Anda di halaman 1dari 62

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Proyek

Penambangan adalah suatu usaha yang dilakuakn untuk mencari bahan

galian yang bernilai ekonomis. Saat ini Indonesia sedang dihadapkan pada

persoalan multi dimensi yang salah satunya berdampak pada kecilnya

penerimaan devisa negara dan meningkatnya angka pegangguran.

Indonesia, sebagai negara penghasil batubara yang memiliki cadangan

batubara yang tersebar di beberapa pulau dengan jumlah yang cukup banyak,

telah menetapkan suatu kebijakan Energi Nasional (1980) perihal

Inventarisasi, Konservasi dan Indeksi terhadap bahan bakar batubara.

Pemerintah mulai mendirikan beberapa BUMN yang bergerak dalam bidang

pertambangan dibawah Departemen Pertambangan Energi dan Sumber Daya

Mineral.

Adanya krisis minyak sebagai akibat perang teluk pada tahun 1979

menyebabkan berkurangnya persediaan minyak yang dieksploitasi oleh

negara-negara Timur Tengah, sedangkan permintaan minyak sebagai bahan

bakar di negara industri semakin meningkat. Hal inilah yang mengakibatkan

kenaikan harga minyak sehingga untuk mengimbanginya orang mulai

menggunakan kembali batubara sebagai bahan bakar alternatif dalam dunia

industri. Keadaan yang demikian membuat negara-negara penghasil batubara


2

mulai melakukan eksploitasi batubara pada endapan-endapan yang telah

diketahui keberadaannya.

Untuk melakukan penambangan batubara, secara umum dapat dilakukan

dengan dua metode yaitu metode tambang terbuka (Surface mining) dan

metode tambang bawah tanah (underground mining). Tambang terbuka

dilakukan apabila tanah penutup (overburden) yang akan dikupas masih di

anggap ekonomis untuk dilakukan. Sedangkan tambang bawah tanah

dilakukan apabila tanah penutup yang akan dikupas tidak ekonomis lagi atau

melebihi ambang batas stripping ratio.

Misi utama PT. Nusa Alam Lestari adalah mengembangkan dan

menggunakan batubara sebagai bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Uap

(PLTU). Serta memproduksi dan memasarkan batubara dengan cara dan harga

terbaik, berkembang harmonis bersama lingkungan. Sistem penambangan

yang digunakan pada PT. NAL adalah back filling dengan menggunakan

excavator sebagai alat gali utamanya.

B. Tujuan dan Manfaat Proyek

1. Tujuan Proyek

PT. Nusa Alam Lestari (PT. NAL) memiliki beberapa tujuan

melakukan penambangan batubara di Daerah Sawahlunto antara lain:

a. Menggali cadangan batubara yang ada untuk digunakan dalam kegiatan

industri.
3

b. Memberikan pemasukan kepada negara melalui hasil penjualan

batubara baik dalam negeri ataupun luar negeri.

c. Ikut melaksanakan dan menunjang kebijakan serta program pemerintah

dibidang ekonomi dan pembangunan nasional serta pembangunan

dibidang pertambangan, khususnya tambang batubara.

2. Manfaat Proyek

Adapun manfaat dari penambangan batubara yang dilakukan di PT.

Nusa Alam Lestari (PT. NAL) yaitu:

a. Dapat memenuhi kebutuhan batubara sesuai dengan permintaan

konsumen baik dalam negeri ataupun luar negeri.

b. Memberikan lowongan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia

khususnya warga sekitar lokasi tambang dalam bidang penambangan

batubara dan jasa lainnya.

c. Mensuplai batubara untuk kepentingan produksi bagi PLN Sijantang

dan industri lainnya.

d. Memberikan kesempatan belajar dan melakukan praktikum bagi

pelajar yang telah memenuhi persyaratan untuk melakukan praktikum

di PT. Nusa Alam Lestari (PT. NAL).

C. Sistematika Penulisan

Penulisan proyek akhir ini berisikan empat bab yang dilengkapi dengan

foto-foto dan lampiran. Secara garis besar tiap-tiap bab akan memuat hal-hal

sebagai berikut:
4

Bab I Pendahuluan

Pada bab ini berisikan tentang latar belakang proyek, tujuan

dan manfaat proyek beserta sistematika penulisan proyek akhir.

Bab II Laporan Kegiatan Lapangan

Pada bab ini berisikan tentang deskripisi perusahaan, deskripsi

industri, proses pelaksanaan proyek, pelaksanaan kegiatan

lapangan dan temuan menarik.

Bab III Studi Kasus

Pada bab ini akan berisikan tentang perumusan masalah, landasan

teori, metodologi pemecahan masalah, data dan pengolahan data

beserta analisa hasil.

Bab IV Penutup

Bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran dari karya tulis yang

dibuat.
5

BAB II

LAPORAN KEGIATAN LAPANGAN

A. Deskripsi Perusahaan

PT. Nusa Alam Lestari adalah Perseroan Terbatas dalam Negeri.

Pada Tahun 2003 ninik mamak menyerahkan 100 Ha (tanah ulayat) kepada

PT. NAL untuk kegiatan penambangan. Pada tahun 2006 PT. Nusa Alam

Lestari mendapatkan legalitas untuk eksploitasi melalui Keputusan Walikota

Sawahlunto Nomor: 05.03. PERINDAGKOP. TAHUN 2006, tanggal 27

Maret 2006 Tentang Pemberian Kuasa Pertambangan Eksploitasi (KW 1337

NAL 3602 ) dengan luas kurang lebih 100 Hektar dan berlaku selama 7 tahun.

Selain mendapatkan KP Eksploitasi PT. Nusa Alam Lestari juga mendapatkan

legalitas untuk pengangkutan dan penjualan melalui Keputusan Walikota

Sawahlunto Nomor 07.36. PERINDAGKOP. TAHUN 2006 tanggal 27 Maret

2006 tentang Pemberian Kuasa Pertambangan Pengangkutan dan Penjualan

(KW 1373 NAL 3602).

PT. NAL memiliki memiliki 2 alternatif pemasaran: alternatif

pertama adalah pemasaran dan penjualan batubara dilakukan dengan

membentuk mitra usaha (strategic business partnership) dengan pihak PLN

PLTU Ombilin. Hal ini dilakukan mengingat lokasi tambang yang cukup

dekat dengan lokasi PLTU Ombilin (kurang lebih 5 km). Langkah ini dinilai

akan menguntungkan kedua belah pihak karena perusahaan akan dapat

beroperasi secara efisien dan efektif sementara dipihak lain PLN PLTU
6

Ombilin akan mendapat kepastian pasokan batubara dalam jangka panjang.

Kebutuhan PLTU Ombilin saat ini dengan pembangkit 2 X 100 MW adalah

sebanyak 720.000 ton batubara per tahun dengan kalori 6.200-6.300 Kkal/kg.

Selanjutnya kebutuhan ini diperkirakan akan meningkat dengan adanya

rencana penambahan pembangkit dengan kapasitas 2 X 100 MW, dan

alternatif kedua adalah pemasaran batubara melalui pelabuhan Teluk Bayur

Padang untuk memenuhi pemasaran lokal ataupun ekspor. Pemasaran melalui

pelabuhan Teluk Bayur ini dapat dilakukan langsung ke kapal dengan

kapasitas muat kapal 35.000 - 40.000 ton.

