setinggi satu milimeter atau tertampung air sebanyak
satu liter. Intensitas hujan adalah banyaknya curah hujan persatuan
jangka waktu tertentu. Apabila dikatakan intensitasnya besar berarti
hujan lebat dan kondisi ini sangat berbahaya karena berdampak
dapat menimbulkan banjir, longsor dan efek negatif terhadap
tanaman. Tabel dibawah ini menggambarkan curah hujan satu
dasawarsa sejak tahun 2003 sampai tahun 2013 di Provinsi Sulawesi
Utara.

Hujan merupakan satu bentuk presipitasi yang berwujud


cairan. Presipitasi sendiri dapat berwujud padat (misalnya salju dan
hujan es) atau aerosol (seperti embun dan kabut). Hujan terbentuk
apabila titik air yang terpisah jatuh ke bumi dari awan. Tidak semua
air hujan sampai ke permukaan bumi karena sebagian menguap
ketika jatuh melalui udara kering. Hujan jenis ini disebut sebagai
virga. Intensitas curah hujan adalah jumlah curah hujan yang
dinyatakan dalam tinggi hujan atau volume hujan tiap satuan waktu,
yang terjadi pada satu kurun waktu air hujan terkonsentrasi.

Jika diperhatikan grafik curah hujan selama 5 tahun terakhir


yaitu pada tahun 2011 sampai tahun 2015, terlihat bahwa pada
bulan Februari tahun 2006 terjadi anomali cuaca dimana rata-rata
hujan yang biasanya hanya mencapai 300 mm. Besarnya intensitas
curah hujan berbeda-beda tergantung dari lamanya curah hujan dan
frekuensi kejadiannya. Intensitas curah hujan yang tinggi pada
umumnya berlangsung dengan durasi pendek dan meliputi daerah
yang tidak luas. Hujan yang meliputi daerah luas, jarang sekali
dengan intensitas tinggi, tetapi dapat berlangsung dengan durasi
cukup panjang. Kombinasi dari intensitas hujan yang tinggi dengan
durasi panjang jarang terjadi, tetapi apabila terjadi berarti sejumlah
besar volume air bagaikan ditumpahkan dari langit. Adapun jenis-
jenis hujan berdasarkan besarnya curah hujan (definisi BMKG),
diantaranya yaitu hujan kecil antara 0 – 21 mm per hari, hujan
sedang antara 21 – 50 mm per hari dan hujan besar atau lebat di atas
50 mm per hari.

Iklim daerah Sulawesi Utara termasuk tropis yang dipengaruhi oleh


angin muzon. Pada bulan November sampai dengan April bertiup
angin barat yang membawa hujan di pantai utara, pada bulan Mei
sampai Oktober terjadi perubahan angin selatan yang kering. Curah
hujan tidak merata dengan angka tahunan berkisar antara 2000-
3000mm, dan jumlah hari hujan antara 90-139 hari. Suhu udara
berbeda pada setiap tingkat ketinggian, makin ke atas makin sejuk

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 15


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

seperti daerah Kota Tomohon, Langowan di Kabupaten Minahasa,


Modoinding di Kabupaten Minahasa Selatan, Modayag di Kota
Kotamobagu, dan Pasi di Kabupaten Bolaang Mongondow. Daerah
yang paling banyak menerima curah hujan adalah Kabupaten
Minahasa. Suhu udara rata-rata 25°C. Suhu udara maksimum rata-
rata tercatat 30°C dan suhu udara minimum rata-rata 22,1°C dan
kelembaban udara tercatat 73,4%.

2.1.1.7. Penggunaan Lahan


a. Kawasan Lindung

Kawasan lindung wilayah provinsi Sulawesi Utara dalam Rencana


Tata Ruang Wilayah seluas 701.855 Ha, meliputi:

a. Kawasan hutan lindung;


b. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan
bawahannya, berupa kawasan resapan air;
c. Kawasan perlindungan setempat, meliputi: sempadan pantai,
sempadan sungai, kawasan sekitar danau atau waduk, dan
kawasan sekitar mata air;
d. Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya
meliputi: kawasan suaka alam laut, suaka margasatwa, cagar
alam, kawasan pantai berhutan bakau, taman nasional dan
taman nasional laut, taman wisata alam darat dan taman
wisata alam laut, serta kawasan cagar budaya dan ilmu
pengetahuan;
e. Kawasan rawan bencana alam, meliputi: rawan gempa,
rawan tanah longsor, rawan gelombang pasang dan rawan
banjir;
f. Kawasan lindung geologi, meliputi: kawasan cagar alam geologi,
kawasan rawan gerakan tanah dan kawasan rawan bencana
alam geologi.
g. Kawasan perubahan peruntukan yang berdampak penting atau
cakupan yang luas (DPCLS).

Kawasan hutan lindung seluas 162.099 Ha meliputi:


a. Bolaang Mongondow, Bolaang Mongondow Timur, Bolaang
Mongondow Selatan, Bolaang Mongondow Utara, dan
Kotamobagu;
b. Minahasa; c. Minahasa Selatan dan Minahasa Tenggara;
Minahasa Utara;
e. Kepulauan Sangihe dan Kepulauan Siau Tagulandang Biaro;
f. Kepulauan Talaud;
g. Bitung;

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 16


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

h. Manado, meliputi bakau dan darat;


i. Tomohon.
Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan
bawahannya meliputi:
a. Kawasan Bulude Sahengbalira dan Kalumelahana,
Bentihu Langinang, Bialangsoa, Palenti, Wulo,
Batukakiraeng, Sahendarumang, Pananembaen,
Bongkonsio dan Batungbakara di Kepulauan Sangihe
dan Kepulauan Siau Tagulandang Biaro;
b. Puncak tertinggi Pulau Karakelang di Kepulauan Talaud,
sekitar Gunung Soputan di Minahasa Selatan dan
Minahasa, Gunung Lokon, Gunung Tatawiran di Tomohon,
Gunung Tumpa di Manado dan Gunung Klabat, Gunung
Dua Saudara di Minahasa Utara dan Bitung;
c. Pegunungan Buludaweketan dengan puncak-puncaknya
adalah Gunung Poniki, Gunung Matabulewa, Gunung
Bumbungon di Bolaang Mongondow;
d. Daerah yang memiliki kemiringan lahan diatas 30º
ditetapkan sebagai kawasan resapan air yang tersebar di
seluruh wilayah provinsi.
Kawasan perlindungan setempat meliputi :
a. Kawasan Sempadan Pantai, dengan lebar 100 meter dari
pasang muka air laut tertinggi, mencakup seluruh garis
pantai terutama yang berpotensi abrasi di seluruh wilayah
provinsi;
b. Kawasan Sempadan Sungai, dengan lebar 100 meter dari
muka air sungai, mencakup wilayah sungai-sungai besar
yang terdapat di wilayah Provinsi, yaitu Sungai Ranoyapo,
Sungai Poigar, Ongkak Mongondow, Sungai Sangkup,
Sungai Tondano, Sungai Malalayang, Sungai
Ranowangko dan Sungai Talawaan;
c. Kawasan Sempadan Danau, dengan lebar 100 meter dari
muka air danau, yaitu Danau Tondano (Minahasa) dan
Danau Moat (terdapat di Minahasa Selatan dan Bolaang
Mongondow), Danau Iloloi (Bolaang Mongondow), Danau
Tampusu (Minahasa), Danau Mokobang, Danau Bulilin
(Minahasa Selatan), Danau Pangolombian dan Danau Linow
(Kota Tomohon); serta Danau Makalehi dan Danau Kapeta
(Kepulauan Siau Tagulandang Biaro);
d. Kawasan sekitar mata air, dengan lebar 200 meter dari pusat
mata air, meliputi semua wilayah yang ada di wilayah Provinsi.
Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya terdiri
dari :
a. Suaka Alam (SA) Laut, meliputi:
1. SA Laut Selat Lembeh di Bitung;
2. SA Laut Sidat di Minahasa dan Minahasa Selatan.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 17


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

b. Suaka Margasatwa (SM) dan Suaka Marga Satwa Laut,


meliputi:
1. SM Gunung Manembo-nembo, di Minahasa dan Minahasa
Selatan;
2. SM Karakelang Utara - Selatan di Kepulauan Talaud.
Cagar Alam (CA) dan Cagar Alam Laut, meliputi:
1. CA Dua Saudara, di Bitung;
2. CA Tangkoko-Batuangus, di Bitung;
3. CA Gunung Ambang, terbagi antara Minahasa Selatan
dan Bolaang Mongondow.
4. CA Gunung Lokon di Tomohon.

Kawasan Pantai Berhutan Bakau (HB), meliputi :


Rencana Pengembangan kawasan pantai HB Esang, HB Beo, HB
Rainis, HB Karakelang Selatan di Kepulauan Talaud, HB Pulau
Bangka, HB Likupang, HB Tg.Pisok di Minahasa Utara, HB Kuma,
HB Manalu, HB Tamako di Kepulauan Sangihe, HB Siau, HB
Tagulandang, HB Pasighe, HB Pulau Biaro di Kepulauan Siau Biaro
Tagulandang, HB Tg. Kelapa, HB Tg.Walintau, HB Bentenan di
Minahasa Selatan, HB Salimburung, HB Dumisil, HB Dumi, HB
Kaidipang, HB Bohabak, HB Duminanga, HB Tg. Dodepo di Bolaang
Mongondow Utara, Bolaang Mongodow Timur dan Bolaang
Mongondow Selatan, HB Tg. Pulisan di Minahasa Utara.

Kawasan Taman Nasional (TN) dan Taman Nasional Laut,


yang meliputi:
1. TN Bogani Nani Wartabone, berada di Provinsi Sulawesi
Utara dan Provinsi Gorontalo, dengan rincian di Bolaang
Mongondow, di Bolaang Mongondow Selatan dan di Bolaang
Mongondow Utara;
2. TN Laut Bunaken, dengan rincian di Manado, di
Minahasa, di Minahasa Selatan dan di Minahasa Utara.

Kawasan Taman Wisata Alam dan Taman Wisata Alam Laut,


meliputi: rencana pengembangan Taman Wisata Alam (TWA) Batu
Putih, di Bitung dan TWA Batu Angus, di Bitung;

Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan, meliputi:


rencana pengembangan Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu
Pengetahuan (CBP) Bukit Kasih Kanonang dan Batu Pinabetengan di
Minahasa; Kawasan Taman Hutan Rakyat meliputi kawasan hutan
Gunung Tumpa di Kota Manado.
Kawasan rawan bencana alam meliputi:
a. Kawasan rawan gempa, meliputi seluruh wilayah Provinsi
yaitu kawasan berada disekitar wilayah patahan lempeng kulit
bumi terluar.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 18


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

b. Kawasan rawan tanah longsor, meliputi:


1. Kepulauan Sangihe dan Siau Tagulandang Biaro:
Manganitu, Tamako dan Siau Timur;
2. Manado : Kec. Wanea, Kec. Singkil, Kec. Tuminting,
Kec. Tikala, Kec. Mapanget, Kec. Bunaken, Kec.
Malalayang, dan Kec. Wenang;
3. Jalur jalan Manado-Amurang;
4. Jalur jalan Manado-Tomohon;
5. Jalur jalan Noongan-Ratahan-Belang (Minahasa
Tenggara); dan
6. Torosik (Bolaang Mongondow Selatan).
c. Kawasan rawan gelombang pasang yang meliputi pesisir
pantai utara dan selatan Provinsi yang memiliki elevasi
rendah;
d. Kawasan rawan gerakan tanah di Gunung Lokon Kota
Tomohon, Gunung Api Klabat di Kabupaten Minahasa Utara,
dan Gunung Soputan di Kabupaten Minahasa Selatan serta
kawasan sekitar danau Tondano di
Kabupaten Minahasa Selatan;
e. Kawasan rawan banjir yang meliputi daerah muara
sungai, dataran banjir dan dataran aluvial terutama di
sepanjang sungai di Manado, Bolaang Mongondow Utara,
Bolaang Mongondow, Minahasa Tenggara, dan Bolaang
Mongondow Timur.
Kawasan lindung geologi meliputi :
a. Kawasan Cagar Alam Geologi yang terletak di Lahendong dan
sekitarnya di Tomohon sebagai kawasan yang memiliki
keunikan geologi, Leilem dan sekitarnya di Minahasa dan
Bukit Kasih Kanonang Kawangkoan di Minahasa, Kawasan
Cagar Alam Geologi yang memiliki keunikan proses geologi
berupa kemunculan solfatara dan fumarol yang terletak di
Gunung Awu Kabupaten Kepulauan Sangihe, Gunung Banua
Wuhu di Kabupaten Kepulauan Sangihe, Gunung Ruang di
Kabupaten Kepulauan Sangihe, Gunung Karangetang di
Kabupaten Kepulauan Sitaro, Gunung Tangkoko di Kota
Bitung, Gunung Mahawu di Kota Tomohon, Gunung Lokon
Empung di Kota Tomohon dan Gunung Soputan di
Kabupaten Minahasa Selatan.
b. Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi, yang meliputi 9
(sembilan) gunung berapi aktif, yaitu:
1. Gunung Awu, dengan ketinggian kurang lebih 1.320 m
dpl, berada di bagian utara Kepulauan Sangihe dan
Gunung Mahangetang (dibawah laut) di Kec. Tatoareng,
serta Gunung Api Bawah Laut P. Lipang, Kec. Marore,
Kepulauan Sangihe;
2. Gunung Karangetang, dengan ketinggian kurang lebih
1.827 m dpl, berada di bagian utara Pulau Siau

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 19


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

(Kepulauan Siau Tagulandang Biaro);


3. Gunung Ruang, dengan ketinggian kurang lebih 714 m
dpl dan Gunung Submarine Banua Wuhu di Kecamatan
Tamako Kabupaten Kepulauan Sangihe;
4. Gunung Soputan di Minahasa Selatan;
5. Gunung Lokon, dengan ketinggian kurang lebih 1.580 m
dpl dan Gunung Mahawu, dengan ketinggian kurang
lebih 1.311 m dpl di Tomohon;
6. Gunung Ambang, dengan ketinggian kurang lebih
1.689 m dpl di Bolaang Mongondow;
7. Gunung Tangkoko di Bitung;
8. Gunung Sub Marine 1922 di Kabupaten Kepulauan
Sangihe;
9. Gunung Karakelang, di Kabupaten Kepulauan Talaud.

c. Kawasan Rawan Gempa Bumi meliputi kawasan yang


terletak di zona patahan aktif, yaitu: Sesar Amurang -
Belang, Sesar Ratatotok, Sesar Likupang, Selat Lembeh, Sesar
yang termasuk dalam sistem sesar Bolaang Mongondow, dan
sesar Manado – Kema..

d. Kawasan Rawan Gelombang Tsunami meliputi daerah


pesisir pantai dengan elevasi rendah dan/atau berpotensi
atau pernah mengalami tsunami yang tersebar diseluruh
wilayah provinsi.
Kawasan perubahan peruntukan yang berdampak penting dan
cakupan yang luas serta bernilai strategis (DPCLS), meliputi :
a. Kabupaten Bolaang Mongondow dengan luasan kurang
lebih 222.98 Ha;
b. Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan dengan luasan
kurang lebih10.17 Ha;
c. Kabupaten Bolaang Mongondow Timur dengan luasan
kurang lebih 59.40 Ha;
d. Kabupaten Kepulauan Sangihe dengan luasan kurang lebih
4.96 Ha;
e. Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro dengan
luasan kurang lebih 65.21 Ha;
f. Kabupaten Minahasa Selatan dengan luasan kurang
lebih 92.90 Ha;
g. Kabupaten Minahasa Utara dengan luasan kurang
lebih 103.62 Ha;
h. Kota Bitung dengan luasan kurang lebih 52.46 Ha;
i. Kota Manado dengan luasan kurang lebih 91.46 Ha.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 20


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

b. Kawasan Budidaya
Penetapan kawasan ini dititik beratkan pada usaha untuk
memberikan arahan pengembangan berbagai kegiatan budidaya
sesuai dengan potensi sumber daya yang ada dengan memperhatikan
optimasi pemanfaatannya.

2.1.2. Potensi Pengembangan Wilayah


Potensi pengembangan wilayah sebagaimana yang sudah dikaji dalam
Rencana Tata Ruang Wilayah provinsi Sulawesi Utara Berdasarkan
deskripsi karakteristik wilayah, dapat diidentifikasi wilayah yang
memiliki potensi untuk dikembangkan. Kawasan Budidaya dengan
luasan 745.291 Ha meliputi :
a. kawasan peruntukan hutan produksi;
b. kawasan peruntukan hutan rakyat;
c. kawasan peruntukan pertanian;
d. kawasan peruntukan perikanan;
e. kawasan peruntukan pertambangan;
f. kawasan peruntukan industri;
g. kawasan peruntukan pariwisata;
h. kawasan peruntukan permukiman;
i. kawasan peruntukan lainnya;
j. Kawasan pesisir dan pulau - pulau kecil;
k. Kawasan pulau-pulau kecil terluar.

2.1.2.1. Kawasan Hutan Yang Dapat Dikonversi

Kawasan peruntukan hutan produksi meliputi :


a. Kawasan hutan produksi terbatas, yaitu Kawasan
Peruntukan Hutan Produksi Terbatas (HPT) di Provinsi
Sulawesi Utara dengan luas kurang lebih 213.836 Ha dari luas
Provinsi, meliputi: HPT Salibabu I & II, HPT Kabaruan di Pulau
Salibabu, Kepulauan Talaud; HPT Pulau Bangka, HPT Pulau
Talise, HPT Gunung Wiau, HPT Saoan di Minahasa Utara;
HPT Gunung Tatawiran dan HPT Gunung Insarang di Minahasa
dan Tomohon; HPT Kayuwatu di Minahasa; HPT Sungai Togop,
HPT Gunung Surat , HPT Gunung Sinonsayang, HPT Gunung
Simbalang, dan HPT Gunung Mintu di Minahasa Selatan; HPT
Sungai Ayong-Lobong, HPT Sungai Andagile – Sungai Gambuta
– Sungai Biau, HPT Molibagu-Pinolosian-Kombot, HPT Sungai
Tanganga – Sungai Salongo – Sungai Molibagu, HPT Sungai
Dumoga, HPT Mintu, dan HPT Gunung Bumbungon di
Bolaang Mongondow.
b. Kawasan hutan produksi tetap, yaitu Kawasan Peruntukan
Hutan Produksi Tetap (HP) di wilayah Provinsi dengan luas
kurang lebih 65.415 Ha dari luas provinsi, yang meliputi : HP
Tetap Sungai Ranoyapo I di Minahasa Selatan; dan HP Sungai
Ilangan I & II, Sungai Pililahunga – Sungai Milangodaa,
Mataindo, Matabulu, Inobonto-Poigar, Ongkak Mongondow di

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 21


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Bolaang Mongondow.
c. Kawasan hutan yang dapat dikonversi, yaitu Kawasan
Peruntukan Hutan Produksi dapat dikonversi (HPK) Bintauna di
Bolaang Mongondow luas kurang lebih 14.867 Ha dari luas
wilayah Provinsi.

Kawasan Peruntukan Hutan Rakyat direncanakan pada lahan-lahan


yang tidak dimanfaatkan dan menanaminya dengan tanaman-
tanaman yang dapat berfungsi ganda, seperti sebagai penghasil
buah, penghasil kayu dan lain-lain yang sekaligus juga berfungsi
ekologis. Rencana pengembangan kawasan hutan rakyat
dilaksanakan pada kebun Raya Minahasa di Minahasa dan Taman
Hutan Rakyat Gunung Tumpa di Manado dan Minahasa Utara.

2.1.2.2. Kawasan Peruntukan Pertanian


Kawasan Peruntukan Pertanian, terdiri dari Kawasan peruntukan
tanaman pangan, Kawasan peruntukan hortikultura, Kawasan
peruntukan perkebunan; d. Kawasan peternakan dan Kawasan
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B). Pengembangan
Kawasan Peruntukan Pertanian, berupa Kawasan Agropolitan
di Klabat Minahasa Utara, Kawasan Agropolitan Rurukan di
Tomohon, Kawasan Agropolitan Pakakaan di Minahasa, Kawasan
Agropolitan Modoinding di Minahasa Selatan, Kawasan Agropolitan
Dumoga di Bolaang Mongondow, Kawasan Agropolitan Dagho di
Kepulauan Sangihe, Kawasan Agropolitan Siau di Kepulauan Siau
Tagulandang Biaro, dan kawasan peternakan di seluruh provinsi
dengan pengembangan infrastruktur penunjang jaringan
transportasi darat, laut, udara, jaringan sumber daya air, jaringan
energi, jaringan telekomunikasi, pasar komoditas, sentra
produksi, rumah potong hewan, pasar ternak, dan jaringan
pemasaran;

Kawasan Peruntukan Tanaman Pangan, tersebar di seluruh


wilayah provinsi, terdapat di :
a. Dumoga, Lolayan dan Lolak di Kab. Bolaang Mongondow;
b. Bintauna - Bolangitang di Kab. Bolaang Mongondow Utara;
c. Dimembe di Minahasa Utara;
d. Tondano di Minahasa;
e. Tumpaan di Manahasa Selatan;
f. Seluruh Kabupaten dan kota yang memiliki lahan
berpotensi untuk pengembangan budidaya tanaman
pangan.
Kawasan Peruntukan Hortikultura, terdiri dari :
a. Budidaya tanaman sayur-sayuran jenis dataran tinggi
(kubis, wortel, kentang, buncis, bawang daun) di Minahasa,
Minahasa Selatan, Tomohon dan di dataran tinggi
Bolaang Mongondow, Modoinding, Modayag dan Passi

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 22


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Kabupaten Bolaang Mongondow (MODASI);


b. Budidaya tanaman rambutan dikembangkan di Minahasa
Selatan dan Minahasa Utara;
c. Budidaya tanaman buah salak dikembangkan di Siau
Tagulandang Biaro dan Minahasa Tenggara;
d. Budidaya tanaman mangga, duku/langsat, durian
dan pisang dikembangkan di Minahasa Utara, Minahasa
Selatan, Minahasa Tenggara, dan Bolaang Mongondow;
e. Budidaya tanaman semangka dikembangkan di Minahasa
Selatan dan Minahasa Tenggara;
f. Budidaya tanaman nanas dikembangkan di Bolaang
Mongondow dan Minahasa Selatan;
g. Budidaya tanaman matoa dikembangkan di Bolaang
Mongondow, Bolaang Mongondow Selatan, Bolaang
Mongondow Timur dan Bolaang Mongondow Utara.

Kawasan Peruntukan Pertanian, berupa kawasan Agropolitan :


a. Klabat Minahasa Utara;
b. Pakakaan di Minahasa;
c. Agropolitan Modoinding;
d. Dumoga di Bolaang Mongondow;
e. Dagho di Kepulauan Sangihe;
f. Siau di Kepulauan Siau Tagulandang Biaro;
g. Tombatu di Minahasa Tenggara.

Kawasan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) dengan


luas kurang lebih 405.000 Ha, terdiri dari :
a. Lahan sawah eksisting dengan luas kurang lebih
52.236,24 Ha, meliputi:
1. Minahasa, luas kurang lebih 7.576,91 Ha;
2. Minahasa Selatan, luas kurang lebih 5.390,88 Ha;
3. Minahasa Utara, luas kurang lebih 3.146,09 Ha;
4. Minahasa Tenggara, luas kurang lebih 2.977,78 Ha;
5. Bolaang Mongondow, luas kurang lebih 22.099,19 Ha;
6. Bolaang Mongondow Utara, luas kurang lebih 5.730,64
Ha;
7. Bolaang Mongondow Timur, luas kurang lebih 1.655,75
Ha;
8. Bolaang Mongondow Selatan, luas kurang lebih 1.331,63
Ha;
9. Kepulauan Sangihe, luas kurang lebih 9,10 Ha;
10. Kepulauan Talaud, luas kurang lebih 212,14 Ha;
11. Kota Manado, luas kurang lebih 79,96 Ha;
12. Kota Bitung, luas kurang lebih 79,39 Ha;
13. Kota Tomohon, luas kurang lebih 675,68 Ha;
14. Kota Kotamobagu, luas kurang lebih 1.271,14 Ha.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 23


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

b. Lahan sawah cadangan dengan luas kurang lebih


55.124,73 Ha, meliputi:
1. Bolaang Mongondow, luas kurang lebih 18.818,25 Ha;
2. Bolaang Mongondow Selatan, luas kurang lebih 8.594,23
Ha;
3. Bolaang Mongondow Timur, luas kurang lebih 400,69 Ha;
4. Bolaang Mongondow Utara, luas kurang lebih 5.090,31
Ha;
5. Minahasa, luas kurang lebih 2.569,55 Ha;
6. Minahasa Selatan, luas kurang lebih 8.409,32 Ha;
7. Minahasa Tenggara, luas kurang lebih 6.884,42 Ha;
8. Minahasa Utara, luas kurang lebih 4.357,96 Ha.
c. Lahan kering (holtikultura, tanaman pangan,
agropolitan dan peternakan), tersebar diseluruh Kabupaten /
Kota di Provinsi Sulawesi Utara.

2.1.2.3. Kawasan Peruntukan Perkebunan

Kawasan Peruntukan Perkebunan, tersebar di seluruh wilayah


provinsi, dengan komoditas perkebunan yang dikembangkan adalah
kelapa, cengkeh, pala, cacao/coklat 13 komoditi, vanili dan kopi,
jambu mente, casievera, lada, kemiri, aren, jarak pagar, pisang
abaka, kelapa sawit (Bolaang Mongondow dan Bolaang Mongondow
Utara), sedangkan Kawasan Peruntukan Peternakan meliputi
kawasan peruntukan peternakan unggas, kawasan peruntukan
peternakan sapi, kawasan peruntukan peternakan kuda, dan
kawasan peruntukan peternakan babi.

Kawasan peruntukan peternakan unggas berupa ayam kampung,


ayam potong, bebek, dan angsa tersebar di seluruh
Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi. Kawasan peruntukan
peternakan sapi dan kuda berada di Minahasa, Minahasa Utara,
Minahasa Tenggara, Minahasa Selatan, Tomohon, Bolaang
Mongondow, Bolaang Mongondow Utara, Bolaang Mongondow
Selatan dan Bolaang Mongondow Timur. Kawasan peruntukan
peternakan babi berada di Minahasa, Minahasa Utara, Minahasa
Tenggara, Minahasa Selatan, Tomohon, Manado, Bitung,
Kepulauan Talaud, Kepulauan Sangihe dan Kepulauan Siau
Tagulandang Biaro.

Kawasan perkebunan komoditi unggulan mencakup :

a. Cengkeh : Kabupaten Minahasa, Kabupaten Minahasa


Utara, Kabupaten Minahasa Selatan, Kabupaten Minahasa
Tenggara, Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, dan
Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan;
b. Kelapa : Kabupaten Minahasa Utara, Kabupaten Minahasa,

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 24


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Minahasa Selatan, Kabupaten Minahasa Tenggara,


Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dan Kabupaten
Bolaang Mongondow;
c. Kakao : Bolaang Mongondow, Kabupaten Bolaang
Mongondow Utara, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan
dan Bolaang Mongondow Timur;
d. Pala : Kabupaten Minahasa Utara, Kabupaten
Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, Kabupaten
Kepulauan Sangihe dan Kabupaten Kepulauan Talaud.

2.1.2.4. Kawasan Peruntukan Perikanan

Kawasan Peruntukan Perikanan terdiri dari :kawasan


peruntukan perikanan tangkap; kawasan peruntukan budidaya
perikanan; kawasan pengolahan ikan; Kawasan industrialisasi
perikanan; Kawasan minapolitan; Kawasan konservasi.

Kawasan peruntukan perikanan tangkap meliputi sepanjang pesisir


laut yang terdapat di Kepulauan Talaud, Kepulauan Sangihe,
Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, Manado, Bitung, Minahasa
Utara, Minahasa Tenggara, Minahasa Selatan, Bolaang Mongondow,
Bolaang Mongondow Utara, Bolaang Mongondow Selatan,Bolaang
Mongondow Timur, dan Minahasa. Pengelolaan ruang wilayah laut
dilakukan melalui penetapan Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-
pulau kecil.

Kawasan peruntukan budidaya perikanan (perikanan budidaya


ikan dan rumput laut) meliputi sepanjang pesisir laut di Manado,
Bitung, Minahasa Utara, Tomohon (Budidaya Air Tawar) Minahasa
Tenggara, Minahasa Selatan, Minahasa, Bolaang Mongondow,
Bolaang Mongondow Utara, Bolaang Mongondow Selatan,
Mongondow Timur, Kotamobagu (Budidaya Air Tawar) dan
Danau Tondano (Budidaya Air Tawar) di Minahasa, Sangihe,
Sitaro, Talaud.

Kawasan pengolahan ikan berupa pelabuhan perikanan meliputi


Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Bitung, Pelabuhan
Perikanan Pantai (PPP) Dagho di Kepulauan Sangihe dan PPP
Tumumpa di Manado, Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Amurang di
Minahasa Selatan, PPI Belang di Minahasa Tenggara, PPI Boroko di
Bolaang Mongondow Utara, PPI Dodepo di Bolaang Mongondow
Selatan, PPI Kema, PPI Likupang, PPI Wori di Minahasa Utara, PPI
Kali Jengki di Manado, dan PPI di Kepulauan Talaud.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 25


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Kawasan industrialisasi perikanan terdapat di : Kepulauan Talaud,


Kepulauan Sangihe, Minahasa Utara, Sitaro, Mando, Tomohon,
Minahasa Selatan, Bolaang Mongondow Utara, Bolaang Mongondow,
Bitung, Minahasa, Minahasa Tenggara, Bolaang Mongondow Timur,
Kotamobagu, Bolaang Mongondow Selatan.
Pengelolaan dan pengembangan Kawasan Minapolitan
meliputi:
a. Existing : Kepulauan Sangihe, Manado, Minahasa Utara,
Bolaang Mongodow Utara, Minahasa Selatan,
Bitung, Minahasa, Minahasa tenggara, Bolaang
Mongondow;
b. Proyeksi : Kepulauan Talaud, Kepulauan Sitaro, Bolaang
Mongondow Selatan, Bolaang Mongondow
Timur.
Pengembangan Kawasan Konservasi meliputi : Konservasi Laut
Mane’e di Pulau Intata Kepulauan Talaud, Kawasan Konservasi
Laut Daerah di Kepulauan Sangihe, Kawasan Konservasi Laut
Daerah di Sitaro, Konservasi Terumbu Karang di Malayang- –
Kalasey, Konservasi Terumbu Karang Minahasa Utara (Desa Bahoi),
Bolaang Mongondow Utara (Proyeksi), Kawasan Konservasi Laut
Daerah di Minahasa Selatan (Desa Blongko, Kecamatan Tatapaan
Desa Wawontulap sampai Arakan), Bolaang Mongondow, Bitung,
Konservasi Penyu di (Kecamatan Kombi desa Toloun sampai
Parentek) Minahasa (Proyeksi), Minahasa Tenggara (Desa
Tumbak dan Desa Bentenan), Bolaang Mongondow Timur,
Bolaang Mongondow Selatan.

2.1.2.5. Kawasan Peruntukan Pertambangan

Kawasan Peruntukan Pertambangan terdiri dari :


a. kawasan peruntukan pertambangan meliputi mineral
logam, mineral bukan logam dan batuan;
b. kawasan peruntukan pertambangan minyak dan gas bumi;
c. kawasan peruntukan pertambangan panas
bumi;
d. Kawasan strategis pertambangan provinsi.
Kawasan peruntukan pertambangan mineral logam terdiri
dari :
a. Nikel Kromit terdapat di Kabupaten Kepulauan Talaud – Pulau
Rainis;
b. Timah Hitam terdapat di Kabupaten Kepulauan Sangihe - Pulau
Lipang;
c. Emas terdapat di Kabupaten Bolaang Mongondow
(Lolayan dan Dumoga); Kabupaten Bolaang Mongondow
Selatan (Bolaang Uki); Kabupaten Bolaang Mongondow Timur

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 26


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

(Modayag dan Kotabunan); Kabupaten Minahasa Selatan


(Motoling Timur, Tompaso Baru, Tatapaan, Ranoyapo,
Amurang Barat dan Tenga); Kabupaten Minahasa Tenggara
(Ratotok); Kabupaten Minahasa (Pineleng); Kabupaten
Minahasa Utara (Likupang Timur dan Likupang Barat,
Kecamatan Talawaan dan Kecamatan Dimembe); Kabupaten
Kepulauan Sangihe (Tabukan Selatan Tenggara, Tabukan
Selatan Tengah, Tabukan Selatan, Manganitu Selatan dan
Tamako);
d. Bijih Besi terdapat di Kabupaten Bolaang Mongondow
Utara (Bolangitang); Kabupaten Minahasa Utara (Likupang
Timur); dan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro
(Siau Barat Selatan); Manganitu Selatan;
e. Pasir Besi / Pasir Besi Titan terdapat di Kabupaten Bolaang
Mongondow (Lolak, Inobonto/Lolan, Poigar); Kabupaten
Bolaang Mongondow Utara (Sangkup/Busingo, Bintauna);
Kabupaten Bolaang Mongondow Timur (Kotabunan);
Kabupaten Minahasa Selatan (Kecamatan Tenga desa
Moinit, Sapa, Molinou, Sidate, Kecamatan Sinonsayang desa
Poigar); Kabupaten Minahasa Tenggara (Belang); Kabupaten
Minahasa (Kecamatan Tombariri – Pantai, Poopoh dan Teling);
Kabupaten Kepulauan Talaud (Kecamatan Karakelang, Pulau
Salibabu, Melonguane, Beo, Essang, Tampanama); Kabupaten
Kepulauan Sangihe (Tabukan Utara, Kendahe, Tabukan
Selatan, Tabukan Selatan Tengah, Manganitu, Tabukan
Tengah); Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro
(Tagulandang); bagian utara Pulau Sangihe Besar dan Pulau
Tagulandang;
f. Mangan terdapat di Kabupaten Bolaang Mongondow
Utara dan Kabupaten Minahasa Utara (Likupang Barat);
g. Barit terdapat di Kabupaten Kepulauan Sangihe (Tabukan
Selatan); dan Belerang terdapat di Kabupaten Bolaang
Mongondow (Modayag); Kabupaten Minahasa Selatan (Kota
Menara) dan Kota Tomohon (Rurukan).
Kawasan Strategis Pertambangan Provinsi, meliputi :
a. Minahasa Utara - Bitung (Mineral Logam, Mineral Bukan
logam, Batuan dan Panas Bumi);
b. Manado – Minahasa Utara (Mineral Logam, Mineral Bukan
logam dan Batuan)
c. Minahasa Selatan – Minahasa Tenggara (Mineral Logam,
Mineral Bukan logam dan Batuan);
d. Minahasa – Minahasa Utara (Mineral Logam, Mineral
Bukan logam, Batuan dan Panas Bumi);
e. Bolaang Mongondow Timur – Minahasa Tenggara (Mineral
Logam, Mineral Bukan logam dan Batuan);
f. Bolaang Mongondow – Bolaang Mongondow Timur –
Bolaang Mongondow Selatan – Kota Kotamobagu (Mineral

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 27


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Logam, Mineral Bukan logam, Batuan dan Panas Bumi); dan


g. Minahasa Selatan – Bolaang Mongondow (Mineral Logam,
Mineral Bukan logam dan Batuan).

2.1.2.6. Kawasan Peruntukan Industri

Kawasan Peruntukan Industri Wilayah Provinsi, terdiri dari :


a. kawasan peruntukan industri besar meliputi Kauditan -
Bitung - Kema (KABIMA) di Minahasa Utara dan Bitung serta
kawasan industri terpadu Bitung di Bitung;
b. kawasan peruntukan industri sedang berupa Kawasan Kapitu-
Amurang di Minahasa Selatan;
c. kawasan peruntukan industri kecil dan menengah (IKM)
tersebar di seluruh Kabupaten/Kota wilayah Provinsi; dan
d. kawasan pendukung kawasan ekonomi khusus Tanjung Merah
Bitung, di Likupang, Minahasa Utara, Tahuna – Petta
Kepulauan Sangihe, Melonguane - Lirung Kepulauan Talaud,
Ratatotok – Lakban Minahasa Tenggara, Amurang Minahasa
Selatan, Inobonto Labuan Uki Bolaang
Mongondow, Tomohon.

2.1.2.7. Kawasan Peruntukan Pariwisata

Kawasan peruntukan pariwisata terdiri dari kawasan pariwisata


budaya, kawasan pariwisata alam, kawasan pariwisata buatan; dan
Kawasan pariwisata yang bernilai strategis nasional. Kawasan
pariwisata budaya berupa pengembangan kawasan wisata budaya
Bukit Tengkorak Pulau Makalehi di Kepulauan Siau, Tagulandang,
Biaro.
Kawasan pariwisata alam, terdiri dari :
a. Kawasan wisata, yaitu :
1. Kawasan wisata Malalayang – Kalasey (Malasey)
Manado dan Minahasa;
2. Kawasan wisata Danau Tondano dan sekitarnya di
Minahasa;
3. Kawasan wisata Daerah Aliran Sungai (DAS) Tondano di
Minahasa, Minahasa Utara dan Manado;
4. Kawasan wisata/koridor wisata Manado – Wori – Likupang
– Lembeh di Manado, Minahasa Utara dan Bitung.
b. Pengembangan kawasan wisata, yaitu :
1. pengembangan kawasan wisata pantai Manado-
Minahasa-Bitung Pantai Utara (MAHABINTURA),
meliputi: Wawontulap-Tanawangko- Tasik-Ria-
Boulevard-Manado-Tanjung-Pisok-Likupang-Tanjung
Pulisan Karondoran-Selat Lembeh-Bitung-Tanjung
Merah-Tasikoki- Batu Nona-Kema;

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 28


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

2. pengembangan kawasan wisata bahari di dalam


kawasan Taman Nasional Laut Bunaken;
3. pengembangan kawasan ekowisata di kawasan
Taman Nasional Dumoga Nani Warta Bone;
4. pengembangan kawasan wisata Kota Pantai dan
ekowisata Manado;
5. pengembangan kawasan wisata Kota Bahari dan wisata
laut : Pulau Ruang, Pulau Para, Pulau Mahoro, Pulau
Tagulandang dan Gunung Api Bawah Laut Mahangetang;
6. pengembangan kawasan wisata Pulau di Perbatasan
antar negara, yaitu : Pulau Miangas, Marore dan
Gugusan Pulau Nanusa, Intata - Kakorotan dan Pulau
Bongkil, Pulau Makalehi, Pulau Mantehage.
Kawasan pariwisata buatan, terdiri dari :
a. Pengembangan kawasan wisata Kota Bunga di Tomohon;
b. pengembangan kawasan wisata Pulau Khusus
Ketangkasan, yaitu di Pulau Siladen Manado dan Pulau
Gangga Minahasa Utara.
Kawasan pariwisata yang bernilai strategis nasional, yaitu
terdapat di Kawasan Pinabetengan dan Bukit Kasih Kanonang di
Kabupaten Minahasa.

2.1.2.8. Kawasan Peruntukan Pemukiman


Kawasan Peruntukan Permukiman terdiri dari kawasan
permukiman perkotaan dan perdesaan; dan kawasan permukiman
perkotaan dan perdesaan di kepulauan. Kawasan permukiman
perkotaan dan perdesaan, terdiri dari :
a. klaster Manado - Airmadidi - Bitung;
b. klaster Manado - Wori;
c. klaster Manado - Tumpaan - Amurang;
d. klaster Tondano - Eris - Kombi;
e. klaster Tomohon - Kawangkoan - Tompaso;
f. klaster Tomohon - Tondano - Airmadidi;
g. klaster Manado - Pineleng - Tomohon;
h. klaster Airmadidi - Tatelu - Likupang;
i. klaster Amurang - Poigar - Inobonto;
j. klaster Amurang - Motoling - Tompaso Baru;
k. klaster Amurang - Kawangkoan;
l. klaster Kotamobagu - Dumoga;
m. klaster Kotamobagu - Tompaso Baru;
n. klaster Kotamobagu - Inobonto;
o. klaster Lolak - Bolang Itang - Boroko;
p. klaster Lolak - Kotamobagu - Dumoga;
q. klaster Dumoga - Molibagu - Pinolosian;
r. klaster Pinolosian - Kotabunan - Belang;
s. klaster Tompaso - Ratahan - Belang; dan

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 29


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

t. klaster Belang - Atepoko - Kema.

Kawasan permukiman perkotaan dan perdesaan di


kepulauan, terdiri dari :
a. klaster P. Bunaken - P. Manado Tua - P. Nain - Manado;
b. klaster P. Talisei - P. Bangka - Likupang;
c. klaster P. Siau - P. Tagulandang - P. Biaro;
d. klaster Tahuna – Tatoareng – Dagho - Manalu;
e. klaster P. Marore - P. Kawaluso (perbatasan);
f. klaster Kepulauan Nanusa;
g. klaster Kabupatenaruan - Salibabu -
Karakelang; dan
h. klaster Miangas.

2.1.2.9. Kawasan Peruntukan Lainnya

Kawasan peruntukan lainnya meliputi:


a. Kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan; dan
b. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).
Kawasan peruntukan pertahaan dan keamanan meliputi:
a. Kawasan Pertahanan :
1. Komando Daerah Militer (KODAM) di Manado;
2. Komando Resor Militer (KOREM 131 Santiago);
3. Komando Distrik Militer (KODIM) yang tersebar di
Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi;
4. Batalyon Artileri Medan (YON ARMED) Lalow
di Bolaang Mongondow;
5. Kompi Kavaleri Serbu (KI KAVSER) Ilo-ilo Wori di
Minahasa Utara;
6. Kompi Senapan B Batalyon Infantri (Yonif) 712
Wiratama Airmadidi di Minahasa Utara;
7. Gudang Amunisi TNI Angkatan Darat, di Tomohon;
8. Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut (LANTAMAL) di
Manado;
9. Pangkalan TNI Angkatan Laut (LANAL) di Bitung; dan
10. Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut (LANTAMAL) Wori
di MinahasaUtara;
11. Pangkalan TNI Angkatan Laut (LANAL) Melonguane di
Kepulauan Talaud;
12. Pos TNI Angkatan Laut (POSAL) di Kabupaten Bolaang
Mangondow Timur;
13. Pos TNI Angkatan Laut (POSAL) di Kabupaten Bolaang
Mangondow;
14. Pangkalan TNI Angkatan Udara (LANUD) Bandar
Udara Sam Ratulangi di Manado;
15. Pangkalan TNI Angkatan Udara (LANUD) di Talawaan
Kabupaten Minahasa Utara;
16. Batalion Paskhas TNI Angkatan Udara di Talawaan

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 30


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Kabupaten minahasa Utara;


17. Detasemen TNI Angkatan Udara Melonguane di
Kabupaten Kepulauan Talaud;
18. Detasemen TNI Angkatan Udara Miangas di Kabupaten.
Kepulauan Talaud;
19. Detasemen PASKHAS TNI Angkatan Udara di desa
Kalawiran Kecamatan Kakas Kabupaten Minahasa;
20. Daerah Latihan Tempur TNI Angkatan Udara di desa
Kalawiran Kecamatan Kakas Kabupaten Minahasa;
21. Pusat Latihan Olahraga Dirgantara / Federasi
Aerosport seluruh Indonesia di desa Kalawiran
Kecamatan Kakas Kabupaten Minahasa;
22. Daerah Latihan SAR dan Survival di desa Toulimembet
Kecamatan Kakas Kabupaten Minahasa.

b. Kawasan Keamanan :
1. Kepolisian Sektor (POLSEK) yang berada dalam
tingkatan Kecamatan/Kota/Polsek KP3/Polsek Bandara;
2. Kepolisian Resorth yang berada di tingkat
kabupaten/kota dalam wilayah provinsi.
3. Kepolisian Daerah Sulawesi Utara (POLDA) Manado.
4. Markas Komando Sat Brimob di Desa Kalasey II
Kecamatan Mandolang Kabupaten Minahasa;
5. Detasemen A Brimob di Kelurahan Paniki BAwah
Kecamatan Mapanget Kota Manado;
6. Subden A Brimob di Talaud;
7. Subden B Brimob (akan ditentukan kemudian lokasinya)
8. Subden C Brimob di Ratatotok;
9. Detasemen B Brimob di Kabupaten Bolmong;
10. Subden A Brimob di Bolmong;
11. Subden B Brimob di Dumoga;
12. Subden C Brimob (akan ditentukan kemudian lokasinya)
13. Detasemen C Brimob di Bolmut;
14. Detasemen Gegana Brimob (akan ditentukan kemudian
lokasinya);
15. Detasemen Kimia, Biologi dan Radioaktif (KBR) (akan
ditentukan kemudian lokasinya);
16. Sekolah Polisi Negara di Daerah Mapanget Kota Manado;
17. Puslabfor di desa Maumbi Kabupaten Minahasa Utara;
18. Direktorat Polisi Perairan di Bitung;
19. Sat Polair di Sindulang Manado;
20. Sat Polair di Tahuna; dan
21. Sat Polair di Talaud.
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) berada di Kecamatan Matuari
di dua Kelurahan yaitu Kelurahan Tanjung Merah, Kelurahan
Manembo-nembo dan Kelurahan Sagerat, luas kurang lebih 534 Ha.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 31


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

2.1.3. Wilayah Rawan Bencana

Wilayah rawan bencana sebagaimana sudah diidentifikasi


dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Utara 2014-
2034 dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Kawasan Rawan Gempa yang meliputi seluruh wilayah provinsi


yaitu kawasan yang berada di sekitar wilayah patahan lempeng
kulit bumi terluar
2. Kawasan rawan tanah longsor meliputi:
- Kepulauan Sangihe, Kepualuan Siau Tagulandang Biaro
Manganitu, Siau Timur dan Tamako.
- Manado; Kecamatan Wanea, kecamatan Singkil,
Kecamatan Tuminting, kecamatan Tikala, Kecamatan
Mapanget, Kecamatan Bunaken, Kecamatan Malalayang
dan Kecamatan Wenang.
- Jalur jalan Manado-Amurang
- Jalur Jalan Manado-Tomohon
- Jalur Jalan Noongan-Ratahn-Belang (Minahasa Tenggara)
- Torosik (Bolaang Mongondow Selatan
3. Kawasan rawan gelombang pasang meliputi pesisir pantai utara
dan selatan Provinsi yang memiliki elevasi rendah.
4. Kawasan rawan gerakan tanah meliputi Gunung Lokon Kota
Tomohon, Gunung Api Klabat Minahasa utara dan Gunung
Soputan di Kabupaten Minahasa Selatan serta Kawasan sekitar
danau Tondano di Kabupaten Minahasa.
5. Kawasan Rawan banjir, yang meliputi daerah muara sungai,
dataran banjir dan dataran alluvial terutama di sepanjang
sungai di Manado, Bolaang mongondow Utara, Bolaang
Mongondow, Minahasa Tenggara dan Bolaang mongondow
Timur.
6. Kawasan cagar alam geologi yang terletak di Lahendong dan
sekitarnya di Tomohon sebagai kawasan yang memiliki
keunikan geologi, Leilem dan sekitarnya di Minahasa dan Bukit
Kasih Kanonang Kawangkoan di Minahasa, Kawasan Cagar
Alam Geologi yang memiliki keunikan proses geologi berupa
kemunculan solfatara dan fumarol yang terletak di Gunung
Awu Kabupaten Kepulauan Sangihe, Gunung Banua Wuhu di
Kabupaten Kepulauan Sangihe, Gunung Ruang di Kabupaten
Kepulauan Sangihe, Gunung Karakelang di Kabupaten
Kepulauan Talaud, Gunung Tangkoko di Kota Bitung, Gunung
Mahawu di Kota Tomohon, Gunung Lokon Empung di Kota

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 32


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Tomohon dan Gunung Soputan di Kabupaten Minahasa


Selatan.
7. Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi, yang meliputi 9
(sembilan) gunung berapi aktif, yaitu: Gunung Awu, dengan
ketinggian kurang lebih 1.320 m dpl, berada di bagian utara
Kepulauan Sangihe dan Gunung Mahangetang (dibawah laut) di
Kec. Tatoareng, serta Gunung Api Bawah Laut P. Lipang, Kec.
Marore, Kepulauan Sangihe; Gunung Karangetang, dengan
ketinggian kurang lebih 1.827 m dpl, berada di bagian utara
Pulau Siau (Kepulauan Siau Tagulandang Biaro); Gunung
Ruang, dengan ketinggian kurang lebih 714 m dpl dan Gunung
Submarine Banua Wuhu di Kecamatan Tamako Kabupaten
Kepulauan Sangihe; Gunung Soputan di Minahasa Selatan;
Gunung Lokon, dengan ketinggian kurang lebih 1.580 m dpl
dan Gunung Mahawu, dengan ketinggian kurang lebih 1.311 m
dpl di Tomohon; Gunung Ambang, dengan ketinggian kurang
lebih 1.689 m dpl di Bolaang Mongondow; Gunung Tangkoko di
Bitung; Gunung Sub Marine 1922 di Kabupaten Kepulauan
Sangihe; dan Gunung Karakelang, di Kabupaten Kepulauan
Talaud.
8. Kawasan Rawan Gempa Bumi meliputi kawasan yang terletak
di zona patahan aktif, yaitu: Sesar Amurang - Belang, Sesar
Ratatotok, Sesar Likupang, Selat Lembeh, Sesar yang termasuk
dalam sistem sesar Bolaang Mongondow, dan sesar Manado -
Kema.
9. Kawasan Rawan Gelombang Tsunami meliputi daerah pesisir
pantai dengan elevasi rendah dan/atau berpotensi atau pernah
mengalami tsunami yang tersebar diseluruh wilayah provinsi.

Arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi berfungsi


untuk menjaga kesesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana tata
ruang wilayah provinsi, menghindari penggunaan lahan yang tidak
sesuai dengan rencana tata ruang, menjaga keseimbangan dan
keserasian peruntukan ruang, sebagai alat pengendali pengembangan
kawasan, mencegah dampak pembangunan yang merugikan; dan
untuk melindungi kepentingan umum.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 33


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

2.1.4. DEMOGRAFI

2.1.4.1. Jumlah Penduduk

Penduduk Sulawesi Utara pada tahun 2015 berjumlah 2.412.118


jiwa. Jika dibandingkan pada periode awal RPJMD sebelumnya, pada
tahun 2010 terdapat 2.270.596 jiwa. Dikaitkan dengan luas wilayah
yang ada, terlihat adanya ketimpangan penyebaran penduduk di
mana Kota Manado sekitar 19,5% dari jumlah penduduk Sulawesi
Utara hanya memiliki 1,04% luas wilayah Sulawesi Utara. Di sisi lain,
Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan yang memiliki penduduk
sebesar 2,3%, mendiami 11,68% wilayah Sulawesi Utara.

Kota Manado merupakan wilayah yang terbanyak penduduknya


dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya di Sulawesi Utara
dengan jumlah penduduk sebanyak 425 634 orang, disusul oleh
Kabupaten Minahasa sebanyak 329 003 orang, dan Kabupaten
Bolaang Mongondow sebanyak 233 189 orang.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 34


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Tabel 2.5.Jumlah Penduduk Provinsi Sulawesi Utara, 2005-2015


Kabupaten/Kota
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 *)
Regency/City

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

01. Bolaang 431 725 437 089 442 458 463 474 485 298 302 196 213 215 220 224 229 233 189
415 008 145 908 222 271 393 263 484 904 093 400 604
Mongondow
02. Minahasa 787 952 795 351 801 827 834 288 293 296 298 300 310 313 316 319 325 329 003
776 877 640 539 081 142 179 226 384 892 884 945 680
03. Kepulauan 261 948 262 090 262 269 193 191 191 130 130 130 126 127 128 129 129 129 584
060 644 110 102 631 129 290 449 100 520 732 008 103
Sangihe
04. Kepulauan - - - - 78 74 74 74 74 74 83 84 378 85 85 87 88 803
944 512 660 786 892 997 434 171 984 922
Talaud
05. Minahasa - - - - - 275 276 182 182 182 195 197 198 200 203 204 983
997 928 017 292 818 553 755 901 072 317
Selatan
06. Minahasa Utara - - - - - 165 170 172 174 176 188 191 193 196 196 198 084
758 340 690 455 480 904 036 906 842 419
07. Bolaang - - - - - - - 79 80 80 70 71 564 71 71 75 76 331
042 134 508 693 530 570 290
Mongondow Utara
08. Kepulauan Sitaro - - - - - - - 61 61 61 63 64 516 64 64 65 65 582
576 652 781 801 575 744 284
09. Minahasa - - - - - - - 95 95 95 100 101 101 102 103 104 536
002 145 525 443 575 761 226 818
Tenggara
10. Bolaang - - - - - - - - - 52 57 57 648 58 59 61 62 222
122 001 762 908 177
Mongondow Selatan
11. Bolaang - - - - - - - - - 59 63 64 370 65 66 67 68 692
401 654 511 677 824
Mongondow Timur
71. Manado 377 949 382 834 388 410 416 405 417 424 429 434 410 415 417 419 423 425 634
435 870 771 715 654 111 149 845 481 114 483 596 257
72. Bitung 141 297 144 885 149 161 167 163 169 174 178 180 187 189 193 198 202 205 675
385 421 625 837 243 003 266 618 652 920 956 257 204
73. Tomohon - - - - - 80 81 82 83 83 91 92 583 93 95 98 100 373
649 882 684 200 718 553 857 157 686
74. Kotamobagu - - - - - - - 116 117 119 107 108 108 109 117 119 427
357 965 105 459 891 794 141 019
Sulawesi Utara 2 000 2 022 2 044 2 127 2 154 2 121 2 160 2 186 2 208 2 228 2 270 2 296 2 319 2 343 2 2 412
871 249 071 820 234 017 641 810 012 856 596 666 916 527 386 118
604

Sumber : BPS sulut 2015

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 35


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Tabel 2.3 memperlihatkan Penduduk Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan adalah


wilayah yang paling sedikit jumlah penduduknya dibandingkan dengan
kabupaten/kota se-Sulawesi Utara yaitu sebanyak 61.177 orang. Sex Ratio Penduduk
Sulawesi Utara sebesar 104,18 yang artinya jumlah penduduk laki-laki 4% lebih
banyak dibanding jumlah penduduk perempuan. Jika dilihat per kabupaten/kota, sex
ratio terbesar berada di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur yang 109,8. Hal ini
berarti penduduk laki-laki lebih banyak 10% daripada penduduk perempuan.

Tabel 2.6. Jumlah Penduduk Provinsi Sulawesi Utara Berdasarkan Sex Ratio,
2014

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Utara, 2015.

Jika dilihat dari jumlah penduduk berdasarkan agama yang dianut oleh
masyarakat Sulawesi Utara, pada tahun 2015 penduduk yang menaganut
agama Islam sebanyak 797234 orang, yang beragama Kristen sebanyak
1734783, penduduk beragama katolik sebanyak 167334, penduduk beragama

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 36


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

hindu sebanyak 26252 dan yang beragama budha sebanyak 24717 orang.
Selengkapnya dapat dilihat pada table dibawah ini.

Tabel 2.7. Jumlah Penduduk Provinsi Sulawesi Utara Berdasarkan Agama, 2015

Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota dan Agama yang Dianut di Provinsi Sulawesi
Utara, 2015
Population by Regency/City and Religion in Sulawesi Utara Province, 2015

Kabupaten/Kota Islam Protestan Katolik Hindu Budha


Regency/City Islam Christian Catholic Hindu Buddha

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


Kabupaten/Regency
1. BOLAANG 176668 49783 3597 21144 513
MONGONDOW

2. MINAHASA 23163 413434 53245 623 298

3. KEPULAUAN SANGIHE 31648 95987 1721 28 253

4. KEPULAUAN TALAUD 2774 75725 4483 9 194

5. MINAHASA SELATAN 23111 168531 7191 42 1462

6. MINAHASA UTARA 35827 193846 20157 52 347

7. BOLAANG 62045 15427 164 25 0


MONGONDOW UTARA
8. SIAU TAGULANDANG 2290 67755 1020 5 10
BIARO

9. MINAHASA 19056 89177 1426 6 3


TENGGARA
10. BOLAANG 59090 2573 120 36 3
MONGONDOW
SELATAN

11. BOLAANG 47605 18949 3597 19 5


MONGONDOW TIMUR

Kota/City
1. MANADO 130517 289530 36816 2309 14327
2. BITUNG 87076 169575 8275 703 3739
3. TOMOHON 4040 65542 23482 119 1828
4. KOTAMOBAGU 92324 18949 2040 1132 1735
SULAWESI UTARA 797234 1734783 167334 26252 24717

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 37


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Tabel. 2.8. Sebaran Jumlah Aparatur Sipil Negara (Asn) Berdasarkan Jenis Kelamin Di
Provinsi/Kabupaten/Kota

NO. PROVINSI/KABUPATEN/KOTA JENIS KELAMIN

LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH


A. Provinsi:
1 Sulawesi Utara 2.788 2.645 5.433
B. Kabupaten:
1 Kepulauan Talaud 1.746 2.905 4.651
2 Kepulauan Sangihe 1.928 2.845 4.773
3 Kepulauan Siau-Tagulandang-Biaro 865 1.703 2.568
4 Bolaang Mongondow 2.238 4.628 6.866
5 Bolaang Mongondow Utara 1.050 1.590 2.640
6 Bolaang Mongondow Selatan 818 1.095 1.913
7 Bolaang Mongondow Timur 902 1.110 2.012
8 Minahasa 2.193 3.000 5.193
9 Minahasa Tenggara 1.079 1.821 2.900
10 Minahasa Selatan 1.852 2.416 4.268
11 Minahasa Utara 1.358 2.625 3.983
C. Kota:
1 Kotamobagu 1.004 1.679 2.683
2 Tomohon 1.133 2.076 3.209
3 Bitung 1.403 2.516 3.919
4 Manado 2.729 5.152 7.881
JUMLAH 25.086 39.806 64.892

Tabel diatas menjelaskan sebaran Aparatur Sipil Negara di Provinsi


Sulawesi Utara pada tahun 2015 dimana jumlah ASN mencapai 64.892 orang,
terdiri dari 25080 ASN pria dan 39806 ASN perempuan. Dari angka ini dapat
disimpulkan bahwa tingkat pelayanan public di Sulawesi Utara yang diukur
dari cakupan ketersediaan aparatur sipil Negara per jumlah penduduk
diperoleh angka 38. Hal ini berarti 1 ASN melayani 38 penduduk.

2.1.4.2. Rasio Ketergantungan

Rasio ketergantungan penduduk Sulawesi Utara Tahun 2015 sebesar 46,6%,


dimana 100 penduduk berusia kerja (produktif) menanggung 46 orang

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 38


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

penduduk yang belum produktif dan tidak produktif. Menurut kabupaten/kota


rasio ketergantungan yang paling tinggi adalah Kabupaten Bolaang Mongondow
Selatan sebesar 58,56%. Kemudian menyusul Kabupaten Minahasa Selatan
sebesar 58,15 dan yang terendah Kota Manado sebesar 43,99%. Periode 2015-
2020 merupakan puncak bonus demografi Sulut (lihat grafis). Penduduk usia
produktif 15 sampai 65 tahun, lebih banyak dari kelompok 0-15 tahun dan 65
tahun ke atas. Bonus demografi ini bila dimanfaatkan optimal, bisa menjadi
kekuatan dahsyat Sulut untuk maju. Bonus demografi ini harus dimanfaatkan
dengan optimal. Karena penduduk usia produktif melebihi kelompok usia tak
produktif. Periode 2015-2020 adalah puncak demografi Sulut. Namun
sebaliknya, tanpa manajemen cerdas, maka bonus demografi ini malah bisa
menimbulkan bencana. Karena jika penduduk usia produktif menganggur,
maka memicu kemiskinan dan kriminalitas. Bonus penduduk ini bisa jadi
anugerah tetapi juga bisa jadi bencana jika tak dikelola dengan baik. Berdasar
data Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia, Sulut telah masuk masa bonus
demografi sekira tahun 2003 (lihat grafis). Dan puncaknya pada 2015-2020. Di
masa ini, penduduk usia produktif Sulut melimpah jumlahnya. Banyak
berkesempatan menghasilkan uang secara mandiri. Tak perlu bergantung pada
keluarga atau orang lain. Sedangkan anak-anak, balita, remaja, dan oma opa
yang ditanggung hidupnya, jumlahnya tinggal sedikit. Misalnya, dari lima
anggota keluarga, tiga orang bisa bekerja lalu menghasilkan uang. Dan dua
anggota keluarga ditanggung hidupnya oleh tiga orang itu. Sebaliknya, periode
sebelum atau sesudah masa bonus demografi, dari lima anggota keluarga, tiga
keluarga tak bisa kerja. Sehingga dua yang kerja menanggung beban tiga
anggota keluarga mereka. Rasio ketergantungan penduduk Sulut era ini di
bawah 50 persen. Sedangkan penduduk produktif atau yang bisa bekerja lebih
dari 50 persen. Saat angka ketergantungan di bawah 50 persen, maka saat
itulah masa bonus demografi.
Bonus demografi Provinsi Sulawesi Utara akan dinikmati sekira 25
sampai 30 tahun. Puncaknya pada 2015-2020 ini. Setelahnya, 2020 ke atas,
rasio ketergantungan semakin besar. Sampai pada sekira tahun 2040, bonus
demografi Sulut berakhir. Puncak demografi saat ini, harus dimanfaatkan
dengan baik oleh pemerintah. Ada beberapa hal yang harus dilakukan agar
bonus demografi ini bisa bermanfaat. Pertama, suplai tenaga kerja yang besar
dan berkualitas. Sehingga akan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
masyarakat. Kedua, perempuan harus semakin terdidik memasuki pasar kerja.
Agar lebih banyak membantu peningkatan pendapatan keluarga. Ketiga
tabungan masyarakat yang meningkat harus diinvestasikan secara produktif.
Dan keempat, kebijakan investasi pemerintah dan swasta yang membuka
lapangan kerja.

2.1.4.3. Laju Pertumbuhan Penduduk


Laju pertumbuhan penduduk Tahun 2000-2010 menurut data BPS provinsi
Sulawesi Utara dalam buku Sulut dalam Angka tahun 2015 sebesar 1,41%.
Kota Bitung adalah daerah yang laju pertumbuhan penduduknua paling tinggi

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 39


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

dibandingkan kabupaten/kota lain di Sulawesi Utara yakni sebesar 2,99%,


sedangkan yang terendah Kabupaten Sangihe dengan pertumbuhan minus
0,09%. Kota Bitung memiliki karakteristik ekonomi industri serta merupakan
sasaran migrasi masuk, terlebih dengan ketersediaan lahan yang masih
memungkinkan untuk permukiman. Hal ini menyebabkan pengembangan area
permukiman di Kota Bitung maju dengan sangat pesat. Sebaliknya Kota
Manado yang merupakan pusat pertumbuhan penduduk di Sulawesi Utara
mengalami kejenuhan pertumbuhan penduduk yakni hanya 0,92% yang
disebabkan oleh keterbatasan lahan. Pertumbuhan penduduk ke arah
suburban menyebabkan daerah Kabupaten Minahasa Utara sebagai daerah
pertumbuhan tertinggi kedua setelah Kota Bitung yakni sebesar 2,49%.

2.1.4.4. Struktur Ketenagakerjaan


Tahun 2015 menunjukkan fakta bahwa penduduk yang termasuk angkatan
kerja masih lebih banyak dari bukan angkatan kerja. Demikian juga untuk
penduduk yang termasuk angkatan kerja yaitu penduduk yang bekerja masih
lebih banyak dari yang menganggur. Sedangkan struktur penduduk yang
termasuk bukan angkatan kerja yaitu penduduk yang mengurus rumah tangga
masih menduduki tempat teratas, kemudian bersekolah dan lainnya (kegiatan
selain mengurus rumah tangga maupun bersekolah). Struktur ketenagakerjaan
di Sulawesi Utara pada Agustus 2015 menunjukkan adanya kenaikan
jumlah angkatan kerja, jumlah penduduk bekerja, dan tingkat pengangguran.
Jumlah angkatan kerja di banding Agustus
2014 bertambah sebanyak 39 ribu orang. Hal serupa terjadi pada penduduk
yang bekerja, pada Agustus 2015 jika dibanding keadaan Agustus 2014
mengalami kenaikan sebanyak 19,3 ribu orang . Sementara jumlah penganggur
pada Agustus 2015 mengalami kenaikan yaitu sebanyak 19,2 ribu orang jika
dibanding keadaan Agustus 2014. Keadaan ketenagakerjaan di Sulawesi Utara
pada semester satu tahun 2014 menunjukkan adanya peningkatan jumlah
angkatan kerja, jumlah penduduk bekerja, dan kenaikan tingkat
pengangguran. Jumlah angkatan kerja pada Februari 2014 bertambah
sebanyak 124 ribu orang dibanding keadaan Agustus 2013 dan bertambah
sebanyak 40,0 ribu orang dibanding keadaan Februari 2013. Penduduk yang
bekerja pada Februari 2014 bertambah sebanyak 109,7 ribu orang dibanding
keadaan Agustus 2013, atau bertambah sebanyak 38,9 ribu orang dibanding
keadaan setahun yang lalu (Februari 2013). Sementara jumlah penganggur
pada Februari 2014 mengalami kenaikan yaitu sebanyak 14,0 ribu orang jika
dibanding keadaan Agustus 2013, dan bertambah sebanyak 1,0 ribu orang
dibanding keadaan Februari 2013. Dalam setahun terakhir, besaran Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) tidak mengalami perubahan yang berarti.

Jumlah pengangguran pada Agustus 2015 mencapai 99,2 ribu orang, dengan
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) selama setahun terakhir mengalami
kenaikan, dimana TPT Agustus 2014 sebesar 7,54 persen naik menjadi

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 40


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

sebesar 9,03 persen Agustus 2015. Hal ini disebabkan salah satunya karena
terjadinya penurunan penduduk yang bekerja di sektor industri terutama di
industri pertanian karena dampak kekeringan yang terjadi di hampir semua
wilayah di Sulawesi Utara mengakibatkan hasil produksi pun menurun dan
berimbas pada dirumahkan (PHK) buruh/karyawan pada industri-industri
tersebut. Pada Agustus 2015, TPT untuk pendidikan Sekolah Menengah
Kejuruan menempati posisi tertinggi yaitu sebesar 19,18 persen, disusul oleh
TPT Sekolah Menengah Atas sebesar 13,92 persen, sedangkan TPT terendah
terdapat pada tingkat pendidikan SD kebawah yaitu sebesar 3,74 persen. Jika
dibandingkan keadaan Agustus 2014 dan 2015, TPT hanya pada tingkat
pendidikan universitas yang mengalami penurunan.

Penyerapan tenaga kerja hingga Agustus 2015 masih didominasi oleh


penduduk bekerja berpendidikan SD kebawah sebanyak 347,0 ribu orang
(34,70 persen) dan Sekolah Menengah Atas Umum sebanyak 229,29 ribu orang
(22,93 persen). Penduduk bekerja berpendidikan tinggi hanya sebanyak 127,1
ribu orang mencakup 24,08 ribu orang (2,41 persen) berpendidikan Diploma
dan sebanyak 103,6 ribu orang (10,31 persen) berpendidikan Universitas.
Kualitas penduduk yang bekerja tergolong baik ditunjukkan oleh
kecenderungan menurunnya penduduk bekerja berpendidikan rendah (SD
kebawah) dan meningkatnya penduduk bekerja berpendidikan tinggi
(Diploma I/II/III dan Universitas). Penduduk bekerja berpendidikan rendah
menurun dari 353,2 ribu orang (36,02 persen) menjadi 347, 0 ribu orang
(34,70 persen) dan penduduk bekerja berpendidikan tinggi meningkat dari
108,8 ribu orang (11,09 persen) pada Agustus 2014 menjadi 127,7 ribu orang
(12,77 persen) pada Agustus 2015.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 41


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Tabel 2.9. Penduduk Usia Kerja dan Indikator Ketenagakerjaan Provinsi Sulawesi Utara Agustus 2010 –
Februari 2014 (000 jiwa)

STATUS Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015
Februar Agustus Februar Agustus Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus Februar Agustus
i i i

Angkatan 1.074, 1.036, 1.068, 1.084.20 1.114,4 1.060,97 1.119,47 1.035,80 1.159,4 1.060. 1.180. 1.099.
3 6 4 3 5 0 8 3 2
Kerja
Bukan 636,7 600,8 582,6- 575.611 553,4 638,103 596.000 593,6
Angkatan
Kerja
Bekerja 961,6 936,9 970,2 990,7 1.048,1 977,0 1.036.270 965,50 1.075,2 980,8 1.077, 1.000.
2 0 7 0
(ribu jiwa)
Penganggur 112,6 99,6 98,2 93,5 92,7 80,8 83,20 70,30 84,20 80,0 102.6 99.2
Tingkat 10,48 9,61 9,19- 8,62 8,42 7,91 7,43 6,79 7,27 7,54 8,69 9,03
Pengangguran
Terbuka (TPT)
Tingkat 62,79 63,31 64,71 65,32 66,79 61,56 64,58 59,41 66,14 59,99 66,24 61,28
Partisipasi
Angkatan
Kerja (TPAK)

Pekerja Tak 269,1 240,1 253,4 266 271,3 280 295,3 296,6 303,3 272,8 320 261,8
Penuh/Seteng
ah
Pengangguran

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 42


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Secara umum, komposisi jumlah penduduk yang bekerja menurut


jam kerja seluruhnya selama seminggu yang lalu di bulan Agustus 2015
tidak mengalami perubahan berarti dari waktu ke waktu. Penduduk
yang dianggap sebagai pekerja penuh waktu (full time worker), yaitu
penduduk yang bekerja pada kelompok 35 jam keatas perminggu, pada
Agustus 2015 jumlahnya mencapai 738,2 ribu orang (73, 82 persen).
Sementara itu, dalam setahun terakhir pekerja tidak penuh (jumlah jam
kerja kurang dari 35 jam per minggu) menurun sebanyak 11,06 ribu
orang (5,50 persen). Penduduk yang bekerja kurang dari 15 jam
perminggu pada Agustus 2015 mencapai 40,5 ribu orang (4,05 persen).

Apabila dibandingkan dengan kondisi makro ketenagakerjaan


Sulawesi Utara pada semester awal tahun 2012 yang menunjukan
belum adanya geliat yang signifikan. Digambarkan dengan adanya
penurunan jumlah penduduk yang bekerja walaupun tingkat
penggangguran juga menurun. Hal ini dapat terjadi karena jumlah
angkatan kerja berkurang dari 1,115 juta orang menjadi 1,038 juta
orang atau ada 76,5 ribu angkatan kerja yang berubah status menjadi
bukan angkatan kerja (sekolah, mengurus rumahtangga dan kegiatan
lainnya) Akibatnya Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada
periode tersebut terkoreksi menjadi 61,93 persen dari 66,82 persen.
Penurunan jumlah angkatan kerja sebesar 76,5 ribu orang selama
periode Februari 2012 Agustus 2012 terjadi karena adanya drop out
penduduk bekerja secara relatif sebesar 64,7 ribu orang serta
berkurangnya pencari kerja sebesar 11,9 ribu.
Struktur lapangan pekerjaan hingga Februari 2014 tidak
mengalami perubahan, dimana Sektor Pertanian, Perdagangan, Jasa
Kemasyarakatan, dan Sektor Transportasi secara berurutan masih
menjadi penyumbang terbesar penyerapan tenaga kerja di Sulawesi
Utara. Jika dibandingkan dengan keadaan Februari 2013, jumlah
penduduk yang bekerja mengalami kenaikan pada hampir semua sektor
terutama di Sektor Perdagangan sebanyak 15,3 ribu orang (7,31 persen),
Sektor Pertanian sebanyak 14,2 ribu orang (4,32 persen), serta Sektor
Jasa Kemasyarakatan sebanyak 7,2 ribu orang (3,57 persen), sedangkan
yang mengalami penurunan paling besar yaitu Sektor Lembaga
Keuangan sebanyak 5,2 ribu orang (18,63 persen).

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 43


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Jumlah pengangguran pada Februari 2014 mencapai 84,2 ribu


orang, dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) selama setahun
terakhir mengalami fluktuasi, dimana TPT Februari 2014 sebesar 7,27
persen naik dari TPT Agustus 2013 sebesar 6,79 persen dan turun dari
TPT Februari 2013 sebesar 7,43 persen. Pada Februari 2014, TPT untuk
pendidikan Sekolah Menengah Atas menempati posisi tertinggi yaitu
sebesar 10,72 persen, disusul oleh TPT Diploma sebesar 10,56 persen,
sedangkan TPT terendah terdapat pada tingkat pendidikan SD kebawah
yaitu sebesar 4,75 persen. Jika dibandingkan keadaan Februari 2013,
TPT hanya pada sebagian tingkat pendidikan yang mengalami
penurunan.
Tabel 2.10. Penduduk Usia 15 Tahun keatas yang bekerja Menurut Sektor
Lapangan Pekerjaan Utama, Februari 2010 – Februari 2014 (000 Jiwa)
Lapangan Pekerjaan Utama Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014
Feb Agts Feb Ags Feb Agts Feb
Pertanian, Perkebunan, 338,9 321,1 359,1 321,81 328,4 333,10 342,69
Kehutanan, Peternakan, 2 9
dan Perikanan.
Industri Pengolahan 69,2 66,0 74,42 58,85 68,11 52,06 73,111
Konstruksi 61,3 * 63,90 77,70 81,01 74,32 81,98
Perdagangan, Hotel dan 186,7 196,2 218,0 193,43 209,0 190,92 224,30
Restoran 3 2
Transportasi, 69,6 * 86,86 80,38 82,36 72,46 87,27
Pergudangan, dan
Komunikasi
Keuangan, Lembaga 19,7 * 31,32 25,11 27,65 31,04 22,50
Keuangan, Real Estate,
Usaha Persewaan dan Jasa
Perusahaan
Jasa Kemasyarakatan 182,1 199,6 173,1 185,90 201,6 184,70 208,90
6 9
Lainnya 42,7 207,8 41,31 33,82 37,94 26,86 34,43

Total 970,2 990,7 1.048, 9770,0 1.036, 965,46 1.075,18


12 27

Sumber : Badan Pusat Statistik Sulawesi Utara, 2014

Ket : *) Tergabung pada Lapangan Pekerjaan Utama “Lainnya”.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 44


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Komposisi penduduk Sulawesi Utara yang bekerja menurut sektor


lapangan pekerjaan utama sedikit mengalami perubahan dibanding
keadaan Februari 2012. Sektor pertanian (pertanian, perkebunan,
kehutanan, perburuan, dan perikanan) masih merupakan lapangan
pekerjaan utama sebagian besar penduduk yang bekerja yaitu 312.2
persen. Disusul dua lapangan pekerjaan lain yang juga cukup dominan
yakni berturut-turut perdagangan/rumah makan/jasa akomodasi
(189,5%) serta jasa kemasyarakatan/sosial/perorangan (183,3%). Ketiga
lapangan lebih dari usaha utama tersebut menyerap lebih dari setengah
lapangan pekerjaan di Sulawesi Utara. Lapangan usaha lain memiliki
kontribusi penyerapan tenaga kerja dari 10 persen. Selengkapnya dapat
dilihat pada tabel di bawah ini..
Pada tahun 2014, Sektor pertanian (pertanian, perkebunan, kehutanan,
perburuan, dan perikanan) masih merupakan lapangan pekerjaan
utama sebagian besar penduduk yang bekerja yaitu 342.69 persen.
Disusul dua lapangan pekerjaan lain yang juga cukup dominan yakni
berturut-turut perdagangan, hotel dan restoran (224,30%) serta jasa
kemasyarakatan/sosial/perorangan (208,90%).

Jika dibandingkan dengan perkembangan di tahun 2013, sektor


pertanian (pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan, dan
perikanan) masih menunjukkan fakta bahwasanya penduduk Sulawesi
Utara lebih cenderung bekerja di sektor ini karena data memperlihatkan
bahwa lapangan pekerjaan utama sebagian besar penduduk bekerja di
sektor pertanian sebanyak 333,10 persen. Disusul oleh sektor
perdagangan, hotel dan restoran (190,92%) serta jasa
kemasyarakatan/sosial/perorangan (184,70%). Sektor yang peling
sedikit distribusi tenaga kerja penduduk Sulawesi Utara adalah sector
Keuangan, lembaga Keuangan, real Estate, Usaha Persewaan dan jasa
perusahaan.

Secara kasar, kegiatan formal dan informal dari penduduk


bekerja dapat diidentifikasi berdasarkan status pekerjaan. Dari tujuh
kategori status pekerjaan utama, pendekatan pekerja formal mencakup
kategori berusaha dengan dibantu buruh tetap dan kategori
buruh/karyawan, sisanya sebagian besar termasuk pekerja informal.
Berdasarkan pendekatan identifikasi ini, maka pada Agusutus 2012

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 45


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

sekitar 374,0 ribu pekerja (44,4 %) bekerja pada kegiatan formal dan
545,2 ribu pekerja (55,6) bekerja pada kegiatan informal.

Pada tahun 2013 penduduk yang berusaha sendiri pada periode


Agustus 2013 sebanyak 270.190 ribu orang sementara penduduk yang
berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar berjumlah
69,83 ribu orang. Pekerja bebas di pertanian pada tahun 2013 sebanyak
74,160 ribu jiwa sementara pekerja bebas di non pertanian sebanyak
46.340 ribu jiwa. Penduduk yang bekerja tidak dibayar atau pekerja
keluarga pada tahun 2013 sebanyak 87.150 ribu jiwa, dan tahun 2014
sebanyak 122.210 jiwa.
Table 2.11. Status Pekerjaan Penduduk yang Bekerja di Provinsi Sulawesi Utara
Februari 2010 – Agustus 2014 (000 Jiwa)

Status Pekerjaan Tahun Tahun Tahun 2012 Tahun 2013 2014


2010 2011
Feb Agt Feb Agt Feb Agts Feb Agts Feb
s s
Berusaha Sendiri 259,6 242,9 250,2 270,8 280,1 255,3 278,66 270,19 280,11

Berusaha dibantu 128,0 102,4 131,9 114,5 127,3 89,5 115,11 69,83 116,87

Buruh Tidak Tetap/


Buruh tdk Dibayar
Berusaha Dibantu 41,0 45,9 47,0 42,4 39,1 38,2 51,89 34,99 43,08

Buruh Tetap
Buruh/ Karyawan 322, 332, 335, 347, 349,3 374,0 370,37 382,81 381,93
3 7 9 7
Pekerja Bebas di 52,0 74,3 43,3 55,1 47,5 51,0 43,28 74,16 43,14

Pertanian
Pekerja Bebas di Non 58,5 40,4 52,3 60,3 57,2 53,0 59,49 46,34 87,84

Pertanian
Pekerja Tidak Dibayar 100, 98,6 109, 99,9 121,4 96,3 117,47 87,15 122,21

/ Pekerja Keluarga 3 6

TOTAL 961,6 936,9 970,2 990,7 1,022,0 957,3 1.036,27 965,46 1.075,18

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 46


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Secara sederhana kegiatan formal dan informal dari penduduk


yang bekerja dapat diidentifikasi berdasarkan status pekerjaan. Dari
tujuh kategori status pekerjaan utama, pekerja formal mencakup
kategori berusaha dengan dibantu buruh tetap dan kategori
buruh/karyawan, sisanya termasuk pekerja informal. Dilihat menurut
status pekerjaan penduduk, pada Februari 2014 sebanyak 425,0 ribu
orang (39,53 persen) bekerja pada kegiatan formal dan 650,2 ribu orang
(60,47 persen) bekerja pada kegiatan informal.

Pada tahun 2013-2014 (Februari 2013―Februari 2014),


penduduk bekerja dengan status berusaha dibantu buruh tetap
berkurang 8,8 ribu orang dan penduduk bekerja berstatus
buruh/karyawan bertambah sebanyak 11,6 ribu orang. Keadaan ini
menyebabkan jumlah pekerja formal secara absolut bertambah sekitar
2,8 ribu orang namun secara persentase pekerja formal turun dari 40,75
persen pada Februari 2013 menjadi 39,53 persen pada Februari 2014.

Komponen pekerja informal terdiri dari penduduk bekerja dengan


status berusaha sendiri, berusaha dibantu buruh tidak tetap, pekerja
bebas di pertanian, pekerja bebas di nonpertanian dan pekerja
keluarga/tak dibayar. Dalam setahun terakhir (Februari 2013―Februari
2014), pekerja informal bertambah sebanyak 36,2 ribu orang, dan
persentase pekerja informal bertambah dari 59,25 persen pada Februari
2013 menjadi 60,47 persen pada Februari 2014.

Pada awal tahun 2014, perkembangan status pekerjaan penduduk


yang bekerja di Provinsi Sulawesi Utara dapat diuraikan sebagai berikut.
Penduduk yang berusaha sendiri pada periode Februari 2014 sebanyak
280.110 ribu orang sementara penduduk yang berusaha dibantu buruh
tidak tetap/buruh tidak dibayar berjumlah 116,870 ribu orang. Pekerja
bebas di pertanian pada tahun 2014 sebanyak 43.140 ribu jiwa
sementara pekerja bebas di non pertanian sebanyak 87.840 ribu jiwa.
Penduduk yang bekerja tidak dibayar atau pekerja keluarga pada tahun
2014 sebanyak 122,210 ribu jiwa.

Tingkat Partisiasi Angkatan Kerja Sulawesi Utara sampai dengan


bulan Agustus 2012 sebesar 61,93%. Angka ini mengalami penurunan
dibanding keadaan Tahun 2011 sebesar 65,32%. TPAK Tahun 2010 di
daerah perkotaan dan perdesaan masing-masing sebanyak 62,95% dan

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 47


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

63,52%. Sedangkan untuk year on year, TPAK untuk daerah perkotaan


mengalami penurunan 0,99% dan perdesaan mengalami kenaikan
sebesar 2,7%. Jumlah pengangguran Tahun 2012 sebesar 7,79% orang,
mengalami penurunan sebanyak 8,62 % orang dari Tahun 2011.
Digambarkan dengan adanya penurunan jumlah penduduk yang
bekerja walaupun tingkat pengangguran juga menurun. Hal ini dapat
terjadi karena jumlah angkatan kerja berkurang dari 1,115 juta orang
menjadi 1,038 juta orang atau ada 76,5 ribu angkatan kerja yang
berubah status menjadi bukan angkatan kerja (sekolah, mengurus
rumah tangga dan kegiatan lainnya). Akibat Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (TPAK) pada periode tersebut terkoreksi menjadi 61,93%
dari 66,82%. Penurunan TPAK merupakan indikasi adanya penurunan
potensiekonomi dari sisi suplai tenaga kerja. Pada tahun 2013, tingkat
partisipasi angkatan kerja mencapai 64,63 % dan pada tahun 2014
meningkat lagi hingga mencapai 66,14%. Tingkat pengangguran terbuka
tahun 2013 sebesar 6,79% dan meningkat menjadi 7,27.

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi Sulawesi Utara


selama tiga tahun terakhir terus mengalami perubahan, yaitu 9,61%
pada tahun 2010, berubah menjadi 8,62% Tahun 2011, dan turun lagi
menjadi 7,79% pada tahun 2012. Walaupun ada perbaikan angka
pengangguran di provinsi Sulawesi Utara masih diatas angka
pengganguran nasional. Perkotaan masih menjadi kantong
pengangguran ditunjukkan dengan tingkat pengangguran terbuka yang
mencapai 10,38% dibanding pedesaan yang 5,50%.Atau secara absolut
50,5 ribu orang pengangguran perkotaan disbanding 30,4 ribu
dipedesaan. Berbeda dengan semester sebelumnya, untuk semester
Februari 2012-Agustus 2012 penurunan pengangguran lebih cepat
terjadi di perkotaan dimana sebagian besar penyerapan tenaga kerja
adalah kegiatan ekonomi formal dan informal sektor konstruksi.
Jumlah pengangguran pada Februari 2014 mencapai 84,2 ribu
orang, dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) selama setahun
terakhir mengalami fluktuasi, dimana TPT Februari 2014 sebesar 7,27
persen naik dari TPT Agustus 2013 sebesar 6,79 persen dan turun dari
TPT Februari 2013 sebesar 7,43 persen. Pada Februari 2014, TPT untuk
pendidikan Sekolah Menengah Atas menempati posisi tertinggi yaitu
sebesar 10,72 persen, disusul oleh TPT Diploma sebesar 10,56 persen,

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 48


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

sedangkan TPT terendah terdapat pada tingkat pendidikan SD kebawah


yaitu sebesar 4,75 persen. Jika dibandingkan keadaan Februari 2013,
TPT hanya pada sebagian tingkat pendidikan yang mengalami
penurunan
Data dari BPS Sulawesi utara tahun 2014 menyebutkan bahwa
secara umum, komposisi jumlah penduduk yang bekerja menurut jam
kerja seluruhnya selama seminggu yang lalu tidak mengalami
perubahan berarti dari waktu ke waktu. Penduduk yang dianggap
sebagai pekerja penuh waktu (full time worker), yaitu penduduk yang
bekerja pada kelompok 35 jam keatas perminggu, pada Februari 2014
jumlahnya mencapai 771,9 ribu orang (71,79 persen). Sementara itu,
dalam setahun terakhir pekerja tidak penuh (jumlah jam kerja kurang
dari 35 jam per minggu) meningkat sebanyak 8,0 ribu orang (2,70
persen). Di samping itu, penduduk yang bekerja kurang dari 15 jam
perminggu pada Februari 2014 mencapai 60,7 ribu orang (5,65 persen).

Badan Pusat Statistik menempatkan Provinsi Sulawesi Utara


sebagai provinsi dengan tingkat pengangguran terbuka (TPT) tertinggi
keenam, yakni di angka 7,27%. Angka pengangguran terbuka di
pedesaan tidak naik tajam,karena sambil mencari dan menunggu
panggilan kerja mereka memanfaatkan peluang yang ada di desa dan
bekerja serabutan. Pengangguran terbuka secara total tidak meningkat,
namun angkatan kerja baru terus meningkat. Karena tidak ada jaminan
sosial pengangguran terbuka maka hanya angkatan kerja yang berasal
dari keluarga mampu yang berani menganggur. Kebijakan
pengangguran diarahkan pada peningkatan daya serap sektor formal
dengan mendorong dunia usaha yang bersifat padat karya sepertinya
belum menunjukkan pengaruh yang signifikan. Setengah penganggur
disektor pertanian terjadi karena kepemilikan tanah pertanian di
Sulawesi Utara sudah semakin terbatas. Sebagian besar keluarga
petani memiliki 0,5 ha lahan serta umumnya dikelola secara tradisional.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 49


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Tabel 2.12. Tenaga Kerja Menurut Sektor Lapangan Pekerjaan Utama,


Provinsi Sulawesi Utara, Februari 2006-Februari 2014

Sektor 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Ekonomi

Feb Agus Feb Agus Feb Feb Agt Feb Ags Feb Agt Feb Agust Feb Agus Feb
t t t
s s
Pertanian, Perkebunan, 403,179 341,347 378,631 373,329 363,771 338,9 321,1 359,12 321,81 328,49 333,10 342,69 362,615 386,873 345,595 332,981
Kehutanan, Peternakan,
dan Perikanan

Pertambangan dan 4,756 10,402 18,229 8,703 14,806 69,2 66,0 74,42 58,85 68,11 52,06 73,111 12,804 19,048 18,301 31,052
Penggalian
Industri Pengolahan 49,813 42,273 65,290 44,497 61,270 61,3 * 63,90 77,70 81,01 74,32 81,98 43,846 57,094 57,520 57,452
Listrik, Gas, dan Air 3,123 3,888 2,872 1,338 3,223 186,7 196,2 218,03 193,43 209,02 190,92 224,30 3,915 4,312 4,048 4,747
Minum
Konstruksi 40,168 65,268 54,819 61,209 56,406 69,6 * 86,86 80,38 82,36 72,46 87,27 67,121 53,091 68,843 57,296
Perdagangan, Hotel dan 154,952 131,614 174,127 164,718 144,155 19,7 * 31,32 25,11 27,65 31,04 22,50 163,693 175,012 173,432 178,341
Restoran
Transportasi, 73,350 111,385 89,220 86,287 136,047 182,1 199,6 173,16 185,90 201,69 184,70 208,90 90,561 102,115 93,012 97,458
Pergudangan, dan
Komunikasi
Lembaga Keuangan, Real 12,254 12,021 12,900 15,627 10,127 42,7 207,8 41,31 33,82 37,94 26,86 34,43 13,850 14,496 16,546 19,300
Estate, Usaha Persewaan
dan Jasa Perusahaan
Jasa Kemasyarakatan, 113,705 110,352 148,547 152,795 127,558 970,2 990,7 1.048,1 9770,0 1.036,2 965,46 1.075,1 153,757 150,586 162,876 183,021
Sosial dan Perorangan
2 7 8
Total 855,30 828,550 944,63 908,503 917,36 912,198 962,627 940,173 961,648
0 5 3

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Utara, 2015.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 50


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Tabel 2.13. Pengangguran Terbuka menurut daerah kota desa


Provinsi Sulawesi Utara 2014-2015

Daerah
Agustus 2014 Agustus 2015 Perubahan

Jumlah Jumlah Jumlah


% % %
(000 (000 (000
jiwa) jiwa) jiwa)
Perkotaan 49,1 10,1 62,7 11,5 13,6 1,43
Perdesaan 30,9 15,37 36,5 46,57 5,6 1,2
Sulawesi 80, 7,5 99, 9,0 19, 1,4
Utara 0 4 2 3 2 9
Dilihat perbandingan desa-kota, tingkat pengangguran lebih tinggi terjadi di
wilayah perkotaan. Sebanyak 11,54 persen angkatan kerja di perkotaan
berstatus sebagai penganggur terbuka (pencari kerja), setara dengan 62,7 ribu
orang. Sedangkan di perdesaan (rural area) tingkat pengangguran 5,6 persen
atau 36,5 ribu orang. Dibandingkan Agustus 2014 jumlah penganggur di
daerah perkotaan dan perdesaan terjadi peningkatan.

Tabel 2.14. Angkatan Kerja dan Pengangguran Terbuka Menurut Jenis Kelamin di
Sulawesi Utara Agustus 2014 - Agustus 2015

Agustus 2014 Agustus 2015


Jenis Kelamin
Jumlah % Jumlah (000 %
(000 jiwa) jiwa)

Pengangguran Terbuka (TPT) : 80,0


7,5 99,2 9,0
Laki-Laki 4
43,3 53,1 3
Perempuan 6,0
36,7 46,1 7,1
3 3
Angkatan Kerja (TPAK) : 1 59,9 1099, 61,2
0 10,7
9 2 13,0
8
Laki-Laki
6 1 2
Perempuan 79,7 745, 81,5
0, 6 0 4
7 39,4 354, 40,2
7 7
Disparitas gender pada pengangguran dan partisipasi 2 6 angkatan
1
kerja terjadi ketimpangan. Tingkat 8 pengangguran perempuan sebesar
13,02 persen hampir dua kali lipat , tingkat pengangguran laki-laki yang
hanya 7,13 persen. Pada satu sisi tingkat
2 pengangguran perempuan yang
tinggi bermakna positif karena berarti ada
3 potensi yang tinggi pada partisipasi
4
kerja perempuan. Jika dibandingkan dengan keadaan Agustus 2014, tingkat
2
partisipasi angkatan kerja laki-laki dan perempuan mengalami kenaikan.
,
5

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 51


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

2.1.5. Sumber Daya Alam

Sumber daya alam adalah sumber daya yang terkandung dalam bumi, air, dan
dirgantara yang dapat didayagunakan untuk memenuhi kebutuhan dan
kepentingan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Sumber
daya dicirikan dengan :
1. Diketahui keberadaannya.
2. Berguna, mempunyai manfaat atau mempunyai nilai guna.
3. Bukan “artificial” bukan merupakan buatan manusia, bukan barang
sebagai hasil buatan manusia menkombinasikan alam, tenaga, modal
dan teknologi.
Secara umum Sumber Daya Alam dapat diklasifikasikan (berdasarkan
skala waktu pembentukannya) :
a. Kelompok stock yaitu : Sumber daya alam ini dianggap memiliki
cadangan terbatas sehingga eksploitasi dapat menghabiskan SDA,
dengan kata lain tidak dapat diperbaharui (non renewable).
b. Kelompok flows yaitu : Jumlah fisik dari SDA berubah sepanjang waktu
artinya berapa jumlah yang dimanfaatkan sekarang bisa mempengaruhi
keterbatasan SDA masa datang. Dengan kata lain SDA ini dapat
diperbaharui (renewable) dan untuk regenerasinya ada yang tergantung
pada proses biologi dan ada yang tidak.
Sumber daya alam juga dapat diklasifikasikan menurut jenis penggunaan
akhir:
a. Sumberdaya material : Sumber daya alam yang dimanfaatkan sebagai
bagian dari komoditas.
b. Sumberdaya energi : Sumber daya alam yang digunakan untuk
menggerakkan energi melalui proses transformasi panas/energi.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2009 tentang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup disebutkan bahwa yang
dimaksud dengan sumber daya alam adalah unsur lingkungan hidup yang
terdiri atas sumber daya hayati dan nonhayati yang secara keseluruhan
membentuk kesatuan ekosistem

2.1.5.1. SUMBERDAYA TANAH

Struktur tanah di Provinsi Suawesi Utara sebagian besar adalah berupa


Latosol seluas 531.000 ha tersebar di beberapa wilayah antara lain:
Tagulandang, Tamako, Manganitu, Kendahe, Tabukan Utara, Esang, Pineleng,
Tomohon, Tombariri, Airmadidi, Kakas, Eris, Kombi, Tareran, Passi, Modayag,

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 52


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Pinolosian dan Bolaang. Struktur tanah aluvial seluas 75.000 ha tersebar di


beberapa wilayah antara lain: Tabukan Tengah, Lirung, Likupang, Wori,
Tombasian, Tenga, Tompaso Baru, Belang dan Tondano.

