TINJAUAN UMUM
PT. INCO Soroako mempunyai wilayah kontrak karya seluas 218.528,99 ha,
terletak pada koordinat 121o18’57’’ – 121o26’50’’ BT dan 2o32’59’’ LS. Secara umum
wilayah kontrak karya PT INCO dibagi dalam tiga kategori, yaitu:
1. Lokasi Sorowako Project Area (SPA), dengan luas daerah sekitar 10.010,22
ha.
2. Lokasi Sorowako Outer Area (SOA), dengan luas daerah sekitar 108.377,25
ha, meliputi daerah Lingke, Lengkobale, Lasobonti, Lambatu, Tanamalia,
Lingkona, Lampenisu, Lampesue, Petea, Topemanu, Tanah Merah, Nuha,
Matano, Larona, dan Malili
3. Lokasi Sulawesi Coastal Deposite (SCD), dengan luas daerah sekitar
100.141,54 ha, meliputi daerah Bahodopi, Kolonedale (Sulawesi Tengah) dan
daerah Latao, Sua-Sua, Pao-Pao, Pomalaa, Malapulu, Torobulu, Lasolo serta
Matarape (Sultra).
Daerah Sorowako Project Area (SPA) yang terdiri dari daerah Blok Timur
(East Block) dan Blok Barat (West Block), lokasinya dipisahkan oleh pabrik (Plant
Site) dan secara umum berbatasan dengan:
a. Bagian Utara dengan Desa Nuha dan Danau Matano
b. Bagian Timur dengan Danau Mahalona
c. Bagian Selatan dengan Desa Wawondula Kecamatan Towuti
d. Bagian Barat dengan Desa Wasuponda Kecamatan Nuha
Gambar 2.2
Peta Daerah Konsesi PT Inco Sorowako
Sorowako merupakan daerah yang dikelilingi oleh tiga buah danau yaitu Danau
Matano, Danau Towuti dan Danau Mahalona. PT. INCO mempunyai daerah konsesi
awal seluas 6.000.000 Ha yang terletak pada posisi 120 o45' - 123o30' BT dan 6o30' -
5o30' LS. Daerah konsesi awal ini sebagian dikembalikan kepada pemerintah
Indonesia, dan hingga saat ini daerah yang tersisa dan dipertahankan adalah seluas
218.000 Ha.
Topografi daerah penambangan berupa perbukitan dengan ketinggian antara
400 m - 800 m diatas permukaan laut. Vegetasi yang ada adalah tumbuhan tropis
berupa semak belukar, tanaman perdu dan hutan yang ditumbuhi pepohonan
berdiameter antara 10 - 40 cm. Keadaan iklim daerah Sorowako dipengaruhi oleh dua
musim, yaitu musim kemarau dan penghujan dengan rata-rata curah hujan perbulan
176.381 mm.
350.0
300.0
250.0
Curah Hujan (mm)
200.0
150.0
100.0
50.0
0.0
1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004
Tahun
- Satuan batuan sedimen yang berumur kapur; terdiri dari batugamping laut dalam
dan rijang. Terdapat di bagian barat Soroako dan dibatasi oleh sesar naik dengan
kemiringan ke arah barat.
- Satuan batuan ultrabasa yang berumur awal tersier; umumnya terdiri dari jenis
peridotit, sebagian mengalami serpentinisasi dengan derajat yang bervariasi dan
umumnya terdapat di bagian timur. Pada satuan ini juga terdapat terdapat intrusi-
intrusi pegmatit yang bersifat gabroik dan terdapat di bagian utara.
- Satuan aluvial dan sedimen danau (lacustrine) yang berumur kuarter, umumnya
terdapat di bagian utara dekat desa Soroako.
Golightly (1979) membagi geologi daerah Soroako menjadi tiga bagian,
yaitu :
Satuan batuan sedimen yang berumur kapur, terdiri dari batu gamping laut
dalam dan rijang. Terdapat dibagian barat Soroako dan dibatasi oleh sesar naik
dengan kemiringan kearah barat.
Satuan batuan ultrabasa yang berumur awal tersier, umumnya terdiri dari jenis
peridotit, sebagian mengalami serpentinisasi dengan derajat yang bervariasi
dan umumnya terdapat dibagian timur. Pada satuan ini juga terdapat intrusi-
intrusi pegmatit yang bersifat gabroik dan terdapat dibagian utara.
Satuan alluvial dan sedimen danau (lacustrine) yang berumur kuarter,
umumnya terdapat dibagian utara dekat desa Soroako.
Bijih nikel yang terdapat di bagian Tengah dan Timur Sulawesi tepatnya di
daerah Soroako termasuk ke dalam jenis laterit nikel dan bijih nikel silikat (garnerit).
