Anda di halaman 1dari 23

BAB II

TINJAUAN UMUM

2.1 Sejarah Perusahaan

PT. Vale Indonesia Tbk (Vale Indonesia) merupakan perusahaan yang


memproduksi nikel dalam bentuk matte. Perusahaan ini dahulu dikenal sebagai PT
International Nickel Indonesia Tbk (PTI). Pada tahun 2006, PT.Vale yang berasal dari
Brazil mengakuisisi kepemilikan PT. Vale Indonesia Tbk ini. Perusahaan ini
beroperasi di bawah kontrak karya yang ditandatangain pada tahun 1968.PT. PT. Vale
Indonesia Tbk memproduksi nikel dalam matte dalam dari bijih lateritik pada
fasilitas-fasilitas penambangan dan pengolahan terpadu di Sorowako, Sulawesi
selatan (Gambar 2.1)

Gambar 2. 1 Wilayah Operasi PT.Vale Indonesia Tbk


(Sumber:PT. Vale Indonesia Tbk)

Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan. PT.Vale Indonesia


Tbk tidak mengukur keberhasilan dari berapa banyak hasil tambang yang didapat.

4
Keberhasilan PT. Vale Indonesia Tbk justru diukur dari kemampuan PT. Vale
Indonesia Tbk beroperasi dengan memperhatikan kepentingan semua pihak yang telah
mempercayai. Sehingga, PT. Vale Indonesia Tbk. sebagai perusahaan yang
mengutamakan keselamatan di atas segalanya, memiliki visi menjadi perusahaan
sumber daya nomor satu di Indonesia yang menggunakan standar global dalam
menciptakan nilai jangka panjang, melalui keunggulan kinerja dan kepedulian
terhadap manusia dan alam. Untuk mewujudkan visi tersebut, PT. Vale Indonesia Tbk.
mengusung misi untuk mengubah sumberdaya alam menjadi kemakmuran dan
pembangunan yang berkelanjutan. Semua niat baik ini tentunya harus didukung
dan dikolaborasikan dengan elemen-elemen terkait sehingga dapat memberikan
yang terbaik untuk semua.

2.2 Kontrak Karya

Sejak didirikan pada bulan Juli 1968, PT. PT. Vale Indonesia Tbk beroperasi di
bawah perjanjian Kontrak Karya dengan Pemerintah Indonesia untuk mengeksplorasi,
menambang, mengolah dan memproduksi nikel untuk areal seluas 6,6 juta hektar di
bagian timur dan tenggara Sulawesi. Berkurang menjadi 2,9% secara bertahap hingga
Desember 2009. KK awal berlaku hingga Maret 2008. Melalui Perjanjian Perubahan
dan Perpanjangan yang ditandatangani pada bulan Januari 1996, KK tersebut telah
diubah dan diperpanjang masa berlakunya hingga Desember 2025.
Luas areal kontrak karya secara keseluruhan adalah 118.435 hektar dibagi
kedalam tiga provinsi dan beberapa block konsesi, yaitu :
1. Central Sulawesi dengan luas area 22.699 Ha meliputi block konsesi kolonodale
dan bahadopi.
2. South Sulawesi dengan luas area 70.984 Ha. Meliputi daerah block konsesi
Sorowako-towuti, matano, bulubalang dan lingke.
3. Southeast Sulawesi dengan luas area 24.752 Ha. Meliputi daerah latao, matarape,
pomala dan suasua.
PT. Vale Indonesia Tbk sebagai pemegang kontrak karya, memiliki hak
eksklusif di beberapa wilayah yang telah ditentukan diSulawesi untuk melakukan
eksplorasi, pengembangan, penambangan, pengolahan, penimbunan, pengangkutan,
dan penjualan nikel maupun mineral lain terkait nikel yang terdapat di areal KK.

5
PT. Vale Indonesia Tbk merupakan perusahaan asing yang memiliki lisensi dari
pemerintah Indonesia untuk melakukan eksplorasi, penambangan, pengolahan dan
produksi nikel. PT. Vale Indonesia Tbk beroperasi di pulau Sulawesi di bawah
perjanjian Kontrak Karya dengan area seluas 118.435 hektar. Wilayah ini berada di 3
propinsi di Sulawesi, yaitu Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi
Tengah (Tabel 2.1).
Proses penambangan PT.Vale Indonesia Tbk secara berurutan dimulai dari
pengupasan top soil, pengupasan overburden dan pembuangan di disposal,
penambangan bijih, pengayakan di screening station dan pencampuran di wet ore
stockpile sehingga bisa memenuhi persyaratan untuk proses pengolahan di proses
plant.