Struktur tanah regosol seluas 81.000 ha tersebar di beberapa wilayah


antara lain, Gunung Klabat, Dua Saudara, Soputan serta Bitung Utara,
Dimembe, AIrmadidi, Langowan, Tombasian, Tombatu dan Tumpaan. Struktur
tanah andosol seluas 15.000 ha, tersebar di beberapa wilayah antara: di
Tomohon, Kawangkoan, Tompaso, Langowan, dan Modoinding. Selain dari
struktur tanah yang disebutkan, ada pula yang termasuk jenis tanah kompleks
yang meliputi luas kurang lebih 76,5 persen dari luas seluruh Provinsi Sulawesi
Utara sehingga daerah ini merupakan wilayah yang subur untuk pertanian.

Kawasan cagar alam geologi di Provinsi Sulawesi Utara terletak di Kota


Tomohon(Lahendong dan sekitarnya); Kabupaten Minahasa (Leilem, Bukit
Kasih Kanonang dan sekitarnya). Kawasan cagar alam geologi di wilayah
Sulawesi Utara berupa kawasan yang memiliki keunikan proses geologi, yakni
dengan kemunculan solfatara dan fumarola,air atau uap panas (fluida). Para
ahli keilmu-bumian menyatakan bahwa kekayaan geologi yang sangat unik di
miliki Indonesia utamanya di daerah Sulawesi Utara yaitu keberadaan
tumbukan antara 2(dua) island arc (Sangihe dan Halmahera) yang menumpang
diatas lempeng laut Maluku, sementara di tempat-tempat lain dibagian dunia
ini: lempeng benua bertumbukan dengan lempeng samudera. Halini
menjadikan Sulawesi Utara memiliki keunggulan geologi yang unik untuk
dijadikan dayatarik wisata tetapi juga sebagai pusat studi keilmu-bumian
dibandingkan dengan daerah lainnya.

Sulawesi Utara sangat kaya dengan Potensi pertambangan batuan, diantaranya


ada pada sebaran di semua Kabupaten/kota, yaitu

1) Andesit terdapat di Kabupaten Minahasa Tenggara (Kecamatan Belang);


Kabupaten Minahasa (Kecamatan Sonder, Pineleng dan Langowan);
Kabupaten Kepulauan Talaud (Pulau Karakelang); Kabupaten Kepulauan
Siau Tagulandang Biaro (Kecamatan Siau Tengah); Kabupaten
Kepulauan Sangihe (Manganitu); Kabupaten Minahasa Utara
(Kecamatan Kauditan); Kota Bitung (Bitung Utara);
2) Batu apung di Woloan dan Tara-tara, perkiraan luas sebaran kurang
lebih 373,88 Ha dengan cadangan diperkirakan sebanyak kurang lebih
44.478.125 m3;
3) Perlit di Kasuang, perkiraan luas sebaran kurang lebih 100 Ha dengan
cadangan diperkirakan sebanyak kurang lebih 1.000.000 m3;
4) Tras di Tomohon dan Enemawira (Kabupaten Kepulauan Sangihe);
5) Batu Belah, terdapat di lereng Gunung Tumpaan; Lempung, terdapat di
daerah Radey, Tokin, Karimbow, Mangkit, Basaan, dan Ratatotok;
6) Pasir, terdapat di sebagian endapan sungai, pantai dan hasil endapan
gunung api, terutama di sekitar kaki Gunung Soputan dengan ketebalan
sekitar kurang lebih 30 meter;

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 53


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

7) Batu Gamping dan kapur, terdapat di Bolaang Mongondow (Lolak, Passi,


Dumoga, Domisili – Pangi); Kabupaten Minahasa Tenggara; Kabupaten
Talaud (Kecamaan Rainis); Basaan, Mangkit, Ratatotok, dan Blongko;
8) Basalt terdapat di Bebali (Siau), Pangulu – Manganitu, dengan cadangan
diperkirakan sebanyak kurang lebih 10.250.600 m3;
9) Pasir Volkanis terdapat di Tabukan Utara dan Tagulandang (Pulau
Ruang);
10) Zeolit terdapat di Lamango (Pulau Biaro);
11) Batu apung terdapat di Pulau Mahangetang, dengan cadangan
diperkirakan sebanyak kurang lebih 240.000 m3;
12) Batu setengah permata terdapat di Tagulandang;
13) Lempung terdapat di Mengawa (Tamako), dengan cadangan diperkirakan
sebanyak kurang lebih 2.200.000 m3;
14) Sirtu terdapat di Minahasa Selatan (Sinonsayang, Ranoyapo, Tenga,
Amurang, Tumpaan, Tatapaan, Amurang Timur, Amurang Barat); dan
sekitar Gunung Awu, Gunung Karangetang;
15) Barit, terdapat di Tabukan Selatan, dengan cadangan diperkirakan
sebanyak kurang lebih 6.240 ton.
16) Semen, terdapat di Kabupaten Minahasa Tenggara dan Kabupaten
Bolaang Mongondow Timur.

2.1.5.2. SUMBERDAYA AIR

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 2004, Sumber Daya


Air adalah air, sumber air dan daya air yang terkandung di dalamnya. Air
adalah semua air yang terdapat pada, di atas ataupun di bawah permukaan
tanah, air tanah, air hujan dan air laut yang berada di darat. Sedangkan air
permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah, dan air
tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau butiran di bawah
permukaan tanah.

Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu kawasan ekosistem yang


dibatasi oleh topografi pemisah air (punggung-punggung bukit) dan berfungsi
sebagai penampung, penyimpan dan penyalur air dalam sistem sungai yang
keluar melalui sungai utama lalu menuju ke danau atau laut. Dalam sistem
suatu DAS tersebut terjadi suatu proses interaksi antara faktor-faktor abiotik,
biotik dan culture/manusia sehingga merupakan suatu ekosistem (Asdak,
2006).

Berpedoman pada ekosistem DAS, maka Daerah Aliran Sungai (DAS) dapat
dibagi menjadi:

1. Sub sistem DAS bagian hulu (Upland watershed),


2. Sub sistem DAS bagian tengah (Midland watershed) dan
3. Sub sistem DAS bagian hilir / pantai (Lowland watershed).

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 54


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Masing-masing sub sistem DAS tersebut di atas memiliki karakteristik


dan sumber daya alam yaitu sumber daya tanah, sumber daya air, vegetasi
dan aktivitas masyarakat yang berbeda-beda. Apabila salah satu dari faktor-
faktor tersebut di atas mengalami perubahan, maka hal tersebut akan
mempengaruhi ekosistem DAS atau sub DAS, dan selanjutnya perubahan
ekosistem akan menyebabkan gangguan terhadap bekerjanya fungsi DAS atau
sub DAS sebagaimana mestinya. Peristiwa banjir dan kekeringan dapat
terjadi karena DAS atau sub DAS telah gagal memenuhi fungsinya sebagai
penampung air hujan, penyimpanan dan penyalur air ke sungai-sungai.
Kejadian tersebut akan menyebabkan melimpahnya air pada musim hujan, dan
sebaliknya sangat minimumnya air pada musim kemarau.

Wilayah Provinsi Sulawesi Utara terdiri dari 23 Satuan Wilayah


Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (SWP DAS) yang terbagi dalam 66 SWP
SUBDAS- dengan luas 1.423.047 ha. SWP DAS berperan dalam tata
hidroorologis wilayah, yaitu dalam hal pasokan air pengaturan secara alamiah
yang mampu mengendalikan aliran air dan penyediaan air dalam bentuk
reservoir alami. Bencana alam dalam bentuk banjir dan tanah longsor di
musim hujan dan kekeringan sungai, anak sungai serta pendangkalan danau
yang melanda Sulawesi Utara adalah indikasi sangat diperlukannya
penanganan yang terencana, sistematis dan berkelanjutan di wilayah SWP
DAS. SWP DAS terluas di Sulawesi Utara adalah Sangkub Langi yang diikuti
Dumoga Mongondow, Molibagu, Tumpaan, Ratahan Pantai, Likupang,
Ranoyapo, Poigar, Esang, Tondano, Mahena dan seterusnya. Perhatian
terhadap lingkungan SWP DAS sangat berperan dalam menunjang
pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Harmonisasi
pembangunan dan lingkungan harus dijamin kelangsungannya secara
berkelanjutan. Perencanaan tata ruang wilayah, dengan demikian perlu
menganalisis penataan ruang yang optimal antara kawasan lindung dan
kawasan budidaya secara jangka panjang.

Nilai tingkat kualitas suatu DAS atau sub DAS dapat diukur dari dua
parameter yaitu tingkat erosi dan fluktuasi debit sungai yang mengalir dalam
beberapa kondisi curah hujan yang berbeda. Kandungan lumpur yang terbawa
oleh aliran sungai berasal dari daerah aliran sungai yang mengalami proses
erosi. Dengan demikian, kualitas lahan akan mempengaruhi kuantitas dan
kualitas sumber daya air.

Provinsi Sulawesi Utara memiliki enam belas Daerah Aliran Sungai (DAS),
yaitu DAS Tondano, DAS Kosibidan, DAS Sangkup, DAS Ranoyapo, DAS
Pororosen, DAS Poigar, DAS Ongkak Mongondow, DAS Nuangan, DAS
Ranowangko/Nimangan, DAS Likupang, DAS Buyat, DAS Bolangitang, DAS
Ayong, DAS Andegile, DAS Dumoga dan DAS Bone (berdasarkan Peta
Pembagian DAS Sulawesi Utara). Berdasarkan Keputusan Presiden No.12
Tahun 2012 tentang Pembagian Wilayah Sungai, Provinsi Sulawesi Utara
terbagi atas 3 (tiga) Wilayah Sungai yang menjadi kewenangan Balai Wilayah
Sungai Sulawesi 1 adalah:
BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 55
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

4) Wilayah Sungai Tondano-Sangihe-Talaud-Miangas (Wilayah Sungai


Strategis Nasional);
5) Wilayah Sungai Dumoga Sangkub (Wilayah Sungai Lintas Propinsi);
dan
6) Wilayah Sungai Poigar-Ranoyapo (Wilayah Sungai Lintas
Kabupaten).

Keadaan sumber daya air di Provinsi Sulawesi Utara dipengaruhi oleh air
permukaan atau sungai-sungai yang mengalir. Terdapat sungai-sungai besar
diwilayah ini yaitu antara lain Sungai Talawaan, Sungai Tondano, Sungai
Ranowangko, Sungai Ranoyapo, Sungai Poigar, Ongkak Mongondow, dan
Sungai Sangkup. Sungai–sungaii tersebut sampai saat ini belum ditetapkan
kawasan sempadannya. Bersamaan dengan pemanfaatan sumberdaya air
permukaan/sungai, maka di Provinsi Sulawesi Utara telah dilakukan
pengembangan wilayah sungai (PWS) seiring dengan pengembangan daerah
irigasi pada 12 (dua belas) lokasi yang tersebar di empat kabupaten yang ada
dengan luas total 66.902 ha (BAPPEDA Provinsi SULUT, 2014).
Di antara kedua belas lokasi tersebut, PWS Dumoga-Mongondow di
Kabupaten Bolaang Mongondow merupakan salah satu PWS terbesar yang
telah dikembangkan. Sebagai prasarana penunjang bagi kegiatan budidaya
pertanian tanaman pangan lahan basah atau persawahan, maka
pengembangan sistem irigasi pada dasarnya mengikuti potensi
pengembangan/perluasan daerah persawahan. Proyek-proyek irigasi yang
relatif besar ada di daerah irigasi Kasinggolan-Toraut, daerah irigasi Dumoga,
daerah irigasi Sangkup, daerah irigasi Ayong-Bolangat dan daerah Irigasi Lolak.

Danau-danau di Sulawesi Utara secara potensial mempunyai nilai


ekonomi bagi pengembangan bidang-bidang kepariwisataan, pengairan, dan
energi. Danau-danau tersebut adalah Danau Tondano luas 4.278Ha di
Kabupaten Minahasa, Danau Moat seluas 617ha di Kabupaten Bolaang
Mongondow Timur. Pada umumnya sungai-sungai dimanfaatkan untuk
berbagai keperluan antara lain irigasi, sumber tenaga listrik, dan sumber air
minum. Sungai-sungai tersebut terletak di Kabupaten Minahasa yaitu: Sungai
Tondano (40Km), Sungai Poigar (54,2Km), Sungai Ranoyapo (51,9Km), Sungai
Talawaan (34,8Km). Sungai besar lainnya terdapat di daerah Kabupaten
Bolaang Mongondow yaitu Sungai Dumoga (87,2Km), Sungai Sangkup
(53,6Km), Sungai Ongkaw (42,1Km), dan lainnya.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 56


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

2.1.5.3. SUMBERDAYA UDARA

Iklim daerah Sulawesi Utara termasuk tropis yang dipengaruhi oleh angin
muzon. Pada bulan November sampai dengan April bertiup angin barat yang
membawa hujan di pantai utara, pada bulan Mei sampai Oktober terjadi
perubahan angin selatan yang kering. Curah hujan tidak merata dengan angka
tahunan berkisar antara 2000-3000mm, dan jumlah hari hujan antara 90-139
hari.Suhu udara berbeda pada setiap tingkat ketinggian, makin ke atas makin
sejuk seperti daerah Kota Tomohon, Langowan di Kabupaten Minahasa,
Modoinding di Kabupaten Minahasa Selatan, Modayag di Kota Kotamobagu,
dan Pasi di Kabupaten Bolaang Mongondow. Daerah yang paling banyak
menerima curah hujan adalah Kabupaten Minahasa. Suhu udara rata-rata
25°C. Suhu udara maksimum rata-rata tercatat 30°C dan suhu udara
minimum rata-rata 22,1°C dan kelembaban udara tercatat 73,4%. Kendati
demikian suhu atau temperatur dipengaruhi pula oleh ketinggian tempat di
atas permukaan laut. Semakin tinggi letaknya, maka semakin rendah pula
suhunya, dengan perhitungan setiap kenaikan 100 meter dapat menurunkan
suhu sekitar 0,6 °C.

Kondisi sumber daya udara (kualitas udara) di Provinsi Sulawesi Utara


pada umumnya masih cukup baik. Kawasan yang rawan polusi udara adalah
di pusat kota dan kawasan perdagangan Kota Manado karena pada waktu
tertentu terjadi kemacetan lalu lintas sehingga menyebabkan terjadinya
penurunan kualitas udara. Sektor transportasi merupakan sektor terbesar
yang memberikan kontribusi terhadap penurunan kualitas udara/pencemaran
udara. Kemacetan lalu lintas menyebabkan turunnya efisiensi penggunaan
bahan bakar yang mengakibatkan peningkatan kadar CO (Carbon monoksida)
di udara bebas (ambient). Besarnya kontribusi emisi sektor ini tidak saja
ditentukan oleh volume lalu lintas dan jumlah kendaraan, tetapi juga oleh pola
lalu lintas dan sirkulasinya di dalam kota, khususnya di daerah-daerah pusat
kota dan perdagangan.

Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Sulawesi Utara disebutkan juga


bahwa kawasan industri di wilayah Kauditan, Bitung, Minahasa dan wilayah
Amurang juga rawan terhadap polusi udara apabila kawasan tersebut tidak
melakukan pengelolaan lingkungan hidup. Di samping itu, pada lokasi
tertentu seperti di Kecamatan Bolaang (Inobonto), Labuhan Uki dan di bagian
utara dari wilayah Kabupaten Minahasa Utara, di musim kemarau kualitas
udaranya sangat dipengaruhi oleh asap (opasitas) karena daerah ini rawan
terhadap kebakaran.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 57


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

2.1.5.4. SUMBERDAYA ENERGI BARU TERBARUKAN

Provinsi Sulawesi Utara dikarunia sumberdaya energi terbarukan yang


berasal dari panas bumi/geothermal. Energi geothermal berasal dari
penguraian radioaktif di pusat Bumi, yang membuat Bumi panas dari dalam,
dan dari matahari, yang membuat panas permukaan bumi.Sistim geothermal di
Sulawesi Utara umumnya merupakan sistim hidrothermal yang mempunyai
temperatur tinggi (>225C). Pada dasarnya sistim panas bumi jenishidrothermal
terbentuk sebagai hasil perpindahan panas dari suatu sumber panas ke
sekelilingnya yang terjadi secara konduksi dan secara konveksi. Perpindahan
panas secara konduksi terjadi melalui batuan, sedangkan perpindahan panas
secara konveksi terjadi karena adanya kontak antara air dengan suatu sumber
panas. Perpindahan panas secara konveksi padadasarnya terjadi karena gaya
apung (bouyancy). Air karena gayagravitasi selalu mempunyai kecenderungan
untuk bergerak kebawah, akan tetapi apabila air tersebut kontak dengan suatu
sumber panas maka akan terjadi perpindahan panas sehingga temperatur air
menjadi lebih tinggi dan air menjadi lebih ringan. Keadaan ini menyebabkan air
yang lebih panas bergerak ke atas dan air yang lebih dingin bergerak turun ke
bawah, sehingga terjadi sirkulasi air atau arus konveksi.
Adanya suatu sistim hidrothermal di bawah permukaan sering kali
ditunjukkan oleh adanya manifestasi panasbumi di permukaan (geothermal
surface manifestation), seperti mata air panas, kubangan lumpur panas (mud
pools), geyser dan manifestasi panasbumi lainnya, dimana beberapa
diantaranya, yaitu mata air panas, kolam air panas sering dimanfaatkan oleh
masyarakat setempat untuk mandi, berendam, mencuci, masak dll. Manifestasi
panasbumi di permukaan diperkirakan terjadi karena adanya perambatan
panas dari bawah permukaan atau karena adanya rekahan rekahan yang
memungkinkan fluida panasbumi uap dan air panas) mengalir ke permukaan.

Berdasarkan pada jenis fluida produksi dan jenis kandungan fluida


utamanya, sistim hidrotermal dibedakan menjadi dua, yaitu sistim satu fasa
atau sistim dua fasa. Sistim dua fasa dapat merupakansistem dominasi air
atau sistem dominasi uap. Sistim dominasi uap merupakan sistim yang sangat
jarang dijumpai dimana reservoir panas buminya mempunyai kandungan fasa
uap yang lebih dominan dibandingkan dengan fasa airnya. Rekahan umumnya
terisi oleh uap dan pori‐pori batuan masih menyimpan air. Reservoir air
panasnya umumnya terletak jauh di kedalaman di bawah reservoir dominasi
uapnya. Sistim dominasi air merupakan sistim panas bumi yang umum
terdapat di dunia dimana reservoirnya mempunyai kandungan air yang sangat
dominan walaupun “boiling” sering terjadi pada bagian atas reservoir
membentuk lapisan penudung uap yang mempunyai temperatur dan tekanan
tinggi.

Energi panas bumi merupakan energi yang ramah lingkungan karena


fluida panas bumi setelah energi panas diubah menjadi energi listrik, fluida
dikembalikan ke bawah permukaan (reservoir) melalui sumur injeksi.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 58


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Penginjeksian air kedalam reservoir merupakan suatu keharusan untuk


menjaga keseimbangan masa sehingga memperlambat penurunan tekanan
reservoir dan mencegah terjadinya subsidence. Penginjeksian kembali fluida
panas bumi setelah fluida tersebut dimanfaatkan untuk pembangkit listrik,
serta adanya recharge (rembesan) air permukaan, menjadikan energi panas
bumi sebagai energi yang berkelanjutan (sustainable energy). Emisi dari
pembangkit listrik panasbumi sangat rendah bila dibandingkan dengan minyak
dan batubara. Karena emisinya yang rendah, energi panasbumi memiliki
kesempatan untuk memanfaatkan Clean Development Mechanism (CDM)
produk Kyoto Protocol. Mekanisme ini menetapkan bahwa negara maju harus
mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 5.2% terhadap emisi tahun
1990, dapat melalui pembelian energi bersih dari negara berkembang yang
proyeknya dibangun diatas tahun 2000. Energi bersih tersebut termasuk panas
bumi.

Provinsi Sulawesi Utara memiliki sumberdaya energi geothermal di Kota


Tomohon dan di Kabupaten Minahasa, serta potensi panas bumi di gunung
Ambang, sebagaimana dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Cadangan panas
bumi Lahendong yang ada diperkirakan (possible) sebesar 250 MW, sedangkan
yang mungkin (probable) 150 MW dan yang terbukti (proven) sebesar 78 MW.
Sejak tahun 2001, pertamina sudah memanfaatkan energi panas bumi sebesar
20 MW dan akan mengembangkan lagi 60 MW sampai dengan tahun 2015.
Tenaga Panas Bumi sudah menyumbang 40% kebutuhan listrik Sulawesi
Utara, dan potensinya masih jauh lebih besar lagi. Dari kebutuhan listrik
sebesar 150 MW untuk Sulawesi Utara, Tengah dan Gorontalo, tiga unit
Pembangkist Listrik Tenaga Panas Bumi Lahendong telah menyumbang 60 MW.
Jumlah ini masih jauh dari potensi listrik panas bumi atau geothermal di
Sulawesi Utara. Salah satu potensi yang dimiliki Sulawesi Utara dan
dikategorikan sebagai green energy adalah panas bumi yang cukup banyak
tersedia, sekitar 1.030 MW.
Tabel 2.15. .Lokasi Potensi Sumberdaya Panas Bumi di Provinsi Sulawesi Utara

SUMBER DAYA (Mwe) CADANGAN (Mwe)


NO. LOKASI KABUPATEN TERPASANG
SPEKULASI HIPOTETIS TERDUGA MUNGKIN TERBUKTI
1 AIR MADIDI Kab. MINAHASA 25,00 - - - - -
2 LAHENDONG Kab. MINAHASA - - - 150,00 78,00 60,00
3 TOMPASO Kab. MINAHASA - - 130,00 - - -
4 G. AMBANG Kab. MONGONDOWS - - 225,00 - - -
5 KOTAMOBAGU Kab. BOLAANGMANGONDOW - - 185,00 - - -
Total… 25,00 0,00 540,00 150,00 78,00 60,00

Sumber : Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2014

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 59


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Pemerintah mengakui selama ini bergerak lambat dalam merangsang


investor untuk masuk ke bisnis listrik geotermal. Hingga sekarang pemerintah
belum menetapkan berapa harga yang akan dibeli dari perusahaan listrik yang
menjual listrik dari tenaga panas bumi. Sejauh ini di Indonesia terdapat 15
PLTP yang membangkitkan daya listrik sebesar 1.155 MW, jauh lebih kecil dari
potensi keseluruhannya sebesar 27.000 MW. Oleh karena itu penetapan harga
yang tepat sangat penting untuk memperbesar kontribusi panas bumi dalam
bauran listrik nasional.

Dengan semakin dinamisnya perkembangan industri panas bumi di


Indonesia, pemerintah kemudian menerbitkan feed-in-tariff nasional pada
tahun 2012. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral menerbitkan Peraturan
Menteri (Permen) No.22 tahun 2012 tentang Penugasan kepada PT Perusahaan
Listrik Negara (PLN persero) untuk melakukan pembelian tenaga listrik dari
PLTP dan harga patokan pembelian tenaga listrik oleh PLN dari PLTP. Dalam
Peraturan Menteri tersebut, diatur untuk wilayah Sumatera harga listrik panas
bumi untuk wilayah Sumatera harga dipatok US$ 10 sen per kilowatt hours
(kwh), sedangkan pada tegangan menengah dipatok harga US$ 11,5 sen per
kwh. Sementara untuk wilayah Jawa, Madura dan Bali harga pada tegangan
tinggi dipatok US$ 11 sen per kwh sedangkan pada tegangan menengah US$
12,5 sen per kwh. Untuk wilayah Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat dan
Sulawesi Tenggara tegangan tinggi tarif dikenakan biaya US$12 sen per kwh
sementara untuk tegangan menengah harga dipatok pada US$ 13,5 sen per
kwh. Untuk wilayah Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah dan Gorontalo harga
listrik di tegangan tinggi dipatok US$13 sen per kwh sementara pada tegangan
menengah dipatok pada harga US$14,5 sen per kwh. Lalu untuk wilayah Nusa
Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur harga listrik dipatok US$15 sen per
kwh pada tegangan tinggi sedangkan pada tegangan menengah harga dipatok
US$ 16,5 sen per kwh. Terakhir,wilayah Maluku dan Papua untuk tegangan
tinggi dipatok harga US$17 sen per kwh sedangkan pada tegangan menengah
US$18,5 sen per kwh.

2.1.5.5. SUMBERDAYA MINERAL

Dalam Peraturan Pemerintah No 23 Tahun 2010 dijelaskan mineral


bukan logam meliputi intan, korundum, grafit, arsen, pasir kuarsa, fluorspar,
kriolit, yodium, brom, klor, belerang, fosfat, halit, asbes, talk, mika, magnesit,
yarosit, oker, fluorit, ball clay, fire clay, zeolit, kaolin, feldspar, bentonit,
gipsum, dolomit, kalsit, rijang, pirofilit, kuarsit, zirkon, wolastonit, tawas, batu
kuarsa, perlit, garam batu, clay, dan batu gamping untuk semen, dan batuan
meliputi pumice, tras, toseki, obsidian, marmer, perlit, tanah diatome, tanah
serap (fullers earth), slate, granit, granodiorit, andesit, gabro, peridotit, basalt,
trakhit, leusit, tanah liat, tanah urug, batu apung, opal, kalsedon, chert, kristal
kuarsa, jasper, krisoprase, kayu terkersikan, gamet, giok, agat, diorit, topas,
batu gunung quarry besar, kerikil galian dari bukit, kerikil sungai, batu kali,

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 60


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

kerikil sungai ayak tanpa pasir, pasir urug, pasir pasang, kerikil berpasir alami
(sirtu), bahan timbunan pilihan (tanah), urukan tanah setempat, tanah merah
(laterit), batu gamping, onik, pasir laut, dan pasir yang tidak mengandung
unsur mineral logam atau unsure mineral bukan logam dalam jumlah yang
berarti ditinjau dari segi ekonomi pertambangan.

Di wilayah penambangan yang dilakukan oleh masyarakat setempat


ditemukan adanya batuan vulkanik jenis andesitik termineralisasi, dibagian
atas singkapan batuan tersebut berupa ubahan lempung – kuarsa ± khlorit,
sedangkan pada kedalaman 10 meter berubah ke arah kuarsa±adularia-serisit-
pirit, sebagian silisifikasi dengan kalsedonit mengandung pirit dan urat-urat
kuarsa mengandung pirit, sedikit sfalerit dan galena. Kalsedonik
memperlihatkan struktur koloform dan indikasi bentuk krustifikasi dari kuarsa
berbutir kasar ke arah yang halus, dengan indikasi adularia, lempung dan
bentuk lembaran/bladded karbonat. Menurut Leach T. et al, 1997, lingkungan
ubahan seperti di atas berkaitan erat dengan adanya pencampuran air meteorik
dengan fluida hidrotermal yang kaya akan mineral-mineral vanadium dan kaya
akan illit, roscoclite yang menggantikan mineral potasium serta kaya akan ilit-
smektit

Di kabupaten Bolaang Mongondow Timur, munculnya markasit berwarna


kehijauan, berbutir sangat halus mencerminkan adanya indikasi oksida
menengah yang miskin akan pirit, sebagai indikasi pembentukan mineralisasi
di permukaan dimana akan terbentuk asosiasi perak dengan emas teluride
atau emas sebagai elektrum, di lapangan terlihat dari beberapa conto batuan di
dalam lobang tambang dengan kedalaman 12 m. Ditemukannya cebakan emas
bonanza di atas 50 gr/ton telah memicu para penambang melakukan
kegiatannya secara maksimal, disini telah terjadi pembentukan formasi bijih
ketika terjadi up welling cairan fluida yang membawa mineralisasi terutama
emas dan perak.

Masyarakat Kotabunan selama ini mengetahui bahwa ada dua buah


bukit yang dianggap sebagai wilayah prospek untuk logam emas dan sedikit
perak, dimana sebelumnya mereka telah melakukan penambangan dengan
posisi urat kuarsa yang diambil berarah barat laut-tenggara dan timur laut-
barat daya. Hasil pengamatan lapangan di wilayah ini setelah melakukan
pengecekan terhadap singkapan batuan dan beberapa fragmen batuan sisa
para penambang, bahwa di daerah ini telah terjadi adanya proses mineralisasi
tipe epitermal sulfida rendah, seperti yang ditemukannya indikasi akan
pembentukan tipe mineralisasi tersebut.

Breksi hidrotermal dengan dicirikan oleh adanya urat-urat kuarsa


mengandung pirit halus, bersama kalsedon, adularia terlihat jarang dan serisit
yang memperlihatkan adanya over printing mineralisasi di wilayah ini telah
memberikan suatu gambaran bahwa mineralisasi logam di Molobog dapat
dianggap signifikan. Ubahan khlorit-lempung-pirit-kuarsa di bagian atas lokasi
prospek telah memberikan indikasi adanya aktifitas hidrotermal berulang,

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 61


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

sehingga kearah kedalaman ditemukan adanya ubahan serisit-adularia, dengan


kandungan pirit yang sangat halus sekali, kemudian kristal kuarsa halus
terdapat di dalam lobang/vughy. Kearah makin dalam dari lobang vertikal
sedalam 15 m ditemukan ubahan kuarsa/kalsedon-pirit dan urat-urat kuarsa
halus beberapa puluhan sentimeter, berarah baratlaut-tenggara dan timurlaut-
baratdaya. Singkapan di permukaan sangat jarang sekali ditemukan adanya
batuan terubah kuat, sehingga temuan ini hanya terdapat di dalam lobang
yang dibuat oleh penduduk setempat.

Keberadaan mineral non logam di Provinsi Sulawesi Utara menurut data


Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia tahun 2014
cukup potensial. Potensi mineral Andesit sebagai bahan bangunan secara
hipotetik sebanyak 280.434.000 ton. Batuapung terdapat dalam jumlah
hipotetik sebanyak 960.000 ton. Batugamping sebanyak 18.815.000 ton.
Endapan belerang dijumpai di wilayah Kawah Gunung Ambang dengan
cadangan 121.456 metrik ton. Kemudian potensi panas bumi di daerah
Lombongo (50º C), Binggele (81º C), Hunggayono (40º C) dan Tulabado (80º C).
Pada saat ini Pertamina sedang melakukan tahap penyelidikan awal untuk
panas bumi di wilayah Kecamatan Mondayag dan Kotabunan. Selengkapnya
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.16. Potensi Mineral Non Logam di Provinsi Sulawesi Utara.

SUMBER DAYA (Ton) CADANGAN (Ton)


NO. KOMODITI KODE KELOMPOK
HIPOTETIK TEREKA TERTUNJUK TERUKUR TERKIRA TERBUKTI

- - - - -
1 Andesit An Bahan Bangunan 280.434.000
- - - - -
2 Batuapung Pu Mineral Industri 960.000
- - - - -
3 Batugamping Ls Mineral Industri 18.815.000
- - - - -
4 Belerang S Mineral Industri 118.000
- - - - -
5 Bentonit Btn Mineral Industri 52.000
- - - - -
6 Kaolin Ka Bahan Keramik 7.828.000
- - - - -
7 Lempung Cly Bahan Keramik 6.262.000
- - - - -
8 Obsidian Ob Bahan Keramik 4.005.000
- - - - -
9 Sirtu Gra Bahan Bangunan 1.250.000
- - - - -
10 Tras Tra Bahan Bangunan 74.620.000

Sumber : Kementerian Energi dan Sumber Daya Alam-RI, 2014.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 62


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Sirtu terdapat pada aliran sungai yang besar mereka ambil pasir dan
batuan andesit yang cukup prospek. Punggungan Doup prospek ditempati oleh
breksi vulkanik dengan fragmen andesit berukuran bongkah hingga kerakal,
yang diperlukan untuk bahan bangunan dan perbaikan jalan yang masih
dalam keadaan persiapan pembangunan pemukiman kabupaten baru.
Kotabunan dengan perbatasan wilayah Buyat banyak tersingkap batugamping
yang lokasinya tidak jauh dari jalan raya, menurut camat setempat telah
dilakukan inventarisasi batugamping oleh salah satu perusahaan swasta
nasional, untuk kepentingan pabrik semen. Akan tetapi di wilayah pantai
tenggara untuk batugamping ada kemungkinan terbentuknya mineralisasi
logam seperti yang ditemukan di Ratatotok.

Mineralisasi emas-perak diperoleh dari urat-urat kuarsa, sedangkan dari


batuannya mereka tidak pernah mengambilnya, dikarenakan menurut mereka
kurang mengandung emas. Galena dan sfalerit terlihat mengisi lobang-lobang
bersama kristal kuarsa yang dianggap mereka banyak mengandung emas.
Mangan berwarna hitam dan hematit berwarna merah mengisi retakan-retakan,
kemungkinan mangan tersebut yaitu jenis pirolusit. Keadaan struktur pada
sistim epitermal sulfida rendah untuk kuarsa-emas-perak, pada umumnya
terbentuk di busur magmatik, biasanya mencirikan zonasi penekukan secara
oblique dan jelas mencerminkan tipe keadaan back arc/busur luar dari tipe
adularia-serisit epitermal emas-perak, bentuk struktur tersebut berupa jogs,
dilihat dari struktur yang saling berpotongan dengan ciri-ciri adanya rekahan
dilasi dan fissure veins, splitting/pemisahan dari pada hanging wall. Kejadian
di atas akan berlanjut secara luas berupa strike slip fault/sesar mendatar
sejajar arah/jurus batuannya (Sibson, 1987). Keadaan tersebut terlihat pada
lokasi tambang Molobog pada kedalaman 8 m, dimana ciri mineralnya telah
memperlihatkan serisit dan sedikit adularia.
Proses penambangan bahan galian emas di wilayah ini sama seperti yang
dilakukan di wilayah Panang dan Tungau, yaitu dengan cara tambang dalam
dengan membuat lobang-lobang tambang mengikuti arah urat-urat emas yang
berarah utara-selatan. Sedangkan pengolahannya masih menggunakan metoda
amalgamasi dan pembuangan tailing sebagian ke sungai kecil didekatnya,
apabila pada musim penghujan semua sisa-sisa penambangan ini terbawa
banjir hingga ke laut.

2.1.5.6. SUMBERDAYA HUTAN

Provinsi Sulawesi Utara memiliki luas lahan sebesar 1.591.786 Ha yang terdiri
dari kawasan hutan seluas 788.691,88 Ha (49,5%) dan areal penggunaan lain
seluas 803.093 Ha (50,5%). Dari luas lahan sebesar 788.691,88 Ha (49,5%)
tersebut kawasan hutan terbagi dalam tiga fungsi yaitu:

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 63


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

a) Hutan konservasi yang berfungsi sebagai taman nasional. Suaka


margasatwa dan cagar alam dgn luas seluruhnya sebesar 310.759,74
hektar.
b) Hutan Lindung yaitu berupa hutan lindung seluas 175.958,33 ha.
c) Hutan Produksi seluas 301.974,81 Ha.
Hutan sangat berpengaruh terhadap karakteristik pengaturan Daerah Aliran
Sungai (watershed). Pengaruh ini sangat kompleks dan saling bergantung
karena watershed hutan dapat dipandang sebagai satu kesatuan sistem
(ekosistem) sehingga saling bergantung antara daerah atas atau daerah hulu
(upland watershed) dan daerah hilir (lowland watershed). Dengan demikian
gangguan hutan pada daerah hulu akan memberikan pengaruh terhadap
daerah hilir. Beberapa kawasan konservasi yang terdapat di Provinsi Sulawesi
Utara antara lain Cagar Alam (CA) Gunung Lokon, CA Gunung Ambang, CA
Tangkoko, Suaka Margasatwa (SM) Karakelang, SM Manembo-nembo, Taman
Nasional Boganinani Wartabone, Taman Nasional Laut Bunaken, Taman Wisata
Alam Batu Putih dan TWA Batu Angus. Taman Nasional Boganinani Wartabone
terletak dalam wilayah Provinsi Sulawesi Utara (177.115 Ha) dan Provinsi
Gorontalo (110.000 Ha).
Tabel dibawah ini menunjukkan luas lahan Provinsi Sulawesi Utara menurut
kabupaten/kota sesuai dengan fungsi kawasan.

Tabel 2.17. Luas Lahan Provinsi Sulawesi Utara Sesuai Dengan Fungsi Kawasan (Ha)
No KABUPATEN HSA& HL HPT HP HPK Kawasan APL TOTAL
Hutan
KPA

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Bolaang 193.647 95.089 159.610 50.827 14.643 513.816 321.988 835.804


Mongondow

2 Kep. Sangihe - 13.820 13.820 87.483 101.303

3 Kep. Talaud 29.804 10.199 2.348 42.351 82.741 125.092

4 Kota Bitung 9.615 6.027 15.643 14.757 30.400

5 Kota Manado 15.106 1.086 16.192 12.492 28.684

6 Kota Tomohon 694 585 1.615 2.895 11.765 14.660

7 Minahasa 8.417 9.173 5.758 23.348 79.778 103.126

8 Minahasa Selatan 18.773 22.551 30.432 16.597 88.353 128.661 217.014

9 Minahasa Utara 44.486 17.428 10.361 72.276 63.428 135.704

Total 320.543 175.959 210.124 67.424 14.643 788.693 803.093 1.591.786

Sumber : BPKH 2006; Sk Menhutbun No.452/Kpts-II/99 tanggal 17 Juni 1999

Secara umum kegiatan budidaya dan pemanfaatan ruang yang akan


dikembangkan di Sulawesi Utara dapat dibedakan menurut karakteristiknya.
Dalam hal ini, kawasan hutan produksi merupakan penyangga dari kawasan
BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 64
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

lindung, sedangkan kawasan pertanian, pertambangan, perindustrian dan


permukiman merupakan kegiatan budidaya ”intensif“. Pariwisata yang
berorientasi pada obyek wisata alam dapat dipandang sebagai kegiatan yang
fleksibel di dalam memanfaatkan ruang sehingga kawasannya dapat saja
bertumpang tindih pada kawasan lindung yang telah ditetapkan dengan tetap
menjaga fungsi lindungnya.
Tabel 2.18. Kekritisan Lahan per Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Utara, 2014

No Kabupaten/Kota Besar Tidak Potensial Kritis Agak Kritis Kritis Sangat Total
an Kritis Kritis Kritis Kritis

1 Bitung ha Kritis 7,511.00 16,596.39 6,096.05 Kritis


602.79 30,806.23

% 0.00 24.38 53.87 19.79 1.96 100

2 Bolaang Mongondow ha 4,420.96 150,764.25 109,532.59 60,256.24 7,874.50 332,848.54

% 1.33 45.30 32.91 18.10 2.37 100

3 Bolaang Mongondow ha 5,416.36 94,514.23 49,600.02 18,421.02 11,344.35 179,295.98


Selatan
% 3.02 52.71 27.66 10.27 6.33 100

4 Bolaang Mongondow ha 41.86 32,240.85 33,239.70 2,692.01 88,465.17


Timur % 0.05 36.44 37.57 22.89
20,250.75 3.04 100

5 Bolaang Mongondow ha 2,414.99 68,275.45 69,333.51 2,981.76


Utara % 1.51 42.71 43.37 10.54
16,855.72 1.87 100
159,861.43
6 Kepulauan Sangihe ha 147.71 1,749.79 29,788.92 25,182.81 1,330.76 58,199.99

% 0.25 3.01 51.18 43.27 2.29 100

7 Kepulauan Talaud ha 27,223.62 61,519.37 8,618.40 252.08 97,929.72

% 0.32
316.25 27.80 62.82 8.80 0.26 100

8 Kotamobagu ha 3,647.62 1,288.51 90.02 30.73 5,056.88

% 0.00 72.13 25.48 1.78 0.61 100

9 Manado ha 231.08 2,469.82 12,154.19 1,390.06 144.14 16,389.29

% 1.41 15.07 74.16 8.48 0.88 100

10 Minahasa ha 527.72 37,575.54 49,339.40 21,414.14 2,271.68 111,128.48

% 0.47 33.81 44.40 19.27 2.04 100

11 Minahasa Selatan ha 1,315.08 30,601.90 73,848.30 40,580.87 1,862.34 148,208.49

% 0.89 20.65 49.83 27.38 1.26 100

12 Minahasa Tenggara ha 458.27 19,452.71 33,965.69 16,241.36 583.88 70,701.91

% 0.65 27.51 48.04 22.97 0.83 100

13 Minahasa Utara ha 4,155.77 27,207.18 53,048.65 15,117.94 776.42 100,305.96

% 4.14 27.12 52.89 15.07 0.77 100

14 Siau Tagulandang ha 288.42 2,387.40 6,335.74 10,731.39 1,214.01 20,956.96


Biaro % 1.38 11.39 30.23 51.21 5.79 100

15 Tomohon ha 5,357.02 6,134.56 3,098.32 74.84 14,664.74

% 0.00 36.53 41.83 21.13 0.51 100

Total ha 19,734.4 510,978.38 605,725.54 264,345.0 34,036.29 1,434,819.7

% 1.38
7 35.61 42.22 18.42
9 2.37 100
7

Sumber: BPDAS Tondano, 2015

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 65


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Masyarakat Sulawesi Utara masih banyak yang menggantungkan


kehidupannya pada sektor pertanian, perkebunan dan perikanan.
Keberlangsungan ketiga sektor tersebut sangat bergantung pada kondisi
hutan sebagai penyedia air dan penyangga kehidupan dalam mencegah
bencana di masa depan. Isu kehutanan yang masih dihadapi saat ini
adalah masih luasnya lahan kritis dalam kawasan maupun di luar
kawasan, pemanfaatan/penggunaan lahan untuk kepentingan non
kehutanan secara illegal dalam kawasan hutan, perambahan dan
pencurian kayu (illegal logging), alih fungsi kawasan hutan terkait tata
ruang serta isu perubahan iklim terkait hutan. Luas lahan kritis (agak
kritis sampai dengan sangat kritis) Sulawesi Utara saat ini adalah
832.626,56 Ha yang terdiri dari kawasan hutan seluas 289.977,27 Ha
(36,48%), Areal Penggunaan Lain seluas 542.646,29 Ha (83%) dan luas
areal yang terbakar tahun 2015 seluas 11.402 Ha.

Tabel 2.19. Tingkat Kekritisan Lahan Sulawesi Utara Tahun 2015


Fungsi Tingkat kekritisan lahan (ha) Total
Kawasan Tidak Potensial Agak Kritis Kritis Sangat
Kritis Kritis Kritis
Kawasan Hutan Lindung
HK 10802.88 163228.54 49823.09 15549.19 6110.96 245514.66
HL 6477.23 82672.86 48167.29 17354.34 6077.99 160749.71
17280.11 245901.4 97990.38 32903.53 12188.95 406264.37
Kawasan Lindung di luar kawasan hutan
HPT 563.37 54242.14 124422.22 23750.4 5883.16 208861.29
HP 0 13493.95 33331.47 12933.72 4755.59 64514.73
HPK 0 1377.76 11245.44 1888.71 166.94 14678.85
563.37 69113.85 168999.13 38572.83 10805.69 288054.87
Kawasan Budidaya
APL 1891.01 195960.48 338736.2 192868.66 11041.43 740497.78
Total 19734.49 510975.73 605725.71 264345.02 34036.07 1434817.02

Luas kawasan hutan adalah 788.693Ha yang sesuai dengan fungsinya


terbagi atas Hutan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam (HSA/KPA)
seluas 320.543Ha (40,64%), Hutan Lindung (HL) seluas 175.959Ha (22,31%),
Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas 210.124Ha (26,46%), Hutan Produksi
(HP) seluas 67.424Ha (8,55%) dan Hutan Produksi Konversi (HPK) seluas
14.643Ha (1,86%). Berkaitan dengan hal tersebut maka pemerintah harus terus
melakukan upaya-upaya pelestarian dan pemanfaatan hutan secara lestari
diantaranya melalui penyadartahuan masyarakat yang berada disekitar hutan

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 66


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

untuk terus menjaga kelestarian hutan sebagai penyangga ekonomi dan


kehidupan mereka serta generasi dimasa yang akan datang. Seiring itu pula
Pemerintah melakukan upaya penegakan hukum bagi para perusak atau
pelaku pelanggaran kehutanan, memberikan akses masyarakat untuk
mengelola hutan secara lestari, melakukan upaya rehabilitasi hutan dan lahan
dengan melibatkan masyarakat serta mendorong upaya-upaya mengantisipasi
perubahan iklim global dengan kerjasama di tingkat lokal, regional, nasional,
dan internasional.

2.1.5.7. Sumberdaya Kelautan Dan Perikanan


Pengelolaan sumberdaya ikan berkenajutan adalah pengelolaan yang
mengarah pada bagaimana sumberdaya ikan yang ada saat ini mampu
memenuhi kebutuhan sekarang dan kebutuhan generasi yang akan datang,
dimana aspek berkelanjutan harus meliputi aspek ekologi, sosial-ekonomi,
masyarakat dan institusi. Pengelolaan sumberdaya ikan berkelanjutan tidak
melarang aktifitas penangkapan yang bersifat ekonomi/komersial, ettapi
menganjurkan dengan persyaratan bahwa tingkat pemanfaatan tidak
melampaui daya dukung (carryng capacity) lingkungan perairan atau
kemampuan pulih sumberdaya ikan, sehingga generasi mendatang tetap
memiliki asset sumberdaya alam yang sama atau bahkan lebih banyak dari
genrasi saat ini.

Pengelolaan sumberdaya ikan dapat dikatakan berkelanjutan apabila


kegiatan tersebut dapat mencapai tiga tujuan pembangunan berkelanjutan
yaitu berkelanjutan secara ekologi, sosial dan ekonomi. Berkelanjutan secara
ekologi mengandung arti bahwa kegiatan pengelolaan sumberdaya ikan
dimaksud harus dapat mempertahankan integritas ekosistim, memelihara daya
dukung lingkungan, dan konservasi sumberdaya ikan termasuk
keanekaragaman hayati (biodiversity), sehingga pemanfaatan sumberdaya ikan
dapat berkesinambungan. Berkelanjutan secara sosial mensyaratkan bahwa
kegiatan pengelolaan ikan hendaknya dapat menciptakan pemerataan hasil,
mobilitas sosial, kohesi sosial, partisipasi masyarakat, pemberdayaan
masyarakat, identitas sosial dan pengembangan kelembagaan. Berkelanjutan
secara ekonomi berarti bahwa kegiata pengelolaan sumberdaya ikan harus
dapat membuahkan pertumbuhan ekonomi, pemeliharaan kapital, dan
penggunaan sumberdaya ikan serta investasi secara efisien.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 67


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Tabel 2.20. Komoditas Perikanan tahun 2010-2015 Provinsi Sulawesi Utara (ton)

Kenaikan
(%)
No. Usaha Perikanan 2010 2011 2012 2013 2014 2015
2014-
2015

1 Perikanan 222.220,5 230.879,7 281.633,0 350.534,50 296.362,00 285.270,5 -3,74


Tangkap:

-Penangkapan di
1.460 976,9 2.304,3 1.213,5 1.163,50 905,5 -22,13
PU

220.760,3 229.902,8 279.328,7 349.321,0 295.203,40 284.365 -3,67


-Penangkapan di
Laut

2 Perikanan 98.502,8 184.444,9 210.703,8 322.862,46 429.292,45 473.646,91 10,33


Budidaya:

-Budidaya Laut
72.051,0 136.547,3 159.642,7 174.052,00 301.866,52 339.573,00 12,49
-Budidaya
606,0 427,5 260,8 10.451,00 688,90 703,00 2,05
Tambak

26.451,8 47.897,6 50.800,3 138.359,46 126.737,03 133.370,91 5,23


-Budidaya Tawar
:
6.915,4 33.016,1 34.681,6 81.761,72 72.379,26 89.284,07 23,35

*Kolam
7.582,2 8.474,5 12.951,0 16.353,33 17.304,75 9.361,15 -45,90

*sawah
3.371,7 3.036,9 298,8 344,99 409,89 18,81
342,93
*Karamba
7.976,6 2.942,6 2.868,8 36.708,03 34.315,80 -6,51
39.901,87
*Jaring apung

Jumlah (ton) 320.723,3 415.324,6 492.336,8 673,396,96 725.634,45 758.917,41 4,58

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Prov. Sulut., 2015

Dalam Undang-Undang nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan


daerah disebutkan bahwa penyelenggaraan Urusan Pemerintahan bidang
kehutanan, kelautan, serta energi dan sumber daya mineral dibagi antara
Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi. Dalam Undang-Undang inipun
dijelaskan bahwa penentuan Daerah kabupaten/kota penghasil untuk
penghitungan bagi hasil kelautan adalah hasil kelautan yang berada dalam
batas wilayah 4 (empat) mil diukur dari garis pantai ke arah laut lepas
dan/atau ke arah perairan kepulauan. Dalam hal batas wilayah
kabupaten/kota kurang dari 4 (empat) mil, batas wilayahnya dibagi sama jarak
BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 68
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

atau diukur sesuai dengan prinsip garis tengah dari daerah yang berbatasan.
Hal ini berarti daerah provinsi diberi kewenangan untuk mengelola sumber
daya alam di laut yang ada di wilayahnya.

Grafik 2.1. Volume Perikanan Tangkap Prov. Sulut 2005-2015

Perikanan Tangkap (Data DKP Prov. Sulut)


Perikanan Tangkap (Data DKP Prov. Sulut)

400,000.00 350,534.50
350,000.00 296,362.00
281,633.00 285,270.50
300,000.00
250,000.00 215,531.70 229,902.80
220,760.30
192,911.10 207,527.00
192,415.70
190,789.60
200,000.00
150,000.00
100,000.00
50,000.00
0.00
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Prov. Sulut, 2015

Kewenangan Daerah provinsi untuk mengelola sumber daya alam di laut


meliputi:

a) eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut di luar


minyak dan gas bumi;
b) pengaturan administratif;
c) pengaturan tata ruang;
d) ikut serta dalam memelihara keamanan di laut; dan
e) ikut serta dalam mempertahankan kedaulatan negara.
Kewenangan Daerah provinsi untuk mengelola sumber daya alam di laut paling
jauh 12 (dua belas) mil laut diukur dari garis pantai ke arah laut lepas
dan/atau ke arah perairan kepulauan. Apabila wilayah laut antardua Daerah
provinsi kurang dari 24 (dua puluh empat) mil, kewenangan untuk mengelola
sumber daya alam di laut dibagi sama jarak atau diukur sesuai dengan prinsip
garis tengah dari wilayah antardua daerah provinsi tersebut.

Potensi Kelautan dan Perikanan diperuntukan bagi kesejahteraan rakyat, yang


diarahkan untuk dapat mengentaskan kemiskinan (Pro-poor), menyerap tenaga
kerja (Pro-job) dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi (por-growth) serta pro-
BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 69
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

business. Potensi Perikanan dan kelautan Sulawesi Utara sangat strategis,


dimana Provinsi Sulawesi Utara merupakan salah satu dari tujuh Provinsi
Kepulauan di Indonesia yang memiliki 286 buah pulau dan 11 diantaranya
merupakan pulau terluar.
Grafik 2.2. Volume Perikanan Budidaya Prov. Sulut 2005-2015.

Perikanan Budidaya (Data DKP Prov.


Sulut)
492,459.20
473,646.91
500,000.00
408,784.80
400,000.00
320,723.30
300,000.00 246,704.90
232,035.80
213,537.00
212,417.40
200,000.00

100,000.00
20,299.00
0.00
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2014

Wilayah ini memiliki biota- biota laut langka antara lain ikan Coelacanth,
dan juga sebagai World Heritage Marine Site terletak di Wallace Line dan
Kawasan Sulu Sulawesi Marine Eco-region, memiliki gunung bawah laut yaitu
Gunung Mahangetang yang terletak di perairan kabupaten kepulauan Siau
Tagulandang Biaro, tempat pemijahan mamalia laut, dan sebagai lintasan ikan
beruaya antar negara.

Sumberdaya kelautan dan perikanan Sulawesi Utara sangat besar dengan luas
wilayah laut 351.540 km2, Luas perairan Teritorial 161.540,00 km2, luas Zone
Ekonomi Eksklusif (ZEE) 190.000,00 km2, panjang garis pantai 2.395,99 km.
Potensi Lestari Sumberdaya ikan 1.884.900 ton/tahun dengan jumlah
tangkapan yang diperbolehkan 1.491.000 ton/tahun.

Potensi sumber daya alam di Sulawesi Utara relatif besar namun


pengelolaannya belum sepenuhnya memperhatikan prinsip-prinsip pengelolaan
sumber daya alam yang berkelanjutan, baik sumber daya hutan, sumber daya
kelautan dan perikanan, sumber daya air, dan sebagainya. Dilain pihak sumber
daya panas bumi/geothermal relatif besar namun belum dimanfaatkan secara
optimal, hanya pada beberapa lokasi saja.

Fenomena perubahan iklim memberikan dampak baik secara langsung


maupun tidak langsung terhadap berbagai sektor kehidupan, seperti
BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 70
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

lingkungan hidup, kelautan perikanan, pertanian, kehutanan, infrastruktur,


dan kesehatan. Upaya-upaya yang dilakukan antara lain mitigasi dan adaptasi
terhadap dampak dari perubahan iklim tersebut, termasuk pengembangan
kerjasama, penguatan kelembagaan dan penetapan peraturan perundang-
undangan. Dalam mengantisipasi dampak perubahan iklim, sektor kehutanan
melakukan upaya-upaya rehabilitasi hutan dan lahan serta pengamanan
kawasan hutan.

Upaya-upaya tersebut dilakukan secara terpadu melibatkan instansi terkait,


seperti Dinas Kehutanan, Unit Pelaksana Teknis Kementerian Kehutanan,
Kepolisian, Kejaksaan, Pemerintah, dan masyarakat setempat. Namun upaya-
upaya tersebut masih perlu ditingkatkan dengan langkah strategis
pembentukan tim terpadu pengamanan hutan Sulawesi Utara, tim Pembina
Rehabilitasi Hutan dan Lahan Sulawesi Utara, penyediaan sarana-prasarana
pengamanan hutan dan penambahan personil polisi kehutanan.

2.1.6. Kerjasama Antar Daerah


2.1.6.1. Kerjasama Teluk Tomini
Kawasan Teluk Tomini merupakan kawasan yang mempunyai nilai ekonomi,
sosial, dan ekologis/lingkungan yang sangat berarti bagi kelangsungan
penghidupan masyarakat. Teluk Tomini merupakan kawasan andalan nasional,
tetapi juga menjadi perhatian dunia internasional karena tipe ekosistem khas
yang beranekaragaman, seperti mangrove, padang lamun, rumput laut,
estuaria, delta, dan rawa pantai non bakau. Ekosistem-ekosistem tersebut
sebagai penyangga kehidupan yang perlu dilindungi. Selain itu, ekosistem
terumbu karang yang ada di Teluk Tomini merupakan bagian dari “Segitiga
Terumbu Karang” (Coral Triangle) yang memiliki keragaman karang tertinggi di
dunia. Secara wilayah administrasi, Teluk Tomini merupakan teluk terbesar di
daerah Khatulistiwa, dimana perairan Teluk Tomini meliputi tiga provinsi yaitu
Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, dan Gorontalo. Kesepakatan bersama 3
Gubernur (Gubernur Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, dan Gorontalo) Nomor
660/05/blhd-g-st/2009, Nomor 100/1186/sekr-blh, dan Nomor 06/hkm-
nk/v/2009 Tanggal 13 Mei 2009, menjadi acuan dalam pengelolaan kawasan
Teluk Tomini yang memuat empat kesepakatan yaitu:
1. Rencana strategis pengelolaan Teluk Tomini secara terpadu dan
berkelanjutan sebagai dokumen perencanaan pembangunan daerah.
2. Pelaksanaan pengelolaan Teluk Tomini secara terpadu dan berkelanjutan
untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan menerapkan strategi
pengelolaan secara konsisten dan konsekuen.
3. Pelaksanaan pengelolaan Teluk Tomini secara terpadu dan berkelanjutan
untuk melaksanakan koordinasi, integrasi, sinergitas program/kegiatan,
dan evaluasi bersama.
4. Peningkatan alokasi anggaran untuk pengelolaan Teluk Tomini secara
terpadu dan berkelanjutan melalui APBD ketiga provinsi, APBD

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 71


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

kabupaten/kota, dukungan APBN, penganggaran dunia usaha, masyarakat


serta kerjasama internasional.
5. Hal-hal yang lebih teknis akan disusun kesepakatan bersama oleh
badan/dinas terkait dan perguruan tinggi di ketiga provinsi.

2.1.6.2. Kerjasama Provinsi-Provinsi se-Sulawesi


Badan Kerjasama Pembangunan Regional Sulawesi (BKPRS) didirikan oleh 4
(empat) Gubernur se-Sulawesi Tahun 2000, dimana isu keamanan menjadi
fokus utama program pembangunan ekonomi di wilayah Sulawesi. Salah satu
program utama BKPRS adalah memfasilitasi kerjasama regional, nasional,
internasional dalam menopang pembangunan ekonomi wilayah Sulawesi
sebagai bagian dari pengembangan ekonomi nasional. Kedepan diharapkan
BKPRS menjadi one stop agency untuk mengurangi terjadinya tumpang tindih
sejumlah regulasi yang dibuat baik ditingkat kabupaten/kota sampai ke tingkat
provinsi dalam rangka meningkatkan investasi.

2.1.6.3. Kerjasama Regional


a. Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia-Philippines East ASEAN Growth
Area (BIMP-EAGA)
Kerja sama Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia-Philippines East ASEAN
Growth Area (BIMP-EAGA) dibentuk secara resmi pada Pertemuan Tingkat
Menteri (PTM) ke-1 di Davao City, Filipina pada Tanggal 26 Maret 1994. BIMP-
EAGA adalah kerjasama sub-regional yang bertujuan untuk meningkatkan
Trade Tourism and Investment (TTI). Pertemuan tertinggi BIMP-EAGA adalah
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) kemudian Pertemuan Tingkat Menteri,
Pertemuan Tingkat Pejabat Senior, dan pertemuan teknis di bawah SOM.
Pertemuan teknis di bawah SOM terdiri atas cluster dan task force, yaitu: (a)
Cluster on Natural Resources Development, diketuai oleh Indonesia (b) Cluster on
Transport, Infrastructure, and Information, Communication, and Technology
Development (TIICTD), diketuai oleh Brunei Darussalam (c) Cluster on Joint
Tourism Development (JTD), diketuai Malaysia (d) Cluster on Small and Medium
Enterprises Development (SMED), diketuai oleh Filipina. (e) Task Force on
Customs, Immigration, Quarantine, and Security, diketuai oleh Filipina.

b. Coral Triangle Initiative (CTI)


CTI merupakan tindak lanjut dari gagasan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono yang disampaikan di sela-sela Convention on Biological Diversity
(CBD) ke-8 di Brazil Tahun 2006 didasari kenyataan bahwa perairan Indonesia
dan kawasan di sekitarnya merupakan habitat bagi highest level of coral
diversity (setidaknya terdapat 5000 lebih jenis coral), sehingga dengan
sendirinya memiliki kekayaan sumber daya hayati yang besar. CTI
dikembangkan untuk membentuk mekanisme kerjasama antar negara-negara
yang memiliki tujuan dan pandangan yang sama mengenai pengelolaan
lingkungan hidup dan mempertahankan kesinambungan sumberdaya alam
laut di kawasan Coral Triangle yang mencakup 6 negara: Indonesia, Filipina,
Malaysia, Timor Laste, PNG, dan Kepulauan Solomon.
BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 72
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

2.1.6.4. Kerjasama Provinsi-Provinsi Kepulauan


Provinsi-provinsi kepulauan memiliki lembaga kerjasama yaitu Badan
Kerjasama Provinsi Kepulauan dimana terdiri dari Provinsi: Nusa Tenggara
Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Utara, Kepulauan Riau, Kepulauan
Bangka Belitung, Maluku Utara, dan Maluku. Sebagai tindak lanjut dari
Kesepakatan Ternate Tahun 2008 tentang masalah yang berkaitan dengan
Kerjasama Antar Daerah, maka disepakati hal-hal yang meliputi peningkatan
dan pengembangan komoditas rumput laut, percepatan pembentukan Dewan,
dan Badan Pengelola Pelabuhan di masing-masing pelabuhan di daerah untuk
efisiensi pengelolaan pelabuhan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 61
Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan, pengembangan industri pariwisata
(wisata bahari, community based ecotourism, keunggulan lokal), dan penyiapan
paket wisata bersama, pengembangan, dan pengelolaan kawasan konservasi
laut daerah (KKLD) dan ekosistem laut lainnya, penyusunan rencana zonasi
dan aksi masing-masing daerah, serta komitmen melaksanakan program dan
pembiayaan yang telah disepakati bersama.

2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat


2.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
Salah satu indikator yang menunjukkan tingkat kesejahteraan masyarakat
dalam pembangunan ekonomi suatu wilayah dapat ditunjukkan dengan
Indikator Pendapatan Perkapita.

2.2.1.1. Pertumbuhan PDRB

Gambaran tentang nilai dan kontribusi masing-masing sektor terhadap


Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sulawesi Utara pada periode 2010-
2013 Atas Dasar Harga Konstan, dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 2.21.. Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2010-2013 Atas Dasar Harga
Konstan Tahun 2010-2013 Provinsi Sulawesi Utara (dalam jutaan)

Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013


Sektor (Rp) (%) (Rp) (%) (Rp) (%) (Rp) (%)
Pertanian 3.683.944,77 11,28 3.600.037,43 -2,28 3.767.610,71 6,10 3.922.775,03 4,12
Pertambangan & 907.166,47 0,90 932.584 2,80 1.054.108,06 6,29 1.107.464,48 5,06
Penggalian
Industri 1.415.109,94 6,48 1.467.593,08 3,71 1.626.095,37 5,14 1.693.277,00 4,13
Pengolahan
Listrik, Gas, & 144.245,88 14,88 152.794,59 5,02 166.146,93 8,85 190.708,17 14,78
Air Bersih
Konstruksi 2.824.275,70 2,11 3.152.097,36 11,6 3.459.736,67 10,1 3.635.570,64 5,08
1 1
Perdagangan, 2.990.068,94 8,59 3.618.975,52 21,0 3.755.892,71 8,78 4.210.879,72 12,11
Hotel & 3
Restoran
Pengangkutan & 2.411.285,72 8,17 2.510.203,42 4,10 2.753.011,69 6,69 2.941.410,34 6,84
Komunikasi

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 73


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Keuangan, Sewa 1.237.775,16 9,73 1.319.391,96 6,59 1.462.301,07 10,0 1.688.708,90 15,48
& Jasa 7
Perusahaan
Jasa-Jasa 2.757.142,95 6,17 2.980.591,99 8,10 3.241.675,16 8,42 3.481.368,44 7,39
PDRB 18.376.750,93 7,16 19.734.270,17 7,39 21.286.578,38 7,86 22.872.162,72 7,45

Sumber : Badan Pusat Statistik Sulawesi Utara, 2014.

PDRB atas dasar harga konstan dengan tahun dasar 2000 menunjukkan
peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2009, capaian PDRB tercatat
sebesar Rp.15.902 triliun dan meningkat menjadi Rp.21,286 triliun pada tahun
2012. Ekonomi Sulawesi Utara (Sulut) tahun 2011 tumbuh 7,39 persen,
memiliki pertumbuhan lebih cepat dibandingkan tahun 2010 yang tumbuh
sebesar 7,16 persen. Nilai PDRB Sulut tahun 2011 secara riil (atas dasar harga
konstan 2000) tercatat senilai Rp 19,73 triliun, lebih tinggi dibandingkan tahun
sebelumnya yang senilai Rp 18,38 triliun. Sejak tahun 2009 sampai tahun
2012, sektor yang memberi kontribusi terbesar adalah sektor pertanian dan
sampai pada tahun 2012 pun tidak terjadi pergeseran dimana sektor pertanian
masih merupakan sektor yang memiliki kontribusi terbesar.

Tabel 2.22. Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2010-2013 Atas Dasar Harga
Berlaku Tahun 2010-2013 Provinsi Sulawesi Utara (dalam jutaan)

Sektor 2010 2011 2012 2013


Pertanian 7.167.600,32 7.298.876,04 7.876.348,11 8.476.083,72
Pertambangan & 1.482.379,20 1.671.343.48 1.775.858,87 1.977.566,55
Penggalian
Industri Pengolahan 2.972.700,68 3.285.811,40 3.564.218,31 3.825.069,03
Listrik, Gas, & Air Bersih 287.980,74 316.006,94 360.309,41 425.800,02
Konstruksi 6.089.577,42 7.253.791,76 8.128.595,42 8.793.601,94
Perdagangan, Hotel & 6.258.207,94 7.552.896,07 8.306.426,90 9.629.781,66
Restoran
Pengangkutan & 4.238.017,22 4.739.331,89 5.679.001,63 6.734.710,85
Komunikasi
Keuangan, Sewa & Jasa 2.320.203,339 2.607.687,33 3.020.887,99 3.630.883,33
Perusahaan
Jasa-Jasa 6.095.147,608 7.105.708,81 8.516.656,88 9.907.604,33
PDRB 36.911.814,52 41.831.453,71 47.198.303,51 53.401.101,43
Sumber : Badan Pusat Statistik Sulawesi Utara, 2015.

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Utara tahun 2013 tumbuh


sebesar 7,45 %, dimana pertumbuhan ini sedikit lebih lambat dibandingkan
pad atahun 2012 yang bertumbuh sebesar 7,86%. Nilai PDRB Provinsi Sulawesi
utara tahun 2013 secara riil atas dasar harga konstan tercatat senilai Rp. 22,87
trilyun, lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang senilai Rp.21,29
trilyun. Pada tahun 2013 semua sektor ekonomi mengalami pertumbuhan
positif. Pertumbuhan tertinggi terjadi di sektor keuangan, real estate dan jasa
perusahaan yang tumbuh sebesar 15,48% diikuti oleh sektor listrik, gas dan
air bersih tumbuh 14,78 persen dan disusul oleh sektor perdagangan, hotel dan
restaurant sebesar 12,11 persen.
Struktur perekonomian Sulawesi Utara tahun 2013 memperlihatkan
pergeseran peranan untuk beberapa sektor. Peranan kelompok sektor primer
BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 74
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

mengalami penurunan dari 21,46 persen pada tahun 2011 menjadi 19,58
persen pada tahun 2013. Penurunan ini berasal dari sektor pertanian yaitu
menurun dari 17,45 persen pada tahun 2011 menjadi 15,87% pada tahun 2013
serta pertambangan dan penggalian yang menurun dari 4,00 persen menjadi
3,70%. Kondisi yang sama terjadi pada kelompok sektor sekunder dengan
peranan yang menurun. Pada tahun 2013 peranan kelompok sektor ini
menurun sebesar 1,52 point menjadi 24,43 persen dari 25,95 persen di tahun
2011. Sektor industri pengolahan dan sektor konstruksi mengalami penurunan
sebesar 0,69 dan 0,87 poin dari tahun 2011 ke tahun 2013.

Nilai PDRB atas dasar harga berlaku pada tahun 2013 mencapai Rp. 53,40
trilyun, meningkat dibandingkan tahun 2012 yang senilai Rp. 47,20 trilyun.
Jika dibandingkan dengan tahun 2010 PDRB atas dasar harga berlaku hanya
mencapai Rp. 36 trilyun. Jadi selang tiga tahun, terjadi pertumbuhan nilai
produk dometik regional bruto sebesar 16,5 trilyun.
Jika ditilik dari peran sektor tersier dalam mendorong pertumbuhan
ekonomi daerah, sektor ini mengalami peningkatan dari tahun ke tahun,
dimana pada tahun 2013 peranannya bertambah 3,40 poin menjadi sebesar 56
persen. Peningkatan peranan pada kelompok sektor tersier disumbang dari
peningkatan seluruh sektor yang tergabung dalam kelompok tersier. Peranan
sektor jasa-jasa sebagai penyumbang terbesar meningkat dari 16,99 persen di
tahun 2011 menjadi 18,55 persen pada tahun 2013. Pada tahun 2014
penghitungan PDRB telah menggunakan metode baru dengan pendekatan yang
diubah. Tabel dibawah ini menunjukkan perkembangan PDRB berdasarkan
perubahan tahun dasar dan perubahan variable/parameter dalam PDRB.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 75


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Tabel 2.23. Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2013-2015 Atas Dasar Harga
Konstan Tahun 2013-2015 Provinsi Sulawesi Utara (dalam jutaan)

TAHUN
Kategor
Uraian
i 2013 2014 2015
(1) (2) (32) (37) (42)

13.765.299, 14.243.121, 14.663.345,


A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
1 1 9
Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa
1 8.996.523,4 9.234.173,7 9.816.769,7
Pertanian
a. Tanaman Pangan 2.360.489,4 2.349.898,2 2.303.089,3
b. Tanaman Hortikultura Semusim 614.742,0 628.129,9 651.098,2
c. Perkebunan Semusim 670,7 668,2 698,4
d. Tanaman Hortikultura Tahunan dan Lainnya 750.602,6 771.064,9 804.026,0
e. Perkebunan Tahunan 3.887.231,2 4.031.945,7 4.496.453,6
f. Peternakan 1.235.731,5 1.304.630,7 1.402.512,6
g. Jasa Pertanian dan Perburuan 147.056,0 147.836,1 158.891,6
2 Kehutanan dan Penebangan Kayu 381.864,1 361.371,1 353.116,7
3 Perikanan 4.386.911,6 4.647.576,2 4.493.459,4
B Pertambangan dan Penggalian 3.022.999,1 3.234.153,9 3.498.376,3
1 Pertambangan Minyak, Gas dan Panas Bumi 159.660,5 172.887,9 198.070,3
2 Pertambangan Batubara dan Lignit 0,0 0,0 0,0
3 Pertambangan Bijih Logam 648.268,0 728.385,1 800.446,4
4 Pertambangan dan Penggalian Lainnya 2.215.070,5 2.332.880,9 2.499.859,5
C Industri Pengolahan 6.902.306,6 7.138.172,0 7.327.345,0
1 Industri Batubara dan Pengilangan Migas 0,0 0,0 0,0
a. Industri Batu Bara 0,0 0,0 0,0
b. Industri Pengilangan Migas 0,0 0,0 0,0
2 Industri Makanan dan Minuman 5.717.147,1 5.923.260,1 6.154.437,1
3 Pengolahan Tembakau 0,0 0,0 0,0
4 Industri Tekstil dan Pakaian Jadi 18.614,2 19.656,2 19.137,1
5 Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki 1.458,9 1.455,5 1.367,6
Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus dan
6 Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan 69.305,6 71.996,7 70.398,0
Sejenisnya
Industri Kertas dan Barang dari Kertas,
7 153.583,0 155.526,2 157.068,2
Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman
8 Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional 86.701,8 90.953,4 86.269,1
9 Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik 1.718,5 1.816,0 1.925,4
1
Industri Barang Galian bukan Logam 236.608,9 236.806,2 250.649,6
0
1
Industri Logam Dasar 122.683,4 133.870,7 130.640,0
1
1 Industri Barang dari Logam, Komputer, Barang
348.462,8 355.193,2 309.762,5
2 Elektronik, Optik dan Peralatan Listrik
1
Industri Mesin dan Perlengkapan YTDL 0,0 0,0 0,0
3
1
Industri Alat Angkutan 43.780,1 43.333,6 39.320,2
4
1
Industri Furnitur 69.741,8 70.594,4 70.728,3
5
1 Industri pengolahan lainnya, jasa reparasi dan
32.500,6 33.709,7 35.642,1
6 pemasangan mesin dan peralatan

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 76


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

D Pengadaan Listrik dan Gas 62.214,7 69.478,8 74.178,4


1 Ketenagalistrikan 59.693,7 66.762,3 71.268,6
2 Pengadaan Gas dan Produksi Es 2.521,0 2.716,4 2.909,8
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan
E 91.760,7 94.748,9 97.045,9
Daur Ulang
F Konstruksi 7.933.964,0 8.396.755,7 9.193.449,7
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan
G 7.811.064,2 8.532.451,0 9.038.776,7
Sepeda Motor
Perdagangan Mobil, Sepeda Motor dan
1 2.924.986,1 3.143.225,1 3.220.626,1
Reparasinya
Perdagangan Besar dan Eceran, Bukan Mobil
2 4.886.078,2 5.389.225,9 5.818.150,5
dan Sepeda Motor
H Transportasi dan Pergudangan 5.059.981,3 5.585.990,2 5.990.818,6
1 Angkutan Rel 0,0 0,0 0,0
2 Angkutan Darat 3.194.391,5 3.500.767,5 3.749.249,8
3 Angkutan Laut 862.401,1 975.122,1 1.054.203,2
4 Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan 17.632,8 19.174,0 20.482,7
5 Angkutan Udara 770.833,3 858.391,8 917.872,7
Pergudangan dan Jasa Penunjang Angkutan, Pos
6 214.722,7 232.534,8 249.010,3
dan Kurir
I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1.285.410,6 1.425.029,5 1.546.469,3
1 Penyediaan Akomodasi 806.464,2 899.481,8 977.330,2
2 Penyediaan Makan Minum 478.946,4 525.547,7 569.139,2
J Informasi dan Komunikasi 2.698.252,7 2.948.474,5 3.212.446,2
K Jasa Keuangan dan Asuransi 2.346.430,0 2.411.506,1 2.505.714,3
1 Jasa Perantara Keuangan 1.627.575,5 1.630.244,3 1.658.785,4
2 Asuransi dan Dana Pensiun 99.468,0 106.923,9 114.605,2
3 Jasa Keuangan Lainnya 618.511,2 673.383,8 731.291,2
4 Jasa Penunjang Keuangan 875,4 954,0 1.032,5
L Real Estate 2.225.737,0 2.421.971,9 2.601.699,4
M,N Jasa Perusahaan 49.534,0 53.568,9 57.711,8
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
O 4.258.466,4 4.639.202,3 5.056.199,6
Jaminan Sosial Wajib
P Jasa Pendidikan 1.586.533,2 1.650.377,0 1.767.208,4
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 2.338.158,3 2.485.135,3 2.680.958,8
R,S,T,U Jasa lainnya 984.386,7 1.029.285,5 1.107.067,1
62.422.498, 66.359.422, 70.418.811,
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
5 4 2
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO TANPA 62.262.838, 66.186.534, 70.220.740,
MIGAS 0 5 9

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 77


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Tabel. 2.24. Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2013-2015 Atas Dasar Harga
Berlaku Tahun 2013-2015 Provinsi Sulawesi Utara (dalam jutaan)

TAHUN
Uraian
2013 2014 2015
(2) (32) (37) (42)

15.791.585, 17.797.649, 19.858.896,


Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
7 9 4
1 Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa Pertanian 9.832.298,5 10.743.463,4 12.303.087,0
a. Tanaman Pangan 2.723.854,8 2.862.380,4 3.162.493,8
b. Tanaman Hortikultura Semusim 673.880,3 710.818,2 959.360,9
c. Perkebunan Semusim 732,6 736,3 825,7
d. Tanaman Hortikultura Tahunan dan Lainnya 907.610,5 1.048.760,9 1.207.274,9
e. Perkebunan Tahunan 3.925.925,4 4.301.789,2 4.801.616,8
f. Peternakan 1.419.492,7 1.636.184,6 1.947.959,3
g. Jasa Pertanian dan Perburuan 180.802,4 182.793,7 223.555,6
2 Kehutanan dan Penebangan Kayu 452.646,5 435.063,8 460.570,1
3 Perikanan 5.506.640,7 6.619.122,6 7.095.239,3
Pertambangan dan Penggalian 3.511.840,3 3.838.563,8 4.325.926,0
1 Pertambangan Minyak, Gas dan Panas Bumi 186.801,2 187.112,0 214.522,4
2 Pertambangan Batubara dan Lignit 0,0 0,0 0,0
3 Pertambangan Bijih Logam 717.258,4 794.134,3 917.893,2
4 Pertambangan dan Penggalian Lainnya 2.607.780,8 2.857.317,5 3.193.510,4
Industri Pengolahan 7.267.615,1 7.911.388,0 8.623.109,9
1 Industri Batubara dan Pengilangan Migas 0,0 0,0 0,0
a. Industri Batu Bara 0,0 0,0 0,0
b. Industri Pengilangan Migas 0,0 0,0 0,0
2 Industri Makanan dan Minuman 5.975.882,6 6.542.283,1 7.234.916,3
3 Pengolahan Tembakau 0,0 0,0 0,0
4 Industri Tekstil dan Pakaian Jadi 20.426,6 21.719,1 22.342,1
5 Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki 1.564,2 1.782,7 1.743,9
Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus dan Barang
6 80.354,1 82.287,5 84.893,1
Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya
Industri Kertas dan Barang dari Kertas, Percetakan dan
7 164.389,4 176.411,0 186.062,8
Reproduksi Media Rekaman
8 Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional 88.315,7 100.664,6 100.501,2
9 Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik 1.759,9 2.022,1 2.160,7
1
Industri Barang Galian bukan Logam 283.098,8 301.086,6 333.259,0
0
1
Industri Logam Dasar 127.244,2 129.604,5 127.460,8
1
1 Industri Barang dari Logam, Komputer, Barang Elektronik,
369.414,8 386.592,5 353.003,0
2 Optik dan Peralatan Listrik
1
Industri Mesin dan Perlengkapan YTDL 0,0 0,0 0,0
3
1
Industri Alat Angkutan 45.191,5 44.722,4 42.646,7
4
1
Industri Furnitur 74.963,5 83.824,2 90.816,9
5
1 Industri pengolahan lainnya, jasa reparasi dan pemasangan
35.010,0 38.387,5 43.303,3
6 mesin dan peralatan
Pengadaan Listrik dan Gas 53.060,9 58.158,4 70.907,0

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 78


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

1 Ketenagalistrikan 50.038,8 54.721,3 66.904,3


2 Pengadaan Gas dan Produksi Es 3.022,2 3.437,1 4.002,7
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 101.634,1 111.858,8 120.715,2
10.522.916,
Konstruksi 8.449.421,9 9.247.018,6
9
11.276.313,
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 8.851.845,3 9.906.925,4
6
1 Perdagangan Mobil, Sepeda Motor dan Reparasinya 3.594.889,6 3.940.758,7 4.371.330,6
Perdagangan Besar dan Eceran, Bukan Mobil dan Sepeda
2 5.256.955,7 5.966.166,6 6.904.983,0
Motor
Transportasi dan Pergudangan 6.148.888,2 7.928.501,1 9.687.878,1
1 Angkutan Rel 0,0 0,0 0,0
2 Angkutan Darat 3.776.963,9 4.712.427,3 5.728.992,9
3 Angkutan Laut 978.397,0 1.288.453,1 1.530.406,3
4 Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan 20.372,5 24.492,7 28.054,9
5 Angkutan Udara 1.147.419,9 1.636.357,2 2.091.021,8
6 Pergudangan dan Jasa Penunjang Angkutan, Pos dan Kurir 225.735,0 266.770,8 309.402,2
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1.458.840,1 1.683.148,4 1.961.576,5
1 Penyediaan Akomodasi 934.904,0 1.072.890,5 1.242.714,2
2 Penyediaan Makan Minum 523.936,0 610.258,0 718.862,3
Informasi dan Komunikasi 2.755.362,9 3.044.601,5 3.489.926,5
Jasa Keuangan dan Asuransi 2.772.589,9 2.990.355,6 3.250.817,1
1 Jasa Perantara Keuangan 2.009.183,5 2.110.912,3 2.230.783,9
2 Asuransi dan Dana Pensiun 99.998,1 112.033,2 126.546,8
3 Jasa Keuangan Lainnya 662.474,0 766.269,6 892.156,8
4 Jasa Penunjang Keuangan 934,3 1.140,6 1.329,6
Real Estate 2.489.009,9 2.867.733,9 3.195.702,4
Jasa Perusahaan 57.998,6 67.798,9 78.194,9
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial
5.690.047,5 6.790.703,3 7.664.846,2
Wajib
Jasa Pendidikan 1.983.496,7 2.309.084,0 2.613.018,7
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 2.588.543,4 2.857.014,6 3.165.465,4
Jasa lainnya 1.125.680,2 1.200.073,3 1.369.051,8
71.097.460, 80.610.577, 91.275.262,
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
7 4 4
70.910.659, 80.423.465, 91.060.740,
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO TANPA MIGAS
5 4 1

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 79


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Tabel 2.25. Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Pengeluaran Tahun Dasar 2010 Tahun 2014 (Persen)

KOMPONEN Triw III- Triw IV- Triw IV- Laju Sumber


2014 2014 2014 Pertumbuha Pertumbuhan
Terhadap terhadap terhadap n 2014 2014
Triw II- Triw III- Triw IV-
2014 2014 2013

1 Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga 3,83 5,11 6,47 6,66 3,20


2 Pengeluaran Konsumsi LNPRT (3,13) 4,30 2,50 4,23 0,09

3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 4,79 14,00 14,16 7,44 1,03

4 Pembentukan Modal Tetap Domestik 3,69 11,02 6,50 1,69 0,63


Bruto

5 Perubahan Inventori 2,92 5,98 3,10 (3,86) (0,00)

6 Ekspor Luar Negeri Barang dan Jasa (14,82) (33,32) (18,65) 27,74 4,13

7 Dikurangi Impor Luar Negeri Barang


dan Jasa
(26,45) 573,34 459,86 114,74 4,08

8 Net Ekspor Antar Pulau (18,08) (141,89) (159,55) (10,04) 1,30

PRODUK DOMESTIK REGIONAL 4,77 7,57 6,12 6,31 6,31


BRUTO

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 80


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Tabel 2.26 . Struktur Ekonomi dan Laju Pertumbuhan PDRB Menurut


Lapangan Usaha Tahun Dasar 2010 Tahun 2013-2014 (Persen)

Struktur Ekonomi Laju Pertumbuhan

Lapangan
Usaha

2013 2014 2013 2014


(1) (2) (3) (4) (5)

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 22,22 22,08 6,47 3,46


B Pertambangan dan Penggalian 4,94 4,76 5,39 6,98

C Industri Pengolahan 10,23 9,81 5,22 3,42

D Pengadaan Listrik, Gas & Produksi Es 0,07 0,07 16,01 10,47

E Pengadaan Air 0,14 0,14 7,22 3,26

F Konstruksi 11,88 11,46 8,32 5,88

Perdagangan Besar dan Eceran, dan 12,43 12,29 7,74 9,18


G
H Transportasi dan
Reparasi Mobil Pergudangan
dan Sepeda Motor 8,65 9,85 6,53 10,40

Penyediaan Akomodasi dan Makan 2,05 2,09 7,77 10,86


I
J Informasi
Minum dan Komunikasi 3,88 3,78 8,52 9,27

K Jasa Keuangan dan Asuransi 3,90 3,73 6,61 2,83

L Real Estate 3,50 3,56 6,60 8,82

M,N Jasa Perusahaan 0,08 0,08 8,18 8,15

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan 8,01 8,42 1,13 8,94


O
dan Jaminan Sosial Wajib

P Jasa Pendidikan 2,79 2,86 5,16 4,02

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 3,64 3,54 6,35 6,29

R,S,T,U Jasa Lainnya 1,58 1,49 6,32 4,56

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 81


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Tabel 2.27. PDRB Perkapita Sulawesi Utara Tahnu Dasar 2010 Tahun 2013-2014

Uraian 2013 2014

(1) (3) (4)


PDRB Per kapita Atas Dasar Harga
Berlaku

- Nilai (Juta rupiah) 30,07 33,74

- Nilai (US$) 2.874,02 2.842,64

Tabel 2.28. Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Pengeluaran Tahun Dasar 2010 Tahun
2013-2014 (Persen)

Komponen 2013 2014

(1) (2) (3)


1 Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga 6,2 6,6
5 6
2 Pengeluaran Konsumsi LNPRT 2,8 4,2
1 3
3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 2,8 7,4
7 4
4 Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 4,3 1,6
3 9
5 Perubahan Inventori (41,56) (3,8
6)
.6 Ekspor Luar Negeri Barang dan Jasa (21,39) 27,7
7 Dikurangi Impor Luar Negeri Barang dan 3,7 4
114,
Jasa 3 74
8 Net Ekspor Antar Pulau (29,42) (10,0
4)
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 6,3 6,3
8 1

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 82


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Tabel 2.29 . PDRB menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga
Konstan 2000 Tahun 2013-2014 (Juta Rupiah)

Harga Berlaku Harga Konstan 2000 = 100

Lapangan
Usaha 2013 2014 2013 2014
(1) (2) (3) (4) (5)

1 Pertanian 8.483.083,72 9.499.057,50 3.930.775,03 4.032.592,38

2 Pertambangan dan Penggalian 1.977.566,55 2.146.979,61 1.111.464,48 1.180.321,73


3 Industri Pengolahan 3.826.069,03 4.312.978,99 1.701.377,00 1.759.409,12
4 Listrik, Gas & Air Bersih 425.800,02 470.291,30 190.708,17 199.207,69
5 Konstruksi 8.861.901,94 9.831.953,50 3.662.670,64 3.905.751,65
6 Perdagangan, Hotel & Restoran 9.584.781,66 11.418.471,85 4.145.779,72 4.612.877,98

Pengangkutan & Komunikasi


7 6.695.310,85 8.404.737,01 2.952.510,34 3.249.371,18
Keuangan, Real Estat, & Jasa

8 Perusahaan 3.630.883,33 3.999.166,87 1.688.808,90 1.799.536,89


Jasa-Jasa
9 9.907.604,33 11.745.431,06 3.488.468,44 3.780.134,81

PRODUK DOMESTIK REGIONAL 53.393.001,43 61.829.067,68 22.872.562,72 24.519.203,4


3
BRUTO

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 83


2.2.1.2. Laju Inflasi

Salah satu indikator utama keberhasilan pemerintah dalam mengatur


perekonomiannya dapat terlihat dari kemampuan pemerintah dalam
mengendalikan kenaikan harga barang dan jasa di wilayahnya. Tabel
2.22 memperlihatkan perkembangan laju Inflasi di Sulawesi Utara
menunjukkan pola yang dinamis dan fluktuatif dari Tahun 2005-
2015, dengan angka inflasi tertinggi terjadi Tahun 2005 sebesar
18,73%, diikuti pada tahun 2007 sebesar 10,13 dan pada tahun 2014
hampir menyentuh dua digit lagi, yaitu 9,67%. Hal ini terjadi karena
adanya kenaikan harga bahan bakar minyak cukup signifikan yang
memicu kenaikan harga-harga barang dan jasa di pasar. Selanjutnya,
Tahun 2006 angka inflasi turun menjadi 5,09% dan Tahun 2007
mengalami peningkatan menjadi 10,13% kemudian turun kembali
menjadi 9,71% Tahun 2008. Tahun 2009 angka inflasi menyentuh
level terendahnya pada angka 2,31%. Namun, Tahun 2010 mengalami
peningkatan menjadi 6,28%. Tahun 2015, inflasi di Sulawesi Utara
sebesar 5,56%.

Tabel 2.30. Inflasi Provinsi Sulawesi Utara, 2010-2015


Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Inflasi 6.28 0.96 5.23 8.12 9,67 5,56

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Utara, 2015.

Perkembangan harga berbagai komoditas pada bulan Desember 2015


secara umum menunjukkan adanya kenaikan. Kota Manado
mengalami inflasi sebesar 1,74 persen atau terjadi kenaikan Indeks
Harga Konsumen (IHK) dari 123,06 pada bulanNovember 2015
menjadi 125,20 pada bulan Desember 2015. Inflasi tahun kalender

(Desember 2015 terhadap Desember 2014) nilainya sama dengan


inflasi “year on year” (Desember 2015 terhadap Desember 2014) yaitu
sebesar 5,56 persen. Inflasi terjadi karena adanya kenaikan indeks
pada semua kelompok pengeluaran yaitu kelompok bahan makanan
sebesar 5,93 persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan
tembakau sebesar 0,79 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas
dan bahan bakar sebesar 0,40 persen, kelompok sandang sebesar
0,38 persen; kelompok kesehatan sebesar 0,30 persen; kelompok
pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 0,35 persen; dan kelompok
transportasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,29 persen.

Komoditas yang mengalami kenaikan harga antara lain cabai rawit,


bawang merah, beras, tomat sayur, minuman ringan, pisang, tarip

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 84


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

listrik, telur ayam ras, semen, lemon dan lain-lain. Sedangkan


komoditas yang mengalami penurunan harga antara lain tindarung,
cakalang/sisik, ekor kuning, daun bawang, anggur, apel, minyak
goreng, sawi hijau, selada/daun selada, ketimun dan lain-lain.

Sumbangan/andil inflasi masing-masing kelompok pengeluaran pada


bulan Desember 2015 yaitu kelompok bahan makanan sebesar 1,3981
persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau
sebesar 0,1268 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas dan
bahan bakar sebesar 0,1143 persen, kelompok sandang sebesar
0,0201 persen; kelompok kesehatan sebesar 0,0119 persen; kelompok
pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 0,0225 persen; dan
kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar
0,0457 persen. Tantangan yang akan dihadapi oleh Sulawesi Utara di
masa depan adalah bagaimana menekan harga barang dan jasa di
wilayah kepulauan terkait, serta masih adanya masalah infrastruktur
perhubungan di daerah-daerah terpencil.

2.2.1.3. Perkembangan Investasi


Perkembangan investasi di Sulawesi Utara dapat dilihat dari
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) pada Tahun 2014 sebesar
27,535 triliun meningkat dari 20,141 triliun pada Tahun 2010.

Tabel 2.31. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut
Pengeluaran, Provinsi Sulawesi Utara 2010 – 2014.

No Komponen Pengeluaran 2010* 2011* 2012* 2013* 2014**

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)


1 Pengeluaran Kons. RT 25 425 28 032 30 909 32 859 37 585
Makanan, Minuman, & 11 707 12 649 13 718 14 127 15 569
1.a.
Rokok

1.b. Pakaian & Alas Kaki 81,00 97,00 76,00 80,00 114,00

Perumahan, Perkakas, 1 910 2 184 2 576 2 704 3 251


1.c. Perlengkapan &
Penyelenggaraan RT
1.d. Kesehatan & Pendidikan 1 773 2 155 2 563 2 647 2 905
8 207 8 878 9 653 10 812 12 854
Transportasi, Komunikasi,
1.e.
Rekreasi, & Budaya

1.f. Hotel & Restoran 1 190 1 354 1 514 1 652 1 938

1.g. Lainnya
557,00 714,00 808,00 838,00 954,00

2 Pengeluaran Kons. LNPRT 1 153 1 258 1 419 1 470 1 643

Pengeluaran 8 423 10 078 11 110 12 252 13 994


3
Kons.Pemerintah

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 85


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

3.a. Konsumsi Kolektif 4 868 5 826 6 561 7 428 8 649

3.b. Konsumsi Individu 3 554 4 252 4 549 4 824 5 345

20 141 23 23 25 27 535
4 PMTB
053 054 118
4.a. Bangunan 17 958 21 142 21 143 22 517 24 720

4.b. Non-Bangunan 2 183 1 911 1 911 2 601 2 815

5 Perubahan Inventori
(160,00) 62,00 135,00 67,00 63,00

6 Ekspor Luar Negeri 5 412 9 406 12 427 10 542 15 588

6.a. Barang 5 027 8 975 11 911 10 009 15 063

6.b. Jasa
385,00 431,00 516,00 533,00 525,00

7 Impor Luar Negeri 1 625 2 268 2 270 2 588 3 038


1 347 1 213 1 257 1 568
7.a. Barang
671,00
1 057 1 331 1 470
7.b. Jasa
955,00 921,00

(7 048) (12 (12 (8 641) (12


8 Net Ekspor Antar Daerah
275) 908) 747)

PDRB 51 721 57 344 63 875 71 079 80 623

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Utara, 2015

2.2.1.4 Pertumbuhan Ekonomi


Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara dari Tahun 2005-2015
menunjukkan trend peningkatan dari tahun 2005 sampai tahun
2009, dimana Tahun 2005 pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara
berada pada kisaran angka 4,9%, yang kemudian naik menjadi 6,18%
Tahun 2006. Selanjutnya Tahun 2007 kembali terjadi kenaikkan
mencapai angka 6,47% dan kenaikkan yang cukup tinggi terjadi
Tahun 2008 dan 2009 yang menyentuh angka masing-masing 7,56%
dan 7,85%, jauh melebihi rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional
yaitu 5%. Kemudian Tahun 2010 sedikit mengalami penurunan
menjadi 7,12% dan terus meningkat sampai tahun 2012 dapat
mencapai 7,86%. Pada tahun 2013 pertumbuhan ekonomi sedikit
melambat mencapai angka 7,45%. Dengan penggunaan tahun dasar
2010, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada tahun 2014
mencapai 6,31% dan tahun 2015 kembali melambat mencapai 6,12 %.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 86


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Tabel 2.32. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sulawesi Utara, 2005-


2015
TAHUN 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

PERTUMBUHAN 4.90 6.18 6.47 7.56 7.85 7.12 7,39 7,86 7,45 6,31 6,12
EKONOMI

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Utara, 2015.