B. Deskripsi Proyek
1. Lokasi dan Kesampaian Daerah
Secara geografis wilayah penambangan PT. NAL terletak pada

koordinat 1004548,19 BT - 1004648 BT dan 003645,48 LS -

003712 LS. Secara administratif konsesi penambangan PT. NAL

termasuk dalam Wilayah Parambahan, Kecamatan Talawi, Kota

Sawahlunto Provinsi Sumatra Barat. Jarak antara daerah penambangan

dengan Kota Padang (Ibu Kota Provinsi Sumbar) ± 90 km di sebelah timur

Kota Padang, dapat ditempuh dengan kendaraan beroda empat pada Jalan

Lintas Sumatera melalui Lubuk Selasih - Kota Solok - Kota Sawahlunto

selama ± 3 - 4 jam.
7

Sumber : PT. Nusa Alam Lestari

2. Iklim dan Curah Hujan

Daerah Tambang PT. Nusa Alam Lestari (NAL) beriklim tropis

dengan suhu berkisar antara 22° C sampai 33° C dan terbagi dalam dua

musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Curah hujan di daerah PT.

NAL 2359,48 mm/ tahun. Sedangkan untuk curah hujan tertinggi 617 mm

pada bulan April dan terendah 23 mm pada bulan desember.

Data curah hujan ini penting dalam kegiatan penambangan

terutama kegiatan pengangkutan dan ketersedian air tanah. Hal ini

disebabkan tanah di daerah penelitian adalah tanah lempung pasiran yang

akan dipengaruhi oleh hujan.


8

3. Kondisi Geologi dan Endapan

a. Kondisi Umum Geologi

Endapan batubara terjadi pada kala oligosen yang diendapkan

dalam cekungan antara gunung (inter mountain basin) yang dikenal

dengan Cekungan Ombilin dan mempunyai luas ± 800 Km² yang

berkembang sejak zaman awal Tersier memanjang pada arah barat sampai

tenggara, searah dengan struktur geologi yang banyak terdapat patahan

(fault) dan lipatan (fold).

Batubara yang ditambang sekarang ini terletak pada bagian barat

Cekungan Ombilin dan terdapat pada formasi batuan yang dikenal dengan

nama Formasi Sawahlunto. Secara umum lapisan tanah penutup batubara

terdiri dari batu lempung (clay stone), batu pasir (sand stone), batu lanau

(silt stone).

Formasi Sawahlunto ini terletak pada dua jalur yang terpisah yaitu

jalur yang menjurus dari Sawahlunto sampai Sawah Rasau dan dari Tanah

Hitam terus ke timur dan kemudian ke arah utara yang disebut

Parambahan.

b. Lithologi

Daerah Sapan Dalam terdiri dari empat satuan batuan yaitu batu

pasir (sand stone), batu lempung (clay stone), batu lanau (silt stone), dan

batubara (coal).
9

c. Morfologi

Secara umumnya morfologi daerah penyelidikan dapat

digolongkan sebagai perbukitan yang rendah sampai terjal, dengan

kemiringan lereng berkisar antara 50 sampai 300, yang dikontrol oleh

lithologi beruparijang, metagamping, lava, breksi, batu lanau, batu

lempung, batu pasir, dan struktur sesar. Sedangkan pada kawasan yang

berupa dataran mempunyai kemiringan lereng berkisar antara 00 sampai

40, dengan lithologi batu pasir, batu lempung, serta rombakan dari batuan

yang lebih tua.

Ketinggian bukit berkisar antara 140 m hingga 300 m dari

permukaan laut. Lereng-lereng perbukitan umumnya cukup terjal dengan

kemiringan lereng berkisar antara 300 hingga 500.

d. Stratigrafi Regional
Secara Regional stratigrafi daerah Sawahlunto dapat dibagi

menjadi dua bagian utama, yaitu komplek batuan Pra-Tertier dan

komplek batuan Tertier.

1) . Komplek batuan Pra-Tertier terdiri dari :

a) Formasi Silungkang

Nama formasi ini mula-mula diusulkan oleh Klompe, Katili dan

Sukender pada tahun 1958. Secara Petografi formasi ini masih dapat

dibedakan menjadi empat satuan yaitu : satuan lava andesit, satuan


10

lava basalt, satuan tufa andesit dan satuan tufa basalt. Umur dari

formasi ini diperkirakan perm sampai Trias.

b) Formasi Tuhur

Formasi ini dicirikan ole lempung abu-abu kehitaman, berlapis

baik, dengan sisipan-sisipan batu pasir dan batu gamping.

Diperkirakan formasi ini berumur Trias.

2). Komplek batuan Tertier terdiri dari :

a) Formasi sangkarewang

Nama formasi ini pertama kali diusulkan oleh Kastoyo dan

Silitonga pada 1975. Formasi ini terutama terdiri dari serpih gampingan

sampai napal berwarna coklat kehitaman, berlapis halus dan mengandung

fosil ikan serta tumbuhan. Formasi ini diperkirakan berumur Eosen-

Oligosen.

b). Formasi Sawahlunto

Nama Formasi ini diusulkan oleh R.P.Koesoemadinata dan Th.

Matasak pada 1979. Formasi ini merupakan formasi yang paling penting

karena mengandung lapisan batubara. Formasi ini dicirikan oleh batu

lanau, batu lempung dan batubara yang berselingan satu sama lain.

Diperkirakan formasi ini berumur oligosen.

c). Formasi Sawah Tambang

Nama formasi ini pertama kali diusulkan oleh Kastoyo dan

Silitonga pada tahun 1975. Bagian bawah dari formasi ini dicirikan oleh
11

beberapa siklus endapan yang terdri dari batu pasir konglomerat, batu

lanau dan batu lempung. Bagian atas pada umumnya didominasi oleh

batu pasir konglomeratan tanpa adanya sisipan lempung atau batu lanau.

Umur dari formasi ini diperkirakan lebih tua dari Miosen Bawah.

d). Formasi Ombilin

Nama formasi ini pertama kali diusulkan oleh Kastoyo dan

Silitonga pada tahun 1975. Formasi ini terdiri dari lempung gampingan

yang berwarna abu-abu kehitaman, berlapis tipis dan mengandung fosil.

Umur dari formasi ini diperkirakan Miosen Bawah.

d). Formasi Ranau

Nama ini pertama kali diusulkan oleh Marks pada tahun 1961.

Satuan ini terdiri dari tufa batu apung berwarna abu-abu kehitaman.

Umur dari formasi ini diperkirakan Pleistosen.


12

AGE UNIT THICK GRAPHIC DESCRIPTION


NEES LOG

FORMATIONSAWAH TAMBANGRASAU MEMBER


T E R T I A R Y

OLIGOCENE

Conglomeratic sandstone, quartz, whithish


grey, pebbles at the best grading to
sandstone toward the top, interbedded with
gray shales, shows erosional surfaces.

Shale, greyish brown, concoidal, fractures,


dense

Coal, black, shaley, fractured, with


sanstone at base siltstone, grey, dense.

126 M Coaly shale

Coal, black, within terbedded gray siltstone


and coaly clays shale, grey, dense,
mudstone, siltstone, occasional sandstone.

Coal, black, shaly, dense

Silstone, brown, dense

Sandstone, quartz, brown, carbonaceus,


dense.

Siltstone, brown, dense

Siltstone, gradingdownward into brown


shale
13

FORMATION
PALEOCENE

BRANI
Conglomeratic sandstone, greenish red,
contains quartz, feldspar, limestone
fragments, well sorted, hard, dense.