Tabel 2. 1 Luas Wilayah Konsesi PT. Vale Indonesia Tbk

Nikel matte merupakan produk setengah jadi yang siap diolah untuk menjadi
barang siap pakai. Kegunaan nikel sangat beragam. Sebagian besar nikel digunakan

6
sebagai campuran untuk membuat baja tahan karat. Produksi nikel dalam bentuk matte
terkadang naik terkadang turun setiap tahunnya. Harga rata- rata nikel pada tahun 2012
turun setelah sebelumnya naik pada tahun 2010 dan 2011.

PRODUKSI DAN HARGA RATA -RATA NIKEL


Harga realisasi Rata-rata (Dollar per Ton)
Pengiriman Nikel Matte
Produksi Nikel dalam Matte (Ton)
200

150
TON

100

50

0
2010 2011 2012 2013 2014
TAHUN

Gambar 2. 2 Produksi dan Harga Rata-rata Nikel PT. Vale Indonesia Tbk Tahun 2010-2014
(Sumber: Laporan Tahunan 2014 PT. Vale Indonesia Tbk)

2.3 Lokasi dan Kesampaian Daerah

PT. Vale Indonesia, Tbk secara administratif berlokasi di Desa Sorowako


Kecamatan Nuha, Kabupaten Luwu Timur Provinsi Sulawesi Selatan. Desa Sorowako
berada di sebelah utara Provinsi Sulawesi Selatan. Berjarak kurang lebih 600 km dari
Kota Makassar dan dapat ditempuh dengan perjalanan darat sekitar 14 jam dari Kota
Makassar.Secara geografis Desa Sorowako terletak pada koordinat 2 03’00”- 3 03’25”
LS dan 119 28’56”-121 47’27” BT berbatasan dengan beberapa daerah, yaitu:
1. Sebelah utara berbatasan dengan Danau Matano, Kabupaten Poso dan Provinsi
Sulawesi Tengah.
2. Sebelah barat berbatasan dengan Wasuponda, Kecamatan Bone – Bone dan
Kabupaten Luwu Utara .
3. Sebelah selatan berbatasan dengan Wawondula, Kabupaten Kendari, Provinsi
Sulawesi Tenggara dan Teluk Bone.
4. Sebelah timur berbatasan dengan Danau Mahalona dan Provinsi Sulawesi
Tengah.
Sorowako dengan elevasi 290 – 900 m merupakan daerah yang dikelilingi oleh
tiga buah danau yaitu Danau Matano, Danau Towuti dan Danau Mahalona. PT. Vale

7
Indonesia Tbk mempunyai daerah konsesi awal dengan luas sekitar 6.000.000 Ha
yang terletak pada posisi 120°52' - 122°30' BT (Sua-sua s/d Torokulu) dan 1°50' -
5°30' LS (Kolonedale s/d Malapulu). Daerah konsesi awal ini sebagian dikembalikan
kepada pemerintah Indonesia, dan hingga saat ini daerah yang tersisa dan
dipertahankan adalah seluas 218.530 Ha (SK 336.K/46.00/DJG/2005) dan menyebar
di tiga propinsi yaitu Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tengah.
Daerah penambangan meliputi dua blok yaitu Blok Timur (East Block) dan Blok
Barat (West Block) yang terdiri dari bukit-bukit yang mengandung endapan bijih
nikel. Daerah di sebelah timur pabrik peleburan disebut Blok Timur dan yang di
sebelah barat pabrik peleburan disebut Blok Barat dimana daerah penambangannya
lebih luas dari daerah penambangan pada Blok Timur.

Gambar 2. 3 Peta Lokasi Kontrak Karya PT.Vale Indonesia Tbk Sorowako Sulawesi-Selatan
(Sumber: PT. Vale Indonesia Tbk)

8
2.4. Kondisi Geologi
2.4.1 Geologi Regional
Ada beberapa penelitian yang menjelaskan mengenai proses tektonik dan
geologi daerah Sorowako, antara lain adalah Sukamto (1975) yang membagi pulau
Sulawesi dan sekitarnya terdiri dari 3 Mandala Geologi yaitu :
1. Mandala Geologi Sulawesi Barat, dicirikan oleh adanya jalur gunung api
Paleogen.
2. Intrusi Neogen dan sedimen Mesozoikum. Mandala Geologi Sulawesi Timur,
dicirikan oleh batuan Ofiolit yang berupa batuan ultramafik peridotit, harzburgit,
dunit, piroksenit dan serpentinit yang diperkirakan berumur kapur.
3. Mandala Geologi Banggai Sula,dicirikan oleh batuan dasar berupa batuan
metamorf Permo-Karbon, batuan batuan plutonik yang bersifat granitis berumur
Trias dan batuan sedimen Mesozoikum.
Menurut Hamilton (1979) dan Simanjuntak (1991), Mandala Geologi banggai
Sula merupakan mikro kontinen yang merupakan pecahan dari lempeng New Guinea
yang bergerak kearah barat sepanjang sesar sorong. Daerah Sorowako dan sekitarnya
menurut (Sukamto,1975,1982 & Simanjuntak, 1986 ) adalah termasuk dalam Mandala
Indonesia bagian Timur yang dicirikan dengan batuan ofiolit dan Malihan yang di
beberapa tempat tertindih oleh sedimen Mesozoikum. Sedangkan Golightly (1979)
mengemukakan bagian Timur Sulawesi tersusun dari 2 zona melange subduksi yang
terangkat pada pre dan post-Miocene (10 juta tahun lalu). Melange yang paling tua
tersusun dari sekis yang berorientasi kearah Tenggara dengan disertai beberapa tubuh
batuan ultrabasa yang penyebarannya sempit dengan stadia geomorfik tua. Sementara
yang berumur post Miocene telah mengalami pelapukan yang cukup luas sehingga
cukup untuk membentuk endapan nikel laterite yang ekonomis, seperti yang ada di
daerah Pomala. Melange yang berumur Miocene – post Miocene menempati central
dan lengan North-East Sulawesi. Uplift terjadi sangat intensif di daerah ini, diduga
karena desakan kerak samudera Banggai Craton.

