Anda di halaman 1dari 39

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Profil PT. Vale Indonesia Tbk


PT. Vale Indonesia adalah salah satu produsen utama nikel di
dunia.Nikel adalah logam serba guna yang penting bagi taraf hidup yang
semakin membaik bagi pertumbuhan ekonomi. Selama lebih dari tiga
dekade sejak kontrak karya ditandatangani dengan Pemerintah Republik
Indonesia pada tahun 1968, perseroan telah menyediakan pekerjaan yang
membutuhkan keterampilan, memperlihatkan kepedulian terhadap
kebutuhan masyarakat dimana perseroan beroperasi memberikan
keuntungan bagi para pemegang saham dan memberi sumbangan yang
positif kepada ekonomi Indonesia.
Saham perseroan sebanyak 60,8% saham perseroan dimiliki oleh Vale
Inco Limited, salah satu produsen nikel terkemuka di dunia dan 20,1% oleh
Sumitomo Metal Mining Co., Ltd., Jepang, sebuah perusahaan tambang dan
peleburan yang utama. Disamping itu 20,0% saham PT. Vale Indonesia,
Tbk Sorowako dimiliki oleh pemegang saham publik dan sisanya oleh
empat perusahaan Jepang lain.
Sebelum PT. Vale Indonesia Tbk, masuk ke Sorowako perusahaan
ini memiliki sejarah perkembangannya yang dimulai dari :
 1901, Nikel ditemukan di Sulawesi oleh ahli geologi Belanda.
 1937, Kunjungan pertama ahli geologi Inco Ltd ke Sorowako.
 1966, Survei geologi yang komprehensif dilakukan oleh Pemerintah
Republik Indonesia.
 1967, Pemerintah Republik Indonesia mengundang perusahaan di
seluruh dunia untuk mengajukan proposal eksplorasi
dan pengembangan endapan mineral di pulau Sulawesi.
 1968, Memenangkan hak untuk kegiatan ekplorasi dan penambangan.
 1970, Contoh bijih nikel dari Sulawesi dikirim ke Kanada.
 1971-1973, Eksplorasi dan pembangunan dimulai di Sorowako.

Proposal Kerja Praktek Page 4


 1974, Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) diganti menjadi
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Ukuran pabrik peleburan
ditingkatkan tiga kali untuk mengurangi biaya dan mengimbangi PLTA
tersebut.
 1976-1977, 10.000 tenaga kerja Indonesia dan 1.000 tenaga asing
dipekerjakan untuk membangun fasilitas-fasilitas pengolahan nikel dan
pembangkit tenaga, sarana dan prasarana lainnya.
 1978, Produksi komersial PT. Inco, dimulai tanggal 1 April 1978.
 1987, Tahun pertama PT. Inco, meraih untung.
 1988, 20% saham terjual ke Sumitomo Metal Mining dari Jepang.
 1990, Terdaftar di bursa efek Jakarta.
 1996, Menandatangani perpanjangan kontrak karya.
 2012, Perubahan nama dari PT. Inco menjadi PT. Vale Indonesia Tbk.

2.2. Lokasi dan Kesampaian Daerah

Sumber :Google Earth, 2015


Gambar 2.1 Peta Lokasi Kesampaian Daerah

Proposal Kerja Praktek Page 5


Kerja Praktek ini dilakukan selama kurang lebih 2 bulan di PT.
Vale Indonesia Tbk yang berlokasi di Sorowako, Kabupaten Luwu Timur,
Sulawesi Selatan. Waktu yang ditempuh dari USN Kolaka ke PT. Vale
Indonesia Tbk melalui jalur darat adalah selama 6 jam dengan jarak
tempuh 319 km, dari Kendari 9 jam dengan jarak 486 km, dari Makassar
11 jam 13 menit dengan jarak 486 km, sedangkan dari Morowali 7 jam 12
menit dengan jarak 415 km.

2.3. Wilayah PT. Vale Indonesia Tbk

Sumber : PT. Vale Indonesia Tbk

Gambar 2.2 Wilayah Kontrak Kerja


PT. Vale Indonesia, Tbk.

Proposal Kerja Praktek Page 6


Tabel 2.1 Luas Wilayah Kontrak Karya
PT. Vale Indonesia Tbk
Provinsi Wilayah KK Hektar
Province Cow Area Hectare (ha)
Sulawesi Tengah
Bahodopi 22,699
Central Sulawesi
Sulawesi Selatan
Soroako 70,984
South Sulawesi
Sulawesi Tenggara
Pomalaa 20,286
Southeasth
Suasua 4,466
Sulawesi
Total 118,435
Sumber : PT. Vale Indonesia Tbk
PT. Vale Indonesia mempunyai kontrak karya seluas 218.528,99 ha,
terletak pada koordinat 121018’57”- 121026’50” BT dan 2032’59” LS.
Secara umum wilayah kontrak karya PT. Vale Indonesia dibagi dalam 3
kategori, yaitu:
1. Lokasi Sorowako Project Area (SPA), luas sekitar 10.010,22 ha.
2. Lokasi Sorowako Outer Area (SOA), luas sekitar 108.377,25 ha,
meliputi daerah Lingke, Lengkobale, Lasobonti, Lambatu, Tanamalia,
Lingkona, Lampenisu, Lampesue, Petea’a, Tompemanu, Tanah Merah,
Nuha, Matano, Larona dan Malili.
3. Lokasi Sulawesi Coastal Deposite (SCD) , luas sekitar 100.141,54 ha,
meliputi daerah Bahadopi, Kolonedale (Sulawesi Tengah), daerah
Latao, Sua-Sua, Pao-Pao, Pomala, Malapulu, Torobulu, Lasolo serta
Matarape (Sulawesi Utara).

2.4. Proses Penambangan


Bijih nikel sulfida merupakan endapan yang terjadi sebagai mineral
kompleks dengan kandungan tembaga, perak, dan kobalt. Bijih laterit
merupakan endapan massif dan dapat ditemukan pada permukaan tanah atau

Proposal Kerja Praktek Page 7


tidak jauh di dalam permukaan tanah.Sebagian besar nikel terdapat dalam
inti bumi bersama besi, sehingga jumlah yang ditemukan di kerak bumi
relatif kecil.
Operasi penambangan yang dilakukan PT. Vale adalah secara open
mining. Operasi ini dilakukan pada pegunungan Verbeek dengan ketinggian
500-700 m dari permukaan laut, sekitar 10 Km dari pusat kota Sorowako.
Luas daerah penambangan bijih nikel yang dikontrak oleh PT. Vale adalah
218.000 ha dan hanya 1/9 bagian yang ditambang.
Daerah penambangan bijih nikel tersebut dibagi atas dua tipe geologi
yang berbeda, yaitu daerah timur (east block) dan daerah barat (west block).
Daerah timur rata-rata mengandung 1,8% nikel dengan kadar silika rendah.
Daerah barat rata-rata mengandung 2,1% nikel dengan kadar silika yang
tinggi.
Meskipun kandungan nikelnya rendah, ongkos penambangan daerah
timur jauh lebih murah dibandingkan di barat. Hal ini disebabkan karena
daerahnya lebih lunak dibandingkan di barat yang banyak mengandung
batu-batuan yang besar, sehingga terkadang memerlukan bantuan peledak
untuk menambangnya.
Komposisi material yang terkandung di dalam mineral tambang
masing-masing blok juga berbeda satu sama lain pada tabel berikut:

Tabel 2.2Komposisi Batuan Pada East Block dan West Block


No Komposisi East Block West Block
1 % Ni 1.6 1.6
2 % Co 0.7 0.1
3 % Fe 13.5 - 16.5 20.5 - 24.5
4 % SiO₂ 34.7 37.1
5 % MgO 20.7 15.4
7 % Air Bebas 35 – 38 28 - 32
8 Sifat Batuan Lunak Keras
Sumber :PT. Vale Indonesia Tbk

Proposal Kerja Praktek Page 8


Sumber :PT. Vale Indonesia Tbk
Gambar 2.3.Kegiatan Operasi Penambangan

1) Land Clearing
Tahapan ini meliputi pembersihan tanaman/tumbuhan dengan
menggunakan bulldozer. Pohon-pohon berukuran besar ditebang dan
kayunya dimanfaatkan sebagai bahan bangunan.
2) Stripping
Pada tahap ini dilakukan proses pengupasan lapisan tanah penutup atau
over burden, yaitu tanah dengan lapisan nikel rendah. Tanah ini
diangkut pke tempat pembuangan (disposal) atau digunakan untuk
menutupi daerah purna tambang (post mining) sebagai dasar bagi
tanaman penghijauan dalam rangka menghutankan kembali
(revegetation).
3) Ore Mining (Penambangan Bijih)
Pada tahap ini dilakukan pengambilan lapisan tanah yang mengandung
nikel dengan kadar sedang menjadi kadar tinggi yang ekonomis untuk
ditambang. Bijih nikel untuk kadar sedang, yang biasa disebut medium
grade limonite (kadar nikelnya ±1.8%) diangkut dan ditumpuk pada
daerah tertentu. Untuk bijih nikel dengan kadar tinggi (saprolite ore)
yaitu ±2.1% diangkut ke tempat penyaringan bijih (screening station).

Proposal Kerja Praktek Page 9


4) Screening (Pengayakan)
Pengayakan dilakukan di screening station untuk memperoleh bijih
dengan ukuran yang diinginkan pabrik. Di sini akan dipisahkan batuan -
6 inch dan +6 inch. Untuk material dari blok barat, batuan +6 inch
langsung dibawa ke rock disposal atau dihancurkan untuk pembuatan
jalan. Sedangkan untuk material blok timur, batuan -18 inch dan +6
inch dimasukkan ke dalam crusher untuk kemudian dicampur hingga -6
inch. Material hasil penyaringan ini disebut SSP (Screening Station
Product) yang kemudian dikumpulkan dan dikirim ke tempat
penampungan bijih basah (wet orestockpile).
Peralatan tambang yang digunakan adalah :
 Bull Dozer (alat pendorong)
 Excavator (alat penggali/penyendok)
 Shovel/Loader (penggali/pemuat)
 Heavy Haul Truck (alat angkut berat)
 Grader (alat perata jalan)
 Compactor (alat pemadat/pengeras jalan)

2.5. Proses Pengolahan Nikel (Nickel Processing)


Proses yang digunakan dalam proses pengolahan bijih nikel adalah
proses pyrometallurgy. Pengolahan bijih nikel dimaksudkan untuk
mendapatkan matte dengan kadar nikel 75 - 78%, Fe < 0.7%, Sulfur antara
18.5 – 22 % dan kobalt sebesar 1 %. Produk akhir dari pengolahan tersebut
diperoleh melalui beberapa proses, sebagai berikut

Proposal Kerja Praktek Page 10


Sumber :PT. Vale Indonesia Tbk
Gambar 2.4 Proses Pengolahan Nikel

2.6. Geologi Regional


Ada beberapa penelitian yang menjelaskan mengenai proses tektonik
dan geologi daerah Sorowako, antara lain adalah Sukamto (1975) yang
membagi pulau Sulawesi dan sekitarnya terdiri dari 3 Mandala Geologi
yaitu :

1. Mandala Geologi Sulawesi Barat, dicirikan oleh adanya jalur gunung


api Paleogen.
2. Intrusi Neogen dan sedimen Mesozoikum. Mandala Geologi Sulawesi
Timur, dicirikan oleh batuan Ofiolit yang berupa batuan ultramafik
peridotite, harzburgit, dunit, piroksenit dan serpentinit yang
diperkirakan berumur kapur.
3. Mandala Geologi Banggai Sula, dicirikan oleh batuan dasar berupa
batuan metamorf Permo-Karbon, batuan plutonik yang bersifat granitis
berumur Trias dan batuan sedimen Mesozoikum.

Proposal Kerja Praktek Page 11


Menurut Hamilton ( 1979 ) dan Simanjuntak ( 1991 ), Mandala
Geologi banggai Sula merupakan mikro kontinen yang merupakan
pecahan dari lempeng New Guinea yang bergerak kearah barat
sepanjang sesar sorong.(Gambar 3.1 )
Daerah Soroako dan sekitarnya menurut ( Sukamto,1975,1982
& Simanjuntak, 1986 ) adalah termasuk dalam Mandala Indonesia
bagian Timur yang dicirikan dengan batuan ofiolit dan Malihan yang di
beberapa tempat tertindih oleh sedimen Mesozoikum.

Sumber :PT. Vale Indonesia Tbk


Gambar 2.5 Geologi Umum Dan Tektonik
Sulawesi ( Hamilton 1972 )

Sedangkan Golightly ( 1979 ) mengemukakan bagian Timur


Sulawesi tersusun dari 2 zona melange subduksi yang terangkat pada pre –
dan post-Miosen (107 tahun lalu). Melange yang paling tua tersusun dari
sekis yang berorientasi kearah Tenggara dengan disertai beberapa tubuh

Proposal Kerja Praktek Page 12


batuan ultra basa yang penyebarannya sempit dengan stadia geomorfik tua.
Sementara yang berumur post Miocene telah mengalami pelapukan yang
cukup luas sehingga cukup untuk membentuk endapan nikel laterite yang
ekonomis, seperti yang ada di daerah Pomalaa.
Melange yang berumur Miosen-post Miosen menempati central dan
lengan North-East sulawesi. Uplift terjadi sangat intensif di daerah ini,
diduga karena desakan kerak samudera Banggai Craton. Kerak benua
dengan density yang rendah menyebabkan terexpose-nya batuan-batuan
laut dalam dari kerak samudera dan mantel. Pada bagian Selatan dari zona
melange ini terdapat kompleks batuan ultramafik Soroako-Bahodopi yang
pengangkatannya tidak terlalu intensif. Kompleks ini menempati luas sekitar
11,000 km persegi dengan stadia geomorfik menengah, diselingi oleh blok-
blok sesar dari cretaceous abyssal limestone dan diselingi oleh chert.
Geologi daerah Soroako dan sekitarnya sudah dideskripsikan
sebelumnya secara umum oleh Brouwer (1934), van Bemmelen (1949),
Soeria Atmadja et al (1974) dan Ahmad (1977). Namun yang secara spesifik
membahas tentang geologi deposit nikel laterit adalah Golightly (1979), dan
Golightly membagi geologi daerah Soroako menjadi tiga bagian, seperti
yang terlihat dalam Gambar 2.6, yaitu :
 Satuan batuan sedimen yang berumur kapur; terdiri dari batu gamping
laut dalam dan rijang. Terdapat di bagian barat Soroako dan dibatasi
oleh sesar naik dengan kemiringan ke arah barat.
 Satuan batuan ultra basa yang berumur awal tersier; umumnya terdiri
dari jenis peridotit, sebagian mengalami serpentinisasi dengan derajat
yang bervariasi dan umumnya terdapat di bagian timur. Pada satuan ini
juga terdapat terdapat intrusi-intrusi pegmatit yang bersifat gabroik dan
terdapat di bagian utara.
 Satuan aluvial dan sedimen danau (lacustrine) yang berumur kuarter,
umumnya terdapat di bagian utara dekat desa Soroako.