Bijih nikel tersebut akibat pelapukan dan pelindihan (leaching) batuan ultrabasa
seperti peridotit dan serpentinit dari rombakan batuan ultrabasa.
Penampang Lapisan bijih laterit nikel daerah Soroako dapat digambarkan
sebagai berikut :
1. Lapisan Tanah Penutup (Over Burden)
Lapisan ini terletak di bagian atas permukaan ,lunak dan berwarna coklat
kemerahan hingga gelap dengan kadar air antara 25% sampai 35%, kadar nikel 1,3%
dan di permukaan atas dijumpai lapisan iron capping. Lapisan ini mempunyai
ketebalan berkisar antara 1 - 12 meter.
Dunite, yang mengandung olivin lebih dari 90% dan piroksen sekitar 5%.
Harzburgite, yang mengandung olivin 85% dan piroksen 15%.
Lherzolite, yang mengandung olivin 65% dan piroksen 35%.
Serpentinite, merupakan hasil perubahan dari batuan peridotite oleh proses
serpentinisasi akibat hidrothermal.
Bijih nikel yang terdapat di daerah Soroako termasuk ke dalam jenis laterit
nikel dan bijih nikel silikat (garnerit). Nijih nikel tersebut akibat pelapukan dan
pelindihan (leaching) batuan ultrabasa seperti peridotit dan serpentinit dari rombakan
batuan ultrabasa.
Kadar nikel tinggi dari daerah timur berkisar antara 1,6 – 2,5 % Ni. Rasio
silika magnesium yang relatif tinggi ( > 2,3) akan membawa masalah di pabrik karena
terlalu asam untuk electric furnace refractories. Daerah ini dalam aplikasi
penambangannya di bagi menjadi tiga tipe edapan (Osborne dan Waraspati, 1986)
yaitu Tipe 1, Tipe 2 dan Tipe 3, dimana masing-masing tipe mempunyai perbedaan
recovery, kimia, dilusi dan biaya.
Gambar 2.6
Penampang Umum Ni-Laterit Soroako ( Osborne & Waraspati 1986 )
Tipe 1, kadar nikel relatif tinggi (1,9 – 2,5%), mineralisasi terdapat pada limonit
dan saprolit atau terkadang pada jebakan struktur yang mengandung garnierit dan
zona breksiasi. Rasio silika /magnesia >2,3, banyak terdapat bongkah peridotit
berkadar nikel rendah, ongkos produksi pada tipe ini umumnya mahal, perolehan
dari ROM ke DKP sekitar 20 - 26%.
Tipe 2, relatif hampir sama dengan tipe 1 dari aspek mineralogi namun
mengandung bongkah peridotit jauh lebih sedikit. Tipe ini lebih mudah dan murah
ongkos produksinya. Kadar nikel umumnya berkisar antara 1,8 – 2,5 %. Profil ore
lebih heterogen daripada tipe 1 dan kemungkinan derajat dilusi yang lebih besar
karena banyak fragmen batuan berkadar rendah yang mudah hancur di zona
saprolit. Perolehan (recovery) sekitar 26 sampai 32 % dari ROM (Run Of Mine)
ke DKP (Dry Kiln Product).
Tipe 3, tidak seperti tipe 1 dan 2. Kadar nikelnya rendah, berkisar antara 1,6 –
1,9% Ni. Sangat sedikit dijumpai bongkah, derajat dilusi yang tinggi karena
banyak fragmen batuan kecil berkadar nikel rendah yang mudah pecah.
Pengayaan supergene relatif rendah di tipe ini dan recovery ROM ke DKP
berkisar 30 – 36%. Ongkos penambangan relatif terendah di blok barat.
Ciri lain daerah ini adalah adanya ore extension zone pada zona dibawah drill
indicated reserve, hal ini disebabkan auger drilling tidak mampu menembus
bongkah-bongkah peridotite yang banyak dijumpai di daerah blok barat (west block).
Tipe Hybrid –1”. mempunyai kadar nikel yang rendah (1.6 - 1.8%), dan memiliki
kesamaan dengan tipe west block. Material bolder bayak dijumpai disini sehingga
waktu ditambang tbanyak mengalami kesulitan . Rasio silika/magnesia (Si/Mg)
cenderung < 2.0; banyak terdapat bongkah peridotit berkadar nikel rendah;
Ongkos produksi pada tipe ini umumnya mahal, recovery ROM ke DKP (Dry
Kiln Product) sekitar 20 sampai 26%.