Kerak benua dengan density yang rendah menyebabka terekspose-nya batuan-


batuan laut dalam dari kerak samudera dan mantel.Pada bagian Selatan dari zona
melange ini terdapat kompleks batuan ultramafik Sorowako-Bahodopi yang
pengangkatannya tidak terlalu intensif.Kompleks ini menempati luas sekitar 11,000

9
km persegi dengan stadia geomorfik menengah, diselingi oleh blok-blok sesar dari
cretaceous abyssal limestone dan diselingi oleh chert.
2.4.2 Geologi Lokal
Geologi daerah Sorowako dan sekitarnya sudah dideskripsikan sebelumnya
secara umum oleh Brouwer (1934), Van Bemmelen (1949), Soeria Atmadja et al
(1974) dan Ahmad (1977). Namun yang secara spesifik membahas tentang geologi
deposit nikel laterit adalah Golightly (1979), dan Golightly (1979) membagi geologi
daerah Sorowako menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Satuan batuan sedimen yang berumur kapur, terdiri dari batu gamping laut dalam
dan rijang. Terdapat dibagian barat Sorowako dan dibatasi oleh sesar naik dengan
kemiringan kearah barat.
2. Satuan batuan ultrabasa yang berumur awal tersier, umumnya terdiri dari jenis
peridotit, sebagian mengalami serpentinisasi dengan derajat yang bervariasi dan
umumnya terdapat dibagian timur. Pada satuan ini juga terdapat intrusi-intrusi
pegmatit yang bersifat gabroik dan terdapat dibagian utara.
3. Satuan alluvial dan sedimen danau (lacustrine) yang berumur kuarter, umumnya
terdapat dibagian utara dekat desa Sorowako.
Pembentukan bijih nikel laterit di Sorowako merupakan hasil proses pelapukan
batuan ultra basa peridotit yang terdapat diatas pemukaan batuan bumi. Proses
pelapukan terjadi karena pergantian musim panas dan dingin yang silih berganti,
sehingga batuan pecah-pecah dan mengalami pelapukan. Ion-ion yang mempunyai
berat jenis besar seperti nikel mengalami pengkayaan ditempat, sementara ion-ion
yang mempunyai berat jenis kecil mengalami transportasi oleh air, angin atau media
lain ke daerah yang lebih rendah. Bijih nikel yang terdapat di bagian Tengah dan Timur
Sulawesi tepatnya di daerah Sorowako termasuk ke dalam jenis laterit nikel dan bijih
nikel silikat (garnerit). Bijih nikel tersebut akibat pelapukan dan pelindian (leaching)
batuan ultrabasa seperti peridotit dan serpentinit dari rombakan batuan ultrabasa.
Kondisi perlapisan batuan secara umum yang terdapat di lokasi penambangan
nikel Sorowako terdiri dari :

1. Lapisan Overburden
Lapisan ini terletak dibagian paling atas, berwarna coklat kemerahan hingga
coklat kehitaman.Kadar Ni kurang dari 1.3 %. Ketebalan lapisan rata-rata mencapai 7