Proposal Kerja Praktek Page 13


Sumber :PT. Vale Indonesia Tbk
Gambar 2.6 Geologi Daerah Soroako ( Golightly 1979 )

Sesar besar disekitar daerah ini menyebabkan relief topografi sampai


600 m dpl dan sampai sekarang aktif tererosi. Sejarah tektonik dan
geomorfik dikompleks ini sangat penting untuk pembentukan nikel laterite
yang bernilai ekonomis. Matano fault yang membuat topographic liniament
yang cukup kuat adalah sesar mendatar sinistralaktif yang termasuk strike
slip fault dan menggeser Matano limestone dan batuan lainnya sejauh 18 km
kearah barat pada sisi Utara. Danau Matano yang mempunyai kedalaman
sekitar 600 m diperkirakan adalah graben yang terbentuk akibat efekzona
dilatasi dari sesar tersebut. Danau Towuti pada sisi selatan dari sesar
diperkirakan merupakan pergeseran dari lembah Tambalako akibat
pergerakan sesar Matano. Pergerakan sesar ini memblok aliran air kearah
utara sepanjang lembah dan membentuk danau Towuti dan aliran airnya

Proposal Kerja Praktek Page 14


beralih kebarat menuju sungai Larona. Danau-danau yang terbentuk akibat
dari “damming effect” dari sesar ini merupakan bendungan alami yang
menahan laju erosi dan membantu mempertahankan deposit nikel laterit
yang terbentuk di daerah Soroako dan sekitar kompleks danau.

2.7. Geomorfologi Regional


Tinjauan mengenai geomorfologi regional yang meliputi daerah
penelitian dan sekitarnya didasari pada laporan hasil pemetaan geologi
lembar Malili, Sulawesi yang disusun oleh Simandjuntak, dkk (1991).
Daerah penelitian termasuk dalam geomorfologi regional Lembar Malili
yang merupakan Mandala Sulawesi Timur, yang dapat dibagi dalam
daerah pegunungan, daerah perbukitan, daerah krast dan daerah pedataran.
Daerah pegunungan menempati bagian barat dan tenggara. Di bagian
barat terdapat dua rangkaian pegunungan yakni Pegunungan Tineba dan
Pegunungan Koroue (700 - 3.016 m) yang memanjang dari baratlaut-
tenggara dibentuk oleh batuan granit dan malihan. Sedang bagian
tenggara ditempati Pegunungan Verbeek dengan ketinggian 800 - 1.346
meter di atas permukaan laut disusun oleh batuan basa, ultrabasa dan
batugamping.
Daerah perbukitan menempati bagian tenggara dan timurlaut
dengan ketinggian 200 - 700 meter dan merupakan perbukitan agak
landai yang terletak diantara daerah pegunungan dan daerah pedataran.
Perbukitan ini dibentuk oleh batuan vulkanik, ultramafik dan batupasir.
Dengan puncak tertinggi adalah Bukit Bukila (645m).
Daerah karst menempati bagian timur laut dengan ketinggian 800 –
1700 m dan dibentuk oleh batugamping. Daerah ini dicirikan oleh adanya
dolina dan sungai bawah permukaan. Puncak tertinggi adalah Bukit
Wasopute (1.768 m).
Daerah pedataran menempati daerah selatan dan dibentuk oleh
endapan aluvium seperti Pantai Utara Palopo dan Pantai Malili sebelah
timur. Pola aliran sungai sebagian besar berupa pola rektangular dan pola

Proposal Kerja Praktek Page 15


dendritik. Sungai - sungai besar yang mengalir di daerah ini antara lain
Sungai Larona dan Sungai Malili yang mengalir dari timur ke barat serta
Sungai Kalaena yang mengalir dari utara ke selatan. Secara umum sungai-
sungai yang mengalir di daerah ini bermuara ke Teluk Bone.

2.8. Stratigrafi Regional


Berdasarkan himpunan batuan, struktur dan biostratigrafi, secara
regional Lembar Malili termasuk Mandala Geologi Sulawesi Timur dan
Mandala Geologi Sulawesi Barat dengan batas Sesar Palu-Koro yang
membujur hampir utara - selatan. Mandala Geologi Sulawesi Timur dapat
dibagi ke dalam lajur batuan malihan dan lajur ofiolit Sulawesi Timur yang
terdiri dari batuan ultramafik dan batuan sedimen pelagis Mesozoikum.
Mandala geologi Sulawesi Barat dicirikan oleh lajur gunungapi
Paleogen dan Neogen, intrusi neogen dan sedimen flysch Mezosoikum yang
diendapkan di pinggiran benua (Paparan Sunda).
Di Mandala Geologi Sulawesi Timur, batuan tertua adalah batuan
ofiolit yang terdiri dari ultramafik termasuk dunit, harzburgit, lherzolit,
piroksenit websterit, wehrlit dan serpentinit, setempat batuan mafik
termasuk gabro dan basal. Umurnya belum dapat dipastikan, tetapi dapat
diperkirakan sama dengan ofiolit di Lengan Timur Sulawesi yang
berumur Kapur Awal - Tersier (Simandjuntak, 1991).
Pada Mandala ini dijumpai kompleks batuan bancuh (Melange
Wasuponda) terdiri atas bongkahan asing batuan mafik, serpentinit,
pikrit, rijang, batugamping terdaunkan sekis, ampibolit dan eklogit yang
tertanam dalam massa dasar lempung merah bersisik. Batuan tektonika
ini tersingkap baik di daerah Wasuponda serta di daerah Ensa, Koro
Mueli, danPatumbea,diduga terbentuksebelum Tersier (Simandjuntak,
1991).Daerah Soroako dan sekitarnya merupakan bagian Mandala Sulawesi
Timur yang tersusun oleh kompleks ofiolit, batuan metamorf, kompleks
melange dan batuan sedimen pelagis.

Proposal Kerja Praktek Page 16


Kompleks ofiolit tersebut memanjang dari utara Pegunungan
Balantak ke arah tenggara Pegunungan Verbeek, tersusun oleh dunit,
harzburgit, lerzolit, serpentinit, werlit, gabro dan diabas, basal dan diorit
(Simandjuntak, 1991). Sekuen ini tersingkap dengan baik di bagian utara ,
sedangkan dibagian tengah dan selatan, komplek ofiolit ini umumnya tidak
lengkap lagi dan telah terombakkan/ terdeformasi.
Batuan yang merupakan anggota Lajur Ofiolit Sulawesi Timur
berupa batuan ultra basa (MTosu) yang terdapat disekitar danau Matano
terdiri dari dunit, harzburgit, lherzolit, wehrlit, websterit, dan serpentinit.
Dunit berwarna hijau pekat kehitaman, padu dan pejal, bertekstur faneritik,
mineral penyusunnya adalah olivin, piroksen, plagioklas, sedikit serpentin
dan magnetit, berbutir halus sampai sedang. Mineral utama olivin berjumlah
sekitar 90%. Tampak adanya penyimpangan dan pelengkungan kembaran
yang dijumpai pada piroksen, mencirikan adanya gejala deformasi yang
dialami oleh batuan ini. Dibeberapa tempat dunit terserpentinkan kuat yang
ditunjukkan oleh struktur seperti jaring dan barik-barik mineral olivin dan
piroksen, serpentin dan talkum sebagai mineral pengganti. Harzburgit
memperlihatkan kenampakan fisik berwarna hijau sampai kehitaman,
holokristalin, padu dan pejal. Mineralnya halus sampai kasar terdiri atas
olivin, (60%), dan piroksen (40%). Pada beberapa tempat menunjukkan
struktur perdaunan. Hasil penghabluran ulang pada mineral piroksin dan
olivin mencirikan batas masing-masing kristal bergerigi.
Lherzolit berwarna hijau kehitaman, holokristalin, padu dan pejal.
Mineral penyusunnya ialah olivin (45%), piroksin (25%) dan sisanya epidot,
yakut, dan bijih dengan mineral berukuran halus sampai kasar.
Serpentinit berwarna biru tua, tekstur lepidoblastik, struktur
“schistosity”, bentuk mineral hypidioblastik. Mineral utama yang menyusun
batuan ini adalah mineral serpentin, sedikit olivine dan piroksin.Umumnya
memperlihatkan persekisan yang setempat terlipat, dan dapat dilihat
dengan mata telanjang. Batuan serpentinit merupakan hasil ubahan batuan