Pertumbuhan ekonomi yang terjadi saat ini adalah


pertumbuhan ekonomi yang belum berkualitas karena di tahun 2014,
berdasarkan data Badan Pusat Statistik Sulawesi Utara diketahui
bahwa penyumbang pertumbuhan ekonomi terbesar bukanlah
berasal dari sektor ekonomi yang memiliki kontribusi terbesar dalam
PDRB (pertanian), tetapi berada pada sektor ekonomi yang justru
memiliki kontribusi relatif kecil, karena penyumbang pertumbuhan
ekonomi terbesar secara triwulanan (q-to-q) adalah pada sektor
bangunan 12,94 Persen , pengangkutan dan komunikasi tumbuh 7,92
persen dan sektor industri pengolahan tumbuh 7,78 persen , namun
bila dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun lalu (y-on-y)
perekonomian Sulawesi Utara tumbuh 7,63 persen. Pertumbuhan
tertinggi justru pada sector pengangkutan dan komunikasi 21,94
persen sektor listrik, gas dan air bersih 13,98 persen sector
perdagangan/perhotelan dan restoran 8,61 persen sementara sektor
ekonomi yang memiliki potensi besar di Sulawesi Utara
(pertanian/perikanan) justru belum memberikan kontribusi
pertumbuhan yang memadai.
Pertumbuhan ekonomi pada tingkat provinsi tidak
menggambarkan serentaknya seluruh daerah di provinsi Sulawesi
Utara untuk berspesialisasi pada sektor yang sama sebagai
penyumbang pertumbuhan ekonomi. Tertapi pertumbuhan ekonomi
yang terjadi pada sektor yang berbeda walaupun ada beberapa daerah
tingkat dua yang memiliki kesamaan atas sektor unggulan. Hal inilah
yang mendorong disparitas ekonomi terjadi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan yang relatif tinggi


pada tahun 2009-2013 terutama dipicu oleh bertambahnya
infrastruktur dasar dari pemerintah dan infrastruktur perdagangan
dari kalangan swasta. Pertumbuhan infrastruktur dasar dan
perdagangan yang cukup signifikan menjadi modal utama untuk
pembangunan ekonomi Sulawesi Utara lebih lanjut karena menjadi
daya tarik investasi Sulawesi Utara di masa mendatang. Namun
demikian, tantangan terbesar dalam pembangunan infrastruktur
adalah penyediaan listrik secara memadai untuk mengantisipasi
peningkatan investasi di masa mendatang. Tantangan lainnya muncul
sebagai konsekuensi Sulawesi Utara sebagai provinsi kepulauan, yaitu
pembangunan infrastruktur di pulau terpencil sulit untuk mencapai
skala ekonomi yang diharapkan.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 87


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

2.2.1.5. Ketimpangan Kemakmuran dan Pemerataan Pendapatan


Proses distribusi perlu dicermati mengingat kegagalan proses ini akan
berdampak pada gejolak sosial karena ketimpangan tersebut akan
direspon sebagai ketidakadilan pada masyarakat golongan bawah.
Untuk melihat ketimpangan/pemerataan pendapatan penduduk,
salah satu indikator yang sering dipakai adalah koefisien gini. Nilai
koefisien ini berkisar antara 0(nol) hingga 1(satu). Semakin mendekati
angka nol maka dikatakan tingkat ketimpangan pendapatan
penduduk makin merata atau sebaliknya. Koefisien gini penduduk
Sulawesi Utara Tahun 2005-2010 terlihat pada Tabel 2.25.

Tabel 2.33. Koefisien Gini Provinsi Sulawesi Utara, 2011-2015


Koefisien Gini 2011 2012 2013 2014 2015
Perkotaan 0,320 0, 470 0,475 0,452 0,295
Perdesaan 0,285 0,375 0,385 0,366 0,281
Perkotaan + Perdesaan 0,39 0,43 0,446 0,436 0,296
Sumber: Badan Pusat Statistik Sulawesi Utara, 2015.

Berdasarkan Tabel 2.25 koefisien gini Sulawesi Utara dari Tahun


2011-2015 berada pada kisaran angka 0,39–0,43. Hal ini
memperlihatkan bahwa tingkat ketimpangan pendapatan penduduk
berfluktuatif di rentang angka indeks yang tidak jauh. Tahun 2013
sedikit mengalami peningkatan ketimpangan pendapatan yang berada
pada angka 0,446. Selanjutnya Tahun 2014 angka indeks ini
mengalami sedikit perbaikan kembali pada angka 0,436 dan
selanjutnya menurun menjadi 0,296 pada tahun 2015..

2.2.1.6. Ketimpangan Regional


Tingkat pemerataan/ketimpangan antara kabupaten/kota
menggunakan nilai Indeks Wiliamson (IW). Nilai Indeks Wiliamson
berkisar antara 0 (nol) hingga 1 (satu). Semakin mendekati angka satu
artinya distribusi antar kabupaten/kota semakin tidak
merata/semakin timpang atau sebaliknya.

Tabel 2.34. Indeks Williamson Provinsi Sulawesi Utara, 2011-2015


Tahun 2011 2012 2013 2014 2015
Indeks Williamson 0.52 0.53 0.55 0.57 0.59
Sumber: Bappeda Sulawesi Utara, 2015.

Berdasarkan Tabel 2.13 tampak bahwa nilai indeks Williamson


berkisar pada angka indeks sebesar 0,59. Hal ini memperlihatkan
bahwa ketimpangan antar daerah di Sulawesi Utara cukup tinggi.
Tahun 2011 angka indeks menunjukkan 0,52 dan Tahun 2012 naik
menjadi 0,53, di Tahun 2013 meningkat menjadi 0,55. Selanjutnya
pada Tahun 2014 juga meningkat menjadi 0,57 dan Tahun 2015
terus mengalami peningkatan menjadi 0,59. Secara keseluruhan

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 88


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

selama periode Tahun 2011-2015 terlihat indeks Williamson


meningkat secara perlahan sehingga dapat dikatakan bahwa
ketimpangan antar daerah juga cenderung semakin membesar tiap
tahunnya. Hal ini perlu diperhatikan agar pembangunan antar daerah
perlu disinergikan, sehingga dapat menekan dan mengurangi
ketimpangan antar daerah di masa yang akan datang.

2.2.1.7. Kemiskinan

Kemiskinan merupakan masalah yang terjadi pada seluruh negara


yang tidak pernah dapat diselesaikan secara tuntas, khususnya pada
negara-negara berkembang. Indonesia sebagai salah satu negara
berkembang senantiasa dihadapkan dengan peliknya masalah
kemiskinan. Permasalahan kemiskinan menjadi prioritas utama
pemerintah dalam menjalankan program-programnya. Meskipun
pemerintah telah banyak menggulirkan berbagai program yang
menitik-beratkan pada pengentasan kemiskinan, masih ada program-
program pemerintah yang dianggap masih belum tepat sasaran dan
bahkan belum berhasil dalam menuntaskan kemiskinan. Hal ini
disebabkan program tersebut belum menyentuh masalah mendasar
yang terjadi pada masyarakat sehingga hasilnya belum efektif,
berjangka pendek dan parsial.

Tingkat Kemiskinan Provinsi Sulawesi Utara pada September 2014


ini secara year to year (September 2013 ke September 2014)
mengalami penurunan, demikian juga jika dibandingkan dengan
Maret 2014 tingkat Kemiskinan Provinsi Sulawesi Utara juga
mengalami penurunan. Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi
Nasional (Susenas) September 2014 diketahui bahwa tingkat
kemiskinan Sulawesi Utara pada September 2014 sebesar 8,26 persen
atau sebanyak 197,56 ribu jiwa. Sementara data September 2013
menunjukan tingkat kemiskinan Provinsi Sulawesi Utara sebesar 8,50
persen atau 201,09 ribu jiwa, sedangkan data Maret 2014
menunjukan tingkat Kemiskinan Sulawesi Utara sebesar 8,75 persen
atau 208,23 ribu jiwa. Dengan kata lain jika dibandingkan dengan
September 2013 persentase penduduk miskin berkurang 0,24 persen
atau secara absolut telah terjadi penurunan jumlah penduduk miskin
sekitar 3,53 ribu jiwa dan jika dibandingkan dengan Maret 2014
presentase penduduk miskin berkurang 0,49 persen atau secara
absolut telah terjadi penurunan jumlah penduduk miskin sekitar 10,7
ribu jiwa.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 89


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Grafi 2.3. Presentase Penduduk Miskin Sulawesi Utara dan Indonesia Tahun
2011-2014

14
12.36 11.96
11.66 11.46
12 11.36 11.25
10.95

10
8.46 8.5 8.75
8.18 7.88 8.26
7.63
8
Sulut

6 Indonesia

0
Sept'11 Maret'12 Sept'12 Maret'13 Sept'13 Maret'14 Sept'14

Sumber : Sulut Dalam Angka 2014

Pada Periode September 2011 – September 2014 tingkat


kemiskinan Provinsi Sulawesi Utara selalu di bawah angka
nasional. Secara tren pada periode September 2012 – Maret 2014
menunjukkan kenaikan angka kemiskinan di Provinsi Sulawesi
Utara tetapi dengan angka kenaikan yang relatif kecil. Data
September 2014 menunjukkan tingkat kemiskinan secara nasional
sebesar 10,96 persen atau setara dengan 27.727,78 ribu jiwa.

Tingkat kemiskinan dihitung berdasarkan proporsi jumlah


penduduk yang pengeluaran perkapitanya dibawah garis
kemiskinan terhadap total populasi di suatu wilayah. Secara
umum dari tahun ke tahun tingkat kemiskinan Sulawesi Utara
selalu berada dibawah angka nasional. Namun demikian angka
tersebut menunjukan kecenderungan untuk meningkat terutama
pada periode 2012-2013 yang meningkat dari 7,64 persen menjadi
8,50 persen. Jumlah penduduk miskin Sulawesi Utara pada tahun
2011 berkisar 194,9 ribu jiwa, sempat menurun pada tahun 2012
namun kemudian meningkat pada tahun 2013 menjadi 200,16
ribu jiwa.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 90


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Tabel.2.35 Jumlah dan Presentase Penduduk Miskin Provinsi Sulawesi


Utara Tahun (000)

Daerah / Tahun Jumlah Penduduk Miskin (000) Persentase

Perkotaan
September 2013 65,36 6,12
Maret 2014 59,18 5,51
September 2014 60,08 5,57
Perdesaan
September 2013 135,73 10,45
Maret 2014 149,05 11,41
September 2014 137,48 10,47
Sulawesi Utara
September 2013 201,09 8,5
Maret 2014 208,23 8,75
September 2014 197,56 8,26
Sumber : Berita Resmi Statitik 2014

Penduduk miskin di Sulawesi Utara masih didominasi


penduduk di daerah pedesaan. Dari 197,56 ribu jiwa penduduk
miskin pada September 2014, sebanyak 137,48 ribu jiwa tinggal
di daerah perdesaan, dan di perkotaan hanya 60,08 ribu jiwa.
Jumlah itu juga memberi arti bahwa di perkotaan tingkat
kemiskinan sebesar 5,57 persen sedangkan di perdesaan 10,47
persen. Tingkat kemiskinan Provinsi Sulawesi Utara pada Periode
Maret – September 2014, terjadi kenaikan di daerah urban
(perkotaan) sebesar 0,06 persen atau absolut jumlah penduduk
miskin naik sebanyak 0,9 ribu jiwa, sedangkan di daerah rural
(perdesaan) mengalami penurunan sebesar 0,94 persen atau
secara absolut jumlah penduduk miskin turun sebanyak 11,6
ribu jiwa.
Di tahun 2014 daerah pedesaan masih menjadi kantong
kemiskinan Sulawesi Utara. Dari 197,56 ribu penduduk miskin
Sulawesi Utara, 137.48 ribu jiwa diantaranya berada di
perdesaan. Tingkat perdesaan semakin menegaskan bahwa
kemiskinan masih merupakan masalah yang serius di daerah
perdesaan Sulawesi Utara.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 91


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Grafik 2.4. Jumlah Penduduk Miskin menurut daerah (000 jiwa), 2011-2014

135.1 137.48

117.65
110.7

77.25
66.8 65.36
60.08

Perdesaan
Perkotaan

2011 2012 2013 2014

Sumber : Sulut Dalam Angka 2014

Tabel. 2.36. Jumlah dan Presentase Penduduk Miskin menurut


Kabupaten/Kota di Sulawesi Utara 2011-2014 (000)
2012 2013 2014
Kabupaten/Kota
Jlh % Jlh % Jlh %
Bolaang Mongondow 18,6 8,60 16,9 7,68 20,2 8,91
Minahasa 24,9 7,93 22,8 7,16 28,5 8,81
Kepulauan Sangihe 14,9 11,69 13,6 10,66 15,7 12,19
Kepulauan Talaud 8,9 10,05 7,7 9,06 9 10,27
Minahasa Selatan 18,8 9,48 17,1 8,61 20,4 10,08
Minahasa Utara 14,1 7,38 12,8 6,69 15,7 8,02
Bolaang Mongondow Utara 6,4 8,98 5,8 8,81 7,2 9,61
Kepulauan Sitaro 6,7 10,38 6,1 9,48 7,4 11,36
Minahasa Tenggara 15,8 15,35 14,6 14,24 16,6 16,1
Bolaang Mongondow Selatan 9,6 16,57 8,7 15,07 9,2 15,28
Bolaang Mongondow Timur 4,5 6,93 4,1 6,2 4,6 6,92
Manado 22,4 5,40 20,4 4,91 20,5 4,88
Bitung 16,1 8,46 14,7 7,45 12,9 6,45
Tomohon 6,1 6,56 5,6 5,82 6,4 6,57
Kotamobagu 7,2 6,64 6,6 5,85 6,9 5,98
Sumber : BPS Sulut, 2015.

Terdapat 9 kabupaten/kota di Sulawesi Utara yang mempunyai


tingkat kemiskinan provinsi Sulawesi Utara (8,50 persen) dengan
angka tertinggi adalah Minahasa Tenggara sebesar 16,10 persen.
Enam kabupaten/kota lainnya tingkat kemiskinannya lebih rendah
daripada tingkat kemiskinan provinsi dengan angka terendah Kota
Manado sebesar 4,88 persen. Untuk tahun-tahun sebelumnya

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 92


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan merupakan Daerah dengan


penduduk miskin terbanyak di Sulawesi Utara.

Grafik 2.5. . Perbandingan Persentase Penduduk Miskin di Wilayah


Pulau Sulawesi, September 2014

8.26
Sulawesi Utara
9.54
Sulawesi Selatan
12.05
Sulawesi Barat
12.77
Sulawesi Tenggara
13.61
Sulawesi Tengah
17.41
Gorontalo

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
Sumber : Sulut Dalam Angka 2014

Tingkat Kemiskinan Provinsi Sulawesi Utara pada September


2014 secara nasional berada di peringkat kedua puluh satu
terendah, namun di wilayah Pulau Sulawesi, Provinsi Sulawesi
Utara berada di urutan terendah.
Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi
oleh Garis Kemiskinan. Sulawesi Utara, Garis Kemiskinan naik
sebesar Rp.5.412 atau 2,07 persen yaitu dari Rp. 261.117 per
kapita per bulan pada maret 2014 menjadi Rp. 266.538 per kapita
per bulan September 2014.
Tabel.2. 37. Garis Kemiskinan, Jumlah dan Presentase Penduduk
Miskin Menurut Daerah di Sulawesi Utara, Maret –
September 2014
Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln) Jumlah
Persentase
Penduduk
Sulawesi Utara Penduduk
Non Miskin
Makanan Total Miskin
Makanan (000)

September 2013 194.294 55.954 250.249 201,09 8,5

Maret 2014 202.569 58.547 261.117 208,23 8,75

September 2014 206.820 59.708 266.528 197,56 8,26

Sumber : Berita Resmi Statitik 2014

Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK),


yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis
Kemiskinan Non Makanan (GKNM), terlihat bahwa peranan
komoditi makanan jauh lebih besar dibandingkan peranan
komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan
kesehatan). Pada bulan Maret 2014, sumbangan GKM terhadap

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 93


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

GK sebesar 77,58 persen, sedangkan pada bulan September 2014,


peranannya mengalami sedikit kenaikan 77,60 persen.
Persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar berapa jumlah
dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu
diperhatikan adalah Tingkat Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap)
dan Keparahan Kemiskinan (Poverty Severty). Selain harus mampu
memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan penanggulangan
kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat
kedalaman kemiskinan dan keparahan kemiskinan.
Tabel.2.38. Kondisi Indek Kedalaman Kemiskinan (P’) dan kondisi
Indeks Keparahan Kemiskinan (P”) tahun 2013-2014

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P') Sulawesi Utara

September 2013 1,155


Maret 2014 1,205

September 2014 1,279

Indeks Keparahan Kemiskinan (P") Sulawesi Utara

September 2013 0,281

Maret 2014 0,257

September 2014 0,299


Sumber : Berita Resmi Statitik 2014

Pada Periode Maret – September 2014, Indeks Kedalaman


Kemiskinan (P’) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P”) mengalami
sedikit kenaikan dengan angka yang tidak signifikan. Nilai Indeks
(P’) menunjukan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran
masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan.
Semakin tinggi nilai Indeks, semakin besar rata-rata kesenjangan
terhadap garis kemiskinan.
Indeks ini digunakan sebagai dasar perhitungan beberapa
subsidi yang diperlukan untuk mengentaskan penduduk miskin.
Sementara itu nilai Indeks (P”) menunjukkan ketimpangan
pengeluaran di antara penduduk miskin. Semakin tinggi Nilai
Indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara
penduduk miskin. Dengan naiknya indeks (P’) yang tidak begitu
signifikan selama periode Maret –September 2014
mengindikasikan bahwa rata-rata jarak kedalaman kemampuan
konsumsi penduduk miskin terhadap garis kemiskinan relatif
tetap dibandingkan periode yang lalu. Sedangkan kenaikan (P”)
menunjukkan bahwa besarnya variasi pengeluaran konsumsi
penduduk miskin semakin membesar.
Perkembangan kemiskinan Provinsi Sulawesi Utara dari
Maret 2015 ke September 2015 mengalami kenaikan. Hal yang

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 94


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

sama juga terlihat ketika membandingkan secara year to year


(September 2014 ke September 2015) bahwa tingkat kemiskinan
Provinsi Sulawesi Utara juga mengalami kenaikan. Berdasarkan
hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) September 2015
diketahui bahwa tingkat kemiskinan Sulawesi Utara pada
September 2015 sebesar 8,98 persen atau sebanyak 217,15 ribu
jiwa (lihat Tabel 1). Sementara data Maret 2015 tingkat
kemiskinan Provinsi Sulawesi Utara tercatat sebesar 8,65 persen
atau 208,54 ribu jiwa, sedangkan data September 2014 tingkat
kemiskinan Provinsi Sulawesi Utara tercatat sebesar 8,26
persen atau 197,56 ribu jiwa. Dengan kata lain tingkat
kemiskinan September 2015 dibandingkan dengan Maret 2015
naik 0,33 persen dan secara absolut jumlah penduduk miskin
naik sekitar 8,61 ribu jiwa dan jika dibandingkan dengan
September 2014 persentase penduduk miskin naik 0,72 persen
sedangkan secara absolut jumlah penduduk miskin naik sekitar
19,59 ribu jiwa.

Tabel 2.39. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Perkotaan dan


Perdesaan Provinsi Sulawesi Utara, September 2014 - September 2015

Daerah / Tahun Jumlah Penduduk Miskin Persentase


Perkotaan (000)
September 2014 60,0 5,57
Maret 2015 8
60,7 5,52
September 2015 1
58,0 5,26
0

Perdesaan
September 2014 137,4 10,47
Maret 2015 8
147,8 11,27
September 2015 3
159,1 12,10
4

Perkotaan + Perdesaan
September 2014 197,5 8,26
Maret 2015 6
208,5 8,65
September 2015 4
217,1 8,98
5
Kenaikan tingkat kemiskinan Provinsi Sulawesi Utara
pada September 2015 diakibatkan oleh adanya musim kemarau
yang berkepanjangan yang terjadi sejak triwulan II tahun 2015.
Musim kemarau ini juga dirasakan tidak hanya di Sulawesi Utara
tetapi juga dibanyak provinsi di Indonesia. Penyimpangan perubahan
iklim yang dinamakan “Elnino” menyebabkan suhu di laut
menjadi dingin sehingga sangat sulit untuk membentuk awan-awan
hujan dan akhirnya banyak wilayah di Indonesia tidak mengalami
turun hujan. Hal ini mengakibatkan banyak tanaman pangan dan
perkebunan mengalami kekeringan, mati bahkan gagal panen. Di
samping itu cuaca ekstrim juga terjadi di Sulawesi Utara pada periode

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 95


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Juli-September 2015. Peringatan dilarang melaut kepada nelayan


pernah dikeluarkan oleh BMKG yang juga berimbas kepada pelayaran
yang menuju ke wilayah kepulauan. Terhambatnya pelayaran barang
dan penumpang menuju kepulauan mengakibatkan terganggunya
pergerakan ekonomi di wilayah kepulauan.
Penduduk miskin di Sulawesi Utara masih didominasi
penduduk di daerah perdesaan. Dari 217,15 ribu jiwa penduduk
miskin pada September 2015, sebanyak 159,14 ribu jiwa tinggal di
daerah perdesaan, sementara di perkotaan hanya 58,00 ribu jiwa.
Jumlah itu juga memberi arti bahwa di perkotaan tingkat
kemiskinan sebesar 5,26 persen sedangkan di perdesaan 12,10
persen. Terjadi penurunan tingkat kemiskinan pada periode Maret
2015 - September 2015 di daerah urban (perkotaan) yaitu sebesar
0,26 persen dan secara absolut jumlah penduduk miskin turun
sebanyak 2,71 ribu jiwa. Sementara daerah rural (perdesaan) terjadi
kenaikan tingkat kemiskinan sebesar 0,83 persen atau secara
absolut jumlah penduduk miskin naik sebanyak 11,31 ribu jiwa.
Kenaikan tingkat kemiskinan di daerah perdesaan
dimungkinkan disebabkan oleh musim panas yang berkepanjangan
yang menyebabkan banyak petani tanaman pangan dan perkebunan
mengalami kerugian akibat ribuan tanaman muda (baru ditanam)
mati padahal petani telah mengeluarkan banyak biaya untuk
mengadakan bibit dan pemeliharaan tanaman tersebut. Bahkan juga
ada tanaman yang gagal panen karena mati kekeringan dan
kebakaran sehingga berimplikasi pada kerugian petani secara
material (Berita Kawanua, Okt 2015). Para pekerja/buruh tani juga
mungkin dirugikan dengan kejadian ini karena banyak yang tidak
bekerja selama periode panen. Ini terjadi di beberapa wilayah di
Sulawesi Utara, beberapa daerah yang cukup parah yaitu wilayah
Kabupaten Minahasa dan Minahasa Selatan. Sementara di
perkotaan sebaliknya mengalami penurunan tingkat kemiskinan
karena tidak terlalu merasakan pengaruh dari kekeringan
tanaman. Walaupun terjadi inflasi atau kenaikan harga barang-
barang akan tetapi penduduk perkotaan masih bisa
mempertahankan daya belinya karena terjadi perbaikan atau
peningkatan pendapatan.
Begitu pula dengan ketimpangan pengeluaran diantara
penduduk miskinnya. Hal ini menunjukkan program
penanggulangan kemiskinan daerah yang ada belum mampu secara
signifikan menurunkan angka indeks ini sehingga perlu adanya
perbaikan kebijakan. Disadari bahwa kebijakan berkelanjutan
sangat diperlukan untuk mengurangi angka kemiskinan, melalui
pendekatan dari sisi keluarga miskin dengan pemetaan sosial (social
mapping). Pemetaan dilakukan di wilayah pemerintahan yang paling
rendah minimal di tingkat kecamatan, sehingga akan mendapatkan
data riil keadaan keluarga miskin. Informasi yang diperoleh menjadi
dasar penentuan program-program penanggulangan kemiskinan.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 96


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

2.2.2. Fokus Kesejahteraan Sosial


2.2.2.1. Indeks Pembangunan Manusia

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mengukur capaian


pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas
hidup. Sebagai ukuran kualitas hidup, IPM dibangun melalui
pendekatan tiga dimensi dasar. Dimensi tersebut mencakup umur
panjang dan sehat; pengetahuan, dan kehidupan yang layak. Ketiga
dimensi tersebut memiliki pengertian sangat luas karena terkait
banyak faktor.

Tabel 2.40. IPM Provinsi Sulawesi Utara dibandingkan dengan provinsi


lainnya di Indonesia, 2015
Provinsi IPM
2010 2011 2012 2013 2014
ACEH 67,09 67,45 67,81 68,30 68,81
SUMATERA UTARA 67,09 67,34 67,74 68,36 68,87
SUMATERA BARAT 67,25 67,81 68,36 68,91 69,36
RIAU 68,65 68,90 69,15 69,91 70,33
JAMBI 65,39 66,14 66,94 67,76 68,24
SUMATERA SELATAN 64,44 65,12 65,79 66,16 66,75
BENGKULU 65,35 65,96 66,61 67,50 68,06
LAMPUNG 63,71 64,20 64,87 65,73 66,42
KEP. BANGKA BELITUNG 66,02 66,59 67,21 67,92 68,27
KEPULAUAN RIAU 71,13 71,61 72,36 73,02 73,40
DKI JAKARTA 76,31 76,98 77,53 78,08 78,39
JAWA BARAT 66,15 66,67 67,32 68,25 68,80
JAWA TENGAH 66,08 66,64 67,21 68,02 68,78
D I YOGYAKARTA 75,37 75,93 76,15 76,44 76,81
JAWA TIMUR 65,36 66,06 66,74 67,55 68,14
BANTEN 67,54 68,22 68,92 69,47 69,89
BALI 70,10 70,87 71,62 72,09 72,48
NTB 61,16 62,14 62,98 63,76 64,31
NTT 59,21 60,24 60,81 61,68 62,26
KALIMANTAN BARAT 61,97 62,35 63,41 64,30 64,89
KALIMANTAN TENGAH 65,96 66,38 66,66 67,41 67,77
KALIMANTAN SELATAN 65,20 65,89 66,68 67,17 67,63
KALIMANTAN TIMUR 71,31 72,02 72,62 73,21 73,82
KALIMANTAN UTARA 67,99 68,64
SULAWESI UTARA 67,83 68,31 69,04 69,49 69,96
SULAWESI TENGAH 63,29 64,27 65,00 65,79 66,43
SULAWESI SELATAN 66,00 66,65 67,26 67,92 68,49
SULAWESI TENGGARA 65,99 66,52 67,07 67,55 68,07
GORONTALO 62,65 63,48 64,16 64,70 65,17
SULAWESI BARAT 59,74 60,63 61,01 61,53 62,24
MALUKU 64,27 64,75 65,43 66,09 66,74
MALUKU UTARA 62,79 63,19 63,93 64,78 65,18
PAPUA BARAT 59,60 59,90 60,30 60,91 61,28
PAPUA 54,45 55,01 55,55 56,25 56,75
INDONESIA 66,53 67,09 67,70 68,31 68,90
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Utara, 2015.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 97


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Untuk mengukur dimensi kesehatan, digunakan angka harapan


hidup waktu lahir. Selanjutnya untuk mengukur dimensi
pengetahuan digunakan gabungan indikator angka melek huruf dan
rata-rata lama sekolah.

Tabel 2.41. Komoditi Kebutuhan Pokok sebagai Dasar Penghitungan


Daya Beli (PPP)

Komoditi Unit Komoditi Unit

1. Beras Lokal Kg 15. Pepaya Kg


2. Tepung terigu Kg 16. Kelapa Butir
3. Singkong Kg 17. Gula Ons
4. Tuna/Cakalang Kg 18. Kopi Ons
5. Teri Ons 19. Garam Ons
6. Daging sapi Kg 20. Merica Ons
7. Ayam Kg 21. Mie instan 80 Gram
8. Telur Butir 22. Rokok Kretek 10 batang
9. Susu kental manis 397 Gram 23. Listrik Kwh
10. Bayam Kg 24. Air minum M3
11. Kacang panjang Kg 25. Bensin Liter
12. Kacang tanah Kg 26. Minyak tanah Liter
13. Tempe Kg 27. Sewa rumah Unit
14. Jeruk Kg

Adapun untuk mengukur dimensi hidup layak digunakan indikator


kemampuan daya beli masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan
pokok yang dilihat dari rata-rata besarnya pengeluaran per kapita
sebagai pendekatan pendapatan yang mewakili capaian pembangunan
untuk hidup layak. Komponen Indeks Pembangunan Manusia

a. Angka Harapan Hidup. Angka Harapan Hidup (AHH) pada


waktu lahir merupakan rata-rata perkiraan banyak tahun yang
dapat ditempuh oleh seseorang selama hidup.
b. Angka Melek Huruf. Angka melek huruf adalah persentase
penduduk usia 15 tahun keatas yang dapat membaca dan
menulis huruf latin dan atau huruf lainnya.
c. Rata-Rata Lama Sekolah. Rata-rata lama sekolah
menggambarkan jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk
usia 15 tahun keatas dalam menjalani pendidikan formal.
d. Pengeluaran Riil per Kapita yang disesuaikan. UNDP mengukur
standar hidup layak menggunakan Produk Domestik Bruto
(PDB) riil yang disesuaikan, sedangkan BPS dalam menghitung
standar hidup layak menggunakan rata-rata pengeluaran per
kapita riil yang disesuaikan dengan formula Atkinson.
Keterangan:
C(i) = PPP dari nilai riil pengeluaran per kapita.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 98


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Z = Batas tingkat pengeluaran yang ditetapkan secara arbiter


sebesar Rp549.500 per kapita per tahun atau Rp 1.500 per
kapita per hari

2.2.3. Fokus Seni Budaya dan Olahraga


2.2.3.1. Seni Budaya
Budaya masyarakat Sulawesi Utara sangat dipengaruhi oleh karakter
masyarakat yang terdiri dari: Suku Minahasa, Suku Sangihe, Suku
Talaud, Suku Bolaang, dan Suku Mongondow. Masing-masing
kelompok etnis tersebut masih terbagi pula dalam sub etnis yang
memiliki bahasa daerah, tradisi, dan norma-norma kemasyarakatan
yang khas serta diperkuat semangat Mapalus, Mapaluse, dan
Moposad.

Dilihat dari unsur budaya bahasa, maka Sulawesi Utara memiliki tiga
jenis bahasa daerah yaitu:
a. Bahasa Minahasa (Toulour, Tombulu, Tonsea, Tontemboan,
Tonsawang, Pasan, Ponosakan, dan Bantik).
b. Bahasa Sangihe dan Talaud (Sangir Besar, Siau, dan Talaud).
c. Bahasa Bolaang dan Mongondow (Boroko, Bolangitang, Bolaang,
Mongondow, Bintauna, Kaidipang, Bolango, dan Bantik
Mongondow).
Namun demikian Bahasa Indonesia adalah Bahasa Nasional yang
digunakan dan dimengerti dengan baik oleh sebagian besar penduduk
Sulawesi Utara. Agama yang dianut oleh penduduk di Provinsi
Sulawesi Utara adalah Protestan, Katolik, Islam, Hindu, Budha, dan
Konghucu. Seni Budaya di Sulawesi Utara cukup berkembang yang
tersebar di masyarakat luas. Hal ini dikembangkan melalui program
menggali, menginventarisasi keunggulan, dan keragaman seni budaya
yang dikemas dalam pelaksanaan festival seni budaya berskala
nasional dan internasional. Dikembangkan dengan kerjasama sektor
terkait dan organisasi masyarakat. Indikator dari perkembangan seni
budaya diperlihatkan pada Tabel 2.16.

Tabel 2.42. Indikator Perkembangan Seni dan Budaya Provinsi Sulawesi


Utara, 2011-2014
Indikator 2011 2012 2013 2014
Benda Cagar
52 52 52 52
Budaya
Juru Pelihara 57 57 56 52
Museum 1 1 1 1
Organisasi
105 120 120 120
Kesenian
Seniman 232 310 310 310
Jenis Kesenian 14 16 20 20
Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sulawesi Utara, 2014.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 99


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata RI telah menetapkan


Sulawesi Utara sebagai salah satu dari lima destinasi wisata unggulan
di Indonesia. Salah satu yang menjadi unggulan Sulawesi Utara
adalah keunikan seni dan budaya daerah yang dimiliki, seperti Musik
Kolintang, Musik Bambu, Tari Maengket, Tari Kabasaran, Tari Tuitan,
Tari Wella, Tulude, Masamper, dsb. Dalam rangka melestarikan seni
budaya daerah dan mengembangkannya sebagai daya tarik wisata,
maka pemerintah membuat paket-paket wisata ataupun pergelaran-
pergelaran seni budaya, seperti Festival Bunaken, pemilihan Nyong-
Noni Sulawesi Utara, dll. Pelestarian seni budaya dan
pengembangannya dilakukan bekerjasama dengan pihak-pihak
swasta atau organisasi masyarakat yang bergerak di bidang
kepariwisataan. Selain itu, dilakukan perencanaan dan pembangunan
museum atau pusat seni budaya daerah. Demikian pula peran
tenaga-tenaga ahli dan kaum profesional di bidang kebudayaan dan
pariwisata sangat diperlukan dimana mereka membutuhkan
peningkatan kemampuan SDM dan penguasaan IPTEK. Hal ini akan
menjadi sangat penting untuk pelestarian, pengembangan, dan
promosi seni budaya daerah.

Adapun beberapa upaya pemerintah dalam mempromosikan


pariwisata daerah Sulawesi Utara meliputi pembentukan Badan
Promosi Pariwisata Daerah pada 2009, berdasarkan Undang-Undang
RI Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, kerjasama berupa
Memorandum of Understanding dengan Provinsi Bali (paket wisata,
promosi pariwisata), pembuatan paket-paket wisata lokal, promosi
seni budaya ke mancanegara berupa pergelaran-pergelaran lokal
daerah yang dibawa ke pentas internasional, dan pembuatan Branding
Sulawesi Utara yang representatif untuk diusung ke dunia
Internasional.

2.2.3.2. Olah Raga


Salah satu bagian dari Pembinaan Pemuda yaitu melalui olahraga.
Prestasi olahraga dalam berbagai even sudah cukup baik, namun
masih perlu peningkatan kesadaran berolahraga dikalangan
masyarakat luas, pembibitan olahraga, dan peningkatan jumlah ruang
publik untuk olahraga yang bisa dimanfaatkan oleh lembaga
pendidikan dan masyarakat luas. Diharapkan dengan peningkatan
ruang publik untuk olahraga, pembibitan, dan penemuan bibit unggul
daerah di bidang olahraga bisa membudayakan olah raga di
masyarakat. Adapun permasalahan yang masih dihadapi di bidang
olahraga adalah masih rendahnya budaya berolahraga di kalangan
masyarakat, serta kurangnya pembibitan olahraga dan penyediaan
ruang publik untuk berolahraga.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 100


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Penyelenggaraan keolahragaan di Indonesia diatur dalam


UndangUndang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan
Nasional (SKN). Setiap warga negara diberi hak yang sama untuk
melakukan kegiatan olahraga, memperoleh pelayanan dalam kegiatan
olahraga, memilih dan mengikuti jenis atau cabang olahraga yang
sesuai dengan bakat dan minatnya. Selanjutnya, semua unsur yaitu
orang tua, masyarakat, dan pemerintah berkewajiban untuk berperan
serta dalam perencanaan, pengembangan, pelaksanaan, dan
pengawasan kegiatan keolahragaan. Berdasarkan data dari BPS
sampai dengan saat ini, apresiasi masyarakat dalam berolahraga
masih rendah. Berdasarkan hasil Susenas MSBP Tahun 2014,
penduduk berumur 10 tahun ke atas yangmelakukan olahraga hanya
sekitar 25 persen saja. Hal ini berarti dari 100penduduk Indonesia
berumur 10 tahun ke atas, ada 25 orang yang aktifberpartisipasi
dalam kegiatan olahraga, sedangkan 75 orang lainnyatidak
melakukan olahraga. Dibedakan menurut tempat tinggal,
tingkatpartisipasi olahraga penduduk perkotaan lebih tinggi
dibandingkandengan penduduk perdesaan. Sementara itu, partisipasi
penduduk lakilaki lebih tinggi 9,29 persen dari partisipasi perempuan
dalam melakukan olah raga.

Ditinjau dari motivasi penduduk melakukan olah raga, mayoritas


penduduk (66,63 persen) melakukan olahraga dengan tujuan menjaga
kesehatan. Sementara itu, hanya sebagian kecil saja dari mereka yang
melakukannya dengan tujuan prestasi dan rekreasi yaitu masing-
masing sebesar 8,06 persen dan 3,27 persen. Selanjutnya dari sisi
frekuensi berolah raga, sebesar 66,68 persen penduduk berumur 10
Tahun ke atas berolah raga setidaknya satu hari dalam seminggu.
Sementara itu, penduduk 10 Tahun ke atas yang berolahraga selama
2-4 hari dalam seminggu sebesar 24,92 persen. Hanya sekitar 5
persen penduduk 10 Tahun ke atas yang berolahraga hampir setiap
hari. Adapun intensitas berolahraga yaitu berapa menit dalam sehari
seseorang melakukan olahraga. Hasil Susenas MSBP 2012
menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk melakukan olahraga
dengan intensitas tidak lebih dari satu jam dalam sehari. Persentase
penduduk yang melakukan olahraga rata-rata 31-60 menit dalam
sehari sebesar 50,14 persen dan 10-30 menit sebesar 34,02 persen.
Jalur sekolah merupakan wadah olah raga yang paling banyak
diakses penduduk untuk berolah raga, persentase penduduk 10
tahun ke atas yang melakukan olah raga melalui jalur sekolah adalah
sebesar 56,06 persen. Selain sekolah, cukup banyak penduduk
berolah raga dengan jalur sendiri, yaitu sebesar 26,75 persen.
Sementara yang melakukan olah raga dengan memanfaatkan jalur
perkumpulan olahraga sebesar 12,92 persen dan yang tempat bekerja
sebesar 7,14 persen. Sisanya adalah dengan memanfaatkan jalur
lainnya (7,57 persen).

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 101


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Berdasarkan data dari BPS, senam, jogging, dan sepak bola adalah
tiga jenis olah raga yang paling banyak diminati penduduk. Dibedakan
dari tempat tinggal, penduduk perkotaan lebih menyukai jenis olah
raga yang dapat dilakukan sendiri seperti jogging yang mana
persentase penduduk perkotaan yang melakukan jogging/gerak jalan
adalah sebesar 24,05 persen. Sebaliknya, penduduk di daerah
perdesaan, umumnya lebih menyukai jenis olahraga berbentuk
permainan dan dilakukan bersama-sama atau berkelompok, seperti
senam, sepak bola, dan bola voli. Misal untuk permainan bola voli,
persentase penduduk perdesaan yang melakukan bola voli adalah
sebesar 12,93 persen atau hampir tiga kali dari persentase penduduk
perkotaan yang melakukan bola voli.

Ketersediaan fasilitas olahraga baik fisik dan non fisik dapat


mendukung peningkatan partisipasi penduduk dalam berolah raga.
Berdasarkan data Podes 2014, persentase desa/kelurahan yang
memiliki fasilitas olah raga fisik berupa lapangan bola voli adalah
sebesar 66,89 persen. Selanjutnya persentase desa yang memiliki
lapangan sepak bola sebesar 54,38 persen, dan lapangan bulu tangkis
sebesar 42,34 persen. Untuk fasilitas olah raga non fisik seperti
perkumpulan olah raga, tiga kelompok kegiatan olahraga yang paling
banyak tersedia di desa/kelurahan adalah kelompok olah raga sepak
bola, bola voli, dan bulu tangkis.

2.3. Aspek Pelayanan Umum


2.3.1. Fokus Layanan Urusan Wajib Pelayanan Dasar
2.3.1.1. Pendidikan
Pendidikan merupakan tanggung jawab semua pihak meski secara
khusus pemerintah mendapatkan mandat untuk menyelenggarakan
pendidikan. Oleh karena itu, peran institusi swasta baik BUMN, pihak
swasta, maupun organisasi sosial sangat dibutuhkan untuk
memajukan pendidikan di Sulawesi Utara. Dengan peran serta
lembaga-lembaga terkait, diharapkan dapat membantu meringankan
beban pemerintah guna memajukan pendidikan di wilayah ini. Saat
ini, tidak sedikit institusi yang berperan aktif memajukan pendidikan
melalui kegiatan corporate social resposibilitiy (CSR). Sebagai contoh:
pihak Pertamina telah membangun satu unit gedung di Universitas
Sam Ratulangi untuk kegiatan penelitian dan pengembangan, pihak
pengembangan properti PT.Citraland yang membangun Sekolah Citra
Kasih Citraland, dan Pengusaha Sulawesi Utara yang mendirikan
Sekolah Internasional Lokon di Tomohon dan Manado Internasional
School.
Kemampuan berbahasa inggris di tingkat pendidikan dasar,
menengah, dan tinggi di hampir semua sekolah pada dasarnya masih
perlu dikembangkan. Hal ini diakibatkan oleh beberapa hal

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 102


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

diantaranya kemampuan guru yang seringkali kurang memadai untuk


memenuhi tuntutan siswa terutama siswa-siswa yang punya
kemampuan tinggi dalam berbahasa dan punya sarana belajar yang
lebih canggih dari pada gurunya sendiri. Sistim belajar mengajar
sering bersifat monoton, kurang variasi, dan kurang menarik sehingga
siswa menjadi bosan, tidak tertarik untuk belajar. Di kelas, siswa
seringkali hanya diberi teori-teori, kaidah-kaidah dan hukum-hukum
bahasa, bukannya aplikasi kaidah-kaidah dan hukum-hukum itu
dalam penggunaan praktisnya sehingga siswa tidak merasakan
manfaatnya belajar bahasa Inggris. Beberapa sekolah bertaraf
internasional seperti Sekolah Citra Kasih Citraland-Manado, SMA
Lokon Tomohon dan Manado International School sudah menunjukkan
standar internasional dalam hal kemampuan berbahasa Inggris.
Sebagian guru pengajar di sekolah ini adalah native speaker yang
didatangkan dari Inggris, Amerika, dan Australia.

Selanjutnya, pola perilaku anak yang mencerminkan karakter


masyarakat yang berbudaya pada dasarnya dibangun dari dalam
keluarga sebagai lingkungan pertama yang mendapat kesempatan
membentuk karakter anak. Dalam hal ini diantaranya melalui
perhatian, kasih sayang serta penerapan budi pekerti yang baik dari
orang tua terhadap anaknya. Peran sekolah sebagai sarana
pengajaran dan pendidikan turut mempengaruhi pula tingkat
perkembangan budi pekerti seorang anak. Namun pengajaran budi
pekerti di hampir semua sekolah di Sulawesi Utara belum diberikan
secara mandiri, dalam arti masih terintegrasi dengan mata pelajaran
lain. Mata pelajaran yang dimaksud adalah Pendidikan Agama
ataupun Pendidikan Pancasila, namun pada umumnya para pendidik
jarang sekali menyentuh mengenai pendidikan budi pekertinya,
karena dalam mata pelajaran tersebut yang lebih sering diajarkan
pada materi yang sifatnya kontekstual saja. Tahun 2011, kurikulum
di tingkat sekolah dasar seluruh kabupaten/kota se-Sulawesi Utara
mengadopsi program membangun tanpa korupsi sebagai bagian dari
upaya membangun budi pekerti yang jujur, disiplin dan transparan.
Program ini sudah mulai dilaksanakan di beberapa sekolah dalam
bentuk kantin kejujuran.

Tenaga pendidik dan kependidikan seperti guru merupakan ujung


tombak untuk hal tersebut, ironisnya nasib para guru kurang
mendapat perhatian dari penyelenggara negara secara signifikan
khususnya tenaga guru yang ditempatkan di daerah terpencil, daerah
kepulauan, dan daerah perbatasan. Hal tersebut dapat diamati dari
rendahnya kesejahteraan guru dan keluarganya. Di lain pihak, untuk
meningkatkan profesionalisme guru melalui pendidikan formal saat
ini relatif sulit karena biaya pendidikan yang kian mahal.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 103


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

a. Angka Partisipasi Kasar dan Angka Partisipasi Murni


Kualitas pendidikan suatu daerah dapat dilihat salah satunya dari
tingkat buta huruf atau melek huruf penduduk daerah tersebut. Data
menunjukkan, di Sulawesi Utara terdapat beberapa kabupaten dan
kota yang memiliki tingkat buta huruf di atas angka provinsi
diantaranya Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dan Kabupaten
Kepulauan Sangihe.

Tahun 2015 Angka partisipasi kasar (APK) pada jenjang pendidikan


SD/MI mencapai 109,20%, jenjang pendidikan SMP/MTs mencapai
80,50%, jenjang pendidikan MA/MA/sederajat mencapai 83,90%.
Sedangkan untuk Angka partisipasi Murni (APM) Tahun 2015 bagi
jenjang pendidikan SD/MI/sederajat mencapai 94,20%, jenjang
pendidikan SMP/MTs mencapai 73,45%, jenjang pendidikan
SMA/MA/sederajat mencapai 62,30%.

Tabel. 2.43. Angka Partisipasi Kasar Penduduk Sulawesi


Utara 2003-2015 Gross Enrollment Ratio ( G E R ) in
Sulawesi Utara, 2003-2015
Tahun/Year SD/MI SMP/Mts SMA/MA
1 2 3 4

2003 105,8 93,75 59,96


2004 105,87 90,79 69,03
2005 106,93 86,16 69,74
2006 112,7 83,71 67,53
2007 114,53 87,89 71,58
2008 115,43 90,09 70,76
2009 116,83 82,21 71,67
2010 115,61 82,92 71,31
2011 102,31 92,46 75,71
2012 104,69 94,02 74,58
2013 107,39 84,68 80,88
2014 108,86 87,7 83,48
2015 109,20 80,50 83,90
Sumber: BPS-RI, Susenas 2003-2014,
Note:

** Mulai tahun 2007 dan tahun-tahun berikutnya APK mencakup pendidikan


non formal (paket A setara SD/MI, paket B setara SMP/MTs dan paket C setara
SM/SMK/MA)

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 104


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Tabel 2.44. Indikator Pembangunan Pendidikan Provinsi


Sulawesi Utara, 2003-2015 Angka Partisipasi Murni (APM)
Provinsi Sulawesi Utara 2003-2015 Net Enrollment Ratio ( N E R
) in Sulawesi Utara 2003 - 2015
Tahun/Year SD/MI SMP/Mts SM/MA
2003 89,18 68,33 44,42
2004 88,26 67,87 50,71
2005 90,64 65,86 50,02
2006 90,4 66,03 48,78
2007 90,75 66,25 50,45
2008 91,17 66,58 50,45
2009 91,9 66,69 50,46
2010 92,25 67,07 50,7
2011 85,88 60,94 50,15
2012 87,78 62,39 51,15
2013 91,61 64,55 57,26
2014 93,42 72,32 61,69
2015 94,20 73,45 62,30
Sumber: BPS-RI, Susenas 2003-2014, Dinas Pendidikan NAsional Prov.
Sulut
** Mulai tahun 2007 dan tahun-tahun berikutnya APM
mencakup pendidikan non formal (paket A setara SD/MI,
paket B setara SMP/MTs dan paket C setara SM/SMK/MA)

Meskipun demikian, pemerintah melakukan berbagai terobosan untuk


meningkatkan akses masyarakat untuk mendapatkan pendidikan
berkualitas, antara lain adanya rintisan sekolah standar nasional
(SSN) dengan jumlah 245 sekolah dan Sekolah Bertaraf Internasional
(SBI) dengan jumlah 22 sekolah. Saat ini Sulawesi Utara telah
memiliki 4 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) bersertifikasi ISO
(9001:2000) dan 1 SMK bersertifikasi ISO (9001:2008). Demikian juga
dengan Politeknik Negeri Manado yang telah bersertifikasi ISO
(9001:200I), Politeknik Kesehatan di Manado, dan Politeknik Nusa
Utara yang bertempat di Kabupaten Sangihe.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 105


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

b. Rasio Siswa, Guru, dan Sekolah

Dalam Standar Pelayanan Minimum pendidikan, rasio siswa,


guru dan sekolah telah ditetapkan sebagai berikut :

Rasio Siswa SD/MI per Rombongan Belajar. Perbandingan antara


jumlah peserta didik dengan jumlah rombongan belajar pada masing-
masing SD/MI. "Jumlah peserta didik dalam setiap rombongan belajar
untuk SD/MI tidak melebihi 32 orang dan untuk SMP/MTs tidak
melebihi 36 orang ", (Permendikbud Nomor 23 Tahun 2013, Pasal 2
poin 2).

Rasio siswa per guru SD/MI. Perbandingan antara jumlah siswa


dengan jumlah guru pada jenjang pendidikan SD/MI. "Setiap SD/MI
tersedia 1 (satu) orang guru untuk setiap 32 peserta didik dan 6
(enam) orang guru untuk setiap satuan pendidikan, dan untuk daerah
khusus 4 (empat) orang guru setiap satuan pendidikan".
(Permendikbud No.23 Tahun 2013 pasal 2, ayat (2) poin 5).

Rasio Siswa SD/MI per Ruang Kelas. Perbandingan antara jumlah


siswa dengan jumlah ruang kelas pada jenjang pendidikan SD/MI
tidak melebihi 32 orang siswa. "Jumlah peserta didik dalam setiap
rombongan belajar untuk SD/MI tidak melebihi 32 orang. Untuk
setiap rombongan belajar tersedia 1 (satu) ruang kelas yang dilengkapi
dengan meja dan kursi yang cukup untuk peserta didik dan guru,
serta papan tulis". (Permendikbud No. 23 Tahun 2013 pasal 2 POIN 2).

Rasio Siswa SD/MI per Ruang Kelas. Perbandingan antara jumlah


siswa dengan jumlah ruang kelas pada jenjang pendidikan SD/MI.
"Banyak minimum ruang kelas sama dengan banyak rombongan
belajar. Kapasitas maksimum ruang kelas 28 peserta didik. Rasio
minimum luas ruang kelas 2 m2/peserta didik. Untuk rombongan
belajar dengan peserta didik kurang dari 15 orang, luas minimum
ruang kelas 30 m2. Lebar minimum ruang kelas 5 m". (Permendiknas
No. 24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana dan Prasarana ).

Rasio Siswa SD/MI per Guru Kualifikasi. Perbandingan antara


jumlah siswa dengan jumlah guru yang berkualifikasi S1/D-IV pada
jenjang pendidikan SD/MI. "Setiap SD/MI tersedia 1 (satu) orang guru
untuk setiap 32 peserta didik dan 6 (enam) orang guru untuk setiap
satuan pendidikan, dan untuk daerah khusus 4 (empat) orang guru
setiap satuan pendidikan" (Permendikbud No. 23 Tahun 2013 pasal 2,
ayat (2) poin 5). "Setiap SD/MI tersedia 2 (dua) orang guru yang

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 106


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

memenuhi kualifikasi akademik S1 atau D-IV dan 2 (dua) orang guru


yang telah memiliki sertifikat pendidik". (Permendikbud No. 23 Tahun
2013 pasal 2 poin 7).

Tabel 2.45. Ratio Jumlah Guru terhadap siswa tahun 2010-2015

Tahun SD SMP SMA


2009-2010 19,17 15,20 16,30
2010-2011 19,24 15,75 15.12
2011-2012 18,22 14,50 14,96
2012-2013 16,36 14,80 14,32
2013-2014 18,87 15,14 13,46
2014-2015 20,22 15,41 15,14

Tabel diatas menunjukkan bahwa rasio guru dan jumlah sekolah baik
untuk SD, SMP dan SMA selang Tahun 2009-2014 masih di bawah
1:20 untuk semua tingkatan, kecuali pada tahun 201-2015 ratio guru
dan murid di tingkat SD mulai melampaui 1:20. Untuk kualifikasi
guru berdasarkan latar pendidikan sampai tahun 2015 terdiri atas
pendidikan SMA, Diploma, dan Sarjana, sementara untuk latar
pendidikan Magister dan Doktor masih kurang.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 107


Tabel 2.46. Kualifikasi Pendidikan Guru Provinsi Sulawesi Utara, 2015

SD SMP
TK SD SLB SMP SMA SMK
N SATAP Grand
KABUPATEN/KOTA
O Total
D4/ S S JUM D4/ S JUML D4 JUM D4 S JUM D4/ S JUM D4/ S JUM D4/ S JUM
S2 S2 S2 S2
S1 2 3 LAH S1 3 AH /S1 LAH /S1 2 LAH S1 3 LAH S1 3 LAH S1 3 LAH
Kab. Bolaang
1
Mongondaw 23 1 24 494 16 510 - - 332 29 361 114 14 128 67 6 73 1.096
Kab. Bolaang
2 Mongondaw
5 182 - - 140 46 40 413
Selatan 5 182 135 5 42 4 40
Kab. Bolaang
3
Mongondaw Timur 7 7 244 4 248 - - 111 2 113 37 2 39 31 3 34 441
Kab. Bolaang
4
Mongondow Utara 10 10 260 1 261 - - 168 8 176 69 4 73 35 2 37 557

5 Kab. Kep. Sangihe


26 26 558 558 - 10 10 271 9 280 133 10 143 112 8 120 1.137
Kab. Kepulauan
6
Sitaro 10 10 297 4 301 - - 194 9 203 108 6 114 73 10 83 711
Kab. Kepulauan
7
Talaud 43 43 460 13 473 38 38 - 254 21 275 143 10 153 58 2 60 1.004

8 Kab. Minahasa
79 79 734 35 769 - 5 5 585 58 643 342 19 361 189 8 197 2.054
Kab. Minahasa
9
Selatan 76 76 687 6 1 694 - 6 6 509 36 545 212 16 228 140 7 147 1.696
1 Kab. Minahasa
0 Tenggara 19 19 318 9 327 - 1 1 270 18 288 141 8 149 96 3 99 883
1 Kab. Minahasa
1 Utara 18 18 566 17 583 - 5 1 6 354 36 2 392 153 18 171 45 4 49 1.219
1
Kota Bitung
2 31 2 33 332 33 365 - 6 6 245 40 285 155 20 175 137 27 164 1.028
1
Kota Kotamobagu
3 29 2 31 214 10 224 - 9 9 167 25 192 108 17 125 128 7 135 716

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 108


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

1
Kota Manado
4 93 1 94 741 46 1 788 - 25 3 28 593 77 1 671 474 78 3 555 363 41 404 2.540
1
Kota Tomohon
5 71 71 286 6 292 - 20 1 21 156 31 187 132 22 154 114 6 120 845

Grand Total 540 5 1 546


6.37
200 2 6.575 38 38 87 5 92
4.34
404 3 4.751
2.36 24
3 2.614
1.62
134 - 1.762 16.340
3 4 3 8 8

Tabel. 2.47. Rekpitulasi Kualifikasi Guru se-Sulawesi Utara, 2015

REKAPITULASI

SATUAN D4/S1 S2 S3 JMLAH

TK
540 5 1 546
SD
6.373 200 2 6.575
SD SMP SATAP
38 - - 38
SLB
87 5 92
SMP
4.344 404 3 4.751
SMA
2.363 248 3 2.614
SMK
1.628 134 - 1.762
JUMLAH
15.373 996 9 16.378

Sumber: Diknas Sulut, 2015.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 109


Dari data diatas, daerah Kabupaten Kepulauan Talaud memiliki
Kualifikasi Guru bergelar S2 sebanyak 3 guru, dibandingkan
Kabupaten Kepulauan Sitaro dan Kabupaten Bolaang Mongondow
Utara yang tidak ada, hal ini disebabkan karena kurangnya minat dan
kesejahteraan untuk mengabdi didaerah kepulauan.

Adapun jumlah sekolah di provinsi Sulawesi Utara pada tahun 2015


berjumlah 4329 sekolah yang tersebar untuk negeri berjumlah 1890
sekolah dan 2439 sekolah swasta. Adapun sekolah swasta terbanyak
adalah pada jenjang pendidikan TK dimana TK negeri hanya
berjumlah 21 saja sedangkan sekolah swasta untuk TK berjumlah
1169. Selengkapnya dapat dilihat pada table dibawah ini.

Tabel 2.48. Jumlah Sekolah Negeri dan Swasta provinsi Sulawesi Utara
tahun 2015
NO JENJANG JLH SEKOLAH JUMLAH
NEGERI SWASTA

1 SLB 3 9 12
2 TK 21 1,169 1.190
3 SD 1,357 835 2.192
4 SMP 376 245 619
5 SMA 86 111 197
6 SMK 47 70 117
JUMLAH 1,890 2,439 4,329

2.3.1.2. Kesehatan

Perbaikan derajat kesehatan di Provinsi Sulawesi Utara pada


lima tahun terakhir menunjukkan kinerja yang semakin membanik.
Hal ini ditunjukkan dengan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB). Angka Kematian Ibu berdasarkan pencapaian
kinerja tahun 2013 dikategorikan berhasil , walaupun angka ini
belum dapat menekan angka kematian ibu di Provinsi Sulawesi Utara,
dimana AKI Sulawesi Utara tahun 2011 ditargetkan 153 per 100.000
Kelahiran Hidup (64 kasus) ternyata terjadi peningkatan kasus
kematian ibu sebanyak 71 kasus (186/100000KH). Pada tahun 2012
terjadi penurunan kasus kematian ibu melahirkan, dimana
ditargetkan sebesar 59 kasus turun menjadi 48 kasus. Pada tahun
2013 ditargetkan 57 kasus meningkat menjadi 77 kasus dan pada
tahun 2014 ditargetkan 47 kasus meningkat menjadi 58 kasus
kematian ibu melahirkan.

Penurunan angka kematian ibu melahirkan berjalan lamban,


hal ini dapat dilihat pada beberapa Kabupaten/Kota yang belum dapat

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 110


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

menekan Angka Kematian Ibu seperti Kota Manado 11 kasus,


Kabupaten Minahasa Selatan 6 kasus, diikuti oleh Kabupaten Bolaang
Mongondow, Kota Bitung dan Kota Kotamobagu masing-masing 4
kasus. Walaupun demikian kondisi ini tetap berada dibawah rata-rata
nasional, 228/100.000 KH. Jika dilihat dari target MDGs yang
ditetapkan sebesar 102/100.000KH maka terlihat jelas diperlukan
upaya maksimal dari seluruh jajaran kesehatan yang ada di Provinsi
Sulawesi Utara untuk menurunkan angka kematian ibu.

Berdasarkan data yang dikumpulkan dari program kesehatan


anak, didapatkan bahwa sepanjang tahun 2010 terdapat 242 kasus
kematian bayi, tahun 2011 meningkat menjadi 333 kematian bayi dan
pada tahun 2012 menurun menjadi 189 kasus kematian bayi. Pada
tahun 2013 meningkat menjadi 380 kasus kematian bayi, dan pada
tahun 2014 menurun menjadi 289 kasus, namun demikian Data
tersebut menunjukkan capaian hasil program masih dibawah target
MDG’s.

Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara tetap berkomitmen


untuk terus melakukan upaya percepatan penurunan AKB, karena bayi
sangat rentan terhadap keadaan kesehatan dan kesejahteraan yang
buruk, dimana AKB mereflesikan derajat kesehatan masyarakat yang
sekaligus juga mencerminkan umur harapan hidup pada saat lahir.
Penurunan menunjukkan adanya peningkatan dalam kualitas hidup
dan pelayanan kesehatan masyarakat yang sekaligus mencerminkan
Umur Harapan Hidup pada saat lahir.
Tabel 2.49. Perkembangan Kinerja pembangunan Sektor Kesehatan di
Provinsi Sulawesi Utara 2011-2014
N0 INDIKATOR TARG TARG TARGE REALISA TARGE
ET CAPAI ET CAPAI T CAPA SI T CAPAIA
AN AN IAN NASIONA N
L 2013

TAH TAHU TAH TAHU TAHU TAH TAHUN TAHUN


UN N UN N N UN 2014 2014
2011 2011 2012 2012 2013 2013

1. Life 72,2 72,33 72,2 72,33 72,35 72,35 69,65 72,70 72,35
Expectancy 5 8
Rate
2. Cakupan 20/ 7/ 19/ 5/ 18/ 8/ 19/100 17/ 7/1000
kematian 1000 1000 1000 1000 1000 1000 0 1000 (251
Neo Natal / Kasus)
1000
Kelahiran
Hidup
3. Angka 40/ 10/ 38/ 7/ 36/ 10/ 40/100 34/ 9/1000
Kematian 1000 1000 1000 1000 1000 1000 0 1000 (323
Balita/ 1000 Kasus)
Kelahiran
Hidup
4. Angka 27/ 9/ 26/ 6/ 25/ 9/ 32/100 24/ 9/1000
Kematian 1000 1000 1000 1000 1000 1000 0 1000 (304
Bayi/ 1000 Kasus)
Kelahiran
Hidup

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 111


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

5 Presentase 3,40 0,048 3,08 0,01% 3,06% 0,04 4,9% 3,02% 3,01%
balita gizi % % % %
buruk
6. Jumlah 35 36 39 37 39 1540 38 39
Rumah Sakit 35

7 Jumlah 173 173 176 180 179 185 9.510 182 187
Puskesmas
8 Jumlah 2.13 2361 2.34 2138 2.577 2570 276.392 2.834 2094
Posyandu 0 3

9 Jumlah 503 501 513 507 521 515 54.142 528 607
Poskesdes
10 Ratio 1: 1: 1: 1:127 1: 1:120 1: 1:1306 1:12560
Puskesmas/ 1330 1330 1322 59 13144 52 25.378 7
12.000 7 7 9
penduduk
11 Prevalensi 8,00 7,72 7,00 5,81 6,00 2,46 17,9 5,00 2,4
balita
dengan berat
badan
rendah/kek
urangan gizi
12 Angka 153/ 186/ 141/ 125/ 136/ 191/ 228/10 117/ 136/100.
Kematian 1000 1000 100. 100.0 100.0 100.0 0.000 100.00 000
Ibu / 00 00 000 00 00 00 0 (56
100000 KH (64) (71 (59 (49)Ka (57) (77 (47 Kasus)
Kasu Kasu Kasu sus Kasus Kasu Kasus)
s s) s) s)
Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara, 2015

Seiring dengan, dikeluarkan Undang-Undang No.40 tahun 2004


tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), yang mengamanatkan
bahwa Jaminan sosial wajib bagi seluruh penduduk di antaranya adala
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) melalui suatu Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS). Sistem Jaminan Sosial Nasional Bidang
Kesehatan kemudian disebut Jaminan Kesehatan Nasional (JKN),
diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan yang implementasinya dimulai 1
januari 2014, yang dituangkan dalam Peraturan Pemerintah No,101
tahun 2012 tentang Penerima bantuan Iuran (PBI) dan Peraturan
Presiden No.12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan. Dinas
Kesehatan provinsi Sulawesi Utara selaku wakil pemerintah di daerah
bertanggung jawab dalam kesehatan berkewajiban menyiapkan sarana
dan prasarana termasuk SDM kesehatan yang akan bertugas.
Pada tahun 2014 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
menargetkan cakupan Kepesertaan Jaminan Kesehatan (UHC) sebesar
75 %, terealisasi sebesar 68 %, dengan indikator kinerja 90%, kategori
berhasil.

Dalam perjalanan pelaksanaan pembangunan kesehatan


sampai dengan akhir tahun 2014, berbagai masalah dan tantangan
dalam pembangunan kesehatan telah berkembang semakin berat dan
Kompleks, kadang kadang tidak terduga. Dalam upaya menanggulangi
masalah kesehatan dan menghadapi tantangan dimaksud Dinas
Kesehatan tetap berupaya mewujudkan masyarakat Sulawesi Utara
sehat, mandiri dan berkeadilan dimana kebijakan pembangunan

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 112


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

kesehatan diarahkan pada tersedianya akses kesehatan dasar dan


terjangkau terutama pada kelompok menengah kebawah guna
mendukung pencapaian MDGs pada tahun 2015, dengan sasaran
pembangunan adalah peningkatan akses masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan antara lain ditandai oleh meningkatnya angka
umur harapan hidup, menurunnya angka kematian bayi dan
kematian ibu melahirkan.

Dalam melaksanakan program program kesehatan secara menyeluruh


pemerintah Sulawesi Utara mendorong keterlibatan swasta dan
masyarakat untuk berpartisipasi aktif. Hal ini dapat diwujudkan
dengan meningkatnya sarana dan prasarana seperti adanya Rumah
sakit Swasta, Klinik Bersalin yang berkembang pesat.

2.3.1.3. Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang


a. Proporsi Panjang Jaringan Jalan Dalam Kondisi Baik

Dalam rangka pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun


2006 tentang Jalan, maka perlu ditetapkan ruas-ruas jalan Provinsi
di wilayah Provinsi Sulawesi Utara. Dan untuk maksud tersebut di
atas maka ditetapkanlah Keputusan Gubernur Sulawesi Utara
nomor 286 tahun 2014 tanggal 3 November 2014 tentang Penetapan
Ruas-Ruas Jalan Povinsi Di Wilayah Provinsi Sulawesi Utara,
dimana terdapat 37 ruas jalan dengan total panjang 940,883 km.
Berdasarkan Surat Keputusan tersebut, maka infrastruktur dalam
kondisi mantap pada akhir tahun 2015 berada pada posisi 75,02%
(705,89 km).
Pada tanggal 2 September 2015, disesuaikan dengan tingkat
perkembangan wilayah Sulawesi Utara, maka ditetapkan Keputusan
Gubernur Sulawesi Utara No. 202 Tahun 2015 tentang Penetapan
Ruas-Ruas Jalan Provinsi Di Wilayah Provinsi Sulawesi Utara, yang
berisi 58 ruas jalan dengan total panjang 981,397 km.
Pada tahun 2014, Sulawesi Utara ketambahan panjang jalan provinsi
untuk jaringan jalan kolektor primer wilayah provinsi yang
menghubungkan ibukota provinsi ke ibukota Kabupaten/kota (K-
2) dari 41 ruas dengan panjang 933,93 km menjadi 58 ruas dengan
981,40 km. Jadi, ada ketambahan jalan provinsi sebanyak 49 km.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 113


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Tabel 2.50. Ruas Jalan Provinsi Sulawesi Utara

Nomor Nama Panjang Kab/Kota Fungsi Titik Pengenal


Urut Rua Ruas (Km) Asal Jalan Awal Akhir
s
1 001 Airmadidi - 8,000 Minut JKP-2 Simpang Tiga Simpang Empat
Kauditan Airmadidi Airmadidi
(bersinggungan (bersinggungan
dengan ruas jalan dengan ruas
Nasional Airmadidi jalan Nasional
Kauditan(Bypass)) Airmadidi
Kauditan(Bypas
s))
2 002 Kauditan - 4,150 Minut JKP-2 Simpang Empat Simpang Tiga
Kema Jalan Bypass Desa Kema
Manado-Bitung (di (Bersinggungan
Kauditan) dengan Ruas
Jalan Nasional
Girian - Kema)
3 003 Ulu - 21,800 Sitaro JKP-2 Simpang Tiga Desa Ondong,
Ondong - Pelabuhan dan Jembatan
Talawid Pertokoan Desa
Tatahadeng
4 004 Sukur - 29,850 Minut JKP-2 Simpang Tiga Desa Pasar Likupang
Likupang Sukur
5 005 Ratahan - 43,450 Mitra JKP-2 Simpang Tiga Simpang Tiga
Amurang Tosuraya (Pasar) Amurang
(Bersinggungan
dengan ruas
jalan Nasional
Worotican-
Poopoh)
6 006 Modayag - 29,000 Boltim JKP-2 Simpang Tiga Simpang Empat
Molobog Modayag Molobog
(Bersinggungan
dengan ruas
jalan Nasional
Molobog-
Onggunoi)
7 007 Makalisung 24,150 Minahasa JKP-2 Simpang Tiga 'Simpang Tiga
- Kombi - Makalisung Toliang Oki
Toliang Oki (Bersinggungan
dengan ruas
jalan Nasional
Tondano-
Kawangkoan)
8 008 Silian - 3,600 Mitra JKP-2 Simpang Tiga Lobu Simpang Tiga
Tombatu Tombatu
9 009 Manado - 16,500 Manado JKP-2 Jembatan Bailang Simpang Tiga
Tongkaina - Wori
Wori (Bersinggungan
dengan ruas
jalan Nasional
Wori-Likupang)
10 010 Tondano - 21,100 Minahasa JKP-2 Simpang Tiga Simpang Tiga
Remboken - Tondano (Patung Kakas
Kakas Korengkeng)
11 011 Tondano - 28,400 Minahasa JKP-2 Jembatan Tikela Simpang Tiga
Kembes - Sasaran
Manado
12 012 Sonder - 18,850 Sonder JKP-2 Simpang Tiga Simpang Tiga
Tincep - Sonder (Patung Maruasey
Maruasey Tani) (Bersinggungan
dengan ruas
jalan Nasional
Tumpaan-Bts.
Kota Manado)

13 013 Tomohon - 26,000 Tomohon JKP-2 Simpang Tiga Pertigaan

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 114


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Tanawangko Barat dan Tomohon (Pusat Tanawangko


Tombariri Kota Tomohon) (Bersinggungan
dengan ruas
jalan Nasional
Tumpaan-Bts.
Kota Manado)
14 014 Tanawangko 49,450 Tatapaan, JKP-2 Jembatan Ruas Jalan
- Kumu - Tombariri Tanawangko Manado-
Popontolen dan Worotican (Ruas
Tumpaan Jalan Nasional)

15 015 Pinogaluma 49,000 Dumoga JKP-2 Simpang Empat Simpang Tiga


n - Doloduo Barat dan Pinogaluman Doloduo
Lolak (Bersinggungan
dengan ruas
jalan Nasional
Bts. Kota
Kotamobagu-
Doloduo)
16 016 Pinogaluma 8,400 Lolak JKP-2 Simpang Empat Labuan Uki
n - Labuan Pinogaluman (Pelabuhan)
Uki
17 017 Wasian - 18,700 Kakas JKP-2 Simpang Tiga Desa Wailang
Simbel - Barat Wasian (Bersinggungan
Wailang dengan ruas
jalan Nasional
Kema-Rumbia)

18 018 Mapanget - 15,250 Mapanget JKP-2 Simpang Tiga Simpang Tiga


Molas dan Molas Mapanget (Tugu Molas
(Manado) Adipura Kota
Manado)

19 019 Tatelu - 19,300 Tatelu JKP-2 Simpang Tiga Simpang Tiga


Klabat - Dan Tatelu Danowudu
Danowudu Danowudu
20 020 Lingkar 51,600 Papusung JKP-2 Simpang Empat Simpang Empat
Pulau an Papusungan Papusungan
Lembeh
21 021 Pontak - 37,850 Tombatu JKP-2 Simpang Tiga Simpang Tiga
Kalait - dan Pontak Lobu (Tugu
Lobu Motoling Desa)

22 022 Pontodon - 21,000 Pinasungk JKP-2 Simpang Tiga Simpang Tiga


Insil - ulan Pontodon Palelon
Palelon
23 023 Manado - 4,400 Mapanget JKP-2 Simpang Tiga Simpang Tiga
Kombos - dan Sindulang Kairagi
SP.3 Kairagi Singkil

24 024 Jln. S.H. 9,000 Matuari JKP-2 Simpang Tiga Simpang Tiga
Sarundajan dan Manembo-nembo Rumah Dinas
g Madidir Walikota Bitung

25 025 Akses KEK 2,050 Matuari JKP-2 Simpang Tiga Simpang Tiga
Bitung Sagerat KEK Bitung

26 026 Rumoong 15,200 Amurang JKP-2 Simpang Tiga Simpang Tiga


Bawah - dan Rumoong Bawah Tewasen
Elusan - Motoling (Jembatan (Bersinggungan
Tewasen Ranoyapo) dengan ruas
jalan Nasional
Worotican-
Poopoh)

27 027 Togid - 26,300 Tutuyan JKP-2 Simpang Tiga Togid Simpang Tiga
Kokapoy - Kakenturan
Kakenturan

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 115


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

28 028 Jln. Toar - 6,000 Wenang JKP-2 Simpang Tiga Jl. Jembatan Tikela
Lumimuut - dan Tikala Sam Ratulangi
Daan Mogot (Gereja Paulus)
(Mdo)

29 029 Ponompiaan 24,083 Dumoga JKP-2 Simpang Tiga Simpang Tiga


-Serasi- Ponompiaan Totabuan
Totabuan

30 030 Inomunga - 16,000 Kaidipang JKP-2 Simpang Tiga Simpang Tiga


Komus - dan Inomunga Tuntung
Tuntung Pinogalua
man
31 031 Bakan - 21,375 Pinolosian JKP-2 Simpang Tiga Simpang Tiga
Motandoi timur dan Matali-Torosik Motandoi
Lolavan
32 032 Laine - 37,200 Manganitu JKP-2 Simpang Tiga Laine Simpang Empat
Ngalipaeng - Selatan (SD Negeri) Pintareng
Pintareng

33 033 Manganitu - 8,000 Manganitu JKP-2 Simpang Tiga Simpang Tiga


Manumpitae Manganitu (Pasar) Miulu
ng - Miulu

34 034 Manumpitae 12,500 Manganitu JKP-2 Simpang Empat Simpang Tiga


ng - Petta Embungaha Manumpitaeng

35 035 Pintareng - 14,000 Tabukan JKP-2 Simpang Tiga Simpang Empat


Manalu Selatan Manalu (Gereja) Pintareng

36 036 Lenganeng - 7,080 Tabukan JKP-2 Simpang Tiga Simpang Tiga


Raku - Naha Utara Lenganeng Naha (Patung
Prof.
Makagiansar)

37 037 Langowan - 18,100 Langowan JKP-2 Simpang Tiga Simpang Tiga


Atep - Langowan Temboan
Temboan (Bersinggungan
dengan ruas
jalan Nasional
Kema-Rumbia)

38 038 Remboken - 10,900 Remboken JKP-2 Simpang Tiga Simpang Tiga


Kawangkoa dan Remboken Kawangkoan
n Kawangko (Pasar)
an
39 039 Mongkonai - 34,507 Lolak dan JKP-2 Simpang Tiga Simpang Empat
Lalow Kotamoba Mongkonai Lalow
gu Barat (Bersinggungan
dengan ruas
jalan Nasional
Kaiya-Maelang)

40 040 Tandengan - 19,010 Eris JKP-2 Simpang Tiga Simpang Tiga


Tulap - Tandengan Kora-Kora
Kora-Kora (Bersinggungan
dengan ruas
jalan Nasional
Kema-Rumbia)

41 041 Lingkar 8,250 Tomohon JKP-2 Jembatan Kinilow Simpang Tiga


Timur Timur Kasuang
Tomohon
42 042 Lirung - 36,800 Lirung JKP-2 Simpang Tiga Simpang Tiga
Kolongan - Lirung (Gereja) Balang
Balang (Poskesdes)

43 043 Lirung - 5,130 Lirung JKP-2 Simpang Tiga Simpang Tiga


Balang Lirung (Gereja) Balang
(Poskesdes)

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 116


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

44 044 Lirung - 18,000 Lirung JKP-2 Simpang Tiga Tempat Wisata


Bitunuris Lirung (Gereja) Pantai Bitunuris

45 046 Tarohan - 6,120 Pulutan JKP-2 Simpang Tiga Simpang Tiga


Pulutan Tarohan (Tugu) Pulutan (Pasar)

46 047 Jln. 3,320 Wanea JKP-2 Simpang Empat Simpang Empat


Samratulan Zero Point Manado Ranotana
gi (Manado) (Patung Sam
Ratulangi)

47 048 Jln. Ahmad 1,425 Sario JKP-2 Simpang Tiga Sario Simpang Tiga
Yani (Gereja) Jln. Bethesda
(Manado)

48 049 Warembung 8,829 Pineleng JKP-2 Simpang Tiga Simpang Tiga


an-Sea- Warembungan Malalayang
Malalayang

49 050 Jln. Babe 1,321 Wanea JKP-2 Simpang Tiga Simpang Tiga
Palar Teling (RS. Advent) Samratulangi
(PJR Wanea)

50 051 Jln. 14 2,419 Wenang JKP-2 Simpang Empat Simpang Tiga


Februari - Teling (Toar- 17 Agustus
17 Agustus Lumimuut)
(pertigaan)

51 052 Dimembe- 8,396 Dimembe JKP-2 Ruas Jln. Sukur Ruas Jln.
Paniki Likupang Nasional AA.
(Dimembe) Maramis
(Kawasan
Brimob)

52 053 Matungkas- 8,752 Mapanget JKP-2 Ruas Jln. Sukur Ruas Jln.
Paniki Likupang Nasional AA.
(Matungkas) Maramis

53 054 Kalasey-Sea 6,548 Pineleng JKP-2 Ruas Jln. Nasional SP3 Desa Sea
Tumpaan-Batas (Tugu)
Kota Manado

54 055 Jl. Lingkar 10,661 Tomohon JKP-2 SP3 Terminal Ruas Jln.
Tomohon- Timur,Ton Tomohon Nasional
Rurukan- dano Airmadidi-Batas
Sasaran Utara Kota Tondano

55 056 SP3 4,113 Remboken JKP-2 SP3 Tataaran Ruas Jln.


Tataaran- ,Tondano Tondano-
Unima- Selatan Remboken-
Tondano Kakas

56 057 Kasuang- 9,950 Remboken JKP-2 Ruas Jln. Nasional Ruas Jln.
Patar ,Tondano Batas Kota Tondano-
Tataaran- Selatan Tondano-Tomohon Remboken-
Remboken Kakas

57 058 Liwutung- 9,894 Pasan JKP-2 Ruas Jln. Ratahan Ruas Jln.
Tababo Amurang (Desa Nasional
Liwutung) Rumbia-Buyat

58 059 Jln. 0,364 Tuminting JKP-2 Jembatan Soekarno SMP 5 Manado


Hasanuddin
18

TOTAL 981,397

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 117


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Terdapat 9 (Sembilan) ruas jalan Provinsi yang berubah status


menjadi ruas jalan Nasional dengan total panjang 295,53 km,
yaitu ruas jalan Kotamobagu-Kaiya (33,300 km), Jln. AKD
(Kotamobagu) (2,150 km), Tondano-Kawangkoan (44,000 km),
Tamako-Enemawira (78,680 km), Esang-Rainis (62,500 km),
Langowan-Ratahan-Belang (Tababo) (27,300), Jln. Pierre
Tendean (Manado) (4,600 km), Karondoran-Apela-Danowudu
(10,500), dan Matali-Torosik (32,500 km).
Dan terdapat 30 (tiga puluh) ruas jalan Kabupaten yang berubah
status menjadi ruas jalan Provinsi dengan total panjang 373,047
km, yaitu ruas-ruas jalan pada kabupaten Bolaang Mongondow
sepanjang 45,458 km (ruas jalan Ponompiaan-Serasi-Totabuan
24,083 km, Bakan – Motandoi 21,375), kota Kotamobagu
sepanjang 34,507 km (ruas jalan Mongkonai – Lalow 34,507),
kabupaten Bolaang Mongondow Timur sepanjang 16,000 km
(ruas jalan Inomunga - Komus – Tuntung 16,000 km),
kabupaten kepulauan Sangihe sepanjang 78,780 km (ruas jalan
Laine - Ngalipaeng – Pintareng 37,200 km, Manganitu -
Manumpitaeng – Miulu 8,000 km, Manumpitaeng – Petta 12,500
km, Pintareng – Manalu 14,000 km, Lenganeng - Raku – Naha
7,080 km), kabupaten Minahasa sepanjang 77,450 km (ruas
jalan Langowan - Atep – Temboan 18,100 km, Remboken –
Kawangkoan 10,900 km, Tandengan - Tulap - Kora-Kora 19,010
km, Warembungan-Sea-Malalayang 8,829 km, Kalasey-Sea
6,548 km, SP3 Tataaran-Unima-Tondano 4,113 km, Kasuang-
Patar Tataaran-Remboken 9,950 km), kabupaten kepulauan
Talaud sepanjang 66,050 km (ruas jalan Lirung - Kolongan –
Balang 36,800 km, Lirung – Balang 5,130 km, Lirung – Bitunuris
18,000 km, Tarohan – Pulutan 6,120 km), kota Tomohon
sepanjang 18,910 km (ruas jalan Lingkar Timur Tomohon 8,250
km, Jl. Lingkar Tomohon-Rurukan-Sasaran 10,661 km), kota
Manado sepanjang 17,600 km (ruas jalan Jln. Samratulangi
(Manado) 3,320 km, Jln. Ahmad Yani (Manado) 1,425 km, Jln.
Babe Palar 1,321 km, Jln. 14 Februari - 17 Agustus (pertigaan)
2,419 km, Matungkas-Paniki 8,752 km, Jln. Hasanuddin 18
0,364 km), kabupaten Minahasa Tenggara sepanjang 9,894 km
(ruas jalan Liwutung-Tababo 9,894 km), dan kabupaten
Minahasa Utara sepanjang 8,396 km (ruas jalan Dimembe-
Paniki).
Diperkirakan, dengan adanya perubahan status dari ruas jalan
Provinsi menjadi ruas jalan Nasional yaitu sepanjang 295,53 km,
dimana ruas-ruas jalan tersebut berada pada posisi kondisi
mantap (selain ruas jalan Esang-Rainis), dan adanya
penambahan 30 ruas baru atau sepanjang 373.047 km dengan
16 ruas jalan dalam kondisi tidak mantap (ruas jalan
Ponompiaan-Serasi-Totabuan, Inomunga - Komus – Tuntung,
Bakan – Motandoi, Laine - Ngalipaeng – Pintareng, Langowan -
Atep – Temboan, Remboken – Kawangkoan, Mongkonai – Lalow,
Lirung - Kolongan – Balang, Lirung – Balang, Lirung – Bitunuris,
Tarohan – Pulutan, Warembungan-Sea-Malalayang, Kalasey-Sea,
Kasuang-Patar Tataaran-Remboken, Liwutung-Tababo, Jln.
Hasanuddin 18), maka diperkirakan ruas jalan Provinsi pada
awal tahun 2016 mengalami penurunan kondisi.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 118


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

b. Jaringan Irigasi

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaa Umum Dan


Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 14/PRT/M/2015
tentang Kriteria Dan Penetapan Status Daerah Irigasi, maka di
Provinsi Sulawesi Utara terdapat 12 kewenangan Daerah Irigasi
dengan luas 18.302 ha. Tabel Daerah Irigasi Kewenangan
Provinsi Sulawesi Utara Status Bulan Januari 2016
Tabel 2.51. Daerah Irigasi Kewenangan Provinsi Sulawesi Utara,
2016

Luas Areal
Nama Kab/Kota/Daerah
No Potensial Fungsional
Irigasi
(Ha) (Ha)
A Kab. Bolaang 5,504 3,467
Mongondow
1 Daerah Irigasi Pusian- 1,171 566
Molong
2 Daerah Irigasi Ayong, 2,293 2,201
Bolangat, Maelang
3 Daerah Irigasi Lolak, 2,040 700
Pinogaluman, Monanow
B Kab. Bolaang 1,166 878
Mongondow Utara
4 Daerah Irigasi Buko 1,166 878
Tuntung
C Kab. Bolaang 1,845 710
Mongondow Timur
5 Daerah Irigasi Tombolikat, 1,076 450
Sita
6 Daerah Irigasi Buyat 769 260
D Kab. Minahasa 1,286 1,286
7 Daerah Irigasi Noongan 1,286 1,286
E Kab. Minahasa Selatan 2,059 2,059
8 Daerah Irigasi Ranoyapo 2,059 2,059
F Kab. Minahasa Tenggara 2,216 2,037
9 Daerah Irigasi Ranombolay 1,157 1,157
(Ranombolay Atas, Bawah,
Tatayan, Pinamangkulan)
10 Daerah Irigasi Lahendong 1,059 880
G Kab. Minahasa Utara 1,705 1,239
11 Daerah Irigasi Talawaan 1,705 1,239
Meras Atas
H Kota Kotamobagu 2,521 2,129
12 Daerah Irigasi Moayat 2,521 2,129
Pawak
TOTAL 18,302 13,805
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Prov. Sulut, 2016

Menurut data terakhir dengan status bulan Januari tahun


2016, maka luas Daerah Irigasi adalah Luas Potensial 18,302 Ha
dan Luas Fungsional 13,805 Ha.Dengan target Luas Daerah Irigasi
untuk tahun 2017-2021 adalah Luas Fungsional 16.690 ha.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 119


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Jumlah produksi padi dari Lahan Fungsional tahun 2016 adalah


165,66 Ton/Ha (gabah kering giling) dan target Jumlah produksi
padi dari Lahan Fungsional tahun 2017-2021 adalah 207,075
Ton/Ha (gabah kering giling). Luas persawahan yang terairi pada
tahun 2016 adalah 13,805 Ha sedangkan target luas persawahan
yang terairi untuk tahun 2017-2021 adalah 16.690 ha persawahan
fungsional.

c. Aksesibilitas Daerah
c.1. Air bersih
Krisis air ini sering dianggap bukan permasalahan yang krusial,
padahal permasalahan krisis air ini memiliki potensi konflik yang luar
biasa di masa depan, khususnya bagi masyarakat di Sulawesi Utara.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada 2012 mencatat,
Indonesia menduduki peringkat terburuk dalam pelayanan
ketersediaan air bersih dan layak konsumsi se-Asia Tenggara. Hingga
saat ini, baru 29 persen masyarakat Indonesia yang dapat mengakses
air bersih melalui perpipaan, jauh di bawah target pemerintah hingga
2019, yaitu sebesar 60 persen.
Program dan kegiatan pengendalian kerusakan sumber mata air
sebagai salah satu sumber air permukaan/non perpipaan merupakan
salah satu instrument untuk pendukung Program Millenium
Development Goal’s (MDG’s) (tahun 2012-2015) dan selanjutnya
menjadi Sustainable Development Goals (SDGs) tahun 2016-2019

Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Utara melakukan


langkah antisipasi terhadap kecenderungan kerusakan yang terjadi di
sekitar sumber mata air. Hal ini sejalan dengan tujuan SDGs adalah
Memastikan kelestarian lingkungan. Oleh karena itu, sudah saatnya
dikembangkan kebijakan tentang pengelolaan mata air sesuai dengan
program SDG’s yang diprioritaskan di wilayah atau pulau yang
penduduknya relatif padat serta tingkat ancaman kerusakan yang
tinggi terhadap sumber mata air.

Dalam pelaksanaannya kegiatan tersebut ditujukan bagi


kepentingan ekologis/ keseimbangan lingkungan, antara lain
menurunkan luasan lahan kritis, meningkatkan debit air, sekaligus
menjaga kualitas air . disamping itu pula aspek sosial masyarakat
melalui pemahaman tentang pentingnya sumber mata air bagi
penunjang kehidupan, kebijakan mengenai konservasi tanah dan air,
dan pengendalian kerusakan lingkungan.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 120


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

c.2. Sanitasi
Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) adalah sebuah
roadmap pembangunan sanitasi di Indonesia. Program PPSP pada
saat ini telah memasuki tahun keempat pelaksanaannya dari lima
tahun yang direncanakan, sampai saat ini sudah 34 Provinsi dan 413
Kab/Kota yang telah turut melaksankan program dimaksud. Program
sanitasi mendukung upaya pemerintah dalam memenuhi tujuan
Millenium Development Goals (MDGs) yakni mengurangi hingga
setengahnya jumlah penduduk yang tidak punya akses berkelanjutan
pada air yang aman diminum dan sanitasi yang layak.

Pengelolaan persampahan merupakan salah satu wujud implementasi


dalam menciptakan sanitasi lingkungan yang baik. Dengan terjadinya
sebagai konsekuensi logis dari aktivitas manusia dan industri yang
kemudian berdampak pada permasalahan lingkungan secara umum
seperti hilanya keindahan suatu daerah, masalah kesehaqtab dan
lebih jauh lagi terjadi bencana. Sistematika pengelolaan sampah saat
ini hanya terfokus pada pengumpulan dan pengangkutan sampah ke
tempat pemrosesan akhir (TPA) tanpa dilakukan pengolahan lanjutan
ditambah lagi kesadaran masyarakat yang masih memandang sampah
sebagai sisa yang tidak berguna bukan sebagai sumber daya yang
perlu dimanfaatkan.

c.3. Persampahan
Salah satu permasalahan dalam pengelolaan lingkungan adalah
sampah, tumpukan sampah masih terdapat dimana-mana termasuk
di sungai yang menjadi salah satu penyebab menurunnya kualitas air
sungai. Selama ini sebagian besar masyarakat masih memandang
sampah sebagai limbah bukan sebagai sumber daya yang perlu
diperlu dimanfaatkan. Permasalahan sampah masih menjadi
permasalahan nasional padahal sudah memiliki payung hukum yakni
UU Nomor 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah.

Proyeksi Timbulan sampah secara nasional dengan asumsi


produksi sampah/Kg/orang/hari adalah 0,4 Kg untuk kota kecil, 0,5
kg untuk kota sedang dan 0,6 untuk kota besar dengan laju
pertumbuhan penduduk/tahun 1,4% (Kajian Departemen Pekerjaan
Umum) Pada tahun 2016 adalah 65.999493,32 ton diperkirakan pada
tahun 2019 mencapai 68.810.460,84 ton. Untuk kota Manado
kategori kota besar data timbulan sampah pada tahun 2016 sebesar
971 Gg urutan ke-4 setelah Kota Balikpapan, Kota Malang dan Kota
Padang. Tabel dibawah ini menggambarkan prediksi timbulan/volume

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 121


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

sampah di 15 Kab/Kota Provinsi Sulawesi Utara dari Tahun 2010 s/d


2020 :

Tabel 2.52. Estimasi Volume Timbulan Sampah Prov. Sulut tahun


2010-2020.
Timbula
Volume Sampah (Gg)
No. Kota / n

(kg/jiwa
Kabupaten /hr) 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Bolaang
1 0,4 31 32 32 33 33 34 34 35 35 36 37
Mongondow

2 Minahasa 0,4 45 46 47 48 48 49 50 51 51 52 53

3 Kep. Sangihe 0,4 18 18 18 18 19 19 19 19 19 19 19

4 Kep. Talaud 0,4 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12

Minahasa
5 0,4 29 29 29 29 29 29 29 29 29 29 29
Selatan

Minahasa
6 0,4 28 28 28 28 29 29 29 30 30 30 31
utara

Bolaang
7 Mongondow 0,4 10 10 11 11 11 11 11 11 11 11 11
Utara

8 Kep. Sitaro 0,4 9 9 10 10 10 10 10 10 10 10 10

Minahasa
9 0,4 15 15 15 16 16 16 16 17 17 17 18
Tenggara

Bolaang
10 Mongondow 0,4 8 8 9 9 9 9 9 9 9 10 10
Selatan

Bolaang
11 Mongondow 0,4 9 9 10 10 10 10 10 10 11 11 11
Timur

12 Manado 0,6 90 91 92 93 95 96 97 98 99 101 102

13 Bitung 0,5 34 35 36 36 37 38 38 39 40 41 41

14 Tomohon 0,4 13 13 14 14 14 14 14 14 14 14 14

15 Kotamobagu 0,4 16 16 16 16 16 17 17 17 17 17 18

∑ Sampah 0,44442
368 373 377 382 387 391 396 401 406 411 416
Total 067

Sumber: Badan Lingkungan Hidup Prov. Sulut

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 122


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Dari hasil perhitungan estimasi volume sampah 15 Kab/Kota


didapatkan total estimasi volume ssampah pada tahun 2020 yaitu 416
Gg.

d. Penataan Ruang

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) merupakan dokuman


perencanaan pembangunan daerah yang berkekuatan hukum serta
berfungsi utama sebagai arahan investasi pemerintah, swasta, dan
masyarakat. Kenyataan selama ini yang terjadi, penggunaan RTRW
terbatas digunakan sebagai media dan acuan koordinasi dan
sinkronisasi pembangunan antara sektor dan wilayah. Mengantisipasi
pembangunan Sulawesi Utara kedepan, perumusan Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) menjadi syarat mutlak dalam penyusunan
setiap kegiatan perencanaan pembangunan dengan memperhatikan
aspek sosial, budaya, lingkungan, fisik, dan RTRW seluruh kabupaten
dan kota, serta RTRW pulau Sulawesi dan nasional. Pengembangan
wilayah provinsi perbatasan Sulawesi Utara menjadi perhatian khusus
dalam strategi pembangunan daerah Sulawesi Utara di era globalisasi.
Sebagian wilayah Sulawesi Utara dikategorikan sebagai wilayah
tertinggal atau terkebelakang khususnya pada daerah-daerah
terpencil dan pulau-pulau kecil yang terbatas aksesibilitas prasarana
dan sarana transportasi. Walaupun sebagian wilayah-wilayah tersebut
menyimpan sumberdaya alam sangat potensial untuk dikembangkan.
Pada sisi yang lain, terdapat juga wilayah-wilayah strategi dan cepat
tumbuh yang didukung dengan ketersediaan sumber daya alam yang
belum dikembangkan secara optimal.
Ketidakseimbangan pembangunan daerah direfleksikan juga oleh
berkembangnya pembangunan wilayah perkotaan, secara fisik dan
perluasan wilayah perkotaan tanpa terkendali. Semangat
desentralisasi mendorong juga wilayah perkotaan berkembang secara
mandiri dengan memiliki pemerintahan kota sendiri. Kota tidak dapat
berkembang tanpa didukung dengan wilayah hinterland (kabupaten)
sebagai pemasok utama bahan baku untuk industri manufaktur di
perkotaan dan bahan makanan untuk penduduk kota. Sebaliknya,
wilayah perkotaan menjadi target utama untuk memasarkan produk-
produk pertanian, perkebunan, dan perikanan dari wilayah
kabupaten. Masing-masing wilayah antar kabupaten dan kota tidak
dapat berkembang sendiri-sendiri, sebab masing-masing wilayah
memiliki sumberdaya yang berbeda dan harus saling melengkapi.
Namun dalam kenyataan, keterkaitan desa kota dan sebaliknya belum
terjalin dengan baik.

Tersedianya rencana tata ruang wilayah provinsi sebagai acuan


pengembangan wilayah, harus diikuti dengan tersedianya informasi

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 123


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

dan pengelolaan pertanahan berdasarkan tata pemerintahan yang


baik dan peraturan-peraturan yang berlaku. Kenyataan, masalah
pertanahan sebagai pemicu utama sulit terlaksananya program-
program pemerintah dan kegiatan investasi swasta. Selanjutnya pola
ruang Sulawesi Utara dapat dilihat pada Gambar 2.41.

Gambar 2.14. Pola Ruang Provinsi Sulawesi Utara, 2014

Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Utara, 2014.