P R A T E R T I A R Y
Sumber: PT. NusaAlam Lestari

e. Batubara Sapan Dalam

Endapan batubara perambahan berada pada formasi Sawahlunto

berumur tersier di dalam cekungan Ombilin, yang terdiri dari tanah

penutup, batu lempung (claystone), batu lanau (siltstone), batu pasir

(sandstone), coaly clay, dan batubara. Endapan batubara tersebut

memiliki lapisan utama yang mengandung batubara yaitu:

- Seam A1 dengan ketebalan 2.2 m – 2.8 m

- Seam A2 dengan ketebalan 0.3 m – 0.4 m

- Seam A3 dengan ketebalan 0.1 m – 0.2 m

- Seam B1 dengan ketebalan 0.3 m – 0.5 m

- Seam B2 dengan ketebalan 0.1 m

- Seam C1 dengan ketebalan 2.1 m – 2.5 m

- Seam C2 dengan ketebalan 4.0 m – 4.5 m

f. Cadangan Batubara

Cadangan batubara terukur di tambang terdiri dari 3 seam yaitu

A, B dan C. Jumlah cadangan terukur dari 22.45 Ha ( 22,45%) daerah


14

tambang sebesar 1.222.096 ton, didapat dari data peta topografi, peta

geologi dan data 31 titik bor. Cadangan terduga sekitar sekitar 2.000.000

– 25.000.000 ton batubara diperkirakan terdapat di 75 ha (75%) daerah

yang belum dieksplorasi dan direncanakan akan dieksplorasi. Total

cadangan batubara di seluruh lokasi tambang diperkirakan 3.000.000-

3.500.000 ton batubara dan direncanakan selesai di tambang sekitar 7-9

tahun.

5. Sistem Penambangan

Sistem penambangan yang dilakukan PT. Nusa Alam Lestari

(NAL) adalah metode back filling, dimana blok yang telah selesai

ditambang ditutup dengan tanah over burden dan kemudian bisa

dijadikan jalan untuk alat berat dan dump truck.

6. Peralatan Tambang

PT. Nusa Alam Lestari (NAL) melakukan proses penambangan

dengan menggunakan alat berat sbb:

Tabel 1. Data Alat Berat PT. Nusa Alam Lestari (NAL)

No Jenis Alat Berat Jumlah Capacity


1 Exc. Komatsu PC 4 Unit 3.2 m3
2 400 2 Unit 2.8 m3
3 Exc. Komatsu PC 2 Unit 0.8 m3
4 300 1 Unit 171
5 Exc. Komatsu PC200 2 Unit 135
Buldozer CAT D7G
6 Motor Grader Volvo 20 20 ton
7 G710B Unit 10 KL
DT.Nissan CWB 520 1 Unit
15

Water truck 1 Unit


Service Truck (Hino) 1 Unit
Fuel Truck (Hino) 2 Unit
Manhaul (Hino) 1 Unit
Water Pump (sykes)

C. Kegiatan Penambangan

Sistem penambangan yang dilakukan adalah sistem tambang terbuka.

Konsep dari penambanganya adalah selective mining (roof and flour) setebal ±

10 cm dibuang dan departing (clay dipisahkan sehingga batubara akan

terhindar dari pengotor). Karena untuk memasok batubara yang sesuai dengan

permintaan, perlu dilakukan blending antar seam batubara yang tidak memiliki

kualitas tidak seragam.

Metode Penambangan yang digunakan adalah back filling, dikarenakan

bentuk dan penyebar batubara yang relatif mendatar (horizontal) atau sedikit

miring.

1. Survey dan pemetaan


Survey dan pemetaan bertujuan untuk pengambilan data koordinat

dan elevasi suatu area. Dari hasil survey tersebut dapat digambarkan

situasi dari area tambang seperti tata letak kantor, work shop, cadangan

batubara, striping rasio, area dumping dan letak lainnya.

2. Land Clearing
16

Land Clearing bertujuan untuk membersihkan arel tambang dari

tumbuhan semak belukar dan pepohonan agar dapat mempermudah

pekerjaan disaat dilakukan kegiatan pengupasan top soil dan overburden.

Pohon-pohon yang berukuran kecil dan semak belukar dibersihkan dengan

menggunakan excavator dan bulldozer, sedangkan pohon-pohon yang

berukuran besar ditebang dengan menggunakan gergaji mesin.

3. Pengupasan Tanah Pucuk (top soil)

Top soil merupakan tanah yang mempunyai ketebalan lebih kurang

0,5 m dan merupakan lapisan tanah yang paling atas yang mengandung

bahan-bahan organik dan unsur hara yang dimanfaatkan oleh tumbuhan

yang ada diatasnya.

Pengupasan Top soil digunakan dengan alat-alat mekanis seperti

excavator dan bulldozer kemudian diangkut ketempat penimbunan

sementara untuk dikembalikan ke tempat semula setelah penambangan

selesai.

4. Pengupasan Tanah Penutup (overburden)

Pengupasan tanah penutup dilakukan dengan dua cara yaitu:

a) Dengan menggunakan alat-alat mekanis, seperti excavator digunakan

untuk pengupasan material yang tidak begitu keras.

b) Dengan peledakan digunakan apabila alat mekanis tidak sanggup lagi

atau dengan mempertimbangkan biaya.


17

5. Expose Material Batu Bara.

Expose material batu bara dilakukan dengan menggunakan alat muat

Excavator Komatsu PC 200 yang kemudian langsung di muat ke dump

truck. Expose material batu bara ini dilakukan setiap hari kecuali jika

kondisi cuaca yang tidak mendukung karena 1 buah excavator disediakan

untuk menggali batu bara tersebut.

Gambar 1. Expsose Batu bara

6. Pengangkutan Batu Bara.

Pada saat ini PT. Nusa Alam Lestari untuk pengangkutan batubara

dari pit ke stock room menggunakan Dump Truck Nissan CWB dengan

jarak angkut 1,7 km dan dengan kemiringan jalan 15%.


18

Gambar 2. Pengangkutan Batu Bara.

7. Pengolahan Material Batu Bara.

Dalam pengolahan batu bara PT. Nusa Alam Lestari (NAL) tidak

melakukan proses pencucian (washing plan) karena batubara yang

dihasilkan tergolong bersih. PT. Nusa Alam Lestari (NAL) hanya

melakukan proses blending batubara pada stock pile dengan menggunakan

Excavator Caterpilar 320 C dan Buldozer D8R.

Gambar 3. Proses Pengadukan Batu Bara.

8. Pemasaran (Marketing).
19

Alternatif pertama pemasaran dan penjualan batubara dilakukan

dengan membentuk mitra usaha strategi (strategic business partnership)

dengan pihak PLN PLTU Ombilin. Hal ini dilakukan mengingat lokasi

tambang yang cukup dekat dengan lokasi PLTU Ombilin (kurang lebih 5

Km).

Langkah ini dinilai akan menguntungkan kedua belah pihak. Karena

perusahaan akan dapat beroperasi secara efisien dan efektif sementara

dipihak lain PLN PLTU Ombilin akan mendapat pasokan batubara dalam

jangka panjang.

Kebutuhan PLTU Ombilin saat ini dengan pembangkit 2 x 100 MW

adalah sebanyak 720.000 ton batubara per tahun dengan kalori 6.200 -

6.300 kal/kg batubara. Selanjutnya kebutuhan ini diperkirakan akan

meningkat dengan adanya rencana penambahan pembangkit dengan

kapasitas 2 x 100 MW.

Alternatif kedua, pemasaran batubara melalui pelabuhan Teluk

Bayur Padang, untuk memenuhi pemasaran lokal ataupun ekspor.

Pemasaran melalui pelabuhan Teluk Bayur dapat dilakukan langsung ke

kapal dengan kapasitas muat kapal 35.000 - 40.000 ton.

9. Reklamasi

Reklamasi adalah proses pengembalian lahan bekas tambang menjadi

seperti semula, minimalnya lahan tersebut memiliki nilai tambah. Namun,


20

pada saat ini PT. Nusa Alam Lestari belum melakukan proses reklamasi

karena pada saat ini perusahaan melakukan proses produksi saja.