10
meter. Material secara umum dalam ukuran halus (lempung-lanau). Sering dijumpai
mineral stabil berupa cromit, magnetit. Struktur dan tekstur batuan induk tidak dapat
dikenali.
2. Limonit berkadar menegah (Medium Grade Limonit(MGL)
Zona dibawah overburden disebut zona MGL, berwarna kuning hingga
kecoklatan, agak lunak, berkadar air 30%-40%, kadar Ni berkisar antara 1,4 – 1,5 %,
Fe 44% MgO 3%, SiO 2%. Zona MGL ini merupakan zona transisi dariOverburden
ke Saprolit dengan ketebalan sekitar 2 – 10 m.
3. Zona Saprolit
Merupakan zona bijih (ore zone), mengandung banyak fragmen batuan dasar
yang teralterasi. Tekstur dan struktur batuan dasar dapat dengan mudah dikenali,
berwarna kuning kecoklatan sampai kemerah-merahan. Merupakan zona berkadar Ni
tinggi, yaitu rata-rata lebih besar dari 1,8 % dengan ketebalan lapisan antara 2 – 15 m
dan dapat dibedakan menjadi 2 subzone,yakni:
a. Subzone softsaprolit
Terletak dibawah Limonit, dengan kandungan fragmen batuan dasar lebih kecil
dari 5 cm, sebanyak < 25%. Jarang ditemukan fragmen dengan ketebalan
ekstrim.Ketebalan antara 1 – 6 m.
b. Sub zone hardsaprolit
Terletak di bawah softsaprolit, dengan kandungan fragmen batuan berukuran
lebih besar dari 5 cm, dengan kehadiran lebih dari 25 %. Sering ditemukan fragmen
dalam ukuran boulder dan pola pelapukan rim structure pada bagian terbawah.
Ketebalan berkisar antara 2-8 m.
4. Bedrock (Bluezone/Barren Zone)
Lapisan ini merupakan batuan peridotit sesar yang tidak atau belum mengalami
pelapukan dengan kadar Ni 1,3%. Pada umumnya batuan ini merupakan bongkah-
bongkah masif,berwarna kuning pucat sampai abu-abu kehijauan. Secara lokal batuan
dasar ini disebut blue zone.
Ketebalan dari masing-masing lapisan tidak merata, tergantung dari morfologi
dan relief, umumnya endapan laterit terakumulasi banyak pada endapan bawah bukit
dengan relief yang landai, sedangkan relief yang terjal endapan makin menipis,
disamping adanya kecenderungan akumulasi mineral yang berkadar tinggi dijumpai
pada zona-zona retakan, zona sesar dan rekahan pada batuan.

11
2.5 Ganesa Bijih Nikel Laterit

Endapan nikel laterit merupakan bijih yang dihasilkan dari proses pelapukan
batuan ultrabasa yang ada di atas permukaan bumi. Istilah Laterit sendiri diambil dari
bahasa Latin “later” yang berarti batubata merah, yang dikemukakan oleh M. F.
Buchanan (1807), yang digunakan sebagai bahan bangunan
di Mysore, Canara dan Malabr yang merupakan wilayah India bagian selatan.
Material tersebut sangat rapuh dan mudah dipotong, tetapi apabila terlalu lama
terekspos, maka akan cepat sekali mengeras dan sangat kuat.
Smith (1992) mengemukakan bahwa laterit merupakan regolith atau tubuh
batuan yang mempunyai kandungan Fe yang tinggi dan telah mengalami pelapukan,
termasuk di dalamnya profil endapan material hasil transportasi yang masih tampak
batuan asalnya.Sebagian besar endapan laterit mempunyai kandungan logam yang
tinggi dan dapat bernilai ekonomis tinggi, sebagai contoh endapan besi, nikel, mangan
dan bauksit.
Dari beberapa pengertian bahwa laterit dapat disimpulkan merupakan suatu
material dengan kandungan besi dan aluminium sekunder sebagai hasil proses
pelapukan yang terjadi pada iklim tropis dengan intensitas pelapukan tinggi. Di dalam
industri pertambangan nikel laterit atau proses yang diakibatkan oleh adanya proses
lateritisasi sering disebut sebagai nikel sekunder.

Gambar 2. 4 Gambar 2.4 Horizon Nikel Laterit


(Sumber: PT. Vale Indonesia Tbk.)