Untuk merealisasikan wilayah Sulawesi Utara sebagai salah satu


tujuan investasi nasional dan internasional, komitmen dan perhatian
khusus pada pengaturan penguasaan dan pemilikan lahan, serta
peruntukan dan pemanfaatan lahan oleh masyarakat, swasta, dan
pemerintah tidak dapat diabaikan lagi.

Kedepan, posisi strategis provinsi perbatasan Sulawesi Utara menjadi


syarat mutlak untuk dioptimalkan meraih peluang geo-posisi Sulawesi
Utara di kawasan Asia Pacific. Pengembangan wilayah kabupaten dan
kota saatnya diarahkan dengan pendekatan bio-regionalism menuju
pembangunan provinsi perbatasan Sulawesi Utara incorporated dan
berkelanjutan.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 124


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

2.3.1.4. Sosial

Pembangunan kesejahteraan sosial merupakan wujud komitmen


pemerintah untuk meningkatkan harkat dan martabat sebagian
warga masyarakat yang menyandang permasalahan sosial. Dalam
hal ini, pembangunan kesejahteraan sosial dapat menjadi
salah satu solusi untuk mengatasi kesenjangan sosial
ekonomi. Permasalahan kesejahteraan sosial tidak terlepas
dari kondisi dan perubahan lingkungan baik fisik maupun
non-fisik; dalam kawasan lokal, nasional dan global. Maka
perencanaan yang lebih cermat perlu dilakukan dengan
memperhatikan aspek manusia, lingkungan fisik, sosial dan
lingkungan strategisnya. Hal-hal ini akan mengkaitkan
pembangunan kesejahteraan sosial dengan bidang pembangunan
yang lain; ekonomi, politik, sosial-budaya, pertahanan dan
keamanan. Dalam konteks inilah sesungguhnya posisi
pembangunan kesejahteraan sosial dapat diperhitungkan
sebagai bagian integral dan bagian strategis dalam
pembangunan nasional.

Permasalahan umum kesejahteraan sosial dilihat dari


perkembangan saat ini adalah masih adanya sebagian masyarakat
yang belum terpenuhi kebutuhan dasarnya secara mandiri dan
hidup dalam kondisi kemiskinan dan ketidakberdayaan. Mereka
umumnya mengalami hambatan fungsi sosial dalam hidup
bermasyarakat, kesulitan dalam mengakses sistem pelayanan
sosial dasar dan tidak dapat menikmati kehidupan yang layak bagi
kemanusiaan. Inilah yang dihadapi oleh Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial (PMKS) adalah belum terpenuhinya pelayanan
sosial dasar seperti kesehatan pendidikan, sandang, pangan,
papan, dan kebutuhan sosial dasar lainnya. Tabel dibawah ini
menjelaskan perkembangan data penyandang masalah
kesejahteraan social (PMKS) di Provisi Siulawesi Utara tahun 2010-
2015.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 125


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Tabel. Perkembangan data penyandang masalah kesejahteraan social


(PMKS) di Provinsi Sulawesi Utara tahun 2010-2015.

No Jenis PMKS TAHUN


2011 2012 2013 2014 2015
1 Balita Terlantar 498 527 560 736 1481
2 Anak Terlantar 6042 6872 6342 3270 10193
3 Anak Berhadapan 355 452 746 936 513
dengan hukum
4 Anak Jalanan 112 60 53 76 84
5 Anak dengan 2320 2320 2351 1755 3450
kedisabilitas (ADK)
6 Anak yang memerlukan 289 301 321 459 260
perlindungan khusus
7 Lanjut Usia Terlantar 16775 16775 18203 15754 23663
8 Penyandang Disabilitas 7201 7201 7201 7232 5156
9 Gelandangan 256 323 359 343 38
10 Pengemis 68 98 121 59 62
11 Tuna Susila 1354 1711 1706 1418 251
12 Bekas Warga Binaan 1344 1432 1566 1438 1290
Lapas
13 Korban Penyalahgunaan 2114 2026 1987 1257 2578
NAPZA
14 Orang dengan HIV-AIDS 728 768 899 681 820
15 Pemulung 99 87 93 36 173
16 Kelompok Minoritas 17 17 17 13 54
(Kelompok)
17 Korban Traficking 672 569 311 272 21
18 Korban Tindak 671 433 393 499 278
Kekerasan
19 Pekerja Migran 92 92 125 125 295
Bermasalah Sosial
20 Korban Bencana Alam 4563 7868 9879 22200 22517
21 Korban Bencana Sosial 72 221 542 943 658
22 Perempuan Rawan 8917 7659 6003 3398 14608
Sosial Ekonomi
23 Fakir Miskin 123749 123749 125134 115738 131293
24 Keluarga Bermasalah 899 899 837 733 1450
Sosial Psikologi (KK)
25 Komunitas Adat 1711 1711 1711 1711 188
Terpencil (KK)
26 Rumah Tidak Layak 175231 175231 161089 221.276 220772
Huni (unit)

Permasalahan sosial saat ini cenderung meningkat dilihat dari


jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial maupun
kompleksitasnya. Untuk menghadapi berbagai permasalahan
sosial PMKS masih menghadapi kendala dalam mendapatkan
akses ke pelayanan sosial dasar, penyandang cacat masih
menghadapi kendala dalam hal kemandirian, produktivitas dan
hak untuk hidup normal yang meliputi antara lain pelayanan
umum untuk mempermudah kehidupan mereka, dan keterbatasan
jumlah dan kualitas tenaga pelayanan sosial untuk berbagai jenis
kecacatan. Masalah ketunaan sosial yang terdiri dari gelandangan,
pengemis dan tuna susila, selain disebabkan oleh kemiskinan juga
diakibatkan oleh ketidakmampuan individu untuk hidup dan

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 126


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

bekerja sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan. Masalah lainnya


adalah rendahnya kualitas manajemen dan profesionalisme
pelayanan kesejahteraan sosial.

Tabel. Perkembangan pencapaian kinerja SPM urusan Sosial Provinsi


Sulawesi Utara 2011-2015.

Indikator SPM TAHUN


2011 2012 2013 2014 2015
Persentase (%) PMKS skala provinsi yang memperoleh bantuan 12,8 12,8 15,6 18 20
social untuk pemenuhan kebutuhan dasar

Persentase (%) Panti Sosial skala provinsi yang melaksanakan 50 50 50 100 100
standar operasional pelayanan kesejahteraan social

Persentase (%) panti sosial skala provinsi yang menyediakan 50 50 50 100 100
sarana prasarana pelayanan kesejahteraan sosial.
Persentase (%) Organisasi Sosial/Yayasan/ LSM yang 60 60 65 65 65
menyediakan sarana prasarana pelayanan kesejahteraan sosial
luar panti.
Persentase (%) kabupaten/kota yang mengalami bencana 66 66 66 80 80
memberikan bantuan sosial bagi korban bencana skala provinsi. (10 (10 (10 12 12
kab/kota) kab/kota) kab/kota) kab/kota kab/kota
Persentase (%) kabupaten/kota yang menggunakan sarana 66 66 66 80 80
prasarana tanggap darurat lengkap untuk evakuasi korban (10 (10 (10 12 12
bencana skala provinsi. kab/kota) kab/kota) kab/kota) kab/kota kab/kota

Persentase (%) kabupaten/kota yang menyelenggarakan jaminan 53,3 53,3 53,3 53,3 53,3
social bagi penyandang cacat fisik dan mental, serta lanjut usia (8 (8 (8 (8 (8
tidak potensial. kab/kota) kab/kota) kab/kota) kab/kota kab/kota

Kemampuan pemerintah dan peran masyarakat belum dapat


menjangkau semua penyandang masalah kesejahteraan sosial.
Disamping permasalahan sosial yang cenderung semakin kompleks
sulit diprediksi waktu dan lokasinya. Melihat adanya keterbatasan
kemampuan pemerintah dalam penanganan masalah kesejahteraan
sosial (baik sarana prasarana maupun angaran) telah mendorong
bergesernya paradigma pembangunan kesejahteraan sosial dengan
lebih mengefektifkan sistem perlindungan sosial melalui pelayanan
rehabilitasi sosial, jaminan sosial dan pemberdayaan sosial.
Permasalahan kesejahteraan sosial ke depan masih didominasi oleh
kemiskinan dan keterlantaran, kecacatan, keterpencilan dan
ketertinggalan, ketunaan sosial dan penyimpangan perilaku serta
akibat bencana. Namun demikian, permasalahan yang terkait dengan
kelangsungan kehidupan kenegaraan seperti disintegrasi sosial,
kesenjangan sosial, perlu memperoleh perhatian yang serius dan
berkelanjutan. Demikian pula permasalahan kesejahteraan sosial
akibat dampak pelaksanaan berbagai bidang pembangunan lain,
secara intensif perlu ditangani melalui berbagai cara. Jika hal ini
kurang diperhatian, maka yang timbul adanya resiko-resiko yang
potensial terjadi akan menjadi beban yang sangat berat dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan sosial maupun permasalahan yang
bersifat kompleks dengan masalah pembangunan lainnya.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 127


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

2.3.1.5. Perencanaan Pembangunan

Dengan ditetapkannya Undang-Undang 23 tahun 2014 tentang


pemerintahan daerah maka koordinasi perencanaan dilakukan secara
holistic, tematik dan spasial. Melalui Undang-Undang ini dilakukan
pengaturan yang bersifat afirmatif yang dimulai dari pemetaan Urusan
Pemerintahan yang akan menjadi prioritas Daerah dalam pelaksanaan
otonomi yang seluas-luasnya. Melalui pemetaan tersebut akan tercipta
sinergi kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian yang
Urusan Pemerintahannya di desentralisasaikan ke Daerah. Sinergi
Urusan Pemerintahan akan melahirkan sinergi kelembagaan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah karena setiap kementerian/lembaga
pemerintah nonkementerian akan tahu siapa pemangku kepentingan
(stakeholder) dari kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian
tersebut di tingkat provinsi dan kabupaten/kota secara nasional.
Sinergi Urusan Pemerintahan dan kelembagaan tersebut akan
menciptakan sinergi dalam perencanaan pembangunan antara
kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian dengan Daerah
untuk mencapai target nasional. Manfaat lanjutannya adalah akan
tercipta penyaluran bantuan yang terarah dari kementerian/lembaga
pemerintah nonkementerian terhadap Daerah-Daerah yang menjadi
stakeholder utamanya untuk akselerasi realisasi target nasional
tersebut. Undang-Undang ini juga menegaskan peran gubernur
sebagai wakil Pemerintah Pusat mempunyai tugas dan wewenang
menyelaraskan pedalam rencanaan pembangunan antar daerah
kabupaten/kota dan antara Daerah provinsi dan daerah
kabupaten/kota di wilayahnya. Daerah sesuai dengan kewenangannya
menyusun rencana pembangunan Daerah sebagai satu kesatuan
dalam system perencanaan pembangunan nasional. Rencana
pembangunan Daerah disinergikan, dan diharmonisasikan oleh
Perangkat Daerah yang membidangi perencanaan pembangunan
Daerah. Perencanaan pembangunan Daerah dilakukan dengan
pendekatan teknokratik, partisipatif, atas-bawah dan bawah-atas
serta menggunakan pendekatan politis. Pada tahun 2015 Pemerintah
Provinsi Sulawesi Utara menerima Anugerah Pangripta Nusantara,
yang diserahkan oleh Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Bappenas sebagai Provinsi Terbaik dalam
Penyelenggaraan Perencanaan Pembangunan. Selain itu, pada tahun
2015 pemerintah Provinsi Sulawesi Utara juga meraih Penghargaan
Terbaik I se-Indonesia Timur Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi
Rencana Aksi Daerah Millenium Development Goals, dan Terbaik I
pelaporan Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi.

Perencanaan Pembangunan dalam rangka ketersediaan infrastruktur


dasar seperti sumber daya air, prasarana jalan, jembatan,
transportasi darat, angkutan sungai danau, dan penyeberangan,
transportasi udara, ketenagalistrikan, telekomunikasi, perumahan

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 128


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

dan permukiman, air bersih, air limbah, drainase, persampahan, dan


fasilitas-fasilitas sarana penunjang lainnya di wilayah Provinsi
Sulawesi Utara menjadi syarat utama untuk memacu pembangunan
daerah dalam menarik investor melakukan bisnis di daerah. Selama
ini sebagian besar penyediaan infrastruktur dasar, infrastruktur
utama, dan sarana pendukungnya dibiayai oleh pemerintah pusat,
provinsi, kabupaten/kota, dan pelaksanaan pembangunannya
dilakukan oleh pihak swasta.

Pengembangan infrastruktur seperti: pengembangan pelabuhan


Bitung menjadi Pelabuhan Internasional Hub Bitung; pengembangan
Bandara Internasional Sam Ratulangi; pembangunan Jalan Tol
Manado-Bitung; pembangunan Jalan Lingkar Manado Tahap II Dan
III; pembangunan Boulevard II; pembangunan Jembatan Lembeh;
pembangunan Jalan Lingkar Lembeh; pembangunan Waduk
Multifungsi Sawangan/Kuwil dan pembangunan PLTP Lahendong V
dan VI. Ketersediaan infrastruktur dasar dan fasilitas penunjang akan
menjadi penggerak utama berkembangnya sektor ril dan sekitar
lainnya di Kawasan Timur Indonesia (KTI). Kemudahan untuk
memproduksi barang dan melakukan ekspor langsung ke negara
tujuan dari Bitung, akan dapat mengurangi biaya produksi dan
transportasi sehingga pelaku sektor rill akan memiliki kemampuan
untuk bersaing dengan produk yang sama dari provinsi lainnya di
Kawasan Barat Indonesia (KBI). Kondisi seperti ini akan mempercepat
sektor rill di KTI dapat meningkatkan daya saing, dan secara makro
akan dapat bersama-sama meningkatkan daya saing ekonomi
nasional.

2.3.1.6. Perhubungan
a. Perhubungan Darat
Jalan Nasional di Sulawesi Utara menempati posisi strategis sebagai
urat nadi pembangunan ekonomi, sosial, dan budaya karena
fungsinya menghubungkan wilayah daratan Sulawesi Utara dengan
wilayah daratan provinsi lainnya di pulau Sulawesi.
Sebagai upaya memberikan dan meningkatkan pelayanan angkutan
darat yang lancar, tertib, dan aman di Sulawesi Utara tersedia 17
terminal yang terdiri dari 3 terminal tipe A, 12 terminal tipe B dan 2
terminal tipe C. Pengujian kendaraan bermotor secara mekanik
terdapat di lokasi Balai Pengujian Kendaraan Bermotor Kairagi
Manado untuk menguji kelaikan kendaraan bermotor yang berdomisili
di Kota Manado, Bitung dan Kab. Minahasa. Pengujian kendaraan
bermotor yang ditempatkan di Tahuna untuk menguji kelaikan
kendaraan bermotor yang berdomisili di Kabupaten Sangihe dan
Talaud. Untuk daerah lainnya, pengujian kendaraan bermotor
dilakukan secara manual yang kurang terjamin kehandalannya. Unit
Pelaksana Penimbangan (Jembatan Timbang) yang terdapat di

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 129


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Sulawesi Utara sebanyak 4 unit. Jembatan timbang tersebut terletak


di Wangurer (Bitung), Pineleng (Minahasa), Amurang (Minahasa
Selatan) dan Inobonto (Bolaang Mongondow).

Perusahaan angkutan penumpang (bus) yang ada di Sulawesi Utara


sampai akhir tahun 2014 sebanyak 31 perusahaan. Untuk armada
angkutan pada akhir tahun 2014 armada taksi yang beroperasi di
Provinsi Sulawesi Utara sejumlah 294 unit terdiri dari Celebrity 23
unit, Kokapura 50 unit, Blue Bird 200 unit dan Dian Taxi 21 Unit
.Jumlah kendaraan yang terdaftar pada trayek AKDP sebanyak 1.330
unit dan trayek AKAP sebanyak 166 unit.

Angkutan Penyeberangan di Provinsi Sulawesi Utara sampai saat ini


telah memiliki dua belas Pelabuhan Penyeberangan yaitu di Bitung
(Kota Bitung), Likupang (Kab. Minahasa Utara), Amurang (Kab.
Minahasa Selatan), Pananaru (Kab. Sangihe), Siau (Kab. Sitaro),
Melonguane (Kab. Talaud), Manado (Kota Manado), Bunaken (Kota
Manado), Kabaruan (Kab. Talaud), Musi (Kab. Talaud), dan
Tagulandang (Kab. Sitaro), dan Pulau Lembeh (Kota Bitung).

Tabel 2.53. nama Lintas Penyeberangan, Nama Pelabuhan Yang


Dihubungkan, Jarak lintas dan kapal yang melayani tahun 2014
NAMA LINTAS PENYEBERANGAN, NAMA PELABUHAN YANG DIHUBUNGKAN, JARAK LINTAS DAN KAPAL YANG
MELAYANI PADA TAHUN 2014

NAMA LINTASAN KAPAL YANG UKURAN JARA OPERATOR KAPAL KAPASITAS REALI
BEROPERASI KAPAL K ANGKUT SASI
(GRT) (Km) TRIP/
PELAB
PNP KEND. UHAN
Manado-Bunaken KMP. 85 12 Pemkot Manado Carteran
Coleacanth
Bitung-Lembeh KMP. Tude 200 1,1 PD. Bangun 105 Truk 4, 572
Bitung Minibus
4
Bitung-Pananaru KMP. Pulau 300 136 PT. ASDP 125 Truk 12 44
Sagori
Pananaru-Maroreh KMP. Pulau 92 PT. ASDP 11
Sagori
Bitung- KMP. 500 60 PD. Pelay. Sitaro 214 Truk 12, 94
Tagulandang* Lokongbanua Minibus
5
Tagulandang-Siau KMP. Lohoraung 300 30 PD. Pelay. Sitaro 94
Tagulandang-Biaro KMP. Lohoraung 25 PD. Pelay. Sitaro
Bitung-Melonguane KMP. Porodisa 750 212 PD. Angkutan 479 Truk 12, 44
Penyeberangan Minibus
Talaud 5
Bitung-Ternate KMP. Bawal 500 156 PT. ASDP 150 Truk 15 94
Melonguane- KMP. Berkat 300 27 PD. Angkutan 140 Truk 6,
Mangaran Porodisa Penyeberangan Minibus
(Kabaruan) Talaud 9

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 130


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Melonguane-Musi* KMP. Berkat 11 PD. Angkutan


Porodisa Penyeberangan
Talaud
Amurang-Toli-Toli* KMP. Julung- 750 260 PT. ASDP
Julung

Catatan : * (Lintasan yang beroperasi tahun 2012)

Adapun volume produksi angkutan penyeberangan di Provinsi


Sulawesi Utara pada tahun 2014 untuk kunjungan kapal di
pelabuhan penyeberangan Bitung sebanyak 195 unit, bila
dibandingkan dengan tahun sebelumnya mengalami penurunan
sebesar 32,5 %, penumpang yang diangkut sebanyak 19.537 orang
jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya mengalami peningkatan
sebesar 31 %. Angkutan barang sebanyak 19.567 ton bila
dibandingkan dengan tahun sebelumnya mengalami peningkatan
sebesar 70 %.

b. Perhubungan Laut

Dalam tatanan kepelabuhan nasioanal di Provinsi Sulawesi Utara


terdapat 1 pelabuhan internasional, 8 pelabuhan nasional dan 18
pelabuhan lokal. Pada tahun 2010, jumlah kunjungan kapal luar
negeri pada Pelabuhan Bitung, sebanyak 162 unit. Kunjungan kapal
dalam negeri pada 7 pelabuhan (Manado, Likupang, Kotabunan,
Labuan Uki, Ulu Siau, Tahuna, dan Lirung) di Provinsi Sulawesi Utara
sebanyak 8.077 unit, bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya
mengalami peningkatan sebesar 9.45 %.

Angkutan penumpang pada Tahun 2010 jumlah yang diangkut pada 7


pelabuhan di Provinsi Sulawesi Utara 569.891 orang yang terdiri dari;
penumpang turun sebanyak 284.801 orang dan penumpang naik
sebanyak 285.090 orang bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya
mengalami penurunan sebesar 0.86 %. Bongkar muat pada Tahun
2010 volume bongkar muat barang pada 7 pelabuhan di Provinsi
Sulawesi Utara sebanyak 4.408.438.11 ton yang terdiri dari volume
bongkar sebanyak 3.331.606.51 ton dan volume muat sebanyak
1.076.831.06 ton. Pada tahun 2010 volume impor dan ekspor barang
sebanyak 391.108 ton, yang terdiri dari volume impor sebanyak
24.818 ton dan volume ekspor sebanyak 366.290 ton.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 131


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Grafik. 2.6. Arus Petikemas Tahun 2010-2014

ARUS PETIKEMAS TAHUN 2010 S.D MEI 2014


250
Thousands

200

150

100

50

0
2010 2011 2012 2013 S.D SPT 2014
BOX 153,601 167,752 191,349 187,592 148,739
TEUS 166,298 187,402 222,240 213,883 168,832

Angkutan peti kemas Pada tahun 2010 volume bongkar muat barang
sebanyak 153.601 box yang terdiri dari volume bongkar sebanyak
77.901 box dan volume muat sebanyak 75.700 box bila dibandingkan
dengan tahun yang lalu mengalami peningkatan sebesar 2.45%. Pada
tahun 2011, angkutan peti kemas bertambah menjadi 167.752 box
dan terus meningkat sampai tahun 2013 sebanyak 187.592 box, atau
sama dengan 213,883 teus. Pada tahun 2014 bulan September sudah
terdapat 148.739 box.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 132


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Grafik 2.7. Arus Kapal Tahun 2010 - 2014

ARUS KAPAL TAHUN 2010 S.D BULAN MEI 2014


5,000

Thousands
4,500
4,000
3,500
3,000
2,500
2,000
1,500
1,000
500
-
S.D MEI
2010 2011 2012 2013
2014
PELAYARAN LUAR NEGER 162 158 193 183 94
PELAYARAN DALAM NEGERI 4,536 3,021 3,583 3,074 1,252
TOTAL 4,698 3,179 3,776 3,257 1,346

ARUS KAPAL TAHUN 2010 S.D BULAN MEI 2014


12,000
Thousands

10,000

8,000

6,000

4,000

2,000

-
S.D MEI
2010 2011 2012 2013
2014
PELAYARAN LUAR NEGER 4,309,559 3,539,771 3,532,081 3,324,604 1,366,051
PELAYARAN DALAM NEGERI 6,302,667 7,306,576 7,621,081 7,226,161 2,599,915
TOTAL 10,612,226 10,846,347 11,153,162 10,550,765 3,965,966

Sumber: Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Provinsi Sulawesi Utara

Sejak tahun 2011, pelayaran kapal perintis di Provinsi Sulawesi Utara


mengoperasikan 4 unit kapal yaitu 2 unit berpangkalan di Pelabuhan
Bitung dan 2 unit lainnya berpangkalan di Pelabuhan Tahuna. Kapal-
kapal perintis tersebut melayani angkutan di wilayah Kabupaten
Kepulauan Sangihe dan Kabupaten Kepulauan Talaud yang selama ini
belum ada angkutan yang melayani secara komersial. Dengan
demikian kapal perintis merupakan satu-satunya alat transportasi
yang melayani Wilayah Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Talaud.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 133


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Grafik 2.8. Arus Penumpang Tahun 2010-2014

ARUS PENUMPANG TAHUN 2010 S.D MEI 2014 (SATUAN


ORANG)
Thousands 700

600

500

400

300

200

100

0
S.D MEI
2010 2011 2012 2013
2014
EMBARKASI 297,104 94,634 104,574 71,926 37,843
DEBARKASI 327,461 73,930 132,947 124,625 22,029
TOTAL 624,565 168,564 237,521 196,551 59,872

Sumber: Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Provinsi Sulawesi Utara

Adapun kinerja pelayanan kapal di pelabuhan Samudera Bitung dapat


dilihat selengkapnya pada table dibawah ini.

Tabel. 2.54. Kinerja Pelayanan Kapal di Pelabuhan Samudera


Bitung Provinsi Sulawesi Utara, Tahun 2010 - 2014
N URAIAN SATU REA REALI REA REALI REA REALI REALI REALI
O AN LIS SASI LISA SASI LISA SASI SASI SASI
ASI TAHUN SI TAHU SI TAHUN TAHU TAHU
TAH 2006 TAH N TAH 2010 N N
UN UN 2008 UN 2011 2012
200 2007 2009
5
I PELAYANAN
KAPAL
a. Kapal Luar
Negeri
1. Turn Round Jam 53,2 54.50 52,40 56,85 54,63 53,69 53,66 53,66
Time (TRT)

2. Waiting Time
a. Waiting Time Jam 0.00 0.00 0,00 1,00 0,41 0,43 0,41 0,40
Net (WTN)
b. Postpone Time Jam 0,56 0.50 0,40 0,40 0,37 0,38 0,40 0,41
(PT)
c. Approach Time Jam 0,94 1.00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
Net (AT)
d. Waiting Time Jam 1.50 1.50 0,40 1,40 1,78 1,81 1,81 1,78
Gros (WTG)

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 134


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

3. Berthing Time Jam 51.7 53.00 51,00 54,45 52,44 51,88 51,85 51,80
(BT) 0
4. Efektif Time Jam 32.9 35.00 33,00 36,00 33,79 33,82 33,90 33,4
(ET) 0
5. Not Operating Jam 18.8 18.00 17,00 17,00 17,00 16,56 16,50 16,45
Time (NOT) 0
6. Idle Time (IT) Jam 0.00 0.00 1,00 1,45 1,65 1,50 1,45 1,50

b. Kapal Dalam
Negeri
1. Turn Round Jam 60,5 64.45 59,06 59,51 55,5 55,16 54,37 54,45
Time (TRT) 4
2. Waiting Time :
Waiting Time Net Jam 0.00 0.00 0,00 1,00 0,46 0,45 0,39 0,40
(WTN)
Postpone Time Jam 0.55 0.45 0,46 0,60 0,50 0,47 0,41 0,41
(PT)
Approach Time Jam 0.41 1.00 0,41 1,00 0,43 1,00 1,00 1,00
Net (AT)
Waiting Time Gros Jam 0,96 0.45 0,46 1,60 0,96 1,92 1,80 1,79
(WTG)
Berthing Time Jam 59,5 64.00 58,19 56,91 54,11 53,24 52,57 52,85
(BT) 7
Efektif Time (ET) Jam 31,5 34.00 33,25 35,46 33,25 33,48 33,87 33,85
6
Not Operating Jam 28,0 30.00 23,32 20,00 19,66 18,56 17,62 17,45
Time (NOT) 1
Idle Time (IT) Jam 0.00 0.00 1,62 1,45 1,20 1,20 1,08 1,09

II PELAYANAN
BARANG
a. Pelayanan
Luar Negeri
1. Kapal General T/G/ 22,0 22,00 22,00 22,00 22,00 22,00 22,00 22,00
Cargo J 0
2. Kapal Bag T/G/ 22,00 23,00 23,00 23,00 23,00 23,00
Cargo J 23,0 23,00
0
3.Curah Kering T/J 40,00 40,00 40,00 40,00 40,00 40,00
40,0 40,00
0
4. Curah Cair T/J 58,00 60,00 150,0 150,00 250,0 250,00
60,0 60,00 0 0
0
5. Kapal
Petikemas
a. Terminal B/G/ 0.00 0,00 0,00 0,00 0.00 0,00 0.00
Petikemas J 0.00
b. Terminal B/G/ 0.00 0,00 0,00 0,00 0.00 0,00 0.00
Konvensional J 0.00

b. Pelayanan
Dalam Negeri
1. Kapal General T/G/ 20,00 22,00 21,00
Cargo J 21,0 21,00 21,00 21,00 21,00
0
2. Kapal Bag T/G/ 20,0 20,00 19,00 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00
Cargo J 0
3.Curah Kering T/J 40,0 40,00 41,00 60,00 40,00 40,00 40,00 40,00
0
4. Curah Cair T/J 60,0 60,00 61,00 60,00 100,0 100,00 250,0 250,00
0 0 0
5. Kapal
Petikemas
a. Terminal B/G/ 20,0 20,00 20,00 22,00 22,00 22,00 22,00 22,00
Petikemas J 0

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 135


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

b. Terminal B/G/ 9,00 9,00 9,00 9,00 9,00 9,00 9,00 9,00
Konvensional J

c. Menurut Jenis
Pelayaran
1. Kapal T/K/ 956, 1.500.0 450,0 438,0 110,0 110,00 110,0 110,00
Samudera h 00 0 0 0 0 0
2. Kapal T/K/ 835, 1.200.0 400,0 359,0 100,0 100,00 100,0 100,00
Nusantara h 00 0 0 0 0 0

II FASILITAS DAN
I PERALATAN
a. Fasilitas
1. Dermaga
a. BOR % 70.2 58,25 58,41 30,59 67,47 64,15 60,72 65,77
0
b. BTP Ton / 958, 1.146.3 1.184 834,2 1.667 1.265,0 646,0 723,00
M 84 0 ,92 5 ,90 0 0
2. Gudang
a. SOR % 4,43 11,82 30,66 13,85 14,36 60,18 60,33 62,33
b. STP Ton / 18,1 7,85 20,38 4,69 4,76 4,10 4,18 4,50
M² 6
3. Lapangan
a. YOR % 26,6 36.60 65,35 40,68 38,21 61,12 60,57 61,10
7
b. YTP Ton / 44,5 21.61 33,00 15,09 7,75 6,95 4,62 6,90
M² 2

b. Fasilitas Alat
Kran Darat % 2,32 2,51 2,50 3,13 3,14 8,35 10,25 9,30
Reach Stacker % 83.6 90.00 52,36 90,00 92,00 65,83 16,92 54,12
0
Forklift % 13,3 13.50 8,71 13,87 16,63 16,23 0,33 1,17
5
Top Loader % 0.00 0.00 0,00 0,00 0,00 - - -
Head Truck / % 65,75 63,88 90,00 70,00 - 50,00
chasis
Tronton % 44.0 0.00 33,23 50,00 60,00 60,00 1,08 8,30
0
Bottom Lift % 0.00 0.00 0,00 0,00 0,00 - -
Mobil PMK % 0.00 0.00 45,88 50,94 42,23 41,20 5,40 40,10
Kapal Tunda % 28.2 37.00 35,54 43,35 43,40 42,51 29,05 52,34
0
Kapal Pandu % 46.0 57.00 55,20 52,32 50,95 49,12 16,00 55,33
6
Kapal Kepil % 0.00 0.00 0,00 0,00 0,00 0.00 - -
Lain-Lain % 0.00 0.00 0,00 0,00 0,00 0.00 - -

Sumber: Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Provinsi Sulawesi


Utara

c. Perhubungan Udara

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 136


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Prasarana Bandar Udara yang terdapat di wilayah Provinsi Sulawesi


Utara sebanyak 3 buah yang terdiri dari Bandar Udara Sam
Ratulangi Manado yang merupakan pusat penyebaran dengan
panjang landasan 2.650 m x 45 m, Bandar udara Naha yang berada
diwilayah Kabupaten Kepulauan Sangihe dengan panjang landasan
1.600 m x 30 m, dan Bandar Udara Melonguane yang berada di
Kabupaten Kepulauan Talaud dengan panjang landasan 1.480 m x 30
m, dan kedua bandar udara tersebut bukan merupakan pusat
penyebaran. Bandar Udara Sam Ratulangi Manado merupakan
Bandar Udara yang pengelolaannya dikelola oleh PT (Persero) Angkasa
Pura I Cabang Manado. Sedangkan Bandar Udara Naha dan
Melonguane merupakan unit Pelaksana Teknis Ditjen Perhubungan
Udara Kementerian Perhubungan.

Sarana Fasilitas sisi darat bandar udara, fasilitas landasan, fasilitas


bangunan operasional, fasilitas navigasi udara, fasilitas listrik,
fasilitas komunikasi dan fasilitas security equipment dan audio visual
telah tersedia dalam kondisi cukup memadai untuk menunjang
operasional penerbangan pada masing-masing bandar udara, namun
perlu penambahan dan peningkatan sesuai dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang ada. Adapun perusahaan angkutan
udara yang beroperasi di Sulawesi Utara untuk melayani penerbangan
dalam negeri adalah PT. Garuda Indonesia Airlines, PT. Merpati
Nusantara Airlines, PT. Batavia Air, PT. Lion Air, PT. Wings, Ekspres,
Kartika dan Sriwijaya. Sedangkan untuk penerbangan Luar Negeri
berjadwal dilayani oleh Silk Air ke Singapura.

Jumlah pergerakan pesawat pada 3 bandar udara di provinsi Sulawesi


Utara pada tahun 2014 sebanyak 16.359 unit pada penerbangan
dalam negeri dan jika dibandingkan dengan tahun yang lalu
mengalami penurunan sebesar 0,93 % dikarenakan adanya 1
maskapai penerbangan yang tidak beroperasi (Penerbangan Perintis),
sedangkan pergerakan pesawat luar negeri sebanyak 541 unit,
dibandingkan dengan tahun lalu mengalami penurunan sebesar
0,97% dikarenakan adanya 1 maskapai penerbangan yang tidak
beroperasi (Air Asia). Angkutan penumpang dalam negeri pada tahun
2014 sebanyak 1.793.638 orang yang terdiri dari penumpang tiba
sejumlah 877.568 orang, penumpang berangkat sejumlah 881.531
orang, dan penumpang transit 34.539 orang, dibandingkan dengan
tahun lalu mengalami peningkatan sebesar 8,43 %. Sedangkan
angkutan penerbangan luar negeri sebanyak 48.145 orang yang terdiri
dari penumpang tiba sejumlah 24.521 orang dan penumpang

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 137


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

berangkat sejumlah 23.624 orang, dibandingkan tahun lalu


mengalami penurunan sebesar 0,76%. Angkutan cargo/barang pada
penerbangan dalam negeri tahun 2014 sebanyak 11.252.598 kg yang
terdiri dari bongkar barang sebanyak 7.089.041 kg dan muat barang
sebanyak 4.163.557 kg, bila dibandingkan dengan tahun lalu
mengalami peningkatan sebesar 0.99 % sedangkan angkutan barang
penerbangan luar negeri sebanyak 361.378 kg yang terdiri dari
bongkar barang sebanyak 117.053 kg dan muat barang sebanyak
244.325 kg, jika dibandingkan dengan tahun lalu mengalami
penurunan sebesar 4,63 %. Angkutan bagasi pada penerbangan
dalam negeri tahun 2011 sebanyak 17.976.501 kg yang terdiri dari
bongkar sebanyak 9.297.676 kg dan muat sebayak 8.678.825 kg, jika
dibandingkan dengan tahun lalu mengalami peningkatan sebesar 3,88
%, sedangkan angkutan bagasi penerbangan luar negeri sebanyak
946.671 kg yang terdiri dari bongkar sebanyak 495.440 kg dan muat
sebanyak 451.231 kg, bila dibandingkan dengan tahun lalu
mengalami peningkatan sebesar 3,81%. Angkutan Pos pada tahun
2014 hanya melalui Bandara Sam Ratulangi Manado untuk
penerbangan dalam negeri sebanyak 297.488 kg yang terdiri dari
bongkar sejumlah 201.634 kg dan muat sebanyak 95.854 kg,
dibandingkan dengan tahun lalu mengalami penurunan sebesar 3,63
%.

Dalam rangka memudahkan transportasi, meningkatkan pariwisata


dan kesejahteraan masyarakat di pulau Miangas yang merupakan
pulau terluar di Provinsi Sulawesi Utara maka sedang dilaksanakan
pembangunan bandar udara, yang selanjutnya akan menjadi bandar
udara transit Manado – Filipina.

2.3.1.7. Lingkungan Hidup


Dalam konteks pembangunan negara dan pemberdayaan masyarakat,
segala aktivitas dan kegiatan tidak dapat mengenyampingkan
eksistensi lingkungan pada titik dan batas tertentu. Karenanya,
pembangunan dan pemberdayaan yang tidak memberikan perhatian
serius terhadap lingkungan, sebaliknya justru akan menghasilkan
anti-pembangunan dan anti-pemberdayaan, bahkan dapat berakibat
pada kemerosotan kesejahteraan masyarakat sehingga meningkatkan
angka kemiskinan.

Permasalahan lingkungan hidup pada Tahun 2016-2021, masih akan


diperhadapkan pada pencemaran air, udara, tanah, persampahan,
dan limbah B3 serta kerusakan lingkungan baik darat, pesisir, dan
laut. Sebagian besar masalah lingkungan ini bersumber dari kegiatan
domestik, industri agro, industri manufaktur, industri pertambangan,

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 138


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

industri jasa, dari sektor tranportasi serta lemahnya law enforcement


yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan iklim. Pengendalian
pencemaran air dan kerusakan lingkungan serta penurunan emisi
Gas Rumah Kaca (GRK) adalah salah satu upaya dalam
meminimalisasi permasalahan lingkungan tersebut.

Target Indonesia untuk secara sukarela menurunkan emisi GRK


sebesar 26% pada tahun 2020 merupakan komitmen yang harus
ditindaklanjuti dalam pelaksanaan berbagai program dan kegiatan
Tahun 2016-2021, diantaranya melalui pengendalian sumber-sumber
pencemaran dan perusakan SDA, peningkatan kualitas lingkungan
DAS, pengendalian kemerosotan KEHATI, peningkatan peran serta
masyarakat serta menahan laju deforestasi.

Posisi geografis Sulawesi Utara yang terletak di daerah tropis dan


kepulauan rentan terhadap dampak perubahan iklim. Dampak
perubahan iklim yang terjadi seperti kenaikan temperatur, perubahan
intensitas dan periode hujan, pergeseran musim hujan/kemarau, dan
kenaikan muka air laut sehingga perlunya antisipasi dalam
melestarikan lingkungan hidup.Sumberdaya air mempunyai peran
penting sebagai sumber vital kehidupan manusia. Pasokan air juga
digunakan untuk berbagai sektor pembangunan diantaranya air
minum perkotaan, air industri dan air irigasi. Pada kenyataannya
pemanfaatan air untuk memenuhi kebutuhan sektor industri dan jasa
masih mengandalkan air tanah secara berlebih sehingga dapat
menimbulkan dampak negatif terhadap sumberdaya air tanah
maupun lingkungan antara lain penurunan muka air tanah, intrusi
air laut, serta amblesan tanah. Potensi air tanah di pulau Sulawesi
digambarkan dengan jumlah cekungan airtanah makro yang telah
dikenali dimana distribusi cekungan air tanah tersebut pada Provinsi
Sulawesi Utara sebanyak 6 cekungan.

Tabel 2.55.Cekungan Air Tanah di Prov. Sulawesi Utara, 2014.


Air Tanah Peringkat Kuantitas Air Tanah
Penyelidikan (juta m3/tahun)
No Nama Luas (KM) Bebas Tertekan
1 Manado 1.042 Pendahuluan 525 67
2 Kotamobagu 3.386 Pendahuluan 1.110 100
3 Dumoga 2.578 Diketahui 1.166 93
4 Kotabunan 1.168 Diketahui 620 24
5 Maelang 1.023 Diketahui 460 23
6 Ponigu 2.605 Diketahui 909 45
Sumber : Kementerian PU, RI 2014

Menurut data Badan Pertanahan Provinsi Sulawesi Utara Tahun


2014, Provinsi Sulawesi Utara memiliki 30 sungai dengan sungai
terpanjang yaitu Sungai Dumoga dengan panjang 87,2 kilometer di
Kabupaten Bolaang Mongondow diikuti oleh Sungai Poigar dengan
panjang 54,2 kilometer dan Sungai Sangkub di Kabupaten Bolaang

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 139


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Mongondow Utara dengan panjang 53,6 kilometer. Sungai terpendek


adalah sungai Salongo di Bolaang Mongondow Selatan dengan
panjang 9,1 kilometer.

Sulawesi Utara memiliki ketersediaan air yang melimpah di


wilayah daratan namun di wilayah kepulauan kuantitas terbatas
karena sebagian besar topografinyaberbukit-bukit dengan Kualitasnya
rata-rata cukup baik. Isu global lingkungan hidup terkait dengan
permasalahan sumber air di Sulawesi Utara dapat dirumuskan
sebagai berikut :
a. Permasalahan kuantitas air, yaitu perbedaan debit air sungai yang
signifikan antara musim kemarau dan musim hujan, yang
menunjukkan telah terjadi degradasi pada sempadan, Daerah
Aliran Sungai (DAS) dan Daerah Tangkapan Air (DTA).
Permasalahan ini terjadi pada sungai-sungai maupun danau-danau
di Sulawesi Utara, permasalahan lainnya yakni khususnya Danau
Tondano mengalami penurunan dari tahun 1934 kedalaman danau
masih mencapai 40 m, 28 m tahun 1974, 27 meter tahun 1983, 23
m Tahun 1999 dan tahun 2001 menjadi 20 m, telah terjadi
pendangkalan Danau Tondano rata-rata per tahun 1,5 m (Unima-
JICA, 2000), selain faktor alamiah, pendangkalan Danau Tondano
di pengaruhi oleh banyaknya enjeng gondok.
b. Permasalahan kualitas air, yaitu penurunan kualitas air akibat
berbagai aktifitas seperti pertanian, pembukaan lahan baru,
perikanan, peternakan, dan penambangan Galian C atau mineral
non logam, penambangan mineral logam (emas, pasir besi, mangan)
dan Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI). Khusus untuk daerah
perkotaan cenderung disebabkan akibat aktifitas domestik dan
industri, baik dari pabrik maupun dari usaha mikro, kecil dan
menengah (UMKM).
Dalam penyajian analisisnya dilakukan beberapa pendekatan-
pendekatan, hal ini dilakukan agar analisis lebih fokus serta untuk
mengatasi keterbatasan data yang ada.Dengan pendekatan ini,
diharapkan informasi yang disajikan dapat mewakili kondisi sumber
air di Sulawesi Utara. Berikut ini adalah pendekatan yang dimaksud:
Kondisi Umum Sumber Air di Sulawesi Utara
Sulawesi Utara memiliki 40 sungai yang tersebar di 15
Kabupaten/Kota, dari 40 sungai tersebut terdapat 2 sungai skala
prioritas Nasional yakni Sungai Tondano dan Sungai Talawaan serta 1
sungai lintas Provinsi yakni Sungai Sangkub. Untuk jelasnya
pembagian kewenangan sumber air sungai di Sulawesi Utara dapat
dilihat pada Tabel II. 4.

Tabel 2.56. Jumlah Sungai/Danau/Embung Di Sulawesi Utara

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 140


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

No Sumber Air Keterangan

A. Air Sungai

I Sungai Lintas Provinsi 1 (satu) Sungai

1. Sungai Sangkub Provinsi Sulawesi Utara & Provinsi


Gorontalo

II Sungai Lintas Kabupaten/Kota 9 (Sembilan) sungai

1. Sungai Tondano Kab. Minahasa, Kota Tomohon, Kab.


Minahasa Utara & Kota Manado

2. Sungai Dumoga Kab. Bolaang Mongondow & Kota


Kotamobagu

3. Sungai Ranoyapo Kab. Minahasa Selatan & Kab. Minahasa

4. Sungai Ranowangko Kab. Tomohon & Kab. Minahasa

5. Sungai Maruasey Kota Tomohon, Kab. Minahasa & Kab.


Minahasa Selatan

6. Sungai Malalayang/Minangga Kota Tomohon, Kab. Minahasa & Kota


Manado

7. Sungai Sario Kab. Minahasa & Kota Manado

8. Sungai Sawangan/Tikala Kab. Minahasa & Kota Manado

9. Sungai Poigar Kab. Minahasa Selatan & Kab. Bolaang


Mongondow

III Total Sungai 40 (empat puluh) sungai

B Air Danau & Embung

I Danau Lintas Kab/Kota

1. Danau Moat Kab. Minahasa Selatan & Kab. Bolaang


Mongondow Timur

II Total Danau 20 (dua puluh) Danau

Sumber: Badan Lingkungan Hidup Prov. Sulut

a. Sungai
Status Kuantitas Air dan Kecenderungannya

Sungai di Sulawesi Utara umumnya tidak memiliki panjang


hingga diatas 100 km, ini dikarenakan topografi wilayah Sulawesi
Utara yang berbukit-bukit dan dekat dengan laut. Sungai terpanjang
di Sulawesi Utara adalah Sungai Dumoga dengan panjang 87,2 km
melintasi 2 Kabupaten/Kota yakni wilayah Bolaang Mongondow dan
Kota Kotamobagu.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 141


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Sungai yang menjadi prioritas Nasional di Provinsi Sulawesi


Utara adalah Sungai Tondano dan Sungai Talawaan, sedangkan
sungai lintas Provinsi adalah Sungai Sangkub yang bagian hulunya
berada di Provinsi Gorontalo dan hilirnya berada di Kabupaten
Bolaang Mongondow Utara, Provinsi Sulawesi Utara.
Lebar dan kedalaman sungai di Sulawesi Utara bervariasi dari
hulu sampai ke hilir, bagian hulu umumnya lebih sempit, mencapai
kisaran 1,5 meter sampai dengan 20 meter.Bagian rentang dan hillir
melebar seiring bersatunya beberapa anak sungai ke sungai
utama.Kedalaman sungai juga bervariasi, terdapat perbedaan
kedalaman (tinggi muka air) sungai yang signifikan antara musim
kemarau dengan musim hujan.
Sungai terlebar di Sulawesi Utara adalah Sungai Dumoga dan
Sungai Ranoyapo (lebar permukaan mencapai 85 m).Sungai terdalam
adalah Sungai Dumoga (mencapai 6 m). Sungai dengan debit terbesar
adalah Batang Dumoga (mencapai 99,6 m3/dt). Gambaran mengenai
profil sungai-sungai di Sulawesi Utara dapat dilihat pada tabel berikut
ini :

Tabel 2.57. Profil Sungai - Sungai di Sulawesi Utara


Lebar (m) Debit (m3/dtk)
Panjang Kedalaman
No. Nama Sungai
(km) (m)
Permukaan Dasar Maks Min

1 Dumoga 87.2 13 - 85 10 - 80 0.5 - 6 99.6 8.73

2 Poigar 54.2 15 - 75 10 - 65 0.5 - 4 82.5 12.07

3 Sangkub 53.6 20 - 80 17 - 40 0.75 - 2 93.79 15.1

4 Ranoyapo 51.9 10 - 85 5 - 75 0.5 - 5 99.6 12.86

5 Hanga 43.3 0 0 0 0 0

6 Ongkau 42.1 5 - 35 4 - 30 0.5 - 2 35.35 3.77


Mongondow

7 Tondano 39.9 20 - 75 10 - 40 0.5 - 2.5 83.6 18.5

8 Tuodan 37.5 0 0 0 0 0

9 Talawaan 34.8 10 - 40 5 - 30 0.5 - 4 49.4 7.1

10 Ayong 30.2 0 0 0 0 0

11 Minanga 26.8 10 - 15 5 - 10 0.5 - 2 20.03 5.6

12 Kalekak 25 0 0 0 0 0

13 Nuangan 22.7 0 0 0 0 0

14 Tikala 23.6 15 - 25 10 - 20 0.5 - 2 31.8 9.6

15 Kuma 22.3 0 0 0 0 0

16 Sukuyon 21.8 0 0 0 0 0

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 142


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

17 Paniki 21.2 0 0 0 0 0

18 Likupang 21.2 0 0 0 0 0

19 Lobong 20.8 0 0 0 0 0

20 Ranowangko 20 4 - 45 2 - 25 0.5 - 2.5 52.2 3.22

21 Milangodaa 19 0 0 0 0 0

22 Moayat 17.2 0 0 0 0 0

23 Pusian 16.3 0 0 0 0 0

24 Tobayangan 16.1 0 0 0 0 0

25 Kotolidaan 13.2 0 0 0 0 0

26 Potule 12.1 0 0 0 0 0

27 Moyosiboi 11.2 0 0 0 0 0

28 Sonduk 11.2 0 0 0 0 0

29 Ampadoab 10 7.56 7 7 15 13

30 Matabulu 9.6 0 0 0 0 0

31 Alongo 9.1 0 0 0 0 0

32 Buwun 8 8 7.42 6 6.00 4.50

33 Bolang 7 7.95 7.60 4 3.00 2.00

34 Tarun 5.85 4.46 4.01 2 16.02 14

35 Tadunan 5 7 6.3 3.20 2.00 1.75

36 Malabut 4 5.45 5 2 2.00 1.00

37 Arelo 3.15 2.05 2 2.5 20.33 19

38 Binanga 3 6.20 5.43 2.41 1.75 1.25

39 Masili 2 6.75 5.30 4.5 2.00 1.50

40 Tattas 2 6 5.75 2 1.50 1.00

Sumber: Badan Lingkungan Hidup Prov. Sulut

Kualitas Air Sungai


Kualitas sumber air di Sulawesi Utara, umumnya cukup baik,
kecuali beberapa sungai tertentu yang mendapat tekanan cukup
tinggi baik oleh kegiatan 143ector143c, 143ector143c, pertambangan
baik mineral logam maupun mineral non logam, perikanan, pertanian
serta aktifitas lainnya. Aktifitas manusia (buangan 143ector143c)
sangat dominan mempengaruhi kualitas sumber air di Sulawesi
Utara, jika dibandingkan dengan pengaruh alami ataupun kegiatan
143ector lainnya. Untuk menentukan kualitas sumber air perlu
dilakukan uji laboratorium terhadap parameter pencemar, baik yang
bersifat umum maupun parameter pencemar spesifik.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 143


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

1. Sungai Sangkub
Sungai Sangkub adalah sungai lintas Provinsi, bagian hulu sungai
berada di Taman Nasional Bogani Nani Wartabone yang terletak di
2 Provinsi, yaitu Provinsi Sulawesi dan Provinsi Gorontalo yang
bermuara di Pantai Bintauna Kabupaten Bolaang Mongondow
Utara Provinsi Sulawesi Utara. Sungai sangkub merupakan
gabungan dari 3 anak sugai besar yakni pada bagian hulu sungai
terdapat sungai Ilangge dan Ipomanta sedangkan bagian tengahnya
terdapat sungai Gambuta, sungai Sangkub merupakan sumber air
untuk mengairi area persawahan di Kabupaten Bolaang
Mongondow Utara sebagai salah satu lumbung beras di Provinsi
Sulawesi Utara melalui irigasi Sangkub yang saat ini sedang
dikembangkan.

Pemantauan sungai Sangkub sudah dilaksanakan selama 7 (tujuh)


tahun sejak tahun 2009 sampai dengan tahun 2015. Untuk
pemantauan tahun 2015 hasil analisis laboratorium menunjukkan
beberapa parameter yang telah melebihi baku mutu PP No. 82
Tahun 2001 yaitu: TSS, TDS, Fosfat, Sulfida, Klorin Bebas, Fenol,
E-Coli, T-Coli
Berikut analisis parameter yang melampaui baku mutu PP No. 82
Tahun 2001.

Grafik 2.9. Parameter TDS di Sungai Sangkub

TDS
40000
35000 Baku mutu
30000 Tahap I
25000
Tahap II
20000
15000 Tahap III
10000 Tahap IV
5000
Tahap V
0

Sumber: Badan Lingkungan Hidup Prov. Sulut

Diagram 2.9. di atas adalah konsentrasi TDS (Total Dissolved Solid)


di Sungai Sangkub pada semua titik sampling selama 5 (lima)
tahap selang bulan Juni s/d November 2015. Hasil Analisa
parameter TDS dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 144


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Tabel 2.58. Hasil Analisis parameter TDS di Sungai Sangkub


BAKU MUTU TAHAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN

PP No. 82
No LOKASI/TITIK SAMPLING
TAHAP TAHAP TAHAP TAHAP TAHAP
TAHUN I II III IV V
2001

1 Sungai Beyou Ipomanta 1000 93 96 121 131 98

2 Sungai Ilanga 1000 75 80 103 112 84

sesudah bendungan
3 1000
Bintauna 77 90 113 117 95

4 Sesudah desa Pangkusa 1000 82 94 115 125 95

5 Sungai Gambuta 1000 58 100 128 142 72

6 Desa kopi 1000 58 99 124 129 97

7 Jembatan sangkub 1000 78 5970 35000 34000 256

Sumber: Badan Lingkungan Hidup Prov. Sulut

Dari hasil analisis diatas terlihat bahwa konsentrasi TDS di Jembatan


Sangkub pada tahap II s/d IV melebihi kriteria mutu air PP No. 82 Tahun
2001 untuk badan air kelas II. Rata-rata konsentrasi parameter TDS
dapat dilihat pada grafik dibawah ini :

Grafik 2.10. Rata-Rata Konsentrasi TDS di Sungai Sangkub

TDS
20000
18000
16000 Baku
14000 mutu
12000
10000
8000
6000 Rata-
4000 rata
2000
0

Sumber: Badan Lingkungan Hidup Prov. Sulut

Grafik 1 diatas menunjukan rata-rata konsentrasi TDS (Total Disolved


Solid) di semua titik sampling pada pemantuan tahap I s/d V. Rata-rata
konsentrasi TDS di bagian hulu sampai di Desa Kopi masih memenuhi
kriteria mutu air PP No. 82 Tahun 2001 untuk badan air kelas II tetapi di
Jembatan Sangkub nilai rata-rata konsentrasi TDS jauh melebihi kriteria

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 145


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

mutu air yang ditetapkan. Secara terinci rata-rata konsentrasi TDS dapat
dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 2.59.. Nilai rata-rata Parameter TDS di Sungai Sangkub Tahun 2015
KRITERIA
LOKASI/TITIK MUTU
No PP No. 82 Rata-rata
SAMPLING
TAHUN 2001
1 Sungai Beyou Ipomanta 1000 107.8
2 Sungai Ilanga 1000 90.8
sesudah bendungan
3 1000 98.4
Bintauna
4 Sesudah desa Pangkusa 1000 102.2
5 Sungai Gambuta 1000 100
6 Desa kopi 1000 101.4
7 Jembatan sangkub 1000 15056.8
Sumber: Badan Lingkungan Hidup Prov. Sulut
Grafik 2.12. Konsentrasi Parameter TSS di Sungai Sangkub

TDS

35000

30000

25000
Jembatan
20000 Sangkub

15000

10000

5000

0
Baku Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Tahap V
Mutu

Sumber: Badan Lingkungan Hidup Prov. Sulut

Diagram 2.12 diatas menunjukan lokasi dimana parameter TDS


mencapai konsentrasi tertinggi, yakni di Jembatan Sangkub pada
pemantauan tahap II, III dan IV. Tingginya konsentrasi TDS diduga
merupakan akibat dari aktivitas masyarakat di bantaran sungai terutama
transportasi perahu, penambangan pasir dan pembuangan limbah
domestik tetapi dapat juga diakibatkan oleh percampuran dengan air laut
yang mengakibatkan tingginya konsentrasi garam-garam terlarut
mengingat lokasi ini dekat dengan muara. Pemantauan tahap II s/d IV
dilakukan pada bulan Juli s/d Oktober 2015 yang didominasi oleh
musim panas. Penurunan debit air juga kemungkinan memberi pengaruh
terhadap kenaikan konsentrasi zat terlarut.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 146


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Parameter TSS di Sungai Sangkub


Grafik 2.12. Konsentrasi Parameter TSS di Sungai Sangkub

TSS
120 Baku mutu
100 Tahap I
80 Tahap II
60 Tahap III
40
Tahap IV
20
Tahap V
0

Sumber: Badan Lingkungan Hidup Prov. Sulut


Diagram 3 di atas menunjukkan konsentrasi parameter TSS (Total
Suspended Solid) di semua titik sampling di Sungai Sangkub
selama 5 (lima) tahap pemantauan, bulan Juni s/d bulan
November 2015. Hasil Analisa parameter TSS dapat dilihat pada
tabel dibawah ini :
Tabel 2.60. Hasil Analisis parameter TSS di Sungai Sangkub
BAKU MUTU TAHAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN
LOKASI/TITIK
No PP No. 82
SAMPLING TAHAP TAHAP TAHAP TAHAP TAHAP
I II III IV V
TAHUN2001

Sungai Beyou
1 50
Ipomanta 8 6 3 2 10

2 Sungai Ilanga 50 15 2 1 3 8

sesudah bendungan
3 50
Bintauna 14 3 7 5 20

Sesudah desa
4 50
Pangkusa 25 2 3 11 15

5 Sungai Gambuta 50 50 4 1 5 24

6 Desa kopi 50 84 1 3 3 16

7 Jembatan sangkub 50 105 2 2 10 22

Sumber: Badan Lingkungan Hidup Prov. Sulut

Dari hasil analisis diatas terlihat bahwa parameter TSS di Desa


Kopi dan Jembatan Sangkub pada pemantauan tahap I telah
melebihi kriteria mutu air PP No. 82 Tahun 2001 untuk badan air

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 147


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

kelas II. Rata-rata hasil analisis parameter TSS dapat dilihat pada
grafik dibawah ini:
Grafik 2.12. Rata-Rata Konsentrasi TSS di Sungai Sangkub

TSS
100
90
80 Baku
70 mutu
60
50
40
30
20 Rata-
10 rata
0

Sumber: Badan Lingkungan Hidup Prov. Sulut

Grafik di atas menunjukan rata-rata konsentrasi TSS pada 5 (lima)


tahap pemantauan selang bulan Juni s/d November 2015, dimana
data yang dihasilkan masih memenuhi kriteria mutu air PP No. 82
Tahun 2001 untuk badan air kelas II. Grafik naik dari hulu ke hilir
seiring padatnya aktivitas masyarakat di sekitar sungai. Nilai rata
dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 2.61. Nilai rata-rata Parameter TSS di Sungai Sangkub Tahun 2015
BAKU MUTU

No LOKASI/TITIK SAMPLING PP No. 82 Rata-rata

TAHUN 2001

1 Sungai Beyou Ipomanta 50 5.8

2 Sungai Ilanga 50 5.8

3 sesudah bendungan Bintauna 50 9.8

4 Sesudah desa Pangkusa 50 11.2

5 Sungai Gambuta 50 16.8

6 Desa kopi 50 21.4

7 Jembatan Sangkub 50 17.2

Sumber: Badan Lingkungan Hidup Prov. Sulut

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 148


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Grafik. 2.14. Konsentrasi TSS di Semua Titik Sampling di Sungai


Sangkub

TSS
150
Desa Kopi

100
Jembatan
Sangkub
50

0
Baku Mutu Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Tahap V

Sumber: Badan Lingkungan Hidup Prov. Sulut

Diagram 4 di atas menunjukan konsentrasi TSS di Desa Kopi dan


Jembatan Sangkub per tahap pemantauan. Pada pemantauan
tahap I konsentrasi TSS di 2 (dua) titik tersebut telah melebihi
kriteria mutu air PP No. 82 Tahun 2001 untuk badan air kelas II.
Tingginya konsentrasi TSS ini diduga merupakan akibat dari
adanya aktivitas masyarakat di sekitar lokasi, terutama kegiatan
penambangan pasir. Selain itu, cuaca hujan di sekitar waktu
pemantauan juga dapat mempengaruhi tingginya konsentrasi TSS,
karena bertambahnya debit sungai sehingga banyak suspensi yang
dihasilkan dari material dasar sungai serta limbah yang tidak larut
dalam air.

Parameter Klorin Bebas di Sungai Sangkub


Konsentrasi Klorin Bebas di semua titik sampling di Sungai
Sangkub selama 5 (lima) tahap pemantauan bulan Juni s/d
November 2015 ditunjukkan oleh diagram dan tabel dibawah ini:

Grafik 2.15. Konsentrasi Parameter Klorin Bebas di Sungai


Sangkub

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 149


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

KLORIN BEBAS
0.25 Baku mutu
0.2 Tahap I
0.15 Tahap II

0.1 Tahap III


Tahap IV
0.05
Tahap V
0

Sumber: Badan Lingkungan Hidup Prov. Sulut

Tabel 2.62. Hasil Analisis parameter Klorin Bebas di Sungai Sangkub


BAKU MUTU TAHAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN
LOKASI/TITIK
No PP No. 82
SAMPLING TAHAP TAHAP TAHAP TAHAP TAHAP
I II III IV V
TAHUN2001

1 Sungai Beyou Ipomanta 0.03 0,02 0,02 0,03 0,03 0,02

2 Sungai Ilanga 0.03 0,02 0,03 0,03 0,04 0,02

3 sesudah bendungan 0.03 0,02 0,03 0,05 0,08 0,02


Bintauna
4 Sesudah desa Pangkusa 0.03 0,02 0,06 0,05 0,2 0,02

5 Sungai Gambuta 0.03 0,02 0,04 0,04 0,07 0,02

6 Desa kopi 0.03 0,02 0,04 0,08 0,11 0,02

7 Jembatan sangkub 0.03 0,02 0,03 0,02 0,02 0,02

Sumber: Badan Lingkungan Hidup Prov. Sulut

Dari hasil analisis diatas terlihat bahwa parameter Klorin Bebas di


beberapa titik sampling pada pemantauan tahap II, III dan IV telah
melebihi kriteria mutu air PP No. 82 Tahun 2001 untuk badan air
kelas II. Rata-rata hasil analisis parameter Klorin Bebas dapat
dilihat pada grafik dibawah ini :

Grafik. Rata-Rata Konsentrasi Klorin Bebas di Sungai Sangkub

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 150


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

KLORIN BEBAS
0.08
0.07 Baku
0.06 mutu
0.05
0.04
0.03 Rata-
0.02 rata
0.01
0

Sumber: Badan Lingkungan Hidup Prov. Sulut

Grafik diatas menunjukan rata-rata konsentrasi Klorin Bebas


pada bulan Juni s/d November 2015. Konsentrasi klorin pada
lokasi sesudah bendungan Bintauna, sesudah desa Pangkusa,
sungai Gambuta dan Desa Kopi melebihi kriteria mutu air PP No.
82 Tahun 2001. Nilai rata-rata parameter Klorin Bebas dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 2.63. Nilai rata-rata Parameter Klorin Bebas di Sungai Sangkub Tahun
2015
BAKU MUTU

No LOKASI/TITIK SAMPLING PP No. 82 Rata-rata

TAHUN 2001

1 Sungai Beyou Ipomanta 0.03 0.02

2 Sungai Ilanga 0.03 0.03

3 sesudah bendungan Bintauna 0.03 0.04

4 Sesudah desa Pangkusa 0.03 0.07

5 Sungai Gambuta 0.03 0.04

6 Desa kopi 0.03 0.05

7 Jembatan sangkub 0.03 0.02

Sumber: Badan Lingkungan Hidup Prov. Sulut

Grafik 2.17. Konsentrasi Klorin Bebas di semua titik sampling


di Sungai Sangkub

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 151


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

KLORIN BEBAS
0.2
Sungai Ilanga
0.15
Sesudah
Bendungan
0.1 Bintauna
Sesudah Desa
Pangkusa
0.05 Sungai Gambuta

0
Baku Mutu Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Tahap V

Sumber: Badan Lingkungan Hidup Prov. Sulut

Diagram di atas menunjukan bahwa konsentrasi Klorin Bebas di


hampir semua lokasi pada pemantauan tahap II, III dan IV telah
melebihi kriteria mutu air PP No. 82 Tahun 2001 untuk badan air
kelas II. Secara alami pelapukan batuan dan tanah melepaskan
klorida ke perairan dan sebagian klorida mudah larut, hal ini bisa
menjadi salah satu penyebab tingginya kadar klorin di dalam air.
Selain itu, penggunaan pestisida mengandung klor yang kemudian
masuk ke dalam aliran sungai atau kegiatan pencucian dengan
bahan yang mengandung klor bisa menjadi penyebab tingginya
konsentrasi klorin.

Parameter Total Fosfat di Sungai Sangkub


Konsentrasi parameter Total Fosfat di semua titik sampling di
Sungai Sangkub selama 5 (lima) tahap pemantauan dapat dilihat
pada diagram dan tabel dibawah ini :
Grafik 2.18. Konsentrasi Parameter Total Fosfat di Sungai Sangkub

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 152


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

FOSFAT
0.6 Baku mutu
0.5 Tahap I
0.4 Tahap II
0.3 Tahap III
0.2 Tahap IV
0.1 Tahap V
0

Sumber: Badan Lingkungan Hidup Prov. Sulut

Tabel 2.64. Hasil Analisis parameter Total Fosfat di Sungai Sangkub


BAKU TAHAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN
MUTU
LOKASI/TITIK
No
SAMPLING PP No. 82 TAHAP TAHAP TAHAP TAHAP TAHAP
I II III IV V
TAHUN2001

Sungai Beyou
1 0,2 0,417 0,114 0,405 0,115 0,049
Ipomanta

2 Sungai Ilanga 0,2 0,145 0,288 0,334 0,099 0,189

sesudah bendungan
3 0,2 0,084 0,149 0,053 0,418 0,23
Bintauna

Sesudah desa
4 0,2 0,148 0,049 0,084 0,054 0,321
Pangkusa

5 Sungai Gambuta 0,2 0,546 0,113 0,23 0,072 0,15

6 Desa kopi 0,2 0,429 0,201 0,366 0,093 0,569

7 Jembatan sangkub 0,2 0,045 0,066 0,005 0,018 0,556

Sumber: Badan Lingkungan Hidup Prov. Sulut

Dari hasil analisis diatas terlihat bahwa parameter Total Fosfat


secara bervariasi berdasarkan lokasi dan waktu pemantauan telah
melebihi kriteria mutu air PP No. 82 Tahun 2001 untuk badan air
kelas II. Rata-rata hasil analisis parameter Total Fosfat dapat
dilihat pada grafik dibawah ini :

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 153


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Grafik 2.19. Rata-rata Konsentrasi Total Fosfat di Sungai Sangkub

FOSFAT
0.6
0.5 Baku
0.4 mutu

0.3
Rata-
0.2 rata
0.1
6E-16
-0.1

Sumber: Badan Lingkungan Hidup Prov. Sulut

Grafik 4 di atas menunjukkan bahwa rata-rata konsentrasi Total


Fosfat di Sungai Beyou Ipomanta, Sungai Ilanga, Sungai Gambuta
dan Desa Kopi telah melampaui baku mutu air PP No. 82 Tahun
2001 untuk badan air kelas II. Konsentrasi tertinggi berada pada
lokasi desa Kopi. Nilai rata-rata parameter Total Fosfat dapat
dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 2.65. Nilai rata-rata Parameter Total Fosfat di Sungai Sangkub


Tahun 2015
BAKU MUTU

No LOKASI/TITIK SAMPLING PP No. 82 Rata-rata

TAHUN 2001

1 Sungai Beyou Ipomanta 0.2 0.22

2 Sungai Ilanga 0.2 0.21

3 sesudah bendungan Bintauna 0.2 0.19

4 Sesudah desa Pangkusa 0.2 0.13

5 Sungai Gambuta 0.2 0.22

6 Desa kopi 0.2 0.33

7 Jembatan Sangkub 0.2 0.14

Sumber: Badan Lingkungan Hidup Prov. Sulut

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 154


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Grafik 2.20.Konsentrasi Total Fosfat di Semua Titik Pemantauan


di Sungai Sangkub

FOSFAT
0.6 Sungai Beyou Ipomanta

0.5 Sungai Ilanga

Sesudah Bendungan
0.4 Bintauna
Sesudah Desa Pangkusa
0.3
Sungai Gambuta
0.2 Desa Kopi

0.1 Jembatan Sangkub

0
Baku Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Tahap V
Mutu

Sumber: Badan Lingkungan Hidup Prov. Sulut

Diagram 8 di atas menunjukan bahwa di setiap tahap pemantauan


konsentrasi fosfat pada lokasi tertentu melebihi kriteria mutu air
PP No. 82 Tahun 2001 untuk badan air kelas II. Fosfat dalam air
bisa bersumber dari limbah organik rumah tangga yang
mengalami pembusukan, dari deterjen yang digunakan untuk
kegiatan pencucian atau dari penggunaan pupuk tanaman.

Parameter E-Coli di Sungai Sangkub


Grafik 2.21. Konsentrasi Parameter E-Coli di Sungai Sangkub

E-COLI
30000
Baku mutu
25000
Tahap I
20000
Tahap II
15000
Tahap III
10000
Tahap IV
5000
Tahap V
0

Sumber: Badan Lingkungan Hidup Prov. Sulut

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 155


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Diagram 9 diatas menunjukkan konsentrasi parameter E-Coli di


semua titik sampling di Sungai Sangkub selama 5 (lima) tahap
selang bulan Juni s/d November 2015, mewakili musim penghujan
dan musim kemarau. Hasil analisa parameter E-Coli dapat dilihat
pada tabel dibawah ini :
Tabel 2.66. Hasil Analisis parameter E-Coli di Sungai Sangkub
BAKU MUTU TAHAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN
LOKASI/TITIK
No PP No. 82
SAMPLING TAHAP TAHAP TAHAP TAHAP TAHAP
I II III IV V
TAHUN 2001

Sungai Beyou
1 1000 960 1100 40 40 700
Ipomanta

2 Sungai Ilanga 1000 1500 640 370 640 600

sesudah bendungan
3 1000 14100 960 330 24200 320
Bintauna

Sesudah desa
4 1000 1700 270 110 1300 390
Pangkusa

5 Sungai Gambuta 1000 1400 1200 60 70 1100

6 Desa kopi 1000 1500 660 24200 24200 640

7 Jembatan sangkub 1000 1500 660 24200 24200 640

Sumber: Badan Lingkungan Hidup Prov. Sulut

Dari hasil analisis diatas terlihat bahwa disetiap tahap


pemantauan ditemukan data konsentrasi E-Coli yang melebihi
kriteria mutu air PP No. 82 Tahun 2001 untuk badan air kelas II.
Rata-rata hasil analisis parameter E-Coli dapat dilihat pada grafik
dibawah ini :
Grafik 2.22. Rata-rata Konsentrasi E-Coli di Sungai Sangkub

E-COLI
12000
10000 Baku
mutu
8000
6000
4000 Rata-
2000 rata
0

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 156


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Sumber: Badan Lingkungan Hidup Prov. Sulut

Grafik 5 diatas menunjukan rata-rata konsentrasi E-Coli di Sungai


Sangkub pada 5 (lima) tahap pemantauan selang bulan Juni s/d
November 2015. Rata-rata konsentrasi E-Coli di lokasi sesudah
bendungan Bintauna, Desa Kopi dan Jembatan Sangkub telah
melampaui kriteria mutu air PP No. 82 Tahun 2001 untuk badan
air kelas II. Dari semua titik sampling rata-rata konsentrasi E-Coli
di Jembatan Sangkub menunjukkan nilai tertinggi. Nilai rata-rata
konsentrasi parameter E-Coli dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 2.67. Nilai rata-rata Parameter E-Coli di Sungai Sangkub Tahun 2015
BAKU MUTU

No LOKASI/TITIK SAMPLING PP No. 82 Rata-rata

TAHUN 2001

1 Sungai Beyou Ipomanta 1000 568

2 Sungai Ilanga 1000 750

sesudah bendungan
3 1000 7982
Bintauna

4 Sesudah desa Pangkusa 1000 754

5 Sungai Gambuta 1000 766

6 Desa kopi 1000 1550

7 Jembatan sangkub 1000 10220

Sumber: Badan Lingkungan Hidup Prov. Sulut


Grafik 2.23. Konsentrasi E-Coli di semua titik sampling di Sungai
Sangkub

E-COLI
25000 Sungai Beyou Ipomanta

20000 Sungai Ilanga

Sesudah Bendungan
15000 Bintauna
Sesudah Desa Pangkusa
10000
Sungai Gambuta
5000 Desa Kopi

0
Baku Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Tahap V
Mutu

Sumber: Badan Lingkungan Hidup Prov. Sulut

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 157


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Diagram di atas menunjukan bahwa di setiap tahap pemantauan


terdapat lokasi dimana konsentrasi E-Coli melebihi kriteria mutu
air. Ada 2 (dua) lokasi dimana konsentrasi E-Coli sangat tinggi
yakni sesudah Bendungan Bintauna dan Jembatan Sangkub.
Kotoran manusia maupun hewan yang masuk ke sungai menjadi
salah satu pemicu tingginya bakteri tersebut. Selain itu,
pencemaran sungai yang berasal dari sampah/limbah rumah
tangga juga berkontribusi terhadap tingginya konsentrasi E-Coli di
Sungai Sangkub.

Parameter T-Coli di Sungai Sangkub


Grafik 2.24. Konsentrasi Parameter T-Coli di Sungai Sangkub

TOTAL COLI
30000
Baku mutu
25000 Tahap I
20000 Tahap II
15000 Tahap III
10000 Tahap IV
5000 Tahap V
0

Sumber: Badan Lingkungan Hidup Prov. Sulut

Diagram 11 diatas menunjukkan konsentrasi parameter T-Coli di


Sungai Sangkub di semua titik sampling selama 5 (lima) tahap
pemantauan selang bulan Juni s/d November 2015. Hasil Analisa
parameter T-Coli dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 2.68. Hasil Analisis parameter T-Coli di Sungai Sangkub

BAKU MUTU TAHAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN

LOKASI/TITIK PP No. 82
No
SAMPLING TAHAP TAHAP TAHAP TAHAP TAHAP
TAHUN I II III IV V
2001

1 Sungai Beyou Ipomanta 5000 24200 24200 3900 24200 24200

2 Sungai Ilanga 5000 24200 24200 3600 24200 24200

3 5000 24200 24200 5500 24200 24200


sesudah bendungan

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 158


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Bintauna

4 Sesudah desa Pangkusa 5000 24200 24200 12000 24200 24200

5 Sungai Gambuta 5000 24200 24200 6100 13000 24200

6 Desa kopi 5000 24200 19900 13000 24200 24200

7 Jembatan sangkub 5000 24200 24200 24200 24200 24200

Sumber: Badan Lingkungan Hidup Prov. Sulut

Dari hasil analisis diatas terlihat bahwa parameter T-coli pada 5


(lima) tahap pemantauan telah melebihi kriteria mutu air untuk
badan air kelas II berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001, kecuali di
Sungai Beyou Ipomanta dan Sungai Ilanga pada pemantauan tahap
III. Rata-rata hasil analisis parameter T-coli dapat dilihat pada
grafik dibawah ini :
Grafik 2.25. Rata-rata Konsentrasi T-Coli di Sungai Sangkub

TOTAL COLI
30000
25000 Baku
20000 mutu

15000
10000
Rata-
5000 rata
0

Sumber: Badan Lingkungan Hidup Prov. Sulut

Grafik 6 di atas menunjukan rata-rata konsentrasi T-coli di semua


titik sampling di Sungai Sangkub telah melebihi kriteria mutu air
PP No. 82 Tahun 2001 untuk badan air kelas II. Konsentrasi T-Coli
di Jembatan Sangkub menunjukkan rata-rata tertinggi. Nilai rata-
rata hasil parameter T-Coli dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 2.69. Nilai rata-rata Parameter T-Coli di Sungai Sangkub Tahun 2015
BAKU MUTU

No LOKASI/TITIK SAMPLING PP No. 82 Rata-rata

TAHUN 2001

1 Sungai Beyou Ipomanta 5000 20140

2 Sungai Ilanga 5000 20080

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 159


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

sesudah bendungan
3 5000 20460
Bintauna

4 Sesudah desa Pangkusa 5000 21760

5 Sungai Gambuta 5000 18340

6 Desa kopi 5000 21100

7 Jembatan sangkub 5000 24200

Sumber: Badan Lingkungan Hidup Prov. Sulut

Grafik 2.26. Konsentrasi T-Coli di semua titik sampling di Sungai Sangkub

TOTAL COLI
25000

20000 Sungai Beyou


Ipomanta
Sungai Ilanga
15000
Sesudah Bendungan
Bintauna
10000 Sesudah Desa
Pangkusa
Sungai Gambuta
5000

0
Baku Mutu Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Tahap V

Sumber: Badan Lingkungan Hidup Prov. Sulut

Diagram 12 diatas menunjukan bahwa hampir pada semua tahap


pemantauan konsentrasi T-Coli jauh melebihi kriteria mutu air PP
No. 82 Tahun 2001. Di tahap 3 terjadi sedikit penurunan sekalipun
hanya beberapa titik yang nilainya di bawah baku mutu. Total
Coliform merupakan indikator bakteri pertama yang digunakan
untuk menentukan aman tidaknya air untuk dikonsumsi karena T-
Coli banyak ditemukan di lingkungan tanah dan air yang telah
terpengaruh oleh air permukaan serta limbah pembuangan kotoran
hewan dan manusia. Tingginya konsentrasi T-Coli diduga
merupakan akibat dari kurangnya fasilitas sanitasi masyarakat
dan aktivitas peternakan di sekitar sungai Sangkub.

Parameter Fenol di Sungai Sangkub


Konsentrasi parameter Fenol di semua titik sampling selama 5
(lima) tahap pemantauan, bulan Juni s/d November 2015
ditunjukkan oleh diagram dan tabel di bawah ini:

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 160


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Grafik 2.27. Konsentrasi Parameter Fenol di Sungai Sangkub

FENOL
0.015 Baku mutu
Tahap I
0.01 Tahap II
Tahap III
0.005
Tahap IV
Tahap V
0

Sumber: Badan Lingkungan Hidup Prov. Sulut

Tabel 2.70. Hasil Analisis parameter Fenol di Sungai Sangkub


BAKU MUTU TAHAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN
LOKASI/TITIK
No PP No. 82
SAMPLING TAHAP TAHAP TAHAP TAHAP TAHAP
I II III IV V
TAHUN2001

Sungai Beyou
1 0,002 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001
Ipomanta

2 Sungai Ilanga 0,002 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001

sesudah bendungan
3 0,002 0,001 0,001 0,012 0,001 0,001
Bintauna

Sesudah desa
4 0,002 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001
Pangkusa

5 Sungai Gambuta 0,002 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001

6 Desa kopi 0,002 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001

7 Jembatan sangkub 0,002 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001

Sumber: Badan Lingkungan Hidup Prov. Sulut

Dari hasil analisis diatas terlihat bahwa parameter Fenol di lokasi


sesudah bendungan Bintauna pada pemantauan tahap III telah
melebihi kriteria mutu air PP No. 82 Tahun 2001 untuk badan air
kelas II. Rata-rata konsentrasi parameter Fenol dapat dilihat pada
grafik dibawah ini :

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 161


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Grafik 2.28. Rata-rata konsentrasi fenol di Sungai Sangkub

FENOL
0.005
0.004 Baku
mutu
0.003
0.002 Rata-
rata
0.001
1.1E-17
-0.001

Grafik di atas menunjukkan rata-rata konsentrasi Fenol di semua


titik sampling. Dari semua data, hanya rata-rata konsentrasi Fenol
di lokasi sesudah bendungan Bintauna yang melampaui kriteria
mutu air PP No. 82 Tahun 2001 untuk badan air kelas II. Nilai
rata-rata parameter Fenol dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 2.71. Nilai rata-rata Parameter Fenol di Sungai Sangkub Tahun


2015
BAKU MUTU

No LOKASI/TITIK SAMPLING PP No. 82 Rata-rata

TAHUN 2001

1 Sungai Beyou Ipomanta 0,002 0,001

2 Sungai Ilanga 0,002 0,001

3 sesudah bendungan Bintauna 0,002 0,0032

4 Sesudah desa Pangkusa 0,002 0,001

5 Sungai Gambuta 0,002 0,001

6 Desa kopi 0,002 0,001

7 Jembatan Sangkub 0,002 0,001

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 162


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Grafik 2.29. Konsentrasi Fenol di Sesudah Bendungan Bintauna

FENOL
0.012
0.012

0.01

0.008
Sesudah Bendungan
0.006 Bintauna

0.004

0.002 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001

0
Baku Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Tahap V
Mutu

Diagram 14 di atas menunjukan titik dimana konsentrasi Fenol


telah melebihi kriteria mutu air PP No. 82 Tahun 2001 untuk
badan air kelas II. Tingginya nilai Fenol di titik ini diduga
bersumber dari pembusukan bahan organik, timbunan sampah
atau sisa-sisa tumbuhan serta penggunaan herbisida, insektisida
atau fungisida sekitar sungai.

Perbandingan Rata-rata Konsentrasi Parameter Yang Melampaui


Kriteria Mutu Air di Sungai Sangkub Tahun 2009 s/d 2015

Rata-rata konsentrasi parameter yang melampaui kriteria mutu air


dari tahun 2009 s/d 2015 ditunjukkan oleh diagram-diagram di
bawah ini:
Grafik 2.30 Rata-rata Konsentrasi TDS di Sungai Sangkub tahun 2009-2015

TDS
16000 15057
14000
12000 Sungai Beyou Ipomanta
10000
Sungai Ilanga
8000
6000 Sesudah Bendungan Bintauna
2817 3276 3140
4000 1764 1081 Sesudah Desa Pangkusa
2000 1000 125.8
0 Sungai Gambuta
Desa Kopi
Jembatan Sangkub

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 163


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Dari diagram di atas terlihat bahwa dari tahun 2009 s/d 2015
konsentrasi TDS di Sungai Sangkub cenderung fluktuatif.
Sekalipun demikian, peningkatan konsentrasi yang cukup nyata
terlihat di 2 (dua) lokasi, yakni Desa Kopi dan Jembatan Sangkub.
Lokasi ini terletak di bagian hilir sungai, dimana ada cukup banyak
pemukiman dan sering dilakukan kegiatan penambangan pasir.
Jarak yang dekat dengan laut juga bisa mempengaruhi konsentrasi
TDS, karena keberadaan garam-garam terlarut dalam air.

Diagram 16 di bawah merupakan trend konsentrasi TSS dari tahun


2009 s/d 2015. Dari diagram tersebut terlihat bahwa konsentrasi
TSS yang cukup mencolok terjadi pada tahun 2010 dan 2014. Di
tahun 2010 5 dari 7 titik sampling menunjukkan angka konsentrasi
TSS yang cukup tinggi. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh
adanya kegiatan pembukaan lahan perkebunan, pembangunan
jalan dan irigasi. Pada tahun 2014 ada 2 lokasi yang menunjukkan
konsentrasi TSS yang cukup tinggi, yakni Desa Kopi dan Jembatan
Sangkub. Aktivitas yang cukup padat di sekitar kedua titik
tersebut, terutama yang melibatkan pembongkaran lahan,
transportasi perahu dan galian C diduga merupakan penyebab
tingginya konsentrasi TSS.
Grafik 2.31. Rata-rata konsentrasi TSS di Sungai Sangkub Tahun 2009 s/d
2015

TSS
140 127.4
120
100 Sungai Beyou Ipomanta
80 Sungai Ilanga
60 50
39.96 Sesudah Bendungan Bintauna
40 25.2
11.8 10.6 16.8 Sesudah Desa Pangkusa
20
Sungai Gambuta
0
Desa Kopi
Jembatan Sangkub

Rata-rata konsentrasi Klorin dari tahun 2009 s/d 2015 ditunjukkan


oleh diagram 17 di bawah. Data tahun 2009 menunjukkan rata-rata
tertinggi di semua titik pemantauan (pada tahun 2009 hanya ada 6
titik sampling, Sungai Gambuta belum dimasukkan sebagai titik
sampling). Pada tahun 2010 terjadi penurunan, hanya 2 dari 7 titik
sampling yang menunjukkan data konsentrasi klorin di atas kriteria

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 164


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

mutu air PP No. 82 Tahun 2001. Tahun 2011 data konsentrasi di


semua titik sampling memenuhi kriteria mutu air. Data tahun 2012
s/d 2015 menunjukkan adanya peningkatan konsentrasi klorin
sekalipun tidak setinggi data tahun 2009. Kandungan klorin diduga
sudah ada dalam konsentrasi kecil sebagai hasil pelarutan klorida
yang dilepaskan oleh proses alami seperti pelapukan. Peningkatan
konsentrasi diakibatkan oleh aktivitas masyarakat yang
menggunakan bahan mengandung klorin, seperti pestisida dalam
kegiatan pertanian/perkebunan dan deterjen/pemutih pada
kegiatan pencucian.
Grafik 2.32. Rata-rata konsentrasi Klorin Bebas di Sungai Sangkub Tahun
2009 s/d 2015

Klorin Bebas
0.25
0.2
Sungai Beyou Ipomanta
0.15 Sungai Ilanga
0.1 Sesudah Bendungan Bintauna

0.05 Sesudah Desa Pangkusa


Sungai Gambuta
0
Desa Kopi
Jembatan Sangkub

Grafik 2.33. Rata-rata konsentrasi Total Fosfat di Sungai Sangkub

T-Fosfat
0.35
0.286
0.3
0.25 0.22 Sungai Beyou Ipomanta
0.2
0.2 Sungai Ilanga
0.15 0.104 Sesudah Bendungan Bintauna
0.1 0.0750.0654
0.043 Sesudah Desa Pangkusa
0.05 0 Sungai Gambuta
0
Desa Kopi
Jembatan Sangkub

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 165


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Grafik 2.34. Rata-rata konsentrasi E-Coli di Sungai Sangkub Tahun 2009


s/d 2015

E-Coli
16000 15062
14000 12960
12000 10220 Sungai Beyou Ipomanta
10000 7840 8120
Sungai Ilanga
8000 6396
6000 Sesudah Bendungan Bintauna
4000
1000 1768
Sesudah Desa Pangkusa
2000
Sungai Gambuta
0
Desa Kopi
Jembatan Sangkub

Rata-rata konsentrasi E-Coli Sungai Sangkub ditunjukkan oleh


diagram 19 di atas. Trend tahun 2009 s/d 2015 menunjukkan
trend serupa, dimana konsentrasi E-Coli di Jembatan Sangkub
selalu menjadi yang tertinggi, kecuali tahun 2012 dimana
konsentrasi E-Coli di Desa Kopi sedikit lebih tinggi dari Jembatan
Sangkub. Hal ini dapat terjadi karena limbah kotoran manusia atau
hewan yang masuk ke sungai (bagian hilir merupakan lokasi yang
dekat dengan pemukiman masyarakat dan banyak diantara mereka
memiliki hewan ternak).
Grafik 2.35.Rata-rata konsentrasi T-Coli di Sungai Sangkub Tahun 2009
s/d 2015

T-Coli
30000
24200
24200
25000 216002218021760
21100
20660 19740 2060021100
20000 Sungai Beyou Ipomanta
15488
15488
Sungai Ilanga
15000
Sesudah Bendungan Bintauna
10000
5000
5000 Sesudah Desa Pangkusa
5000 2420
2420
Sungai Gambuta
0
Desa Kopi
Jembatan Sangkub

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 166


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Diagram diatas menunjukkan rata-rata konsentrasi T-Coli di


Sungai Sangkub sejak tahun 2009 s/d 2015. Dari diagram diatas
terlihat bahwa konsentrasi Total Coli tahun 2009 adalah satu-
satunya data yang nilainya memenuhi kriteria mutu air PP No. 82
Tahun 2001. Sejak tahun 2010 s/d 2015 konsentrasi T-Coli di
semua titik sampling melampaui kriteria mutu air. Selain kotoran
manusia dan hewan, tingginya angka E-Coli bisa juga disebabkan
oleh limbah domestik yang dibuang/masuk ke sungai.
Grafik 2.36. Rata-rata konsentrasi Fenol di Sungai Sangkub Tahun 2009
s/d 2015

Fenol
0.02
0.018
0.016
0.014 Sungai Beyou Ipomanta
0.012 Sungai Ilanga
0.01
0.008 Sesudah Bendungan Bintauna
0.006
0.004 Sesudah Desa Pangkusa
0.002 Sungai Gambuta
0
Desa Kopi
Jembatan Sangkub

Diagram diatas adalah diagram rata-rata konsentrasi Fenol sejak


tahun 2009 s/d 2015. Data tahun 2009 menunjukkan angka
tertinggi di semua lokasi pemantauan, tahun 2010 konsentrasi
fenol di beberapa titik sedikit lebih tinggi dari kriteria mutu air,
tahun 2015 konsentrasi fenol di lokasi sesudah bendungan
Bintauna dan sesudah Desa Pangkusa mengalami peningkatan
jauh di atas kriteria mutu air PP No. 82 tahun 2001, sedangkan
tahun 2011 s/d 2014 semua data memenuhi kriteria mutu air.

Tingginya konsentrasi fenol tersebut kemungkinan disebabkan oleh


penggunaan insektisida, pestisida dan herbisida atau bahan lainnya
yang mengandung fenol. Pembakaran saat pembukaan lahan juga
berpotensi menghasilkan fenol, jika terhanyut oleh hujan ke aliran
sungai maka dapat meningkatkan konsentrasi fenol dalam air
sungai.
Secara ringkas, perbandingan jumlah dan jenis parameter yang
melewati baku mutu serta jumlah dan jenis lokasi dimana
konsentrasi parameter pencemar melebihi kriteria mutu air terlihat
pada tabel berikut.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 167


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Tabel 2.72. Perbandingan jumlah parameter pencemar dan lokasi dimana


parameter pencemar melampaui kriteria mutu air di Sungai Sangkub tahun
2009 s/d 2015

Jumlah
Parameter
Jenis
Tahun Lokasi
Melampaui Parameter
Kriteria Mutu
Air

2009 7 TDS Jembatan Sangkub

TSS Desa Kopi, Jembatan Sangkub

Sungai Ilanga, Sesudah Bendungan Bintauna,


BOD Sesudah Desa Pangkusa, Desa Kopi, Jembatan
Sangkub

COD Sungai Ilanga, Jembatan Sangkub

Sungai Beyou Ipomanta, Sungai Ilanga, Sesudah


E-Coli Bendungan Bintauna, Sesudah Desa Pangkusa,
Desa Kopi, Jembatan Sangkub

Sungai Beyou Ipomanta, Sungai Ilanga, Sesudah


Klorin
Bendungan Bintauna, Sesudah Desa Pangkusa,
Bebas
Desa Kopi, Jembatan Sangkub

Sungai Beyou Ipomanta, Sungai Ilanga, Sesudah


Fenol Bendungan Bintauna, Sesudah Desa Pangkusa,
Desa Kopi, Jembatan Sangkub

2010 4 TSS Sungai Beyou Ipomanta, Sungai Ilanga, Sesudah


Bendungan Bintauna, Sesudah Desa Pangkusa,
Sungai Gambuta, Desa Kopi, Jembatan Sangkub

E-Coli Sungai Beyou Ipomanta, Sungai Ilanga, Sesudah


Bendungan Bintauna, Sesudah Desa Pangkusa,
Sungai Gambuta, Desa Kopi, Jembatan Sangkub

Klorin Sesudah Desa Pangkusa, Sungai Gambuta, Desa


Bebas Kopi

Fenol Sungai Beyou Ipomanta, Sesudah Bendungan


Bintauna, Sesudah Desa Pangkusa

2011 5 TDS Sungai Gambuta, Desa Kopi, Jembatan Sangkub

E-Coli Sungai Beyou Ipomanta, Sungai Ilanga, Sesudah


Bendungan Bintauna, Sesudah Desa Pangkusa,
Sungai Gambuta, Desa Kopi, Jembatan Sangkub

T-Coli Sungai Beyou Ipomanta, Sungai Ilanga, Sesudah


Bendungan Bintauna, Sesudah Desa Pangkusa,
Sungai Gambuta, Desa Kopi, Jembatan Sangkub

Klorin Sungai Ilanga, Sesudah Bendungan Bintauna,


Bebas Sungai Gambuta, Desa Kopi

COD Sungai Gambuta, Desa Kopi, Jembatan Sangkub

2012 5 TDS Desa Kopi, Jembatan Sangkub

E-Coli Sungai Ilanga, Sesudah Bendungan Bintauna,


Sesudah Desa Pangkusa, Sungai Gambuta, Desa
Kopi, Jembatan Sangkub

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 168


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

T-Coli Sungai Beyou Ipomanta, Sungai Ilanga, Sesudah


Bendungan Bintauna, Sesudah Desa Pangkusa,
Sungai Gambuta, Desa Kopi, Jembatan Sangkub

Klorin Sungai Beyou Ipomanta, Sungai Ilanga, Sesudah


Bebas Bendungan Bintauna, Sesudah Desa Pangkusa,
Sungai Gambuta, Desa Kopi, Jembatan Sangkub

COD Sungai Gambuta

2013 7 TDS Desa Kopi, Jembatan Sangkub

E-Coli Sungai Beyou Ipomanta, Sungai Ilanga, Sesudah


Bendungan Bintauna, Sesudah Desa Pangkusa,
Sungai Gambuta, Desa Kopi, Jembatan Sangkub

T-Coli Sungai Beyou Ipomanta, Sungai Ilanga, Sesudah


Bendungan Bintauna, Sesudah Desa Pangkusa,
Sungai Gambuta, Desa Kopi, Jembatan Sangkub

Klorin Sungai Beyou Ipomanta, Sungai Ilanga, Sesudah


Bebas Bendungan Bintauna, Sesudah Desa Pangkusa,
Sungai Gambuta, Desa Kopi, Jembatan Sangkub

COD Sungai Gambuta

T Fosfat Sungai Ilanga, Jembatan Sangkub

TSS Sungai Beyou Ipomanta, Sungai Ilanga, Sesudah


Bendungan Bintauna, Sesudah Desa Pangkusa,
Sungai Gambuta, Desa Kopi, Jembatan Sangkub

2014 TDS Jembatan Sangkub

TSS Sungai Ilanga, Sesudah Bendungan Bintauna,


Sesudah Desa Pangkusa, Sungai Gambuta, Desa
Kopi, Jembatan Sangkub

Klorin Sungai Beyou Ipomanta, Sungai Ilanga, Sesudah


Bebas Bendungan Bintauna, Sesudah Desa Pangkusa,
Sungai Gambuta, Desa Kopi, Jembatan Sangkub

T Fosfat Sungai Beyou Ipomanta, Sungai Ilanga, Sesudah


Bendungan Bintauna, Sungai Gambuta, Jembatan
Sangkub

E-Coli Sungai Beyou Ipomanta, Sungai Ilanga, Sesudah


Bendungan Bintauna, Sesudah Desa Pangkusa,
Sungai Gambuta, Desa Kopi, Jembatan Sangkub

T-Coli Sungai Beyou Ipomanta, Sungai Ilanga, Sesudah


Bendungan Bintauna, Sesudah Desa Pangkusa,
Sungai Gambuta, Desa Kopi, Jembatan Sangkub

Hg Sungai Beyou Ipomanta

2015 7 TSS Desa Kopi, Jembatan Sangkub

TDS Jembatan Sangkub

T Fosfat Sungai Beyou Ipomanta, Sungai Ilanga, Sesudah


Bendungan Bintauna, Sesudah Desa Pangkusa,
Sungai Gambuta, Desa Kopi, Jembatan Sangkub

Klorin Sungai Ilanga, Sesudah Bendungan Bintauna,


Bebas Sesudah Desa Pangkusa, Sungai Gambuta, Desa
Kopi

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 169


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Fenol Sesudah Bendungan Bintauna

E-Coli Sungai Beyou Ipomanta, Sungai Ilanga, Sesudah


Bendungan Bintauna, Sesudah Desa Pangkusa,
Sungai Gambuta, Desa Kopi, Jembatan Sangkub

T-Coli Sungai Beyou Ipomanta, Sungai Ilanga, Sesudah


Bendungan Bintauna, Sesudah Desa Pangkusa,
Sungai Gambuta, Desa Kopi, Jembatan Sangkub

2. Sungai Talawaan

Sungai Talawaan terletak di wilayah administratif Kabupaten


Minahasa Utara, hulunya terletak di Desa Tatelu, tidak jauh dari
kaki Gunung Klabat dan bermuara di Desa Talawaan Bajo ke Teluk
Manado, dengan panjang sungai ±40.807,90 meter. Wilayah sungai
ini memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan bagi kegiatan
perkebunan, pertanian, dan perikanan.