D. Pelaksanaan Kegiatan Lapangan

Dalam proses pelaksanaan kegiatan lapangan ini penulis bertujuan

untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan pengalaman yang nyata tentang

prosedur kegiatan penambangan hingga proses pemasaran, dan juga untuk

melengkapi pengetahuan teoritis yang telah diperoleh di bangku

perkuliahan.

Kegiatan lapangan ini lebih diarahkan pada studi kasus yang penulis

ambil. Kegiatan ini merupakan kegiatan di front penambangan, yang

dilaksanakan dari tanggal 15 mei hingga 30 juni 2009. Adapun kegiatan

yang penulis lakukan adalah:

1. Pengenalan Lokasi Perusahaan

Daerah penambangan PT. Nusa Alam Lestari berada di Sapan

Dalam dan Bukit Tambun, Desa Salak, Kecamatan Talawi, Kota

Sawahlunto, Provinsi Sumatera Barat. PT. Nusa Alam Lestari (NAL)

memiliki luas lokasi tambang ± 100 Ha dengan jumlah cadangan terukur

dari 22.45 Ha ± 1.222.096 ton. PT. Nusa Alam Lestari memiliki karyawan

± 208 orang, dalam proses penambangan dilengkapi dengan fasilitas-

fasilitas seperti mess karyawan, mobil karyawan dan peralatan pendukung

lainnya. Jam kerja pada PT. Nusa Alam Lestari (NAL) terdiri dari 2 shift
21

yaitu shift siang dan shift malam dengan jumlah jam kerja adalah 10 jam

per shiftnya.

2. Pengenalan terhadap kondisi tambang yang dilakukan pada:

a) Front Penambangan

Yaitu pengamatan sistem penambangan secara komposit, yang

artinya material batubara diambil secara keseluruhan. Front

penambangan pada PT. Nusa Alam Lestari berbentuk daerah

perbukitan.

Gambar 4. Front Penambangan

b) Stock Pile

Yaitu pengamatan proses pengadukan batubara (blending) agar

batubara tersebut tidak terbakar dan pemuatan batubara ke alat angkut

Dump Truck Nissan CWB 520. Stock pile batu bara Pt. Nusa Alam

Lestari memiliki kapasitas ± 100.000 ton batu bara dengan lantai stock

pile diisi dengan material pengotor batubara dan batubara berkalori


22

rendah (< 4000 Kcal/kg) atau belek. Batubara yang ditumpuk di stock

pile dibiarkan saja terkena hujan dan pengamanan stock pile lebih

aman karena stock pile berada ± 100 m dari kantor PT. Nusa Alam

lestari.

c) Pos Timbangan.

Yaitu pengamatan proses penimbangan batubara sebelum

dipasarkan. Dalam hal ini dilakukan 2 kali penimbangan, yang pertama

akan ditentukan berat kosong dump truck kemudian berat setelah dump

truck diisi batubara. Berat batubara adalah berat dump truck diisi

batubara dikurangi dengan berat kosong dump truck.

3. Pemuatan material overburden ( loading )

Pemuatan dalam aktivitas pemindahan batuan keras merupakan

kegiatan pemindahan batuan yang telah diledakkan ke dalam alat angkut

dump truck dengan menggunakan alat muat Excavator PC 400.

Bongkahan batuan yang berukuran besar (boulder) hasil dari peledakan

tidak diledakkan lagi, melainkan boulder tersebut digunakan untuk batas

tepi jalan tambang. Untuk memudahkan kegiatan pemuatan secara

bersamaan dilakukan juga kegiatan penggusuran dan penumpukan batuan

yang telah diledakkan ataupun batuan yang telah terbongkar dengan baik

pada kegiatan peledakan dengan menggunakan alat bulldozer (ripper).


23

Gambar 5. Loading Overburden

4. Pengangkutan material overburden ( Hauling )

Pengangkutan dalam aktivitas pemindahan batuan keras bertujuan

untuk memindahkan batuan hasil kegiatan peledakan ke tempat

penumpukan (disposal area) dengan menggunakan dumptruck Nissan

CWB 520 degan kapasitas angkut 20 ton.. Untuk melancarkan proses

pengangkutan pada aktivitas produksi di tambang PT. NAL, maka

dilakukan kegiatan perawatan jalan seperti penyiraman jalan tambang

untuk mengurangi debu pada saat kering dengan menggunakan water

truck, dan juga pembersihan lumpur pada jalan tambang pada waktu

setelah hujan dengan menggunakan alat mekanis motor grader. Jumlah

dump truck untuk melayani satu buah excavator adalah sebayak 4 unit.

Jarak pengangkutan dari lokasi point loading ke disposal area yaitu 600m

s/d 1 km, dengan kemiringan jalan 15%.


24

Gambar 6. Hauling Overburden

Gambar 7. Water Truck

5. Expose Batubara (Mucking)

Kegiatan expose batubara dilakukan setelah batuan overburden

diledakkan dan batuan keras tersebut diangkut ke disposal area. Expose


25

batubara menggunakan alat gali muat Excavator PC 200 dan dimuat ke

Dump Truck Nissan CWB untuk diangkut ke Stock Room dan Stock Pile

dengan jarak tempuh 1,7 km. Pada saat ini PT. Nusa Alam Lestari hanya

memiliki dua unit Excavator PC 200 untuk menggali dan memuat

batubara. Oleh karena itu adanya batasan waktu untuk menggali dan

memuat batubara. Apabila ketebalan batubara yang akan diambil kurang

dari 0,5 m, batubara tersebut digali oleh tim coal picking dengan

menggunakan peralatan manual, seperti linggis, sekop, dan cangkul.

Gambar 8. Expose Batubara

6. Pengolahan Batubara ( Processing )

Kegiatan pengolahan batubara yaitu untuk menghomogenkan ukuran

batubara sesuai dengan permintaan konsumen dengan menggunakan alat

crusher. Produk batubara PT.NAL berukuran 0 – 50 mm dan 0 – 75 mm.

ROM yang digunakan umpan berasal dari lapisan batubara A1, A2, A3,

B1, B2, C1 dan C2. Adapun urutan kegiatannya adalah sebagai berikut:
26

 ROM ( Run Of Mine )

Merupakan batubara yang baru ditambang dari pit (batubara

lepas tambang). Dalam pengolahan ini, batubara ROM langsung

diangkut ke Hopper dan akan memperoleh pengolahan lebih lanjut.

 Hopper

Berfungsi untuk menampung batubara yang akan diolah dari

ROM. Pada bagian bawah dari hopper dilengkapi dengan grizzly yang

mempunyai spasi 40 cm yang berfungsi untuk menahan agar material

yang berukuran besar tidak langsung jatuh ke belt conveyor.

Gambar 9. Hoppe

 Single Deck Vibrating Screen


27

Mempunyai opening 50 mm yang berfungsi untuk memisahkan

material yang berukuran - 50 mm sebagai produk

Gambar 10. Single Deck Vibrating Screen dan Opening 0 – 50 mm

 Roller Crusher

Roller Crusher berfungsi untuk memperkecil ukuran material dan

penghancuran materialnya karena ada pengaruh grinding (gilingan)

dari silinder yang bergerak ke satu arah di dalam Roller Crusher.

Umpan yang masuk ke dalam Roller Crusher adalah material oversize

dari Vibrating Grizzly Feeder.

Sebelum masuk Roller Crusher, feed terlebih dahulu melalui

vibrating grizzly feeder yang mempunyai opening 50 mm yang

berfungsi menyaring feed yang akan masuk ke dalam Roller Crusher.