Proposal Kerja Praktek Page 17


ultramafik. Ketebalan sulit diperkirakan, berdasarkan penampang ketebalan
sekitar 1000 m.Hubungan sekitarnya berupa persentuhan tektonik.
Diatas ofiolit diendapkan tidak selaras Formasi Matano yang terbagi
bagian atas berupa batu gamping kalsilutit, rijang, argilit dan batulempung
napalan, sedangkan bagian bawah dicirikan oleh rijang radiolaria dengan
sisipan kalsilutit yang semakin banyak ke bagian atas. Berdasarkan
kandungan fosil formasi ini menunjukan umur Kapur. Endapan termuda di
daerah Lengan Timur Sulawesi adalah endapan danau yang terdiri atas
lempung, pasir, kerikil dan sebagian berupa konglomerat yang terdapat
di daerah sekitar Danau Matano, Danau Towuti dan Danau Mahalona.
Sedang endapan-endapan aluvial dapat ditemui di sekitar daerah aliran
sungai (Simandjuntak, 1981dalam Simandjuntak, 1991).

2.9. Struktur Geologi Regional


Struktur geologi Lembar Malili memperlihatkan ciri kompleks
tumbrukan dari pinggiran benua yang aktif. Berdasarkan struktur, himpunan
batuan, biostratigrafi dan umur, daerah ini dapat dibagi menjadi 2 kelompok
yang sangat berbeda, yakni : Alohton yang terdiri dari Ofiolit dan malihan,
sedangkan Autohton terdiri dari : Batuan gunung api dan pluton Tersier dari
pinggiran Sunda land, serta kelompok Molasa Sulawesi.
Struktur – struktur geologi yang penting di daerah ini adalah sesar,
lipatan dan kekar. Secara umum sesar yang terdapat di daerah ini berupa
sesar naik, sesar sungkup, sesar geser, dan sesar turun, yang diperkirakan
sudah mulai terbentuk sejak Mesozoikum. Beberapa sesar utama tampaknya
aktif kembali. Sesar Matano dan Sesar Palu Koro merupakan sesar utama
berarah barat laut-tenggara dan menunjukkan gerak mengiri. Diduga kedua
sesar itu masih aktif sampai sekarang, keduanya bersatu di bagian baratlaut.
Diduga pula kedua sesar tersebut terbentuk sejak Oligosen dan
bersambungan dengan Sesar Sorong sehingga merupakan suatu sistem sesar
transform. Sesar lain yang lebih kecil berupa tingkat pertama dan atau
kedua yang terbentuk bersamaan atau setelah sesar utama tersebut.

Proposal Kerja Praktek Page 18


Pada Kala Oligosen, Sesar Sorong yang menerus ke Sesar Matano
dan Palu Koro mulai aktif dalam bentuk sesar transcurrent. Akibatnya mikro
kontinen Banggai Sula bergerak ke arah barat dan terpisah dari benua
Australia. Lipatan yang terdapat di daerah ini dapat digolongkan ke dalam
lipatan lemah, lipatan tertutup dan lipatan tumpang-tindih, sedangkan kekar
terdapat dalam hampir semua jenis batuan dan tampaknya terjadi dalam
beberapa periode.
Pada Kala Miosen Tengah, bagian timur kerak samudera di Mandala
Sulawesi Timur yakni Lempeng Banggai Sula yang bergerak ke arah barat
tersorong naik (terobduksi). Di bagian barat lajur penunjaman dan busur
luar tersesar sungkupkan di atas busur gunung api, mengakibatkan ketiga
Mandala tersebut saling berhimpit.
Kelurusan Matano sepanjang 170 km dinamakan berdasarkan
nama danau yang dilaluinya yakni danau Matano. Analog dengan sesar Palu
Koro sesar Matano ini merupakan sesar mendatar sinistral, membentang
membelah timur Sulawesi dan bertemu kira-kira disebelah utara Bone, pada
kelurusan Palu-Koro. Sesar-sesar sistem Riedel berkembang dan
membentuk sistem rekahan umum.
Sepanjang sesar mendatar ini terdapat juga cekungan tipe “pull apart”.
Yang paling nyata adalah Danau Matano dengan batimetri sekitar 600
m dan dikontrol oleh sesar - sesar normal yang menyudut terhadap
kelurusan Matano. Medan gaya yang diamati di lapangan
memperlihatkan bahwa tekanan umumnya horizontal dan berarah
tenggara – barat laut didampingi tarikan timur laut-barat daya (Gambar
2.7). Sesar Matano bermuara di Laut Banda pada cekungan dan teluk Losoni
sebagai “pull apart basin” dan menerus ke laut sampai ke utara anjakan
bawah laut Tolo (Magetsari, 1987)

Proposal Kerja Praktek Page 19


TAMBALAKO VALLEY GULF OF TOLO
AXIS

GULF
OF
BONE
DISPLACED TERTIARY
EXTENTION OF
TAMBALAKO VALLEY

Sumber : PT. Vale Indonesia Tbk

Gambar 2.7 Geologi Struktur Danau Matano –


Soroako dan Sekitarnya

Proposal Kerja Praktek Page 20


BAB III

LANDASAN TEORI
3.1 Eksplorasi Secara Umum
Eksplorasi adalah kegiatan untuk mencari, menemukan dan
mengestimasikan jumlah bahan galian serta mengubah potensi endapan
menjadi cadangan

Eksplorasi merupakan suatu kegiatan lanjutan yang merupakan


rekomendasi dari tahap awal dari kegiatan pertambangan, yakni setelah tahap
prospeksi. Tahap eksplorasi ini terdiri dari Eksplorasi Pendahuluan,
Eksplorasi Rinci ( Detail ) dan Eksplorasi Lanjutan

Tujuan melakukan kegiatan eksplorasi adalah untuk mengetahui penyebaran


bijih, jumlah cadangan dan kadar dari suatu endapan bahan galian serta untuk
mengetahui posisi atau letak bijih dan lapisan batuan sekelilingnya (Country
Rock). Hasil dari kegiatan eksplorasi ini kemudian dapat berguna untuk
menentukan nilai ekonomi dari suatu endapan bijih, menentukan metode dan
sistem penambangan serta umur tambang dari suatu kegiatan penambangan
endapan bahan galian tersebut.

Penentuan kadar cadangan disesuaikan dengan permintaan pasar untuk


mengetahui besarnya kadar diperoleh dari hasil pemboran yang selanjutnya
diproses ke laboratorium kimia untuk dianalisa kadarnya.
Pada tahap eksplorasi, penentuan kadar bijih nikel merupakan bagian yang
terpenting untuk menentukan jumlah cadangan yang telah ada. Penentuan
kadar bijih nikel yang perlu diketahui adalah “Cut Of Grade” yang telah
ditetapkan sehingga data kadar rata-rata tiap meter kedalaman dapat
ditentukan kadar dari titik bor tersebut. Cut Of Grade (COG) menurut defenisi
memiliki dua pengertian, yaitu sebagai berikut:

1. Kadar terendah dari suatu endapan bijih yang masih memberikan


keuntungan apabila ditambang.