Desa-desa yang berada di sepanjang aliran Sungai Talawaan adalah


sebagai berikut: Desa Tatelu, Desa Warukapas, Desa Kolongan,
Desa Talawaan, Desa Winetin, Desa Wusa, Desa Tumbohon, Desa
Patokaan, Desa Talawaan Bantik, Desa Kimabajo dan Desa
Talawaan Bajo. Pemantauan Sungai Talawaan sudah dilaksanakan
selama 4 (empat) tahun sejak tahun 2012 sampai dengan tahun
2015.
Untuk pemantauan tahun 2015 hasil analisis laboratorium
menunjukkan beberapa parameter yang telah melebihi baku mutu
PP No. 82 Tahun 2001 yaitu TSS, Fosfat, Sulfida, Klorin Bebas,
Fenol, E-Coli, T-Coli, Minyak dan Lemak Berikut analisis parameter
yang melampaui baku mutu PP No. 82 Tahun 2001.
Garfik 2.37. Parameter Klorin Bebas di Sungai Talawaan

KLORIN BEBAS
0.6 Baku mutu
Tahap I
0.4 Tahap II

0.2 Tahap III


Tahap IV
0
Tahap V

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 170


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Diagram di atas menunjukkan konsentrasi Klorin Bebas di Sungai


Talawaan di semua titik sampling selama selang bulan Juni s/d
November 2015, mewakili musim penghujan dan musim kemarau.
Hasil analisa parameter Klorin Bebas dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Tabel 2.73. Hasil Analisis parameter Klorin Bebas di Sungai Talawaan

BAKU TAHAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN


MUTU
LOKASI/TITIK
No
SAMPLING PP No. 82 TAHAP TAHAP TAHAP TAHAP TAHAP
I II III IV V
TAHUN2001

Samping Balai
1 0.03 0,02 0,07 0,06 0,09 0,05
Budidaya Air Tawar

Pertemuan S. Walinouw
2 0.03 0,02 0,02 0,02 0,02 0,04
dan S.Malupu

Jembatan Tatelu Dekat


3 0.03 0,02 0,41 0,07 0,12 0,15
Lokasi Pasar

4 Jembatan Talawaan 0.03 0,02 0,19 0,06 0,1 0,12

Jembatan Wusa-
5 0.03 0,02 0,07 0,02 0,02 0,06
Patokaan

Jembatan Gantung
6 0.03 0,02 0,06 0,03 0,02 0,06
Desa Talawaan Atas

Dari hasil analisis diatas terlihat bahwa sejak pemantauan tahap II


selalu ada lokasi yang memiliki konsentrasi klorin bebas melampaui
kriteria mutu air PP No. 82 Tahun 2001, bahkan pada pemantauan
tahap V nilai konsentrasi klorin bebas di semua lokasi melampaui
kriteria mutu air. Rata-rata hasil analisis parameter Klorin Bebas
dapat dilihat pada grafik dibawah ini :
Grafik 2.38. Rata-rata Konsentrasi Klorin Bebas di Sungai Talawaan

KLORIN BEBAS
0.18
0.16 Baku
0.14 mutu
0.12
0.1
0.08
0.06 Rata-
0.04 rata
0.02
0

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 171


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Grafik di atas menunjukan bahwa rata-rata konsentrasi Klorin


Bebas di hampir semua titik sampling telah melewati kriteria mutu
air PP No. 82 Tahun 2001 untuk badan air kelas II, kecuali di
pertemuan Sungai Walinow dan Sungai Malupu. Nilai rata-rata
hasil parameter Klorin Bebas dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 2.74. Nilai rata-rata Parameter Klorin Bebas di Sungai Talawaan Tahun
2015

BAKU MUTU

No LOKASI/TITIK SAMPLING PP No. 82 Rata-rata

TAHUN 2001

1 Samping Balai Budidaya Air Tawar 0.03 0.058

2 Pertemuan S. Walinouw dan S.Malupu 0.03 0.024

3 Jembatan Tatelu Dekat Lokasi Pasar 0.03 0.154

4 Jembatan Talawaan 0.03 0.098

5 Jembatan Wusa-Patokaan 0.03 0.038

Jembatan Gantung Desa Talawaan


6 0.03 0.038
Atas

Grafik 2.39. Konsentrasi Klorin Bebas di semua titik sampling di Sungai


Talawaan

KLORIN BEBAS
0.5 Samping Balai
Budidaya Air Tawar
0.4 Pertemuan S.Walinow
dan S. Malupu
0.3 Jembatan Tatelu,
Dekat Lokasi Pasar
Jembatan Talawaan
0.2
Jembatan Wusa-
0.1 Patokaan
Jembatan Gantung
0 Desa Talawaan Atas
Baku Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Tahap V
Mutu

Diagram di atas menunjukan bahwa kecuali pada pemantauan


tahap I, di setiap tahap pemantauan selalu ditemukan lokasi
dengan konsentrasi klorin bebas di atas kriteria mutu air yang
ditetapkan. Data konsentrasi tertinggi pada hampir setiap tahap
pemantauan adalah di Jembatan Tatelu dan Jembatan Talawaan.
Senyawa klorin kemungkinan bersumber dari kegiatan pencucian,
mengingat lokasi tersebut cukup dekat dengan pemukiman. Selain

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 172


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

itu penggunaan pestisida pada kegiatan perkebunan/pertanian di


sekitar sungai juga dapat dianggap memberi kontribusi pada
tingginya kandungan klorin di Sungai Talawaan.

Parameter Fosfat di Sungai Talawaan

Konsentrasi parameter Fosfat di semua titik sampling Sungai


Talawaan selama 5 (lima) tahap pemantauan, bulan Juni s/d
November 2015 ditunjukkan oleh diagram dan tabel berikut ini:
Grafik 2.40. Konsentrasi Parameter Fosfat di Sungai Talawaan

FOSFAT
0.6 Baku mutu
Tahap I
0.4 Tahap II
Tahap III
0.2 Tahap IV
Tahap V
0

Tabel 2.75. Hasil Analisis parameter Fosfat di Sungai Talawaan

BAKU TAHAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN


MUTU
LOKASI/TITIK
No
SAMPLING PP No. 82 TAHAP TAHAP TAHAP TAHAP TAHAP
I II III IV V
TAHUN2001

Samping Balai
1 0.2
Budidaya Air Tawar 0,288 0,115 0,225 0,287 0,15

Pertemuan S. Walinouw
2 0.2
dan S.Malupu 0,458 0,102 0,112 0,557 0,109

Jembatan Tatelu Dekat


3 0.2
Lokasi Pasar 0,223 0,309 0,114 0,558 0,164

4 Jembatan Talawaan 0.2 0,206 0,166 0,214 0,196 0,1

Jembatan Wusa-
5 0.2
Patokaan 0,16 0,136 0,14 0,173 0,245

Jembatan Gantung
6 0.2
Desa Talawaan Atas 0,139 0,169 0,222 0,176 0,157

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 173


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Dari diagram dan tabel dapat dilihat bahwa hampir dalam setiap
tahap pemantauan ada data konsentrasi fosfat yang melebihi
kriteria mutu air PP No. 82 Tahun 2001. Konsentrasi fosfat yang
bervariasi ini diduga merupakan hasil dari aktivitas masyarakat
yang menggunakan bahan mengandung fosfat, misalnya deterjen.
Selain itu, di dekat sungai banyak ditemukan tumpukan sampah,
sampah organik yang mengalami pembusukan berpotensi
menghasilkan senyawa fosfat.
Grafik 2.41. Konsentrasi Parameter Fosfat di Sungai Talawaan

FOSFAT
0.3
0.25 Baku
0.2 mutu
0.15
0.1 Rata-
0.05 rata
0

Grafik di atas menunjukan rata-rata konsentrasi Fosfat pada 5


(lima) tahap pemantauan selang bulan Juni s/d November 2015.
Dari semua lokasi konsentrasi fosfat di lokasi pertemuan Sungai
Walinow dan Sungai Malupu dan di Jembatan Tatelu menunjukkan
rata-rata tertinggi. Nilai rata-rata parameter Fosfat dapat dilihat
pada tabel dibawah ini :
Tabel 2.76. Nilai rata-rata Parameter Fosfat di Sungai Talawaan Tahun
2015

BAKU MUTU

No LOKASI/TITIK SAMPLING PP No. 82 Rata-rata

TAHUN 2001

1 Samping Balai Budidaya Air Tawar 0.2 0.213

2 Pertemuan S. Walinouw dan S.Malupu 0.2 0.268

3 Jembatan Tatelu Dekat Lokasi Pasar 0.2 0.274

4 Jembatan Talawaan 0.2 0.176

5 Jembatan Wusa-Patokaan 0.2 0.171

Jembatan Gantung Desa Talawaan 0.2


6 0.173
Atas

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 174


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Lokasi pertemuan Sungai Walinow dan Sungai Malupu terletak


agak jauh dari pemukiman. Masyarakat sering melewati titik ini
ketika akan berkebun/bertani sehingga air sungai di lokasi ini
sering dimanfaatkan untuk mandi atau memandikan ternak.
Jembatan Tatelu merupakan lokasi yang sangat dekat dengan
pemukiman. Titik sampling terletak di belakang rumah warga
sehingga sangat mungkin air hasil pencucian mengalir masuk atau
merembes ke sungai. Selain itu, di sekitar titik sampling banyak
ditemukan tumpukan sampah yang kemungkinan berasal dari
pasar atau dari masyarakat sekitar. Kondisi-kondisi tersebut
merupakan penyebab utama tingginya konsentrasi fosfat di kedua
titik ini. Diagram berikut merepresentasikan konsentrasi fosfat di
setiap tahap pemantauan pada masing-masing titik sampling.
Grafik 2.42.. Konsentrasi Fosfat di semua titik sampling di Sungai Talawaan

FOSFAT
0.6 Samping Balai Budidaya
Air Tawar
0.5 Pertemuan S.Walinow
dan S. Malupu
0.4 Jembatan Tatelu, Dekat
Lokasi Pasar
0.3 Jembatan Talawaan

0.2
Jembatan Wusa-
Patokaan
0.1
Jembatan Gantung Desa
Talawaan Atas
0
Baku Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Tahap V
Mutu

Grafik 2.43. Parameter E-Coli di Sungai Talawaan

E-COLI
30000
Baku mutu
25000
Tahap I
20000
Tahap II
15000
Tahap III
10000
Tahap IV
5000
Tahap V
0

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 175


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Diagram di atas menunjukkan konsentrasi parameter E-Coli di semua


titik sampling di Sungai Talawaan selang bulan Juni s/d November 2015.
Hasil analisa parameter E-Coli dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 2.77. Hasil Analisis parameter E-Coli di Sungai Talawaan

BAKU MUTU TAHAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN

LOKASI/TITIK PP No. 82
No
SAMPLING TAHAP TAHAP TAHAP TAHAP TAHAP
TAHUN I II III IV V
2001

Samping Balai
1 1000 1100 860 2900 1400 1900
Budidaya Air Tawar

Pertemuan S. Walinouw
2 1000 24200 6300 3100 2600 1300
dan S.Malupu

Jembatan Tatelu Dekat


3 1000 11200 24200 17300 19900 24200
Lokasi Pasar

4 Jembatan Talawaan 1000 13000 7300 3400 5200 4100

Jembatan Wusa-
5 1000 6500 1600 400 2900 3100
Patokaan

Jembatan Gantung
6 1000 1600 3200 640 180 1300
Desa Talawaan Atas

Dari hasil analisis diatas terlihat bahwa hampir di setiap tahap


pemantauan di sebagian besar lokasi sampling, konsentrasi E-Coli
melampaui kriteria mutu air PP No. 82 Tahun 2001 untuk badan air kelas
II. Rata-rata hasil analisis parameter E-Coli dapat dilihat pada grafik
dibawah ini :
Grafik 2.44. Rata-rata Konsentrasi E-Coli di Sungai Talawaan

E-COLI
25000
20000 Baku
mutu
15000
10000 Rata-
5000 rata

Grafik di atas menunjukan rata-rata konsentrasi E-Coli di setiap


titik pemantauan Sungai Talawaan. Grafik menunjukkan bahwa di
semua titik sampling konsentrasi E-Coli melampaui kriteria mutu

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 176


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

air PP No. 82 Tahun 2001. Konsentrasi E-Coli di Jembatan Tatelu


menunjukkan rata-rata tertinggi. Nilai rata-rata konsentrasi
parameter E-Coli dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 2.78. Nilai rata-rata Parameter E-Coli di Sungai Talawaan Tahun 2015

BAKU MUTU

NO. LOKASI/TITIK SAMPLING PP No. 82 Rata-rata

TAHUN 2001

1 Samping Balai Budidaya Air Tawar 1000 1632

2 Pertemuan S. Walinouw dan S.Malupu 1000 7500

3 Jembatan Tatelu Dekat Lokasi Pasar 1000 19360

4 Jembatan Talawaan 1000 6600

5 Jembatan Wusa-Patokaan 1000 2900

6 Jembatan Gantung Desa Talawaan Atas 1000 1384

E-COLI
25000
Samping Balai
Budidaya Air Tawar
20000
Pertemuan
15000 S.Walinow dan S.
Malupu
Jembatan Tatelu,
10000 Dekat Lokasi Pasar

5000 Jembatan
Talawaan

0
Baku Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Tahap V
Mutu

Diagram 27. Konsentrasi E-Coli di semua titik sampling di Sungai Talawaan

Diagram 27 di atas menunjukkan bahwa ada beberapa lokasi yang


memiliki konsentrasi E-Coli sangat tinggi. Lokasi yang paling sering
menunjukkan konsentrasi tertinggi adalah di Jembatan Tatelu. Di
sekitar titik sampling ini terdapat pemukiman, peternakan skala
kecil dan pasar yang berpotensi meningkatkan konsentrasi E-Coli.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 177


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Diagram 28 di bawah menunjukkan konsentrasi parameter T-Coli di


semua titik sampling pada 5 tahap pemantauan. Hasil Analisa
parameter T-Coli dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Grafik 2.45. Konsentrasi Parameter E-Coli di semua titik sampling di Sungai
Talawaan

TOTAL COLI
30000
Baku mutu
25000
Tahap I
20000
Tahap II
15000
Tahap III
10000 Tahap IV
5000 Tahap V
0

Tabel 2.79. Hasil Analisis parameter T-Coli di Sungai Talawaan

BAKU MUTU TAHAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN

LOKASI/TITIK PP No. 82
No
SAMPLING TAHAP TAHAP TAHAP TAHAP TAHAP
TAHUN I II III IV V
2001

Samping Balai
1 5000 24200 24200 24200 24200 24200
Budidaya Air Tawar

Pertemuan S. Walinouw
2 5000 24200 10100 24200 24200 24200
dan S.Malupu

Jembatan Tatelu Dekat


3 5000 24200 24200 24200 24200 24200
Lokasi Pasar

4 Jembatan Talawaan 5000 24200 24200 24200 24200 24200

Jembatan Wusa-
5 5000 24200 24200 19900 24200 24200
Patokaan

Jembatan Gantung
6 5000 24200 24200 24200 19900 17300
Desa Talawaan Atas

Hasil analisis diatas menunjukkan bahwa di semua tahap dan


lokasi pemantauan nilai E-Coli telah melebihi kriteria mutu air PP
No. 82 Tahun 2001 untuk badan air kelas II. Rata-rata hasil
analisis parameter T-coli dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
Rata-rata konsentrasi T-coli di semua titik sampling telah melebihi
kriteria mutu air PP No. 82 Tahun 2001 untuk badan air kelas II

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 178


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

dan rata-rata antar lokasi tidak jauh berbeda. Nilai rata-rata hasil
parameter T-Coli dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Grafik 2.46. Rata-rata Konsentrasi T-Coli di Sungai Talawaan

TOTAL COLI
30000
25000 Baku
20000 mutu
15000
10000 Rata-
rata
5000
0

Tabel 2.80.. Nilai rata-rata Parameter T-Coli di Sungai Talawaan Tahun 2015

BAKU MUTU

No LOKASI/TITIK SAMPLING PP No. 82 Rata-rata

TAHUN 2001

1 Samping Balai Budidaya Air Tawar 5000 24200

2 Pertemuan S. Walinouw dan S.Malupu 5000 21380

3 Jembatan Tatelu Dekat Lokasi Pasar 5000 24200

4 Jembatan Talawaan 5000 24200

5 Jembatan Wusa-Patokaan 5000 23340

6 Jembatan Gantung Desa Talawaan Atas 5000 21960

Tingginya konsentrasi T-Coli di semua titik sampling terlihat


juga dalam diagram 29 di bawah. Aktivitas peternakan dan
sampah organik diduga memberi kontribusi terbesar pada
tingginya konsentrasi T-Coli di Sungai Talawaan.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 179


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Grafik 2.47. Konsentrasi T-Coli di semua titik sampling di Sungai Talawaan

TOTAL COLI
25000
Samping Balai
Budidaya Air Tawar
20000
Pertemuan
S.Walinow dan S.
15000
Malupu
Jembatan Tatelu,
10000 Dekat Lokasi Pasar

Jembatan Talawaan
5000

0
Baku Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Tahap V
Mutu

Grafik 2.48. Konsentrasi Parameter Fenol di Sungai Talawaan

FENOL
0.0045 Baku mutu
0.004 Tahap I
0.0035
0.003 Tahap II
0.0025 Tahap III
0.002
0.0015 Tahap IV
0.001 Tahap V
0.0005
0

Diagram di atas menunjukkan konsentrasi parameter Fenol di Sungai


Talawaan di semua titik sampling selama 5 (lima) tahap pemantauan
selang bulan Juni s/d November 2015. Hasil analisa parameter Fenol
dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 180


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Tabel 2.81. Hasil Analisis parameter Fenol di Sungai Talawaan

BAKU MUTU TAHAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN

LOKASI/TITIK PP No. 82
No
SAMPLING TAHAP TAHAP TAHAP TAHAP TAHAP
TAHUN I II III IV V
2001

Samping Balai
1
Budidaya Air Tawar 0,001 0,001 0,001 0,004 0,001 0,001

Pertemuan S. Walinouw
2
dan S.Malupu 0,001 0,001 0,001 0,004 0,001 0,001

Jembatan Tatelu Dekat


3
Lokasi Pasar 0,001 0,001 0,001 0,004 0,001 0,001

4 Jembatan Talawaan 0,001 0,001 0,001 0,004 0,001 0,001

Jembatan Wusa-
5
Patokaan 0,001 0,001 0,001 0,004 0,001 0,001

Jembatan Gantung
6
Desa Talawaan Atas 0,001 0,001 0,001 0,003 0,001 0,001

Dari hasil analisis diatas terlihat bahwa nilai parameter Fenol pada
pemantauan tahap III di semua titik sampling melampaui kriteria
mutu air PP No. 82 Tahun 2001. Rata-rata hasil analisis parameter
Fenol dapat dilihat pada grafik dibawah ini:
Grafik 2.49 Rata-rata Konsentrasi Fenol di Sungai Talawaan

FENOL
0.0018
0.0016
0.0014 Baku
0.0012 mutu
0.001
0.0008
0.0006
0.0004 Rata-
0.0002 rata
0

Grafik di atas menunjukan bahwa rata-rata konsentrasi Fenol di


semua titik sampling. Semua data telah melebihi kriteria mutu air
PP No. 82 Tahun 2001 untuk badan air kelas II. Nilai rata-rata
hasil parameter Fenol dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 181


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Tabel 2.82. Nilai rata-rata Parameter Fenol di Sungai Talawaan Tahun 2015

BAKU MUTU

No LOKASI/TITIK SAMPLING PP No. 82 Rata-rata

TAHUN 2001

1 Samping Balai Budidaya Air Tawar 0.001 0.0016

2 Pertemuan S. Walinouw dan S.Malupu 0.001 0.0016

3 Jembatan Tatelu Dekat Lokasi Pasar 0.001 0.0016

4 Jembatan Talawaan 0.001 0.0016

5 Jembatan Wusa-Patokaan 0.001 0.0016

6 Jembatan Gantung Desa Talawaan Atas 0.001 0.0014

Grafik 2.50. Konsentrasi Fenol di semua titik sampling di Sungai Talawaan

FENOL
0.005 Samping Balai Budidaya
Air Tawar

0.004 Pertemuan S.Walinow


dan S. Malupu
Jembatan Tatelu, Dekat
0.003 Lokasi Pasar
Jembatan Talawaan
0.002
Jembatan Wusa-
0.001 Patokaan
Jembatan Gantung
Desa Talawaan Atas
0
Baku Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Tahap V
Mutu

Diagram 31 di atas menunjukan bahwa hanya pada pemantauan


tahap III nilai Fenol melampaui kriteria mutu air PP No. 82 Tahun
2001. Peningkatan konsentrasi fenol di lingkungan termasuk di
perairan kemungkinan disebabkan oleh adanya
pepohonan/tumbuhan yang terbakar pada saat kemarau selain dari
pembusukan bahan organik, atau penggunaan herbisida,
insektisida atau fungisida.

Parameter Minyak dan Lemak di Sungai Talawaan

Diagram 32 di bawah menunjukkan konsentrasi parameter minyak


dan lemak di Sungai Talawaan di semua titik sampling selama 5
(lima) tahap pemantauan selang bulan Juni s/d November 2015,

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 182


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

mewakili musim penghujan dan musim kemarau. Hasil analisa


dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Diagram 2.51. Konsentrasi Parameter Minyak dan Lemak di Sungai Talawaan

MINYAK DAN LEMAK


2 Baku mutu
Tahap I
Tahap II
1 Tahap III
Tahap IV
Tahap V
0

Tabel 2.83. Hasil Analisis parameter Minyak dan Lemak di Sungai Talawaan

BAKU MUTU TAHAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN

LOKASI/TITIK PP No. 82
No
SAMPLING TAHAP TAHAP TAHAP TAHAP TAHAP
TAHUN I II III IV V
2001

Samping Balai
1 1 1 1 1 1 1
Budidaya Air Tawar

Pertemuan S. Walinouw
2 1 1 1 1 1 1
dan S.Malupu

Jembatan Tatelu Dekat


3 1 1 1 1 1 1
Lokasi Pasar

4 Jembatan Talawaan 1 1 2 1 1 1

Jembatan Wusa-
5 1 1 1 1 1 1
Patokaan

Jembatan Gantung
6 1 1 2 1 1 1
Desa Talawaan Atas

Dari hasil analisis diatas terlihat bahwa parameter minyak dan


lemak di Jembatan Talawaan dan Jembatan Gantung Desa
Talawaan Atas pada pemantauan tahap II telah melebihi kriteria
mutu air PP No. 82 Tahun 2001 untuk badan air kelas II. Rata-rata
hasil analisis parameter minyak dan lemak dapat dilihat pada grafik
dibawah ini :

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 183


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Grafik 2.52. Rata-rata Konsentrasi Minyak dan Lemak di Sungai Talawaan

MINYAK DAN LEMAK


1.25
1.2 Baku
1.15 mutu
1.1
1.05
1 Rata-
0.95 rata
0.9

Grafik 13 di atas menunjukan bahwa ada 2 titik dimana nilai rata-


rata parameter minyak dan lemak melampaui kriteria mutu air PP
No. 82 Tahun 2011, yakni di Jembatan Talawaan dan Jembatan
Gantung Desa Talawaan Atas. Nilai rata-rata hasil parameter
minyak dan lemak dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 2.84. Nilai rata-rata Parameter Minyak dan Lemak di Sungai Talawaan

Tahun 2015

BAKU MUTU

No LOKASI/TITIK SAMPLING PP No. 82 Rata-rata

TAHUN 2001

1 Samping Balai Budidaya Air Tawar 1 1

2 Pertemuan S. Walinouw dan S.Malupu 1 1

3 Jembatan Tatelu Dekat Lokasi Pasar 1 1

4 Jembatan Talawaan 1 1.2

5 Jembatan Wusa-Patokaan 1 1

6 Jembatan Gantung Desa Talawaan Atas 1 1.2

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 184


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Grafik 2.53. Konsentrasi Minyak dan Lemak di Jembatan Talawaan Dan


Jembatan Gantung Desa Talawaan Atas

MINYAK DAN LEMAK


2

Jembatan
1.5 Talawaan

1 Jembatan
Gantung Desa
Talawaan Atas
0.5

0
Baku Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Tahap V
Mutu

Diagram 33 diatas menunjukkan secara khusus konsentrasi


minyak dan lemak per tahap pemantauan di 2 lokasi yaitu di
Jembatan Talawaan dan Jembatan Gantung Desa Talawaan atas.
Tingginya konsentrasi minyak dan lemak kemungkinan diakibatkan
adanya limbah rumah tangga mengandung minyak dari pemukiman
di sekitar titik sampling pada saat pemantauan.
Parameter TSS di Sungai Talawaan

Grafik 2.54. Konsentrasi Parameter TSS di Sungai Talawaan

TSS
60 Baku mutu
Tahap I
40 Tahap II
Tahap III
20 Tahap IV
Tahap V
0

Grafik 2.54 di atas menunjukkan konsentrasi parameter TSS di


semua titik sampling selama 5 (lima) tahap pemantauan selang

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 185


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

bulan Juni s/d November 2015. Hasil analisa parameter minyak


dan lemak dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 2.85. Hasil Analisis parameter TSS di Sungai Talawaan

BAKU MUTU TAHAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN

LOKASI/TITIK PP No. 82
No
SAMPLING TAHAP TAHAP TAHAP TAHAP TAHAP
TAHUN I II III IV V
2001

Samping Balai
1 50 9 19 15 13 55
Budidaya Air Tawar

Pertemuan S. Walinouw
2 50 7 2 1 1 2
dan S.Malupu

Jembatan Tatelu Dekat


3 50 19 16 6 13 10
Lokasi Pasar

4 Jembatan Talawaan 50 31 32 10 9 8

Jembatan Wusa-
5 50 7 1 1 3 9
Patokaan

Jembatan Gantung
6 50 9 4 5 4 3
Desa Talawaan Atas

Dari hasil analisis diatas terlihat bahwa parameter TSS di Samping


Balai Budidaya Air Tawar pada pemantauan tahap V telah melebihi
kriteria mutu air PP No. 82 Tahun 2001 untuk badan air kelas II.
Rata-rata hasil analisis parameter TSS dapat dilihat pada grafik
dibawah ini :
Grafik 2.54. Rata-rata Konsentrasi TSS di Sungai Talawaan

TSS
60
50 Baku
40 mutu
30
20 Rata-
10 rata
0

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 186


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Grafik di atas menunjukan bahwa rata-rata konsentrasi TSS di


semua titik sampling masih memenuhi kriteria mutu air PP No. 82
Tahun 2001 untuk badan air kelas II. Nilai rata-rata analisis
parameter TSS dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 2.86. Nilai rata-rata Parameter TSS di Sungai Talawaan Tahun 2015

BAKU MUTU

No LOKASI/TITIK SAMPLING PP No. 82 Rata-rata

TAHUN 2001

1 Samping Balai Budidaya Air Tawar 50 22.2

2 Pertemuan S. Walinouw dan S.Malupu 50 2.6

3 Jembatan Tatelu Dekat Lokasi Pasar 50 12.8

4 Jembatan Talawaan 50 18

5 Jembatan Wusa-Patokaan 50 4.2

6 Jembatan Gantung Desa Talawaan Atas 50 5

Diagram 2.55. Konsentrasi TSS di Samping Balai Budidaya Air Tawar

TSS
60

50

40
Samping Balai
30 Budidaya Air
Tawar
20

10

0
Baku Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Tahap V
Mutu

Grafik 2.55 di atas menunjukan konsentrasi TSS di samping Balai


Budidaya Air Tawar. Peningkatan konsentrasi TSS pada
pemantauan tahap V kemungkinan terjadi karena sampel air
diambil pada kondisi hujan deras, sehingga banyak partikel tanah
yang tergerus dan terbawa oleh air sungai.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 187


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Perbandingan Rata-rata Konsentrasi Parameter Yang Melampaui


Kriteria Mutu Air di Sungai Talawaan Tahun 2009 s/d 2015

Rata-rata konsentrasi parameter yang melampaui kriteria mutu air


dari tahun 2012 s/d 2015 ditunjukkan oleh diagram-diagram di
bawah ini:
Grafik 2.56. Rata-rata konsentrasi Klorin Bebas di Sungai Talawaan

Tahun 2012 s/d 2015

Klorin
0.16 Samping Balai Budidaya Air
0.14 Tawar
0.12 Pertemuan S.Walinow dan
S.Malupu
0.1
Jembatan Tatelu
0.08
0.06 Jembatan Talawaan
0.04
0.02 Jembatan Wusa-Patokaan

0
Jembatan Gantung Desa
Talawaan Atas

Diagram di atas menunjukkan adanya kenaikan konsentrasi klorin


dari tahun 2012 s/d 2015 sekalipun lokasinya bervariasi. Data 3
tahun terakhir menunjukkan bahwa hampir di semua titik
sampling rata-rata klorin melampaui kriteria mutu air PP No. 82
Tahun 2001, kecuali di Pertemuan Sungai Walinow dan Sungai
Malupu tahun 2015.

Meningkatnya konsentrasi klorin dalam air merupakan akibat dari


masuknya senyawa mengandung klor ke sungai, baik yang terdapat
dalam deterjen maupun dalam pembasmi hama
pertanian/perkebunan.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 188


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Diagram 2.57. Rata-rata konsentrasi Total Fosfat di Sungai Talawaan


Tahun 2012 s/d 2015

Fosfat
2
1.8 Samping Balai Budidaya
1.6 Air Tawar
1.4 Pertemuan S.Walinow dan
S.Malupu
1.2
Jembatan Tatelu
1
0.8 Jembatan Talawaan
0.6
0.4 Jembatan Wusa-Patokaan

0.2
Jembatan Gantung Desa
0 Talawaan Atas
Baku Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata
Mutu 2012 2013 2014 2015

Grafik di atas merupakan representasi dari rata-rata konsentrasi


parameter fosfat di Sungai Talawaan. Dari diagram tersebut dapat dilihat
bahwa di tahun 2014 konsentrasi fosfat sangat tinggi di semua titik.
Tingginya kandungan fosfat dalam air sebagian besar diakibatkan oleh
penggunaan deterjen mengandung fosfat dan pembusukan sampah
organik dari kegiatan masyarakat.

Diagram 38 di bawah menunjukkan trend yang hampir sama dari tahun


ke tahun. Hampir di setiap titik sampling konsentrasi E-Coli melampaui
kriteria air PP No. 82 Tahun 2001, dengan konsentrasi tertinggi di
Jembatan Tatelu. Penyebab tingginya konsentrasi E-Coli adalah limbah
tinja dari pemukiman masyarakat yang masuk ke sungai baik secara
langsung maupun tidak langsung melalui rembesan air tanah.
Grafik 2.58. Rata-rata konsentrasi E-Coli di Sungai Talawaan
Tahun 2012 s/d 2015

E-Coli
Samping Balai Budidaya Air
30000 Tawar
20000 Pertemuan S.Walinow dan
S.Malupu
10000 Jembatan Tatelu
0 Jembatan Talawaan

Jembatan Wusa-Patokaan

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 189


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Grafik di bawah menunjukkan bahwa sejak pemantauan Sungai Talawaan


untuk pertama kalinya tahun 2012, konsentrasi T-Coli sudah melampaui
kriteria mutu air. Tetapi trend 3 tahun terakhir meningkat hingga diatas
20.000 jml/100 mL.
Grafik 2.59. Rata-rata konsentrasi T-Coli di Sungai Talawaan
Tahun 2012 s/d 2015

T-Coli
30000
Samping Balai Budidaya Air
25000 Tawar
20000 Pertemuan S.Walinow dan
S.Malupu
15000 Jembatan Tatelu

10000
Jembatan Talawaan
5000
Jembatan Wusa-Patokaan
0
Jembatan Gantung Desa
Talawaan Atas

Grafik di bawah adalah diagram rata-rata konsentrasi TSS di Sungai


Talawaan tahun 2012 s/d 2016. Hanya ada 1 data yang melampaui
kriteria mutu air PP No. 82 Tahun 2001, yakni data tahun 2013 di
Jembatan Gantung Sungai Talawaan. Tingginya rata-rata TSS disebabkan
oleh banyaknya aktivitas di titik sampling tersebut. Lokasi ini sering
dilewati oleh masyarakat ketika mengangkut bahan dari kebun dengan
menggunakan gerobak, anak-anak di sekitar sering mandi di lokasi ini,
kadang-kadang ada juga aktivitas pengambilan pasir dan memandikan
ternak.
Grafik 2.60. Rata-rata konsentrasi TSS di Sungai Talawaan Tahun 2012
s/d 2015

TSS
60
50 Samping Balai Budidaya Air
Tawar
40
Pertemuan S.Walinow dan
30 S.Malupu
20
Jembatan Tatelu
10
0 Jembatan Talawaan
Baku Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata
Mutu 2012 2013 2014 2015

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 190


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Grafik di bawah ini menunjukkan rata-rata konsentrasi fenol tahun 2012 s/d
2015. Konsentrasi fenol tahun 2015 menunjukkan rata-rata tertinggi, kecuali di
Jembatan Gantung Desa Talawaan Atas. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh
adanya pepohonan/tumbuhan yang terbakar pada saat kemarau, pembusukan
bahan organik, atau penggunaan herbisida, insektisida dan fungisida.

Grafik 2.61. Rata-rata konsentrasi Fenol di Sungai Talawaan

Tahun 2012 s/d 2015

FENOL
0.0025
Samping Balai Budidaya
0.002 Air Tawar
Pertemuan S.Walinow
0.0015 dan S.Malupu
Jembatan Tatelu
0.001
Jembatan Talawaan
0.0005
Jembatan Wusa-Patokaan
0
Jembatan Gantung Desa
Talawaan Atas

Grafik 2.62. Rata-rata konsentrasi Minyak dan Lemak di Sungai


Talawaan Tahun 2012 s/d 2015

MINYAK DAN LEMAK


1.25
Samping Balai Budidaya Air
1.2 Tawar
Pertemuan S.Walinow dan
1.15 S.Malupu

1.1 Jembatan Tatelu

1.05 Jembatan Talawaan


1
Jembatan Wusa-Patokaan
0.95
Jembatan Gantung Desa
0.9
Talawaan Atas
Baku Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata
Mutu 2012 2013 2014 2015

Grafik diatas menunjukkan rata-rata konsentrasi minyak dan lemak. Data tahun
2015 di Jembatan Talawaan dan Jembatan Gantung Desa Talawaan Atas

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 191


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

menunjukkan rata-rata tertinggi. Tingginya konsentrasi minyak dan lemak


disebabkan oleh limbah mengandung minyak dari aktivitas masyarakat di sekitar
sungai.

Tabel 2.87. Perbandingan jumlah parameter pencemar dan lokasi dimana


parameter pencemar melampaui kriteria mutu air
di Sungai Talawaan tahun 2009 s/d 2015

Jumlah
Parameter
Jenis
Tahun Lokasi
Melampaui Parameter
Kriteria Mutu
Air

Samping Balai Budidaya Air Tawar, Pertemuan


Klorin S.Walinow dan S. Malupu, Jembatan Tatelu Dekat
2012 8
Bebas Lokasi Pasar, Jembatan Talawaan, Jembatan Wusa
Patokaan, Jembatan Gantung Desa Talawaan Atas

Samping Balai Budidaya Air Tawar, Pertemuan


S.Walinow dan S. Malupu, Jembatan Tatelu Dekat
T Fosfat
Lokasi Pasar, Jembatan Talawaan, Jembatan Wusa
Patokaan, Jembatan Gantung Desa Talawaan Atas

Jembatan Tatelu Dekat Lokasi Pasar, Jembatan


Nitrit
Talawaan

Sianida Jembatan Talawaan

Jembatan Tatelu Dekat Lokasi Pasar, Jembatan


BOD
Talawaan

COD Jembatan Gantung Desa Talawaan Atas

Samping Balai Budidaya Air Tawar, Pertemuan


S.Walinow dan S. Malupu, Jembatan Tatelu Dekat
E-Coli
Lokasi Pasar, Jembatan Talawaan, Jembatan Wusa
Patokaan, Jembatan Gantung Desa Talawaan Atas

Samping Balai Budidaya Air Tawar, Pertemuan


S.Walinow dan S. Malupu, Jembatan Tatelu Dekat
T-Coli
Lokasi Pasar, Jembatan Talawaan, Jembatan Wusa
Patokaan, Jembatan Gantung Desa Talawaan Atas

Pertemuan S.Walinow dan S. Malupu, Jembatan


Klorin Tatelu Dekat Lokasi Pasar, Jembatan Talawaan,
2013 8
Bebas Jembatan Wusa Patokaan, Jembatan Gantung Desa
Talawaan Atas

Samping Balai Budidaya Air Tawar, Pertemuan


S.Walinow dan S. Malupu, Jembatan Tatelu Dekat
T Fosfat
Lokasi Pasar, Jembatan Talawaan, Jembatan Wusa
Patokaan

Nitrit Jembatan Tatelu Dekat Lokasi Pasar

Pertemuan S.Walinow dan S. Malupu, Jembatan


Tatelu Dekat Lokasi Pasar, Jembatan Talawaan,
TSS
Jembatan Wusa Patokaan, Jembatan Gantung Desa
Talawaan Atas

BOD
Samping Balai Budidaya Air Tawar, Jembatan Wusa

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 192


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Patokaan

COD Samping Balai Budidaya Air Tawar

Samping Balai Budidaya Air Tawar, Pertemuan


S.Walinow dan S. Malupu, Jembatan Tatelu Dekat
E-Coli
Lokasi Pasar, Jembatan Talawaan, Jembatan Wusa
Patokaan, Jembatan Gantung Desa Talawaan Atas

Samping Balai Budidaya Air Tawar, Pertemuan


S.Walinow dan S. Malupu, Jembatan Tatelu Dekat
T-Coli
Lokasi Pasar, Jembatan Talawaan, Jembatan Wusa
Patokaan, Jembatan Gantung Desa Talawaan Atas

Samping Balai Budidaya Air Tawar, Pertemuan


Klorin S.Walinow dan S. Malupu, Jembatan Tatelu Dekat
2014 4
Bebas Lokasi Pasar, Jembatan Talawaan, Jembatan Wusa
Patokaan, Jembatan Gantung Desa Talawaan Atas

Samping Balai Budidaya Air Tawar, Pertemuan


S.Walinow dan S. Malupu, Jembatan Tatelu Dekat
T Fosfat
Lokasi Pasar, Jembatan Talawaan, Jembatan Wusa
Patokaan, Jembatan Gantung Desa Talawaan Atas

Jumlah
Parameter
Jenis
Tahun Lokasi
Melampaui Parameter
Kriteria Mutu
Air

Samping Balai Budidaya Air Tawar, Pertemuan


S.Walinow dan S. Malupu, Jembatan Tatelu Dekat
E-Coli
Lokasi Pasar, Jembatan Talawaan, Jembatan Wusa
Patokaan, Jembatan Gantung Desa Talawaan Atas

Samping Balai Budidaya Air Tawar, Pertemuan


S.Walinow dan S. Malupu, Jembatan Tatelu Dekat
T-Coli
Lokasi Pasar, Jembatan Talawaan, Jembatan Wusa
Patokaan, Jembatan Gantung Desa Talawaan Atas

Samping Balai Budidaya Air Tawar, Pertemuan


Klorin S.Walinow dan S. Malupu, Jembatan Tatelu Dekat
2015 7
Bebas Lokasi Pasar, Jembatan Talawaan, Jembatan Wusa
Patokaan, Jembatan Gantung Desa Talawaan Atas

Samping Balai Budidaya Air Tawar, Pertemuan


S.Walinow dan S. Malupu, Jembatan Tatelu Dekat
T Fosfat
Lokasi Pasar, Jembatan Talawaan, Jembatan Wusa
Patokaan, Jembatan Gantung Desa Talawaan Atas

Samping Balai Budidaya Air Tawar, Pertemuan


S.Walinow dan S. Malupu, Jembatan Tatelu Dekat
Fenol
Lokasi Pasar, Jembatan Talawaan, Jembatan Wusa
Patokaan, Jembatan Gantung Desa Talawaan Atas

TSS Samping Balai Budidaya Air Tawar

Samping Balai Budidaya Air Tawar, Pertemuan


S.Walinow dan S. Malupu, Jembatan Tatelu Dekat
E-Coli
Lokasi Pasar, Jembatan Talawaan, Jembatan Wusa
Patokaan, Jembatan Gantung Desa Talawaan Atas

Samping Balai Budidaya Air Tawar, Pertemuan


S.Walinow dan S. Malupu, Jembatan Tatelu Dekat
T-Coli
Lokasi Pasar, Jembatan Talawaan, Jembatan Wusa
Patokaan, Jembatan Gantung Desa Talawaan Atas

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 193


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Minyak & Jembatan Talawaan dan Jembatan Gantung Desa


Lemak Talawaan Atas

4.2.14. Analisis Status Mutu Kualitas Air Sungai dengan Metode Storet (PP
No. 115 Tahun 2003)

Sungai Sangkub

Tabel 2.88. Analisis Titik I Sungai Sangkub dengan menggunakan Metode


Storet
BAKU MUTU HASIL
PARAMETER
PP No. 82 tahun Tahap Tahap Tahap Tahap Rata-
2001 Tahap I II III IV V Max Min rata Skor

Conductivity - 133 138 172 187 140 187 133 154 0

TDS 1000 mg/l 93 96 121 131 98 131 93 107,8 0

TSS 50 mg/l 8 6 3 2 10 10 2 5,8 0

Ph 6–9 8,3 7,89 7,91 7,69 7,62 8,3 7,62 7,882 0

Ammonia
(total) - 0,04 0,02 0,02 0,02 0,03 0,04 0,02 0,026 0

Residual
Chlorine 0,03 mg/l 0,02 0,02 0,03 0,03 0,02 0,03 0,02 0,024 0

N-NO3 10 mg/l 0,025 0,028 0,005 0,005 0,344 0,344 0,005 0,0814 0

N-NO2 0,06 mg/l 0,001 0,001 0,001 0,001 0,004 0,004 0,001 0,0016 0

T-Phosphate 0,2 mg/l 0,417 0,114 0,405 0,115 0,049 0,417 0,049 0,22 -16

Sulfida 0,002 mg/l 0,010 0,010 0,010 0,010 0,010 0,01 0,01 0,01

Cyanide
(total) 0,02 mg/l 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,005 0,005 0,005 0

DO 4 mg/l 7,87 8 7,68 6,75 7,59 8 6,75 7,578 0

BOD 3 mg/l 2 2 2 2 2 2 2 2 0

COD 25 mg/l 10 10 10 10 10 10 10 10 0

e-Coli 1000 Jml/100ml 960 1100 40 40 700 1100 40 568 -6

Total
Coliform 5000 Jml/100ml 24200 24200 3900 24200 24200 24200 3900 20140 -24

Hg 0,002 mg/l 0,00005 0,00005 0,00005 0,00005 0,00005 0,00005 0,00005 0,00005 0

Oil & Grease 1 mg/l 1 1 1 1 1 1 1 1 0

Phenols 0,001 mg/l 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 0

MBAS 0,2 mg/L 0,01 0,01 0,01 0,05 0,01 0,05 0,01 0,018 0

JUMLAH SKOR -46

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 194


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Hasil pengolahan data dengan menggunakan metode storet menunjukan bahwa


titik sampling I: Sungai Beyou Ipomanta mempunyai status mutu air kelas D,
termasuk kategori Cemar Berat dengan skor -46

Tabel 2.89. Analisis Titik II Sungai Sangkub dengan menggunakan Metode


Storet

BAKU MUTU HASIL

PP No. 82 tahun Tahap Tahap Tahap Tahap Rata-


PARAMETER 2001 Tahap I II III IV V Max Min rata Skor

Conductivity - 107 115 147 159 120 159 107 129,6 0

TDS 1000 mg/l 75 80 103 112 84 112 75 90,8 0

TSS 50 mg/l 15 2 1 3 8 15 1 5,8 0

Ph 6–9 7,62 7,67 7,87 7,59 7,28 7,87 7,28 7,606 0

Ammonia
(total) - 0,14 0,02 0,02 0,05 0,02 0,14 0,02 0,05 0

Residual
Chlorine 0,03 mg/l 0,02 0,03 0,03 0,04 0,02 0,04 0,02 0,028 -4

N-NO3 10 mg/l 0,068 0,023 0,005 0,137 0,687 0,687 0,005 0,184 0

N-NO2 0,06 mg/l 0,00 0,00 0,00 0,007 0,004 0,007 0,001 0,0028 0

T-Phosphate 0,2 mg/l 0,145 0,288 0,334 0,099 0,189 0,334 0,099 0,211 -16

Sulfida 0,002 mg/l 0,010 0,010 0,010 0,010 0,010 0,01 0,01 0,01

Cyanide
(total) 0,02 mg/l 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,005 0,005 0,005 0

DO 4 mg/l 8,03 8 7,64 5,41 7,44 8,03 5,41 7,304 0

BOD 3 mg/l 2 2 2 2 2 2 2 2 0

COD 25 mg/l 10 10 14 10 10 14 10 10,8 0

e-Coli 1000 Jml/100ml 1500 640 370 640 600 1500 370 750 -6

Total
Coliform 5000 Jml/100ml 24200 24200 3600 24200 24200 24200 3600 20080 -24

Hg 0,002 mg/l 0,00005 0,00005 0,00005 0,00005 0,00005 0,00005 0,00005 0,00005 0

Oil & Grease 1 mg/l 1 1 1 1 1 1 1 1 0

Phenols 0,001 mg/l 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 0

MBAS 0,2 mg/L 0,01 0,01 0,01 0,04 0,01 0,04 0,01 0,016 0

JUMLAH SKOR -50

Hasil pengolahan data dengan menggunakan metode storet menunjukan bahwa


titik sampling II: Sungai Ilanga sebelum Bendungan Bintauna Desa Pangkusa
mempunyai status mutu air kelas D, termasuk kategori Cemar Berat dengan
skor -50.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 195


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Tabel 2.90. Analisis Titik III Sungai Sangkub dengan menggunakan Metode
Storet

BAKU MUTU HASIL

PP No. 82 tahun Tahap Tahap Tahap Tahap Rata-


PARAMETER 2001 Tahap I II III IV V Max Min rata Skor

Conductivity - 111 129 161 167 135 167 111 140,6 0

TDS 1000 mg/l 77 90 113 117 95 117 77 98,4 0

TSS 50 mg/l 14 3 7 5 20 20 3 9,8 0

pH 6–9 7,73 7,68 7,77 7,2 7,31 7,77 7,2 7,538 0

Ammonia
(total) - 0,1 0,02 0,02 0,16 0,02 0,16 0,02 0,064 0

Residual
Chlorine 0,03 mg/l 0,02 0,03 0,05 0,08 0,02 0,08 0,02 0,04 -16

N-NO3 10 mg/l 0,043 0,035 0,005 0,131 0,51 0,51 0,005 0,1448 0

N-NO2 0,06 mg/l 0,00 0,00 0,00 0,018 0,004 0,018 0,001 0,005 0

T-Phosphate 0,2 mg/l 0,084 0,149 0,053 0,418 0,23 0,418 0,053 0,1868 -4

Sulfida 0,002 mg/l 0,010 0,010 0,010 0,010 0,010 0,01 0,01 0,01

Cyanide
(total) 0,02 mg/l 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,005 0,005 0,005 0

DO 4 mg/l 8,1 8 7,68 4,2 7,46 8,1 4,2 7,088 0

BOD 3 mg/l 2 2 2 2 2 2 2 2 0

COD 25 mg/l 10 10 10 10 10 10 10 10 0

e-Coli 1000 Jml/100ml 14100 960 330 24200 320 24200 320 7982 -24

Total
Coliform 5000 Jml/100ml 24200 24200 5500 24200 24200 24200 5500 20460 -30

Hg 0,002 mg/l 0,00005 0,00005 0,00005 0,00005 0,00005 0,00005 0,00005 0,00005 0

Oil & Grease 1 mg/l 1 1 1 1 1 1 1 1 0

Phenols 0,001 mg/l 0,001 0,001 0,012 0,001 0,001 0,012 0,001 0,0032 -16

MBAS 0,2 mg/L 0,01 0,01 0,01 0,04 0,01 0,04 0,01 0,016 0

JUMLAH SKOR -90

Hasil pengolahan data dengan menggunakan metode storet menunjukan bahwa


titik sampling III: sesudah bendungan Bintauna mempunyai status mutu kelas
D, kategori Cemar Berat dengan skor -90.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 196


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Tabel 2.91. Analisis Titik IV Sungai Sangkub dengan menggunakan Metode


Storet

BAKU MUTU HASIL

PP No. 82 tahun Tahap Tahap Tahap Tahap Rata-


PARAMETER 2001 Tahap I II III IV V Max Min rata Skor

Conductivity - 117 134 164 179 136 179 117 146 0

TDS 1000 mg/l 82 94 115 125 95 125 82 102,2 0

TSS 50 mg/l 25 2 3 11 15 25 2 11,2 0

pH 6–9 7,63 7,82 8,12 7,38 7,28 8,12 7,28 7,646 0

Ammonia
(total) - 0,07 0,02 0,02 0,02 0,02 0,07 0,02 0,03 0

Residual
Chlorine 0,03 mg/l 0,02 0,06 0,05 0,2 0,02 0,2 0,02 0,07 -16

N-NO3 10 mg/l 0,054 0,029 0,005 0,072 0,511 0,511 0,005 0,1342 0

N-NO2 0,06 mg/l 0,00 0,00 0,00 0,005 0,004 0,005 0,001 0,0024 0

T-Phosphate 0,2 mg/l 0,148 0,049 0,084 0,054 0,321 0,321 0,049 0,1312 -4

Sulfida 0,002 mg/l 0,010 0,010 0,010 0,010 0,010 0,01 0,01 0,01

Cyanide
(total) 0,02 mg/l 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,005 0,005 0,005 0

DO 4 mg/l 8,08 8 7,86 6,06 7,65 8,08 6,06 7,53 0

BOD 3 mg/l 2 2 2 2 2 2 2 2 0

COD 25 mg/l 10 10 10 10 15 15 10 11 0

e-Coli 1000 Jml/100ml 1700 270 110 1300 390 1700 110 754 -6

Total
Coliform 5000 Jml/100ml 24200 24200 12000 24200 24200 24200 12000 21760 -30

Hg 0,002 mg/l 0,00005 0,00005 0,00005 0,00005 0,00005 0,00005 0,00005 0,00005 0

Oil & Grease 1 mg/l 1 1 1 1 1 1 1 1 0

Phenols 0,001 mg/l 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 0

MBAS 0,2 mg/L 0,01 0,01 0,01 0,02 0,01 0,02 0,01 0,012 0

JUMLAH SKOR -56

Hasil pengolahan data dengan menggunakan metode storet menunjukan bahwa


titik sampling IV: sesudah Desa Pangkusa mempunyai status mutu air kelas D
kategori Cemar Berat dengan skor -56.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 197


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Tabel 2.92. Analisis Titik V Sungai Sangkub dengan menggunakan Metode


Storet

BAKU MUTU HASIL

PP No. 82 tahun Tahap Tahap Tahap Tahap Rata-


PARAMETER 2001 Tahap I II III IV V Max Min rata Skor

Conductivity - 83 143 182 203 103 203 83 142,8 0

TDS 1000 mg/l 58 100 128 142 72 142 58 100 0

TSS 50 mg/l 50 4 1 5 24 50 1 16,8 0

pH 6–9 7,54 7,86 8,3 7,73 7,3 8,3 7,3 7,746 0

Ammonia
(total) - 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0

Residual
Chlorine 0,03 mg/l 0,02 0,04 0,04 0,07 0,02 0,07 0,02 0,038 -16

N-NO3 10 mg/l 0,027 0,031 0,005 0,005 0,011 0,031 0,005 0,0158 0

N-NO2 0,06 mg/l 0,00 0,00 0,00 0,002 0,002 0,002 0,001 0,0014 0

T-Phosphate 0,2 mg/l 0,546 0,113 0,23 0,072 0,15 0,546 0,072 0,2222 -16

Sulfida 0,002 mg/l 0,010 0,010 0,010 0,010 0,010 0,01 0,01 0,01

Cyanide
(total) 0,02 mg/l 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,005 0,005 0,005 0

DO 4 mg/l 8,08 8 7,98 6,55 7,44 8,08 6,55 7,61 0

BOD 3 mg/l 2 2 2 2 2 2 2 2 0

COD 25 mg/l 10 10 10 10 10 10 10 10 0

e-Coli 1000 Jml/100ml 1400 1200 60 70 1100 1400 60 766 -6

Total
Coliform 5000 Jml/100ml 24200 24200 6100 13000 24200 24200 6100 18340 -30

Hg 0,002 mg/l 0,00005 0,00005 0,00005 0,00005 0,00005 0,00005 0,00005 0,00005 0

Oil & Grease 1 mg/l 1 1 1 1 1 1 1 1 0

Phenols 0,001 mg/l 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 0

MBAS 0,2 mg/L 0,01 0,01 0,01 0,05 0,01 0,05 0,01 0,018 0

JUMLAH SKOR -68

Hasil pengolahan data dengan menggunakan metode storet menunjukan bahwa


titik sampling V: Sungai Gambuta mempunyai status mutu air kelas D kategori
Cemar Berat dengan skor -68.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 198


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Tabel 2.93. Analisis Titik VI Sungai Sangkub dengan menggunakan Metode


Storet

BAKU MUTU HASIL

PP No. 82 tahun Tahap Tahap Tahap Tahap Rata-


PARAMETER 2001 Tahap I II III IV V Max Min rata Skor

Conductivity - 83 141 177 184 139 184 83 144,8 0

TDS 1000 mg/l 58 99 124 129 97 129 58 101,4 0

TSS 50 mg/l 84 1 3 3 16 84 1 21,4 -2

pH 6–9 7,43 7,76 8,52 8,05 7,33 8,52 7,33 7,818 0

Ammonia
(total) - 0,05 0,02 0,02 0,02 0,02 0,05 0,02 0,026 0

Residual
Chlorine 0,03 mg/l 0,02 0,04 0,08 0,11 0,02 0,11 0,02 0,054 -16

N-NO3 10 mg/l 0,06 0,03 0,005 0,072 0,542 0,542 0,005 0,1418 0

N-NO2 0,06 mg/l 0,00 0,00 0,00 0,006 0,004 0,006 0,001 0,0026 0

T-Phosphate 0,2 mg/l 0,429 0,201 0,366 0,093 0,569 0,569 0,093 0,3316 -16

Sulfida 0,002 mg/l 0,010 0,010 0,010 0,010 0,010 0,01 0,01 0,01

Cyanide
(total) 0,02 mg/l 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,005 0,005 0,005 0

DO 4 mg/l 8,01 8 8,05 6,71 7,46 8,05 6,71 7,646 0

BOD 3 mg/l 2 2 2 2 2 2 2 2 0

COD 25 mg/l 10 10 10 10 10 10 10 10 0

e-Coli 1000 Jml/100ml 1200 1800 3400 660 690 3400 660 1550 -24

Total
Coliform 5000 Jml/100ml 24200 19900 13000 24200 24200 24200 13000 21100 -30

Hg 0,002 mg/l 0,00005 0,00005 0,00005 0,00005 0,00050 0,0005 0,00005 0,00014 0

Oil & Grease 1 mg/l 1 1 1 1 1 1 1 1 0

Phenols 0,001 mg/l 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 0

MBAS 0,2 mg/L 0,01 0,01 0,01 0,11 0,01 0,11 0,01 0,03 0

JUMLAH SKOR -88

Hasil pengolahan data dengan menggunakan metode storet menunjukan bahwa


titik VI: Desa Kopi mempunyai status mutu air kelas D kategori Cemar Berat
dengan skor -88.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 199


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Tabel 2.94. Analisis Titik VII Sungai Sangkub dengan menggunakan Metode
Storet

BAKU MUTU HASIL

PP No. 82 tahun Tahap Tahap Tahap Tahap Rata-


PARAMETER 2001 Tahap I II III IV V Max Min rata Skor

Conductivity - 112 9230 48500 51600 366 51600 112 21961,6 0

TDS 1000 mg/l 78 5970 35000 34000 256 35000 78 15060,8 -8

TSS 50 mg/l 105 2 2 10 22 105 2 28,2 0

pH 6–9 7,41 7,39 7,98 7,98 7,28 7,98 7,28 7,608 0

Ammonia
(total) - 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0

Residual
Chlorine 0,03 mg/l 0,02 0,03 0,02 0,02 0,02 0,03 0,02 0,022 0

N-NO3 10 mg/l 0,085 0,027 0,005 0,034 0,592 0,592 0,005 0,1486 0

N-NO2 0,06 mg/l 0,001 0,00 0,00 0,001 0,005 0,005 0,001 0,0018 0

T-Phosphate 0,2 mg/l 0,045 0,066 0,005 0,018 0,556 0,556 0,005 0,138 -16

Sulfida 0,002 mg/l 0,010 0,010 0,010 0,010 0,010 0,01 0,01 0,01

Cyanide
(total) 0,02 mg/l 0,005 0,01 0,01 0,01 0,01 0,005 0,005 0,005 0

DO 4 mg/l 8,06 7 7,88 7,2 7,43 8,06 7 7,514 0

BOD 3 mg/l 2 2 2 2 2 2 2 2 0

COD 25 mg/l 10 10 - - 10 10 10 6 0

e-Coli 1000 Jml/100ml 1500 660 24200 24200 640 24200 640 10240 -24

Total
Coliform 5000 Jml/100ml 24200 24200 24200 24200 24200 24200 24200 24200 -30

Hg 0,002 mg/l 0,00005 0,00005 0,00005 0,00006 0,00050 0,0005 0,00005 0,000142 0

Oil & Grease 1 mg/l 1 1 1 1 1 1 1 1 0

Phenols 0,001 mg/l 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 0

MBAS 0,2 mg/L 0,01 0,01 0,01 0,08 0,01 0,08 0,01 0,024 0

JUMLAH SKOR -78

Hasil pengolahan data dengan menggunakan metode storet menunjukan bahwa


titik sampling VII: sebelum Jembatan Sangkub Bintauna mempunyai status
mutu air kelas D kategori Cemar Berat dengan skor -78.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 200


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Tabel 2.95. Klasifikasi Golongan Air Sungai Sangkub

Klasifikasi

Gol. A Gol. B Gol. C Gol. D


No. Lokasi Pantau
Memenuhi Cemar Cemar Cemar
Baku Mutu Ringan Sedang Berat

Sungai Beyou
1. - - - 
Ipomanta

2. Sungai Ilanga - - - 

sesudah 
3. bendungan - - -
Bintauna

Sesudah desa 
4. - - -
Pangkusa

5. Sungai Gambuta - - - 

6. Desa kopi - - - 

7. Jembatan sangkub - - - 

Setelah dianalisis dengan menggunakan Metode Storet sesuai Keputusan


Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 didapati bahwa
semua titik sampling di Sungai Sangkub yang dipantau dengan frekuensi 5 (lima)
kali setahun selang bulan Juni sampai dengan November 2015, berada dalam
kategori Golongan D dengan status cemar berat. Dari 21 parameter yang
dianalisis parameter TDS, TSS, Klorin Bebas, Total Fosfat, Fenol, E-Coli dan T-
Coli (7 parameter) melebihi kriteria mutu air yang dipersyaratkan dan lokasi
dimana parameter-parameter tersebut mencapai rata-rata tertinggi adalah
sebagai berikut :
1. Untuk parameter TDS lokasi Jembatan Sangkub memiliki konsentrasi rata-
rata tertinggi 15061 mg/L, melebihi kriteria mutu air yang dipersyaratkan
1000 mg/L.
2. Untuk parameter TSS Jembatan Sangkub memiliki konsentrasi rata-rata
tertinggi yakni 28.2 mg/L, tetapi belum melebihi kriteria mutu air yang
dipersyaratkan yaitu 50 mg/L.
3. Untuk parameter Klorin Bebas Lokasi Sesudah Desa Pangkusa memiliki
konsentrasi rata-rata tertinggi yaitu 0.07 mg/L, melebihi kriteria mutu air
yang dipersyaratkan yaitu 0.03 mg/L.
4. Untuk parameter Total Fosfat Desa Kopi memiliki konsentrasi rata-rata
tertinggi yakni 0.3316 mg/L melebihi kriteria mutu air yang dipersyaratkan
yaitu 0,2 mg/L.
5. Untuk parameter E-Coli Jembatan Sangkub memiliki konsentrasi rata-rata
tertinggi yaitu 10220 Jml/100mL, melebihi kriteria mutu air yang
dipersyaratkan yaitu 1000 JmL/100mL.
6. Untuk parameter T-Coli lokasi Jembatan Sangkub memiliki konsentrasi rata-
rata tertinggi yaitu 24200 Jml/100mL, melebihi kriteria mutu air yang
dipersyaratkan yaitu 5000 Jml/100mL
Untuk parameter Fenol Lokasi Sesudah Bendungan Bintauna memiliki
konsentrasi rata-rata tertinggi yaitu 0.0032 mg/L melebihi kriteria mutu air yang
dipersyaratkan yaitu 0.001 mg/L.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 201


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Sungai Talawaan

Tabel 2.96. Analisis Titik I SungaiTalawaan dengan menggunakan Metode


Storet
BAKU MUTU HASIL
PARAMETER
PP No. 82 tahun Tahap Tahap Tahap Tahap Rata-
2001 Tahap I II III IV V Max Min rata Skor

Conductivity - 126 129 141 175 147 175 126 143,6 0

TDS 1000 mg/l 88 90 99 100 103 103 88 96 0

TSS 50 mg/l 9 19 15 13 55 55 9 22,2 -2

pH 6–9 7,4 7,48 7,7 7,42 7,43 7,7 7,4 7,486 0

Ammonia
(total) - 0,04 0,02 0,02 0,02 0,02 0,04 0,02 0,024 0

Residual
Chlorine 0,03 mg/l 0,02 0,07 0,06 0,09 0,05 0,09 0,02 0,058 -16

N-NO3 10 mg/l 0,18 0,15 0,03 0,01 0,05 0,18 0,006 0,0836 0

N-NO2 0,06 mg/l 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,007 0,0084 0

T-Phosphate 0,2 mg/l 0,288 0,115 0,225 0,287 0,15 0,288 0,115 0,213 -16

Sulfida 0,002 mg/l 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01

Cyanide
(total) 0,02 mg/l 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,005 0,005 0,005 0

DO 4 mg/l 7,98 8 6,5 7,73 8,23 8,23 6,5 7,688 0

BOD 3 mg/l 2 2 2 2 2 2 2 2 0

COD 25 mg/l 10 10 10 10 12 12 10 10,4 0

e-Coli 1000 Jml/100ml 1100 860 2900 1400 1900 2900 860 1632 -24

Total
Coliform 5000 Jml/100ml 24200 24200 24200 24200 24200 24200 24200 24200 -30

Hg 0,002 mg/l 0,00005 0,00005 0,00005 0,00005 0,00005 0,00005 0,00005 0,00005 0

Oil & Grease 1 mg/l 1 1 1 1 1 1 1 1 0

Phenols 0,001 mg/l 0,001 0,001 0,004 0,001 0,001 0,004 0,001 0,0016 -16

MBAS 0,2 mg/L 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0

JUMLAH SKOR -104

Hasil pengolahan data dengan menggunakan metode storet menunjukan bahwa


titik sampling I: Samping Balai Budidaya Air Tawar Tatelu mempunyai status
mutu air kelas D kategori Cemar Berat dengan skor -104.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 202


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Tabel 2.97. Analisis Titik II SungaiTalawaan dengan menggunakan Metode


Storet

BAKU MUTU HASIL

PP No. 82 tahun Tahap Tahap Tahap Tahap Rata-


PARAMETER 2001 Tahap I II III IV V Max Min rata Skor

Conductivity - 132 151 184 197 174 197 132 167,6 0

TDS 1000 mg/l 92 105 129 137 122 137 92 117 0

TSS 50 mg/l 7 2 1 1 2 7 1 2,6 0

Ph 6–9 7,52 7,53 7,75 7,63 7,61 7,75 7,52 7,608 0

Ammonia
(total) - 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0

Residual
Chlorine 0,03 mg/l 0,02 0,02 0,02 0,02 0,04 0,04 0,02 0,024 -4

N-NO3 10 mg/l 0,35 0,45 0,28 0,03 0,04 0,453 0,032 0,2302 0

N-NO2 0,06 mg/l 0,01 0,01 0,01 0,00 0,00 0,014 0,002 0,0066 0

T-Phosphate 0,2 mg/l 0,458 0,102 0,112 0,557 0,109 0,557 0,102 0,2676 -16

Sulfida 0,002 mg/l 0,010 0,010 0,010 0,010 0,010 0,01 0,01 0,01

Cyanide
(total) 0,02 mg/l 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,005 0,005 0,005 0

DO 4 mg/l 7,99 8 7,17 7,73 8,39 8,39 7,17 7,856 0

BOD 3 mg/l 2 2 2 2 2 2 2 2 0

COD 25 mg/l 10 10 10 10 10 10 10 10 0

e-Coli 1000 Jml/100ml 24200 6300 3100 2600 1300 24200 1300 7500 -30

Total
Coliform 5000 Jml/100ml 24200 10100 24200 24200 24200 24200 10100 21380 -30

Hg 0,002 mg/l 0,00005 0,00005 0,00005 0,00005 0,00005 0,00005 0,00005 0,00005 0

Oil & Grease 1 mg/l 1 1 1 1 1 1 1 1 0

Phenols 0,001 mg/l 0,001 0,001 0,004 0,001 0,001 0,004 0,001 0,0016 -4

MBAS 0,2 mg/L 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0

JUMLAH SKOR -84

Hasil pengolahan data dengan menggunakan metode storet menunjukan bahwa


titik sampling II: Pertemuan antara Sungai Walinouw dan Sungai Malupu
mempunyai status mutu air kelas D kategori Cemar Berat dengan skor -84.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 203


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Tabel 2.98. Analisis Titik III SungaiTalawaan dengan menggunakan Metode


Storet

BAKU MUTU HASIL

PP No. 82 tahun Tahap Tahap Tahap Tahap Rata-


PARAMETER 2001 Tahap I II III IV V Max Min rata Skor

Conductivity - 135 148 170 174 172 174 135 159,8 0

TDS 1000 mg/l 94 104 119 122 121 122 94 112 0

TSS 50 mg/l 19 16 6 13 10 19 6 12,8 0

pH 6–9 7,41 7,5 7,82 7,56 7,65 7,82 7,41 7,588 0

Ammonia
(total) - 0,04 0,02 0,02 0,02 0,02 0,04 0,02 0,024 0

Residual
Chlorine 0,03 mg/l 0,02 0,41 0,07 0,12 0,15 0,41 0,02 0,154 -16

N-NO3 10 mg/l 0,271 0,133 0,126 0,005 0,006 0,271 0,005 0,1082 0

N-NO2 0,06 mg/l 0,015 0,007 0,007 0,004 0,01 0,015 0,004 0,0086 0

T-Phosphate 0,2 mg/l 0,223 0,309 0,114 0,558 0,164 0,558 0,114 0,2736 -16

Sulfida 0,002 mg/l 0,010 0,010 0,010 0,010 0,010 0,01 0,01 0,01

Cyanide
(total) 0,02 mg/l 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,005 0,005 0,005 0

DO 4 mg/l 7,84 8 7,67 7,64 8,19 8,19 7,64 7,868 0

BOD 3 mg/l 2 2 2 2 2 2 2 2 0

COD 25 mg/l 10 10 10 10 10 10 10 10 0

e-Coli 1000 Jml/100ml 11200 24200 17300 19900 24200 24200 11200 19360 -30

Total
Coliform 5000 Jml/100ml 24200 24200 24200 24200 24200 24200 24200 24200 -30

Hg 0,002 mg/l 0,00005 0,00005 0,00005 0,00005 0,00005 0,00005 0,00005 0,00005 0

Oil & Grease 1 mg/l 1 1 1 1 1 1 1 1 0

Phenols 0,001 mg/l 0,001 0,001 0,004 0,001 0,001 0,004 0,001 0,0016 -16

MBAS 0,2 mg/L 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0

JUMLAH SKOR -108

Hasil pengolahan data dengan menggunakan metode storet menunjukan bahwa


titik sampling III: Jembatan Tatelu, Dekat Lokasi Pasar mempunyai status mutu
air kelas D kategori Cemar Berat dengan skor -108.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 204


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Tabel 2.99. Analisis Titik IV Sungai Talawaan dengan menggunakan Metode


Storet

BAKU MUTU HASIL

PP No. 82 tahun Tahap Tahap Tahap Tahap Rata-


PARAMETER 2001 Tahap I II III IV V Max Min rata Skor

Conductivity - 147 134 152 156 158 158 134 149,4 0

TDS 1000 mg/l 103 94 107 111 111 111 94 105,2 0

TSS 50 mg/l 31 32 10 9 8 32 8 18 0

pH 6–9 7,72 8,22 8,3 8,09 7,82 8,3 7,72 8,03 0

Ammonia
(total) - 0,04 0,02 0,02 0,02 0,02 0,04 0,02 0,024 0

Residual
Chlorine 0,03 mg/l 0,02 0,19 0,06 0,1 0,12 0,19 0,02 0,098 -16

N-NO3 10 mg/l 0,365 0,133 0,09 0,006 0,005 0,365 0,005 0,1198 0

N-NO2 0,06 mg/l 0,01 0,003 0,004 0,003 0,005 0,01 0,003 0,005 0

T-Phosphate 0,2 mg/l 0,206 0,166 0,214 0,196 0,1 0,214 0,1 0,1764 -4

Sulfida 0,002 mg/l 0,010 0,010 0,010 0,010 0,010 0,01 0,01 0,01

Cyanide
(total) 0,02 mg/l 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,005 0,005 0,005 0

DO 4 mg/l 7,95 8 7,67 7,81 8,54 8,54 7,67 7,994 0

BOD 3 mg/l 2 2 2 2 2 2 2 2 0

COD 25 mg/l 10 10 10 10 10 10 10 10 0

e-Coli 1000 Jml/100ml 13000 7300 3400 5200 4100 13000 3400 6600 -30

Total
Coliform 5000 Jml/100ml 24200 24200 24200 24200 24200 24200 24200 24200 -30

Hg 0,002 mg/l 0,00005 0,00005 0,00005 0,00005 0,00005 0,00005 0,00005 0,00005 0

Oil & Grease 1 mg/l 1 2 1 1 1 2 1 1,2 -16

Phenols 0,001 mg/l 0,001 0,001 0,004 0,001 0,001 0,004 0,001 0,0016 -16

MBAS 0,2 mg/L 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0

JUMLAH SKOR -112

Hasil pengolahan data dengan menggunakan metode storet menunjukan bahwa


titik sampling IV: Jembatan Talawaan mempunyai status mutu air kelas D
kategori Cemar Berat dengan skor -112.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 205


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Tabel 2.100. Analisis Titik V Sungai Talawaan dengan menggunakan Metode


Storet

BAKU MUTU HASIL

PP No. 82 tahun Tahap Tahap Tahap Tahap Rata-


PARAMETER 2001 Tahap I II III IV V Max Min rata Skor

Conductivity - 134 142 164 171 163 171 134 154,8 0

TDS 1000 mg/l 93 99 115 120 114 120 93 108,2 0

TSS 50 mg/l 7 1 1 3 9 9 1 4,2 0

pH 6–9 7,63 8,1 8,42 8,07 7,82 8,42 7,63 8,008 0

Ammonia
(total) - 0,03 0,02 0,02 0,02 0,02 0,03 0,02 0,022 0

Residual
Chlorine 0,03 mg/l 0,02 0,07 0,02 0,02 0,06 0,07 0,02 0,038 -16

N-NO3 10 mg/l 0,491 0,321 0,107 0,007 0,094 0,491 0,007 0,204 0

N-NO2 0,06 mg/l 0,015 0,002 0,003 0,003 0,007 0,015 0,002 0,006 0

T-Phosphate 0,2 mg/l 0,16 0,136 0,14 0,173 0,245 0,245 0,136 0,1708 -4

Sulfida 0,002 mg/l 0,010 0,010 0,010 0,010 0,010 0,01 0,01 0,01

Cyanide
(total) 0,02 mg/l 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,005 0,005 0,005 0

DO 4 mg/l 7,96 8 7,9 7,81 7,63 8 7,63 7,86 0

BOD 3 mg/l 2 2 2 2 2 2 2 2 0

COD 25 mg/l 10 10 10 10 10 10 10 10 0

e-Coli 1000 Jml/100ml 6500 1600 400 2900 3100 6500 400 2900 -24

Total
Coliform 5000 Jml/100ml 24200 24200 19900 24200 24200 24200 19900 23340 -30

Hg 0,002 mg/l 0,00005 0,00005 0,00005 0,00005 0,00005 0,00005 0,00005 0,00005 0

Oil & Grease 1 mg/l 1 1 1 1 1 1 1 1 0

Phenols 0,001 mg/l 0,001 0,001 0,004 0,001 0,001 0,004 0,001 0,0016 -16

MBAS 0,2 mg/L 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0

JUMLAH SKOR -90

Hasil pengolahan data dengan menggunakan metode storet menunjukan bahwa


titik sampling V: Jembatan Wusa-Patokaan mempunyai status mutu air kelas D
kategori Cemar Berat dengan skor -90.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 206


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Tabel 2.101. Analisis Titik VI Sungai Talawaan dengan menggunakan Metode


Storet

BAKU MUTU HASIL

PP No. 82 tahun Tahap Tahap Tahap Tahap Rata-


PARAMETER 2001 Tahap I II III IV V Max Min rata Skor

Conductivity - 122 151 169 176 182 182 122 160 0

TDS 1000 mg/l 86 105 119 123 128 128 86 112,2 0

TSS 50 mg/l 9 4 5 4 3 9 3 5 0

pH 6–9 7,69 7,81 8,43 7,96 7,88 8,43 7,69 7,954 0

Ammonia
(total) - 0,03 0,02 0,02 0,02 0,02 0,03 0,02 0,022 0

Residual
Chlorine 0,03 mg/l 0,02 0,06 0,03 0,02 0,06 0,06 0,02 0,038 -16

N-NO3 10 mg/l 0,283 0,15 0,005 0,005 0,11 0,283 0,005 0,1106 0

N-NO2 0,06 mg/l 0,001 0,002 0,001 0,001 0,004 0,004 0,001 0,0018 0

T-Phosphate 0,2 mg/l 0,139 0,169 0,222 0,176 0,157 0,222 0,139 0,1726 -4

Sulfida 0,002 mg/l 0,010 0,010 0,010 0,010 0,010 0,01 0,01 0,01

Cyanide
(total) 0,02 mg/l 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,005 0,005 0,005 0

DO 4 mg/l 8,01 8 8,07 7,82 7,41 8,07 7,41 7,862 0

BOD 3 mg/l 2 2 2 2 2 2 2 2 0

COD 25 mg/l 10 10 10 10 10 10 10 10 0

e-Coli 1000 Jml/100ml 1600 3200 640 180 1300 3200 180 1384 -24

Total
Coliform 5000 Jml/100ml 24200 24200 24200 19900 17300 24200 17300 21960 -30

Hg 0,002 mg/l 0,00005 0,00005 0,00005 0,00005 0,00005 0,00005 0,00005 0,00005 0

Oil & Grease 1 mg/l 1 2 1 1 1 2 1 1,2 -16

Phenols 0,001 mg/l 0,001 0,001 0,003 0,001 0,001 0,003 0,001 0,0014 -16

MBAS 0,2 mg/L 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0

JUMLAH SKOR -106

Dalam mengevaluasi program sektor Lingkungan Hidup, indikator


yang digunakan adalah Persentase Penanganan Sampah, Penduduk
yang berakses Air Minum serta Luas Permukiman yang tertata.
Sampai dengan Tahun 2015, persentase penanganan sampah baru
mencapai + 30%. Hal ini antara lain disebabkan oleh karena masih
kurangnya infrastruktur penanganan sampah mulai dari tingkat
Desa/Kelurahan sampai pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Untuk penduduk yang berakses Air Minum melalui Pelayanan air
minum dengan sistem perpipaan di daerah perkotaan Tahun 2015

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 207


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

mencapai 64% dan perdesaan 48%, sampai dengan Tahun 2021


tingkat pelayanan pada daerah perkotaan dapat mencapai 80% dan
pada daerah perdesaan 70%.

Pentingnya untuk meningkatkan jumlah masyarakat untuk mendapat


akses layanan air minum, kesehatan dan sanitasi, mengurangi jumlah
kejadian penyakit diare dan penyakit lainnya yang ditularkan melalui
air dan lingkungan, menjaga cakupan pelayanan air minum sanitasi
yang rendah yang berdampak pada kesehatan masyarakat sehingga
perlu penambahan jaringan infrastruktur air minum dan sanitasi
berbasis masyarakat dalam rangka program percepatan sanitasi
permukiman. Upaya untuk pencegahan terjangkitnya dan penularan
penyakit melalui penyediaan dan pemeliharaan sumber-sumber air
bersih serta dalam pengelolaannya sampai dengan cakupan pelayanan
air minum dan sanitasi yang masih rendah karena itu penyediaan
sarana dan prasarana air bersih/limbah difokuskan bagi masyarakat
berpenghasilan rendah, kawasan Rusuna, kawasan strategis nasional,
pengembangan prasarana kawasan perbatasan, pengembangan SPAM
di desa rawan air dan pesisir serta kawasan yang belum memiliki
SPAM tersebar di kabupaten/kota Pemekaran.

2.3.1.8. Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa

Seiring dengan perkembangan wilayah administrasi di Sulawesi Utara,


Tahun 2015 telah terjadi penyesuaian data wilayah administrasi
sehubungan dengan adanya pemekaran wilayah baik kabupaten/kota,
kecamatan, dan desa/kelurahan. Dengan demikian tuntutan kinerja
pemerintah untuk memberdayakan masyarakat dan pemerintah desa
menjadi lebih kompleks. Pada tahun 2015 telah dilaksanakan
Perlombaan desa/kelurahan tingkat Provinsi tahun 2015 dengan hasil
penilaian masing-masing :
- Juara Perlombaan Desa :
Juara I : Desa Molompar 2 Kecamatan
Tombatu Timur Kabupaten Minahasa
Tenggara
Juara II : Desa Para Kecamatan Tatoareng
Kabupaten Kepulauan Sangihe
Juara III : Desa Milangodaa Utara Kecamatan
Posigadan Kabupaten Bolaang
Mongondow Selatan
Juara Harapan I : Desa Watutumou dua Kec. Kalawat
Kab. Minahasa Utara
Juara Harapan II : Desa Pontak Kecamatan Ranoyapo
Kabupaten Minahasa Selatan
Juara Harapan III : Desa Kumu Kecamatan Tombariri
Kabupaten Minahasa

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 208


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

- Juara Perlombaan Kelurahan :


Juara I : Kelurahan Mogolaing Kecamatan
Kotamobagu Barat Kota Kotamobagu
Juara II : Kelurahan Rumoong bawah
Kecamatan Amurang Barat
Kabupaten Minahasa Selatan
Juara III : Kelurahan Woloan 1 Kecamatan
Tomohon Barat Kabupaten Tomohon
Juara Harapan I : Kelurahan Tataaran II Kecamatan
Tondano Selatan Kabupaten
Minahasa.
Juara Harapan II : Kelurahan Tona 1 Kecamatan Tahuna
Timur Kabupaten Kepulauan Sangihe
Juara Harapan III : Kelurahan Pandu Kecamatan
Bunaken Kabupaten Sario
Untuk memperkuat pemerintah desa dan usaha pemberdayaan
masyarakat, pada tahun 2015 telah diikutsertakan 10 (sepuluh)
Kabuputen dan 4 (empat) Kota dari Provinsi Sulawesi Utara dalam
acara Gelar Teknologi Tepat Guna (TTG) tingkat Nasional di Nanggro
Aceh Darussalam. Forum ini rutin dilaksanakan untuk
mempromosikan produk produk teknologi tepat guna yang
dipamerkan sebagai produk unggulan daerah, hasil TTG Provinsi
Sulawesi Utara antara lain : Alat Pengolah Serat Abacca dari Pisang
Abacca diproduksi menjadi Kain dan dapat dijadikan bahan pembuat
uang kertas dolar dari daerah Kabupaten Kepulauan Talaud.
Dalam konteks pemberdayaan masyarakat desa terutama yang masih
tergolong pada keluarga miskin, pemerintah Sulawesi Utara telah
melaksanakan Koordinasi Penguatan Kelembagaan Tim Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) dan Kelompok Program
Pemberdayaan Masyarakat dan kelompok kerja pengaduan
masyarakat. Tujuan kegiatan ini adalah memunculkan peran
pemerintah dalam Percepatan penanggulangan kemiskinan (TKPK)
Provinsi dan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK)
Kabapaten/Kota. Disamping itu, upaya Fasilitasi Pengembangan
Usaha Ekonomi Produktif Masyarakat Tertinggal dilaksanakan di 3
Kabupaten yakni : Pokmas Sukamaju Desa Nonapan 1 kecamatan
Poigar Kabupaten Bolaang Mongondow; Pokmas Sumpang Desa
Pondos Kecamtan Amurang Barat Kabupaten Minahasa Selatan;
Pokmas Dudukaran Desa Kaweruan Kecamatan Likupang Selatan
Kabupaten Minahasa Utara.
Upaya penguatan kapasitas pemerintah desa dilakukan dengan
berbagai kegiatan seperti Pelatihan Keterampilan Manajemen Badan
Usaha Milik Desa. Keberhasilan pelaksanaan kegiatan ini yakni untuk
melatih kelompok masyarakat di 15 kabupaten/Kota terkait
pembentukan BumDesa sebagai upaya menampung seluruh kegiatan

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 209


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

perekonomian di perdesaan yang ditujukan untuk peningkatan


kesejahtraan masyarakat baik kegiatan perekonomian yang
berkembang menurut keafifan lokal maupun kegiatan perekonomian
pemerintah yang diserahkan pada masyarakat desa dalam bentuk
program maupun proyek. Untuk masyarakat desa, diselenggarakan
berbagai pelatihan keterampilan usaha seperti industri kerajinan
yang mewakili 6 (enam) Pokmas, Pokmas Desa Esandom Kecamatan
Tombatu Timur Kab. Minahasa Tenggara, Pokmas Desa Tatengesan
Kecamatan Posumaen Kabupaten Minahasa Tenggara, Pokmas Desa
Kema Satu Kecamatan Kema Kabupaten Minahasa Utara, Pokmas
Desa Pinenek Kecamatan Likupang Timur Kab. Minahasa Utara,
Pokmas Desa Teep Kecamatan Amurang Barat Kabupaten Minahasa
Selatan dan Pokmas Desa Pondos Kecamatan Amurang Barat Kab.
Minahasa Selatan. Kelompok-kelompok usaha masyarakat difasilitasi
dalam rangka peningkatan ketrampilan, pengetahuan sehingga
menghasilkan produk yang lebih berkualitas. Selain itu, pembinaan
bagi kelompok masyarakat pantai pesisir dalam rangka pemanfaatan
potensi sumberdaya alam lokal melalui pelatihan keterampilan
pengelolaan dengan Teknologi Tepat Guna di 3 Kabupaten yakni
Kabupaten Minahasa Selatan, Kota Bitung, Kabupaten Minahasa
Tenggara. Selain itu sudah dilaksanakan juga Pelatihan Perempuan
di Perdesaan dalam bidang Usaha Ekonomi Produktif yang
dilaksanakan di Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Pineleng
Kabupaen Minahasa Utara tanggal 1 sampai dengan 3 Oktober 2015.

Sepanjang tahun 2015 juga telah dilaksanakan Pelatihan


Pengembangan Desa Mandiri Energi Berbasis Biogas Berbasis
Pemberdayaan Masyarakat dan Sosialisasi Pengelolaan Hutan
Mangrove. Pada tahun 2015 juga dilaksanakan Pelatihan Penguatan
Kapasitas Aparatur Desa Percontohan pada 4 (empat) lokasi Desa,
yakni Desa Pinasungkulan Kecamatan Modoinding Kabupaten
Minahasa Selatan sebagai Desa Pertanian, Desa Kema II Kec.
Kauditan Kab. Minahasa Utara sebagai Desa pariwisata, Desa Pehe
Kec. Siau Barat Kab. Kepl. SITARO sebagai Desa Perikanan dan Desa
Solog Kecamatan Lolak Kabupaten Bolaang Mongondouw sebagai
Desa Adat.

Untuk memberdayakan masyarakat desa sudah dilaksanakan


Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah PMT-AS. Kegiatan ini
dilaksanakan untuk penambahan gizi anak sekolah bagi desa-
Desa terpencil dan tertinggal sehingga meningkatkan ketahanan
fisik bagi anak-anak sekolah. PMT-AS dilaksanakan SD. GMIM 361
Tatengesan Kecamatan Posumaen Kabupaten Minahasa Tenggara
pada tanggal 31 Juli 2015, dan di SDK Efrata Desa Sawang
Kecamatan Melonguane Kabupaten Talaud.

Untuk mengembangkan kapasitas pemerintah dan masyarakat desa


dalam hal perencanaan pembanguna telah dilakukan berbagai

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 210


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

pelatihan seperti Pelatihan Musyawarah Pembangunan


Desa/Kelurahan (MUSRENBANG Desa/Kelurahan), Pelatihan
Aparatur Pemerintah Desa Bidang Pembangunan Kawasan Perdesaan
/ Penyusunan Profil Desa, Bimbingan Teknis Lurah, Bimtek
Sekretaris Desa serta Bimtek Kepala Desa yang merupakan wahana
pengembangan wawasan dan motivasi dan ketrampilan para
kepala desa dalam rangka sinergitas dan sinkronisasi
pelaksanaan program penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan
dan kemasyarakatan
Pada tahun 2015 telah diselenggarakan Gelar Bulan Bakti Gotong
Royong Masyarakat XII dan yang dirangkaikan dengan Peringatan
Hari Kesatuan Gerak (HKG) PKK ke-43 Tingkat Nasional yang
dilaksanakan di Kabupaten Minahasa Utara Provinsi Sulawesi Utara.
Kegiatan dibuka secara resmi oleh Bapak Presiden RI pada tanggal 28
Mei 2015 di desa Kolongan Kecamatan Kalawat Kabupaten Minahasa
Utara, diawali dengan Kegiatan Pameran bulan Bahkti Gotong Royong
Masyarakat dan HKG PKK Tkt.Nasional tahun 2015 yang dibuka oleh
Ketua TP-PKK Pusat Ibu. Dr.Erni Guntarti Kumolo. Dengan peserta
berasal dari 34 Provinsi di Indonesia. Terdiri dari Gubernur dan Wakil
Gubenur, Ketua DPR Provinsi dan Kabupaten/Kota, para
Bupati/Walikota dan Kepala BPM-PD Provinsi di seluruh wilayah
Republik Indonesia.

Terselenggaranya penilaian kelompok pelaksana P2WKSS Desa dan


kelurahan se-Provinsi Sulawesi Utara dengan menetapkan 3 (tiga)
pelaksana terbaik sesuai SK Gubernur Nomor 325 tahun 2015
tentang penetapan desa dan kelurahan terbaik Program terpadu P2W-
KSS tahun 2015 tanggal 18 Desember 2015 masing-masing :

Terbaik I :
Desa Sangkub IV Kecamatan Sangkub,
Kabupaten Bolaang Mongondow Utara,
Terbaik II : Kelurahan Motto kecamatan Lembeh Utar, Kota
Bitung;
Terbaik III : Desa Pulutan Kecamatan Remboken Kabupaten
Minahasa.
Terlaksananya Kegiatan Peran Dewan Penyantun bagi Perempuan di
Perdesaan yang dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 8 Desember
tahun 2015.

Tabel 2.102. Data Jumlah Kecamatan Kelurahan dan Desa


Provinsi Sulawesi Utara, Tahun 2015
N0 NAMA KABUPATEN/KOTA IBUKOTA KEC KEL DESA
1 KAB. BOLAANG MONGONDOW LOLAK 15 2 200
2 KAB. MINAHASA TONDANO 25 43 227
3 KAB. KEPULAUAN SANGIHE TAHUNA 15 22 145
4 KAB. KEPULAUAN TALAUD MELONGUANE 19 11 142

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 211


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

5 KAB. MINAHASA SELATAN AMURANG 17 10 167


6 KAB. MINAHASA UTARA AIRMADIDI 10 6 125
7 KAB. MINAHASA TENGGARA RATAHAN 12 9 135
KAB. BOLAANG MONGONDOW
8 UTARA BOROKO 6 1 106
KAB. KEPULAUAN SIAU
9 TAGULANDANG BIARO ONDONG SIAU 10 10 83
KAB. BOLAANG MONGONDOW
10 TIMUR TUTUYAN 5 - 81
KAB. BOLAANG MONGONDOW
11 SELATAN BOLAANG UKI 5 - 81
12 KOTA MANADO KOTA MANADO 11 87 -
13 KOTA BITUNG KOTA BITUNG 8 69 -
KOTA
14 KOTA TOMOHON TOMOHON 5 44 -
KOTA
15 KOTA KOTAMOBAGU KOTAMOBAGU 4 18 15
167 332 1507

2.3.1.9. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pelaksanaan


Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional menyatakan
bahwa seluruh departemen maupun lembaga pemerintah non
departemen di pemerintahan nasional, provinsi, kabupaten/kota
harus memasukkan pengarusutamaan gender dalam perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi pada kebijakan program
dalam pembangunan. Hal ini dimaksudkan untuk mencapai salah
satu tujuan SDGs (Sustainable Development Goals) yaitu mendorong
kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan.

Dari segi kualitas kehidupan masih terjadi kesenjangan peran antara


laki-laki dan perempuan dalam pembangunan baik secara nasional
maupun daerah. Penyebabnya antara lain pembangunan belum
mempertimbangkan manfaat pembangunan secara adil antara laki-
laki dan perempuan. Hal ini memberi kontribusi timbulnya
ketidaksetaraan dan ketidakadilan gender yang termanifestasi dalam
persoalan marginalisasi, subordinasi, beban ganda, stereotype,
kekerasan, diskriminasi, dan kemiskinan. Selain itu dampak dari
berbagai produk peraturan perundang-undangan, kebijakan, program,
dan kegiatan bias gender turut memberi andil terpuruknya kualitas
hidup kaum perempuan. Rendahnya kualitas hidup perempuan
berimbas pada kesejahteraan dan perlindungan anak yang masih jauh
dari harapan.

Partisipasi perempuan Sulawesi Utara di lembaga politik Tahun 2015


sebesar 30,25 % dan Tahun 2010 sebesar 22,92 %. Dari 45 anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sulawesi Utara sebanyak 11

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 212


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

perempuan duduk sebagai anggota dewan, dan keterwakilan di


tingkat nasional sebesar 50% karena dari 6 orang utusan Sulawesi
Utara di DPR RI, sebanyak 3 orang perempuan. Hal itu menunjukkan
cukup signifikannya partisipasi perempuan di lembaga politik.

Tabel 2.103. Perbandingan jumlah anggota DPRD per


kabupaten/kota berdasarkan jenis kelamin tahun 2016

Provinsi/ Kabupaten/Kota Laki-laki Perempuan Jumlah

Bolaang Mongondow 24 6 30

Minahasa 24 11 35

Kepulauan Sangihe 19 6 25

Kepulauan Talaud 19 1 20

Minahasa Selatan 22 8 30

Minahasa Utara 24 6 30

Bolaang Mongondow Utara 17 3 20

Minahasa Tenggara 17 8 25

Kepulauan Sitaro 14 6 20

Bolaang Mongondow Selatan 16 4 20

Bolaang Mongondow Timur 17 3 20

Manado 27 13 40

Bitung 24 6 30

Tomohon 13 7 20

Kotamobagu 22 3 25

Jumlah 289 101 390

Peran partai politik berkaitan dengan pemihakan terhadap


peningkatan partisipasi masyarakat akan terlihat pada mekanisme
pencalonan anggota legislatif. Ketentuan kuota seperti termuat dalam
undang-undang mesti disikapi hati-hati. Kuota 30% bagi perempuan
tidak bersifat mutlak dan mengikat sehingga tetap terbuka peluang
bagi partai politik menempatkan calon perempuan sekadar
pengumpul suara (vote getter) atau alat legitimasi.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 213


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Selain itu, partai politik juga mungkin secara sepihak menempatkan


wakil-wakil perempuan yang tidak memiliki perspektif dan
keberpihakan terhadap nilai, prinsip, dan aspirasi masyarakat.
Perempuan Sulawesi Utara pada kenyataannya menjadi penentu
kebijakan dan kini saatnya perempuan diperhitungkan di politik, 15
anggota dewan perempuan dari total 45 anggota DPRD Sulawesi Utara
mempengaruhi kebijakan pembangunan pemberdayaan perempuan
dan perlindungan anak yang responsive gender, yang holistik, terpadu
dan terintegrasi. Di lembaga pemerintah sekitar 20% perempuan
menduduki posisi strategis sebagai pemimpin daerah di
kabupaten/kota dimana saat ini terdapat 3 Bupati dan 1 walikota
perempuan, 1 Wakil Bupati perempuan dan 1 Wakil Walikota
perempuan.