Jadi material oversize dari vibrating grizzly feeder (+50mm) akan

masuk ke dalam Roller Crusher, sedagkan material undersize (-50mm)

akan langsung jatuh ke belt conveyor.


28

E. TEMUAN KHUSUS

1. Dalam kegiatan penambangan pada tambang terbuka PT. Nusa Alam

Lestari penulis melihat adanya ketidak serasian antara alat muat dan alat

angkut, oleh sebab itu penulis ingin menganalisa keserasian alat dan hasil

produksinya.

2. Adanya penggunaan cover ban sebagai penutup lubang ledak yang sudah

diisi dengan bahan peledak dan stemming. Penggunaan cover ban ini

bertujuan untuk mengurangi jauhnya batuan terbang (flyrock) yang terjadi

akibat peledakan (blasting). Pemasangan cover ban ini tepat di atas lubang

ledak yang telah diisi dan dipadatkan. Antara cover ban yang satu dengan

yang lainnya diikat dengan menggunakan tali agar pada saat lubang

diledakkan, cover ban tidak terlempar terlalu tinggi.


29

BAB III

STUDI KASUS

A. Perumusan Masalah

Penambangan batubara di PT. Nusa Alam Lestari dilakukan dengan

sistim penambangan terbuka dengan metoda open pit dengan menggunakan

alat-alat berat untuk penambangan.

Dalam operasi penambangan yang dilakukan untuk mengambil

batubara tersebut terlebih dahulu dilakukan kegiatan penggalian overburden.

Jika overburden tersebut lunak maka langsung digali dengan menggunakan

excavator, tetapi kalau tanah tersebut keras maka dilakukan pekerjaan

peledakan yang bertujuan untuk mengurangi kesulitan dalam penggalian

overburden tersebut, agar pekerjaan dapat dilakukan dengan seoptimal

mungkin. Pekerjaan peledakan ini tidak dapat terlaksana tanpa melakukan

pemboran, karena kegiatan pemboran bertujuan untuk membuat lubang

penempatan bahan peledakan dengan kedalaman yang direncanakan. Setelah

dilakukan peledakan, overburden dimuat dan diangkut menggunakan

Excavator dan Dump Truck.

Alat muat dan alat angkut merupakan alat-alat vital dalam kegiatan

penambangan batubara di PT. Nusa Alam Lestari. Semua alat tersebut sangat

mempengaruhi produksi pengeluaran overburden, maka penulis menganggap


30

hal ini suatu masalah yang sangat menarik untuk dibahas, penulis akan

membahas tentang kebutuhan alat angkut:

ANALISIS FAKTOR KESERASIAN ALAT MUAT DAN ALAT ANGKUT DALAM

MEMENUHI TARGET PRODUKSI PENGELUARAN OVERBURDEN PER BULAN

B. Landasan Teori

1. Penggalian dan Pemuatan Material

Penggalian pada tambang terbuka bertujuan untuk mengeruk dan

mengumpulkan material yang telah diledakkan sebelum dimuat ke dalam

alat angkut. Kegiatan penggalian dan pemuatan ini biasanya menggunakan

alat muat excavator.

2. Pengangkutan Material

Pengangkutan material merupakan suatu hal yang sangat penting

bagi kegiatan penambangan. Kegiatan pengangkutan material pada

tambang terbuka biasanya menggunakan alat angkut Dump Truck dan Belt

Conveyor.

3. Efisiensi Alat

Merupakan tingkat prestasi kerja alat yang digunakan untuk

melakukan produksi dari waktu yang tersedia.


31

Table 2. Efisiensi Keadaan Alat

Kondisi Operasi Pemeliharaan Mesin


Alat Baik Sekali Baik Normal Buruk Buruk Sekali
Baik Sekali 0.83 0.81 0.76 0.7 0.63
Baik sekali 0.78 0.75 0.71 0.65 0.6
Normal 0.72 0.69 0.65 0.6 0.54
Buruk 0.63 0.61 0.57 0.52 0.45
Buruk Sekali 0.52 0.5 0.47 0.42 0.32

(Sumber Partanto, 2005)

Keterangan:

R = Jumlah jam perbaikan (repair hours)

W = Jumlah jam kerja alat (working hours)

S = Jumlah jam standby (Stand By hours)

T = ( W + R + S)

4. Swell Faktor (faktor pengembangan)

Swell faktor (faktor pengembangan material menurut Partanto,

1983) merupakan perbandingan antara material insitu (belum digali =

Bcm) dengan matrial dalam keadaan loose (setelah digali = Lcm). Faktor

pengembangan material ini akan berpengaruh terhadap perhitungan

produksi alat mekanis.


32

Besarnya swell faktor dapat dihitung dengan persamaan:

Vi
SF  x100%
V1

Keterangan:

SF = Faktor pengembangan material, %

Vi = Volume insitu material, m3

Vl = Volume loose, m3

Table 3. Faktor Pengembangan

Macam material Density Swell Faktor


Tanah (Clay) 1.54 ton/m3 85%
Batuan (Stone) 2.42 ton/m3 76%
Black Shale 1.68 ton/m3 41%
3
Batubara (Coal) 1.28 ton/m 80%
Sumber: PT. NUSA ALAM LESTARI

5. Waktu Edar

Waktu edar merupakan waktu yang digunakan oleh alat mekanis

untuk melakukan satu siklus kegiatan. Setiap alat memiliki waktu edar

yang berbeda. Besar kecilnya waktu edar tergantung pada waktu yang

dibutuhkan alat tersebut dalam menggali (digging), mengangkut muatan,

mengosongkan muatan (dumping) dan mengangkut dalam keadaan

kosong.

Waktu edar untuk alat gali terdiri dari: waktu gali, waktu putar

bermuatan, waktu buang dan waktu putar kosong.


33

Ct = A + B + C + D

Keterangan:

A = Waktu gali, detik

B = Waktu putar bermuatan, detik

C = Waktu buang, detik

D = Waktu putar kosong, detik

Sedangkan waktu edar untuk alat angkut terdiri dari waktu

penempatan posisi pengisian, waktu pengisian muatan (loading), waktu

mengangkut muatan, waktu menempatkan posisi ketika menumpahkan,

waktu menumpahkan muatan (dumping), dan waktu kembali.

D D
Ct  n . Cms   t1   t2
V1 V2

Keterangan:

n = Jumlah bucket

Ctm = Waktu edar alat gali, detik

D = Jarak, meter

V1 = Kecepatan rata-rata DT bermuatan, meter/dtk

t1 = Waktu dumping, detik

t2 = Waktu spot (waktu menunggu mengisi), detik

6. Keserasian Alat

Untuk mendapatkan hubungan kerja yang serasi antara alat gali muat

dan alat angkut, maka produksi alat gali muat harus sesuai dengan
34

produksi alat angkut. Faktor keserasian alat gali muat dengan alat angkut

didasarkan pada produksi alat gali muat dan produksi alat angkut yang

dinyatakan dalam Macth Faktor (MF). Untuk mengetahui besarnya faktor

keserasian alat dapat digunakan rumus sebagai berikut:

Na x Ctm
MF  x 100%
Nm x Cta

Keterangan:

MF = Faktor Keserasian alat, %

Na = Jumlah Alat Angkut, unit

Nm = Jumlah Alat Muat, unit

Ctm = Waktu edar alat muat, menit

Cta = Waktu edar alat angkut, menit

Apabila hasil perhitungan terhadap keserasian kerja antara alat gali

muat dengan alat angkut tersebut adalah:

 MF < 1, artinya alat muat bekerja kurang dari 100%

sedangkan alat angkut bekerja 100%, sehingga terdapat waktu tunggu

bagi alat muat.