Proposal Kerja Praktek Page 21


2. Kadar rata-rata terendah dari endapan bijih nikel yang masih
menguntungkan apabila ditambang sesuai dengan teknologi dan nilai
ekonomis saat ini.

A. Maksud dan Tujuan Eksplorasi


 Kegiatan untuk mengetahui keberadaan endapan bahan galian dengan
menggunakan metode tertentu.
 Mengetahui jenis bahan galian dan sebaran dipermukaan.
 Mengetahui sebaran bahan galian kearah dalam bentuknya.
 Mengetahui sebaran dan nilai ekonominya (sumber daya mineral dan
cadangan)

B. Cara Eksplorasi
 Konvesional
 Geokimia
 Geofisika

C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Cara Eksplorasi


Penggunaan atau cara eksplorasi tergantung pada :
 Bentuk endapan dan sebaran bahan berharganya

D. Tahap Eksplorasi
Penyelidikan umum dan eksplorasi Di Indonesia tahap eksplorasi
mengacu pada SNI 13-4726-1998 :

1. Survai Tinjau (Reconnaissance),


2. Prospeksi (Prospecting),
3. Eksplorasi Umum (General Eksploration),
 Pencarian jenis bahan galian dan sebaran secara lateral (di
permukaan)

Proposal Kerja Praktek Page 22


 Menjejaki sebaran kearah dalam untuk mengetahui bentuk dan
matra (Dimensi) bahan galian.
 Mengestimasikan besaran atau banyaknya bahan galian.
Eksplorasi dilakukan secara bertahap untuk mengurangi
(meminimilkan) resiko. Tahap eksplorasi bertalian dengan :
o Kerapatan titik pengamatan,
o Kelas sumber daya mineral.

3.2 Metode Eksplorasi


Secara garis besar metode eksplorasi dapat dikelompokkan menjadi 2
bagian berdasarkan cara perolehan datanya, yakni metode langsung dan tidak
langsung. Metode eksplorasi langsung adalah metode dimana data yang
diperoleh didapatkan secara langsung dengan pengamatan di lapangan atau
yang lebih dikenal dengan metode geologi. Sampel dari metode langsung ini
seperti pengamatan singkapan permukaan, pembuatan sumur uji (test pit),
pembuatan paritan uji (trenching), dan pengeboran (drilling). Sedangkan
metode tidak langsung metode yang datanya dihasilkan dari instrument yang
memerlukan penafsiran lebih lanjut. Sampel metode tidak langsung seperti
metode geofisika dan metode geokimia, dimana data yang dihasilkan perlu di
cari anomalinya kemudian dihubungkan kembali dengan data geologi untuk
mendapatkan suatu kesimpulan mengenai kondisi geologi dan endapan bahan
galian.

3.3 Pengeboran
Pengeboran merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dalam suatu
kegiatan penambangan, pengeboran merupakan suatu kegiatan pembuatan
lubang eksplorasi yang diameternya relatif kecil di bandingkan dengan
kedalamanya. pengeboran ini biasa dilakukan dalam pengambilan sampel

3.3.1 Latar Belakang Pengeboran


Adapun latar belakang dari pengeboran itu sendiri yakni :

Proposal Kerja Praktek Page 23


 Objek geologi/endapan bahan galian tidak selalu tersingkap.
 Tanah atau batuan penutup biasa tipis atau tebal
 Untuk pengamatan secara langsung perlu lubang eksplorasi
(Eksploration working).
 Untuk objek geologi atau endapan bahan galian yang dalam perlu
dilakukan pengeboran
 Lubang bor merupakan salah satu jenis lubang eksplorasi (eksplo-
ration) dalam ekplorasi mineral.

3.3.2 Maksud dan Tujuan Pengeboran


Pengeboran pun memiliki maksud dan tujuan antara lain sebagai
berikut:
 Untuk mengetahui suatu endapan bahan galian.
 Pengambilan sampel sebagai análisis laboratorium.
 Lubang bor merupakan salah satu bentuk lubang eksplorasi bila
dibandingkan dengan sumur uji misalnya, mempunyai diameter
lubang yang relative sangat kecil bila dibandingkan dengan
kedalamannya.
 Yang dimaksud dengan pengeboran adalah pembuatan lubang
eksplorasi yang diameternya relatif kecil dibandingkan dengan
kedalamannya. Pengeboran ini biasanya dilakukan pada batuan dan
formasi dalam pengambilan sampel (sample)

3.3.3 Tujuan Pengeboran Secara Umum


1. Untuk mengetahui/mempelajari data/informasi geologi (batuan,
stratigrafi, struktur, mineralisasi dan sebagainya).
2. Untuk megambil sampel.
3. Untuk eksplorasi bahan tambang (minyak, gas bumi serta air)
sebagai sarana untuk eksplorasi dengan metode lain (geofisika).
4. Untuk peledakan.
5. Untuk keperluan perhitungan cadangan.

Proposal Kerja Praktek Page 24


6. Untuk Penirisan tambang.
7. Untuk eksplorasi dan produksi gas.
8. Untuk pembuatan lubang pipa air dan lain-lain.

3.3.4 Penggunaan Pengeboran


Adapun juga penggunaan dari pengeboran yaitu sebagai berikut:

1. Geologi teknik untuk penyelidikan fondasi.


2. Geohidrologi dalam pencaharian air baik untuk keperluan pabrik
atau air minum.
3. Eksplorasi mineralogi/geologi ekonomi untuk mempelajari dan
mencari sebaran mineral bijih bentuk sebenarnya, dan perhitungan
cadangannya.
Penggunaan dalam eksplorasi mineralogi/geologi ekonomi adalah
sebagai berikut :

1. Tubuh bijih yang terletak jauh dikedalaman


2. Tubuh bijih yang memiliki bentuk teratur atau lebih kurang
menerus seperti batubara.
3. Tubuh bijih yang berukuran besar dan teratur seperti, tembaga,
porfiri, bahan berguna dan lain sebagainya.
4. Tubuh bijih dengan sebaran komponen berharga merata

Penggunan Pengeboran dalam eksplorasi mineral tergantung pada :

1. Tahap penyelidikan
2. Jenis desain bentuk endapan bahan galian
3. Posisi atau letak tubuh bijih.
Dengan demikian maka apabila makin lanjut tahap eksplorasinya
dan makin dalam letak tubuh bijihnya maka makin sering cara
pengeboran digunakan. Penggunaan pengeboran untuk tubuh bijih
yang teratur serta sebaran komponen berharganya merata akan

Proposal Kerja Praktek Page 25


memberikan hasil yang lebih akurat dibandingkan untuk tubuh yang
tidak teratrur dan sebaran mineralnya tidak merata.

Keberhasilan atau kegagalan pengeboran dapat dinilai dari :

1. Sampel yang diperoleh


2. Informasi yang didapatkan
Oleh sebab itu maka untuk memperoleh hasil yang optimal maka
sangat perlu pemilihan jenis serta tipe alat bor serta perlengkapan yang
tepat.