Tipe Hybrid –6”. mempunyai kadar nikel yang rendah (1.6 - 1.8%), dan memiliki
kesamaan dengan tipe west block. Material bolder lebih sedikit dibandng tipe
Hybrid –1”, sehingga waktu ditambang sedikit mengalami kesulitan . Semua
material diatas 6 “ dibuang dan tidak ekonomis. Rasio silika/magnesia (Si/Mg)
cenderung < 2.0; Relatif sedikit terdapat bongkah peridotit berkadar nikel rendah;
Recovery ROM ke DKP sekitar 26 sampai 30%.
Tipe East Block –18”. mempunyai kadar nikel yang rendah (1.6 - 1.9%), dan
sifatnya murni / asli tipe East block. Semua material dibawah –18” ditambang dan
tidak ada kesulitan dalam penambangan. Material bolder bisa dihancurkan dan
masih ekonomis ditambang.Rasio silika/magnesia (Si/Mg) cenderung < 2.0;
Recovery ROM ke DKP sekitar 60%.
Overburden rata-rata 12m dengan kandungan nikel rendah < 1,3%. Medium
grade limonit tebal rata-rata 2 m , nikel 1,4%. Lapisan ssp dan hsp sebagai lapisan
bijih dengan nikel 1,85 % dan tebal rata-rata 7m. Dan lapisan bawah adalah bedrock
yang berwarna hijau kebiruan hingga abu-abu kehijauan. Kandungan rasio S/M relatif
lebih rendah (1.4) dan recovery DKP/ROM sekitar 60%.
Cut of grade tahun 2003 untuk daerah East block adalah 1,45 sedangkan
untuk daerah West Block adalah 1,55. Perbedaan komposisi kimia antara Blok Barat
dan Blok Timur dapat dilihat pada gambar 2.6.
Profil laterit nikel keseluruhan terdiri dari 4 zona gradasi sebagai berikut :
1. Iron Capping; merah tua, merupakan kumpulan massa goethite dan limonite. Iron
capping mempunyai kadar besi yang tinggi tapi kadar nikel yang rendah.
Terkadang terdapat mineral-mineral hematite, chromiferous.
2. Limonite Layer : Fine grained, merah-coklat atau kuning, lapisan kaya besi dari
limonit soil menyelimuti seluruh area. Lapisan ini tipis pada lereng yang terjal,
dan setempat hilang karena erosi. Sebagian dari nikel pada zona ini hadir di dalam
mineral manganese oxide, lithiophorite. Terkadang terdapat mineral talc,
tremolite, chromiferous, Quartz, gibsite, maghemite.Limonite di daerah west
block (unserpentinized) umumnya mempunyai nikel lebih tingi di bandingkan
dengan limonite di daerah East block (Serpentinized).
3. Silica Boxwork : Putih – orange chert,quartz, mengisi sepanjang fractured dan
sebagian menggantikan zona terluar dari unserpentine fragmen peridotite,
sebagian mengawetkan struktur dan tekstur dari batuan asal. Terkadang terdapat
mineral opal, magnesite. Akumulasi dari garnierite-pimelite di dalam boxwork
mungkin berasal dari nikel ore yang kaya silica. Zona boxwork jarang terdapat
pada bedrock yang serpentinized.
4. Saprolite: Campuran dari sisa-sisa batuan, butiran halus limonite,saprolitic rims,
vein dari endapan garnierit, nickeliferous quartz, mangan dan pada beberapa
kasus terdapat silica boxwork, bentukan dari suatu zona transisi dari limonite ke
bedrock. Terkadang terdapat mineral quartz yang mengisi rekahan, mineral-
mineral primer yang terlapukan, clorite. Garnierit dilapangan biasanya
diidentifikasikan sebagai colloidal talc dengan lebih atau kurang nickeliferous
serpentin. Struktur dan tekstur batuan asal masih terlihat.
5. Bedrock : Bagian terbawah dari profil laterit. Tersusun atas bongkah lebih besar
dari 75 cm dan blok peridotit (batuan dasar) dan secara umum sudah tidak
mengandung mineral ekonomis lagi (kadar logam sudah mendekati atau sama
dengan batuan dasar). Zona ini terfrakturisasi kuat, kadang membuka, terisi oleh
mineral garnierit dan silika. Frakturisasi ini diperkirakan menjadi penyebab
adanya root zone yaitu zona high grade Ni, akan tetapi posisinya tersembunyi.