 MF = 1, artinya alat muat dan alat angkut bekerja 100%

 MF > 1, artinya alat muat bekerja 100%, sedangkan alat

angkut bekerja kurang dari 100%

Untuk menentukan agar terjadi keserasian alat tersebut dapat

dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:


35

MF x Nm x Cta
Na 
Ctm

Keterangan:

Na = Jumlah alat angkut

MF = Faktor keserasian

Nm = Jumlah alat muat

Cta = Waktu edar alat angkut

Ctm = Waktu edar alat gali muat

C. Metodologi Pembahasan

Metodologi pembahasan ini diperlukan agar proses pemecahan masalah

lebih terarah dan mempermudah penganalisaan data yang diperoleh.

Pengambilan data yang dilakukan adalah pengambilan data cycle time atau

waktu siklus pekerjaan yang dilakukan oleh Excavator dan Dump Truck.

1. Produktivits Alat Gali dan Muat (Excavator)

Rumus yang digunakan untuk menghitung produktivitas excavator

meliputi rumus tentang:

q = ql x K

Keterangan: q = Kapasitas Produksi Persiklus

ql = Kapasitas Bucket

K = Faktor Bucket
36

Produksi Excavator:

q x 3600 x E
p SF
CT

Keterangan: P = Produktifitas excavator

q = Kapasitas produksi persiklus (m3 )

E = Efesiensi kerja alat

SF = Swell Faktor

Ct = Waktu Edar (detik)

2. Produktivitas Alat Angkut

C x 3600 x E
Q
CT

Keterangan: Q = Produktivitas dump truck

E = Efesiansi kerja alat

Ct = waktu edar, detik

D. Data dan Pengolahan Data

1. Jadwal Kerja Kegiatan Penambangan

Jam kerja adalah waktu yang tersedia untuk mengoperasikan

peralatan sesuai dengan fungsinya pada waktu yang telah ditentukan.

Jam kerja kegiatan penambangan


Shift Waktu (Wib) Keterangan
I 07.00 – 12.00 Kerja
12.00 – 13.00 Istirahat
13.00 – 18.00 Kerja
II 18.00 – 24.00 Kerja
24.00 – 01.00 Istirahat
37

01.00 – 06.00 Kerja


Sumber: PT. Nusa Alam lestari

2. Perhitungan Waktu Edar Alat Gali dan Alat Angkut

a. Kombinasi Alat Angkut Dan Alat Muat.

1) Excavator Komatsu PC 400 – 08

Data : Waktu Gali (A) : 5,8 dtk

Waktu Swing Isi (B) : 6 dtk

Waktu Tumpah (C) : 5,8 dtk

Waktu Swing Kosong (D) : 4,6 dtk

Maka Ct = A + B + C + D

= 5,8 + 6 + 5,8 + 4,6

= 22,2 detik

= 0,37 menit

Produktivitas Excavator Komatsu PC 400 - 08

Data :

Swell Factor (SF) = 0,85

Efisiensi Alat (E) = 0,8

Kapasitas bucket (ql) = 3,2 m3

Factor bucket (K) = 0,5

muata n
Kapasitas DT (c) = density OB

20 ton
= 2,51 ton/m3

= 7,96 Bcm
38

Kapasitas produksi per siklus excavator

q = ql x K

= 3,2 x 0,5

= 1,6 Bcm

Produktivitas Excavator (P)

q x 3600 x E
p= SF
CT

1,6 x 3600 x 0,8


= x 0,85
22,2

= 176,43 Bcm / jam

Produktivitas perbulan

= produksi / jam x jam kerja x 30

= 176,43 Bcm x 20 x 30

= 105.858 Bcm / bulan

2) Dump Truck Nissan CWB 45 ALDN

Jumlah Bucket(n) =4

Waktu Edar Alat Gali (Ctm) = 22,2 dtk

Jarak (D) = 660 m

Kecepatan Angkut (V1) = 3,225 m/dtk

Kecepatan Balik (V2) = 4,532 m/dtk

Waktu Dumping (t1) = 31 dtk


39

Waktu Spot/tunggu (t2) = 75 dtk

Maka waktu edar Dumptruck

D D
Ct = n x Ctm + + t1 + + t2
V1 V2

660 660
= 4 x 22,2 + 3,225 + 31 + 4,532 + 75

= 545 detik

= 9,08 menit

Produksi Alat Angkut Nissan CWB 45 ALDN

Data :

Waktu Edar DT (Cta) = 544,8 detik

Jumlah Bucket (n) =4

Effisiensi Alat (E) = 0,8

Kapasitas Bucket (ql) = 3,2 m3

Factor Bucked (k) = 0,5

Kapasitas DT (c) = 7,96 Bcm

Produktivitas Dump truck

C x 3600 x 0,8
= x 0,85
Cta

7,96 x 3600 x 0,8


= x 0,85
544,8

= 35,76 Bcm / jam

Produktivitas 4 unit alat angkut per bulan

= produksi/jam x jam kerja x 30 x Nm


40

= 35,76 Bcm x 20 x 30 x 4 unit

= 85.824 Bcm/bulan

Analisa Keserasian Alat Angkut Dan Alat Muat

Na x Ctm
P = Nm x Cta

4 x (4 x 22,2 dtk)
= 1 x 545 dtk

= 0,65 < 1 (alat angkut bekerja penuh dan alat muat

memiliki waktu tunggu )

3) Hasil Analisa Data

1 x 1 x 545 dtk
Na = 4 x 22, 2 dtk

= 6,13 ~ 6 unit

Setelah dilakukan penambahan menjadi 6 unit maka besar

produktivitas alat angkut (6 DT) adalah sebagai berikut:

= produksi per jam x jam kerja x 30 x Na

= 35.76 x 20 x 30 x 6 unit

= 128.736 Bcm / Bulan

b. Kombinasi Alat Angkut Dan Alat Muat.

1) Excavator Komatsu PC 300 – 07

Data : Waktu Gali (A) : 5,6 dtk

Waktu Swing Isi (B) : 5,9 dtk

Waktu Tumpah (C) : 4,19 dtk


41

Waktu Swing Kosong (D) : 4,7 dtk

Maka Ct =A+B+C+D

= 5,6 + 5,9 + 4,19 + 4,7

= 20,39 detik

= 0,33 menit

Produktivitas Excavator Komatsu PC 400 - 08

Data :

Swell Factor (SF) = 0,85

Waktu Edar (Ctm) = 20,39 detik

Efisiensi Alat (E) = 0,8

Kapasitas bucket (ql) = 2,3 m3

Factor bucket (K) = 0,5

muata n
Kapasitas DT (c) = density OB

20 ton
= 2,51 ton/m3

= 7,96 Bcm

Kapasitas produksi per siklus excavator

q = ql x K

= 2,3 x 0.5

= 1,15 Bcm
42

Produktivitas Excavator (P)

q x 3600 x E
P= x SF
CT

1,15 x 3600 x 0,8


= x 0,85
20,39 dtk

= 138,06 Bcm/jam

Produktivitas perbulan exavator

= produksi/jam x jam kerja x 30

= 138,06 Bcm x 20 x 30

= 82.836 Bcm/bulan

1) Dump Truck Nissan CWB 45 ALDN

Jumlah Bucked (n) =4

Waktu Edar Alat Gali (Ctm) = 20,39 dtk

Jarak (D) = 1000 m

Kecepatan Angkut (V1) = 4,237 m/dtk

Kecepatan Balik (V2) = 4,428 m/dtk

Waktu Dumping (t1) = 24,82 dtk

Waktu Spot/tunggu (t2) = 83 dtk

Maka waktu edar Dump truck


43

D D
Ct = n x Cms + + t1 + + t2
V1 V2

1000 1000
= 5 x 20,39 + 4,327 + 24,82 + 4,428 + 83

= 649,2 detik

= 10,82 menit

Produksi Alat Angkut Nissan CWB 45 ALDN

Data :