Untuk pemilihan alat bor serta perlengkapannya yang tepat maka


pemilihan itu didasarkan pada :

1. Kondisi lapangan (menentukan jenis/tipe alat bor)


2. Kondisi geologi/batuan seperti litologi dan struktur (akan
menentrukan tipe/jenis bit, penggunaan chasing, serta jenis core
barrel)
3. Kedalaman tubuh bijih yang ingin diterobos/dibor (tipe dan
kapasitas pengeboran)
4. Biaya operasionalya (biaya yang dimilikinya)
5. Jenis sampel yang ingin diperoleh ( tipe/jenis alat bor dan bit )
6. Jenis bahan galian, tipe dan sebaran bijih
7. posisi alat bor (tipe alat bor)
8. Ukuran inti/lubang bor (ukuran bit )

3.3.5 Jenis Pengeboran


Adapun berbagai cara atau jenis pengeboran dapat dibagi
berdasarkan menurut Letak atau Penempatannya :
 Vertikal : Untuk tubuh bijih yang letaknya relatif mendatar
 Miring : Untuk tubuh bijih yang letaknya vertikal atau hampir
vertikal

Proposal Kerja Praktek Page 26


 Melengkung : Untuk pengeboran dalam dengan kemiringan dengan
tubuh bijih yang hampir vertikal

a) Mekanisme Geraknya :
- Putar ( Rotary drilling )
Metode ini mengandalkan putaran oleh mesin penggerak
yang di transmisikan melalui tali kipas maupun dengan gigi
dengan metode ini biasa didapatkan sampel berupa inti bor
dan juga hancuran.
- Tumbuk (Percussion drilling)
Dalam pengeboran ini mesin bor yang digunakan dioprasikan
dengan cara mengangkat dan menjatuhkan mata bor berat
secara berulang-ulang kedalam lubang bor.
- Pengeboran putar hidrolik (hydraulic rotary)
Pada pengeboran putar hidrolik mekanisme kerjanya yaitu
mengkombinasikan antara tekanan hidrolik, beban stang bor
dan putaran.
b) Hasil Pengeborannya :
- Inti (core), Berupa hasil pengeboran yang berbentuk pejal
atau tabung
- Hancuran (Fragmen) baik yang undisturbed (Cutting)
maupun yang unturbed (sludge)
c) Bentuk Mata Bornya (Bit )
- Pahat
- Spiral
- Cincin
Dengan demikian berdasarkan hal trersebut diatas maka, secara umum
jenis pengeboran dibagi menjadi :

- Diammond Core drilling


- Rotary Drilling

Proposal Kerja Praktek Page 27


- Percuassion ( percuassive ) drilling
- Chum (cable tool ) drilling
Pengeboran Inti (ore drilling) atau Pengeboran Eksplorasi

Pengeboran jenis ini selalu digunakan sebagai pengeboran ekplorasi


yang lebih baik dan teliti yang disesuaikan dengan morfologi yang ada.

- ”Diamond Core Drill” menggunakamn mata bor intan (diamond


bit)
- Mata bor (bit) yang digunakan berbentuk seperti cincin, sehingga
batuan yang terpotong akan berbentuk seperti cincin.
Oleh karena itu jenis pengeboran ini dinamakan pengeboran inti
selain mata bor intan, tegantung pada batuannya kadang-kadang
digunakan mata bor dari suatu paduan baja tertentu yaitu Tungsten-
orbide ( Steel bit ).

Dengan Prinsip kerjanya Core Drilling sama dengan Rotary Drilling


yakni putaran mata bor yang disertai tekanan.

Alasan Penggunaan Core Drilling Dalam Eksplorasi Mineral

Cara pengeboran ini banyak digunakan dalam bidang eksplorasi mineral


Karena :

1. Dengan pengeboran sampel yang berupa inti sangat mempermudah


pengamatan terhadap keadaan geologi atau mineralisasi bawah
permukaan, baik jenis batuan atau mineralisasinya, bentuk
strukturnya atau urutan stratigrafinya.
2. Cara pengeboran ini juga dapat dilaksanakan baik dipermukaan
maupun di Tambang Bawah Tanah (Underground) dengan posisi
tegak atau miring sehingga dapat digunakan unutk eksplorasi
mineral dengan bentuk serta tubuh bijih yang beraneka ragam.
Disisi lain biaya operasi cara pengeboran ini relatif lebih mahal
oleh karena itu perencanaannya perlu dilakukan secermat mungkin

Proposal Kerja Praktek Page 28


agar biaya operasinya diminimalkan. Oleh karena kegiatan ini
sangat mahal maka sangat perlu diambil pertimbangan sebelum
melakukan pengeboran inti.
Pertimbangan–pertimbangan itu adalah sebagai :

- Ukuran core dan core recovery yang harus diambil.


- Penentuan ukuran lubang bor minimum.
- Penentuan posisi lubang bor ( tegak atau miring )
- Pemakain chasing/tipe bit, core barrel, drilling rood

3.3.6 Kelengkapan Alat Bor :


Adapun kelengkapan dari alat bor yang harus diperhatikan antara lain
sebagai berikut :

1. Kaki Bor
Ada 2 (dua) macam kaki bor yang dipakai pada pengeboran
eksplorasi yaitu:
 Denrick, Pada umumnya untuk pengeboran Vertikal.tingginya
dan kapasitasnya banyak tergantung pada tipe atau model dan
pabrik pembuatnya. Buatan jepang misalnya mempunyai
kapasitas 3, 5, 20, 40, 50 ton dengan perbandingan tinngi
berturut- turut : 6, 9, 12, 20, 23 meter.
 Tripod, Biasanya digunakan untuk pengeboran miring dengan
memiliki kapasitas 6-9 ton.
2. Mesin Bor.
Alat ini berfungsi sebagai penggerak (pemutar) rood dan Bit Serta
memberikan tekanan. Selain itu juga untuk menurunkan dan
menaikkan rod, chasing dan mata bor ( bit )
3. Mesin Pompa.
Alat ini sebagai penyedot air dari bak penampungan kedalam
lubang bor melalalui selang dan rood. Tetapi kadang- kadang

Proposal Kerja Praktek Page 29


digunakan dua buah pompa yang mana salah satunya berfungsi
sebagai penyedot air dari sumber air yang biasanya terletak jauh
dari lokasi pengeboran.
4. Batang bor (Drilling Rood).
Batang bor merupakan pipa yang terbuat dari baja dimana bagian
pada ujung-ujungnya terdapat ulir,sebagai penghubung antara dua
buah stang bor.
Adapun fungsi dari batang bor (Drilling Rood) adalah :
- Mentransmisikan putaran,tekanan dan tumbukan yang
dihasilkan oleh mesin bor menuju mata bor
- Jalan keluar masuknya fluida bor.
Ukuran rood beraneka ragam sesuai dengan tipe dan standar
yang dianutnya. Panjangnya mulai dari 0,5. 1,0 . 1,5. 3,0.
sampai 6,0 meter. Sesuai dengan standar yang digunakan dan
ukuran nominalnya itu akan diikuti pula oleh ukuran “ Rod
couplingnya “ atau penyambunganya atau penyambungan
roodnya.
5. Chasing
Chasing berfungsi untuk menjaga lubang bor dari keruntuhan
(colaps) dan peralatan pengeboran lain dari gangguan-
gangguan.seperti top soil atau bagian batuan yang karena sifat
fisiknya mudah runtuh.
Ada beberapa komponen yang terdapat dalam chasing, diantaranya
meliputi:
- Chasing Swivel
Alat ini digunakan untuk menghubungkan antara pipa chasing
dan stang bor
- Chasing Head
Alat ini dipasang pada bagian atas chasing untuk melindungi
drat bagian atas
- Chasing Shoe

Proposal Kerja Praktek Page 30


Alat ini digunakan untuk melindungi chasing bagian bawah
dari kerusakan
- Chasing Cutter
Ada kalanya di dalam suatu lubang chasing terjadi suatu
masalah pada kasus-kasus semacam ini maka chasing cutter
digunakan untuk memotong chasing pada titik yang kita
inginkan.
- Chasing band
Alat ini digunakan untuk menjepit pipa chasing selama operasi
pengangkatan dan penurunan
6. Core barrel.
Core barrel adalah sejenis tabung penyimpanan inti bor hasil
pemotongan oleh mata bor sebelum dinaikkan dipermukaan.
Ada beberapa jenis Tipe Core Barrel yakni :

- Singel Core Barrel :


Panjang 0,5 m untuk pengganti awal sedangkan panjangnya
mencapai 2,2 m digunakan pada formasi batuan yang tegak
agak liat dan lunak.