12
Proses pembentukan nikel laterit diawali dari proses pelapukan batuan ultrabasa,
dalam hal ini adalah batuan harzburgit. Batuan ini banyak mengandung olivin,
piroksen, magnesium silikat dan besi, mineral-mineral tersebut tidak stabil dan mudah
mengalami proses pelapukan. Proses pelapukan dimulai pada batuan ultramafik
(peridotit, dunit, serpentinit), dimana batuan ini banyak mengandung mineral olivin,
piroksen, magnesium silikat dan besi silikat, yang pada umumnya mengandung 0,30
% nikel.
Batuan tersebut sangat mudah dipengaruhi oleh pelapukan lateritik (Boldt
,1967). Proses laterisasi adalah proses pencucian pada mineral yang mudah larut dan
silika dari profil laterit pada lingkungan yang bersifat asam, hangat dan lembab serta
membentuk konsentrasi endapan hasil pengkayaan proses laterisasi pada unsur Fe, Cr,
Al, Ni dan Co (Rose et al., 1979 dalam Nushantara 2002). Menurut Hasanudin,dkk,
1992, air permukaan yang mengandung CO2 dari atmosfir dan terkayakan kembali
oleh material – material organis di permukaan meresap ke bawah permukaan tanah
sampai pada zona pelindian, dimana fluktuasi air tanah berlangsung.
Akibat fluktuasi ini air tanah yang kaya CO2 akan kontak dengan zona saprolit
yang masih mengandung batuan asal dan melarutkan mineral – mineral yang tidak
stabil seperti olivin / serpentin dan piroksen. Mg, Si dan Ni akan larut dan terbawa
sesuai dengan aliran air tanah dan akan memberikan mineral – mineral baru pada
proses pengendapan kembali. Endapan besi yang bersenyawa dengan oksida akan
terakumulasi dekat dengan permukaan tanah, sedangkan magnesium, nikel dan silika
akan tetap tertinggal di dalam larutan dan bergerak turun selama suplai air yang masuk
ke dalam tanah terus berlangsung. Rangkaian proses ini merupakan proses pelapukan
dan pelindihan/leaching. Pada proses pelapukan lebih lanjut magnesium (Mg), Silika
(Si), dan Nikel (Ni) akan tertinggal di dalam larutan selama air masih bersifat asam .
Tetapi jika dinetralisasi karena adanya reaksi dengan batuan dan tanah, maka zat – zat
tersebut akan cenderung mengendap sebagai mineral hidrosilikat (Ni-magnesium
hidrosilicate) yang disebut mineral garnierit [(Ni,Mg)6Si4O10(OH)8] atau mineral
pembawa Ni (Boldt, 1967).
Adanya suplai air dan saluran untuk turunnya air, dalam hal berupa kekar, maka
Ni yang terbawa oleh air turun ke bawah, lambat laun akan terkumpul di zona air sudah
tidak dapat turun lagi dan tidak dapat menembus batuan dasar(bedrock). Ikatan dari Ni
yang berasosiasi dengan Mg, SiO dan H akan membentuk mineral garnierit dengan

13
rumus kimia (Ni, Mg) Si4O5(OH)4. Apabila proses ini berlangsung terus menerus,
maka yang akan terjadi adalah proses pengkayaan supergen/supergen enrichment.
Zona pengkayaan supergen ini terbentuk di zona Saprolit. Dalam satu
penampang vertikal profil laterit dapat juga terbentuk zona pengkayaan yang lebih dari
satu, hal tersebut dapat terjadi karena muka air tanah yang selalu berubah-ubah,
terutama tergantung dari perubahan musim.
Di bawah zona pengkayaan supergen terdapat zona mineralisasi primer yang
tidak terpengaruh oleh proses oksidasi maupun pelindihan, yang sering disebut sebagai
zona batuan dasar (bed rock). Biasanya berupa batuan ultramafik seperti Peridotit atau
Dunit.

Gambar 2. 5 Tahap Pembentukkan Endapan Nikel Laterit


(Sumber: PT. Vale Indonesia Tbk)

2.6 Endapan Bijih Nikel Laterit PT. Vale Indonesia

Area kontrak karya operasional tambang PT. Vale Indonesia Tbk. adalah
Sorowako Project area (SPA) dan Petea. Pada SPA, terdapat dua jenis endapan nikel
laterit, yaitu west block dan east block.
Blok barat (west block) meliputi 36 bukit dengan luasan mencapai 46,5 m2. Pada
block ini terdiri dari batuan peridotite yang tidak terserpentinisasi dengan bentuk
morfologi yang relative lebih terjal dibandingkan dengan blok timur (east block).
Daerah block barat juga banyak mengandung urat-urat kuarsa dan bongkah-
bongkah/boulder. Sifat material yang relatif keras menyebabkan kesulitan dalam

14
penambangan. Analisis petrologi dan geokimia menunjukkan bahwa batuan peridotit
di daerah,Sorowako merupakan bagian dari ofiolit dengan kandungan olivin tinggi
yang kaya nikel. Batuan ini merupakan protolit yang paling sesuai dalam
membentukan bijih nikel laterit kadar tinggi. Dibandingkan dengan blok lainnya,
blok barat memiliki kadar nikel yang relative lebih tinggi, selain itu, pada blok ini
juga mengandung kadar Fe dan S/M yang tinggi pula. Kondisi ini menyebabkan bijih
tidak dapat diolah secara langsung dipabrik pengolahan sehingga harus diblending
terlebih dahulu.