Waktu Edar (Cta) = 649,2 detik

Jumlah Bucked (n) =5

Effisiensi Alat (E) = 0,8

Kapasitas Bucked` (ql) = 2,3 m3

Factor Bucked (k) = 0,5

Kapasitas DT (c) = 7,96 Bcm

Produktivitas Dumptruck

C x 3600 x 0,8
= x 0,85
Cta

7,96 x 3600 x 0,8


= x 0,85
649,2

= 30,01 Bcm / jam

Produktivitas 4 unit alat angkut per bulan


44

= produksi/jam x jam kerja x 30 x Na

= 30,01 Bcm x 20 x 30 x 4 unit

= 72.024 Bcm/bulan

Analisa Keserasian Alat Angkut Dan Alat Muat

Na x Ctm
P = Nm x Cta

4 x (5 x 20,39 dtk)
= 1 x 649,2 dtk

= 0,62 < 1 (alat angkut bekeria penuh dan alat muat

memiliki waktu tunggu)

2) Hasil Analisa Data

Mf x Nm x Cta
Na =
Ctm

1 x 1 x 649,2 dtk
= 4 x 20,39 dtk

= 6,36 ~ 6 unit

Setelah dilakukan penambahan menjadi 6 unit maka besar

produktivitas alat angkut (6 DT) adalah sebagai berikut:

= produksi per jam x jam kerja x 30 x Na

= 30,01 x 20 x 30 x 6 unit

= 108.036 Bcm / Bulan

c. Kombinasi Alat Angkut Dan Alat Muat.

1) Excavator Komatsu PC 400 – 03

Data : Waktu Gali (A) : 11,6 dtk


45

Waktu Swing Isi (B) : 6 dtk

Waktu Tumpah (C) : 3,2 dtk

Waktu Swing Kosong (D) : 5,2 dtk

Maka Ct = A + B + C + D

= 11,6 + 6 + 3,2 + 5,2

= 26 detik

= 0,43 menit

Produktivitas Excavator Komatsu PC 400 - 08

Data :

Swell Factor (SF) = 0,85

Waktu Edar (Ctm) = 26 detik

Efisiensi Alat = 0,8

Kapasitas bucket (ql) = 3,2 m3

Factor bucket (K) = 0,5

muata n
Kapasitas DT (c) = density OB

20 ton
= 2,51 ton/m3

= 7,96 Bcm

Kapasitas produksi per siklus excavator

q = ql x K

= 3,2 x 0,5

= 1,6 Bcm
46

Produktivitas Excavator (P)

q x 3600 x E
p= SF
CT

1,6 x 3600 x 0,8


= x 0,85
26 dtk

= 150,64 Bcm/jam

Produktivitas perbulan

= produksi/jam x jam kerja x 30

= 150,64 Bcm x 20 x 30

= 90.384 Bcm/bulan

2) Dump Truck Nissan CWB 45 ALDN

Jumlah Bucked (n) =4

Waktu Edar Alat Gali (Ctm) = 26 dtk

Jarak (D) = 750 m

Kecepatan Angkut (V1) = 3,89 m/dtk

Kecepatan Balik (V2) = 3,78 m/dtk

Waktu Dumping (t1) = 25,2 dtk

Waktu Spot/tunggu (t2) = 98 dtk


47

Maka waktu edar Dumptruck

D D
Cta = n x Ctm + + t1 + + t2
V1 V2

750 750
= 4 x 26 + 3,89 + 25,2 + 3,78 + 98

= 618,4 detik

= 10,30 menit

Produksi Alat Angkut Nissan CWB 45 ALDN

Data :

Waktu Edar (Cta) = 618,4 detik

Jumlah Bucked (n) =4

Effisiensi Alat (E) = 0,8

Kapasitas Bucked` (ql) = 3,2 m3

Factor Bucked (k) = 0,5

Kapasitas DT (c) = 7,96 Bcm

Produktivitas Dumptruck

C x 3600 x 0,8
= x 0,85
Cta

7,96 x 3600 x 0,8


= x 0,85
618,4 dtk

= 31,51 Bcm / jam


48

Produktivitas 4 unit alat angkut per bulan

= produksi/jam x jam kerja x 30 x Na

= 31,51 Bcm x 20 x 30 x 4 unit

= 75.624 Bcm/bulan

Analisa Keserasian Alat Angkut Dan Alat Muat

Na x Ctm
P = Nm x Cta

4 x (4 x 26 dtk)
= 1 x 618,4 dtk

= 0,67 < 1 (alat angkut bekerja penuh dan alat muat

memiliki waktu tunggu )

3) Hasil Analisa Data

Mf x Nm x Cta
Na =
Ctm

1 x 1 x 699,4 dtk
= 4 x 26 dtk

= 5,94 ~ 6 unit

Setelah dilakukan penambahan menjadi 6 unit maka besar

produktivitas alat angkut (6DT) adalah sebagai berikut:


49

= produksi per jam x jam kerja x 30 x Na

= 31,51 x 20 x 30 x 6 unit

= 113.436 Bcm / Bulan

Tabel 4 Kebutuhan Alat Angkut dan Alat Muat


No Jenis Alat Kebutuhan DT
1 Excavator Komatsu PC 400 – 03 6 unit
2 Excavator Komatsu PC 300 - 07 6 unit
3 Excavator Komatsu PC 400 - 08 6 unit

Tabel 5 Produktivitas Alat Angkut OB

Produksi per
No Jenis Alat Produksi per jam
bulan
1 Nissan Cwb 45 ALDN 35,76 Bcm 85.824 Bcm
2 Nissan Cwb 45 ALDN 30,01 Bcm 72.024 Bcm
3 Nissan Cwb 45 ALDN 31,51 Bcm 75.624 Bcm
Jumlah 97,28 Bcm 233.472 Bcm

Table 6 Perbandingan Produktivitas OB Dalam Satu Bulan

No Produksi Sebelum Alat Serasi Target Setelah Alat Serasi


1 85.824 Bcm / Bulan 128.736 Bcm / Bulan
2 72.024 Bcm / Bulan 108.036 Bcm / Bulan
3 75.624 Bcm / Bulan 113.436 Bcm / Bulan
233.472 Bcm / Bulan 350.208 Bcm / Bulan

Tabel 7 Rekapilasi Hasil Analisa Data OB Satu Bulan

Rencana Produksi Hasil Aktual Produksi Alat Serasi


330.000 Bcm 233.472 Bcm / Bulan 350.208 Bcm / Bulan
50

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari uraian sebelumnya di atas, maka dapat diambil

kesimpulan, yaitu:

1. Kemampuan produksi dari alat mekanis yang digunakan untuk

pengupasan dan pemindahan lapisan tanah penutup adalah

- Rangkaian I, kombinasi 4 unit DT Nisan CWB sebesar 85.824 Bcm/

bulan dengan menggunakan alat gali PC 400, kapasitas bucket 3,2 m3

- Rangkaian I, kombinasi 6 unit DT Nisan CWB sebesar 128.736 Bcm /

Bulan dengan menggunkan alat gali PC 400, kapasitas bucket 3,2 m3

2. Berdasarkan perhitungan di atas, untuk mencapai MF = 1, maka

jumlah alat muat = 1 unit dan jumlah alat angkut bertambah menjadi 6

unit tiap rangkaian.