- Triple Tube Core Barrel :


Untuk batuan yang sangat keras dan britle
- Double Tube core barrel
Untuk formasi batuan yang kekerasannya sedang dan britle
7. Mata Bor/Bit.
Mata Bor Intan (Diamon Bit).
Digunakan untuk batuan yang keras ( granit, andesit, batuan
malihan), di ujung mata bor ditanamkan butiran intan. Dengan
demikian makin banyak dan halus butiran intan maka makin baik
untuk batuan yang keras.
- Mata Bor Baja (Tungsten Carbide).
Digunakan untuk batuan yang agak lunak

Proposal Kerja Praktek Page 31


8. Travelling block dan Tali Tambang.
Digunakan untuk menaikkan dan menurunkan peralatan bor
(rangkaian pengeboran baja) keposisinya masing-masing.
Pengeboran ini ditujukan untuk core recovery yang baik dan
setidaknya sempurna karena mempunyai arti penting dalam perhi-

tungan mutu tau kadar dari endapan bahan galian tersebut.

3.4. Pengeboran Eksplorasi


Dalam suatu kegiatan eksplorasi kegiatan pengeboran merupakan
pekerjaan awal. kegiatan pengeboran adalah suatu kegiatan yang membuat
lubang pada permukaan tanah hingga kedalam bumi agar dapat mengambil
mineral – mineral atau bahan galian yang berharga atau bernilai ekonomis.
Pada dasarnya tujuan dari kegiatan pengeboran eksplorasi adalah
pengambilan sampel dari hasil pengeboran (corring) yang kemudian disusun
dalam tiap kotak yang menunjukkan kedalaman tiap meter pengeboran.
Setelah selesai pengeboran sampel di masukkan kedalam setiap kantong
sampel dan kemudian diberi kode sepeti tertulis nama bukit atau tempat di
lakukan pengeboran corring tersebut serta nomor titik bor dan juga kode
mesin bor yang selanjutnya dikirim sebagai persiapan sampel untuk
dipreparasi guna keperluan analisis kimia.

3.4.1 Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan dan Direncanakan Dengan


Baik Dalam melakukan Perencanaan Pengeboran, yaitu :
 Kondisi Geologi dan Topografi
 Tipe Pengeboran yang akan digunakan
 Spasi Pengeboran
 Waktu Pengeboran

3.4.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Alat Bor yakni :


1. Tujuan (Open hole – Coring)

Proposal Kerja Praktek Page 32


2. Topografi dan geografi (keadaan medan, sumber air)
3. Litologi dan struktur geologi (kedalaman pengeboran, pemilihan
mata bor)
4. Biaya dan waktu yang tersedia
5. Peralatan dan keterampilan

3.4.3 Fakktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pengeboran


a. Sifat batuan
Sifat batuan berpengaruh pada penetrasi pengeboran serta
kemajuan pengeboran itu sendiri yaitu antara lain : Kekerasan,
kekuatan, elastisitas, plastisitas, abrasivitas, tekstur, dll
1. Kekerasan
Kekerasan adalah tahanan dari suatu bidang permukaan halus
terhadap abrasi. di pakai utuk mengukur berapa besar
tegangan yang diperlukan untuk menyebabkan kerusakan
pada batuan. Kekerasan batuan merupakan suatu fungsi dari
kekerasan, komposisi butiran mineral, porositas dan derajat
kejenuhan serta merupakan hal kekerasan dipakai untuk
mengukur sifat-sifat teknis dari material batuan dan dapat
juga yang utama yang harus diketahui, karena setelah mata
bor menetrasi batuan, maka akan menentukan tingkat
kemudahan pengeborannya.
2. Kekuatan
Kekuatan mekanik dari suatu batuan adalah suatu sifat dari
kekuatan terhadap gaya luar, baik itu kekuatan statik maupun
dinamik pada prinsipnya kekuatan batuan tergantung pada
komposisi mineralnya diantara mineral-mineral yang
terkandung didalam batuan, kwarsa adalah mineral
terkompak dengan kuat tekan mencapai lebih dari 500 Mpa,
sehingga semakin tinggi kandungan kwarsa akan
memberikan kekuatan semakin meningkat.

Proposal Kerja Praktek Page 33


3. Elastisitas
Sifat elastisitas batuan dinyatakan dengan modulus young (E)
dan nisbah poisson. modulus elastis merupakan faktor
perbandingan antara teganan normal dengan regangan
relatifnya, sedangkan nisbah poisson, merupakan
perbandingan antara regangan lateral dengan regangan aksial.
modulus elaksititas sngat tergantung pada komposisi
mineralnya, porositas, jenis perpindahan dan besarnya beban
yang diterapkan.
4. Plastisitas
Plastisitas batuan merupakan perilaku batuan yang
menyebabkan deformasi tetap setelah tegangan dikembalikan
kondisi awal, dimana batuan tersebut belum hancur. sifat
plastisitaspun tergantung pada komposisi mineral penyusun
batuan dan dipengaruhi oleh adanya penambahan kwarsa,
feldspar dan mineral lain. selain itu juga lempung lembab dan
beberapa batuan homogenpun memiliki sifat tersebut.
5. Abrasivitas
Abrasivitas adalah sifat batuan yang mampu menggores
permukaan material lain, hal ini merupakan suatu parameter
umur kehausan dari mata bor (bit) dan batang bor (drill
rood).

Faktor yang berpengaruh terhadap abrasivitas batuan adalah:

- Kekerasan butir batuan


- Bentuk butir, lebih abrasif apabila bentuk butirnya tidak
teratur dibandingkan bentuk butirannya teratur.
- Ukuran butir
- Porositas batuan

Proposal Kerja Praktek Page 34


- Ketidaksamaan, batuan polimineral sekalipun
mempunyai kekerasan sama akan lebih abrasif karena
meninggalkan permukaan yang kasar.
b. Struktur batuan dan kondisi alat.
1. Tekstur
Tekstur suatu batuan menunjukkan hubungan antara mineral -
mineral penyusun batuan, sehingga dapat diklasifikasi
berdasarkan sifat-sifat porositas, ikatan antara butir, bobot isi
dan ukuran batuan tekstur juga mempengaruhi kecepatan
pengeboran. Jika butirannya mempunyai bentuk lembar
seperti pada batuan schist, maka pengeborannya akan lebih
sulit dibandingkan jika butirannya berbentuk bulat seperti
batu pasir. Sedangkan batuan yang mempunyai bobot isi
rendah, lebih porous akan mempunyai tingkat pecah rendah
sehingga akan lebih mudah untuk dibor.
2. Struktur Geologi
Struktur geologi seperti patahan, rekahan, kekar, bidang
perlapisan sangat berpengaruh pada aktivitas pengeboran itu
sendiri. adanya rekahan-rekahan dan rongga-rongga dalam
batuan seperti batu gamping sering mempersulit kerja
pengeboran, karena batang bor dapat terjepit.
3. Drillabilitas Batuan
Drillabilitas batuan adalah indikator mudah tidaknya mata
bor melakukan penetrasi kedalam batuan. drillabilitas batuan
merupakan fumgsi dari sifat batuan seperti komposisi
mineral, tekstur, ukuran butir dan tingkat pelapukan.
4. Diameter Lubang
Semakin besar diameter lubang berarti luas penampang yang
harus ditembus semakin besar sehingga faktor gesekan pun
semakin besar. hal ini akan sangat mempengaruhi kinerja