Gambar 2. 6 Profil Nikel Laterit di PT. Vale Indonesia Tbk


(Sumber: PT. Vale Indonesia Tbk)

Blok timur (east block) terdiri dari 44 bukit dengan luasan area mencapai 36,3
m2. Daerah Blok Timur di dominasi oleh lherzolit dengan kandungan olivin yang
rendah dan mengandung orthopiroksen maupun klinopiroksen. Peningkatan derajat
serpentinisasi di daerah ini didukung juga oleh peningkatan kandungan magnetik
dalam material batuan.
Proses serpentinisasi menyebabkan hilangnya sebagian unsur Ni yang
berdampak pada penurunan kadar Ni pada batuan dasar blok Petea. Sehingga pada
daerah ini hanya mengandung sedikit nikel dengan kadar tinggi. Sifat batuan relatif
lebih lunak dan menunjukkan rasio silika magnesia yang lebih rendah dibandingkan
Blok Barat. Endapan nikel laterit di Petea memiliki karekter seperti pada tipe east,

15
tetapi kandungan besinya lebih rendah dan perbandingan silica-magnesium (S/M)
rendah. Besarnya Stripping Ratio (SR) juga rendah dan topografinya lebih curam
dengan beberapa area cenderung terjal.

Zona yang aktif mengalami


pelapukan kimia.Daerah ini
mengalami pengayaan NI.&
saprolisation of rock.
Includes supergene Lap. Atas mengalami alterasi
Zona residual,
enrichment of Ni & Lap. Bawah masih
kaya FeO, MnO
dan AlO batuanSegar

Limonite

Saprolite

Bedrock

Gambar 2. 7 Penampang Lapisan Bijih Nikel Sorowako


(Sumber: PT. Vale Indonesia Tbk)

2.7 Kegiatan Penambangan

Kegiatan penambangan dilakukan oleh Mine Operation tetapi dilakukan dalam


pengawasan Grade Control dalam hal kualitas ore. Kegiatan penambangan nikel PT.
Vale Indonesia Tbk dilakukan pada Pegunungan Verbeek, Sulawesi Selatan yaitu di
bukit-bukit dengan ketinggian antara 500 – 700 m dari permukaan laut.
2.7.1 Pemboran dan Uji Sampel (Test Pit)
1. Area East Block (interval 25 x 25)
2. Area West Block (interval 50 x 50)

16
Gambar 2. 8 Pengeboran Untuk Mendapatkan Sampel
(Sumber: PT. Vale Indonesia Tbk)

2.7.2 Pembersihan Lahan (Land Clearing)


Tahap ini adalah proses awal dari kegiatan penambangan. Tujuan dari kegiatan
ini adalah untuk mengupas top soil dan menyimpannya dalam bank of top soil.
Aktivitas dari pembersihan lahan dimulai dengan memangkas poho-pohon dan
vegetasi lainnya dengan gergaji mesin oleh para petugas tree cutting. Selanjutnya,
runtuhan pohon dan vegetasi lainnya didorong oleh bullldozer untuk dikumpulkan
lalu diangkut ke suatu tempat penyimpanan. Selanjutnya, setelah semua jenis
vegetasi ini habis, tugas alat muat berupa backhoe atau shovel untuk mengupas
top soil.

Gambar 2. 9 Land Clearing


(Sumber: PT. Vale Indonesia Tbk)

17
2.7.3 Pengupasan Lapisan Penutup ( Stripping )
Overburden diangkut ke disposal (tempat yang sengaja disediakan untuk
menampung OB dan reject rock dari screening station) yang kemudian akan
digunakan untuk menutupi daerah pasca tambang sebagai dasar bagi tanaman
penghijauan dalam revegetasi.

Gambar 2. 10 Kegiatan Stripping


(Sumber: PT. Vale Indonesia Tbk)

2.7.4 Pengambilan Bijih ( Ore Mining )


Ore mining biasa disebut Run of Mine (ROM), ROM biasanya ditimbun di pile-
pile yang terdekat yang ada lalu baru diangkut ke stasiun penyaringan (screening
station).

Gambar 2. 11 Kegiatan Penambangan


(Sumber: PT. Vale Indonesia Tbk)