3. Sesuai dengan hasil pengamatan di lapangan, terjadinya ketidakserasian

antara alat gali muat dengan alat angkut disebabkan karena beberapa

faktor, diantaranya:

- ketidakdisiplinan operator dari alat gali muat ataupun alat angkut.

- kurangnya pengawasan yang intensif dari foreman lapangan terhadap

para pekerja, sehingga menyebabkan kurang efektifnya penggunaan


51

waktu kerja, hal ini berpengaruh terhadap keserasian antara alat gali

muat dan alat angkut.

- kondisi dari alat gali muat ataupun alat angkut yang tidak dapat

diprediksi secara pasti.

B. Saran

Jumlah dump truck yang digunakan untuk mengangkut overburden yang

tersedia dari tiga loading poin hanya sebanyak 12 unit. Sedangkan menurut

hasil perhitungan, kesetaraan akan tercapai apabila dump truck pengangkut

overburden yang tersedia sebanyak 18 unit. Oleh sebab itu perlu dilakukan

penambahan dump truck pengangkut overburden sebanyak 6 unit dari tiga

loading poin.
52

DAFTAR PUSTAKA

Prodjosumarto, Partanto. 1995. “Pemindahan Tanah Mekanis”. (Buku Ajar).


Bandung: Universitas Islam Bandung.

Sumarya. 2007. “Diktat Alat Berat dan Pemindahan Tanah Mekanis”. Padang:
Universitas Negeri Padang.

Anonim. Data – data, Laporan dan Arsip PT. Nusa Alam Lestari
53

Lampiran 1

Control Unit : Exavator


Model : PC 400 - 08

Waktu Swing
No Waktu Gali Waktu Swing Isi Waktu Tumpah
Kosong
1. 3 3 4 3
2. 5 6 7 6
3. 6 8 6 4
4. 8 7 5 5
5. 7 6 7 5
Total 29 30 29 23
Rata-rata 5,8 6 5,8 4,6

Cycle Time Dump Truck


Tipe Unit : CWB 45 ALDN

Waktu Waktu Manuver Waktu Manuver Banyak


No Dumping
Muat Pergi Isi Pulang Kosong Bucket
1. 63 180 25 20 157 35 4
2. 97 214 40 24 134 39 4
3. 108 201 36 44 91 18 4
4. 86 223 59 25 177 43 4
5. 111 205 32 42 169 26 4
Total 465 1023 192 155 728 161 20
Rata-
93 204,6 38,4 31 145,6 32,2 4
rata

Lampiran II
54

Control Unit : Exavator


Model : PC 400 -03

Waktu Swing
No Waktu Gali Waktu Swing Isi Waktu Tumpah
Kosong
1. 6 5 3 6
2. 5 8 3 5
3. 9 5 4 4
4. 7 6 3 5
5. 7 6 3 6
Total 34 30 16 26
Rata-rata 6,8 6 3,2 5,2

Cycle Time Dump Truck


Tipe Unit : CWB 45 ALDN
Waktu Waktu Manuver Waktu Manuver Banyak
No Dumping
Muat Pergi Isi Pulang Kosong Bucket
1. 123 178 27 23 211 40 4
2. 148 251 25 24 229 39 4
3. 138 262 35 25 237 42 4
4. 130 248 37 26 248 37 4
5. 162 299 30 28 209 41 4
Total 701 1238 154 126 1204 199 20
Rata-
140,2 233,6 30,8 25,2 226,8 39,8 4
rata

Lampiran III

Control Unit : Exavator


Model : PC 300-07
55

Waktu Swing
No Waktu Gali Waktu Swing Isi Waktu Tumpah
Kosong
1. 4 7 6 5
2. 4 4 4 4
3. 6 6 4 4
4. 6 5 6 5
5. 7 5 5 6
6. 8 7 6 4
Total 34 35 31 28
Rata-rata 5,6 5,9 4,19 4,7

Cycle Time Dump Truck


Tipe Unit : CWB 45 ALDN
Waktu Waktu Manuver Waktu Manuver Banyak
No Dumping
Muat Pergi Isi Pulang Kosong Bucket
1. 116 184 27 23 207 20 5
2. 106 242 25 24 228 22 5
3. 109 266 35 25 237 21 5
4. 112 256 37 26 243 20 5
5. 107 232 30 28 214 24 5
Total 550 1.180 154 126 1.129 107 25
Rata-
110 236 30,8 25,2 225,8 21,4 5
rata

Lampiran IV

Faktor Bucket Alat Muat

Jenis Kondisi kerja Faktor


pekerjaan bucket
Ringan Menggali dan memuat dari stock room dan 1,0 - 0,8
stockpile atau material yang telah dikeruk oleh
excavator lain yang tidak membutuhkan daya
56

gali dan dapat dimuat munjung

Sedang Menggali dan memuat dari stock room atau 0,8 – 0,6
stockpile, dengan kondisi tanah yang sulit digali
dan dikeruk akan tetapi dapat dimuat hampir
munjung.

Agak sulit Menggali dan memuat batu pecah, tanah liat 0,6 – 0,5
yang keras, pasir dan kerikil yang telah
dikumpulkan, sulit mengisi bucket dengan
material tersebut.
Sulit Bongkahan batu besar dengan bentuk tidak 0,5 – 0,4
teratur dengan banyak rongga diantaranya.

Sumber : PT. Nusa Alam Lestari

Lampiran V

Density dan Swell Factor dari Berbagai Material.

Swell Faktor (in bank


Jenis material Density (Lb/Cu Yd)
correction faktor)
Tanah liat, kering 2300 0,85

Tanah liat, basah 2800 – 3000 0,82 – 0,80


57

Antrasite 2200 0,74

Bituminus 1900 0,74

Tanah biasa, kering 2800 0,85

Tanah biasa, basah 3370 0,85

Pasir kering 2200 – 3250 0,89

Pasir basah 3300 – 3600 0,88

Sumber : Pemindahan Tanah Mekanis (Partanto, 1993)

Lampiran VI

Density dan Swell Factor dari Berbagai Material.

Swell Faktor (in bank


Jenis material Density (Lb/Cu Yd)
correction faktor)
Tanah liat, kering 2300 0,85

Tanah liat, basah 2800 – 3000 0,82 – 0,80


58

Antrasite 2200 0,74

Bituminus 1900 0,74

Tanah biasa, kering 2800 0,85

Tanah biasa, basah 3370 0,85

Pasir kering 2200 – 3250 0,89

Pasir basah 3300 – 3600 0,88

Sumber : : Pemindahan Tanah Mekanis (Partanto, 1993)

Lampiran VII

FORMASI BATUAN PADA CEKUNGAN OMBILIN


59

Lampiran VIII
60

DATA CURAH HUJAN PT. NAL TAHUN 2004 – 2008

CURAH HUJAN (mm)


  Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov
2004 312 259 184,5 617 56 39 259 106 154,5 441 336
2005 243 88 116,5 100,75 156,05 122 89,5 215,2 201,2 287,5 177,5
2006 262 188 44 263,5 151 120 60,5 113 108,5 181,5 445
2007 174 62,5 85 419,5 147,5 138 170 127 359,5 103,5 180
2008 289 106 429 230,5 43,5 175 215 185,5 212,5 149 65
Rata2 256 140,7 171,8 326,25 110,81 119 158,8 149,34 207,24 232,5 240,7
max 312 259 429 617 156,05 175 259 215,2 359,5 441 336
min 174 62,5 44 100,75 43,5 39 60,5 106 154,5 103,5 65
61

0 60 120 180 240 m

61
62

Anda mungkin juga menyukai