Diantara berbagai keberhasilan Program Pemberdayaan Perempuan


dan Perlindungan Anak harus diakui bahwa Pemerintah Sulawesi
Utara masih perlu memberikan perlindungan terhadap anggota
masyarakat yang berusia 60 tahun keatas, karena adalah tanggung
jawab dan kewajiban bagi pemerintah, masyarakat, dan keluarga. Di
bidang pendidikan perempuan masih tertinggal, dapat dilihat dari
rata-rata lamanya sekolah dimana laki-laki adalah 9,16 tahun
sedangkan perempuan adalah 9,09 tahun. Di bidang ekonomi, usaha
mikro dan kecil 45% dikelola oleh perempuan dan lebih dari 60%
pelaku usaha mikro adalah perempuan yang jika dikembangkan lebih
jauh akan dapat membuka lapangan kerja, terutama di tingkat
perdesaan. Sementara dukungan untuk mereka masih terbatas,
program pembangunan dapat mendorong perkembangan lebih jauh
untuk membentuk wiraswasta-wiraswasta baru yang mendukung
perekonomian di Sulawesi Utara.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 214


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Tabel 2.104. Indeks Pembangunan Gender Provinsi dan Kabupaten


Kota se-Sulawesi Utara Tahun 2014

Indeks Pembangunan Gender Provinsi Sulawesi Utara merupakan


parameter untuk mengukur tingkat pencapaian kemampuan dasar
yakni Harapan Hidup, Tingkat Pendidikan dan Pendapatan dengan
memperhitungkan ketimpangan gender, Angka Harapan Hidup
Perempuan baik di Provinsi maupun Kabupaten/Kota lebih tinggi dari
Angka Harapan Hidup Laki-laki.

Angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah cenderung lebih tinggi,
laki-laki daripada perempuan, Sumbangan pendapatan laki-laki lebih
tinggi daripada perempuan.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 215


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Tabel 2.105. Indeks Pemberdayaan Gender Provinsi dan


Kabupaten Kota se-Sulawesi Utara Tahun 2014

Di bidang pendidikan perempuan masih tertinggal, dapat dilihat dari


rata-rata lamanya sekolah dimana laki-laki adalah 9,07 tahun
sedangkan perempuan adalah 8,72 tahun. Di bidang ekonomi, usaha
mikro dan kecil 45% dikelola oleh perempuan dan lebih dari 60%
pelaku usaha mikro adalah perempuan yang jika dikembangkan lebih
jauh akan dapat membuka lapangan kerja, terutama di tingkat
perdesaan. Sementara dukungan untuk mereka masih terbatas,
program pembangunan dapat mendorong perkembangan lebih jauh
untuk membentuk wiraswasta-wiraswasta baru yang mendukung
perekonomian di Sulawesi Utara.

2.3.1.10. Ketenagakerjaan
Struktur ketenagakerjaan di Sulawesi Utara pada tahun 2015
menunjukkan adanya kenaikan jumlah angkatan kerja, jumlah
penduduk bekerja, dan tingkat pengangguran. Jumlah angkatan kerja
di banding tahun 2014 bertambah sebanyak 39 ribu orang. Hal
serupa terjadi pada penduduk yang bekerja, dimana pada tahun 2015
jika dibanding keadaan pada tahun 2014 mengalami kenaikan
sebanyak 19,3 ribu orang. Sementara jumlah penganggur pada tahun
2015 mengalami kenaikan yaitu sebanyak 19,2 ribu orang jika
dibandingkan dengan tahun 2014. Secara relatif angka
pengangguran Sulawesi Utara menunjukkan kenaikan dari 7,54

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 216


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

persen pada tahun 2014 menjadi 9,03 persen pada tahun 2015.
Angka pengangguran Sulawesi Utara tersebut berada di atas angka
pengangguran nasional. Pada tahun 2015 Tingkat Pengangguran
Terbuka nasional sebesar 6,18 persen.

Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) memperlihatkan sejauh mana


peran aktif perempuan dalam kehidupan ekonomi dan politik yang
mencakup partisipasi politik, partisipasi ekonomi dan pengambilan
keputusan.

SPM (Standard Pelayanan Minimum)

1. Penanganan Pelayanan Pengaduan kekerasan terhadap


perempuan dan anak
2. Pelayanan kesehatan
3. Penegakan/Bantuan hukum
4. Rehabilitasi sosial
5. Reintegrasi sosial

Peran partai politik berkaitan dengan pemihakan terhadap


peningkatan partisipasi masyarakat akan terlihat pada mekanisme
pencalonan anggota legislatif. Ketentuan kuota seperti termuat dalam
undang-undang mesti disikapi hati-hati. Kuota 30% bagi perempuan
tidak bersifat mutlak dan mengikat sehingga tetap terbuka peluang
bagi partai politik menempatkan calon perempuan sekadar
pengumpul suara (vote getter) atau alat legitimasi. Selain itu, partai
politik juga mungkin secara sepihak menempatkan wakil-wakil
perempuan yang tidak memiliki perspektif dan keberpihakan terhadap
nilai, prinsip, dan aspirasi masyarakat.

Perempuan Sulawesi Utara pada kenyataannya menjadi penentu


kebijakan dan kini saatnya perempuan diperhitungkan di politik.
DPRD Sulawesi Utara yang dipimpin perempuan termasuk 12
anggota dewan perempuan dari total 45 anggota DPRD Sulawesi
Utara. Dewan provinsi yang dihuni banyak legislator perempuan
menjadi bukti kapasitas perempuan di dunia politik. Di lembaga
pemerintah sekitar 20% perempuan menduduki posisi strategis
sebagai pemimpin daerah di kabupaten/kota dimana saat ini terdapat
3 Bupati perempuan, 1 Wakil Bupati perempuan dan 1 Wakil Walikota
perempuan.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 217


Tabel 2.106.Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Selama Seminggu yang Lalu,

2002-2014

Kegiatan Utama 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Angkata Bekerja 797 803 873 854 828 908 912 940 936 990 957 946 980 1 000
n Kerja 923 574 436 646 550 503 198 173 939 720 292 852 756 000
Penganggur Pernah 39 391 9 975 32 074 32 624 39 990 27 872 35 396 25 631 26 802 29 683 26 740 14 475 27 234
an Terbuka Bekerja
1
Tidak 62 791 39 999 74 934 111 101 100 73 358 85 326 72 833 63 800 54 096 53 273 52 762
Pernah 128 876 124
Bekerja
Jumlah 102 49 974 107 143 141 127 108 110 99 635 93 483 80 836 67 748 79 996 99 200
182 008 752 866 996 754 957
Jumlah Angkatan Kerja 900 853 980 998 970 1 036 1 020 1 051 1 036 1 084 1 038 1 014 1 060 1 099
105 548 444 398 416 499 952 130 574 203 128 600 752 200
Persentase Bekerja Terhadap 88,65 94,15 89,09 85,60 85,38 87,65 89,35 89,44 90,39 91,38 92,21 93,32 92,46 90,98
Angkatan Kerja
Bukan Sekolah 118 135 125 125 135 135 135 141 138 135 157 154 173 168
Angkata 136 744 402 499 456 611 318 920 793 968 741 636 111 500
n Kerja Mengurus Rumah Tangga 375 441 401 392 443 398 406 416 368 365 375 420 420 427
647 192 680 100 542 195 882 048 047 182 735 038 168 400
Lainnya 84 612 141 91 288 85 689 89 868 102 106 85 027 93 952 74 461 104 108 114 98 600
519 350 161 627 645 131
Jumlah Bukan Angkatan 578 718 618 603 668 636 648 642 600 575 638 683 707 694
Kerja 395 455 370 288 866 156 361 995 792 611 103 319 410 400
Jumlah 1 478 1 572 1 598 1 601 1 639 1 672 1 669 1 694 1 637 1 659 1 676 1 697 1 768 1 793
500 003 814 686 282 655 313 125 366 814 231 919 162 600
Persentase Angkatan Kerja Terhadap 60,88 54,30 61,32 62,33 59,20 61,97 61,16 62,05 63,31 65,32 61,93 59,76 59,99 61,28
Penduduk usia Kerja

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 218


Jumlah pengangguran keadaan tahun 2015 sebesar 99,2 ribu
orang, mengalami kenaikan sebanyak 19,2 ribu orang dari tahun
2014. Tingkat pengangguran terbuka (TPT) provinsi Sulawesi Utara
selama tiga tahun terakhir terus mengalami kenaikan, yaitu 6,79
persen (tahun 2013), menjadi 7,54 persen (tahun 2014) dan naik
menjadi 9,03 persen (tahun 2015). Dilihat perbandingan desa-kota,
tingkat pengangguran lebih tinggi terjadi di wilayah perkotaan.
Sebanyak 11,54 persen angkatan kerja di perkotaan berstatus sebagai
penganggur terbuka (pencari kerja), setara dengan 62,7 ribu orang.
Sedangkan di perdesaan (rural area) tingkat pengangguran 5,6 persen
atau 36,5 ribu orang. Dibandingkan tahun 2014 jumlah penganggur
di daerah perkotaan dan perdesaan terjadi peningkatan.

Disparitas gender pada pengangguran dan partisipasi angkatan


kerja terjadi ketimpangan. Tingkat pengangguran perempuan
sebesar 13,02 persen hampir dua kali lipat tingkat pengangguran laki-
laki yang hanya 7,13 persen. Pada satu sisi tingkat pengangguran
perempuan yang tinggi bermakna positif karena berarti ada potensi
yang tinggi pada partisipasi kerja perempuan. Jika dibandingkan
dengan keadaan tahun 2014, tingkat partisipasi angkatan kerja laki-
laki dan perempuan mengalami kenaikan.

Struktur lapangan pekerjaan hingga tahun 2015 tidak mengalami


perubahan, dimana Sektor Pertanian, Perdagangan, dan Jasa
Kemasyarakatan secara berurutan masih menjadi penyumbang
terbesar penyerapan tenaga kerja di Sulawesi Utara. Jika
dibandingkan dengan keadaan tahun 2014, jumlah penduduk
yang bekerja mengalami penurunan pada beberapa sektor antara lain
di Sektor keuangan sebanyak 3,4 ribu orang (11,42 persen), Sektor
lainnya sebanyak 2,2 ribu orang (9,15 persen), sektor industri
sebanyak 3,6 ribu orang (5,08 persen), dan sektor pertanian 1,6 ribu
orang (0,51 persen) sedangkan yang mengalami kenaikan paling besar
yaitu Sektor konstruksi sebanyak 5,3 ribu orang (6,69 persen).

Secara sederhana kegiatan formal dan informal dari penduduk


yang bekerja dapat diidentifikasi berdasarkan status pekerjaan. Dari
tujuh kategori status pekerjaan utama, pekerja formal mencakup
kategori berusaha dengan dibantu buruh tetap dan kategori
buruh/karyawan, sisanya termasuk pekerja informal. Dilihat menurut
status pekerjaan penduduk, pada tahun 2015 sebanyak 404,5 ribu
orang (40,45 persen) bekerja pada kegiatan formal dan 595,5 ribu
orang (59,55 persen) bekerja pada kegiatan informal. Dalam setahun

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 219


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

terakhir (tahun 2014 ― tahun 2015), penduduk bekerja dengan status


buruh/karyawan berkurang 16,2 ribu orang . Keadaan ini
menyebabkan jumlah pekerja formal berkurang sekitar 9,4 ribu orang
atau 42,21 persen pada tahun 2014 menjadi 40,45 persen pada tahun
2015. Komponen pekerja informal terdiri dari penduduk bekerja
dengan status berusaha sendiri, berusaha dibantu buruh tidak
tetap, pekerja bebas dan pekerja keluarga/tak dibayar. Dalam
setahun terakhir (tahun 2014―tahun 2015), pekerja informal
bertambah sebanyak 28,7 ribu orang, dan persentase pekerja informal
bertambah dari 57,79 persen pada tahun 2014 menjadi 59,55 persen
pada tahun 2015.

2.3.1.11. Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah


Jumlah koperasi di Sulawesi Utara terus meningkat periode Tahun
2010-2015. Tahun 2010, jumlah koperasi tercatat sebanyak 51.218
unit dan meningkat menjadi 58.807 unit Tahun 2015. Namun
demikian, sebagian besar koperasi tersebut tidak lagi melakukan
aktivitas, hal ini menunjukkan bahwa kinerja koperasi di Sulawesi
Utara belum optimal.
Lemahnya kelembagaan Koperasi, ditandai dengan tingginya jumlah
Koperasi tidak aktif Tahun 2014 sebanyak 2.594 koperasi, rendahnya
jumlah pelaksanaan Rapat Anggota Tahunan (RAT) oleh Koperasi aktif
yang tercatat hanya 849 dari 2.594 koperasi aktif. Secara
kelembagaan, persoalan yang dihadapi oleh UMKM terutama
berkaitan dengan legalitas usaha dan administrasi kelembagaan yang
tidak memadai.

Otonomisasi daerah sebagai amanah Undang-Undang disatu sisi


berdampak sangat baik bagi pengembangan daerah tetapi di sisi lain
memunculkan beberapa persoalan baru antara lain 1). pergantian
aparatur (rolling) di Kabupaten/kota yang putarannya terjadi dalam
jangka waktu yang cepat, sangat berakibat pada ketiadaan tenaga
yang memiliki kompetensi yang memadai dibidang perkoperasian. 2).
Anggaran APBD pada Dinas yang membidangi pembinaan Koperasi
dan UMKM di Kabupaten/Kota pada umumnya masih relatif kecil.

Akumulasi dari pemasalahan ini mengakibatkan tugas-tugas


pembinaan koperasi dan UMKM menjadi tidak maksimal, selain itu
diakupula bahwa masih adanya budaya membentuk koperasi yang
semata-mata bertujuan hanya untuk mengejar bantuan fasilitas dari
pemerintah. Pada dasarnya, perkembangan kuantitas UMKM belum
dibarengi dengan perkembangan kualitas yang dapat memberi nilai

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 220


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

tambah yang besar bagi Sulawesi Utara. Hal ini disebabkan UMKM
Sulawesi Utara belum didukung sepenuhnya dengan permodalan yang
memadai, teknologi tepat guna, dan promosi produk untuk pemasaran
yang efektif serta belum adanya kemitraan dalam bentuk inti-plasma,
subkontrak, waralaba (franchise), distribusi dan keagenan,
perdagangan umum, dan bentuk-bentuk kemitraan lainnya, seperti
usaha patungan (joint venture), bagi hasil, dan penyumberluaran
(outsourcing), pelaksanaannya belum sepenuhnya optimal. Disamping
itu masih kurangnya minat wiraswasta muda lokal (local and young
entrepreneur). Adapun fungsi kelembagaan koperasi masih belum
optimal karena banyak permasalahan internal. Salah satu upaya
untuk mengembangkan perekonomian daerah adalah ekonomi kreatif
lokal yang sampai saat ini masih sangat terbatas pengembangannya.
Dalam membantu pelaku-pelaku ekonomi didaerah (termasuk UMKM)
mempromosikan produk-produk mereka kepada pihak-pihak investor
baik di dalam maupun di luar negeri maka perusahaan daerah
memegang peran yang sangat penting. Untuk itu pemerintah provinsi
harus mendorong adanya peningkatan peran dan fungsi perusahaan
daerah yang telah ada. Perkembangan perusahaan daerah tidak
mengalami peningkatan baik pengelolaan organisasi maupun usaha-
usaha yang dijalankan selama ini di sektor jasa dan perdagangan.
Selain itu untuk menarik minat investor menanamkan modalnya di
berbagai bidang, maka perlu adanya data base dan pusat informasi
bisnis yang memadai dan up to date, karena sampai saat ini belum
tersedia.

2.3.1.12. Kebudayaan
Masyarakat Sulawesi Utara dikenal oleh orang luar dengan
masyarakat yang terbuka (open minded), mudah menerima dan
menyapa siapa saja yang datang ke daerah. Di Sulawesi Utara tidak
mengenal perbedaan warna kulit, ras, suku, etnik, dan agama, semua
diperlakukan sama. Perbedaan yang beragam dari segala aspek yang
dimiliki Sulawesi Utara dijadikan kekayaan dan pemersatu yang tak
ternilai dan modal dasar untuk membangun daerah kedepan yang
lebih cemerlang dan sejahtera.

Semua agama (Islam, Kristen, Budha, Hindu, Konghuchu, dan aliran


kepercayaan lainnya) yang ada di Indonesia berkembang dengan baik
sesuai dengan ajaran agama masing-masing. Semua masyarakat
hidup berdampingan tanpa memperdulikan agama yang dianut. Hidup
bersama dalam falsafah hidup orang Sulawesi Utara adalah “Torang
Samua Basudara” atau “Semua Bersaudara”. Jadi kehidupan semua
umat beragama di Sulawesi Utara, hidup dan berkembang dalam
suatu suasana yang harmonis dan tidak mengenal perbedaan.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 221


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Kondisi itulah yang banyak dibicarakan orang dari luar Sulawesi


Utara bahwa bagaimana dapat tercipta kehidupan yang damai dan
aman walaupun dengan banyak perbedaan. Kehidupan harmonis
seperti ini telah berkembang ratusan tahun di Sulawesi Utara sejak
masuknya Kyai Modjo dan pengikutnya tinggal dan menetap di
Tondano Minahasa bersama dengan masyarakat setempat. Kemudian
keturunan mereka berkembang dan menyebar ke seluruh wilayah
Sulawesi Utara yang dikenal dengan “Orang Kampung Jawa Tondano”.
Inilah suatu contoh yang berkembang di Sulawesi Utara bahwa
masyarakat hidup berdampingan dalam suasana harmoni walaupun
berbeda agama.

Kehidupan harmonis, aman, dan damai inilah yang dijadikan modal


dasar lain untuk membangun daerah. Bagi pelaku bisnis, investor,
dan wisatawan, keamanan, dan kenyamanan menjadi syarat mutlak
yang harus disiapkan daerah bagi mereka. Hal ini menjadi pendorong
bagi pemerintah daerah untuk tetap menciptakan daerah yang aman
dan damai. Keamanan menjadi fokus utama bagi pemda dan petugas
keamanan untuk tetap dipertahankan dan ditingkatkan. Kerjasama
dan komunikasi yang dibangun institusi terkait bidang keamanan dan
tokoh agama yang tergabung dalam Forum Komunikasi Pimpinan
Daerah (Forkopimda) dan Badan Kerjasama Antar Umat Beragama
menjadi kunci utama membangun perdamaian melalui dialog-dialog
terbuka antar institusi. Penduduk Sulawesi Utara terdiri dari 3 (tiga)
kelompok etnis utama, yaitu Suku Minahasa, Suku Sangihe dan
Talaud, dan Suku Bolaang Mongondow.

Masing-masing kelompok etnis tersebut terbagi pula dalam sub etnis


yang memiliki bahasa, tradisi dan norma-norma kemasyarakatan yang
khas serta diperkuat semangat Mapalus, Mapaluse dan Moposad.
Dengan demikian, bahasa yang ada di Sulawesi Utara dibagi ke
dalam:
- Bahasa Minahasa (Toulour, Tombulu, Tonsea,
Tontemboan, Tonsawang, Ponosakan dan Bantik).
- Bahasa Sangihe Talaud (Sangie Besar, Siau, Talaud).

- Bahasa Bolaang Mongondow (Mongondow, Bolaang,


Bintauna, Kaidipang).

Selain bahasa yang beragam di sulawesi utara juga mempunyai adat


istiadat, tarian yang beragam pula karena di setiap suku mempunya
ciri khas masing masing yang tidak sama antara satu sama lainnya.

a) Budaya mapalus. Mapalus merupakan sebuah tradisi


budaya suku Minahasa dimana dalam mengerjakan

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 222


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

segala sesuatu dilakukan secara bersama-sama atau


gotong royong. Budaya mapalus mengandung arti yang
sangat mendasar. Mapalus juga dikenal sebagai local
Spirit and local wisdom masyarakat di Minahasa.
b) Perayaan tulude. Perayaan tulude atau kunci taong
(kunci tahun) dilaksanakan pada setiap akhir bulan
januari dan diisi dengan upacara adat yang bersifat
keagamaan dimana ungkapan puji dan syukur terhadap
sang pencipta oleh karena berkat dan rahmat yang telah
diterima pada tahun yang telah berlalu sambil memohon
berkat serta pengampunan dosa sebagai bekal hidup pada
tahun yang baru. Upacara adat 'Tulude' sangat terkenal
dari daerah ini, yang diadakan di akhir bulan Januari tiap
tahun. Upacara ini merupakan wujud ungkapan syukur
masyarakat daerah ini karena telah diberkati oleh Sang
Pencipta tuk memasuki tahun yang baru. Upacara adat
Tulude yang pertama dilaksanakan di Manuwo (Salurang)
kecamatan Tabukan Selatan. Diadakan dalam masa
pemerintahan "Kulano Manentonau" pada permulaan
abad ke-16.
c) Festival figura. Figura merupakan seni dan budaya yang
diadopsi dari kesenian yunani klasik. Seni ini lebih dekat
dengan seni pantomim atau seni menirukan laku atau
watak dari seseorang tokoh yang dikenal atau diciptakan.
Figura merupakan kesenian yang dapat menghadirkan
dramaturgi pendek terhadap sosok atau perilaku tokoh-
tokoh yang dianggap berperan dalam mengisi tradisi baik
buruknya sosok dan watak seorang manusia. Oleh
pemerintah kota Manado festival figura diselenggarakan
dalam rangka pesta kunci taong layaknya perayaan
Tulude yang dilaksanakan oleh masyarakat Sangihe.
d) Festival Mane’e. Manee merupakan upacara tradisional
menangkap ikan yang dilakukan masyarakat kepulauan
Talaud. Tradisi ini menjadi tradisi sejak abad 16, dan kini
biasa diadakan pada bulan Mei. Sebutan Mane’e
bermakna “mengambil ikan di laut secara bersama setelah
ada musyawarah”. Tradisi yang menjadi salah satu ikon
Sulawesi Utara ini dilakukan pada akhir masa eha. Masa
Eha adalah waktu terlarang untuk mengambil hasil laut
maupun hasil bumi selama tiga sampai enam bulan
dalam setahun. Tentu saja, bila melanggar akan dikenai
sanksi dari adat.

Perayaan berakhirnya masa Eha disampaikan tetua adat


kepada warga. Inilah saatnya mengadakan pesta Mane’e
baik di darat maupun di laut. Mereka mempersiapkan

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 223


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

upacara terlebih dahulu, yakni pengambilan janur dan


tali di dalam hutan, dilanjut doa selamatan, dan
musyawarah untuk menentukan waktu dan tempat pesta
yang disesuaikan peredaran bulan mengelilingi bumi.
Setelah rajutan jaring dari bahan janur kelapa dan tali
hutan siap, warga bergotong-royong membawa jaring ke
laut. Sebelumnya telah dibuat kubangan untuk
perangkap ikan setelah air laut surut. Beberapa aturan
yang harus ditaati selama upacara berlangsung adalah
larangan memakai pakaian warna merah, tidak boleh
bercanda, membuat onar, merusak tumbuhan, maupun
mengeluarkan kata kotor dan makian. Setelah jaring yang
berukuran hingga 3 kilometer ditebar, warga akan
mengarahkan ikan-ikan untuk digiring dalam kubangan,
kira-kira memakan waktu hingga lima jam. Setelah ikan
terjebak dalam kubangan, warga segera menangkapnya
dengan tangan kosong. Suka cita warga pun diungkapkan
dengan ritual doa bersama sebagai wujud rasa syukur
kepada Tuhan.

Keunikan tradisi tersebut sudah dikenal di kalangan para


petualang di dalam maupun luar negeri. Misalnya,
Festival Mane’e di Pulau Intata, Kabupaten Talaud, diikuti
oleh pelancong Jepang. Upacara ini dilakukan di sembilan
lokasi penangkapan ikan. Sembilan lokasi disterilisasi
selama enam bulan, dan satu lokasi dijadikan tempat
upacara Mane’e.

Nilai budaya yang diusung adalah kebersamaan,


kekeluargaan, gotong royong, dan religius. Nilai gotong-
royong dan kebersamaan bisa kita lihat dari pembuatan
jaring yang memakan waktu tidak sedikit. Begitupula
ketika para warga menebar jarring ke laut membutuhkan
kerjasama, bahu membahu antar warga. Kita pun dapat
mencermati kearifan lokal didalamnya, yakni upaya warga
melestarikan alam dan tidak serakah mengambil hasil
laut dan bumi yang dikaruniakan Tuhan.

e) Toa Pe Kong atau Cap go meh. Seperti didaerah lainnya,


perayaan/upacara ini juga rutin dilaksanakan di Sulawesi
Utara apa terlebih di Kota Manado. Upacara ini
dimeriahkan dengan atraksi dari Ince Pia yakni seorang
yang memotong-motong badan dan mengiris lidah dengan
pedang yang tajam serta menusuk pipi dengan jarum
besar yang tajam akan tetapi si Ince Pia tidak terluka
ketika

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 224


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

f) Pengucapan syukur. Pengucapan syukur merupakan


tradisi masyarakat Minahasa yang mengucap syukur atas
segala berkat yang telah Tuhan berikan. Biasanya
pengucapan syukur dilaksanakan setelah panen dan
dikaitkan dengan acara keagamaan untuk mensyukuri
berkat Tuhan yang dirasakan terlebih panen yang
dinikmati. Acara pengucapan syukur ini dilaksanakan
setiap tahun oleh masyarakat suku Minahasa pada hari
Minggu umumnya antara bulan Juni hingga Agustus.
Saat pengucapan syukur hampir setiap keluarga
menyediakan makanan untuk para tamu yang akan
datang berkunjung apa terlebih makanan khas seperti
nasi jaha dan dodol.
g) Festival Pinawetengan. Festival yang dilaksanakan
setiap tahun pada tanggal 7 Juli, diawali dengan
melakukan upacara adat di batu pinawetengan kemudian
dilanjutkan dengan menggelar pertunjukan seni dan
budaya Sulawesi Utara di Institut Seni dan Budaya
Sulawesi Utara.
h) Festival Bunaken dan Danau Tondano. Dua Festival ini
diadakan sebagai Program penunjang pariwisata yang
unik, kreatif dan mendidik generasi muda. Nama acara
Festival Bunaken dan Danau Tondano tersebut telah
diselenggarakan secara rutin sejak tahun 1996.Dalam
festival bunaken, budaya terkait dengan kemaritiman,
dan seni kuliner yang dihasilkand ari sumberdaya
kelautan dan perikanan.
i) Festifavl Bunga Tomohon (Tomohon Flower Festival).
Festival ini dilaksanakan untuk mendorong budaya
penggunaan bunga potong sebagai wujud pernyataan
sukacita maupun dukacita. Di sisi lain, festival ini
dilakukan agar petani bunga yang banyak terdapat
diwilayah ini tetap bergairah dan bersemangat dalam
mengambangkan seni budaya. Festival ini diharapkan
dapat mengembangkan budaya bunga potong sebagai
salahatu sumber pendapatan petani hortikultura di
Tomohon.Pada awalnya, festival ini digelar 2 tahun sekali
yaitu 2008, 2010, 2012, dan 2014. Namun mulai tahun
ini, pemerintah mencanangkan TIFF sebagai agenda
tahunan yang bisa dinikmati wisatawan.
Ada tiga agenda utama dalam festival ini yaitu
Tournament of Flowers, Kontes Ratu Bunga, dan Pameran
Bunga/Holtikultura.

Agenda lainnya adalah Kontes Ratu Bunga. Kontes


bertaraf nasional ini diikuti putri dari berbagai provinsi di

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 225


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Indonesia, yang memiliki bakat dan kemampuan serta


rasa cinta akan bunga. Finalis Kontes Ratu Bunga 2015
lalu berasal dari berbagai daerah

j) Alat Musik Bambu. Alat musik bambu ini terus


berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Setelah
berkembang menjadi suling bamboo, alat musik bambu
sekarang sudah berkembang menjadi Musik Bambu Seng
Klarinet (MBSK). Dahulu, alat music ini terbuat dari Bulu
Tui (Bambu Kecil) dan sekarang telah menggunakan
bahan steinless (vernekel).
k) Alat Musik Kolintang. Alat musik pengiring tari Katrili ini
terbuat dari kayu yang cara memainkannya dengan
dipukul. Alat musik ini dapat mengeluarkan nada rendah
maupun tinggi dan bunyinya cukup panjang. Dan karena
itu, suara Tong (nada rendah), Ting (nada tinggi), dan
Tang (nada tengah) menginspirasi suku Minahasa
memberi nama Kolintang untuk alat music tersebut.
l) Upacara Perkawinan Adat Suku Minahasa. Sebagian
besar suku Minahasa menganut agama Kristen Protestan.
Mereka cenderung mengganti pesta malam perkawinan
dengan acara kebaktian dan makan malam. Adat
perkawinan suku Minahasa yaitu upacara Toki Pintu,
Buka/Putus Suara, Antar harta, Prosesi Upacara Adat di
Pelaminan. Keempat acara tersebut dilaksanakan dalam
satu hari.
m) Tari Maengket. Maengket adalah tari tradisional
Minahasa dari zaman dahulu kala dan sampai saat ini
masih berkembang. Tarian ini sudah ada dan dikenal di
tanah Minahasa sejak rakyat Minahasa mengenal
pertanian, tarian ini dilakukan leluhur kita pada saat
panen padi di ladang dengan menggunakan gerakan-
gerakan yang sederhana.
n) Tari Lenso. Tari Lenso adalah tarian pergaulan muda-
mudi rayat Minahasa. Tarian ini menceritakan bagaimana
seorang pemuda Minahasa mencari jodohnya atau calon
istri. Dalam tarian ini, yang menjadi perantara adalah
lenso atau selendang. Pada saat si pemuda melamar sang
gadis dengan memberikan lenso pada sang gadis, apabila
lenso atau selendang dibuang berarti lamarannya di tolak,
dan sebaliknya jika lenso diterima oleh sang gadis berarti
cintanya diterima.
o) Tari Katrili. Tari Katrili adalah salah satu tari yang
dibawa oleh Bangsa Spanyol pada waktu mereka dating
dengan maksud untuk membeli hasil bumi yang ada di
tanah Minahasa. Karena mendapatkan hasil yang banyak,

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 226


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

mereka menari-nari tarian Katrili. Lama kelamaan mereka


mengundang seluruh rakyat Minahasa yang menjual hasil
bumi mereka dengan menari bersama-sama sambil
mengikuti irama music dan aba-aba. Tari Katrili termasuk
tari modern yang sifatnya kerakyatan, setiap wisatawan
nusantara maupun mancanegara yang berkunjung ke
Sulawesi Utara seringkali disuguhi dengan tarian ini.
p) Tari Kabasaran. Tari Kabasaran adalah tarian
keprajuritan tradisional Minahasa, yang diangkat dari
kata wasal, yang berarti ayam jantan yang dipotong
jenggernya agar supaya sang ayam menjadi lebih garang
dalam bertarung. Tarian ini diiringi oleh suara tambur
(gong kecil). Menari dengan pakaian serba merah, mata
melotot, wajah garang, sambil membawa pedang dan
tombak tajam, membuat tarian kabasaran amat berbeda
dengan tarian pada umumnya yang mengumbar senyum
dan gerakan yang lemah gemulai.

Selain itu, Sulawesi Utara memiliki banyak kesenian dan destinasi


budaya yang terus dilestarikan hingga saat ini seperti :

1). Destinasi Wisata Sejarah dan Kepurbakalaan

- Batu Pinabetengan adalah tempat musyawarah adat (perang


dan pembagian wilayah adat), terletak di Kec.
Tombaso/Kab.Minduk. Jarang diadakan acara adat secara
kelembagaan, namun secara individu atau perorangan sering
dijadikan tempat pemujaan roh leluhur (Opo) demi
mendapatkan sesuatu secara mistik (jodoh, jabatan dan
kekayaan).
- Kuburan Kuno Waruga adalah peti mati tempo doeloe orang
Minahasa (batu besar yang dilobangi untuk meletakkan mayat
dalam posisi duduk, artinya direbus).
- Minawanua & Benteng Moraya adalah tepat pemukikan tempo
doeloe orang Tondano; dan benteng pertahanan orang Minahasa
ketika melawan kompani Belanda. Kedua tempat bersejarah ini
terletak di Kota Tondano/Kab.Minduk. Belum direkonstruksi
alias ‘tabiar.
- Jalan Gunung Potong Ratahan terkenal sebagai kawasan
pertempuran antara pasukan Permesta dan TNI pusat, bisa
dikembangkan menjadi wisata ‘perang-perangan’.
- Goa-Goa Peninggalan Tentara Jepang, terletak di Tonsealama
Tondano dan Kawangkoan/Kab.Minduk. Kondisinya tidak
dirawat.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 227


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

- Fosil Manusia dan makanan Purba orang Minahasa, terletak di


desa Paso Kab. Minduk. Tidak dilestarikan (fosilnya entah di
mana).
- Pangkalan udara tentara Jepang, terletak di desa Kalawiren dan
Tasuka kec. Kakas di kawasan danau Tondano.
- Pegunungan Wulurmahatus adalah tempat pemukiman pertama
leluhur Minahasa. Terletak di kawasan Minahasa Tenggara.
Belum diolah.
- Tempat pemakaman/Kubur Penginjil asal Jerman bernama
Ev. Riedel (Tondano) dan Ev. Schwartz (Langowan) di Kab.
Minduk.
- Monumen Patung Pahlawan Nasional dan Tempat
Pemakaman/kubur Pahlawan Nasional Dr.
G.S.S.J. Ratulangi terletak di Tondano.
- Tempat Pemakaman/Kubur Imam Bondjol terletak di Lota
Pinelen; dan panasehat spiritual P. Diponegoro Kyai Modjo di
Kampung Jawa Tondano.
- Klenteng di Pusat Kota Manado dan Vihara Umat Budha terletak
di Tomohon.

2. Wisata Buatan

- Bukit Kasih adalah ’simbol perdamaian antar umat beragana’ (di


puncak bukit dibangun sejumlah rumah ibadah: gereja, mesjid,
pura dan vihara), terletak di desa Kanonang /Kab. Minduk.
Belum terolah secara professional (perlu pihak ketiga).
- Taman Koleksi Satwa khas Sulawesi Naenmundung, terletak di
Kota Bitung.
- Taman Rekreasi Sumaru Endo, terletak di desa Rembokan
(pesisir D. Tondano)/Kab. Minduk.
- Lokasi Festival Danau Tondano, terletak di desa Paleloan
Tondano/Kab.Minduk. Kondisinya terlantar.
- Tempat Mandi Air Panas, terletak di kelurahan Tataaran
Tondano/Kab.Minduk dan di desa Paso dan
Remboken/Kab.Minduk.
- Tempat Pancing Ikan, terletak di desa Bajo
Tumpaan/Kab.Minsel; dan di pantai timur Minahasa (Kora2w
dan Belang). Belum diolah.
- Arena Pacuan Kuda, terletak di Tompaso Kab.Minahasa.
- Kawasan Kuliner Seafood Kalasey, terletak di kab. Minahasa

3. Wisata Budaya Kuliner dan Lainnya

- Kuliner, meliputi aneka makanan khas Minahasa (tinoransak,


pangi, saut, posana,dsb); Sea-Food, termasuk aneka makanan

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 228


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

ringan alias kue-kue/kukis (pala manis, kacang goyang, kacang


tore, dodol, bobengka, klaper tart, cucur,apang, dsb).
- Candramata, seperti kain bentenan, kerajinan keramik tanah
liat di desa Pulutan Remboken, kerajinan anyaman bambu di
Kinilow Tomohon, kerajinan tempurung kelapa diberbagai
pelosok Minahasa, dsb.
- Kawasan rumah adat di Woloan Tomohon.
- Ragam Kesenian Tradisional (maengket, kolintang, cakalele, tari
katrili, tari tumatenden, tari pisok, musik bambu dan clarinet,
dan musik bia), terdapat di hampir seluruh wilayah Minahasa,
manado dan Bitung.
- Wisata hiburan (pub, café, karaoke) tersebar di Kota Manado
dan Kota Bitung.

Kebudayaan Sangihe-Talaud:

- Kue adat atau "Tamo" mengandung arti yang khusus yakni:


Kue Tamo adalah lambang penghormatan tuan pesta kepada
tamu. Kue Tamo adalah perlambang bahwa pesta yang
diadakan mengandung norma-norma kebangsaan (di puncak
kue ada panji atau bendera yang dipancang). Kue Tamo
merupakan raja seluruh santapan yang dihindangkan dalam
pesta tsb
- Tari-Tarian dari daerah ini antara lain: Tari Alabadiri
dibawakan oleh para pria yang berjumlah 13 orang dimana 1
orang menjadi pemimpinnya, Tari Gunde dibawakan oleh
para wanita juga berjumlah 13 orang dan Tari Upase
- Jenis budaya yang lainnya adalah "Mekalumpang"
merupakan suatu jenis kesenian yang berbalasan-balasan
atau berpantun-pantunan dengan lagu-lagu.
- Selain itu terdapat budaya seni urai yaitu "Kawila Sahuma"
atau "Kawila Ino", merupakan seni membuat atau merangkai
tempat makan sirih. Ada juga seni urai yang lain yang
disebut dengan "Mekahiurang", merupakan seni menenun
kain Kofo. Pakaian Kofo adalah tenunan asli Satal.
- Tanaman pisang Abacca atau Manila-henep merupakan
tanaman langkah dari daerah ini, padahal di kolong bumi ini
cuma di Satal (Sangihe-talaud) dan Filipina terdapat
tumbuhan ini, yang merupakan bahan kertas uang dollar AS
- Pohon kelapa bisa didapati sepanjang mata memandang,
makanya banyak terdapat kopra.
- Keindahan taman laut di Satal tak ada tandingannya di
dunia, hanya di Satal terdapat gunung berapi di bawah laut
yang dikasi nama G.Karangetang

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 229


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Itulah beberapa hal yang merupakan bagian dari kebudayaan


Sangihe-Talaud. Setelah suku Minahasa dan suku Sangihe-Talaud,
selanjutnya adalah kebudayaan dari suku Bolaang Mongondow.

Kebudayaan Bolaang Mongondow:

1. Objek Wisata:

 Pantai Lolan
 Tanjung Ompu
 Pulau Tiga
 Air Panas Bakan
 Kolam Desa Tudu Aog

2. Makanan khas:
Makanan khas dari suku Bolaang Mongondow yang paling popular
adalah Da’un Bagu bo yondog binango’an. Makanan lainnya adalah:

 Sinorang
 Pogioton
 Sinabedak
 Dinangoi
 Binarundak
 Allingkoge
 Gogodu
 Lalampa
 Sangkara

3. Tarian dari suku Bolaang Mongondow:


· Tari Tayo
· Tari Joke'
· Tari Mosau
· Tari Rongko atau Tari Raga
Suku Bolaang Mongondow memiliki moto tesendiri, yaitu: Mototabian,
Mototanoban, Mototompiaan, Motobatu molintak kon Totabuan
(Bahasan Bolaang Mongondow), yang artinya: Saling Menyayangi,
Saling Ingat Mengingatkan, Saling Memperbaiki, Bersatu Membangun
dan memajukan Kampung Halaman.

Provinsi Sulawesi Utara terkenal dengan semboyannya, yaitu “Torang


Samua Basudara”, yang artinya “Kita Semua Bersaudara”. Semboyan
tersebut merupakan cerminan sikap dari masyarakat Sulawesi Utara
yang hidup berdampingan dengan rasa saling mengasihi tanpa
memperdulikan adanya perbedaan agama, ras, dan sebagainya.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 230


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

2.3.1.13. Kepemudaan dan Olah Raga


Kondisi yang ada sekarang lapangan Olah Raga Sparta Tikala,
lapangan Koni Sario, Stadion Maesa Tondano serta beberapa stadion
kecil belum memadai untuk menunjang rencana penyiapan Sulawesi
Utara sebagai tempat penyelenggaraan kejuaaraan nasional maupun
internasional sehingga perlu peningkatan fasilitas dan kualitas
berstandar nasional dan internasional. Sejak tahun 2014 sudah
dibangun berbagai sarana dan prasarana pelengkap keolahragaan
seperti pembangunan stadion atletik dan sepakbola Kawangkoan
Kabupaten Minahasa, yang meliputi: pembangunan lanjuta tribun
stadion, infrastruktur pendukung stadion (menara lampu, instalasi
listrik, drainase, talud, jalan masuk) serta penataan area sekitar
stadion (pagar, paving blok, gerbang); pembangunan lintasan berkuda
Tompaso, meliputi: pembangunan track lintasan, rehabilitasi stadion
(pengecatan, instalasi listrik dan air, toilet) serta
pembangunan/penataan fasilitas pendukung pacuan (pagar, drainase,
paving blok, gerbang, railing), pembangunan Stadion Sepakbola
Poyowa Kotamobagu, meliputi: pembangunan tempat duduk penonton
dan drainase lapangan sepakbola Poyowa I dan Poyowa II serta
terselenggaranya perencanaan lintasan sirkuit balap: perencanaan
pembangunan lintasan sirkuit balap di kawasan Balitpalma desa
Paniki Bawah.

2.3.1.14. Kesatuan bangsa dan politik dalam negeri


Pemantapan sinkronisasi aparat penegak hukum dan jajarannya
berkaitan dengan posisi berbatasan langsung dengan Filipina yang
rawan terhadap infiltrasi/penyusupan teroris, masih adanya
kriminalitas. Dalam rangka memantapkan kerukunan umat
beragama, maka dibentuk Badan Kerja Sama Antar Umat Beragama
(BKSAUA) ditingkat provinsi maupun di kabupaten/kota, selain itu
pemerintah juga membentuk Forum Kerja Sama Umat Beragama
(FKUB).

2.3.1.15. Ketahanan Pangan


Upaya untuk menjamin ketersediaan pangan di Sulawesi Utara, tahun
2015 telah dilaksanakan melalui kegiatan peningkatan lumbung
pangan/cadangan pangan antara lain berupa : pengisian beras
sebagai cadangan pangan masyarakat di 5 kelompok lumbung pangan
sebesar + 7,5 ton dan cadangan pangan pemerintah Provinsi Sulawesi
Utara yang dikerjasamakan dengan Bulog Divre Suluttenggo sebanyak
32,534 ton. Sampai dengan tahun 2015 total stok cadangan pangan
pemerintah sebanyak 52,5 ton yang dititipkan di BULOG.
Berdasarkan Neraca Bahan Makanan (NBM), ketersediaan energi
penduduk Sulawesi Utara Tahun 2015 (angka sementara) sebesar

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 231


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

4.076 kkal/kapita/hari dan ketersediaan protein sebesar 113,26


gram/kapita/hari. Angka ketersediaan Energi dan Protein ini sudah
melebihi anjuran Widya Karya Pangan dan Gizi Tahun 2004 yaitu
Energi 2.200 kkal/kapita/hr dan Protein 57 gr/kapita/hr.
Pengembangan distribusi dan harga pangan dalam rangka stabilisasi
harga pangan didukung melalui : 1) Pemantauan dan Analisis Akses
Pangan Masyarakat; 2) Pemantauan dan Analisis Harga Pangan
Pokok; 3) Pengembangan Model Distribusi Pangan; 4) Pemantauan
Pasokan Harga Pangan; 5) Apresiasi Pemantauan Harga, Pasokan dan
Akses Pangan; 6) Pemantauan Harga dan Ketersediaan Pangan
menjelang Hari-Hari Besar Keagamaan/Nasional.

Tahun 2015, informasi data harga dilaksanakan di 15 kab/kota pada


52 komoditi selama 52 minggu, dan informasi pasokan pangan di 15
kabupaten/kota pada 11 komoditi selama 40 minggu serta informasi
akses pangan dilaksanakan di 15 kabupaten/kota untuk 5 komoditi
sebanyak 1 kali pemantauan. Secara umum kondisi distribusi pangan
di Sulawesi Utara khusus bahan pangan pokok dipasok dari dua
sumber utama yaitu produksi lokal (Kabupaten Minahasa, Minahasa
Tenggara, Minahasa Selatan, Bolaang Mongondow dan Bolaang
Mongondow Utara) dan produksi dari luar yaitu dari Provinsi
Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan dan Jawa Timur.

Untuk rantai pemasaran bahan pangan pokok dan strategis terdiri


dari : 1) distribusi bahan pangan pokok di Sulawesi Utara
didistribusikan dari Manado ke wilayah kabupaten/kota di Provinsi
Sulawesi Utara; 2) Kabupaten Bolaang Mongondow Raya dan
Minahasa Raya umumnya distribusi bahan pangan melibatkan
pedagang besar/distributor di Kota Manado, Tomohon dan
Kotamobagu, serta pedagang pengecer; 3) khusus untuk kabupaten
dan Kepulauan (Sangihe, Talaud dan Sitaro) distribusi bahan pangan
melibatkan pedagang pengumpul desa, pedagang besar di Kota
Manado dan pedagang pengecer di Tahuna, Melonguane dan Ulu.
Untuk kondisi harga beberapa bahan pangan relatif stabil, namun
disadari pada kondisi-kondisi tertentu aksesibilitas masyarakat
terhadap pangan cukup rendah dibanding kondisi normal misalnya
menjelang hari-hari besar keagamaan, musim paceklik serta musim
gelombang air laut yang besar mengakibatkan terganggunya distribusi
pangan khususnya didaerah kepulauan. Adapun pangan yang sering
mengalami fluktuasi harga yaitu beras, cabe, bawang merah dan
tomat.

Pelaksanaan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan guna


peningkatan mutu konsumsi pangan di Sulawesi Utara telah
dilakukan melalui berbagai kegiatan: (1) Fasilitasi bibit, benih sayuran
dan buah-buahan, pupuk untuk peningkatan konsumsi pangan

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 232


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

melalui pemanfaatan pekarangan bagi 8 organisasi wanita/dasawisma


di 7 kabupaten/kota, (2) Pengembangan unit usaha pengolahan
pangan lokal berupa alat penggilingan jagung bagi 2 kelompok unit
usaha di Kab. Minahasa dan Kab.Minahasa Tenggara; (3) Promosi
ketahanan pangan melalui ―Festifal Pangan Non Beras Non Terigu
yang diikuti TP-PPK Kabupaten/Kota se Sulut; sosialisasi pangan
beragam, bergizi seimbang dan aman; (4) lomba cipta menú beragam
bergizi seimbang dan aman berbasis sumberdaya lokal yang
dilaksanakan bersamaan dengan peringatan Hari Pangan Sedunia
Tingkat Provinsi tahun 2015 yang dilaksanakan di Kota Manado
(Gedung Graha Bumi Beringin).

Dampak kegiatan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan


(P2KP) salah satunya untuk meningkatkan kreatifitas masyarakat dan
perempuan khususnya agar mampu mengembangkan usaha
pengelolaan sumberdaya pangan berbasis sumberdaya lokal/wilayah
sebagai upaya penambahan pendapatan dan kecukupan pangan
keluarga dalam rangka peningkatan kualitas konsumsi pangan.
Berdasarkan data hasil olahan Susenas 2014, konsumsi energi
masyarakat Sulawesi Utara mencapai 2.095 kilokalori/ kapita/hari
atau 104,7% dari total kecukupan energi/gizi ideal yaitu sebesar
2.000 kilokalori/kapita/hari. Sedangkan konsumsi protein mencapai
60,1 gram/kapita/hari dan konsumsi protein ideal yaitu 52
gram/kapita/hari, sedangkan skor PPH mencapai skor 88,7
(Berdasarkan PERPRES Nomor 22 Tahun 2009 pada tahun 2015
minimal mencapai skor 95). Capaian skor PPH ini dipengaruhi oleh
beberapa kelompok pangan masih berada dibawah skor ideal seperti
umbi-umbian skor 1,1 (skor ideal 2,5) dan kacang-kacangan skor 3,3
(skor ideal 10). Rendahnya skor PPH beberapa kelompok pangan
tersebut memberikan indikasi bahwa kualitas keberagaman konsumsi
pangan masyarakat Sulawesi Utara masih perlu ditingkatkan.
Penanganan daerah rawan pangan dalam rangka pemberdayaan
masyarakat, tahun 2015 dilaksanakan di daerah beresiko rawan
pangan kronis dalam bentuk pemberian bantuan saprodi (benih/bibit
dan pupuk) di 4 desa yaitu Desa Rasi Kec.Ratahan Kab.Mitra, Desa
Tule Kec. Melonguane Timur Kab. Kep.Talaud, Desa Matabulu
Kec.Nuangan Kab.Bolmong, dan Desa Lahupu Kec.Tabukan selatan
Kab.Kep.Sangihe.

Berdasarkan hasil analisa situasi pangan dan gizi tahunan dengan


menggunakan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) tahun
2015, yang hasilnya digunakan untuk deteksi dini penanganan
daerah rawan pangan jangka pendek terhadap daerah beresiko rawan
pangan dan gizi di Sulawesi Utara. Hasil SKPG tahun 2015 sebagai
berikut :

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 233


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

1. Resiko Ringan/Aman : 124 Kec. (74,25%).


2. Resiko Sedang/Waspada : 17 Kec. (10,18%)
3. Resiko Tinggi/Rawan : 26 kec. (15,57%)
Terdapat 26 Kecamatan Resiko Tinggi, sebagian besar terdapat di
Kabupaten Kepulauan Talaud dan Kabupaten Sangihe.

Berdasarkan hasil analisa penyusunan Peta Ketahanan dan


Kerentanan Pangan (Food Security and Vulnerability Atlas/FSVA)
dimana perhitungannya dilakukan 3 tahun sekali sebagai deteksi dini
untuk penanganan jangka panjang, menunjukkan daerah-daerah
dengan tingkatan prioritas penanganan sebagai berikut :
a. Perioritas 1 (sangat rentan) : 0 kecamatan
b. Perioritas 2 (rentan) : 0 kecamatan
c. Perioritas 3 (agak rentan) : 0 kecamatan
d. Perioritas 4 (cukup tahan) : 1 kecamatan (1%)
e. Perioritas 5 (tahan) : 25 kecamatan (19%)
f. Perioritas 6 (sangat tahan) : 107 kecamatan (80%)

Pengembangan Desa Mandiri Pangan, melalui pemberdayaan


masyarakat miskin di daerah beresiko rawan pangan dilakukan
dengan pemberian fasilitasi / bantuan berupa bibit ternak
itik/manila, tahun 2015 sebanyak 3 desa yang diberdayakan yaitu
Kelurahan Manawas Kecamatan Tondano Utara Kabupaten Minahasa,
Desa Maulit Kecamatan Pasan Kabupaten Minahasa Tenggara, Desa
Blongko Kecamatan Sinonsayang Kabupaten Minahasa Selatan.
Pada tahun 2015, pengawasan pangan segar dilaksanakan melalui 1)
Pengawasan dan Pembinaan Keamanan Pangan Segar; 2) Sosialisasi
Keamanan Pangan Segar.

Tahun 2015, pengawasan dilaksanakan di pasar tradisional dan pasar


swalayan yang ada di ibukota provinsi selama 10 bulan. Pengawasan
yang dilakukan meliputi asal produk, jenis komoditi buah dan sayur
serta kondisi produk dan tempat pemajangan, selain itu juga
dilakukan pemantauan pada produk industri rumah tangga. Hasil
pemantauan dengan antara lain bahwa produk-produk pangan segar
yang dipasarkan dalam keadaan layak konsumsi. Namun ditemui pula
terdapat produk industri RT yang kode registrasi tidak diperbaharui
tetapi telah disarankan kepada para produsen untuk melakukan
registrasi kembali di Dinas Kesehatan, dan pada saat pengawasan
selanjutnya sudah berjalan sesuai aturan yang dianjurkan. Kegiatan
selanjutnya yaitu sosialisasi keamanan pangan segar yang diikuti oleh
petugas dan produsen pelaku pangan dari 15 kabupaten/kota dengan
tujuan yaitu produk-produk yang dihasilkan oleh peserta sosialisasi
akan menghasilkan produk yang terregistrasi.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 234


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

2.3.1.16. Komunikasi dan Informatika


Database perekonomian dan pusat informasi bisnis merupakan
prasyarat pengembangan ekonomi di Sulawesi Utara namun
kebanyakan database tersebut masih bersifat parsial dan tersebar
pada satuan kerja pemerintah daerah dan instansi-instansi lainnya.
Sampai saat ini Sulawesi Utara belum memiliki pusat informasi bisnis
yang representatif untuk menyediakan data secara lengkap, akurat
dan terbaru.

Pada saat ini sebagian besar Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
telah membangun situs web internet, namun belum menunjukkan
arah pengembangan situs web sebagai aplikasi E-Government.
Pembangunan situs web masih bersifat statis, dimana belum
tersedianya fasilitas transaksi pelayanan publik, belum adanya
jaringan interaktif dengan dunia usaha, serta masih terbatasnya
fasilitas dialog publik.

2.3.1.17. Perpustakaan
Perpustakaan sebagai sarana pembelajaran dalam upaya
mencerdaskan kehidupan bangsa dan membangun kepribadian
melalui penyediaan bahan pustaka yang dapat diakses oleh seluruh
lapisan masyarakat. Dalam pelaksanaan pembinaan perpustakaan
telah terjadi peningkatan jumlah buku dan judul buku dari Tahun
2010-2015, hal ini dapat dilihat pada Tabel 2.26.

Tabel 2.107. Jumlah Buku dan Judul Buku di Provinsi Sulawesi Utara,
2011-2015
Nomor Tahun Jumlah Buku Judul Buku
(Eksemplar)
1. 2011 162.723 52.588
2. 2012 165.374 53.256
3. 2013 166.211 53.889
4. 2014 80.655 28.000
5. 2015 90.200 28.355
Sumber: Badan Perpustakaan, Arsip, dan Dokumentasi Provinsi Sulawesi
Utara, 2015.

Tabel 2.108. Jumlah Pengunjung Perpustakaan di Provinsi Sulawesi


Utara, 2005-2010
Nomor Tahun Jumlah Pengunjung
1 2011 587
2 2012 612
3 2013 798
4 2014 321
5 2015 366
Sumber: Badan Perpustakaan, Arsip, Dan Dokumentasi Provinsi Sulawesi
Utara, 2015.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 235


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Jumlah pengunjung rata-rata per bulan selang Tahun 2011-2015


dapat dilihat pada Tabel 2.108 diatas. Jumlah pengunjung
perpustakaan selama lima tahun terakhir terus mengalami kenaikan.
Tahun 2014, ketersediaan buku baik jududl dan jumlah eksemplar
menurun drastic dikarenakan terjadinya bencana banjir yang
mengakibatkan koleksi buku rusak terendam air. Hal ini secara
otomatis juga berpengaruh pada jumlah pengunjung perpustakaan
yang menurun drastic.

2.3.2. FOKUS LAYANAN URUSAN PILIHAN


2.3.2.1. Jumlah Investor Berskala Nasional (PMDN/PMA)
Sejak Tahun 2007 telah dibentuk Kantor Pelayanan Satu Pintu di
provinsi maupun kabupaten/kota. Tahun 2012, semua
kabupaten/kota telah membentuk kantor/badan pelayanan satu
pintu Namun sampai saat ini tugas dan fungsi kantor/badan belum
optimal karena peran dan kewenangannya belum sepenuhnya
diberikan, seperti pelimpahan ijin-ijin serta masih diberlakukannya
beberapa peraturan daerah yang menghambat investasi di daerah
serta masih terbatasnya peraturan daerah yang mendorong akselerasi
perekonomian di daerah.

Ada beberapa peraturan daerah yang telah dihapus dibidang retribusi


daerah yaitu: Perda Nomor 5 Tahun 2000 tentang Retribusi Pasar
Grosir dan Pertokoan; Perda Nomor 2 Tahun 2002 tentang Retribusi
Pengawasan Mutu dan Pengembangan Produksi Cengkeh, dan Pala
dalam Provinsi Sulawesi Utara; Perda Nomor 2 Tahun 2003 tentang
Ijin Pengoperasian Mobil Barang Lintas Kabupaten/Kota di Provinsi
Sulawesi Utara; Perda Nomor 6 Tahun 2004 tentang Perubahan
Pertama Perda Provinsi Sulawesi Utara Nomor 15 Tahun 2000 tentang
Retribusi Penimbangan.

Kebijakan umum dibidang Penanaman Modal Asing pada dasarnya


terdiri dari kebijakan ekspor dan kebijakan impor. Kebijakan tersebut
merupakan implementasi dari fungsi pemerintah di sektor
Penanaman Modal Asing seperti fungsi trade advocacy, market
penetration, akses ke pasar dan lain-lain. Tujuan utama dari
kebijakan ekspor adalah meningkatkan ekspor dengan prasyarat
bahwa kebutuhan pasar domestik telah terpenuhi. Sedangkan tujuan
utama dari kebijakan impor ada dua, yakni :

1. Mengurangi impor dengan prasyarat bahwa produksi dalam


negeri bisa memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri dengan
tingkat efisiensi yang paling tidak sama dengan produk impor.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 236


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

2. Menambah impor jika produksi dalam negeri tidak bisa


memenuhi kebutuhan dalam negeri. Dalam kata lain, kebijakan
Penanaman Modal Asing harus tetap berlandaskan pemikiran
bahwa sebuah negara akan melakukan ekspor jika negara itu
memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif atas negara
lain.

Perkembangan Penanaman Modal di Sulawesi Utara saat ini cukup


pesat. Hal ini dapat dilihat dari masuknya investasi dalam rangka
PMA maupun PMDN yang tersebar di berbagai Kabupaten / Kota di
Sulawesi Utara, dengan bidang usaha yang bervariasi / diberbagai
sektor. Bidang-bidang usaha yang banyak diminati oleh perusahaan
PMA antara lain : Perikanan dan Kelautan, Pariwisata, Industri
Pengolahan Ikan, Perkebunan Kelapa Sawit, Pertambangan dan Jasa.
Penanaman modal asing di Provinsi Sulawesi Utara menunjukkan
perkembangan yang cukup positif.

Sebagai wujud dari Pengembangan Potensi dan Peluang Investasi di


Sulawesi Utara, maka pada tahun 2010 s/d bulan Mei 2015
telah diterbitkan Surat Persetujuan / Izin Prinsip dalam rangka
PMA / PMDN di Sulawesi Utara, sebanyak 187 buah Proyek (aktif)
yang terdiri dari PMA sebanyak 94 Proyek dengan nilai Investasi
US$ 2.090 juta lebih dan PMDN sebanyak 93 Proyek dengan Nilai
Investasi Rp 2.279 Milyar lebih. Banyaknya investasi yang masuk ke
Sulawesi Utara tidak terlepas dari gencarnya berbagai promosi yang
dilaksanakan secara terpadu oleh Pemerintah Pusat, Provinsi
maupun Kabupaten/Kota yang dilaksanakan di dalam negeri
maupun luar negeri dan ditunjang dengan perencanaan yang matang
berdasarkan Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM).

Tabel 2.108. Jumlah Penanaman Modal Asing Provinsi Sulawesi


Utara,Tahun 2010-2014
INVESTASI INVESTASI
NO SP TAHUN
PMA PMDN
PROYEK PROYEK
(US$) (RP)

1 2010 15 3
227,473,300 113,751,615,000

2 2011 19 12
514,220,770 606,716,974,000

3 2012 18 6

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 237


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

352,095,592 143,171,631,460

4 2013 15 12
147,666,170 347,900,000,000

5 2014 25 32
649,306,131 823,763,600,000

6 2015 2 28
200,000,000 244,269,100,000

JUMLAH 94 93
2,090,761,963 2,279,572,920,460

Tabel dibawah ini menunjukkan jumlah penanaman modal asing


selang tahun 2014 menurut nama perusahaan, bidang usaha,
rencana dan realisasi investasi, jumlah tenaga kerja dan asal negara.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 238


Tabel 2.109. Investasi Penanaman Modal Asing di Sulawesi Utara tahun 2014

NO NAMA BIDANG USAHA RENCANA REALISASI/T TENAGA KERJA ASAL ALAMAT


PERUSAHAAN/NO.BP INVESTASI AHUN NEGARA KANTOR/LOKASI
US$ (US$)2014 WNI WNA PROYEK
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 PT.MYLAN HOLDINGS JASA PERTAMBANGAN $ 12 CINA DESA MANADO
INDONESIA 2.500.000,00 KECAMATAN
NO.208/1/IP/PMA/20 LOLAYAN
14 TGL. 28 JANUARI KAB.BOLMONG
2014

2 PT ANUGRA REAL ESTATE YANG $ BRITIS DESA LEMBEYAN


INDOKARYA DIMILIKI SENDIRI ATAU 3.000.000,00 VIRGIN KAB.MINU
NO.250/1/IP/PMA/20 DISEWAKAN ISLANDS
14 TGL. 28 JANUARI
2014
3 PT.BAHASA PENERBITAN PIRANTI $ 6 AMERIKA KOMPLEKS
TEKNOLOGI LUNAK(SOFTWARE) 1.095.000,00 SERIKAT CITRALAND
SULUCTION MIRACLE WORK
NO.447/1/IP/PMA/20 CMW 06/27
14 TGL 14 FERBUARI KEL.NYIUR,
2014 KEC.WANEA
4 PT.MYLAN JASA PERTAMBANGAN $ 6 RR CINA DESA MANADO
RESOURCES DAN PENGGALIAN 2.500.000,00 KEC.LOLAYAN
NO.447/1/IP/PMA/20 LAINNYA KAB.BOLMONG
14 TGL. 19 FERBUARI
2014
5 PT.AGROMAKMUR INDUSTRI MINYAK $ SINGAPUR JLN. SOEKARNO,
RAYA KELAPA, MINYAK 102.054.228, A BITUNG TIMUR,
NO.738/1/IP/PMA/20 MAKAN KELAPA 00 KOTA BITUNG
14 TGL. 12 MARET SAWIT(CRUDE PAL M
2014 OIL), MINYAK GORENG
KELAPA SAWIT
MINBYAK MAKAN DAN
LEMAK NABATI DAN
HEWAN LAINNYA SERTA
KIMIA DASAR ORGANIK
BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 239
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

YANG BERSUMBER
DARI HASIL PERTANIAN

6 PT. MING YUAN INDUSTRI TEPUNG $ 25 RR LINGKUNGAN I, KEL.


INDONESIA NO. DAN PELET KELAPA 4.000.000,00 TIONGKOK PONDANG, KEC.
1161/1/IP/PMA/ 2014 SERTA INDUSTRI DARI AMURANG TIMUS
TGL. 16 MEI 2014 SABUT KELAPA KAB. MINSEL

7 PT. ETMIECO SARANA INDUTRI PENGASAPAN $ 95 JEPANG JLN. SEMUEL


LAUT NO. IKAN 2.935.060,00 LANGUYU BO. 8A,
1492/1/IP/PMA/2014 KEL . AERTEMBAGA
TGL. 16 MEI 2014 1, KEC.
AERTEMBAGA KOTA
BITUNG
8 PT. EFINDO JAYA INDUSTRI BARANG $ 50 RR DESA KOKA KEC.
ABADI NO. PLASTIK LAINYA 2.000.000,00 TIONGKOK TOMBULU KAB.
1601/1/IP/PMA/2014 MINAHASA
TGL. 23 MEI 2014
9 PT. ALLINDO JASA PERTAMBANGAN $ 300 RR JLN.
INDONESIA NO. DAN PENGGALIAN 26.500.000,0 TIONGKOK PRAMUKA/SISWA
109/1/IP-PL/PMA / 0 NO. 82 KOTA
2014 TGL. 18 APRIL MANADO
2014
10 PT. CARGILL INDUSTRI MINYAK $ 251 AMERIKA JLN. RAYA TRANS
INDONESIA NO. MAKAN KELAPA, 2.515.575,00 SERIKAT SULAWESI,
129/1/IP- MINYAK MAKAN DAN KAWANGKOAN
PL/PMA/2014 TGL/25 LEMAK NABATI DAN BAWA LINGK. 10
APRIL 2014 HEWANI LAI NYA KEC. AMURANG
BARAT KAB. MINSEL

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 240


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

11 PT. JACARBON INDUSTRI KIMIA DASAR KOREA JLN. RAYA MANADO


SULAWESI NO. ORGANIK YG BITUNG KM. 33.
254/1/IP/PB/PMA/20 BERSUMBER DARI DESA TOTALETE,
14 HASIL PERTANIAN, KEC. KEMA KAB.
INDUSTRI BARANG MINUT
KIMIA LAINYA
12 PT. PACIFIK PERTAMBANGAN BIJI $ KOREA DESA KIAMA KEC.
RESOURCE MANGAN 6.000.000,00 SELATAN MELONGUANE
NO.454/1/IP- TIMUR KAB. KEP.
PB/PMA/2014 TGL.26 TALAUT
FEBRUARI 2014

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal Provinsi Sulawesi Utara , 2014

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 241


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Tabel 2.110. Investasi Penanaman Modal Asing di Sulawesi Utara tahun 2013

No. Nama Perusahan Bidang Usaha Rencana RealisasiInvestas Tenaga Kerja Asal Negara Ket
Infestasi
(US$) (US$) WNI WNA
1 PT PUTRI POM-POM WISATA TIRTA 1.200.000 $ 12 _ MALAYSIA MANADO
1.200.000,00
2 PT AIR MANADO NO. PEMB. 10.545.770 10.545.770
474/1/IU/I/PMA/PU/2013 INSTALASI,PERPIPAAN
DAN PENGUSAHAAN
AIR BERSIH
3 PT. PUNCAK MUSTIKA JASA AKOMODASI 23.820.000 23.820.000 _ _ SINGAPORE MANADO
BERSAMA. NO. (HOTEL).
127/1/IP/I/PMA/2013
4 PT ANAK INDONESIA PERDAGANGAN 1.120.000 SINGAPORE MANADO.
MINING NO. BESAR
1803/I/IP/PMA/2013
5 PT FOR EI SHADIA NO. PERDAGANGAN 1.120.000 SINGAPORE MANADO.
1802/I/IP/PMA/2013 BESAR

6 PT FOREL MEGA PERDAGANGAN 1.120.000 SINGAPORE MANADO.


MINERAL. NO. BESAR
1809/I/IP/PMA/2013
7 PT RAJA DUNIA NO. PERDAGANGAN $ $ KOREA MANADO.
419/I/IP-PB/PMA/2013 BESAR 300.000,00 300,00

8 PT SARI MELATI KENCANA RESTORAN 1.050.000 _ 147 INGGRIS MANADO.


NO.
9 PT. TOZY SENTOSA. NO. DEPARTEMEN STORE 3.081.000 _ 130 _ SINGAPORE MANADO.
204/I/IP/PMA/2013

10 PT. GLOBAL COCONUT INDUSTRI 3.500.000 _ 200 _ SINGAPORE MINSEL


NO. 291/I/IP/PMA/2013 PENGOLAHAN
KELAPA

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 242


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

11 PT. COELACANTH SUISAN. INDUSTI PEMBEKUAN 2.500.000 JEPANG TOMOHON


NO. 1772/I/IP/PMA/2013 IKAN

12 PT. EAST INDO STEEL NO. INDUSTRI 80.000.000 _ 40 5 RR. CHINA MINUT
1223/I/IP/PMA/2013 PENGGILINGAN BAJA
(STEEL ROLING)
13 PT. ICELAND DRILLING JASA PENGEBORAN 1.200.000 _ 40 12 BELANDA MINAHASA.
INDONESIA. NO. PANAS BUMI.
317/I/IP/PMA/2013
14 PT. KEMINDO CAO INDUSTRI KIMIA 2.800.000 _ 15 10 GABUNGAN BOLMONG.
RESOURCES. NO. DASAR ANORGANIK NEGARA
239/I/IP/PMA/2013 KHLOR DAN ALKALI
KIMIA DASAR
ANORGANIK LAINYA
SERTA KAPAUR.

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal Provinsi Sulawesi Utara , 2014

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 243


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Tabel 2.111. Investasi Penanaman Modal Asing di Sulawesi Utara tahun 2012

NO. NAMA BIDANG USAHA RENCANA REALISASI TENAGA ASAL KET.


PERUSAHAAN INVESTASI INVESTASI KERJA NEGARA
( US$ ) ( US$ ) WNI WNA

1. PT. STARCKY PENANGKAPAN IKAN BERSIRIP DI 1.130.000 1.130.000 108 - PHILIPINA BITUNG
INDONESIA LAUT DAN INDUSTRI PRODUKSI
PEMBEKUAN IKAN.

2. PT. BOL INDAH PERKEBUNAN KELAPA SAWIT, 18.122.871 - 1.575 - SINGAPURA BOLMONG
UTAMA INDUSTRI MINYAK MAKAN SELATAN
KELAPA SAWIT SERTA HASIL KONSTRUKSI
PENGOLAHAN KELAPA SAWIT
LAINNYA

3. PT. SINO GLOBAL PERKEBUNAN KELAPA 15.554.191 - 1.625 - SINGAPURA BOLMONG


PERKASA SAWIT,INDUSTRI MINYAK MAKAN KONSTRUKSI
KELAPA SAWIT SERTA HASIL
PENGOLAHAN KELAPA SAWIT
LAINNYA.

4. PT. GLOBAL PERKEBUNAN KELAPA SAWIT, 11.106.482 - 1.120 - SINGAPURA BOLMONG


INTERNATIONAL INDUSTRI MINYAK MAKAN KONSTRUKSI
INDAH KELAPA SAWIT SERTA HASIL
PENGOLAHAN KELAPA SAWIT
LAINNYA.
6. PT. ANUGERAH PERKEBUNAN KELAPA SAWIT, 21.074.654 - 1.450 - SINGAPURA BOLMONG
SULAWESI INDAH INDUSTRI MINYAK MAKAN KONSTRUKSI
KELAPA SAWIT SERTA HASIL
PENGOLAHAN KELAPA SAWIT
LAINNYA
7. PT. BOLMONG PERKEBUNAN KELAPA SAWIT, 20.738.921 - 1.710 - SINGAPURA BOLMONG
INDAH PERKASA INDUSTRI MINYAK MAKAN KONSTRUKSI
KELAPA SAWIT SERTA HASIL

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 244


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


LAINNYA

8. PT. IZZI ASIA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT 19.897.453 - 1.562 - SINGAPURA MINAHASA
PLANTATION DAN INDUSTRI MINYAK KASAR KONSTRUKSI
(MINYAK MAKAN ) DARI NABATI

9. PT. IZZI GLOBAL PERKEBUNAN KELAPA SAWIT 17.834.223 - 1.405 - SINGAPURA MINAHASA
PLANTATION DAN INDUSTRI MINYAK KASAR TENGGARA
(MINYAK MAKAN) DARI NABATI KONSTRUKSI

10. PT. CAVRON INDUSTRI KIMIA DASAR ORGANIK 613.000 - 12 - SINGAPURA MINAHASA
GLOBAL YANG BERSUMBER DARI HASIL UTARA
PERTANIAN KONSTRUKSI

11. PT. MATAHARI PERDAGANGAN ECERAN SKALA 17.272.950 17.272.950 149 - ? MANADO
DEPARTMENT BESAR PRODUKSI
STORE, TBK (DEPARTMENT STORE)

JUMLAH 148.344.745 23.402.950 11.116 -

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal Provinsi Sulawesi Utara , 2014

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 245


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Tabel 2.112. Investasi Penanaman Modal Asing di Sulawesi Utara tahun 2011

NO. NAMA BIDANG USAHA RENCANA REALISASI TENAGA ASAL NEGARA KET.
PERUSAHAAN INVESTASI INVESTASI KERJA
( US$ ) ( US$ )
WNI WNA

1. PT. BIJI SESAWI PERKEBUNAN KELAPA 42.000.000 - 2050 - SINGAPURA BOLMONG


PERKASA SAWIT DAN INDUSTRI SELATAN
MINYAK KASAR KONSTRUKSI
( MINYAK MAKAN ) DARI
NABATI
2. PT. KAHAYAN PERKEBUNAN KELAPA 58.800.000 - 1803 - SINGAPURA BOLMONG
BENTANG SAWIT SAWIT DAN INDUSTRI SELATAN
MINYAK KASAR KONSTRUKSI
(MINYAK MAKAN) DARI
NABATI
3. PT. ANUGERAH PERKEBUNAN KELAPA 46.200.000 - 2295 - SINGAPURA BOLMONG
TIMPAH INDAH SAWIT DAN INDUSTRI SELATAN
MINYAK KASAR KONSTRUKSI
( MINYAK MAKAN ) DARI
NABATI
4. PT. BUMI PERTAMBANGAN NIKEL DAN 2.000.000 - 50 - HONGKONG/ RRC BOLMONG
SULAWESI EMAS KONSTRUKSI
PERSADA
MINING

5. PT. SAMUDERA PENANGKAPAN IKAN DAN 1.335.000 - 206 - PHILIPINA BITUNG


MEGAH INDUSTRI PENGOLAHAN KONSTRUKSI
INDONESIA IKAN
6. PT. PERTAMBANGAN EMAS DAN 1.995.349 - 100 - HONGKONG/RRC BOLMONG
PERTAMBANGAN PERAK SERTA NIKEL KONSTRUKSI
BUMI
INDONESIA

7. PT. INDUSTRI KIMIA DASAR 400.000 400.000 20 - KOREA SELATAN MINAHASA

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 246


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

CARBONTECH ORGANIC YANG SELATAN


INDONESIA BERSUMBER DARI HASIL PRODUKSI
PERTANIAN DAN MESIN
UNTUK KEPERLUAN UMUM

8. PT. ZUG JASA PELAKSANA 1.900.000 - 55 - TAIPEI BITUNG


INDUSTRI KONSTRUKSI, KONSTRUKSI
INDONESIA PEMBANGKITAN TENAGA
LISTRIK, INDUSTRI BARANG
TANGKI, TENDON AIR DAN
WADAH DARI LOGAM SERTA
PERDAGANGAN BESAR
9. PT. TENAGA PEMBANGKIT LISTRIK 80.280.000 - 140 - RRC MINAHASA
LISTRIK KEMA TENAGA UAP KONSTRUKSI

1 3 4 5 6 7 8 9
2
10. PT. ARAFURA PERTAMBANGAN EMAS 610.000 - 100 - AUSTRALIA BOLMONG
MANDIRI KONSTRUKSI
SEMANGAT

11. PT. TAMBANG PERTAMBANGAN EMAS 120.100.000 97.988.176 - - SINGAPURA MINAHASA


TONDANO PRODUKSI
NUSAJAYA

12 PT. MEARES PERTAMBANGAN EMAS 182.000.000 203.548.991 - - SINGAPURA MINAHASA


SOPUTAN (REALISASI PRODUKSI
MINING MELEBIHI
RENCANA)
13 PT. JASA AKOMODASI 750.000 750.000 32 THAILAND/ BITUNG
AQUASPORTS ( COTTAGE ) DAN WISATA SINGAPURA PRODUKSI
INDONESIA TIRTA

14 PT. MULTI PEMBANGKITAN TENAGA 11.250.000 11.250.000 42 - INGGRIS BITUNG


NABATI LISTRIK PRODUKSI
SULAWESI

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 247


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

15 PT. BAKRI CONO JASA AKOMODASI ( 850.000 850.000 38 - ARAB SAUDI/ BITUNG
COTTAGE ) DAN JASA INGGRIS PRODUKSI
PERSEWAAN DAN SEWA
GUNA USAHA TANPA HAK
OPSI ALAT REKREASI DAN
OLAHRAGA
16 PT. SINAR JAYA INDUSTRI PEMBEKUAN IKAN 400.000 400.000 40 - MALAYSIA MINAHASA
BASAAN DAN BIOTA AIR LAINNYA TENGGARA
PRODUKSI
17 PT. MULTI INDUSTRI MINYAK MAKAN 33.442.675 33.442.675 45 - INGGRIS/SINGAPURA BITUNG
NABATI DAN LEMAK NABATI DAN PRODUKSI
SULAWESI HEWANI LAINNYA

18 PT. AVOCET JASA PERTAMBANGAN 600.000 600.000 50 - INGGRIS MANADO


MINING PRODUKSI
SERVICES

19 PT. KALASEY RESTORAN, JASA 2.000.000 180.300 80 - SINGAPURA MINAHASA


AKOMODASI UTARA
( HOTEL ) DAN WISATA KONSTRUKSI
AGRO

20 PT. SILADEN JASA AKOMODASI ( HOTEL ) 2.000.000 - 21 - ITALIA MANADO


ISLAND RESORT KONSTRUKSI
AND SPA

21 PT. J. JASA PERTAMBANGAN 600.000 600.000 50 - INGGRIS MANADO


RESOURCES PRODUKSI
MINING
SERVICES

22 PT. BOLMONG PERTAMBANGAN LOGAM 1.000.000 - 30 - SINGAPURA BOLTIM


TIMUR EMAS DAN MINERAL KONSTRUKSI
PRIMANUSA PENGIKUTNYA
RESOURCES

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 248


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

23 PT. ENJEKE PERTAMBANGAN EMAS 3.950.000 1.389.247 120 - CHINA MINAHASA


FERRONUSA TENGGARA
KONSTRUKSI

24 PT. INOBONTO PERKEBUNAN BUAH 33.330.495 495.203 1.803 - SINGAPURA BOLMONG


INDAH PERKASA KELAPA SAWIT DAN KONSTRUKSI
INDUSTRI MINYAK MAKAN
KELAPA SAWIT SERTA HASIL
PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT LAINNYA.

25 PT. DION PEMBANGUNAN SERTA 18.600.000 - 20 - SINGAPURA MANADO


PUTERA PENGELOLAAN APARTEMEN KONSTRUKSI
BINTANG DAN GEDUNG
PERKANTORAN

26 PT. MIKGRO PERTAMBANGAN BIJIH BESI 2.800.000 280.000 300 - CHINA MINAHASA
METAL PERDANA UTARA
KONSTRUKSI
27 PT. SMARTFREN PENYELENGGARAAN 4.909.000 - 11 - UNI EMIRAT ARAB MANADO
TELECOM TBK. JARINGAN LOCAL TANPA KONSTRUKSI
KABEL DENGAN MOBILITAS
TERBATAS DAN JASA
TELEPONI DASAR
JUMLAH 654.102.519 318.131.917 9501 -

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal Provinsi Sulawesi Utara , 2014

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 249


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Tabel 2.113. Investasi Penanaman Modal Asing di Sulawesi Utara tahun 2010

NO NAMA PERUSAHAAN BIDANG RENCANA REALISASI/ LOKASI ASAL


USAHA INVESTASI US$ TAHUN (US$) NEGARA KET
2010
1. PT. LEIGHTON JASA PERTAMBANGAN 19.150.000 19.150.000 MINUT SINGAPURA PRODUKSI
CONTRACTORS INDONESIA

2. PT. NUSANTARA SKIP JACK INDUSTRI PEMBEKUAN 1.000.000 MANADO PHILLIPINA KONSTRUKSI
INTERNATIONAL INDONESIA DAN BIOTA PERAIRAN
LAINNYA.

3. PT. TRIKARYA INVESTAMA PENANGKAPAN IKAN, 20.000.000 BITUNG GABUNGAN KONSTRUKSI


SEDAYA INDUSTRI PENGOLAHAN NEGARA
IKAN DA BIOTA PERAIRAN
LAINNYA

4. PT. SAMUDERA RAYA PENANGKAPAN IKAN 18.600.000 BITUNG GABUNGAN KONSTRUKSI


PASIFIK INDAH NEGARA

5. PT. SITARO MITRA ABADI JASA AKOMODASI 10.000.000 MINAHASA GABUNGAN KONSTRUKSI
( HOTEL ) NEGARA

6. PT.KASIVER WISATA TIRTA 250.000 MINAHASA GABUNGAN KONSTRUKSI


NEGARA

7. PT. PENTA VALENT PERDAGANGAN BESAR ( 252.700 252.700 MANADO - PRODUKSI


DISTRIBUTOR UTAMA DAN
IMPOR )

JUMLAH 69.252.700 19.402.700


Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal Provinsi Sulawesi Utara , 2014

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 250


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Tabel 2.114. Investasi Penanaman Modal Asing di Sulawesi Utara tahun 2009

NO NAMA PERUSAHAAN BIDANG RENCANA LOKASI ASAL


USAHA INVESTASI US$ NEGARA KET
PT ALAMNUSA POWER PEMBANGKITAN LISTRIK TENAGA 28.200.000,- MINAHASA INGGRIS KONSTRUKSI
1. AIR DAN MINIHYDRO.

2. PT. BUNAKEN ISLAND RESORT. JASA AKOMODASI (COTTAGE). 300.000,- MANADO. BELANDA PRODUKSI

PT MITRA ALIGA LISKON PERKEBUNAN PISANG ABACA, 2.250.000,- MINAHASA AMERIKA PRODUKSI
3 SHORGUM MANIS SERTA TENGGARA SERIKAT
PERDAGANGAN IMPOR.
PT RD PACIFIC INTERNATIONAL PENANGKAPAN IKAN TERPADU 12.700.000,- BITUNG PHILIPINA KONSTRUKSI
4 DENGAN INDUSTRY PENGOLAHAN
DAN PENGAWETAN IKAN SERTA
BIOTA PERAIRAN LAINNYA.
PT SINAR PURE FOODS INDUSTRI PENGALENGAN IKAN, 3.170.867,- BITUNG PHILIPINA PRODUKSI
5 INTERNATIONAL PEMBEKUAN IKAN DAN
PENGOLAHAN IKAN LAINNYA.
PT SAUDI FARM BUDI DAYA PALAWIJA DAN 3.000.000,- BOLMONG ARAB KONTRUKSI
6 PERDAGANGAN SAUDI
7 PT RASA RAJA JASA AKOMODASI (COTTAGE) 1.500.000,- MINAHASA BELANDA KONTRUKSI

8 PT NUSANTARA COCO PRIMA INDUSTRY KIMIA DASAR ORGANIC 700.000,- MINAHASA CHINA KONTRUKSI
YG BERSUMBER DARI HASIL
PERTANIAN DAN PENGOLAHAN
SABUT KELAPA.
9 PT NEW PLACE TOUR & TRAVEL BIRO PERJALANAN WISATA 400.000,- MANADO TAIWAN KONSTRUKSI

10 PT TITAN PRIMECORE PENANGKAPAN IKAN TERPADU 1.335.000,- BITUNG PHILIPINA/ KONSTRUKSI


INTERGROUP INTERNATIONAL. DENGAN INDUSTRY PENGOLAHAN CHINA
IKAN.

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal Provinsi Sulawesi Utara , 2014

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 251


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Tabel 2.115. Investasi Penanaman Modal Asing di Sulawesi Utara tahun 2008

NO NAMA PERUSAHAAN BIDANG RENCANA LOKASI ASAL


USAHA INVESTASI NEGARA KET
US$
1. PT. TONG CHANG MINING JASA PENUNJANG 8.650.000 MINUT & CHINA KONSTRUKSI
INDONESIA. PERTAMBANGAN UMUM. BOLMONG

2 PT CELEBES SEA INDUSTRI PEMBEKUAN 500.000 MINUT BELANDA KONSTRUKSI


IKAN/BIOTA PERAIRAN LAINNYA
SERTA BUAH2AN DAN SAYURAN.

3 PT CONOKA PERDAGANGAN EKSPORT DAN 250.000 MANADO DENMARK KONSTRUKSI


INTERNATIONAL IMPORT

4 PT MULTI NABATI PEMBANGKITAN LISTRIK TENAGA 7.850.000. BITUNG INGGRIS KONSTRUKSI


SULAWESI BIOMASSA

5. PT. LKY SEA FOOD INDUSTRI PEMBEKUAN IKAN DAN 800.000 BITUNG KOREA KONSTRUKSI
INDONESIA BIOTA PERAIRAN LAINNYA.

6 PT MULTI NABATI INDUSTRI MINYAK MAKAN 5.050.000 BITUNG INGGRIS KONSTRUKSI


SULAWESI (MINYAK KASAR) DARI NABATI

7. PT OCEAN ROVER PENYEDIAAN SARANA WISATA 500.000 MANADO AUSTRALIA KONSTRUKSI


CRUISES TIRTA.

8 PT TITAN PRIMECORE PERDAGANGAN EKSPOR DAN 250.000 BITUNG PHILIPINA KONSTRUKSI


INTERGROUP IMPOR. & RR CHINA
INTERNATIONAL

9 PT CARGIL INDONESIA INDUSTRI MINYAK KASAR DARI 16.000.000 MINSEL PHILIPINA PRODUKSI
NABATI. SEBAGAI
REALISASI DARI
THN SBLMNYA

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal Provinsi Sulawesi Utara , 2014


BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 252
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Tabel 2.116. Investasi Penanaman Modal Asing di Sulawesi Utara tahun 2007

NO NAMA PERUSAHAAN RENCANA REALISASI KET


BIDANG USAHA INVESTASI TAHUN (US$)
US$ 2007
1 PT. EURO DIVERS INDONESIA Perdgan bsar import dan 200.000 200.000 Italia
jasa rekreasi Minahasa
Produksi
2 PT ANALISA ASAP DAPUR WAKTU Jasa konsultan 250.000 50.000 Belanda
RINTEK manajemen bisnis MINUT
konstruksi

3 PT CHIAPPINI Jasa akomodasi (cottage) 2.400.000 Italia


rekreasi (wisata tirta) Minut

4 PT MANADO KORIN PARADISE Jasa akomodasi (hotel) 4.500.000 200.000 KORSEL


dan lap. golf MINUT
konstruksi
5 PT SULAWESI BAHARI Jasa akomodasi dan jasa 500.000 Belanda
rekreasi Manado

6 PT LATIVI MEDYA KARYA Penyiaran TV swasta 510.718 Inggris


Manado
7 PT PETRO ANDALAN NUSANTARA Perdagangan besar dab 10.252.600 205.052 Singapure
pergudangan Bitung
konstruksi
8 PT TANAH WANGKO PARADISE Jasa akomodasi 880.000 17.600 Perancis
RESORT*) (cottage) Minahasa
konstruksi
9 PT AVOCET BOLMONG **) Pertambangan Umum 40.846.133 20.423.100 Australia
Bolmong
Produksi
10 PT PUNCAK MUSTIKA BERSAMA ***) Hotel 15.000.000 Inggris
Manado
Konstruksi

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 253


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

11 PT CHAROEN POKPHAND JAYAFARM Industri Ayan Ras 9.327.088 9.327.088 …………

JUMLAH 84.666.539 30.422.840

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal Provinsi Sulawesi Utara , 2014

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 254


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Tabel 2.117. Investasi Penanaman Modal Asing di Sulawesi Utara tahun 2006

NO NAMA PERUSAHAAN RENCANA REALISASI / KET


BIDANG USAHA INVESTASI TAHUN (US$)
US$ 2006
1 PT. AIR MANADO Pemb. Instalasi perpipaan 8.825.060 - Belanda
dan air bersih Manado
Produksi
2. PT MIMPI INDAH Jasa akomodasi 114.707 - Belanda
(cottage) Manado
3. PT TAMAN BAMBU Jasa akomodasi 250.000 - Belanda
(cottage) Manado
4 PT DIPA PRATAMA PRIMA Jasa akomodasi 380.000 - Inggris
(Hotel) Minahasa
konstruksi
5 PT SELI Industri pengelolaan ikan 650.000 - AS
Manado
6 PT LONDON SUMATRA Perkeb kelapa sawit, biji 1.937.045 - Ingggris
cacao dan industri Minahasa
minyak kelp & nabati Produksi
7 PT AIR MINAHASA SELATAN Pemb. Dan pengusahaan 650.000 - Belanda
air bersih Minsel
Produksi
8 PT AIR TOMOHON Pemb. Dan pengusahaan 650.000 - Belanda
air bersih Tomohon
Produksi
9 PT CARREFOUR Pemb.& pusat pertokaan 25.100.000 - Belanda
&Shopping centre dan Manado
restoran Produksi
10 PT NUSA TONGKAINA WISATA Jasa rekreasi (wisata 175.000 - Belanda
TIRTA Tirta) Manado
Produksi
Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal Provinsi Sulawesi Utara , 2014

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 255


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Tabel 2.118. Investasi Penanaman Modal Asing di Sulawesi Utara tahun 2005

NO NAMA PERUSAHAAN BIDANG RENCANA REALISASI KET


USAHA INVESTASI / TAHUN
US$ (US$)
2005
1. PT. ANDREW FOOD MACHINERY INDUSTRI ROTI 220.000 - PHILIPINA
DAN MANADO
SEJENISNYA TIDAK AKTIF
2. PT. BUNAKEN BAHARI JASA WISATA 225.000 - FIRLANDIA
INDONESIA TIRTA MANADO
PRODUKSI
3. PT. ODYSSEA UTAMA JASA REKREASI 100.000 - SINGAPURA
MINUT
KONSTRUKSI
4. PT. HINDOLI TIMBUNAN/JASA 23.000.000 - SINGAPURE
PERDAGANGAN. MINSEL
MACET
5. PT. CORAL JUNGLE JASA WISATA 303.000 - CANADA
TIRTA MINAHASA
MACET
6. PT. NORTH SULAWESI WATER JASA REKREASI 900.000 USA
SPORTS (WISATA TIRTA) - MINHASA
KONSTRUKSI
7. PT. AGROMARINE PENAGKAPAN/ 2.520.000 PHILIPINA
IKAN - BITUNG
PENGELOLAHAN TIDAK AKTIF
IKAN DAN ES
BALOK

8. PT. SINAR PURE FOOD INDUSTRI 11.550.000 PHILIPINA


INTERNASIONAL PENGELOLAHAN - BITUNG
DAN PRODUKSI
PENGAWETAN

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 256


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

IKAN.
9. PT. AQUA SPORT INDONESIA WISATA TIRTA 750.000 THAILAND
(COTTAGE) - BITUNG
KONSTRUKSI
10. PT. KUNAMING GOLD FORTUNE JASA 500.000 SINGAPURA
PERTAMBANGAN - BOLMONG
UMUM PINDAH
Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal Provinsi Sulawesi Utara , 2014

Jika dilihat dari asal negara investor di wilayah Sulawesi Utara, penanaman modal asing yang telah melakukan
kegiatan investasi dan terdaftar secara resmi pada pemerintah Provinsi Sulawesi Utara diuraikan dalam table berikut.
BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 257
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Tabel 2.119. Investasi Penanaman Modal Asing dari Republic Rakyat Tiongkok sd. 2014

NO. NAMA PERUSAHAAN INVESTASI (US$) SEKTOR/ BIDANG USAHA KETERANGAN


RENCANA REALISASI
1. PT. PERTAMBANGAN BUMI 1.995.349 - PERTAMBANGAN EMAS DAN KONSTRUKSI
INDONESIA PERAK SERTA NIKEL (PATUNGAN DENGAN
HONGKONG)
BOLMONG
2. PT. TENAGA LISTRIK KEMA 80.280.000 - PEMBANGKIT LISTRIK KONSTRUKSI
TENAGA UAP MINAHASA

3. PT. ENJEKE FERRONUSA 3.950.000 1.389.247 PERTAMBANGAN EMAS PRODUKSI


MINAHASA TENGGARA

4. PT. MIKGRO METAL 2.800.000 280.000 PERTAMBANGAN BIJIH BESI PRODUKSI


PERDANA MINAHASA UTARA

5. PT. NUSANTARA COCO 700.000 - INDUSTRI KIMIA DASAR KONSTRUKSI


PRIMA ORGANIK YANG MINAHASA
BERSUMBER DARI HASIL
PERTANIAN DAN
PENGOLAHAN SABUT
KELAPA
6. PT. TITAN PRIMECORE 1.335.000 - PENANGKAPAN IKAN KONSTRUKSI
INTERGROUP TERPADU DENGAN (PATUNGAN DENGAN
INTERNATIONAL INDUSTRI PENGOLAHAN PHILIPINA)
IKAN MANADO
7. PT. INDONESIA 1.250.000 - JASA PENUNJANG KONSTRUKSI
HUAHANBANG PETROLEUM PERTAMBANGAN MINYAK (PATUNGAN DENGAN
BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 258
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

EQUIPMENT DAN GAS BUMI SERTA TAIPEI)


PERDAGANGAN EKSPOR SANGIHE
DAN IMPOR
8. PT. INDO CHINA WORLD 1.000.000 - JASA PENUNJANG KONSTRUKSI/PERLUASAN
PERTAMBANGAN MINYAK (PATUNGAN DENGAN
DAN GAS BUMI TAIPEI)
BITUNG
9. PT. TONG CHANG MINING 8.650.000 - JASA PENUNJANG KONSTRUKSI
INDONESIA PERTAMBANGAN UMUM MINUT & BOLMONG
10 PT. FUTENG RESOURCES 1.500.000 - JASA PENUNJANG KONSTRUKSI
DEVELOPMENT PERTAMBANGAN UMUM BOLMONG
SERTA PERDAGANGAN
EKSPOR DAN IMPOR
JUMLAH
Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal Provinsi Sulawesi Utara , diolah 2014

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 259


Tabel 2.120. Investasi Penanaman Modal Asing dari Negara Korea Selatan sd. 2014

NO. NAMA PERUSAHAAN INVESTASI (US$) SEKTOR/ BIDANG USAHA KETERANGAN

RENCANA REALISASI
1. PT. CARBONTECH INDONESIA 400.000 400.000 INDUSTRI KIMIA DASAR ORGANIK PRODUKSI
YANG BERSUMBER DARI HASIL MINAHASA
PERTANIAN DAN MESIN UNTUK SELATAN
KEPERLUAN UMUM

2. PT. TENAGA LISTRIK AMURANG 145.419.000 - PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK PRODUKSI


MINSEL
3. PT. MANADO KORIN PARADISE 4.500.000 800.000 JASA AKOMODASI (HOTEL) DAN KONSTRUKSI
LAPANGAN GOLF MINUT

1. PT.LKY SEA FOOD INDONESIA 800.000 -


INDUSTRI PEMBEKUAN IKAN DAN KONSTRUKSI
BIOTA PERAIRAN LAINNYA BITUNG
2. PT. SEVEN STAR INDONESIA 3.750.000 - PEMBANGUNAN SERTA KONSTRUKSI
PENGUSAHAAN PERUMAHAN DAN MANADO
GEDUNG PERKANTORAN
3. PT. SEVEN MINING 1.700.000 - JASA PENUNJANG KONSTRUKSI
PERTAMBANGAN UMUM MANADO
Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal Provinsi Sulawesi Utara , diolah 2014

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 260


Tabel 2.121. Investasi Penanaman Modal Asing dari Negara Australia sd. 2014

NO. NAMA PERUSAHAAN INVESTASI (US$) SEKTOR/ BIDANG USAHA KETERANGAN

RENCANA REALISASI
1. PT. ARAFURA MANDIRI SEMANGAT 610.000 200.000 PERTAMBANGAN EMAS KONSTRUKSI
BOLMONG

2. PT. OCEAN ROVER CRUISES 500.000 100.000 PENYEDIAAN SARANA WISATA KONSTRUKSI
TIRTA MANADO
3. PT. MG KAILIS INDONESIA 500.000 20000 INDUSTRI PEMBEKUAN KONSTRUKSI
IKAN/HASIL LAUT MANADO
4. PT. AVOCET BOLMONG 40.846.133 40.846.133 PERTAMBANGAN UMUM PRODUKSI
BOLMONG
JUMLAH 42.456.133 40.846.133

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal Provinsi Sulawesi Utara , diolah 2014

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 261


Tabel 2.122. Investasi Penanaman Modal Asing dari Negara Inggris sd. 2014

NO. NAMA PERUSAHAAN INVESTASI (US$) SEKTOR/ BIDANG USAHA KETERANGAN

RENCANA REALISASI
1. PT. MULTI NABATI SULAWESI 11.250.000 11.250.000 PEMBANGKITAN TENAGA LISTRIK PRODUKSI
(PATUNGAN
DENGAN ARAB
SAUDI)
BITUNG
2. PT. BAKRIE CONO 850.000 850.000 JASA AKOMODASI (COTTAGE) & PRODUKSI
JASA PERSEWAAN & SEWA GUNA BITUNG
USAHA TANPA HAK OPSI ALAT
REKREASI & OLAHRAGA
3. PT. MULTI NABATI SULAWESI 33.442.675 - INDUSTRI MINYAK MAKAN DAN KONSTRUKSI
LEMAK NABATI & HEWANI LAINNYA BITUNG

4. PT. J. RESOURCES MINING 600.000 600.000 JASA PERTAMBANGAN PRODUKSI


SERVICES MANADO

5. PT. MG KAILIS INDONESIA 500.000 - INDUSTRI PEMBEKUAN KONSTRUKSI


IKAN/HASIL LAUT MANADO

6. PT. AVOCET BOLMONG 40.846.133 40.846.133 PERTAMBANGAN UMUM PRODUKSI


BOLMONG

7. PT. ALAMNUSA POWER 28.200.000 - PEMBANGKITAN LISTRIK TENAGA KONSTRUKSI


AIR DAN MINIHYDRO MINAHASA

8. PT. LATIVI MEDIA KARYA 510.718 - PENYIARAN TV SWASTA PRODUKSI


MANADO

1 2 3 4 5 6
9. PT. PUNCAK MUSTIKA BERSAMA 15.000.000 13.500.000 HOTEL PRODUKSI
MANADO

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 262


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

10. PT. DIPA PRATAMA PRIMA 380.000 153.000 JASA AKOMODASI KONSTRUKSI
( HOTEL ) MINAHASA

11. PT. LONDON SUMATERA 1.937.045 1.937.045 PERKEBUNAN KELAPA SAWIT BIJI PRODUKSI
CACAO DAN INDUSTRI MINAHASA

12. PT. ADVOCET MINING SERVICES 250.000 250.000 JASA PERTAMBANGAN UMUM KONSTRUKSI
BOLMONG

JUMLAH 145.819.000 400.000

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal Provinsi Sulawesi Utara , diolah 2014

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 263


Tabel 2.123. Investasi Penanaman Modal Asing dari Negara Philipines sd. 2014

NO. NAMA PERUSAHAAN INVESTASI (US$) SEKTOR/ BIDANG USAHA KETERANGAN

RENCANA REALISASI
1. PT. STARCKY INDONESIA 1.130.000 1.130.000 PENANGKAPAN IKAN BERSIRIP DI PRODUKSI
LAUT DAN INDUSTRI PEMBEKUAN BITUNG
IKAN

2. PT. INTERNATIONAL ALLIANCE 5.000.000 5.000.000 INDUSTRI PENGOLAHAN DAN PRODUKSI


FOOD INDONESIA PENGAWETAN IKAN DAN BIOTA AIR BITUNG
(BUKAN UDANG) DALAM KALENG
SERTA BIOTA AIR LAINNYA

3. PT. SAMUDERA MEGAH INDONESIA 1.335.000 - PENANGKAPAN IKAN DAN KONSTRUKSI


INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN BITUNG

4. PT. NUSANTARA SKIP JACK 1.000.000 - INDUSTRI PEMBEKUAN DAN BIOTA KONSTRUKSI
INTERNATIONAL INDONESIA PERAIRAN LAINNYA BITUNG

5. PT. R.D PACIFIC INTERNATIONAL 12.700.000 - PENANGKAPAN IKAN TERPADU KONSTRUKSI


DENGAN INDUSTRI PENGOLAHAN BITUNG
DAN PENGAWETAN IKAN SERTA
BIOTA PERAIRAN LAINNYA

6. PT. SINAR PURE FOODS 3.170.867 - INDUSTRI PENGALENGAN IKAN, PRODUKSI


INTERNATIONAL PEMBEKUAN IKAN DAN BITUNG
PENGOLAHAN IKAN LAINNYA

7. PT. TITAN PRIMECORE 1.335.000 - PENANGKAPAN IKAN TERPADU KONSTRUKSI


INTERGROUP INTERNATIONAL DENGAN INDUSTRI PENGOLAHAN PATUNGAN
IKAN DENGAN CHINA
BITUNG
BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 264
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

8. PT. MITRA JAYA SAMUDERA 1.330.000 - INDUSTRI PENGASAPAN DAN KONSTRUKSI


PEMBEKUAN IKAN SERTA BITUNG
INDUSTRI KAPAL

9. PT. CARGILL INDONESIA 16.000.000 19.038.274 INDUSTRI MINYAK KASAR DARI PRODUKSI
NABATI MINAHASA
SELATAN
JUMLAH 43.000.867 25.168.274
Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal Provinsi Sulawesi Utara , diolah 2014

Tabel 2.124. Investasi Penanaman Modal Asing dari Negara Malaysia sd. 2014

NO. NAMA PERUSAHAAN INVESTASI (US$) SEKTOR/ BIDANG USAHA KETERANGAN

RENCANA REALISASI
1. PT. SINAR JAYA BASAAN 400.000 400.000 INDUSTRI PEMBEKUAN IKAN DAN PRODUKSI
BIOTA AIR LAINNYA BITUNG

2. PT. TENAGA LISTRIK AMURANG 145.419.000 - PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK PRODUKSI


MINSEL
JUMLAH 145.819.000 400.000
Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal Provinsi Sulawesi Utara , diolah 2014

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 265


Tabel 2.125. Investasi Penanaman Modal Asing dari Negara Singapore sd. 2014

NO. NAMA PERUSAHAAN INVESTASI (US$) SEKTOR/ BIDANG USAHA KETERANGAN

RENCANA REALISASI
1. PT. BOL INDAH UTAMA 18.122.871 - PERKEBUNAN KELAPA SAWIT, KONSTRUKSI
INDUSTRI MINYAK MAKAN KELAPA BOLMONG
SAWIT SERTA HASIL PENGOLAHAN SELATAN
KELAPA SAWIT LAINNYA

2. PT. SINO GLOBAL PERKASA 15.554.191 - PERKEBUNAN KELAPA SAWIT, KONSTRUKSI


INDUSTRI MINYAK MAKAN KELAPA BOLMONG
SAWIT SERTA HASIL PENGOLAHAN
KELAPA SAWIT LAINNYA

3. PT. GLOBAL INTERNATIONAL 11.106.482 - PERKEBUNAN KELAPA SAWIT, KONSTRUKSI


INDAH INDUSTRI MINYAK MAKAN KELAPA BOLMONG
SAWIT SERTA HASIL PENGOLAHAN
KELAPA SAWIT LAINNYA.