18
2.7.5 Penambangan Quarry
Quarry dalam sistem penambangan adalah tambang terbuka yang diterapkan
untuk menambang endapan-endapan bahan galian industry atau mineral industry,
misalnya batu gamping, marmer, andesit. Penambangan quarry yang dilakukan di PT.
Vale Indonesia Tbk, merupakan material yang berasal dari Blue Zone atau Bedrock.
Material quarry ini dimanfaatkan sebagai material material sipil.
2.7.6 Peledakan (Blasting)
Terdapat dua jenis peledakan di PT. Vale Indonesia, Tbk yaitu peledakan
produksi dan peledakan khusus. Peledakan produksi dilakukan untuk menambang
quarry untuk keperluan material civil. Sedangkan peledakan khusus biasanya
dilakukan untuk menghasilkan dinding lereng akhir yang rapi dan biasanya dilakukan
untuk membentuk lereng pada proses revegetasi atau penghijauan sehingga daerah
tersebut dapat ditanami pepohonan. Sebelum melakukan peledakan tentunya kita harus
membuat lubang tembak terlebih dahulu dengan menggunakan drill machine.
Diameter lubang tembak 3,4 – 5,5 inch.
Agar alat bor dapat mengakses tempat pengeboran maka di buatlah drill pad
preparation oleh dozer sebagai akses alat bor tersebut. alat bor di PT. Vale Indonesia,
Tbk ada dua macam yaitu bor merah dan bor putih. Bor merah digunakan untuk jenis
batuan yang homogen dengan system kerja yaitu rotary dan percution.Sedangkan bor
putih digunakan untuk jenis batuan heterogen dengan system kerja rotary saja.
Peledakan ini sendiri menggunakan system penyalaan nonel dengan primernya berupa
detonator dan ANFO.
ANFO merupakan campuran dari Ammonium Nitrat dan Fuel Oil.
Perbandingan An dan Fo sekitar 94,5-96 : 5,5-4 dengan total 0,5 kg tiap lubang
tembak. Zona aman untuk peledakan yaitu 500 m untuk manusia dan 100m untuk
peralatan tambang dari lokasi titik peledakan .
2.7.7 Pemuatan dan Pengangkutan (Loading and Hauling)
Dalam proses penambangan quarry, setelah materialnya diledakkan maka
aktivitas selanjutnya adalah pemuatan. Di PT. Vale Indonesia, Tbk untuk kegiatan
penggalian material quarry dan pemuatannya dilakukan dengan menggunakan alat
yang sama. Alat yang digunakan biasanya adalah backhoe dengan kapasitas yang
besar. Backhoe akanmemasukkan material-material quarry ini ke atas dump truck
sehingga bisa dibawa. Setelah backhoe memuat material sampai kapasitas dari dump

19
trucknya terpenuhi. Maka proses pengangkutan akan mulai berjalan. Dump truck akan
membawa material ke tempat yang membutuhkan sebagai material perkuatan.
2.7.8 Penyaringan ( Screening )
Produk hasil dari screening station disebut screening station product (SSP)
yang berupa ore basah yang disebut wet ore stockpile (WOS). WOS akan diproses
oleh bagian processing, yang nantinya akan menghasilkan product yang disebut nikel
matte (80% Ni) dan menghasilkan buangan (reject rock), yang nantinya akan dibawa
ke disposal.
1. Area East block, ukuran reject rock-nya : +18” dan +6”
2. Area West block, ukuran reject rock-nya : +18”, +6”, dan +2”

Gambar 2. 12 Kegiatan Stasiun Penyaringan


(Sumber: PT. Vale Indonesia Tbk)

Cadangan mineral tambang di PT. Vale Indonesia Tbk dibagi kedalam dua type
geologi yang berbeda yaitu: east block dan west block. Penambangan dimulai dengan
mengupas lapisan tanah penutup dan bila lapisan yang mengandung ore sudah
tersingkap, persiapan penambangan dilakukan dengan pembuatan jalan menuju level
yang telah direncanakan. Kemudian dilakukan penggalian bijih nikel dengan
menggunakan alat gali muat Back Hoe dan Front Shovel, serta alat angkut Dump
Truck.
Bijih nikel kadar menengah (Medium Grade Limonite) diangkut dan ditumpuk
pada tempat tertentu. Sedangkan bijih nikel kadar tinggi (Saprolite Ore) dengan kadar
rata-rata 1,5% untuk East Block dan West Block diangkut menuju Screening Sation.
Ore ini dikenal dengan istilah ROM (Run of Mine).

20
Pada daerah West Block, fraksi ukuran –2 inchi diambil sebagai ore, material –
material ini kemudian ditampung dalam stock pile. Sedangkan untuk daerah East
Block, fraksi ukuran –6 inchi diambil sebagai ore, apabila fraksi ukuran +6 inchi
memperlihatkan indikasi adanya ore, maka fraksi ini akan di-crusher menjadi fraksi
ukuran –6 inchi. Untuk ukuran +18 inchi diangkut ke disposal. Reject dari screening
station fraksi ukuran +6 inchi dan +18 inchi dari tipe East Block diangkut menuju
lokasi-lokasi yang membutuhkan penimbunan pembuatan jalan konstruksi atau
dibuang ke disposal.
Kegiatan penambangan berakhir sampai ore berada di stock pile, untuk kegiatan
selanjutnya dilakukan oleh pihak pabrik sampai akhirnya ore tersebut menjadi nickel
matte. Pengolahan nikel pada akhirnya menghasilkan nikel yang berkadar (78 % Ni)
dan dikemas dalam kemasan bag yang mengandung 3 ton nikel matte yang kemudian
diangkut ke Pelabuhan Balantang. Keseluruhan pruduksi dikirim keluar negeri dan
dijual dalam Dollar Amerika Serikat melalui kontrak-kontrak jangka panjang untuk
dimurnikan di Jepang.
Daya saing PT. Vale Indonesia Tbk terletak pada cadangan bijih nikel dalam
jumlah besar, tenaga terampil dan terdidik baik, listrik tenaga air berbiaya rendah,
fasilitas produksi yang modern dan pasar yang terjamin kualitas produknya.