Proposal Kerja Praktek Page 35


mesin bor dalam arti kecepatan pengeboran akan semakin
lambat.
5. Kedalaman Lubang
Semakin dalam lubang bor maka gesekan antara drilling
string dengan dinding lubang akan semakin besar, disamping
itu pula kehilangan energi akibat semakin panjangnya drilling
string juga semakin besar, sehingga hal ini pun dapat
menurunkan kinerja mesin bor.
6. Umur dan Kondisi Mesin Bor
Presentasi kerja suatu alat sangat ditentukan oleh manajemen
peralatan, kondisi kerja dan kondisi alat itu sendiri. Alat yang
baru tidak akan produktif bila manajemen skedulingnya tidak
tepat, lebih-lebih untuk alat yang umur pakainya sudah lama
(diatas 5 tahun). alat yang sudah lama digunakan biasanya
kemampuannya dalam kegiatan pengeboran akan menurun
sehingga akan berpengaruh terhadap kecepatan pengeboran.
Kecepatan pengeboran juga dipengaruhi oleh umur mata bor.
7. Keterampilan Operator Mesin Bor
Keterampilan operator dapat diperoleh dari keterampilan dan
pengalaman kerja, dan ini sangat sulit dinilai secara
kuantitatif kecuali hanya berdasarkan catatan histories dari
kinerja alat dan altitude tiap operator. masalah kedisiplinan
sering dijadikan oleh pihak manajemen dalam menilai
karyawannya, tetapi hal ini tidak dapat dijadikan alasan
utama karena persoalan akan sering terkait dengan kondisi
kerja secara keseluruhan.

Proposal Kerja Praktek Page 36


3.5 Penggunaan Rumus Untuk Menghitung Produktivitas Pengeboran
3.5.1 Produktivitas Alat Bor
Untuk mengetahui produktivitas alat bor maka dibutuhkan data –
data hasil pengeborah atau data cycle time guna untuk menghitung
kecepatan dari pengeboran, setelah kecepatan pengeboran diketahui
barulah produktivitas alat bor dapat dihitung.
Adapun persamaan yang digunakan untuk menghitung
produktivitas alat bor yaitu :

Produktivitas alat bor = Vp x WP (waktu kerja efektif)

3.5.2 Kecepatan Pengeboran (Vp)


Kecepatan pengeboran bertujuan untuk mengetahui berapa banyak
lubang bor yang dapat dihasilkan pada saat pengoperasian alat bor yang
mana berhubungan dengan waktu kerja efektif dan bertalian dengan
itupula maka dapat diketahui produksi alat bor tersebut, baik tidaknya
operasi pengeboran tergantung dari kecepatan pengeboran itu sendiri,
maka untuk menghitung kecepatan pengeboran terlebih dahulu perlu
diketahui tentang:

3.5.3 Waktu pengeboran


Kecepatan pengeboran dapat diketahui dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut :

Vt = H (meter / menit )
tp

Keterangan:

Vt = Kecepatan pengeboran (meter / menit )

H = Kedalaman lubang bor (meter )

Tp = Jumlah waktu pengeboran ( menit )

Proposal Kerja Praktek Page 37


Cycle Time (waktu edar ) pengeboran

Yang dimaksud dengan cycle time pengeboran adalah waktu yang


digunakan melakukan suatu siklus gerakan alat pada saat beroperasi
dimana siklus (ct) untuk pengeboran horizontal vertikal terdiri dari :

 Waktu pengeboran
 Waktu mencabut batang bor
 Waktu pindah batang bor
 Waktu mengganti batang bor
 Waktu mundur
 Waktu hambatan

Proposal Kerja Praktek Page 38


BAB IV

METODOLOGI KERJA PRAKTEK

4.1. Metode Kerja Praktek

a. Studi Literatur

Tahap studi literatur dilakukan dengan cara mengumpulkan sumber


informasi yang berasal dari referensi-referensi yang ada maupun data
perusahaan yang berkaitan dengan tujuan kerja praktek. Studi literatur ini
dilakukan sebelum dan selama kerja praktek ini berlangsung.
b. Orientasi Lapangan
Kegiatan orientasi lapagan ini dilakukan survey terhadap daerah kerja
praktek dan menentukan daerah lokasi pengambilan data. Kegiatan ini
dimaksudkan untuk mengenal dan mempelajari kondisi daerah kerja
praktek sebelum melakukan pengambilan data.

c. Pengambilan Data Lapangan

Pengambilan data dilakukan setelah orientasi lapangan selesai


dilaksanakan, Data yang dikumpulkan berupa data primer yaitu jenis
pengumpulan data yang diperoleh melalui observasi langsung dilapangan
seperti data cycle time (waktu edar) pengeboran dan dokumentasi.

Data sekunder yaitu jenis pengumpulan data dari dokumentasi


perusahaan serta literatur yang berhubungan dengan permasalahan yang
diteliti seperti tabel waktu kerja pengeboran.

d. Hasil/Pembahasan
Hasil pembahasan yaitu hasil dari praktek lapangan yang meliputi :

 Pengolahan dan analisis Data


Pengolahan data dilakukan berdasarkan hasil perhitungan yang
diperlukan terhadap data pengamatan cyle time alat. Kemudian
analisis dilakukan terhadap hasil pengolahan data.

Proposal Kerja Praktek Page 39


 Penyusunan Laporan

Pada tahap ini keseluruhan hasil dari tahapan kegiatan kerja


praktek yang dilakukan sebelumnya disusun dalam draft laporan
sesuai dengan format dan kaidah penulisan kerja praktek yang telah
ditetapkan Program Studi Teknik Pertambangan Universitas
Sembilanbelas November Kolaka.

 Seminar dan penyerahan laporan


Hasil akhir dari penelitian ini akan dipresentasekan dalam
seminar Perusahaan dan Program Studi Teknik Pertambangan
Universitas Sembilanbelas November, setelah melalui
penyempurnaan berdasarkan masukan – masukan yang diperoleh dari
seminar. Laporan akhir dalam bentuk final kemudian diserahkan ke
perusahaan sebagai arsip dan Ketua Program Studi Teknik
Pertambangan Universitas Sembilanbelas November Kolaka.

Proposal Kerja Praktek Page 40


Adapun bagan alur dari kerja praktek adalah sebagai berikut :

STUDI LITERATUR

Studi Literatur

Lokasi tambang PT.Vale Indonesia


Orientasi lapangan

 Data primer
Pengumpulan data  Data sekunder

 Foto
Dokumentasi

Pengolahan data

Analisis data

Penyusunan laporan

Seminar dan
Penyerahan laporan

Gambar 4.2 Bagan Alur Kegiatan Kerja Praktek

Proposal Kerja Praktek Page 41


BAB V
PENUTUP

Demikian proposal permohonan kerja praktek ini sebagai salah satu


pertimbangan bagi pihak PT. Vale Indonesia, Besar harapan kami agar kiranya
proposal ini disambut dengan besar hati, kesempatan yang diberikan oleh pihak
perusahaan tentunya akan dimanfaatkan semaksimal mungkin.

Kolaka, Desember 2015

PEMOHON

RAHMAT

Proposal Kerja Praktek Page 42

Anda mungkin juga menyukai