4. PT. ANUGERAH SULAWESI INDAH 21.074.654 - PERKEBUNAN KELAPA SAWIT, KONSTRUKSI


INDUSTRI MINYAK MAKAN KELAPA BOLMONG
SAWIT SERTA HASIL PENGOLAHAN
KELAPA SAWIT LAINNYA
5. PT. BIJI SESAWI PERKASA 42.000.000 - PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DAN KONSTRUKSI
INDUSTRI MINYAK KASAR (MINYAK BOLMONG
MAKAN) DARI NABATI

6. PT. KAHAYAN BENTANG SAWIT 58.800.000 - PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DAN KONSTRUKSI
INDUSTRI MINYAK KASAR (MINYAK BOLMONG
MAKAN) DARI NABATI SELATAN

7. PT. ANUGERAH TIMPAH INDAH 46.200.000 - PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DAN KONSTRUKSI
INDUSTRI MINYAK KASAR (MINYAK BOLMONG
BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 266
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

MAKAN) DARI NABATI SELATAN

8. PT. TAMBANG TONDANO 120.100.000 97.988.176 PERTAMBANGAN EMAS PRODUKSI


PNUSAJAYA MINAHASA

9. PT. MEARES SOPUTAN MINING 182.000.000 203.548.991 PERTAMBANGAN EMAS PRODUKSI


(REALISASI
MELEBIHI
RENCANA)
MINAHASA

10. PT. AQUASPORTS INDONESIA 750.000 750.000 JASA AKOMODASI (COTTAGE) DAN PRODUKSI
WISATA TIRTA BITUNG

11. PT. MULTI NABATI SULAWESI 33.442.675 - INDUSTRI MINYAK MAKAN DAN KONSTRUKSI
LEMAK NABATI DAN HEWANI BITUNG
LAINNYA

12. PT. KALASEY 2.000.000 180.300 RESTORAN, JASA AKOMODASI PRODUKSI


(HOTEL) DAN WISATA AGRO MINAHASA
UTARA

13. PT. BOLMONG TIMUR PRIMANUSA 1.000.000 - PERTAMBANGAN LOGAM EMAS DAN KONSTRUKSI
RESOURCES MINERAL PENGIKUTNYA BOLTIM

14. PT. INOBONTO INDAH PERKASA 33.330.495 495.203 PERKEBUNAN KELAPA SAWIT, PRODUKSI
INDUSTRI MINYAK MAKAN KELAPA BOLMONG
SAWIT SERTA HASIL PENGOLAHAN
KELAPA SAWIT LAINNYA

15. PT. DION PUTERA BINTANG 18.600.000 - PEMBANGUNAN SERTA KONSTRUKSI


PENGELOLAAN APARTEMEN DAN MANADO
GEDUNG PERKANTORAN

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 267


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

16. PT. LEIGHTON CONTRACTORS 19.150.000 19.150.000 JASA PERTAMBANGAN PRODUKSI


INDONESIA MINUT
17. PT. SALIM IVOMAS PRATAMA 39.761.000 - INDUSTRI MINYAK KASAR DAN PRODUKSI
LEMAK DARI NABATI, INDUSTRI BITUNG
KIMIA DASAR ORGANIK YANG
BERSUMBER DARI HASIL
PERTANIAN SERTA PERDAGANGAN
BESAR (DISTRIBUTOR UTAMA),
EKSPOR DAN IMPOR
18. PT. SIG ASIA 500.000 - INDUSTRI PEMBEKUAN IKAN KONSTRUKSI
BITUNG

19. PT. PETRO ANDALAN NUSANTARA 10.252.600 205.052 PERDAGANGAN BESAR DAN KONSTRUKSI
PERGUDANGAN BITUNG

20. PT. ODYSSEA UTAMA 100.000 - INDUSTRI ROTI DAN SEJENISNYA KONSTRUKSI
MINUT

JUMLAH 673.844.968 322.317.722

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal Provinsi Sulawesi Utara , diolah 2014

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 268


Tabel 2.126. Investasi Penanaman Modal Asing dari Negara Itali sd. 2014

NO. NAMA PERUSAHAAN INVESTASI (US$) SEKTOR/ BIDANG USAHA KETERANGAN

RENCANA REALISASI
1. PT.SILADEN ISLAND RESORT AND 2.000.000 - JASA AKOMODASI ( HOTEL ) KONSTRUKSI
SPA MANADO

2. PT. TENAGA LISTRIK AMURANG 145.419.000 - PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK PRODUKSI


MINSEL
JUMLAH 147.419.000 -

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal Provinsi Sulawesi Utara , diolah 2014

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 269


Tabel 2.127. Investasi Penanaman Modal Asing dari Negara Uni Emirat Arab sd. 2014

NO. NAMA PERUSAHAAN INVESTASI (US$) SEKTOR/ BIDANG USAHA KETERANGAN

RENCANA REALISASI
1. PT. SMARTFREN TELECOM TBK. 4.909.000 - PENYELENGGARAAN JARINGAN KONSTRUKSI
LOKAL TANPA KABEL DENGAN MANADO
MOBILITAS TERBATAS & JASA
TELEPONI DASAR
2. PT. BAKRI CONO 850.000 850.000 JASA AKOMODASI (COTTAGE) & PRODUKSI
JASA PERSEWAAN & SEWA GUNA BITUNG
USAHA TANPA HAK OPSI ALAT
REKREASI & OLAHRAGA
3. PT. SAUDI FARM 3.000.000 - BUDIDAYA PALAWIJA & KONSTRUKSI
PERDAGANGAN BOLMONG
JUMLAH 8.759.000 850.000

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal Provinsi Sulawesi Utara , diolah 2014

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 270


Tabel 2.128. Investasi Penanaman Modal Asing dari Negara Amerika Serikat sd. 2014

NO. NAMA PERUSAHAAN INVESTASI (US$) SEKTOR/ BIDANG USAHA KETERANGAN

RENCANA REALISASI
1. PT. MITRA ALIGA LISKON 2.250.000 - PERKEBUNAN PISANG ABACA, PRODUKSI
SHORGUM MANIS SERTA MITRA
PERDAGANGAN IMPOR

2. PT. MOBILE—8 TELECOM TBK 5.800.000 - PENYELENGGARAAN JARINGAN KONSTRUKSI


TETAP LOKAL TANPA KABEL MANADO
DENGAN MOBILITAS TERBATAS &
JASA TELEPONI DASAR.

3. PT. SELI 650.000 - INDUSTRI PENGELOLAAN IKAN KONSTRUKSI


MANADO
4. PT. NORTH SULAWESI WATER 900.000 240.000 JASA REKREASI (WISATA TIRTA) KONSTRUKSI
SPORT MINAHASA
5 PT. BARAMULIA WAHANA BAHARI 400.000 400.000 JASA AKOMODASI PRODUKSI
MINUT

JUMLAH 10.000.000 640.000

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal Provinsi Sulawesi Utara , diolah 2014

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 271


Tabel 2.129. Investasi Penanaman Modal Asing dari Negara Belanda sd. 2014

NO. NAMA PERUSAHAAN INVESTASI (US$) SEKTOR/ BIDANG USAHA KETERANGAN

RENCANA REALISASI
1. PT.BUNAKEN ISLAND RESORT 300.000 - JASA AKOMODASI (COTTAGE) PRODUKSI
MANADO

2. PT. RASA RAJA 1.500.000 - JASA AKOMODASI (COTTAGE) KONSTRUKSI


MINAHASA
3. PT. CELEBES SEA 500.000 - INDUSTRI PEMBEKUAN KONSTRUKSI
IKAN/BIOTA PERAIRAN LAINNYA MINUT
SERTA BUAH-BUAHAN & SAYURAN

4. PT. ANALISA ASAP DAPUR WAKTU 250.000 80.000 JASA KONSULTAN MANAJEMEN KONSTRUKSI
RINTEK BISNIS MINUT

5. PT. SULAWESI BAHARI 500.000 - JASA AKOMODASI DAN JASA KONSTRUKSI


REKREASI MANADO

6. PT. AIR MANADO 8.825.060 8.825.060 PEMBANGUNAN INSTALASI & AIR PRODUKSI
BERSIH MANADO

7. PT. TAMAN BAMBU 250.000 - JASA AKOMODASI (COTTAGE) KONSTRUKSI


MANADO
8. PT. AIR MINAHASA SELATAN 650.000 650.000 PEMBANGUNAN DAN PRODUKSI
PENGUSAHAAN AIR BERSIH MINSEL

9. PT. CARREFOUR 25.100.000 25.100.000 PEMBANGUNAN DAN PUSAT PRODUKSO


PERTOKOAN & SHOPPING CENTRE MANADO
& RESTORAN

10. PT. NUSA TONGKAINA WISATA 175.000 175.000 JASA REKREASI (WISATA TIRTA) PRODUKSI
TIRTA MANADO

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 272


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

11. PT. EMPAT IKAN 400.000 400.000 JASA AKOMODASI PRODUKSI


MANADO

JUMLAH 38.450.060 35.230.060

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal Provinsi Sulawesi Utara , diolah 2014

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 273


Tabel 2.130. Investasi Penanaman Modal Asing dari Negara Perancis sd. 2014

NO. NAMA PERUSAHAAN INVESTASI (US$) SEKTOR/ BIDANG USAHA KETERANGAN

RENCANA REALISASI
1. PT. TANAHWANGKO PARADISE 880.000 - JASA AKOMODASI (COTTAGE KONSTRUKSI
RESORT *) MINAHASA
JUMLAH 800.000 -
*) Perubahan dari SP Tahun 2007

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal Provinsi Sulawesi Utara , diolah 2014

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 274


Tabel 2.131. Investasi Penanaman Modal Asing dari Negara Taipei sd. 2014

NO. NAMA PERUSAHAAN INVESTASI (US$) SEKTOR/ BIDANG USAHA KETERANGAN

RENCANA REALISASI
1. PT. ZUG INDUSTRI INDONESIA 1.900.000 - JASA PELAKSANA KONSTRUKSI, KONSTRUKSI
PEMBANGKITAN TENAGA LISTRIK, BITUNG
INDUSTRI BARANG TANGKI,
TENDON AIR DAN WADAH DARI
LOGAM SERTA PERDAGANGAN
BESAR

2. PT. INDONESIA HUAHANBANG 1.250.000 - JASA PENUNJANG KONSTRUKSI


PETROLEUM EQUIPMENT PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS (PATUNGAN
BUMI SERTA PERDAGANGAN DENGAN CHINA)
EKSPOR DAN IMPOR SANGIHE
3. PT. INDO CHINA WORLD 1.000.000 - JASA PENUNJANG KONSTRUKSI
PERTAMBANGANMINYAK DAN GAS (PATUNGAN
BUMI DENGAN CHINA)
SANGIHE
JUMLAH 4.150.000 -
Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal Provinsi Sulawesi Utara , diolah 2014

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 275


2.3.2.2. Jumlah Nilai Investasi Berskala Nasional (PMDN/PMA)

Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebagai sumber


domestik merupakan kunci utama pertumbuhan ekonomi nasional.
Disatu pihak, ia mencerminkan permintaan efektif, dilain pihak ia
menciptakan efisiensi produktif bagi produksi di masa depan. Proses
penanaman modal ini menghasilkan output nasional dalam berbagai
cara. Investasi dibidang barang modal tidak hanya meningkatkan
produksi tetapi juga meningkatkan tenaga kerja. Pembentukan atau
penanaman modal ini akan membawa menuju kearah kemajuan
teknologi. Kemajuan teknologi pada gilirannya membawa kearah
spesialisasi dan penghematan produksi skala luas. Jadi, PMDN
menghasilakn kenaikan besarnya output nasional, pendapatan dan
pekerjaan, dengan demikian memecahkan masalah inflasi dan neraca
pembayaran. Serta membuat perekonomian bebas dari beban utang
luar negeri. Sumber yang dapat diarahkan untuk pembentukan modal
ialah kenaikan pendapatan nasional, pengurangan konsumsi,
penggalakan tabungan, pendirian lembaga keuangan, menggerakkan
simpanan emas, meningkatkan keuntungan, langkah-langkah fiskal
dan moneter dan sebagainya. Sumber domestik yang paling efektif
yaitu tabungan. Tabungan pemerintah dan masyaarakat sangat
penting dalam pembentukan modal.
Pengertian PMDN yang terkandung dalam Undang-Undang No.
25 Tahun 1997 tentang Penanaman Modal adalah kegiatan menanam
modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia
yang dilakukan oleh penanaman modal dalam negeri adalah
perseorangan warga negara indonesia, badan usaha indonesia, negara
Republik Indonesia, atau daerah yang melakukan penanaman modal
di wilayah negara Republik Indonesia. Sedangkan modal dalam negeri
adalah modal yang dimiliki oleh negara Republik Indonesia,
perseorangan warga negara Indonesia, atau badan usaha yang
berbentuk badan hukum atau tidak berbadan hukum. Penanaman
modal dalam negeri dapat dilakukan dalam bentuk badan usaha yang
berbentuk badan hukum, tidak berbadan hukum atau usaha
perseorangan, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Kegiatan penanaman modal telah menjadi bagian dari
penyelenggaraan perekonomian nasional dan ditempatkan sebagai
upaya untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian nasional dan
perekonomian daerah. Kegiatan penanaman modal di daerah selama
ini sangat berperan penting antara lain dalam meningkatkan
pendapatan masyarakat, menyerap tenaga kerja lokal,
memberdayakan sumberdaya lokal, meningkatkan pelayanan publik,
meningkatkan Produk Domestik Regional Bruto, serta
mengembangkan usaha mikro, kecil, dan koperasi. Upaya daerah
untuk meningkatkan penanaman modal melalui pemberian insentif

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 276


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

dan/atau kemudahan bagi penanam modal tergolong masih rendah


bahkan cenderung kontra produktif. Hal tersebut antara lain ditandai
dengan banyaknya peraturan daerah tentang pajak dan retribusi
daerah serta pungutan-pungutan lainnya yang justru makin
membebani kalangan pelaku usaha termasuk penanam modal yang
mengakibatkan daya saing daerah dan nasional di bidang investasi
makin menurun
Pemerintah menetapkan bidang usaha yang tertutup untuk
penanaman modal, baik asing maupun dalam negeri, dengan
berdasarkan kriteria kesehatan, moral, kebudayaan, lingkungan
hidup, pertahanan dan keamanan nasional, serta kepentingan
nasional lainnya. Pemerintah menetapkan bidang usaha yang terbuka
dengan persyaratan berdasarkan kriteria kepentingan nasional, yaitu
perlindungan sumber daya alam, perlindungan, pengembangan usaha
mikro, kecil, menengah, dan koperasi, pengawasan produksi dan
distribusi, peningkatan kapasitas teknologi, partisipasi modal dalam
negeri, serta kerjasama dengan badan usaha yang ditunjuk
pemerintah.
Tabel dibawah ini menggambarkan sejumlah penanaman modal
dalam negeri di provinsi Sulawesi Utara selang tahun 2014.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 277


Tabel 2.132. Investasi Penanaman Modal Dalam Negeri di Sulawesi Utara tahun 2014

DATA PERUSAHAN IP PMDN PROPINSI SULAWESI UTARA (JAN - MEI 2014 )


NO. NAMA NO.IP ALAMAT NO. BIDANG USAHA LOKASI PROYEK INVESTASI (RP. TKI
PERUSAHAAN PERUSAHAAN TELEPO JUTA)
N
1 PERUSAHAAN 1/7102/IP/PMD KELURAHAN 0812878 PERDAGANGAN KELURAHAN 1.770,00 18
PERORANGAN LD N/2014 TATAARAN DUA 37885 ECERAN BERBAGAI TATAARAN DUA
MART KECAMATAN MACAM BARANG KECAMATAN
TONDANO SELATAN UTAMANYA TONDANO
MAKANAN, MINUMAN SELATAN,
ATAU TEMBAKAU DI KABUPATEN
SUPERMARKET/MINI MINAHASA
MARKET SULAWESI UTARA
2 PT. TRI ANGKASA 1/7172/IP/PMD LINGKUNGAN I 0821999 JASA AGEN LINGKUNGAN I 1.000,00 2
JAYA N/2014 RT.04 93764 PERJALANAN RT.04 KELURAHAN
PACEDA,
KECAMATAN
MADIDIR, KOTA
BITUNG, SULAWESI
UTARA
3 PT. BERKAT 10/7172/IP/PM LINGKUNGAN I RT. (0438) PERDAGANGAN LINGKUNGAN I RT. 1.500,00 4
ABADI KORINDO DN/2014 005 RW.002 UMUM 005 RW.002
KELURAHAN KELURAHAN
MADIDIRWERU, MADIDIRWERU,
KECAMATAN KECAMATAN
MADIDIR, KOTA MADIDIR, KOTA
BITUNG BITUNG SULAWESI
UTARA
4 CV BANGUNAN 11/7172/IP/PM LINGKUNGAN II (0438) JASA KONTRAKTOR LINGKUNGAN II 556,4 15
PERSADA DN/2014 RT.011/RW.002 DAN PERENCANAAN RT.011/RW.002
KELURAHAN KELURAHAN
WANGURER TIMUR, WANGURER TIMUR,
KECAMATAN KECAMATAN
MADIDIR KOTA MADIDIR KOTA
BITUNG BITUNG SULAWESI
BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 278
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

UTARA

5 PT. MAGADAYA 119/1/IP/PMD JL. DAMAR BLOK (021) PEMBANGKIT PLTU AMURANG, 764.500 50
TANGGUH N/2014 F1 NO.3 KAWASAN 8911785 TENAGA LISTRIK KABUPATEN
INDUSTRI-DELTA 7 MINAHASA
SILICON 2, LIPPO SELATAN,
CIKARANG, KEL. SULAWESI UTARA
CIBATU-KEC.
CIKARANG
SELATAN
6 CV ANUGERAH 12/71/7172/IP LINGKUNGAN II RT. (0433) PERDAGANGAN LINGKUNGAN II RT. 558.0 4
BARU /PMDN/2014 011/RW.002, UMUM 011/RW.002,
KELURAHAN KELURAHAN
WANGURER TIMUR, WANGURER TIMUR,
KECAMATAN KECAMATAN
MADIDIR KOTA MADIDIR KOTA
BITUNG BITUNG SULAWESI
UTARA
7 CV. POKOK 13/7172/IP/PM LINGKUNGAN III, (0438) PERDAGANGAN LINGKUNGAN III, 1.000,00 5
ANGGUR DN/2014 KELURAHAN UMUM KELURAHAN
SAGERAT, SAGERAT,
KECAMATAN KECAMATAN
MATUARI KOTA MATUARI KOTA
BITUNG BITUNG SULAWESI
UTARA
8 CV. PUTRA 14/7172/IP/PM LNGKUNGAN V (0438) PERDAGANGAN LNGKUNGAN V 500.0 2
FABIAN DN/2014 RT.23/RT.005, UMUM RT.23/RT.005,
KELURAHAN KELURAHAN
WANGURER BARAT WANGURER BARAT
KECAMATAN KECAMATAN
MADIDIR KOTA MADIDIR KOTA
BITUNG BITUNG, SULAWESI
UTARA
9 PT. PELAYARAN 15/7172/IP/PM JALAN TIMOR RAYA (021) ANGKUTAN LAUT RT.01 LINGKUNGAN 500.0 4
EKANURI INDRA DN/2014 NO.1 TANJUNG 4390490 INTERNATIONAL 1, KELURAHAN
PRATAMA PRIOK 3 UMUM TRANPER MADIDIR WERU,
UNTUK BARANG KECAMATAN

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 279


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

MADIDIR, KOTA
BITUNG, SULAWESI
UTARA
10 PT. LINGSADA 16/7172/IP/PM JALAN R. B (0438) HOTEL BINTANG 2 JALAN R. B 3.764,00 18
KARYA PRATAMA DN/2014 TICALLU 33262 TICALLU
LINGKUNGAN II LINGKUNGAN II
KELURAHAN KELURAHAN
BITUNG TIMUR BITUNG TIMUR
KECAMATAN KECAMATAN
MAESA MAESA, SULAWESI
UTARA
11 PT. MADURA 17/7172/IP/PM JALAN WALANDA (0438) PERDAGANGAN JALAN WALANDA 3.450.5 14
NUSANTARA DN/2014 MARAMIS NO.17 21179 BESAR BARANG MARAMIS NO.17
MAKMUR LINGKUNGAN III, BEKAS DAN SISA- LINGKUNGAN III,
MANDIRI KELURAHAN SISA TAK TERPAKAI KELURAHAN
MADIDIR WERU, (SCRAP) MADIDIR WERU,
KECAMATAN KECAMATAN
MADIDIR MADIDIR KOTA
BITUNG SULAWESI
UTARA
12 CV. ANUGERAH 18/7172/IP/PM RT.008/RW.002 0813431 PERDAGANGAN RT.008/RW.002 620.6 60
BITUNG BERKAH DN/2014 KELURAHAN 90288 BARANG DAN KELURAHAN
ABADI KAKENTURAN I, KONTRAKTOR KAKENTURAN I,
KECAMATAN GEDUNG KECAMATAN
MAESA MAESA, KOTA
BITUNG SULAWESI
UTARA
13 PT. PUTRA TASIK 19/7172/IP/.P JAGA 6 0812448 KONSTRUKSI JAGA 6 1.000.0 4
BANGKA MDN/2014 RT.01/RW.06 37091 GEDUNG TEMPAT RT.01/RW.06
KELURAHAN TINGGAL KELURAHAN
MANEMBO-NEMBO MANEMBO-NEMBO
ATAS KECAMATAN ATAS KECAMATAN
MATUARI MATUARI, KOTA
BITUNG SULAWESI
UTARA
14 UD. TWINS 2/7172/IP/PMD KELURAHAN 0853416 PERDAGANGAN KELURAHAN 1.000.0 4
COLLECTION N/2014 WINENET II 19596 ECERAN KHUSUS WINENET II, KOTA
PAKAIAN, ALAS KAKI BITUNG SULAWESI

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 280


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

DAN BARANG DARI UTARA


KULIT DI TOKO
15 CV. HIKMAL 20/7172/IP/PM LINGKUNGAN 0812454 PERDAGANGAN LINGKUNGAN 1.000.0 4
SAMUDERA JAYA DN/2014 RT.005, 53994 ECARAN PAKAIAN, RT.005,
KELURAHAN ALAS KAKI DAN KELURAHAN
WANGURER UTARA, PELENGKAP PAKAIAN WANGURER UTARA,
KECAMATAN BEKAS KECAMATAN
MADIDIR MADIDIR KOTA
BITUNG SULAWESI
UTARA
16 CV. SUMBER 21/7172/IP/PM PERUM BUMI DIAN 0813616 KONSTRUKSI PERUM BUMI DIAN 500.0 3
BERKAT DN/2014 INDAH BLOK E 01610 GEDUNG TEMPAT INDAH BLOK E
NO.17 KELURAHAN TINGGAL NO.17 KELURAHAN
GIRIAN WERU II GIRIAN WERU II
KECAMATAN KECAMATAN
GIRIAN GIRIAN KOTA
BITUNG SULAWESI
UTARA
17 CV. SUMBER 22/7172/IP/PM LINGKUNGAN II (0438) KONSTRUKSI LINGKUNGAN II 960 5
BERKAT DN/2014 KELURAHAN 33530 GEDUNG TEMPAT KELURAHAN
MADIDIR URE. TINGGAL MADIDIR URE.
KECAMATAN KECAMATAN
MADIDIR MADIDIR KOTA
BITUNG SULAWESI
UTARA
18 PT COMETA CAN 23/7172/IP/PM JL. TELESONIC 021- INDUSTRI EMBER, JALAN VETERAN 54 13.154,00 35
DN/2014 NO.5 KM 8 KEL. 5908080 KALENG, DRUM DAN RT 002
PASIR JAYA KEC. WADAH SEJENIS LINGKUNGAN 003,
JATIUWUNG LOGAM KLEURAHAN
TANGERANG GIRIAN BAWAH,
KECAMATAN
GIRIAN, KOTA
BITUNG SULAWESI
UTARA
19 UD. CAHAYA 24/7172/IP/PM RT.009 0812485 PERDAGANGAN RT.009 1.000.0 6
SAMUDRA DN/2014 LINGKUNGAN III 20373 ECERAN PADI DAN LINGKUNGAN III
KELURAHAN PALAWIJA KELURAHAN
PACEDA, PACEDA,

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 281


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

KECAMATAN KECAMATAN
MADIDIR MADIDIR KOTA
BITUNG SULAWESI
UTARA
20 PT. MITRA 25/7172/IP/PM JALAN ALUN-ALUN (031) JASA PENGURUSAN JALAN ARNILD 650.0 5
INTERTRANS DN/2014 PRIOK NO.27 3285352 TRANSPORTASI MONONUTU NO.7
FORWARDING KELURAHAN
KODOODAN
KECAMATAN
MADIDIR KOTA
BITUNG SULAWESI
UTARA
21 PT. COMBULOC 26/7172/IP/PM LINGKUNGAN V, (0438) INDUSTRI BAHAN LINGKUNGAN V, 500.0 33
INDONESIA DN/2014 KELURAHAN BANGUNAN DARI KELURAHAN
SURYA MANEMBO-NEMBO, TANAH MANEMBO-NEMBO,
KECAMATAN LIAT/KERAMIK KECAMATAN
MATUARI BUKAN BATU BATA MATUARI KOTA
DAN GENTENG BITUNG SULAWESI
UTARA
22 PT SULUT NAGA 27/7172/IP/IPD LIMGKUNGAN 4 RT 0813401 PERDAGANGN LIMGKUNGAN 4 RT 2.000.0 6
MAS JAYA MDN/2014 015 RW 004 70365 ECERAN ALAT 015 RW 004
KELURAHAN TRANSPOTASI AIR KELURAHAN
PACEDA DAN PACEDA
KECANATAN PERLENGKAPANNYA KECANATAN
MADIDIR MADIDIR KOTA
BITUNG SULAWESI
UTARA
23 CV. BINTANG 28/7172/IP/PM JALAN H. 0438 PERDAGANGAN JALAN H. 1.000.0 5
TIMUR DN/2014 WALUKOW RT 003 37566 ECERAN ALAT TULIS- WALUKOW RT 003
RW 001 MENULIS DAN RW 001
KELURAHAN GAMBAR DAN JASA KELURAHAN
TANDEKI UNTUKL SUATU TANDEKI
KECAMATAN EVENT TERTENTU KECAMATAN
MATUARI MATUARI KOTA
BITYUNG
SULAWESI UTARA

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 282


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

24 CV. NEGERO 29/7172/IP/PM JALAN WOLTER 0811435 KONSTRUKSI JALAN WOLTER 500.0 4
DN/2014 MONGINSIDI NO. 1 016 GEDUNG MONGINSIDI NO. 1
KELURAHAN PERKANTORAN KELURAHAN
GIRIAN ATAS GIRIAN ATAS
KECAMATAN KECAMATAN
BITUNG BITUNG KOTA
BITUNG SULAWESI
UTARA
25 PT. PELAYARAN 3/7172/IP/PMD JALAN H.V 0438 ANGKUTAN LAUT JALAN H.V 5.000.0 6
ALHAM BAHARI N/2014 WORANG 61 32047 DOMESTIK WORANG 61
LINGKUNGAN IV RT PELAYARAN RAKYAT LINGKUNGAN IV RT
015, KELURAHAN 015, KELURAHAN
KADOODAN KADOODAN
KECAMTAN KECAMTAN
MADIDIR MADIDIR KOTA
BITUNG
26 CV. GABRIELA 30/7172/IP/PM LINGKUNGAN I 0852565 KONSTRUKSI LINGKUNGAN I 500.0 2
DN/2014 KELURAHAN 58255 GEDUNG KELURAHAN
BITUNG TIMUR, PERKANTORAN BITUNG TIMUR,
KECAMATAN KECAMATAN
MAESA MAESA KOTA
BITUNG
27 PT PASIFIK SAKTI 4/7172/IP/PMD JALAN RAYA 0438 PERDAGANGAN JALAN RAYA 1.000.0 20
BERSAMA N/2014 MADIDIR, 213381 BARANG DAN JASA MADIDIR,
KELURAHAN KELURAHAN
PACEDA PACEDA
KECAMATAN KECAMATAN
MADIDIR MADIDIR, KOTA
BITUNG
28 PT. ANUGERAH 5/7172/IP/PMD JALAN BABE PALAR 0438 ANGKUTAN LAUT JALAN BABE PALAR 7.105.0 30
LAUT BIRU N/2014 NO. 157 30277 DOMESTIK UNTUK NO. 157
CABANG BITUNG KELURAHAN BARANG KELURAHAN
PACEDA, PACEDA,
KECAMATAN KECAMATAN
MADIDIR. MADIDIR. KOTA
BITUNG
29 PT. ANUGERAH 6/7172/IP/PMD RUKO PATETEN NO. 0438 PERDAGANGAN RUKO PATETEN NO. 500.0 3
BAHAR JAYA N/2014 B/25 KELURAHAN BESAR HASIL B/25 KELURAHAN

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 283


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

PATETEN II, PERIKANAN PATETEN II,


KECAMATAN KECAMATAN
AERTEMBAGA AERTEMBAGA
KOTA BITUNG
30 PT. TAP TAKE 650/PU/93/200 JL. KEL LIHULU PERHOTELAN DAN JL. KEL LIHULU 0.0 0
6 KEC. LIKUPANG PENUNJANG KEC. LIKUPANG
TIMUR KAB/KOTA AKOMODASI TIMUR KAB/KOTA
MINAHASA UTARA MINAHASA UTARA
PROV. SULAWESI PROV. SULAWESI
UTARA UTARA
31 CV. PELANGI 7/7172/IP/PMD LINGKUNGAN I 0438 KONSTRUKSI LINGKUNGAN I 1.000.0 3
KASIH N/2014 KELURAHAN 32493 GEDUNG BARANG KELURAHAN
TANDURUSA DAN JASA TANDURUSA
KECAMATAN KECAMATAN
AERTEMBAGA, AERTEMBAGA,
KOTA BITUNG KOTA BITUNG
SULAWESI UTARA
32 PT. PRIMA INTI 8/7172/IP/PMD JALAN PIERE 0431 INDUSTRI PRODUK JALAN RAYA 4.500.0 5
CITRA RASA N/2014 TENDEAN 89 853071 ROTI DAN KUE BITUNG - MANADO
KELURAHAN SARIO KELURAHAN
UTARA GIRIAN WERU
KECAMATAN SARIO KECAMATAN
KOTA MANADO GIRIAN KOTA
BITUNG, SULAWESI
UTARA
33 PT. BENHIL 9/7172/IP/PMD PERUM BATAS 0438 JASA KONTRAKTOR PERUM BATAS 1.076.0 15
MITRA BERSAMA N/2014 KOTA INDAH A1, DAN PERENCANAAN KOTA INDAH A1,
KELURAHAN KELURAHAN
SAGERAT SAGERAT
KECAMATAN KECAMATAN
MATUARI KOTA MATUARI KOTA
BITUNG BITUNG SULAWESI
UTARA
Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal Provinsi Sulawesi Utara , 2014

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 284


Tabel 2.133. Investasi Penanaman Modal Dalam Negeri di Sulawesi Utara tahun 2012

NO. NAMA PERUSAHAAN BIDANG USAHA RENCANA REALISASI TENAGA KERJA KET
INVESTASI INVESTASI
(RP) WNI WNA
1. PT. ANEKA GAS INDUSTRI INDUSTRI KIMIA 110.096.353.000 110.096.353.000 - - MANADO
18/1/IP/II/PMDN/2012 DASAR PRODUKSI
ANORGANIK GAS
INDUSTRI

2. PT. TRI MUSTIKA COCOMINAESA INDUSTRI 25.500.000.000 25.500.000.000 - - MINAHASA


01/71/IU/II/PMDN/INDUSTRI/20 TEPUNG KELAPA SELATAN
12 PRODUKSI
13-03-2012
3. PT. BUDI SENTOSA ABADI HASIL 28.000.000.000 - 400 - BITUNG
1/7172/PPM/I/PMDN/2012 PERIKANAN KONSTRUKSI
12-01-2012

4. PT. KARYA J2R PENYALUR BBM 3.600.000.000 - 5 - BITUNG


2/7172/PPM/I/PMDN/2012 KONSTRUKSI
07-03-2012

5. PT.JOBROINDO MAKMUR PENYALUR BBM 3.400.000.000 - 20 - BITUNG


3/7172/PPM/I/PMDN/2012 KONSTRUKSI
14-03-2012

6. CV. MEGA PRATAMA JASA 1.000.000.000 - 6 - BITUNG


4/7172/PPM/I/PMDN/2012 KONSTRUKSI KONSTRUKSI
23-04-2012

7. UD. RORONA PEMBIBITAN 1.070.000.000 - 4 - BITUNG


5/7172/PPM/I/PMDN/2012 DAN BUDIDAYA KONSTRUKSI
02-04-2012 BABI

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 285


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

8. SERVICE MULIA STAR PERDAGANGAN 2.600.000.000 - 6 - BITUNG


(PERSEROAN) SUKU CADANG KONSTRUKSI
6/7172/PPM/I/PMDN/2012 DAN AKSESORIS
23-04-2012 KENDARAAN

9. PT. METRO REGINA AGEN 1.090.000.000 - 9 - BITUNG


7/7172/PPM/I/PMDN/2012 PERJALANAN KONSTRUKSI
23-04-2012 WISATA

10. UD. SUMBER BANGUNAN PERDAGANGAN 2.290.000.000 - 10 - BITUNG


8/7172/PPM/I/PMDN/2012 ECERAN KONSTRUKSI
23-04-2012 KHUSUS
BARANG DAN
BAHAN
BANGUNAN, CAT
DAN KACA DI
TOKO

11. CV. R.R CAHAYA BERKAT JASA 1.200.000.000 - 2 - BITUNG


9/7172/PPM/I/PMDN/2012 KONSTRUKSI KONSTRUKSI

12. CV. JASUMA HASIL 1.500.000.000 - 10 - BITUNG


12/7172/PPM/I/PMDN/2012 PERIKANAN KONSTRUKSI

13. PT. HARAPAN JAYA RARON JASA 1.150.000.000 - 4 - BITUNG


10/7172/PPM/I/PMDN/2012 KONSTRUKSI KONSTRUKSI

14. PT. RARON SINAR CEMERLANG JASA 1.250.000.000 - 3 - BITUNG


11/7172/PPM/I/PMDN/2012 PENGURUSAN KONSTRUKSI
TRANSPORTASI

15. PT. GETRA MITRA USAHA PERDAGANGAN 4.250.000.000 - 10 - BITUNG


13/7172/PPM/I/PMDN/2012 BESAR BAHAN KONSTRUKSI
BAKAR MINYAK

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 286


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

16. PT. PATHEMANG RAYA HASIL 2.500.000.000 - 35 - BITUNG


14/7172/PPM/I/PMDN/2012 PERIKANAN KONSTRUKSI

17. PT. UNGGUL SEJATI ABADI INDUSTRI KAPAL 3.000.000.000 - 25 - BITUNG


15/7172/PPM/I/PMDN/2012 KONSTRUKSI

18. UD. GRACIA HASIL 1.100.000.000 - 3 - BITUNG


16/7172/PPM/I/PMDN/2012 PERIKANAN KONSTRUKSI

19. PT. SARI TUNA MAKMUR HASIL 1.000.000.000 - 8 - BITUNG


17/7172/PPM/I/PMDN/2012 PERIKANAN KONSTRUKSI

20. PT. DOK KELAPA DUA PERMAI INDUSTRI KAPAL 20.000.000.000 - 60 - BITUNG
18/7172/PPM/I/PMDN/2012 KONSTRUKSI

21. PT. GOLDEN BRIDGE HASIL 1.200.000.000 - 15 - BITUNG


INTERNASIONAL PERIKANAN KONSTRUKSI
19/7172/PPM/I/PMDN/2012

22. PT. ARTA SAMUDERA PASIFIK HASIL 59.000.000.000 - 100 - BITUNG


20/7172/PPM/I/PMDN/2012 PERIKANAN KONSTRUKSI

23. CV. TICOALU ENGINERING GROUP INDUSTRI 15.000.000.000 - 60 - BITUNG


21/7172/PPM/I/PMDN/2012 KAPAL/PERAHU KONSTRUKSI
DAN BANGUNAN
TERAPUNG
24. PT. MACINDO MITRA JAYA JASA 8.000.000.000 - 15 - BITUNG
22/7172/PPM/I/PMDN/2012 TRANSPORTASI KONSTRUKSI

JUMLAH 297.796.353.000 135.596.353.000 810

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal Provinsi Sulawesi Utara , 2014

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 287


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Tabel 2.134. Investasi Penanaman Modal Dalam Negeri di Sulawesi Utara tahun 2011

NO NAMA PERUSAHAAN/ NO.SP BIDANG USAHA RENCANA REALISASI TENAGA KERJA KET
INVESTASI INVESTASI
( RP ) WNI WNA
1. PT. SULENCO BOHUSAMI INDUSTRI SEMEN 1.115.000.000.000 50.000.000 504 BOLMONG
CEMENT PRODUKSI
151/I/PMDN/1998 JO
44/III/PMDN/2008
TGL 21 APRIL 2008
134/1/IP/III/PMDN/2010
TGL 27 DESEMBER 20111

2. PT. BANGUN WENANG INDUSTRI 23.000.000.000 23.000.000.000 56 MINUT


BEVERAGES COY MINUMAN ( AIR PRODUKSI
1/71/IP/II/PMDN/2011 MINERAL ) DALAM
KEMASAN

3. PT. TRIMUSTIKA COCOMINAESA INDUSTRI 23.500.000.000 23.500.000.000 40 MINSEL


02/71/IP/II/PMDN/2011 TEPUNG KELAPA PRODUKSI

4. PT. MANADO PLAZA JASA AKOMODASI 14.050.000.000 14.050.000.000 40 MANADO


3/71/IP/PMDN/2011 ( HOTEL ) PRODUKSI
15 DESEMBER 2011

5. PT. AGRO MAKMUR RAYA INDUSTRI MINYAK 57.542.000.000 57.542.000.000 230 7 BITUNG
36/I/PMDN/2002 MAKAN & LEMAK PRODUKSI
29 APRIL 2002 DARI NABATI
43/III/PMDN/2003 SERTA KIMIA
18 MARET 2003 DASAR ORGANIK
63/III/PMDN/2004 YANG
02 JUNI 2004 BERSUMBERDARI
103/III/PMDN/2004 HASIL PERTANIAN
19 AGUSTUS 2004
1/7172/IP/II/PMDN/2011
27 OKTOBER 2011

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 288


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

6. PT. DIKSA BINTANG MAKAWIDEY RESORT 17.484.080.726 - 74 - BITUNG


07/7172/PPM/I/PMDN/2011
25 NOVEMBER 2011

7. PT. JANUR KAWANUA INDONESIA INDUSTRI 9.241.300.000 9.241.300.000 317 - BITUNG


05/7172/PPM/I/PMDN/2011 TEPUNG KELAPA PRODUKSI
18 NOVEMBER 2011 DAN PATI

8. PT. MANADOMINA CITRATARUNA INDUSTRI IKAN 12.250.000.000 12.250.000.000 300 - BITUNG


01/7172/PPM/I/PMDN/2011 KAYU PRODUKSI

9. PT. SALIM IVOMAS PRATAMA INDUSTRI MINYAK 397.613.016.000 349.555.482.040 1.187 - BITUNG
13/A/SP-01/BKPM/VII/1975 MAKAN DAN PRODUKSI
05 JUNI 1975 LEMAK DARI
1633/III/PMA/2009 NABATI
03 DESEMBER 2009
14/1/IP/I/PMDN/2011
10 MARET 2011

10. PT. SARI CAKALANG INDUSTRI IKAN 25.600.000.000 - 205 - BITUNG


02/7172/PPM/PPM/I/PMDN/201 KAYU PRODUKSI
1
12 SEPTEMBER 2011

11. PT. SARI MALALUGIS INDUSTRI IKAN 27.136.558.000 - 139 - BITUNG


03/7172/PPM/I/PMDN/2011 KAYU & IKAN PRODUKSI
25 SEPTEMBER 2011 BEKU

12. PT. WAHANA BARU INDONESIA INDUSTRI 8.300.000.000 - 18 - BITUNG


04/7172/PPM/I/PMDN/2011 PENGOLAHAN, PRODUKSI
10 NOVEMBER 2011 PENGAWETAN,
DAN PRODUK

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 289


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

IKAN
13. PT. GORONTALO SEJAHTERA PERTAMBANGAN 5.526.100.000 - 40 - BOLMONG
MINING EMAS PRODUKSI
60/1/IP/III/PMDN/2011
29-09-2011

14. PT. DAYAMITRA TELEKOMUNIKASI 83.500.000.000 - 4 - KAB.


TELEKOMUNIKASI DENGAN KABEL BOLMONG,
33/1/IP/II/PMDN/2011 DAN TANPA MINAHASA,MI
22-08-2011 KABEL BERIKUT NSEL. MINUT,
PENUNJANGNYA MITRA, KEP.
SANGIHE,
TALAUD,
KOTA
MANADO,
BITUNG,
TOMOHON

15. PT. SARANA SAMUDERA PACIFIC INDUSTRI KAPAL 30.000.000.000 - 80 - BITUNG


6/7172/PPM/I/PMDN/2011 KONSTRUKSI

JUMLAH 1.849.743.054.726 489.138.782.04 3234 7


0
Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal Provinsi Sulawesi Utara , 2014

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 290


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Tabel 2.135 Investasi Penanaman Modal Dalam Negeri di Sulawesi Utara tahun 2010

NO NAMA PERUSAHAAN BIDANG USAHA RENCANA REALISASI KETERANGAN


INVESTASI INVESTASI
( RP )
1 PT. CARVINNA TRIJAYA MAKMUR INDUSTRI PENGOLAHAN 12.252.000.000 12.252.000.000 BITUNG
128/1/IP/III/PMDN/2010 DAN PENGAWETAN IKAN
21 DESEMBER 2010 DAN BIOTA AIR
( BUKAN UDANG )
DALAM KALENG SERTA
INDUSTRI PENGOLAHAN
IKAN LAINNYA

2 PT. DELTA PASIFIC INDOTUNA INDUSTRI PENGOLAHAN 78.499.615.000 78.499.615.000 BITUNG


656/T/INDUSTRI/2008 & PENGAWETAN IKAN
02 JULI 2008 SERTA MACAM-MACAM
39/1/IU/II/PMDN/INDUSTRI/2010 WADAH DARI LOGAM
30 JULI 2010

JUMLAH 90.751.615.000 90.751.615.000

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal Provinsi Sulawesi Utara , 2014

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 291


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Tabel 2.136. Investasi Penanaman Modal Dalam Negeri di Sulawesi Utara tahun 2009

NO NAMA PERUSAHAAN / BIDANG RENCANA REALISASI / LOKASI KET


NO. SP USAHA INVESTASI TAHUN
(RP) (RP)

1 PT SATWA UTAMA RAYA PEMBIBITAN DAN BUDIDAYA 3.536.000.000,- 3.536.000.000,- MINAHASA PRODUKSI
NO. 19/V/PMDN/2009 AYAM RAS.
TGL. 01-06-2009

2. PT TRITIS INTERNATIONAL INDUSTRI TEPUNG KELAPA DAN 12.500.000.000,- - BITUNG KONSTRUKSI


NO. 90/I/PMDN/2009 PERDANGAN BESAR
TGL.02-07-2009 (DISTRIBUTOR UTAMA).

3. PT CAKRAWALA ANDALAS 990.165.045. 990.165.045 MANADO PRODUKSI


NO. 38/V/PMDN/2009 KEGIATAN TELEVISI OLEH
TGL.10-08-2009 SWASTA.

4. PT BITUNG INTERNUSA 10.000.000.000,- 10.000.000.000,- BITUNG PRODUKSI

JUMLAH 27.026.165.045 14.526.165.045

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal Provinsi Sulawesi Utara , 2014

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 292


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Tabel 2.137. Investasi Penanaman Modal Dalam Negeri di Sulawesi Utara tahun 2008

NO NAMA PERUSAHAAN / BIDANG RENCANA INVESTASI REALISASI / LOKASI


NO. SP USAHA (RP) TAHUN (RP) KET
2008
1. PT. BANGUN WENANG INDUSTRI MINUMAN 28.460.000.000 7.115.000.000 MINUT KONSTRUKSI
BEVERAGES COY. RINGAN.
1/I/PMDN/2008
09-01-2008
2. PT DELTA PASIFIC INDUSTRI PENGOLAHAN 9.500.000.000 - BITUNG KONSTRUKSI
INDOTUNA DAN PENGAWETAN IKAN
NO. 89/II/PMDN/2008 SERTA MACAM-MACAM
25-7-2008 WADAH DARI LOGAM

3 PT BHAKTI ELITAMA JASA AKOMODASI 30.000.000.000 22.000.000.000 MANADO PRODUKSI


NUSANTARA (HOTEL) SBG
NO.211/I/PMDN REALISASI
**) DARI TAHUN
SEBLUMNYA
4 PT CONAKA INDONESIA INDUSTRI MINYAK 31.212.000.000 - MINAHASA KONSTRUKSI
NO. 114/I/PMDN/2008 GORING DARI MINYAK
1 -7- 2008 KELAPA DAN
MAKANAN/PAKAN
TERNAK.
5 PT CHAROEN POKPHAND PEMBIBITAN DAN 9.327.088.542 9.327.088.542 MINUT PRODUKSI
JAYA FARM. BUDIDAYA AYAM BIBIT
NO. 47/V/PMDN/2008 NENEK UNTUK
TGL 20 NOV 2008 MENGHASILKAN BIBIT
AYAM INDUK DAN BIBIT
AYAM INDUK U/
MENGHASILKAN BIBIT
AYAM NIAGA SERTA
PENANGKAPAN BUAYA.
JUMLAH 108.499.088.542 38.442.088.542

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal Provinsi Sulawesi Utara , 2014

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 293


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Tabel 2.138. Investasi Penanaman Modal Dalam Negeri di Sulawesi Utara tahun 2007

NO NAMA PERUSAHAAN / BIDANG USAHA RENCANA INVESTASI JUMLAH REALISASI KET


NO. SP (RP)
RP %
1. PT ANUGERAH JAYA PERTAMBANGAN 50.500.000.000 5.060.000.000 11 TALAUD
MULIA PASIR BESI KONSTRUKSI
NO 103/I/PMDN/2007
TGL 19-4-2007

2. PT. JAMETRO MANDALA INDUSTRI 9.300.000.000 930.000.000 10 MINUT


BUANA PENGOLAHAN DAN KONSTRUKSI
44/III/PMDN/2007 PENGAWETAN IKAN
2-05-2007 DAN BIOTA
PERAIRAN LAINNYA.

3 PT BHAKTI ELITAMA JASA AKOMODASI 30.000.000.000 24.000.000.000 80 MANADO


NUSANTARA (HOTEL) KONSTRUKSI
NO. 211/I/PMDN/2007

4 PT JECONIAH JAYA PERTAMBANGAN 20.000.000.000 - - TALAUD


NO. 46/I/PMDN/2007 EKSPLOITASI BATU KONSTRUKSI
TGL. 13 – 03-2007 MANGAN DAN
MINERAL.
5 PT AGRO MAKMUR INDUSTRI MINYAK 107.000.000.000 107.000.000.000 100 BITUNG
RAYA KASAR (MINYAK KONSTRUKSI
NO. 47/II/PMDN/2007 MAKAN) DARI
TGL. 7-05-2007 NABATI.

JUMLAH 216.800.000.000 136.990.000.000 30

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal Provinsi Sulawesi Utara , 2014

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 294


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Tabel 2.139. Investasi Penanaman Modal Dalam Negeri di Sulawesi Utara tahun 2006

NO NAMA PERUSAHAAN / RENCANA JUMLAH REALISASI KET


NO. SP BIDANG USAHA INVESTASI
(RP) RP %
1. PT.BARAMULIA BAHARI JASA 4.126.100.000 4.126.100.000 100 MINUT
NO. 5/V/PMDN/2006 AKOMODASI PRODUKSI
TGL 20-2-2006 (COTTAGE)

2. PT. PRIMA INDOBAHARI INDUSTRI 4.000.000.000 900.000.000 22 TALAUD


SENTOSA 45/I/PMDN/2006 PEMBEKUAN KONSTRUKSI
13-04-2006 IKAN

3. PT. UDAH MAKATARAYA INDUSTRI 1.257.767.000 325.767.000 25 TALAUD


PERSADA JAYA PEMBEKUAN KONSTRUKSI
47/I/PMDN/2006 IKAN DAN BIOTA
20-5-2006 LAINNYA.

4 PT CELEBES INDONESIA HOTEL 50.000.000.000 50.000.000.000 100 MANADO


NO. 77/I/PMDN/2006 PRODUKSI
16-6-2006

5 PT SALIM IVOMAS PRATAMA INDUSTRI 274.802.025.260 274.802.025.260 100 BITUNG


NO. 91/III/PMDN/2006 MINYAK KELAPA PRODUKSI
18-7-2006 PENGELOAAN PMA
MINYAK SAWIT
JUMLAH 334.185.892.260 330.153.892.260 98

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal Provinsi Sulawesi Utara , 2014

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 295


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Tabel 2.140. Investasi Penanaman Modal Dalam Negeri di Sulawesi Utara tahun 2005

NO NAMA PERUSAHAAN / RENCANA JUMLAH REALISASI KET


NO. SP BIDANG USAHA INVESTASI
(RP) RP %
1. PT. ROYAL COCONUT INDUSTRI 10.000.000.000 10.000.000.000 100 MANADO
NO. TEPUNG DAN PRODUKSI
TGL PATI

2. PT. SULENCO BOILEVARD JASA 430.000.000.000 430.000.000.000 100 MANADO


INDAH 445/I/PMDN/2005 AKOMODASI DAN KONSTRUKSI
7-04-2005 PUSAT
PERBELANJAAN.
3. PT. DELTA PASIFIC INDO TUNA INDUSTRI 25.000.000.000 42.229.933.582 - BITUNG
178/I/PMA/2005 PENGOLAHAN PRODUKSI
5-12-2005 DAN
N0. 76/III/PMDN/2005 PENGAWETAN
23-6-2005 IKAN

4 PT CIPTA DAYA NUSANTARA PEMBANGKIT 5.000.000.000 - - BONGMONG


NO.190/I/PMDN/2005 LISTRIK TENAGA KONSTRUKSI
29-12-2005 AIR
JUMLAH 470.000.000.000 482.229.933.582.

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal Provinsi Sulawesi Utara , 2014

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 296


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

2.3.2.3. Pengembangan Kawasan Strategis.


Pengembangan Kawasan strategis Provinsi (KSP) terdiri atas :
A. Kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan
pertumbuhan ekonomi, terdiri atas :
1. Kawasan koridor pantai pesisir utara (PANTURA) dari Manado
sampai dengan Bolaang Mongondow Utara, yang dikembangkan
sebagai kawasan untuk titik-titik lokasi kegiatan rekreasi,
pariwisata, perdagangan dan jasa;
2. Kawasan koridor Bitung – Kema – Airmadidi, yang dikembangkan
untuk kelompok lokasi Idustri di Kota Bitung dan Minahasa Utara;
3. Kawasan koridor pantai pesisir selatan (PANSELA) dari Minahasa
sampai dengan Bolaang Mongondow Selatan yang dibangun dalam
bentuk pengembangan infrastruktur kelautan dan perikanan,
pariwisata, dan transmigrasi profesi terbatas;
4. Kawasan Global Hub Port / Pelabuhan Internasional Bitung
(International Hub Port) dan di Pulau Lembeh Bitung, yang dibangun
untuk menunjang pertumbuhan ekonomi di wilayah KAPET
Manado-Bitung;
5. KEK (Kawasan Ekonomi Khusus) Tanjung Merah Bitung;
6. Kawasan Strategis Perhubungan yaitu Pengembangan Bandar Udara
Samratulangi (Kota Manado - Kabupaten Minahasa Utara) dan
Pembangunan Bandar Udara di Tatapaan (Kabupaten Minahasa –
Kabupaten Minahasa Selatan).
B. Kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan sosial
dan budaya, yang terdiri atas Kawasan Waruga yang berada di
Sawangan Minahasa Utara dan Tonsewer Tompaso Lama Kabupaten
Minahasa; Kawasan Benteng Amurang yang berada di Minahasa
Selatan; Kawasan Pecinaan yang berada di Manado; Kawasan
Kampung Arab yang berada di Manado; Kawasan Kampung Jawa di
Tondano yang berada di Minahasa.

2.3.2.4. Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus

Salah satu langkah pemerintah untuk meningkatkan investasi adalah dengan


pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) sebagai Kawasan Strategis
Nasional (KSN) dari segi kepentingan pertumbuhan ekonomi. Lokasi KEK di
Sulawesi Utara terletak di Kota Bitung, dipilihnya Bitung sebagai lokasi
pengembangan KEK dikarenakan posisinya yang dekat dengan jalur
perdagangan internasional di Indonesia (Alur Laut Kepulauan Indonesia atau
ALKI II dan III), dan terletak pada wilayah dengan potensi sumberdaya unggulan.
Salah satu keunggulan Bitung adalah memiliki pelabuhan alam dengan
kedalaman s/d 70m sehingga mudah untuk dilabuhi oleh kapal-kapal
berukuran besar, dan saat ini untuk hubungan kapal penumpang antar negera
tetangga telah ada pelayanan kapal RO-RO (rol in-rol out) dari Bitung ke General
Zantos Davao pp. Untuk menunjang KEK Bitung, maka pemerintah telah
mengembangkan beberapa kawasan pendukung KEK yaitu Kawasan Lirung-

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 297


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Melonguane (Perikanan dan Wisata Bahari), Kawasan Tahuna-Petta (Perikanan


dan Wisata Bahari), Kawasan Lolak-Labuhan Uki (Perikanan); Kawasan
Ratatotok-Lakban (Perikanan dan Wisata Bahari); Kawasan Amurang (Perikanan
dan Kelapa); Kawasan Tomohon (Florikultur dan Agrowisata) dan Kawasan
Likupang (Perikanan dan Wisata Bahari).

2.3.2.5. Pertanian
Sulawesi Utara memiliki potensi lahan sawah yang ditanami padi seluas ±
61.134Ha yang terdiri dari sawah irigasi ± 50.130Ha dan sawah non irigasi
seluas 11.004Ha. Selain itu terdapat lahan bukan sawah seluas 205.543Ha,
ladang/huma 114.04Ha, lahan yang sementara tidak digunakan 48.195Ha,
lainnya perkebunan, hutan rakyat, tambak, kolam/ltebat/empang, dan lain-lain
seluas 541.152Ha.

Indeks pertanaman padi sawah belum mencapai 200, sehingga masih memiliki
potensi untuk meningkatkan produksi padi sawah bilamana dalam satu tahun
lahan sawah dapat ditanami lebih dari dua kali (IP>200). Demikian halnya
dengan lahan yang sementara tidak diusahakan seluas 48.195 Ha dapat
dimanfaatkan untuk pengembangan padi ladang maupun komoditi pertanian
lainnya. Disamping itu pada lahan perkebunan kelapa dapat dimanfaatkan
untuk pengembangan komoditi tanaman pangan seperti jagung, kacang-
kacangan dan umbi-umbian.

Produksi padi di Sulawesi Utara tahun 2015 sebesar 674.169 ton Gabah Kering
Giling (GKG), atau meningkat sebesar 36.242 ton (5,68 persen) dibandingkan
pada tahun 2014. Peningkatan produksi di tahun 2015 disebabkan oleh
tercapainya luas panen seluas 137.438 hektar dengan produktivitas sebesar
49,05 ku/ha, dibandingkan dengan tahun 2014, luas panen dan produktivitas
meningkat masing-masing sebesar 5,37 persen dan 0,29 persen. Realisasi
subround Mei-Agustus sebesar 242.104 ton (2014) dan 245.035 ton (2015), naik
sebesar 1,21 persen dan realisasi subround September–Desember sebesar
187.159 ton (2014) dan 240.409 ton (2015), naik sebesar 28,45 persen.
Sedangkan realisasi subround Januari-April sebesar 208.664 ton (2014) dan
188.725 ton (2015), turun sebesar 9,56 persen, Pola panen padi tahun 2015
berbeda dengan pola panen tahun 2014. Pada periode Januari –Desember tahun
2015 puncak panen padi terjadi pada bulan April dan Juni, sementara pada
tahun 2014 puncak panen justru terjadi pada bulan Februari dan Juli.

Produksi jagung tahun 2015 mencapai 300.490 ton biji kering. Dibandingkan
tahun 2014, terjadi penurunan produksi sebesar 187.872 ton (-38,47 persen).
Penurunan produksi terjadi karena penurunan luas panen dari 127.475 hektar
(2014) menjadi 80.872 hektar (2015), turun sebesar 36,56 persen. Demikian juga
dengan produktivitas mengalami penurunan dari 38,31 kuintal/hektar (2014)
menjadi 37,16 kuintal/hektar (2015), turun sebesar 3,00 persen. Realisasi
subround Januari-April sebesar 164.802 ton (2014) dan 127.381 ton (2015),

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 298


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

turun sebesar 17,21 persen, kemudian realisasi subround Mei-Agustus sebesar


214.531 ton (2014) dan 122.886 ton (2015), turun sebesar 42,72 persen dan
realisasi subround September–Desember sebesar 109.029 ton (2014) dan 50.223
ton (2015), turun sebesar 53,94 persen.
Tabel 2.141. Produksi, Hasil Per Hektar dan Luas Panen Tanaman Padi dan
Palawija Provinsi Sulawesi Utara, 2013-2015
Jenis Tanaman 2013 2014 2015
Pertumbuhan (%)
(ATAP) (ATAP) (ASEM) 2013-2014 2014-2015
Produksi (Ton)
Padi Sawah 604 587 634 - 8,16
Padi Ladang 148
34 009
50 890
39 2,84
48,7 -
Padi (Sawah+Ladang) 225
638 918
637 279
674 7- 22,86
5,68
Jagung 373
448 927
488 169
300 0,07
9,0 -
Kedelai 002
5 362
7 490
6 1
30,2 38,47
-
Kacang Tanah 780
8 529
7 685
3 -6 11,21
-
Kacang Hijau 805
1 069
1 964
969 19,7
- -43,92
541 498 22,79 35,31
Ubi Kayu 55 46 43 - -6,38
Ubi Jalar 207
39 553
39 582
25 15,6
- -
800 429 403 80,93 35,57
Produktivitas (Ku/Ha)
Padi Sawah 53,0 52,9 51,9 - -1,78
Padi Ladang 6
25,2 2
26,1 8
25,6 0,26
3,4 -1,68
Padi (Sawah+Ladang) 4
50,1 1
48,9 7
49,0 -5 0,29
Jagung 0
36,6 1
38,3 5
37,1 2,38
4,5 -3,00
Kedelai 5
13,3 1
13,3 6
13,0 -3 -2,07
Kacang Tanah 6
13,1 5
13,3 7
11,5 0,07
1,7 -
Kacang Hijau 2
12,6 5
12,8 5
11,4 5
1,1 -13,49
Ubi Kayu 5
130,2 0
126,3 7
122,7 -9 10,41
-2,82
Ubi Jalar 498,0 399,9 796,7 3,00
1,9 -3,21
5 5 4 4
Luas Panen (Ha)
Padi Sawah 113 110 122 - 10,1
Padi Ladang 853
13 925
19 139
15 2,57
43,8 -1
Padi (Sawah+Ladang) 560
127 503
130 299
137 32,3 21,56
5,37
Jagung 413
122 428
127 438
80 7
4,2 -
Kedelai 237
4 475
5 872
5 9
30,4 36,56
-9,36
Kacang Tanah 325
6 641
5 113
3 -3 -
Kacang Hijau 712
1 295
1 432
845 21,1
- 35,18
-
218 170 13,94 27,78
Ubi Kayu 4 3 3 - -3,66
Ubi Jalar 239
4 685
3 550
2 13,0
- -
059 945 626 72,81 33,43

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 299


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Pola panen jagung tahun 2015 berbeda dengan pola panen tahun 2014. Pada
periode Januari– Desember tahun 2015 puncak panen jagung terjadi pada bulan
April dan turun pada bulan-bulan berikutnya, sementara pada tahun 2014,
terjadi dua kali puncak panen yaitu pada bulan April dan Agustus.
Tabel 2.142. Produksi Daging Sapi Provinsi Sulawesi Utara, Tahun 2011 - 2015

PRODUKSI 2011 2012 2013 2014 2015

Daging Produksi Produksi Produksi Produksi Produksi


Daging Sapi Daging Sapi Daging Sapi Daging Sapi Daging Sapi
4.822.616 Kg, 5.013.109 Kg, 5.211.127 Kg, 5.315.350 Kg, 5.421.657 Kg,
Babi Babi Babi Babi Babi
16.703.731 Kg, 17.371.880 Kg, 18.066.756 Kg, 18.789.426 Kg, 19.541.003 Kg,
Ayam Ayam Ayam Ayam Ayam
2.337.111 Kg, 2.383.853 Kg, 2.407.691 Kg, 2.431.768 Kg, 2.456.086 Kg,
Itik 61.990 Kg Itik 64.289 Kg Itik 66.674 Kg Itik 69.148 Kg Itik 71.714 Kg
Tanaman Produksi Padi Produksi Padi Produksi Padi Produksi Padi Produksi Padi
Pangan dan 595.712, 613.583 Ton, 631.990 Ton, 644.630 Ton, 651.077 Ton,
Hortikultura Jagung 448.375 Jagung 450.617 Jagung 452.870 Jagung 455.134 Jagung 457.410
Ton, Kedelai Ton, Kedelai Ton, Kedelai Ton, Kedelai Ton, Kedelai
7.665 Ton, 7.703 Ton, 7.742 Ton, 7.781 Ton, 7.820 Ton,
Kacang Hijau Kacang Hijau Kacang Hijau Kacang Hijau Kacang Hijau
2.295 Ton, 2.206 Ton, 2.217 Ton, 2.228 Ton, 2.239 Ton,
Kacang Tanah Kacang Tanah Kacang Tanah Kacang Tanah Kacang Tanah
9.018 Ton, Ubi 9.063 Ton, Ubi 9.108 Ton, Ubi 9.154 Ton, Ubi 9.200 Ton, Ubi
Kayu 84.503 Kayu 84.926 Kayu 85.351 Kayu 85.777 Kayu 86.206
Ton, Ubi Jalar Ton, Ubi Jalar Ton, Ubi Jalar Ton, Ubi Jalar Ton, Ubi Jalar
52.097 Ton, 52.358 Ton, 52.619 Ton, 52.883 Ton, 53.147 Ton,
Buah-Buahan Buah-Buahan Buah-Buahan Buah-Buahan Buah-Buahan
160.982 Ton, 170.165 Ton, 179.875 Ton, 190.142 Ton, 200.998 Ton,
Sayuran Sayuran Sayuran Sayuran Sayuran
396.333 Ton, 409.026 Ton, 422.131 Ton, 435.662 Ton, 449.633Ton,
Bunga Potong Bunga Potong Bunga Potong Bunga Potong Bunga Potong
6.076.043 6.635.647 7.246.790 7.914.219 8.643.119
Tangkai, Bunga Tangkai, Bunga Tangkai, Bunga Tangkai, Bunga Tangkai, Bunga
Pot dan Taman Pot dan Taman Pot dan Taman Pot dan Taman Pot dan Taman
695.497 732.915 772.346 813.898 857.686
Pohon/Rumpun Pohon/Rumpun Pohon/Rumpun Pohon/Rumpun Pohon/Rumpun
, Bunga Tabur , Bunga Tabur , Bunga Tabur , Bunga Tabur , Bunga Tabur
24.841 Kg, 27.300 Kg, 30.003 Kg, 32.973 Kg, 36.237 Kg,
Tanaman Obat Tanaman Obat Tanaman Obat Tanaman Obat Tanaman Obat
3.368.181 Kg 3.501.735 Kg 3.640.584 Kg 3.784.939 Kg 3.935.018 Kg

Produksi kedelai tahun 2015 sebesar 6.685 ton biji kering. Dibandingkan tahun
2014, terjadi penurunan produksi sebesar 844 ton (-11,21 persen). Penurunan
produksi terjadi karena penurunan luas panen dari 5.641 hektar (2014) menjadi
5.113 hektar (2015) atau turun sebesar 9,36 persen. Demikian juga dengan
produktivitas mengalami penurunan dari 13,35 kuintal/hektar (2014) menjadi
13,07 kuintal/hektar (2015), turun sebesar 2,10 persen. Realisasi subround
Januari-April sebesar 3.913 ton (2014) dan 2.308 ton (2015), turun sebesar
41,02 persen, kemudian realisasi subround Mei-Agustus sebesar 1.621 ton
(2014) dan 2.995 ton (2015), naik sebesar 84,76 persen dan realisasi subround

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 300


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

September–Desember sebesar 1.995 ton (2014) dan 1.382 ton (2015) kembali
turun sebesar 30,73 persen.Pola panen kedelai tahun 2015 berbeda dengan pola
panen tahun 2014. Pada periode Januari - Desember tahun 2015 puncak panen
kedelai terjadi pada bulan Januari dan Mei. Sedangkan pada tahun 2014,
puncak panen terjadi pada bulan April dan Desember.
Komoditi tanaman perkebunan yang potensial adalah kelapa, cengkeh, pala,
kopi, coklat, vanili, dan aren. Tanaman kelapa yang dulunya merupakan
komoditi unggulan masyarakat dari tahun ke tahun tidak mengalami
peningkatan yang signifikan, baik dari segi luas tanam maupun produksi.
Penyebab terjadinya penurunan produksi tanaman kelapa adalah sebagian besar
tanaman kelapa yang ada sudah tidak produktif lagi (sudah tua) sehingga perlu
peremajaan, selain itu sejak Tahun 2009 tanaman kelapa terkena penyakit
busuk pucuk. Produksi cengkeh juga mengalami penurunan yang cukup
signifikan. Khusus untuk tanaman ini sangat dipengaruhi oleh fluktuasi harga
jual, baik ditingkat petani maupun pedagang. Banyak petani menebang tanaman
ini dan mengantinya dengan tanaman lain dikarenakan hasil panen hanya
cukup untuk menutupi biaya produksi dan panen.

Keberhasilan sektor pertanian, peternakan, perkebunan dan perikanan tidak


lepas dari peran penyuluh sebagai fasilitator bagi petani, peternak, dan nelayan.
Dalam melaksanakan tugas penyuluhan tersebut, Sekretariat Badan Koordinasi
Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Provinsi Sulawesi Utara
melayani :
1. Kelompok tani sebanyak 8.796 kelompok tani (Poktan), gabungan
kelompok tani 856 kelompok (Gapoktan), kelompok perikanan 856
kelompok (Gapokkan) dan 146 kelompok tani hutan (KTH);
2. Penyuluh pertanian sebanyak 908 Orang, penyuluh perikanan 127 Orang
dan penyuluh kehutanan 50 Orang.

Dilihat dari jumlah desa yang ada di Sulawesi Utara maka jumlah penyuluh
masih kurang, karena sesuai dengan kebutuhan setiap desa seharusnya dilayani
oleh satu orang penyuluh. Selanjutnya untuk meningkatkan produktivitas,
mutu, dan nilai tambah produk-produk pertanian, peternakan, perkebunan, dan
perikanan maka perlu adanya pembangunan pusat-pusat riset dan
pengembangan di daerah bekerjasama dengan perguruan tinggi.

2.3.2.6. Perikanan
Tingkat kesejahteraan petani dan nelayan sampai saat ini masih rendah, hal ini
disebabkan rendahnya tingkat pendapatan petani dan nelayan. Di era globalisasi
seperti sekarang ini, petani dituntut untuk menguasai teknologi inovatif dalam
bercocok tanam sampai pemasaran hasil-hasil pertanian. Salah satu strategi
untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan nelayan adalah dengan
pengembangan klaster komoditas unggulan, namun sampai saat ini belum
optimal karena adanya kendala permodalan, teknologi, fasilitas, infrastruktur,
dan informasi pasar yang belum memadai.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 301


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Tabel 2.143. Produksi Perikanan di Provinsi Sulawesi Utara, 2011-2015

Produksi 2011 2012 2013 2014 2015


Perikanan
(ton)
Jumlah 230.879,70 281.633,0 350.534,50 296.362,0 285.270,5
produksi
budidaya
Jumlah 184,444,98 210.703,8 322.862,46 429,272,45 473.646,91
produksi
tangkap

Sumber: Dinas Perikanan Provinsi Sulawesi Utara, 2015.

Tingkat konsumsi masyarakat Sulawesi Utara terhadap bahan pangan perikanan


cukup tinggi yaitu mencapai 54,5 kg/kapita/tahun Tahun 2014. Ditinjau dari
angka kebutuhan konsumsi minimum yang dianjurkan yaitu 26
kg/kapita/tahun, maka konsumsi masyarakat secara rata-rata cukup tinggi.
Sejalan dengan tingginya kebutuhan konsumsi ikan masyarakat Sulawesi Utara
maka produksi perikanan perlu ditingkatkan.
Kenaikan harga bahan bakar minyak sangat berdampak bagi nelayan dan
pembudidaya ikan karena biaya produksi semakin bertambah sedangkan harga
ikan di pasar tetap. Terlihat pada Tabel 2.32 bahwa sampai saat ini nelayan di
Sulawesi Utara masih mengalami kesulitan untuk mendapatkan BBM terutama
di daerah-daerah perbatasan dan harganya sudah naik beberapa kali lipat.

Tabel 2.144. Jumlah Kelompok Nelayan dan Pembudidaya yang Mendapatkan


Bantuan Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Utara, 2011-2015.
Tahun Jumlah Kelompok
2011 112
2012 115
2013 124
2014 130
2015 192
Sumber: Dinas Perikanan Provinsi Sulawesi Utara, 2015.

Untuk meningkatkan keterampilan nelayan maka telah dilakukan pelatihan-


pelatihan agar nelayan menguasai teknologi penangkapan ikan, teknologi
budidaya termasuk teknologi pengolahan hasil-hasil laut sehingga memiliki
kualitas yang lebih baik bahkan memenuhi kualitas ekspor serta dapat
dipasarkan sampai ke luar negeri, dapat dilihat pada Tabel 2.33.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 302


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Tabel 2.145. Produksi Perikanan Kelompok Nelayan dan Pembudidaya


Provinsi Sulawesi Utara, 2010-2015
No Uraian 2012 2013 2014 2015 Ket

A. FUNGSI EKONOMI
1. Kontribusi 7,55 7,75 8,21 7,59
PDRB
Perikanan
thdp PDRB
Provinsi
tanpa migas
(%)
2. Produksi 492.366,8 673.397,4 725.634,45 758.917,41
Perikanan
(ton)
Perikanan 281.633,0 30.534,5 296.382 285.270,5
Tangkap
Perikanan 210.703,8 322.862,9 429.272,45 472.646,91
Budidaya
3. Ekspor Hasper (s/d Sept 2015)

Nilai (USD) 143.818.605,00 152.241.620,02 137.194.175,06 103.605.578,24

Volume (kg) 31.557.814,50 30.733.182,25 33.414.144,00 19.076.657,26

4. Konsumsi 43 45,50 54,5 54,81


Ikan
(kg/kap/thn)
5. Nilai Tukar 94,74 104,55 103,24 103,27
Nelayan (NTN
%)
B. FUNGSI LINGKUNGAN

1. Kawasan 3 3 3 4
Konservasi
(KKLD,
lokasi)
Kawasan 2 3 3 3
Konservasi
(KKLP,
lokasi)
2. Pulau Kecil 4 1 5 6
termasuk
Pulau Kecil
Terluar yang
dikelola (jlh
pulau)
3. Wilayah 65% 65% 75% 80%
perairan
bebas IUU
Fishing &

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 303


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

keg yg
merusak
SDKP
Sumber: Dinas Perikanan, 2016.

2.3.2.7. Energi Dan Sumberdaya Mineral


Beberapa tahun terakhir masyarakat mengalami krisis listrik yang disebabkan
kebutuhan listrik yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Untuk
mengatasi masalah kekurangan energi listrik tersebut maka sesuai dengan arah
kebijakan energi yang telah ditetapkan oleh Kementerian Energi dan
Sumberdaya Mineral yaitu meningkatkan pemanfaatan energi baru terbarukan
(diversifikasi energi) yang sesuai visi 25/25 yaitu Tahun 2025 penggunaan energi
baru terbarukan menjadi 25% dengan memaksimalkan penyediaan dan
pemanfaatan energi baru terbarukan untuk menghindari biaya penggunaan
bahan bakar fosil (avoided fosil energy cost).

Potensi sumberdaya energi baru terbarukan Sulawesi Utara cukup besar


diantaranya panas bumi, air, matahari, angin, dan arus laut, yang jika
dimanfaatkan secara optimal dapat memenuhi kebutuhan energi seluruh
masyarakat. Sumberdaya energi panas bumi tersebar di 6 (enam)
kabupaten/kota dengan total sumberdaya 150 (MWe), cadangan terduga 540
(MWe), cadangan mungkin 150 (MWe), dan cadangan terbukti 78 (MWe). Dari
cadangan tersebut telah terpasang 3x20 (MWe). Potensi sumberdaya air di
Sulawesi Utara adalah sebesar 140,34 MW yang tersebar di 31 lokasi. Dari
jumlah potensi tersebut telah dimanfaatkan sebesar 59.80 MW atau hanya
sekitar 42.61% dari potensi sumberdaya air yang ada.

Selain Panas Bumi, air, masyarakat Sulawesi utara juga telah memanfaatkan
energi matahari (solar home system) baik yang dilaksanakan secara terpadu
maupun partial, terutama di pulau-pulau. Untuk pemanfaatan energi angin
sudah dicoba di Kabupaten Sangihe namun hasilnya belum maksimal,
sementara biomassa dan arus laut belum dikembangkan (masih dalam taraf
percobaan).

Sumberdaya energi baru terbarukan yang telah dimanfaatkan adalah panas


bumi yang tersebar di 6 (enam) lokasi yaitu: Airmadidi (Kabupaten Minahasa
Utara) sebesar 25 megawatt ekivalen; Gunung dua sudara (Kabupaten Minahasa
Utara) sebesar 125 megawatt ekivalen; Lahendong (Kota Tomohon) sebesar 130
megawatt ekivalen; Tompaso sebesar 125 megawatt ekivalen; Gunung Ambang
(Kabupaten Bolaang Mongondow Timur) sebesar 225 megawatt ekivalen dan
Kotamobagu (Kota Kotamobagu) sebesar 185 megawatt ekivalen, sehingga total
potensi geothermal Sulawesi Utara adalah 815 (delapan ratus lima belas)
megawatt ekivalen. Pengembang panas bumi di lokasi Lahendong, Tompaso dan
Kotamobagu adalah PT. Pertamina Geothermal Energi.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 304


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Disamping itu, Sulawesi Utara juga memiliki beberapa sumberdaya mineral yang
dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat, yaitu logam, non logam dan
batuan. Bahan mineral logam terdiri dari emas, pasir besi, biji besi dan mangan
dan bahan mineral non logam terdiri dari bahan-bahan untuk industri semen
seperti batu gamping, clay dan pasir kuarsa.

Tabel 2.146. Profil Kelistrikan Provinsi Sulawesi Utara, 2014 -2015


2 JUMLAH KEPALA KELUARGA : 587.655 KK

3 JUMLAH PELANGGAN : 477.336 PLG

JUMLAH RUMAH TANGGA


4 : 447.660 PLG
BERLISTRIK PLN

JUMLAH RUMAH TANGGA


5 : 9.141 PLG
BERLISTRIK NON PLN
6 RATIO ELEKTRIFIKASI : 85,55 %

7 KAPASITAS TERPASANG : 392 MW

8 DAYA MAMPU : 283 MW

9 BEBAN PUNCAK : 277 MW

Jumlah PLTS tersebar (SOLAR HOME SYSTEM) DI Sulawesi Utara sampai


dengan tahun 2015 sebanyak 2.287 UNIT, sedangkan PLTS terpusat dapat
dilihat pada table dibawah ini.

Tabel 2.147. PLTS Terpusat Provinsi Sulawesi Utara, Tahun 2015

KAPASITAS
PLTS TERPUSAT LOKASI PROGRES
(kWp)

Bunaken Extension 400 P. Bunaken Pembebasan Lahan

Mantehage 400 P. Mantehage Pembebasan Lahan

Manado Tua 600 P. Manado Tua Pembebasan Lahan

Nain 600 P. Nain Pembebasan Lahan

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 305


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Gangga 600 P. Gangga Pembebasan Lahan

Talise 550 P. Talise Pembebasan Lahan

Dapalan 120 P. Dapalan Pembebasan Lahan

Karatung 600 P. Karatung Pembebasan Lahan

Nanedakele 500 P. Nanedakele Pembebasan Lahan

Biaro 700 P. Biaro Pembebasan Lahan

Total 5.070

Pengendalian pemanfaatan sumberdaya mineral lebih dititikberatkan pada tertib


administrasi perijinan serta pengelolaan mineral secara sustainable dan
berwawasan lingkungan. Saat ini jumlah ijin usaha pertambangan di Sulawesi
Utara adalah sebanyak 74 buah, terdiri dari Kontrak Karya 7 buah, KP/IUP 62
buah dan WPR 5 buah. Pengendalian pemanfaatan sumberdaya mineral lebih
dititikberatkan pada tertib administrasi perijinan serta pengelolaan.

2.3.2.8. Kehutanan
Masyarakat Sulawesi Utara masih banyak yang menggantungkan kehidupannya
pada sektor pertanian, perkebunan dan perikanan. Keberlangsungan ketiga
sektor tersebut sangat bergantung pada kondisi hutan sebagai penyedia air dan
penyangga kehidupan dalam mencegah bencana di masa depan. Isu kehutanan
yang masih dihadapi saat ini adalah masih luasnya lahan kritis dalam kawasan,
pemanfaatan/penggunaan lahan untuk kepentingan non kehutanan secara
illegal dalam kawasan hutan, perambahan dan pencurian kayu (illegal logging),
alih fungsi kawasan hutan terkait tata ruang serta isu perubahan iklim terkait
hutan. Luas lahan kritis Sulawesi Utara saat ini adalah 245.206Ha (sudah 31%
kawasan hutan yang dalam kondisi kritis) .

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 306


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Tabel 2.148. Luas Kawasan Hutan menurut Kabupaten/Kota


Provinsi Sulawesi Utara, 2015
No Kabupaten/Kota Luas Kawasan Hutan (Ha)
1 Manado 16.192
2 Bitung 15.643
3 Tomohon 2.895
4 Minahasa 23.348
5 Minahasa Utara 72.276
6 Minahasa Selatan (termasuk Minahasa 88.353
Tenggara)
7 Talaud 42.351
8 Sangihe (termasuk Sitaro) 13.820
9 Bolaang Mongondow (termasuk Bolmut, Bolsel 513.816
dan Boltim)
Luas Keseluruhan 788.692,88
Sumber: RTRW Provinsi Sulawesi Utara, 2015.

Tabel 2.149. Luas Kawasan Hutan Provinsi Sulawesi Utara


KERAPATAN
LUAS LOKASI PERSENTASE
NO LOKASI
(HA) TUTUPAN (%) (POHON/HA)

1 KOTA MANADO 135 0% 0

2 KOTA BITUNG 11 0% 0

3 KAB. MINAHASA 25 0% 0

4 KAB. MINAHASA SELATAN 939,590 0% 0

5 KAB. MINAHASA UTARA 2,470,95 100% 0

6 KAB. MINAHASA TENGGARA 482 70% 1500

7 KEPL. SANGIHE 256,4 85% 0

8 KEPL. TALAUD 24,40 17,10% 0

9 KEPL. SITARO 456 0% 0

10 KAB. BOLAANG MONGONDOW 2470 0% 0

11 KAB. BOLAANG MONGONDOW UTARA 1290 80% 0

12 KAB. BOLAANG MONGONDOW TIMUR 825,5 0% 0

13 KAB. BOLAANG MONGONDOW SELATAN 1525 0% 0

TOTAL 949,536,85 352% 1500

Luas kawasan hutan adalah 788.693Ha yang sesuai dengan fungsinya terbagi atas
Hutan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam (HSA/KPA) seluas 320.543Ha
(40,64%), Hutan Lindung (HL) seluas 175.959Ha (22,31%), Hutan Produksi Terbatas
(HPT) seluas 210.124Ha (26,46%), Hutan Produksi (HP) seluas 67.424Ha (8,55%) dan

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 307


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Hutan Produksi Konversi (HPK) seluas 14.643Ha (1,86%). Luas kawasan hutan
menurut kabupaten/kota Provinsi Sulawesi Utara dapat dilihat pada Tabel
2.149.

Berkaitan dengan hal tersebut maka pemerintah harus terus melakukan upaya-
upaya pelestarian dan pemanfaatan hutan secara lestari diantaranya melalui
penyadartahuan masyarakat yang berada disekitar hutan untuk terus menjaga
kelestarian hutan sebagai penyangga ekonomi dan kehidupan mereka serta
generasi dimasa yang akan datang. Seiring itu pula Pemerintah melakukan
upaya penegakan hukum bagi para perusak atau pelaku pelanggaran
kehutanan, memberikan akses masyarakat untuk mengelola hutan secara
lestari, melakukan upaya rehabilitasi hutan dan lahan dengan melibatkan
masyarakat serta mendorong upaya-upaya mengantisipasi perubahan iklim
global dengan kerjasama di tingkat lokal, regional, nasional, dan internasional.

2.3.2.9. Pariwisata
Pembangunan kepariwisataan ditujukan pada peningkatan kemampuan untuk
menggalakkan kegiatan ekonomi dan meningkatkan citra Sulawesi Utara sebagai
destinasi wisata dunia, meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal, serta
memberikan perluasan kesempatan kerja utamanya disektor community based
ecotourism. Pengembangan kepariwisataan memanfaatkan keragaman wisata
bahari sebagai potensi ekowisata berbasis marine tourism, edutainment, serta
mendorong kegiatan ekonomi yang terkait dengan pengembangan kesenian dan
budaya daerah yang melibatkan berbagai sektor. Kegiatan pariwisata diharapkan
mampu membuka lapangan kerja, peningkatan pendapatan bagi pemerintah dan
masyarakat di daerah wisata serta penerimaan devisa bagi Negara. Data
wisatawan mancanegara yang masuk lewat kantor imigrasi di Airport Sam
Ratulangi Manado tercatat sebanyak 20.573 orang.

Tabel 2.150 . Jumlah Wisatawan Mancanegara Masuk Melalui Bandara Sam


Ratulangi menurut Bulan 2008 – 2015

Tahun
Bulan
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Januari 9043 10665 1841 1050 1827 1108 1694 2248
Februari 10403 9916 2308 1264 1171 1552 1079 3374
Maret 11485 13061 1602 1778 1579 1695 1340 1171
April 10597 11582 1445 1764 1669 1763 1079 1044
Mei 12646 13448 1602 1436 1442 1693 1365 1011
Juni 12416 14879 1590 1513 1636 1740 1487 1007
Juli 14006 14810 1776 2011 1763 1803 1652 2089
Agustus 18171 15661 1689 2199 1503 1622 1854 2247
September 17363 10381 1561 1927 1679 1891 1652 1410
Oktober 11011 12630 1847 2100 1867 1923 1642 1297
November 13858 16413 1477 1425 1364 1627 943 1428

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 308


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Desember 15727 14630 1482 1607 1611 1500 1492 2247


Tahunan 156726 158076 20220 20074 19111 19917 17279 20573

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara, Tahun 2015

Untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas infrastruktur dan sarana


penunjang ke objek wisata perlu adanya koordinasi dan dukungan anggaran dari
SKPD terkait bersama Pemerintah Kabupaten Kota serta kerja sama dengan
berbagai stakeholder kepariwisataan termasuk investor untuk pembangunan
infrastruktur kepariwisataan. Akses pariwisata internasional dan nasional ke
Sulawesi Utara saat ini melalui 2 jalur utama yaitu Bandara Internasional Sam
Ratulangi Manado dan Pelabuhan Internasional Bitung. Untuk Bandara
Internasional Sam Ratulangi direncanakan akan ditingkatkan fasilitas dan
pelayanannya. Selain itu sedang dirintis pembukaan dan pembukaan kembali
jalur-jalur penerbangan internasional yang baru, seperti Manado-Goanzhou,
Manado-Kuala Lumpur, Manado-Davao dan Manado-General Santos. Demikian
pula, peningkatan frekuensi penerbangan baik penerbangan domestik maupun
penerbangan internasional. Penting untuk dikaji dalam rangka pengembangan
destinasi pariwisata di Sulawesi Utara, di perlukan pengembangan paket
pariwisata kewilayahan dengan memperhatikan potensi objek wisaya yang ada
misalkan Bunaken Marine Park, Bunaken-Lembeh-Likupang-Makelehi.

Pelabuhan Internasional Bitung, meningkat statusnya sebagai International Hub


Port. Demikian pula, akan ditingkatkan fasilitas dan infrastruktur pelabuhan,
seperti pembangunan terminal kapal pesiar internasional untuk memperluas
akses/jalur kapal pesiar internasional, pengembangan dermaga kapal, dan
peningkatan jumlah fasilitas-fasilitas lainnya seperti crane.