Perkembangan dari zona saprolite tergantung dari physical dan mineralogical
batuan asalnya. Di Soroako, setidaknya ada tiga tipe utama saprolit berdasarkan
bedrock :
kecil, sisa pohon yang sudah di tebang kemudian membuang bagian tanah atau bagian
dapat dikerjakan sebelum pemindahan tanah itu sendiri dilakukan, atau dikerjakan
dilakukan di tempat lain. Umumnya kegiatan land clearing ini dilakukan dengan
lahan itu ada bermacam-macam cara tergantung dari keadaan lapangan misalnya :
M IN IN G F L O W D IA G R A M
D E V E L O P M E N T D R IL L IN G
D E V E L O P M E N T D R IL L IN G L A N D C L E A R IN G B Y
D O Z E R & M A N U A L
O V E R B U R D E N D IS P O S A L O V E R B U R D E N A N D L IM O N IT E S T R IP P IN G L IM O N IT E S T O C K P IL E
R E V E G E T A T IO N
D R IL L IN G & B L A S T IN G O V E R B U R D E N A N D L IM O N IT E S T R IP P IN G H A U L A G E T O S C R . S T A T IO N
T Y P E 1 H IL L O N L Y
S C R E E N IN G
S T A T IO N
S T A T IC
G R IZ Z L Y
D IS P O S A L
+ 1 8 ” (+ 4 5 C M ) W /B E /B D IS P O S A L
V IB R A T IN G + 1 8 ” (+ 4 2 C M )
V IB R A T IN G
S T E P B A R
S T E P B A R
G R IZ Z L Y
G R IZ Z L Y + 1 ” (+ 1 5 c m )
- 1 8 ” + 6 ” M IN I N G F A C E
- 4 5 c m + 1 5 c M
- 6 ” ( - 1 5 c m ) + 6 ” (+ 1 5 c m )
S T O N E C R U S H E R
C R U S H E R
O R E S T O C K P IL E
C U S H E R R O C K F O R R O A D
W O R K C O N S T R U C T IO N
Bijih yang berasal dari screaning station merupakan bijih basah yang
kemudian selanjutnya ditaruh kedalam stock pile. Bijih basah ini biasanya dibiarkan
selama 4 – 6 minggu. Hal ini berguna untuk mengeluarkan kadar air dalam ore tanpa
mengeluarkan cost, karena apa bila dikeringkan pada dryer maka biayanya akan lebih
mahal. Karena pengeringan pada stock pile ini tidak mengurangi seluruh kandungan
air, maka ore tersebut dibawa ke dryer moisture untuk menghilangkan kandungan
airnya.
Selanjutnya bijih kering tersebut di bawa ke stock pile untuk bijih kering.
Bijih kering ini dibawa ke proses berikutnya yaitu kiln. Pada kiln terjadi proses
reduksi. Perbedaan yang paling menonjol di Soroako dibandingkan dengan tambang-
tambang nikel laterit di daerah lain adalah dua jenis endapan yang disebut endapan
blok timur (east block) dan blok barat (west block). Sebenarnya mine planner
membuat rencana penambangan juga dipengaruhi oleh kepentingan pada proses.
Semula yang ditambang adalah blok barat karena kadar nikelnya terlalu tinggi. Tetapi
karena ternyata pada proses kiln, west blok memiliki batuan yang terlalu basa akibat
nilai silica berbanding dengan magnesium (S/M) yang terlalu tinggi maka kondisi
didalam tanur kental akibatnya Si dan Fe yang akan direduksi susah dikeluarkan.
Sebenarnya kekentalan ini dapat ditanggulangi dengan menaikkan suhu tanur tetapi
akibatnya dinding tanur akan semakin tipis. Akibatnya digunakan east blok yang
memiliki kadar ni yang lebih rendah, tetapi juga memiliki S/M yang rendah sebagai
faktor koreksi di alam tanur. Sebaliknya bila pada proses kiln yang digunakan hanya
east blok maka kondisi di tanur terlalu encer. Akibatnya proses pemisahan sulit
terjadi. Solusi yang digunakan adalah 60 west berbanding dengan 40 east.
Tahap berikutnya yaitu furnace. Pada tahap ini terjadi peleburan. Suhu yang
biasa digunakan pada furnace adalah 15000 C. Selanjutnya hasil dari furnace dibawa
ke converter. Guna converter ini yaitu untuk menjamin fleksibilitas maksimum dalam
memilih bentuk produk akhir. Pengeringan lebih lanjut dilakukan untuk memastikan
tidak ada lagi kadar air pada ore sebelum di paketkan. Adapun urutan keseluruhan
yang terjadi pada proses pengolahan adalah sebagai berikut :
SIMPLIFIED FLOW SHEET
Dry Dust
M.C
Dryer Kiln ESP
Wet Ore Stockpile
HSFO
DKP
Hot Calcine
Scrubber
M.C 500 T 100 T
ESP BIN BIN
E.L E.L E.L
Dry Dust
Slag to Dispossal area
Slurry
THICKENER Pugmill Dust
Electric Furnace Recycle
Furnace Matte
Product Dryer to Dryer
Silica Flux
Scrap
Converter
Matte Cast
Market P.T. INCO INDONESIA
Granulation
Packing