Gambar 2. 13 Mining Procces Simplified Diagram


(Sumber: PT. Vale Indonesia Tbk)

21
2.8 Proses Pengolahan

Pada tahap di screaning station terdapat perbedaan antara screaning station


diblok barat dengan screaning station di blok timur. Pada screaning station diblok
barat terdapat penyaring dengan ukuran batuan yang dapat lewat sebesar : 18 inchi, 4
inchi, dan 2 inchi. Sedangkan pada screaning station untuk blok timur terdapat
penyaring dengan ukuran batuan yang dapat lewat sebesar : 18 inchi dan 6 inchi yang
kemudian masuk ke crusher untuk mendapatkan batuan yang berukuran 4 inchi. Pada
blok barat batuan yang diambil untuk proses selanjutnya adalah yang berukuran lebih
kecil dari 2 inchi sedangkan untuk blok timur adalah yang berukuran lebih kecil dari
4 inchi

Gambar 2. 14 Urutan Kerja pada Screening Station di Block East dan Block West
(Sumber: PT. Vale Indonesia Tbk)

Bijih yang berasal dari screaning station merupakan bijih basah yang kemudian
selanjutnya ditaruh kedalam stock pile. Bijih basah ini biasanya dibiarkan selama 4 –
6 minggu. Hal ini berguna untuk mengeluarkan kadar air dalam ore tanpa
mengeluarkan cost, karena apa bila dikeringkan pada dryer maka biayanya akan lebih
mahal. Karena pengeringan pada stock pile ini tidak mengurangi seluruh kandungan

22
air, maka ore tersebut dibawa ke dryer moisture untuk menghilangkan kandungan
airnya.

Gambar 2. 15 Urutan Proses Pengeringan


(Sumber: PT. Vale Indonesia Tbk)

Selanjutnya bijih kering tersebut di bawa ke stock pile untuk bijih kering. Bijih
kering ini dibawa ke proses berikutnya yaitu kiln. Pada kiln terjadi proses reduksi Si
dan Fe.
Perbedaan yang paling menonjol di Sorowako dibandingkan dengan tambang
nikel laterit di daerah lain adalah dua jenis endapan yang disebut endapan blok timur
(east block) dan blok barat (west block). Sebenarnya mine planner membuat rencana
penambangan juga dipengaruhi oleh kepentingan pada proses. Semula yang
ditambang adalah blok barat karena kadar nikelnya terlalu tinggi. Tetapi karena
ternyata pada proses kiln, west blok memiliki batuan yang terlalu basa akibat nilai
silica berbanding dengan magnesium (S/M) yang terlalu tinggi maka kondisi didalam
tanur kental akibatnya Si dan Fe yang akan direduksi susah dikeluarkan. Sebenarnya
kekentalan ini dapat ditanggulangi dengan menaikkan suhu tanur tetapi akibatnya
dinding tanurakan semakin tipis. Akibatnya digunakan east blok yang memiliki kadar
Ni yang lebih rendah, tetapi juga memiliki S/M yang rendah sebagai factor koreksi di
alam tanur. Sebaliknya bila pada proses kiln yang digunakan hanya east blok maka
kondisi di tanur terlalu encer. Akibatnya proses pemisahan sulit terjadi. Solusi yang

23
digunakan adalah mencampur ore dari East blok dengan ore dari West blok yang
selanjutnya menghasilkan Calcine.

Gambar 2. 16 Urutan Proses Reduksi


(Sumber: PT. Vale Indonesia Tbk)

Tahap berikutnya yaitu furnace. Pada tahap ini terjadi peleburan pada calcine.
Suhu yang biasa digunakan pada furnace adalah 15000 C.

Gambar 2. 17 Urutan Proses Furnace


(Sumber: PT. Vale Indonesia Tbk)

24
Selanjutnya hasil dari furnace dibawa ke converter. Guna converter ini yaitu
untuk menjamin fleksibilitas maksimum dalam memilih bentuk produk akhir.

Gambar 2. 18 Urutan Proses Converter


(Sumber: PT. Vale Indonesia Tbk)

pengeringan lebih lanjut dilakukan untuk memastikan tidak ada lagi kadar air
pada ore sebelum di paketkan.

Gambar 2. 19 Urutan Proses Pengeringan Tahap Kedua Sebelum Diangkut


(Sumber: PT. Vale Indonesia Tbk)

25
Gambar 2. 20 Urutan Keseluruhan Proses Pengeringan
(Sumber: PT. Vale Indonesia Tbk)

Gambar 2. 21 Urutan Proses Pengolahan Nikel


(Sumber: PT. Vale Indonesia Tbk.)

26

Anda mungkin juga menyukai