Dilihat dari segi keamanan, pengawasan, dan kewaspadaan di Bandara


Internasional Sam Ratulangi dan Pelabuhan Intenasional Bitung, telah tercipta
situasi yang kondusif atas dukungan aparat keamanan. Hal ini ditunjukkan
dengan pemberdayaan Polisi Pariwisata dalam bentuk kerjasama antara
Kepolisian Daerah dengan manajemen Bandara Internasional Sam Ratulangi dan
Pelabuhan Internasional Bitung yang berlangsung dengan baik.

Tabel 2.151. Data Perkembangan Kepariwisataan Provinsi Sulawesi Utara,


2011-2014
Tahun
No Data
2011 2012 2013 2014
1 Wisatawan 19111 19917 17279 20573
Mancanegara
2 Wisatawan Nusantara 456.480 470.012 472.776 480.200
3 Objek Wisata 580 620 625 688

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 309


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

4 Travel Biro Perjalanan 80 91 92 102


5 Restoran/ Rumah 557 580 602 632
Makan
6 Diving Centre 58 60 62 71
7 Hotel Bintang 48 52 57 69
8 Kamar Hotel Bintang 2272 2360 2400 2710
9 Tingkat Hunian Kamar 48,9% 49,23% 55,0% 65,0%
Hotel Bintang
10 Hotel Melati 237 252 258 265
11 Kamar Hotel Melati 2980 3112 3153 3230
12 Rata-Rata Lama 3 hari 3 hari 3 hari 4 hari
Menginap Tamu
13 Benda Cagar Budaya
Benda Bergerak 2.810 2.810 2.810 2.810
Benda Tidak Bergerak 57 57 57 57
14 Juru Pelihara 57 57 57 57
15 Museum 1 1 1 1
16 Organisasi Kesenian 105 121 123 126
17 Seniman 287 290 296 302
18 Jenis Kesenian 152 158 166 170
Sumber: BPS Sulawesi Utara, 2015, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Prof Sulut 2015

a. Objek wisata
Sulawesi utara telah ditetapkan sebagai satu dari lima daerah tujuan wisata dan
satu dari 10 daerah yang dapat menyelenggarakan Meeting, Incentive,
Convention, and Exhibition (MICE). Objek-objek wisata yang cukup menarik
diantaranya:
1. Wisata Bahari antara lain Taman Laut Bunaken, Pulau Siladen, Mantehage,
dan Hamparan Taman Laut Di Sangihe Talaud, dan Bolaang Mongondow.
2. Wisata alam antara lain Taman Nasional Dumoga Bone di Bolaang
Mongondow, Cagar Alam Tangkoko Batu Angus di Bitung, Danau Tondok,
Gunung Ambang di Bolaang Mongondow, dan Sumaru Endo di Danau
Tondano.
3. Wisata Peninggalan Sejarah Budaya Berupa Kuburan Tua/Waruga Di
Sawangan, dan Gua Peninggalan Jepang Di Kawangkoan.
4. Wisata religi antara lain Bukit Kasih Kanonang, Jalan Salib Tomohon, dan
Bukit Doa Pinaling.
5. Wisata Pantai antara lain Pantai Tasik Ria, Pantai Kalasei, Pantai Hais, Pantai
Kora-Kora, Pantai Tanjung Merah Di Minahasa, Pantai Molas Di Manado,
Pantai Molosing dan Labuan Uki Di Bolaang Mongondow.
6. Wisata pemandian air panas banyak tersebar di Kabupaten Minahasa bagian
tengah seperti di Tondano, Remboken, Passo, dan Langowan.
7. Wisata Tirta, untuk jenis wisata Ini dapat dinikmati pada hampir semua
Sungai dan Danau yang ada di daerah Ini, seperti Danau Tondano dan Das
Tondano serta Danau Moat di Kabupaten Minahasa.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 310


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Sampai saat ini promosi pariwisata masih dilakukan secara parsial oleh
kabupaten/kota se-Sulawesi Utara, sehingga peran dan fungsi Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata harus dimantapkan untuk bisa melaksanakan
promosi pariwisata baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Promosi
pariwisata akan berhasil jika ditunjang dengan peningkatan dan pelaksanaan
kualitas pelayanan industri pariwisata melalui penambahan akses penerbangan
internasional, pembangunan terminal kapal pesiar internasional, pusat seni dan
kebudayaan, pusat souvenir khas, pembenahan museum-museum dan pusat
informasi pariwisata. Kerjasama promosi pariwisata dengan provinsi-provinsi
sekitar serta ke manca Negara sangat berguna untuk pengembangan Provinsi
Sulawesi Utara sebagai pintu gerbang pariwisata Indonesia bagian Timur.
Menjaga kenyamanan pengunjung objek-objek wisata perlu dilakukan melalui
pembenahan sarana dan prasarana seperti tempat peristirahatan, wc umum,
jalan menuju lokasi wisata, sarana dan prasarana. Ruang terbuka umum untuk
publik perlu adanya peningkatan pemeliharaan demi kenyamanan bagi
masyarakat dalam memanfaatkan fasilitas ruang terbuka untuk umum.

b. Taman rekreasi
Pelayanan untuk kepentingan umum yang representative sangat dibutuhkan
saat ini, untuk itu perlu peningkatan taman-taman rekreasi yang ada dan
penambahan tempat-tempat rekreasi yang baru. Taman rekreasi yang ada saat
ini (antara lain Bukit Kasih Kanonang, Golden Lake di Pomorow, dan Taman
Kesatuan Bangsa), belum memadai dan belum memenuhi kebutuhan
masyarakat akan tempat-tempat rekreasi.

Upaya pemerintah Sulawesi Utara melakukan pembinaan kebudayaan asli


diarahkan untuk mempertahankan dan melestarikan kebudayaan asli warisan
leluhur dengan berbagai cara diantaranya dengan melakukan berbagai kegiatan
seperti pesta budaya, festival seni, festival seni, lomba-lomba, karnaval, pameran,
dan pergelaran budaya, penyuluhan kebudayaan, pelatihan kebudayaan,
temukarya kebudayaan, penampilan nuansa budaya Kabupaten Minahasa,
Kabupaten Sangihe, dan Kabupaten Bolaang Mongondow pada fasilitas umum
milik pemerintah, swasta dan masyarakat, pemuatan materi kebudayaan lokal
dalam kurikulum muatan lokal pada semua jenjang pendidikan dan kegiatan
upaya pembinaan lainnya. Pada saat ini Pemerintah Daerah Sulawesi Utara
melakukan pengembangan kebudayaan asli secara selektif melalui peningkatan
kapasitas pusat-pusat kebudayaan, sanggar-sanggar kebudayaan.

2.4. Aspek Daya Saing Daerah


2.4.1. Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah
a. Nilai Tukar Petani (NTP)
Kecenderungan rendahnya NTP akan dapat mengurangi insentif petani
meningkatkan produktivitas pertanian secara optimal dalam jangka panjang.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 311


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Kondisi demikian dapat mengurangi laju peningkatan produksi relatif terhadap


laju peningkatan konsumsi dalam negeri, sehingga swasembada pangan
terutama beras yang telah tercapai selama ini bisa terancam kelestariannya.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 312


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Tabel 2. 152. Indeks yang Diterima, Indeks yang Dibayarkan dan Nilai Tukar Petani menurut Bulan
di Provinsi Sulawesi Utara 2008 - 2015

2011 2012 2013 2014 2015


Bulan/Month
It Ib NTP It Ib NTP It Ib NTP It Ib NTP It Ib NTP
Januari 131.12 128.94 101.69 135.7 131.42 103.26 139.26 138.11 100.83 108.36 110.13 98.39 114.66 116.94 98.04
Februari 131.77 129.85 101.48 135.76 132.18 102.71 139.5 138.33 100.84 109.12 110 99.2 115.17 116.91 98.51
Maret 132.22 129.98 101.73 135.65 132.73 102.21 140.22 138.68 101.11 109.88 110.46 99.48 114.64 117.6 97.49
April 133.23 129.35 103 135.84 133.57 101.7 140.82 139.37 101.05 110.76 111.2 99.6 113.2 117.24 96.55
Mei 133.47 129 103.46 135.62 133.96 101.24 141.74 139.57 101.56 111.23 111.29 99.95 112.68 117.63 95.79
Juni 133.79 128.82 103.86 135.96 134.66 100.97 141.85 139.3 101.84 111.5 111.51 99.99 112.34 118.64 94.7
Juli 134.18 130.13 103.11 135.91 135.42 100.36 145.09 142.89 101.53 111.92 112.22 99.73 113.68 119.14 95.42
Agustus 134.69 129.92 103.67 136.55 136.03 100.38 145.03 145.13 99.93 111.56 111.84 99.75 114.36 120.25 95.11
September 135.2 129.94 104.05 137.3 135.76 101.14 144.06 145.57 98.96 112.01 112.16 99.87 116.33 121.32 95.89
Oktober 135.06 129.95 103.94 138.29 136.54 101.28 143.97 145.13 99.2 112.46 113.02 99.51 114.55 117.66 97.35
November 135.82 130.17 104.35 138.54 136.74 101.31 145.16 145.94 99.46 114.01 114.45 99.62 114.01 114.45 99.62
Desember 136.28 130.7 104.27 138.81 137.38 101.04 107.24 109.2 98.21 114.55 117.66 97.35 119.35 123.24 96.85

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 313


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Tabel 2.153 Nilai Tukar Petani Nelayan dan Pembudidaya Ikan


Farmer Terms of Trade of Fishermen and Fish Farmer 2008 - 2015
Nilai Tukar / Terms of Trade
Bulan / Month
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
1 2 3 4 5 6 7 8 9

Januari 106,5 100,59 96,84 97,18 96,43 95,59 109,15 110,15


Februari 109,3 99,52 96,81 96,63 95,7 95,37 109,52 111,88
Maret 108 99,1 96,88 96,08 95,68 95,88 109,42 107,28
April 103,8 99 97,22 97,24 95 96,35 108,37 105,99
Mei 103,3 94,98 96,83 96,53 95,3 96,93 108,03 105,47
Juni 102,2 95,09 97,23 96,64 94,38 96,78 108,36 105,77
Juli 101,8 94,56 95,57 96,51 93,96 97,88 110,46 106,55
Agustus 100,9 94,14 96,41 96,9 94,25 95,94 110,81 106,04
September 100,9 95,25 95,78 96,44 94,96 94,76 111 105,34
Oktober 101 95,54 96,74 96,51 94,24 95,92 111,91 105,21
November 98,5 95,29 97,89 97,38 94,66 96,46 109,07 105,07
Desember 98,5 96,3 96,97 97,37 94,74 104,55 106,66 103,27
Sumber : BPS

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 314


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Tabel 2. 154.Nilai Tukar Petani Tanaman Perkebunan Rakyat di Sulawesi Utara 2008 - 2015
Farmer Terms of Trade of smallholders in Sulawesi Utara 2008 - 2015
Bulan / Nilai Tukar / Terms of Trade
Month 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
1 2 3 4 5 6 7 8 9

Januari 111,3 112,2 112,38 107,95 110,33 107,27 96,1 91,47


Februari 114,7 112,13 110,25 107,71 109,58 108,12 96,86 93,25
Maret 117,4 113,57 111,06 107,57 108,84 108,93 97,84 90,29
April 112,2 114,68 110,32 109,98 108,44 108,86 98,15 89,55
Mei 107,2 114,17 110,46 110,98 106,64 109,01 98,85 88,65
Juni 112,9 112,08 111,25 112,27 107,12 109,84 98,38 86,09
Juli 121,7 109,81 109,58 111,26 106,28 108,27 97,57 87,58
Agustus 121,1 109,38 106,93 112,75 106,45 105,97 97,2 85,85
September 116,9 110,71 106,61 114,31 107,84 104,3 96,73 86,73
Oktober 115,9 112,83 106 113,66 109,28 104,24 94,68 87,13
November 111,7 113,26 106,98 113,6 108,33 104,88 96,21 87,09
Desember 109,7 113,15 106,39 112,98 107,3 95,46 92,19 86,69
Sumber : BPS

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 315


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Tabel 2.155. Nilai Tukar Petani Peternakan di Sulawesi Utara 2008 - 2015
Farmer Terms of Trade of Livestock Farmer in Sulawesi Utara 2008 - 2015
Bulan / Nilai Tukar / Terms of Trade
Month 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
1 2 3 4 5 6 7 8 9

Januari 100,4 98,39 99,15 102,24 102,47 98,67 98,67 100,22


Februari 99,3 97,72 99,48 101,6 101,97 98,64 99,16 100,27
Maret 101,4 97,49 99,31 101,41 101,45 98,51 99,67 99,88
April 100,7 97,68 99,62 101,92 100,86 97,81 99,67 100,56
Mei 99,7 98,31 99,28 101,95 100,81 97,57 100,53 100,43
Juni 97,8 98,94 99,56 102,38 100,31 97,9 100,64 101,14
Juli 96,3 98,67 99,47 101,26 100,36 99,07 101,67 101,59
Agustus 95,5 98,68 99,56 101,81 100,04 97,96 102,21 101,27
September 95,7 98,7 100,04 102,02 100,26 97,69 102,15 101,14
Oktober 95,9 98,76 100,45 102,29 99,59 98,07 102,33 100,38
November 96,6 98,71 101,31 102,21 99,2 97,58 101,23 100,19
Desember 98,2 98,79 101,12 102,23 98,69 98,65 98,83 100,65
Sumber : BPS

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 316


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Tabel 2.156. Nilai Tukar Petani Tanaman Pangan di Sulawesi Utara 2008 - 2015
Farmer Terms of Trade of Food Crop Farmer in Sulawesi Utara 2008 - 2015
Bulan / Nilai Tukar / Terms of Trade
Month 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
1 2 3 4 5 6 7 8 9

Januari 102,1 92,46 97,04 99,87 103,27 102,01 96,86 97,76


Februari 99 95,67 96,2 99,66 102,41 100,95 97,28 98,17
Maret 97,4 94,83 96,16 101,23 102,13 100,62 96,42 98,92
April 96,7 94,63 95,34 102,69 101,61 100,5 95,87 96,66
Mei 95,5 95,73 97,43 103,58 101,38 101,81 95,36 94,6
Juni 93,5 95,8 97,68 103,89 101,34 101,82 95,25 92,81
Juli 92,2 95,29 97,98 103,44 100,59 100,7 94,17 93,22
Agustus 91,4 95,1 98,12 103,9 100,88 99,2 95,1 94,64
September 90,4 96,14 98,1 103,91 101,48 98,81 95,75 95,95
Oktober 90 96,92 98,96 103,77 102,1 99,15 96,56 97,15
November 90,5 95,85 98,94 103,92 102,83 99,01 96,62 97,7
Desember 88,4 96,38 98,86 103,92 102,73 97,41 95,46 97,81
Sumber : BPS

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 317


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

b. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga per Kapita.

Pengeluaran konsumsi rumahtangga per kapita provinsi Sulawesi


Utara tahun 2012 sebesar Rp.12.178,86 meningkat menjadi Rp. 12.771 pada
tahun 2013. Tahun 2014 pengeluaran konsumsi rumahtangga per kapita
menjadi 13256,85 dan meningkat menjadi Rp.13.961 atau hampir mencapai
Rp.14.000

Tabel 2.157. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga per Kapita Provinsi


Sulawesi Utara Tahun 2012-2015 (dalam rupiah)

DATA 2012 2013 2014 2015


Pengeluaran Konsumsi
rumahtangga 28.253.940.000 29.929.890.000 31.638.840.000 33.676.770.000

Pengeluaran Konsumsi
LNPRT 1.332.380.000 1.369.770.000 1.427.680.000 1.431.270.000

Jumlah Penduduk 2.319.916 2.343.527 2.386.604 2.412.118


Pengeluaran Konsumsi
RT per kapita 12.178,86 12.771,30 13.256,85 13.961,49

2.4.2. Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur


2.4.2.1. Ketaatan Terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
a. Ketaatan terhadap RTRW
Luas wilayah Provinsi Sulawesi Utara sebesar 1.547.877Ha, dengan luas
masing-masing kawasan sebagai berikut:
 Luas Rencana Ruang Kawasan Lindung 883.426Ha, dan
 Luas Rencana Ruang Kawasan Budidaya 664.451Ha.
Kawasan adalah wilayah dengan fungsi utama lindung dan budidaya.
Kawasan lindung merupakan wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam
dan sumber daya buatan, Lokasinya tersebar di Bintauna, Kaidipang, sekitar
Teluk Boroko (termasuk Pulau Lampu) dan sebagian Pulau Damar
(Kabupaten Bolmong Utara), Desa Tanamon, Boyongpante, dan Blongko
(Kabupaten Minahasa Selatan).
Ketaatan terhadap RTRW Provinsi Sulawesi Utara sampai dengan tahun
2015 menunjukkan kinerja yang positif, dimana arahan pembangunan
sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Daerah nomor 1 tahun 2014
tentang RTRW Provinsi Sulawesi Utara.

b. Luas Kawasan Lindung


Kawasan Lindung di Sulawesi Utara meliputi: hutan lindung, kawasan
resapan air, sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau,
kawasan sekitar mata air, kawasan terbuka hijau kota, suaka alam laut,
suaka margasatwa, cagar alam, kawasan pantai berhutan bakau, taman
nasional, taman wisata alam, kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan,
kawasan rawan tanah longsor, kawasan rawan gelombang pasang, kawasan
rawan banjir, kawasan rawan letusan gunung berapi, kawasan rawan gempa

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 318


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

bumi, kawasan yang terletak di zona patahan aktif, kawasan rawan tsunami,
dan abrasi.

c. Luas Wilayah Produktif


Pertambahan dan perkembangan tata ruang wilayah mengalami perubahan
yang pesat dalam dasawarsa terakhir ini. Perkembangan kota,
perkembangan desa, dan hubungan kota desa berlangsung secara interaktif
dan saling menguntungkan. Kota-kota yang cepat perkembangannya, antara
lain Kota Manado, Kota Bitung, Kota Tomohon, Kota Kotamobagu, dan
Kabupaten Kepulauan Sangihe. Selain itu, ibukota kabupaten yang baru,
antara lain seperti Amurang, Airmadidi, dan Melonguane juga semakin cepat
ditata karena merupakan pusat-pusat pemerintahan. Lengkapnya
infrastruktur yang tersedia merupakan pendorong utama perkembangan
daerah.

Perkembangan situasi dan kondisi selama 15 tahun sejak disusunnya


Rencana Struktur Tata Ruang Provinsi (RSTRP) Daerah Tingkat I Sulawesi
Utara sesuai dengan Perda Nomor 3 Tahun 1991 Tanggal 5 Desember Tahun
1991, telah memberikan perubahan yang signifikan terhadap kondisi
pemanfaatan ruang saat ini. Perubahan tersebut terutama disebabkan oleh
terbitnya Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2000 tentang Pemekaran
Provinsi Sulawesi Utara sebagai provinsi induk, dan Provinsi Gorontalo
sebagai provinsi hasil pemekaran. Adanya perubahan struktur tata ruang
secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap
struktur fungsi jaringan jalan pendukungnya. Perubahan ini selanjutnya
berpengaruh terhadap pengelolaan/pembinaan jalan. Pasca pemekaran,
jaringan jalan yang sebelumnya berperan sebagai jalan kolektor primer
berubah menjadi jalan arteri primer. Begitu juga halnya jaringan jalan yang
berfungsi sebagai jalan lokal primer menjadi jalan kolektor primer.
Perubahan wilayah administrasi Provinsi Sulawesi Utara sebagai hasil
pemekaran secara langsung akan mengubah luasan dari pola pemanfaatan
ruang bagi setiap unsur pemanfaatan ruang. Salah satu perubahan
pemanfaatan ruang yang paling mencolok adalah luasan pemanfaatan ruang
untuk hutan lindung. Perubahan luasan ini terjadi sangat signifikan,
mengingat rona daratan yang masuk ke wilayah Gorontalo pasca pemekaran
didominasi oleh peruntukan hutan lindung.

Berkurangnya lahan peruntukan hutan lindung ini selain akibat pemekaran,


juga disebabkan oleh belum efektifnya RSTRP sebagai pengendali
pemanfaatan ruang di mana beberapa lokasi telah mengalami alih fungsi
lahan dari hutan lindung menjadi hutan produksi atau hutan konversi, dan
bahkan berubah menjadi kegiatan bermukim atau permukiman. Dengan
demikian, RSTRP Daerah Tingkat I Provinsi Sulawesi Utara Tahun 1991 telah
ditinjau kembali dengan mengacu kepada Surat Edaran Menteri PU Nomor
19/SE/M/2008 dan Surat Edaran Dirjen PR Nomor 47/SE/Dr/2008
tentang Persetujuan Substansi dalam Penetapan Rancangan Perda tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, dan sekaligus sebagai upaya
pelaksanaan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang.
BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 319
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

2.4.2.2. Pengelolaan Bencana dan Mitigasi Iklim

Peristiwa banjir bandang dan tanah longsor tahun 2014 di Kota Manado,
Kab. Minahasa, Kab. Minahasa Selatan, Kota Tomohon dan Kab. Minahasa
Utara menimbulkan kerugian yang sangat besar dimana ekonomi mengalami
lumpuh total selama 6 bulan dan merusak semua fasilitas-fasilitas sosial
dan rumah penduduk. Hal ini menjadi pelajaran serta acuan untuk
menempatkan pengurangan resiko bencana dalam kegiatan pembangunan
untuk mengurangi indeks resiko bencana.

Paradigma penanggulangan bencana saat ini tidak lagi diarahkan pada


proses penanggulangan bencana melainkan bagaimana upaya pengurangan
resiko bencana yang merupakan nilai investasi terhadap pengembangan
ekonomi domestik. Pentingnya berbagai kegiatan ini dilakukan dikarenakan
Provinsi Sulawesi Utara menghadapi tantangan besar dalam hal pengelolaan
bencana (disaster management). Dari data Badan Penangulangan Bencana
Daerah Provinsi Sulawesi Utara diketahui bahwa selang tahan 2010-2015
terdapat banyak kejadian bencana alam di Provinsi Sulawesi Utara
sebagaimana diuraikan dibawah ini.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 320


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

A. Bencana yang terjadi dan Penanggulangannya


Tabel 2.158. Jenis Bencana dan Frekuensi Terjadi Bencana Di
Provinsi Sulawesi Utara, Tahun 2010
NO JENIS KEJADIAN BENCANA FREKUENSI PROSENTASE

1 Angin Badai dan Gelombang Pasang 1 5,88%

2 Banjir dan Tanah Longsor 2 11,76%

3 Tanah Longsor 3 17,65%

Banjir, Tanah longsor, Gelombang


1 5,88%
4 pasang

5 Erupsi Gunung Api 2 11,76%

6 Banjir 5 29,41%

7 Gempa Bumi 3 17,65%

JUMLAH 17 1,00

Grafik 2.63. Jenis Bencana dan Frekuensi Terjadi Bencana Di


Provinsi Sulawesi Utara, Tahun 2010
Angin Badai dan
Gelombang Banjir dan Tanah
Pasang 5.88% ; 1 Longsor, 11.76% ;
2
Gempa Bumi,
17.65%; 3

Tanah longsor,
17,65% ; 3
Banjir, 29.41%;5

Banjir, Tanah
Longsor,
Erupsi Gunung Gelombang
Api, 11.76%;2 pasang, 5.88% ;1

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 321


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Tabel 2.159. Jenis Bencana dan Frekuensi Terjadi Bencana Di


Provinsi Sulawesi Utara, Tahun 2011
NO JENIS KEJADIAN BENCANA FREKUENSI PROSENTASE

1 Banjir 7 24,14%

2 Banjir dan Tanah Longsor 1 3,45%

3 Angin Puting Beliung 4 13,79%

4 Angin Kencang 1 3,45%

5 Kebakaran 1 3,45%

6 Erupsi Gunung Api 5 17,24%

7 Tanah Longsor 7 24,14%

8 Gempa Bumi 1 3,45%

9 Gelombang Pasang 1 3,45%

10 Kecelakaan Transportasi 1 3,45%

29 100,00

Grafik 2.64. Jenis Bencana dan Frekuensi Terjadi Bencana Di


Provinsi Sulawesi Utara, Tahun 2011
Gelombang Kecelakaan
Pasang, 3,45%;1 Transportasi 3,45 Banjir dan Tanah
Gempa Bumi, %;1 Longsor, 3,45% ; 1
3,45%;1

Banjir , 24,14% ; 7

Tanah Longsor,
24,14%; 7
Angin Puting
Beliung, 13,79% ; 4

Erupsi Gunung Api,


17,24%;5

Angin Kencang,
Kebakaran ,
3,45% ;1
3,45%;1

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 322


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Tabel 2.160. Jenis Bencana dan Frekuensi Terjadi Bencana Di


Provinsi Sulawesi Utara, Tahun 2012
NO JENIS KEJADIAN BENCANA FREKUENSI PROSENTASE

1 Banjir 10 19,23%

2 Banjir dan Tanah Longsor 2 3,85%

3 Tanah Longsor 8 15,38%

4 Gelombang Pasang dan Angin Kencang 3 5,77%

5 Gelombang Pasang 2 3,85%

6 Angin Kencang 1 1,92%

7 Angin Putting Beliung 7 13,46%

8 Erupsi Gunung Api 13 25,00%

9 Patahan 1 1,92%

10 Kebakaran Rumah 1 1,92%

11 Gempa Bumi 4 7,69%

Jumlah 52 100,00

Grafik 2.65. Jenis Bencana dan Frekuensi Terjadi Bencana Di


Provinsi Sulawesi Utara, Tahun 2012

Gempa Bumi,
7,69%;4
Kebakaran Rumah,
1,92;1%
Patahan, 1,92%;1
Banjir , 19,23% ;10
Banjir dan
Tanah Longsor, Tanah Longsor,
Erupsi Gunung Api, 15,38% ; 8 3,85%;2
25,00%;13

Gelombang Pasang
Angin dan Angin Kencang
Angin Putting
Kencang, , 5,77% ;3
Beliung, 13,46%;7
1,92%;1 Gelombang Pasang
, 3,85%;2

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 323


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Tabel 2.161. Jenis Bencana dan Frekuensi Terjadi Bencana Di


Provinsi Sulawesi Utara, Tahun 2013
NO JENIS KEJADIAN BENCANA FREKUENSI PROSENTASE

1 Erupsi Gunung Api 13 86,67%

2 Banjir dan Tanah Longsor 2 13,33%

Jumlah 15 100,00

Grafik 2.66. Jenis Bencana dan Frekuensi Terjadi Bencana Di


Provinsi Sulawesi Utara, Tahun 2013
Banjir dan Tanah
Longsor, 13,33%;2

Erupsi Gunung Api ,


86.67% ;13

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 324


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Tabel 2.162. Jenis Bencana /Kejadian Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Sulawesi Utara, Tahun 2014

LOKASI KORBAN
JENIS
JENIS
NO TANGGAL BECANA
DESA / KEL / KERUSAKAN Luka Luka Menin Hilan
/KEJADIAN KAB./KOTA
KEC Ringan Berat ggal g

1 02 Januari Angin Puting Kabupaten Minahasa Desa Kaweng 4 Rumah RB - - - -


Beliung Kecamatan Kakas

2 15 Januari Banjir dan Kota Manado Tersebar di 11 4.496 Rumah - - 7 -


Tanah Kecamatan RB
Longsor
1.971 Rumah
RS

4.799 Rumah
RR

Kabupaten Minahasa Tersebar di 143 Rumah RB - - 7 -


Kecamatan
Tombulu, 181 Rumah RS
Tombariri dan
615 Rumah RR
Mandolang

Kabupaten Minahasa 36 Rumah RB - - 1 -


Utara Tersebar di
2 Rumah RS
Kecamatan Kema,
Wori dan Airmadidi 5 Rumah RR

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 325


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

LOKASI KORBAN
JENIS
JENIS
NO TANGGAL BECANA
DESA / KEL / KERUSAKAN Luka Luka Menin Hilan
/KEJADIAN KAB./KOTA
KEC Ringan Berat ggal g

Kota Tomohon Kelurahan Tinoor 9 Rumah RB - - 6 -


Kecamatan
Tomohon Utara

Kabupaten Minahasa Tersebar di 102 Rumah RB - - - -


Selatan Kecamatan :
Amurang, 152 Rumah RR
Amurang Barat
dan Tumpaan

Kabupaten Kep.Sitaro Kampung Nameng - - 3 29


Kecamatan Siau -
Barat Utara

Kabupaten - - 1 -
-
Kep.Sangihe

3 16 Maret Banjir Kabupaten Bolaang Desa Lolanan Desa 9 Rumah RB - - - -


Mongondow Bolangat
30 Rumah RS
Kecamatan
Sangtombolang 130 Rumah RR

Kabupaten Minahasa Desa Toliang Oki 7 Rumah RB - - - -


Angin Puting Kecamatan Eris
4 23 April 14 Rumah RS
Beliung
25 Rumah RR

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 326


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

LOKASI KORBAN
JENIS
JENIS
NO TANGGAL BECANA
DESA / KEL / KERUSAKAN Luka Luka Menin Hilan
/KEJADIAN KAB./KOTA
KEC Ringan Berat ggal g

5 12-Agu Banjir Kabupaten Bolaang 1. Kec. Pinolosian 1 Rumah RS


Mongondow Tengah

 Mataindo,
 Mataindo Utara
 Torosik,
 Tobayagan,
 Tobayagan
Selatan
2. Kec. Pinolosian
Timur
 Dumagin A
 Dumagin B
 Posilagon,
 Perjuangan,
 Pidung Dayow,
 Onggunoi,
 Onggunoi
Selatan
6 16 Agustus Angin Puting Kabupaten Desa Tabang 25 Rumah RB
Beliung Kepulauan Talaud Kecamatan Rainis
2 Fasilitas
Umum Rb

7 16-Nov Gempa Bumi Manado Kec Sario dinding lantai 7


hotel lion
ambruk

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 327


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

LOKASI KORBAN
JENIS
JENIS
NO TANGGAL BECANA
DESA / KEL / KERUSAKAN Luka Luka Menin Hilan
/KEJADIAN KAB./KOTA
KEC Ringan Berat ggal g

Sitaro Kel Bohay Kec 4 Rumah rusak


Tagulandang ringan

8 20-Des Banjir Sangihe Desa Lasabe Kec Beberapa jalan 4


Bandang dan Tabukan Selatan, tertutup
Tanah Kecamatan material
Longsor Manganitu dan Longsor dan
Naha, Kelurahan beberapa rumah
Soataloara, tertimbun
Apengsimbeka dan longsor
Sawang Bendar

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 328


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

B. Status Bencana dan Potensi Bencana Yang diperkirakan terjadi


Penentuan status bencana selang tahun 2010 – 2015 terjadi pada tahun
2014 dimana terjadi bencana alam banjir bandang di Kota Manado dan
sekitarnya. Status bencana tersebut dikeluarkan oleh Gubernur Sulawesi
Utara Nomor 6 Tahun 2014 tentang Penetapan Status Keadaan Darurat
Penanganan Bencana Banjir dan Tanah Longsor di Provinsi Sulawesi Utara.
Status ini dikeluarkan oleh Gubernur Sulawesi Utara karena bencana
tersebut terjadi bersamaan di beberapa wilayah Provinsi Sulawesi Utara yaitu
: Kota Manado, Kota Tomohon, Kabupaten Minahasa, Kabupaten Minahasa
Selatan dan Kabupaten Minahasa Utara. Indeks Resioko Bencana di
Sulawesi Utara termasuk dalam kategori tinggi dengan skor 151 dimana
terdapat 10 Kabupaten/Kota di Sulawesi Utara termasuk dalam 136 Daerah
di Indonesia yang memiliki Indeks Resiko Bencana tinggi berdasarkan
analisis Indeks Resiko Bencana Indonesia Tahun 2013 (IRBI) yaitu :

Tabel 2.163. Indeks Resiko Bencana Indonesia Menurut Kabupaten Kota


Di Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2013

No. Kabupaten / Kota Skor Kategori


1 Minahasa 212 Tinggi
2 Minahasa Tenggara 195 Tinggi
3 Siau Tagulandang Biaro 179 Tinggi
4 Minahasa Selatan 174 Tinggi
5 Kota Bitung 163 Tinggi
6 Minahasa Utara 158 Tinggi
7 Bolaang Mongondow Timur 158 Tinggi
8 Kepulauan Sangihe 154 Tinggi
9 Bolaang Mongondow 150 Tinggi
10 Bolaang Mongondow 150 Tinggi
Selatan
11 Bolaang Mongondow Utara 144 Sedang
12 Kota Manado 130 Sedang
13 Kota Tomohon 119 Sedang
14 Kepulauan Talaud 103 Sedang
15 Kota Kotamobagu 76 Sedang
Sumber IRBI 2013

Provinsi Sulawesi Utara yang memiliki 12 potensi bencana memiliki


kerentanan beragam untuk setiap jenis potensi bencana. Kerentanan
bencana ditinjau dari komponen sosial budaya, fisik, ekonomi dan
lingkungan. Penghitungan kerentanan suatu kawasan bila terpapar oleh
suatu ancaman bencana terdiri dari 3 indeks kerentanan. Indeks tersebut
adalah Indeks Penduduk Terpapar (dalam satuan jiwa), Indeks Kerugian

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 329


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

(dalam satuan Rupiah) dan Indeks Kerusakan Lingkungan (dalam satuan


hektar). Berdasarkan hasil kajian diperoleh data bahwa indeks kerugian fisik
dan ekonomi di Provinsi Sulawesi Utara pada kategori skala tinggi, dan
tingkat ancaman multibencana pada kategori skala sedang, maka dapat
ditentukan tingkat kerugian dengan matriks penentuan tingkat kerugian
sebagai berikut:

A. Cuaca Extrim

Berdasarkan Pengkajian Kerentanan, bencana cuaca ekstrim di Provinsi


Sulawesi Utara akan berdampak pada 1.887.513 jiwa yang tinggal
dan/atau beraktivitas di kawasan terancam. Untuk Indeks kerusakan
lingkungan dari ancaman bencana cuaca ekstrim di Provinsi Sulawesi
Utara dari hasil pengkajian risiko bencana terlihat bahwa kerusakan
lingkungan sebesar 1.329.657 Ha. Sedangkan kerugian daerah yang
ditimbulkan berdasarkan kajian risiko bencana sebesar 12,8 Triliun
Rupiah.

B. Kegagalan Teknologi

Berdasarkan Pengkajian Kerentanan, bencana kegagalan teknologi di


Provinsi Sulawesi Utara akan berdampak pada 1.998.852 jiwa yang tinggal
dan/atau beraktivitas di kawasan terancam. Ancaman bencana kegagalan
teknologi juga berpotensi untuk merusak lingkungan. Indeks Kerusakan
Lingkungan akibat bencana banjir dari pengkajian risiko bencana
terhitung sebesar 1.466.170 Ha lahan yang akan rusak.
C. Banjir

Berdasarkan Pengkajian Kerentanan, bencana banjir di Provinsi Sulawesi


Utara akan berdampak pada 17.569 jiwa yang tinggal dan/atau
beraktivitas di kawasan terancam. Ancaman bencana banjir juga
berpotensi untuk merusak lingkungan. Indeks Kerusakan Lingkungan
akibat bencana banjir dari pengkajian risiko bencana terhitung sebesar
6.742 Ha lahan yang akan rusak. Sedangkan kerugian daerah yang
ditimbulkan berdasarkan kajian risiko bencana sebesar 348,5 Miliar
Rupiah.

D. Tsunami

Berdasarkan Pengkajian Kerentanan, bencana tsunami di Provinsi


Sulawesi Utara akan berdampak pada 17.358 jiwa yang tinggal dan/atau
beraktivitas di kawasan terancam. Berdasarkan indeks kerusakan
lingkungan maka total lingkungan hidup yang terkena risiko bencana
tsunami adalah sebesar 12.656 Ha. Sedangkan kerugian daerah yang

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 330


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

ditimbulkan berdasarkan kajian risiko bencana sebesar 2,57 Triliun


Rupiah.

E. Gelombang ekstrim dan abrasi

Berdasarkan Pengkajian Kerentanan, bencana gelombang ekstrim dan


abrasi di Provinsi Sulawesi Utara akan berdampak pada 147.705 jiwa yang
tinggal dan/atau beraktivitas di kawasan terancam. Ancaman bencana
gelombang ekstrim dan abrasi juga berpotensi untuk merusak lingkungan.
Indeks Kerusakan Lingkungan akibat bencana gelombang ekstrim dan
abrasi dari pengkajian risiko bencana terhitung sebesar 89.564 Ha lahan
yang akan rusak. Sedangkan kerugian daerah yang ditimbulkan
berdasarkan kajian risiko bencana sebesar 3,1 Triliun Rupiah.

F. Gempa Bumi

Berdasarkan Pengkajian Kerentanan, bencana gempa bumi di Provinsi


Sulawesi Utara akan berdampak pada 1.961.215 jiwa yang tinggal
dan/atau beraktivitas di kawasan terancam. Berdasarkan indeks
kerusakan lingkungan maka total lingkungan hidup yang terkena risiko
bencana gempa bumi adalah sebesar 1.434.329 Ha. Sedangkan kerugian
daerah yang ditimbulkan berdasarkan kajian risiko bencana sebesar 24,6
Triliun Rupiah.

G. Gunung api

Berdasarkan Pengkajian Kerentanan, bencana Letusan Gunung Api di


Provinsi Sulawesi Utara akan berdampak pada 83.948 jiwa yang tinggal
dan/atau beraktivitas di kawasan terancam. Indeks Kerusakan
Lingkungan akibat bencana gunung api dari pengkajian risiko bencana
terhitung sebesar 30.571 Ha lahan yang akan rusak. Sedangkan kerugian
daerah yang ditimbulkan berdasarkan kajian risiko bencana sebesar 2,6
Triliun Rupiah.

H.Kekeringan

Berdasarkan Pengkajian Kerentanan, bencana kekeringan di Provinsi


Sulawesi Utara akan berdampak pada 1.801.049 jiwa yang tinggal
dan/atau beraktivitas di kawasan terancam. Indeks Kerusakan
Lingkungan akibat bencana kekeringan dari pengkajian risiko bencana
terhitung sebesar 1.352.894 Ha lahan yang akan rusak. Sedangkan
kerugian daerah yang ditimbulkan berdasarkan kajian risiko bencana
sebesar 24 Triliun Rupiah.

I. Tanah Longsor

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 331


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Berdasarkan Pengkajian Kerentanan, bencana longsor di Provinsi Sulawesi


Utara akan berdampak pada 1.980.073 jiwa yang tinggal dan/atau
beraktivitas di kawasan terancam. Indeks Kerusakan Lingkungan akibat
bencana longsor dari pengkajian risiko bencana terhitung sebesar
1.450.312 Ha lahan yang akan rusak. Sedangkan kerugian daerah yang
ditimbulkan berdasarkan kajian risiko bencana sebesar 24,6 Triliun
Rupiah.

J. Kebakaran Hutan Dan Lahan

Berdasarkan Pengkajian Kerentanan, bencana kebakaran hutan dan lahan


di Provinsi Sulawesi Utara akan berdampak pada 505.619 jiwa yang
tinggal dan/atau beraktivitas di kawasan terancam. Ancaman bencana
kebakaran hutan dan lahan juga berpotensi untuk merusak lingkungan.
Indeks Kerusakan Lingkungan akibat bencana kebakaran hutan dan lahan
dari pengkajian risiko bencana terhitung sebesar 654.050 Ha lahan yang
akan rusak. Sedangkan kerugian daerah yang ditimbulkan berdasarkan
kajian risiko bencana sebesar 31,4 Triliun Rupiah.

K.Epidemi Dan Wabah Penyakit

Berdasarkan Pengkajian Kerentanan, bencana epidemi dan wabah


penyakit di Provinsi Sulawesi Utara akan berdampak pada 1.997.908 jiwa
yang tinggal dan/atau beraktivitas di kawasan terancam. Indeks
Kerusakan Lingkungan akibat bencana kebakaran hutan dan lahan dari
pengkajian risiko bencana terhitung sebesar 1.466.205 Ha lahan yang
akan rusak. Sedangkan kerugian daerah yang ditimbulkan berdasarkan
kajian risiko bencana sebesar 24,6 Triliun Rupiah.

L. Konflik sosial

Berdasarkan Pengkajian Kerentanan, bencana konflik sosisal di Provinsi


Sulawesi Utara akan berdampak pada 2.000.759 jiwa yang tinggal
dan/atau beraktivitas di kawasan terancam. Indeks Kerusakan
Lingkungan akibat konflik sosial dari pengkajian risiko bencana terhitung
sebesar 1.465.761 Ha lahan yang akan rusak. Sedangkan kerugian daerah
yang ditimbulkan berdasarkan kajian risiko bencana sebesar 24,6 Triliun
Rupiah.

2.4.3. Fokus Iklim Berinvestasi


2.4.3.1. Angka Kriminalitas
Jika dilihat dari faktor keamanan dan ketentraman masyarakat Sulawesi Utara
pada dasarnya daerah ini merupakan daerah yang aman dan nyaman dengan
kondisi masyarakat yang beragam baik dari faktor suku, agama dan ras.
Organisasi kemasyarakatan dan lembaga swadaya masyarakat yang terdaftar di
Provinsi Sulawesi Utara berdasarkan Undang-Undang Ormas Nomor 8 Tahun

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 332


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

1985, dan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1986, sampai Tahun 2010
tercatat sebanyak 62 (enampuluh dua) organisasi masyarakat, 36 Lembaga
Swadaya Masyarakat, 6 organisasi keagamaan meskipun yang aktif tercatat
hanya 28 organisasi masyarakat yang aktif, 16 lembaga swadaya masyarakat
dan 6 organisasi keagamaan. Untuk Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB)
Provinsi Sulawesi Utara, dibentuk berdasarkan SK Gubernur Sulawesi Utara
Nomor 317 Tahun 2007, sebagai penjabaran dari Peraturan Bersama Menteri
Dalam Negeri dan Menteri Agama Nomor 9 dan 8 Tahun 2006.

Beberapa daerah rawan konflik, yaitu:


1. Kota Manado; Kecamatan Tikala, dan Kecamatan Taas.
2. Kota Bitung; Desa Manembo-Nembo Tengah, Desa Pinasungkulan, dan
Kelurahan Tendeki.
3. Kota Kotamobagu; Kecamatan Kotamobagu Selatan, dan Desa Kopandakan.
4. Kabupaten Bolang Mongondow; Kecamatan. Dumoga Barat, dan Kecamatan
Dumoga Timur.
5. Kabupaten Bolaang Mongondow Utara; Kecamatan Pinogaluman (Pulau
Bongkil).
6. Kabupaten Minahasa; Desa Tikela Kecamatan Tombuluan, dan Desa
Pineleng, Kecamatan Pineleng.
7. Kabupaten Minahasa Utara; Kecamatan Likupang, dan Kecamatan Dimembe.
8. Kabupaten Minahasa Tenggara; Kecamatan Ratahan, dan Kecamatan
Ratatotok.
9. Kabupaten Minahasa Selatan; Kecamatan Tompaso Baru
10. Kabupaten Kepulauan Sangihe; Kecamatan Nusa Tabukan.

Dalam upaya membangun kerjasama antara masyarakat, aparat keamanan dan


pemerintah maka dibentuk Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM)
berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2006 dan Surat
Keputusan Gubernur Sulawesi Utara Nomor 34 Tahun 2008. Komunitas
Intelejen Daerah (Kominda) Sulawesi Utara dibentuk berdasarkan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 11 Tahun 2006 dan Surat Keputusan Gubernur
Nomor 283 Tahun 2008, sementara Komunitas Intelijen Daerah (Kominda)
Daerah Kabupaten/Kota dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 11 Tahun 2006 dan Surat Keputusan Bupati/Walikota setempat, untuk
mewujudkan kedaulatan wilayah nasional yang ditandai dengan kejelasan dan
ketegasan batas-batas wilayah negara, menurunnya kegiatan ilegal dan
terpeliharanya lingkungan hidup di kawasan perbatasan, serta memperkecil
keterisolasian daerah perbatasan dengan meningkatkan aspek sarana dan
prasarana terutama transportasi darat, laut, udara, dan infrastruktur
telekomunikasi dan energi.

Menurut data Polda, secara umum kriminalitas di Sulawesi Utara mengalami


peningkatan dari tahun 2014 sebanyak 11.105 kasus, menjadi 11.266 kasus
pada tahun 2015. Sementara tingkat penyelesaian perkara turun dari 8497

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 333


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

tahun 2014 menjadi 7434 di tahun 2015. Untuk lakalantas terjadi peningkatan,
tahun 2014 dari 1.093 kasus menjadi 1324 kasus di tahun 2015. Khusus untuk
lakalantas tahun 2015, korban meninggal dunia sebanyak 266 orang, luka berat
433 dan luka ringan sebanyak 1310 orang, sedangkan jumlah pelanggaran
lalulintas menurun tajam dari 50.488 kasus di tahun 2014 menjadi 14.389 di
tahun 2015. Polda Sulut telah membentuk tim Barracuda sebagai langkah
pencegahan semakin berkembangnya aksi kriminalitas. Tak hanya itu, berbagai
operasi/razia menyangkut gangguan Kamtibmas pun ikut digelar. Terungkap
pula, kalau aksi kriminalitas yang paling dominan tahun ini adalah
penganiayaan berat, dengan jumlah kasus 368. Disusul, Narkoba/Miras
sebanyak 338 kasus. Sementara, pada posisi ketiga, ada KDRT dengan 84 kasus.
Dikuti kasus Curat (20), Curas (17), pemerkosaan (15), pembunuhan (14),
Tarkam (10) dan lain-lain. Aksi kriminalitas bermodus Minuman Beralkohol
(Minol) menempati urutan kedua, dengan jumlah kasus 664 kasus. Sementara
modus pukul menempati posisi teratas, yakni 2033 kasus. Sedangkan untuk
waktu kejadian kebanyakan terjadi di pukul 18:00-24:00 Wita

Masalah yang cukup signifikan menjadi pemicu berbagai kasus kriminalitas


adalah persoalan dan kekisruhan menyangkut ganti rugi tanah; pencurian
dengan kekerasan; aksi trafficking; belum seimbangnya antara lapangan kerja
dengan tenaga kerja; pengangguran dan kemiskinan; miss interpretasi kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi; berbagai penyakit masyarakat (minuman keras,
narkoba, perkosaan, pencurian, dll) disamping adanya peningkatan suhu politik
masyarakat yang terpengaruh terhadap kegiatan LSM tertentu mengekspresikan
melalui aksi unjuk rasa/demonstrasi, dengan dalih memperjuangkan Hak Asasi
Manusia (HAM), demokrasi, ketentraman, dan supremasi hukum.

Tabel 2.164. Jumlah demonstrasi di Sulawesi Utara yang mendapatkan ijin demo
dari Kepolisian Daerah dan Kesbangpol Prov. Sulut
Tahun Jumlah Demonstrasi
2011 6
2012 6
2013 7
2014 9
2015 7
Sumber data: Kesbangpol Sulut, 2015

Sepanjang Tahun 2015 terjadi 27 kasus unjuk rasa. Perkelahian antar kampung
terjadi 4 kali di Kabupaten Bolaang Mongondow (Lokasi Pertambangan Toraut
Dumoga Barat; Perbatasan Desa Toruakat dan Desa Pusian (2 Kali); perbatasan
Desa Pontodon dan Desa Pongian) serta di Bolaang MOngondow Timur di Basaan
sebanyak 2 kali.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 334


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Tabel 2.165. Opini BPK atas Pengelolaan Keuangan Daerah

OPINI BPK
No DAERAH SKOR

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

1. PROVINSI WDP WDP WDP WTP WTP WDP WTP WDP WTP 86.11

2. KOTA BITUNG WDP WDP WDP WDP WDP WTP WTP WTP WTP 86,11

3. KAB. KEP. SITARO - - WDP WDP TW WDP WDP WTP WTP 78,57

KOTA
4. - - WDP WDP TW TW WDP WTP WTP 75,00
KOTAMOBAGU

5. KAB. MINAHASA WDP WDP WDP WDP WDP WDP TW WDP WTP 75,00

6. KAB. BOLTIM - - - WDP TMP TMP WDP WTP WTP 66,67

7. KAB. BOLSEL - - - WDP TMP TMP WDP WDP WTP 62.50

8. KOTA TOMOHON TMP WDP TW TW TMP TMP WDP WTP WTP 58,33

9. KAB. BOLMUT - - WDP WDP TW TMP TMP WDP WDP 57,14

10. KOTA MANADO TW TMP WDP TW TMP TMP WDP WDP WTP 55,56

KAB. KEP.
11. WDP TMP WDP TW TW TMP TMP WDP WTP 55,56
SANGIHE

12. KAB. MINUT TMP TMP WDP WDP TMP TMP WDP WDP WDP 52,78

13. KAB. BOLMONG TMP WDP WDP WDP TW TMP TMP TW WDP 52,78

KAB. KEP.
14. TMP TMP TMP TMP TW TMP TW TW WDP 38,89
TALAUD

15. KAB. MINSEL TMP TMP TW TW TMP TMP TMP TW WDP 38,89

16. KAB. MITRA - - TMP TMP TMP TMP TMP TW WDP 35,71

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 335


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

2.4.4. Fokus Sumber Daya Manusia


2.4.4.1. Indeks Pembangunan Manusia

Pembangunan manusia (human development) menjadi fokus bagi


pembangunan pada umumnya setelah paradigma-paradigma
pembangunan sebelumnya dianggap gagal mengatasi masalah
kemanusiaan. Kesadaran bahwa fokus pembangunan tidak lain adalah
perbaikan terhadap kualitas manusia itu sendiri mulai disadari
pertengahan 1980an. Paradigma-paradigma pembangunan yang dikenal
sebeumnya adalah (a) modernisasi, (b) pertumbuhan ekonomi, (c) human
capital, (d) dependensi, (e) basic needs, (f) liberalisasi/structural
adjustment, (g) growth with equity, (h) social capital, dan (i) sustainable
development.
Menyadari bahwa paradigma pembangunan adalah suatu proses yang
dinamis, maka bukan tidak mungkin paradigma human development juga
suatu saat akan berubah. Dinamika perubahan lingkungan stratejik
seperti ini memerlukan strateginya tersendiri dalam menuangkannya
dalam kebijakan, dalam level dan jenis kebijakan apapun.
Permasalahan umum IPM adalah masalah demografi, baik dilihat dari laju
pertumbuhan penduduk yang kurang terkendali, maupun sebaran
penduduk, termasuk di dalamnya adalah kantong penduduk miskin di
pedesaan.
Selain itu identifikasi masalah kesehatan dalam kaitannya dengan
IPM tentu bervariasi antar wilayah, namun masalah umumnya adalah
angka kematian bayi per 1000 kelahiran hidup, angka kematian ibu
melahirkan per 100.000 kelahiran hidup, angka penyakit menular,
layanan kesehatan berdasarkan usia, jumlah layanan kesehatan
(puskesmas, RS, Bidan, dll), rumah sehat, budaya sehat, perilaku sehat,
dan lain-lain. Berbagai indikator pembangunan kesehatan memang tidak
menjadikannya sebagai indikator IPM kecuali angka kematian bayi,
namun memiliki keterkaitan erat satu sama lain berkaitan dengan
indikator dimaksud. Demikian juga dengan masalah pendidikan.
Masalah pendidikan sebagaimana nanti akan dikemukakan pada
bagian II, diidentifikasi sebagai masalah yang berkaitan dengan budaya,
pertanian, lapangan kerja, dan kemiskinan. Rata-rata jumlah tahun yang
dihabiskan untuk sekolah (mean years of schooling) dan tahun yang
seharusnya/diharapkan dihabiskan untuk sekolah (expected years of
schooling) keduanya tidak dapat dipenuhi untuk sebagian anak usia
sekolah yang tinggal di pedesaan atau daerah miskin di perkotaan karena
mereka harus membantu orang tuanya mencari nafkah untuk keluarga.
Sementara dimensi ketiga adalah standar hidup, dengan indikatorya
adalah gross national income per capita.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 336


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Tabel 2.167. Indeks Pembangunan Manusia Menurut Kabupaten Kota


di Provinsi Sulawesi Utara, Tahun 2010 -2014
Indeks Pembangunan Manusia
Kabupaten
2010 2011 2012 2013 2014

SULAWESI UTARA 67,83 68,31 69,04 69,49 69,96

BOLAANG MONGONDOW 62,75 63,16 63,78 64,16 64,53

MINAHASA 70,38 70,82 71,43 71,94 72,76

KEPULAUAN SANGIHE 64,69 65,34 65,87 66,15 66,82

KEPULAUAN TALAUD 64,37 64,86 65,51 66,14 66,56

MINAHASA SELATAN 66,11 66,61 67,26 67,68 68,36

MINAHASA UTARA 68,74 69,62 70,00 70,19 70,54

BOLAANG MONGONDOW UTARA 61,34 62,11 62,88 63,67 64,24

SIAU TAGULANDANG BIARO 61,83 62,45 63,35 63,91 64,35

MINAHASA TENGGARA 65,66 66,07 67,10 67,34 67,86

BOLAANG MONGONDOW SELATAN 59,77 60,47 61,48 62,84 63,57

BOLAANG MONGONDOW TIMUR 60,04 60,93 61,93 62,64 63,12

KOTA MANADO 74,47 75,47 76,15 76,56 77,27

KOTA BITUNG 68,86 69,31 69,89 70,35 70,88

KOTA TOMOHON 71,27 71,85 72,50 72,99 73,56

KOTA KOTAMOBAGU 67,89 68,57 69,31 69,86 70,46

sumber : BPS Sulut 2015

Jika dilihat dari pencapaian angka IPM setiap kabupaten-kota se-Sulawesi-


Utara, maka Kota Manado adalah wilayah pang paling tinggi angka IPMnya
sementara yang paling rendah adalah Bolaang Mongondow Timur.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 337


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Grafik 2.67. Perbandingan angka IPM kab-kota se-Sulut tahun 2014.


77.27
80.00 69.96 72.76
68.3670.54 67.86 70.8873.5670.46
64.53 66.8266.56 64.2464.35 63.5763.12
70.00
60.00
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
-

Tabel 2.167. Angka harapan hidup kabupaten-kota se-Sulawesi Utara.

Angka Harapan Hidup


Kabupaten
2010 2011 2012 2013 2014
SULAWESI UTARA 70,4 70,55 70,7 70,86 70,94
BOLAANG MONGONDOW 67,94 67,97 67,99 68,01 68,02
MINAHASA 70,07 70,12 70,17 70,22 70,25
KEPULAUAN SANGIHE 68,73 68,84 68,94 69,03 69,07
KEPULAUAN TALAUD 68,96 69,01 69,07 69,11 69,13
MINAHASA SELATAN 68,73 68,81 68,89 68,96 69,00
MINAHASA UTARA 70,62 70,66 70,71 70,76 70,79
BOLAANG MONGONDOW UTARA 66,49 66,53 66,58 66,62 66,64
SIAU TAGULANDANG BIARO 68,95 69,05 69,14 69,24 69,29
MINAHASA TENGGARA 69,22 69,30 69,37 69,44 69,48
BOLAANG MONGONDOW SELATAN 63,80 63,84 63,87 63,87 63,87
BOLAANG MONGONDOW TIMUR 66,95 67,00 67,04 67,09 67,11
KOTA MANADO 71,12 71,17 71,22 71,26 71,28
KOTA BITUNG 70,23 70,24 70,25 70,25 70,25
KOTA TOMOHON 70,38 70,41 70,42 70,44 70,45
KOTA KOTAMOBAGU 69,64 69,64 69,64 69,64 69,64

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 338


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Grafik 2.68.Perbandingan Angka Harapan Hidup Kab. Bolaang Mongondow Selatan

70.94 70.79 71.28


72 70.25 70.2570.45
69.0769.1369.00 69.2969.48 69.64
70 68.02
66.64 67.11
68
66
63.87
64
62
60

Tabel 2.168. Rata-rata Lama Sekolah Menurut kabupaten Kota Di Provinsi Sulawesi
Utara Tahun 2010 - 2014

Kabupaten/Kota Rata-Rata Lama Sekolah / Mean Years School


Regency/City 2010 2011 2012 2013 2014
SULAWESI UTARA
8,66 8,68 8,71 8,79 8,86
BOLAANG MONGONDOW
6,74 6,84 6,99 7,03 7,13
MINAHASA
8,89 8,95 9,06 9,16 9,53
KEPULAUAN SANGIHE
7,02 7,08 7,13 7,14 7,34
KEPULAUAN TALAUD
8,48 8,48 8,50 8,71 8,73
MINAHASA SELATAN
7,93 8,03 8,14 8,25 8,47
MINAHASA UTARA
8,76 8,97 8,99 8,99 9,07
BOLAANG MONGONDOW
UTARA 6,85 7,01 7,17 7,34 7,51
SIAU TAGULANDANG BIARO
7,83 7,92 8,01 8,09 8,18
MINAHASA TENGGARA
8,07 8,12 8,18 8,24 8,37
BOLAANG MONGONDOW
SELATAN 6,79 6,87 6,96 7,45 7,68
BOLAANG MONGONDOW

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 339


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

TIMUR 6,66 6,86 7,02 7,17 7,28

KOTA MANADO
10,19 10,68 10,74 10,80 11,01
KOTA BITUNG
8,84 8,93 9,03 9,15 9,26
KOTA TOMOHON
9,44 9,66 9,83 10,00 10,20
KOTA KOTAMOBAGU
8,90 9,11 9,32 9,56 9,75

Grafik 2.69. Rata-Rata Lama Sekolah Sulawesi Utara Tahun 2014

12.00 11.01
10.209.75
9.53 9.26
10.00 8.86 8.73 8.47 9.07 8.18 8.37 7.68
7.13 7.34 7.51 7.28
8.00
6.00
4.00
2.00
-

Tabel 2.169. Harapan Lama Sekolah Menurut Kabupaten/Kota Provinsi


Sulawesi Utara 2010 - 2014

KABUPATEN HARAPAN LAMA SEKOLAH/ EXPECTED YEARS


SCHOOL
2010 2011 2012 2013 2014
SULAWESI UTARA 11.34 11.50 11.77 11.88 12.16
BOLAANG MONGONDOW 10.41 10.50 10.59 10.75 10.90
MINAHASA 12.03 12.18 12.34 12.55 12.83
KEPULAUAN SANGIHE 10.57 10.76 10.79 10.81 11.09
KEPULAUAN TALAUD 11.14 11.33 11.46 11.58 11.83
MINAHASA SELATAN 10.76 10.80 10.83 10.85 11.10
MINAHASA UTARA 11.21 11.63 11.65 11.68 11.85
BOLAANG MONGONDOW 10.88 11.11 11.25 11.60 11.84
UTARA

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 340


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

SIAU TAGULANDANG BIARO 10.23 10.38 10.59 10.72 10.89


MINAHASA TENGGARA 10.47 10.62 11.21 11.22 11.48
BOLAANG MONGONDOW 10.33 10.70 11.21 11.81 12.19
SELATAN
BOLAANG MONGONDOW 9.74 10.12 10.49 10.80 11.04
TIMUR
KOTA MANADO 12.52 12.87 13.22 13.44 13.81
KOTA BITUNG 10.45 10.64 10.83 11.02 11.30
KOTA TOMOHON 13.05 13.18 13.30 13.43 13.68
KOTA KOTAMOBAGU 11.60 11.84 11.96 12.09 12.30
Sumber : BPS

Grafik 2.70. Harapan Lama Sekolah Menurut Kabupaten/Kota Provinsi


Sulawesi Utara Tahun 2014

13.81 13.68
14.00 12.83
12.16 12.19 12.30
11.83 11.8511.84 11.48
12.00 10.90 11.09 11.10 11.04 11.30
10.89

10.00

8.00

6.00

4.00

2.00

0.00

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 341


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Tabel 2.170. Pengeluaran Per Kapita Menurut Kabupaten/Kota Provinsi


Sulawesi Utara 2010 - 2014

KABUPATEN PENGELUARAN PERKAPITA DISESUAIKAN


(RIBU RUPIAH)
2010 2011 2012 2013 2014
SULAWESI UTARA 8,934.98 9,113.00 9,430.04 9,582.67 9,627.82

BOLAANG MONGONDOW 8,509.95 8,646.51 8,928.45 9,047.24 9,107.23

MINAHASA 10,552.50 10,736.70 11,067.02 11,234.93 11,319.84

KEPULAUAN SANGIHE 9,460.06 9,772.33 10,163.29 10,385.04 10,460.03

KEPULAUAN TALAUD 7,130.11 7,312.21 7,641.05 7,808.14 7,907.22

MINAHASA SELATAN 9,467.81 9,740.32 10,182.96 10,425.43 10,548.82

MINAHASA UTARA 9,679.32 9,827.08 10,129.42 10,268.88 10,339.32

BOLAANG MONGONDOW UTARA 7,375.95 7,591.64 7,895.56 8,052.04 8,131.45

SIAU TAGULANDANG BIARO 6,624.50 6,821.30 7,165.62 7,349.00 7,442.44

MINAHASA TENGGARA 8,960.05 9,088.31 9,361.82 9,472.03 9,527.63

BOLAANG MONGONDOW SELATAN 7,597.56 7,730.81 8,009.46 8,124.98 8,183.35

BOLAANG MONGONDOW TIMUR 7,368.42 7,505.29 7,786.70 7,905.04 7,964.88

KOTA MANADO 12,282.36 12,331.51 12,630.56 12,766.51 12,903.93

KOTA BITUNG 10,710.94 10,842.70 11,119.69 11,233.37 11,348.21

KOTA TOMOHON 9,620.06 9,792.00 10,109.89 10,265.23 10,366.76

KOTA KOTAMOBAGU 8,797.60 8,956.21 9,260.58 9,402.20 9,545.9

Grafik 2.71. Pengeluaran Per Kapita Menurut Kabupaten/Kota Provinsi


Sulawesi Utara tahun 2014

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 342


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

14,000.00 12,903.93
11,319.84 11,348.21
12,000.00 9,627.82 10,460.03 10,548.82
10,339.32 9,527.63 10,366.76
9,107.23 9,545.99
10,000.00 8,183.35
7,907.22 8,131.45 7,964.88
7,442.44
8,000.00
6,000.00
4,000.00
2,000.00
-

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 343


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

2.4.4.2. Pembangunan dan Pemberdayaan Gender.

Pemerintah telah berupaya untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender


dalam kehidupan bermasyarakat melalui beberapa kebijakan dan program-
program. Namun pada praktiknya masih banyak menemui kendala dan
tantangan. Kesetaraan gender (gender equity) lebih dimaknai sebagai kesamaan
kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan serta hak-
haknya sebagai manusia dalam berperan dan berpartisipasi di segala bidang.
Sementara keadilan gender (gender equality) merupakan proses dan perlakuan
adil terhadap perempuan dan laki-laki, sehingga dalam menjalankan kehidupan
bermasyarakat, tidak ada pembakuan peran, beban ganda, subordinasi,
marginalisasi, dan kekerasan terhadap perempuan maupun laki-laki.

Tabel 2.171. Indeks AHH, HLS, RLS, Pengeluaran Per Kapita Menurut
Kabupaten Kota Tahun 2010

Prov/Kab/Kota AHH HLS RLS PENGELUA IPG


RAN PER
KAPITA

L P L P L P L P
SULAWESI UTARA 69,03 72,93 11,86 12,51 8,89 8,83 13.382 8.914 94,58
Bolaang Mongondow 66,06 69,87 10,62 11,37 7,18 6,8 13.691 5.800 87,26
Minahasa 68,25 72,14 12,57 13,55 9,39 9,67 14.233 10.58 97,14
2

Kep.Sangihe Talaud 67,09 70,95 10,61 12,63 7,12 7,79 13.668 8.610 97,35
Kepulauan Talaud 67,15 71 11,55 12,25 8,93 8,59 8.518 7.482 97,6
Minahasa Selatan 67,02 70,87 10,68 11,59 9,18 8,1 15.291 6.693 87,42
Minahasa Utara 68,78 72,69 11,24 12,71 9,25 8,91 12.944 9.926 97,22
Bolaang Mongondow Utara 64,7 68,46 11,18 12,45 7,03 7,58 13.784 4.749 85,9
Kep. Siau Tagulandang Biaro 67,31 71,18 10,71 11 8,05 8,22 11.622 5.094 87,22
Minahasa Tenggara 67,49 71,36 11,14 11,8 8,58 8,35 13.608 7.451 91,45
Bolaang Mongondow Selatan 61,99 65,65 11,95 12,24 7,9 7,44 13.167 3.565 77,81
Bolaang Mongondow Timur 65,16 68,94 10,7 12,28 7,44 7,09 11.458 5.791 90,55
Kota Manado 69,26 73,19 13,61 13,92 11,38 10,61 14.786 12.15 96,09
5

Kota Bitung 68,26 72,14 10,76 12,14 9,36 9,16 16.010 9.710 94,46
Kota Tomohon 68,43 72,34 13,37 14,3 9,81 10,29 11.307 9.791 99,17
Kota Kotamobagu 67,65 71,52 12,04 13,1 9,88 8,99 12.905 8.992 94,29

Untuk melihat apakah pembangunan yang dilaksanakan sudah memperhatikan


kesetaraan gender maka digunakanlahpengukuran dnegan menggunakan Indeks

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 344


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Pembangunan Gender. IPG merupakan indeks pencapaian kemampuan dasar


pembangunan manusia yang sama seperti IPM dengan memperhatikan
ketimpangan gender. IPG digunakan untuk mengukur pencapaian dalam
dimensi yang sama dan menggunakan indikator yang sama dengan IPM, namun
lebih diarahkan untuk mengungkapkan ketimpangan antara laki-laki dan
perempuan. IPG dapat digunakan untuk mengetahui kesenjangan pembangunan
manusia antara laki-laki dan perempuan. Kesetaraan gender terjadi apabila nilai
IPM sama dengan IPG. Nilai IPG berkisar antara 0-100 persen. Bila nilai IPG
semakin tinggi maka semakin tinggi kesenjangan pembangunan antara laki-laki
dan perempuan Indeks Pembangunan Gender (IPG) diperkenalkan pertama kali
oleh UNDP pada tahun 1995, lima tahun setelah UNDP memperkenalkan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM). UNDP menggunakan metode yang sama hingga
tahun 2009.

Tabel 2.172. Trend IPG menurut Kab/kota se –Sulawesi Utara 2010-2014

PROV/KAB/KOTA 2010 2011 2012 2013 2014


SULAWESI UTARA 93,1 93,29 93,38 93,75 94,58
Bolaang Mongondow 85,79 86,31 86,8 87,11 87,26
Minahasa 94,04 95,17 96,21 97,11 97,14
Kep.Sangihe Talaud 97,15 97,22 97,23 97,33 97,35
Kepulauan Talaud 96,48 97,11 97,35 97,37 97,6
Minahasa Selatan 87,11 87,13 87,18 87,35 87,42
Minahasa Utara 95,11 95,39 95,66 95,87 97,22
Bolaang Mongondow 74,66 78,42 81,84 84,27 85,9
Utara
Kep. Siau Tagulandang 86,23 86,8 87,1 87,15 87,22
Biaro
Minahasa Tenggara 4,72 86,92 88,79 89,84 91,45
Bolaang Mongondow 53,49 62,63 69,23 73,91 77,81
Selatan
Bolaang Mongondow 87,66 88,96 89,82 89,87 90,55
Timur
Kota Manado 95,83 95,85 95,98 96,04 96,09
Kota Bitung 93,03 93,44 93,67 93,85 94,46
Kota Tomohon 98,21 98,43 98,54 98,61 99,17
Kota Kotamobagu 92,3 92,91 93,76 94,13 94,29

Pada metode perhitungan IPM yang lama, IPG tidak mengukur langsung
ketimpangan antargender yang terjadi, namun hanya disparitas dari
masingmasing komponen IPM untuk setiap jenis kelamin. Selain itu, angka IPG
metode ini tidak bisa diinterpretasikan terpisah dari IPM. Pada tahun 2014,
UNDP kembali melakukan penghitungan IPG dengan menggunakan metode

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 345


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

baru. Perubahan metode ini merupakan penyesuaian dengan perubahan yang


terjadi pada IPM. Selain sebagai penyempurnaan dari metode sebelumnya, IPG
metode baru ini merupakan pengukuran langsung terhadap ketimpangan
antargender dalam pencapaian IPM. Pada metode baru ini digunakan rasio IPM
perempuan dengan IPM laki-laki, sehingga bisa terlihat pencapaian
pembangunan manusia antara perempuan dengan laki-laki.

Grafik 2.72. Trend IPG Provinsi Sulawesi Utara 2010-2014

SULAWESI UTARA
95

94.5

94

93.5

93

92.5

92
2010 2011 2012 2013 2014

Pengarusutamaan gender (PUG) merupakan strategi mengintegrasikan perspektif


gender dalam pembangunan. Pengintegrasian perspektif gender tersebut dimulai
dari proses perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, serta pemantauan dan
evaluasi seluruh kebijakan, program dan kegiatan pembangunan. PUG ditujukan
untuk mewujudkan kesetaraan gender dalam pembangunan, yaitu
pembangunan yang lebih adil dan merata bagi seluruh penduduk Indonesia baik
laki-laki maupun perempuan. Kesetaraan gender dapat dicapai dengan
mengurangi kesenjangan antara penduduk laki-laki dan perempuan dalam
mengakses dan mengontrol sumber daya, berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan dan proses pembangunan, serta mendapatkan manfaat dari kebijakan
dan program pembangunan.

Sulawesi Utara pada tahun 2015 menempati rangking pertama dalam


keterwakilan jumlah anggota DPRD perempuan yang duduk di lembaga legislatif
tingkat Provinsi Sulut yaitu sebanyak 14 orang dari 45 anggota atau sebesar
31,11 %. Untuk indikator gender di Provinsi Sulut Tahun 2013 IPM/HDI berada
pada angka 77,36 % atau berada pada peringkat tiga nasional, demikian pula
indeks pembangunan gender IPG/GDI69,72% berada pada peringkat 7 Nasional.
Indeks pembangunan gender IDG/GEM peringkat 4 Nasional.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 346


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Tabel 2.173. Hasil Analisis Gambaran Umum Kondisi Daerah Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan
Urusan Pemerintahan Provinsi Sulawesi Utara, 2010-2015

No ASPEK/FOKUS/BIDANG CAPAIN KINERJA STANDAR INTERPRETA


URUSAN/INDIKATOR SI BELUM
KINERJA TERCAPAI
PEMBANGUNAN (<);
2011 2012 2013 2014 2015
SESUAI (=);
DAERAH
MELAMPAUI
(>)
1 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

1.1 KESEJAHTERAAN DAN PEMERATAAN EKONOMI

OTONOMI DAERAH, PEMERINTAHAN UMUM, ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH, PERANGKAT DAERAH, KEPEGAWAIAN DAN PERSANDIAN

PDRB( HK-JUTA RUPIAH) 54.910.897 58.677.587 62.422.498 66.359.422 70.418.811 bertumbuh Tercapai

PDRB (HB-JUTA RUPIAH) 57.343.601 63.875.307 71.097.461 80.610.577 91.275.262 Bertumbuh Tercapai

PDRB PER KAPITA (HK- JUTA 23,91 25,29 26,64 27,80 29,19 Bertumbuh Tercapai
RUPIAH)
PDRB PER KAPITA (HB- JUTA 24,97 27,53 30,34 33,78 37,84 Bertumbuh Tercapai
RUPIAH)
PERTUMBUHAN EKONOMI 6,17 6,86 6,38 6,31 6,12 Meningkat Melampaui
(%)
TAHUN DASAR 2010
LAJU INFLASI (%) 0,96 5,23 8,12 9,67 5,56 5% Tercapai
INDEKS WILLIAMSON 0,52 0,53 0,55 0,57 0,59 Menurun Tercapai
INDEKS GINI 0,39 0,43 0,446 0,436 0,296 Menurun Belum Tercapai
JUMLAH PENDUDUK MISKIN 194.700 177.400 201.090 197.560 217.150 Menurun Belum Tercapai

TINGKAT KEMISKINAN (%) 8,46 7,63 8,50 8,28 8,98 Menurun Belum Tercapai
TINGKAT PENGGANGGURAN 8,62 7,91 6,79 7,54 9,03 Menurun Belum Tercapai
TERBUKA (%)
TINGKAT PARTISIPASI 65,32 61,56 59,41 59,99 61,28 Meningkat Belum Tercapai
ANGKATAN KERJA (TPAK) (%)

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 347


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

PERCENTAGE ANGKATAN 65.32 61.93 59.76 59.99 61,28 Belum Tercapai


KERJA TERHADAP
PENDUDUK USIA KERJA (%)
PENDAPATAN DAERAH 1.339.429.086.105 1.717.270.351.250 2.063.748.741.750 2.329.335.727.000 1.028.490.800.00 Meningkat Tercapai
(APBD) 0

PMTB (JUTA RUPIAH) 20 141 23 053 23 054 25 118 27 535 Meningkat Tercapai

ANGKA MELEK HURUF 99,5 99,6 99,7 99,8 99,8 Tercapai


ANGKA RATA-RATA LAMA 8,6 8,7 8,78 8,86 8,9 Belum Tercapai
SEKOLAH
ANGKA HARAPAN LAMA 11.34 11.50 11.77 11.88 12.16
SEKOLAH
IPM 67,83 68,31 69,04 69,49 69,96 Tercapai
93,1 93,29 93,38 93,75 94,58
2 PELAYANAN UMUM
PELAYANAN URUSAN WAJIB
PENDIDIKAN
PENDIDIKAN DASAR
(SD,SMP)
ANGKA PARTISIPASI 98,02 98,16 98,92 98,95 98,96 100 Tercapai
SEKOLAH SD
ANGKA PARTISIPASI 87,59 88,34 90,48 94,34 94,78 100 Sesuai
SEKOLAH SMP
ANGKA PARTISIPASI MURNI 85,88 87,78 91,61 93,42 94,20 100 Sesuai
SD
ANGKA PARTISIPASI MURNI 60,94 62,39 64,55 72,32 73,45 100 Belum Tercapai
SMP
ANGKA PARTISIPASI KASAR 102,31 104,69 107,39 108,86 109,20 100
SD
ANGKA PARTISIPASI KASAR 92,46 94,02 84,68 87,7 80,50 100
SMP
ANGKA PUTUS SEKOLAH SD 2,11 1,92 1,7 1,8 1,8 0

ANGKA PUTUS SEKOLAH 2,26 1,92 1,88 1.72 1.65 0


SMP

RASIO SISWA/KELAS SD 32 30 27 23 22 28

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 348


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

RASIO SISWA/KELAS SMP 30 30 28 27 26 32


RASIO SISWA/GURU SD 19,24 18,22 16,36 18,87 20,22
RASIO SISWA/GURU SMP 18 16,8 16 15,41 15,14
PENDIDIKAN MENENGAH
ANGKA PARTISIPASI 60,77 65,28 66,88 71,96 72,08 Belum Tercapai
SEKOLAH
ANGKA PARTISIPASI MURNI 50,15 51,15 57,26 61,69 62,30 100 Belum Tercapai
SMA
ANGKA PARTISIPASI KASAR 75,71 74,58 80,88 83,48 83,90 >100
SMA
ANGKA PUTUS SEKOLAH 7,32 6,93 6,11 6,08 6,35 0
SMA

RASIO SISWA/GURU SMA 17 16 14 13,46 15,14

%TASE GURU >70


TERSERTIFIKASI SMA
KESEHATAN

RASIO BALITA TERHADAP 1/64 1/68 1/72 1/77 1/87 1/70 Sesuai
POSYANDU
RASIO PUSKESMAS, 5,7 6,0 6,4 6,7 7,1 7 Sesuai
POLIKLINIK,PUSTU
PERSATUAN PENDUDUK
USIA HARAPAN HIDUP 70,9 70,0 71,0 72,0 74,4 > 70 Sesuai
ANGKA KEMATIAN IBU 232 232 182 174 150 <102 Belum Tercapai
ANGKA KEMATIAN BAYI 25 25 35 35 28 23 Belum Tercapai
PERSENTASE PUSKESMAS
YANG MENERAPKAN
STANDAR PELAYANAN
MEDIK DASAR SEBESAR 90
%
JUMLAH PUSKESMAS YANG 173 180 185 187 190
MELAYANI KESEHATAN
JIWA & NAPZA
JUMLAH RS PONEK
RS AKREDITASI

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 349


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

PERSENTASE RUMAH
TANGGA BERPERILAKU
HIDUP BERSIH DAN SEHAT
PERSENTASE BALITA GIZI 3.40 3.08 3.06 3.02 3.01
BURUK YANG MENDAPAT
PERAWATAN
PERSENTASE BALITA 7.72 5.81 2.46 2.4 2.37
DITIMBANG BERAT
BADANNYA (D/S)
PERSENTASE BALITA NAIK
BERAT BADAN (N/S)
% PENDUDUK YANG
MEMILIKI AKSES TERHADAP
AIR MINUM BERKUALITAS
% PERSENTASE PENDUDUK
YANG MENGGUNAKAN
JAMBAN SEHAT
ANGKA KESAKITAN
PENDERITA DBD PER
100.000 PENDUDUK
(IR)
CASE FATALITY RATE (CFR)
ANGKA KASUS KEMATIAN
RABIES
% KAB/KOTA YANG
MELAKSANAKAN
PENCEGAHAN PENULARAN
HIV SESUAI PEDOMAN
% PENDUDUK >15
MENURUT PENGETAHUAN
TENTANG HIV DAN AIDS
JUMLAH PENGGUNAAN
KONDOM PADA KELOMPOK
HUBUNGAN SEKS BERISIKO
TINGGI (BERDASAR
PENGAKUAN PEMAKAI)
JUMLAH KASUS BARU TB
PER 100.000 PENDUDUK
PROPORSI KASUS TBC
PARU YANG TERDETEKSI
DALAM PROGRAM DOTS
PROPORSI KASUS TBC
PARU YANG DIOBATI DAN

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 350


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

SEMBUH DALAM PROGRAM


DOTS
ANGKA PENEMUAN KASUS
MALARIA PER 1000
PENDUDUK (API)
PERSENTASE PENDUDUK
MEMPUNYAI JAMINAN
(UNIVERSAL COVERAGE)
KUNJUNGAN NEONATAL
LENGKAP
PERSENTASE IBU HAMIL
YANG MENDAPATKAN
PELAYANAN ANTENATAL K4
PRESENTASE IBU BERSALIN
YG DITOLONG OLEH
TENAGA KESEHATAN
TERLATIH
% STUNTING
%HIPERTENSI
PREVALENSI MEROKOK
PADA PENDUDUK USIA 15
TAHUN KEATAS
% OBESITAS
SOSIAL
12,8 12,8 15,6 18 20

PERSENTASE (%) PMKS


SKALA PROVINSI
YANG MEMPEROLEH
BANTUAN SOSIAL.
UNTUK PEMENUHAN
KEBUTUHAN DASAR.

PERSENTASE (%) PANTI 50 50 50 100 100


SOSIAL SKALA
PROVINSI YANG
MELAKSANAKAN STANDAR
OPERASIONAL PELAYANAN
KESEJAHTERAAN
SOSIAL.

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 351


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

50 50 50 100 100
PERSENTASE (%) PANTI
SOSIAL SKALA
PROVINSI YANG
MENYEDIAKAN SARANA
PRASARANA PELAYANAN
KESEJAHTERAAN
SOSIAL.

PERSENTASE (%) 60 60 65 65 65
ORGANISASI SOSIAL/
YAYASAN/ LSM YANG
MENYEDIAKAN
SARANA PRASARANA
PELAYANAN
KESEJAHTERAAN SOSIAL
LUAR PANTI.

66 66 66 80 80
PERSENTASE (%) (10 kab/kota) (10 kab/kota) (10 kab/kota) 12 kab/kota 12 kab/kota
KABUPATEN/KOTA YANG
MENGALAMI BENCANA
MEMBERIKAN
BANTUAN SOSIAL BAGI
KORBAN BENCANA
SKALA PROVINSI.

PERSENTASE (%) 66 66 66 80 80
KABUPATEN/KOTA YANG (10 kab/kota) (10 kab/kota) (10 kab/kota) 12 kab/kota 12 kab/kota
MENGGUNAKAN SARANA
PRASARANA
TANGGAP DARURAT
LENGKAP UNTUK
EVAKUASI KORBAN
BENCANA SKALA
PROVINSI.

PERSENTASE (%) 53,3 53,3 53,3 53,3 53,3


KABUPATEN/KOTA YANG (8 kab/kota) (8 kab/kota) (8 kab/kota) (8 kab/kota (8 kab/kota
MENYELENGGARAKAN
JAMINAN SOSIAL
BAGI PENYANDANG CACAT
FISIK DAN
MENTAL, SERTA LANJUT

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 352


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

USIA TIDAK
POTENSIAL.
Balita Terlantar 498 527 560 736 1481
Anak Terlantar 6042 6872 6342 3270 10193
Anak Berhadapan dengan 355 452 746 936 513
hukum
Anak Jalanan 112 60 53 76 84
Anak dengan kedisabilitas 2320 2320 2351 1755 3450
(ADK)
Anak yang memerlukan 289 301 321 459 260
perlindungan khusus
Lanjut Usia Terlantar 16775 16775 18203 15754 23663
Penyandang Disabilitas 7201 7201 7201 7232 5156
Gelandangan 256 323 359 343 38
Pengemis 68 98 121 59 62
Tuna Susila 1354 1711 1706 1418 251
Bekas Warga Binaan 1344 1432 1566 1438 1290
Lapas
Korban Penyalahgunaan 2114 2026 1987 1257 2578
NAPZA
Orang dengan HIV-AIDS 728 768 899 681 820
Pemulung 99 87 93 36 173
Kelompok Minoritas 17 17 17 13 54
(Kelompok)
Korban Traficking 672 569 311 272 21
Korban Tindak Kekerasan 671 433 393 499 278
Pekerja Migran 92 92 125 125 295
Bermasalah Sosial
Korban Bencana Alam 4563 7868 9879 22200 22517
Korban Bencana Sosial 72 221 542 943 658
Perempuan Rawan Sosial 8917 7659 6003 3398 14608
Ekonomi
Fakir Miskin 123749 123749 125134 115738 131293
Keluarga Bermasalah 899 899 837 733 1450
Sosial Psikologi (KK)
BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 353
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

Komunitas Adat Terpencil 1711 1711 1711 1711 188


(KK)
Rumah Tidak Layak Huni 175231 175231 161089 221.276 220772
(unit)

2.2 PELAYANAN URUSAN


PILIHAN
PERTANIAN
PRODUKSI PADI ATAU Padi 595.712, Padi 613.583 Ton, Padi 631.990 Ton, Padi 644.630 Ton, Padi 640..077 Ton, Meningkat Tercapai
BAHAN PANGAN UTAMA Jagung 448.375 Jagung 450.617 Jagung 452.870 Jagung 455.134 Jagung 457.410
LOKAL LAINNYA PER Ton, Kedelai 7.665 Ton, Kedelai 7.703 Ton, Kedelai 7.742 Ton, Kedelai 7.781 Ton, Kedelai 7.820
HEKTAR Ton, Kacang Hijau Ton, Kacang Hijau Ton, Kacang Hijau Ton, Kacang Hijau Ton, Kacang Hijau
2.295 Ton, Kacang 2.206 Ton, Kacang 2.217 Ton, Kacang 2.228 Ton, Kacang 2.239 Ton, Kacang
Tanah 9.018 Ton, Tanah 9.063 Ton, Tanah 9.108 Ton, Tanah 9.154 Ton, Tanah 9.200 Ton,
Ubi Kayu 84.503 Ubi Kayu 84.926 Ubi Kayu 85.351 Ubi Kayu 85.777 Ubi Kayu 86.206
Ton, Ubi Jalar Ton, Ubi Jalar Ton, Ubi Jalar Ton, Ubi Jalar Ton, Ubi Jalar
52.097 Ton, Buah- 52.358 Ton, Buah- 52.619 Ton, Buah- 52.883 Ton, Buah- 53.147 Ton, Buah-
Buahan 160.982 Buahan 170.165 Buahan 179.875 Buahan 190.142 Buahan 200.998
Ton, Sayuran Ton, Sayuran Ton, Sayuran Ton, Sayuran Ton, Sayuran
396.333 Ton, 409.026 Ton, 422.131 Ton, 435.662 Ton, 449.633Ton,
Bunga Potong Bunga Potong Bunga Potong Bunga Potong Bunga Potong
6.076.043 6.635.647 7.246.790 7.914.219 8.643.119
Tangkai, Bunga Tangkai, Bunga Tangkai, Bunga Tangkai, Bunga Tangkai, Bunga
Pot dan Taman Pot dan Taman Pot dan Taman Pot dan Taman Pot dan Taman
695.497 732.915 772.346 813.898 857.686
Pohon/Rumpun, Pohon/Rumpun, Pohon/Rumpun, Pohon/Rumpun, Pohon/Rumpun,
Bunga Tabur Bunga Tabur Bunga Tabur Bunga Tabur Bunga Tabur
24.841 Kg, 27.300 Kg, 30.003 Kg, 32.973 Kg, 36.237 Kg,
Tanaman Obat Tanaman Obat Tanaman Obat Tanaman Obat Tanaman Obat
3.368.181 Kg 3.501.735 Kg 3.640.584 Kg 3.784.939 Kg 3.935.018 Kg
PRODUKSI PERIKANAN 229902,8 281633,0 350534,5 296362,0 285270,5
TANGKAP (TON)

PRODUKSI PERIKANAN 184444,9 210703,8 322862,5 429292,4 478707,2


BUDIDAYA (TON)

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 354


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

PRODUKSI KELAPA

PRODUKSI CENGKIH

PRODUKSI PALA

KONTRIBUSI SEKTOR 20,53 20,40 19,83 19,77 18,87 Menurun Tercapai


PERTANIAN TERHADAP
PDRB (ADHB) %
KERUSAKAN KAWASAN 275.963 258.294 Menurun Sesuai
HUTAN. (HA)
KUNJUNGAN WISATAWAN 22.328 25.141 32.760 51.977 Meningkat Tercapai
MANCANEGARA(ORG)
KUNJUNGAN WISATAWAN 316.542 324.587 409.605 1.529.973 Meningkat Tercapai
NUSANTARA(ORG)
3 DAYA SAING DAERAH

KEMAMPUAN EKONOMI
PERTANIAN
NILAI TUKAR PETANI 104.27 101.04 98.21 97.35 96.85 > 100 Tidak tercapai
NILAI TUKAR PETANI 112.98 107.3 95.46 92.19 86.69 > 100 Tidak tercapai
PERKEBUNAN
NILAI TUKAR NELAYAN 97.37 94.74 104.55 106.66 103.27 > 100 Tidak tercapai
NILAI TUKAR PETANI 102.23 98.69 98.65 98.83 100.65 > 100 Tidak tercapai
PETERNAKAN
NILAI TUKAR PETANI 103.92 102.73 97.41 95.46 97.81 > 100 Tidak tercapai
TANAMAN PANGAN
FASILITAS
WILAYAH/INFRASTRUKTUR
PERHUBUNGAN
KONDISI JALAN MANTAP (%) 65 Meningkat Tercapai
KONDISI JALAN KURANG 35 Menurun Tercapai
MANTAP (%)
RASIO PANJANG JALAN PER Meningkat Tercapai
JUMLAH KENDARAAN
JUMLAH KENDARAAN Belum Tercapai
BERMOTOR RODA 2

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 355


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

JUMLAH KENDARAAN
BERMOTOR RODA 4
PRODUKSI ANGKUTAN
ANGKUTAN PELABUHAN
LAUT:

ANGKUTAN PENUMPANG 979.560 1.077.516 1.185.268 1.303.794 1.303.794 Meningkat Tercapai


(ORG)

ANGKUTAN BARANG (TON) 7.649.295,31 8.414.224,84 9.255.647,32 10.181.212,06 10.181.212,06 Meningkat Tercapai

ANGKUTAN PETI KEMAS 981.992 1.080.192 1.188.211 1.307.032 1.307.032 Meningkat Tercapai
(BOX)

BANDAR UDARA :

ANGKUTAN PENUMPANG :

PENERBANGAN 90.717 99.789 109.769 164.652 164.652 Meningkat Tercapai


INTERNASIONAL

PENERBANGAN DOMESTIC 1.498.793 1.648.672 1.813.539 1.994.893 1.994.893 Meningkat Tercapai

ANGKUTAN BARANG :

PENERBANGAN 2.063.573,93 2.269.931,32 2.496.924,46 2.746.616,90 2.746.616,90 Meningkat Tercapai


INTERNASIONAL

PENERBANGAN DOMESTIC 28.688.614,78 31.557.476,27 34.713.223,90 38.184.546,29 38.184.546,29 Meningkat Tercapai

PENATAAN RUANG
PENGADAAN TANAH BAGI
KEPENTINGAN UMUM
UNTUK JALUR KERETA API

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 356


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

PROPORSI PANJANG TALUD


YANG TERBANGUN

PROPORSI PANJANG ,
PENGAMAN PANTAI DAN
SUNGAI YANG TERBNGUN
PROSENTASE LINGKUNGAN
PEMUKIMAN KUMUH

SEMPADAN JALAN YANG


DIPAKAI PEDAGANG KAKI
LIMA ATAU BANGUNAN
RUMAH LIAR

DRAINASE DALAM KONDISI


BAIK/ PEMBUANGAN ALIRAN
AIR TIDAK TERSUMBAT

PANJANG JALAN YANG


MEMILIKI TROTOAR DAN
DRAINASE/SALURAN
PEMBUANGAN AIR (
MINIMAL 1,5 M)

RASIO RUANG TERBUKA


HIJAU PER SATUAN LUAS
WILAYAH BER HPL/HGB

RASIO BANGUNAN BER- IMB


PER SATUAN BANGUNAN

RUANG PUBLIK YANG


BERUBAH PERUNTUKANNYA

RASIO PERMUKIMAN LAYAK


HUNI

PERSENTASE LUAS
PEMUKIMAN YANG TERTATA

RASIO KETERSEDIAAN DAYA


LISTRIK

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 357


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

PERSENTASE RUMAH
TANGGA YANG
MENGGUNAKAN LISTRIK

KETAATAN TERHADAP RTRW

LUAS WILAYAH PRODUKTIF 894.941 897.625 978.100 960.361 987.566 Meningkat Tercapai
PEKERJAAN UMUM
PROPORSI PANJANG
JARINGAN JALAN DALAM
KONDISI BAIK

PANJANG JALAN YANG


MEMILIKI TROTOAR DAN
DRAINASE/SALURAN
PEMBUANGAN AIR (
MINIMAL 1,5 M)

RASIO JALAN YANG DILALUI


RODA 4

PANJANG JEMBATAN YANG


TERBANGUN

PANJANG JARINGAN JALAN


KABUPATEN DALAM
KONDISI MANTAP
PROPORSI PANJANG
JARINGAN JALAN DESA
DALAM KONDISI MANTAP
CAKUPAN PROSENTASE
RUMAHTANGGA MEMILIKI
AKSES AIR BERSIH

PERSENTASE RUMAH
TINGGAL BERSANITASI

CAKUPAN PROSENTASE
RUMAHTANGGA MEMILIKI
AKSES PERSAMPAAHAN

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 358


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

RASIO TEMPAT
PEMBUANGAN SAMPAH
(TPS) PER SATUAN
PENDUDUK

RASIO PERMUKIMAN LAYAK


HUNI

RUMAH TANGGA PENGGUNA


AIR BERSIH

RUMAH TANGGA PENGGUNA


LISTRIK

RUMAH TANGGA BER-


SANITASI

PERSENTASE PENDUDUK
BERAKSES AIRMINUM

TEMPAT PEMBUANGAN
SAMPAH (TPS) PER SATUAN
PENDUDUK

LUAS IRIGASI KABUPATEN


DALAM KONDISI BAIK

RASIO JARINGAN IRIGASI

PERSENTASE SAWAH YANG


MEMILIKI JARINGAN IRIGASI
TERSIER DAN IRIGASI
PEDESAAN.

PANJANG JALAN
KABUPATEN DALAM
KONDISI BAIK ( > 40
KM/JAM )

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 359


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

PENINGKATAN PAD DARI


SEKTOR PEKERJAAN UMUM

LUAS WILAYAH INDUSTRI

LUAS WILAYAH KEBANJIRAN

PARIWISATA
JUMLAH KUNJUNGAN
WISATAWAN

KONTRIBUSI SEKTOR
PARIWISATA TERHADAP
PDRB
KONTRIBUSI SEKTOR
PERDAGANGAN TERHADAP
PDRB
EKSPOR BERSIH
PERDAGANGAN

CAKUPAN BINA KELOMPOK


PEDAGANG/USAHA
INFORMAL

KONTRIBUSI SEKTOR
INDUSTRI TERHADAP PDRB

PERTUMBUHAN INDUSTRI.

CAKUPAN BINA KELOMPOK


PENGRAJIN

KONTRIBUSI INDUSTRI
RUMAH TANGGA TERHADAP
PDRB SEKTOR INDUSTRI

JUMLAH NILAI INVESTASI


BERSKALA NASIONAL

PMA

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 360


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

JUMLAH NILAI INVESTASI


BERSKALA NASIONAL
PMDN
JUMLAH INVESTOR
BERSKALA NASIONAL

PMA

JUMLAH INVESTOR
BERSKALA NASIONAL

PMDN

JUMLAH PAMERAN/EXPO

RASIO DAYA SERAP TENAGA


KERJA

JENIS, KELAS, DAN JUMLAH


RESTORAN
PENGELUARAN KONSUMSI
RUMAH TANGGA PER KAPITA
KOPERASI AKTIF
UMKM AKTF/PRODUKTIF

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 361


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 362


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 363

Anda mungkin juga menyukai