BAB I
PENDAHULUAN
galian yang bernilai ekonomis. Saat ini Indonesia sedang dihadapkan pada
batubara yang tersebar di beberapa pulau dengan jumlah yang cukup banyak,
Mineral.
Adanya krisis minyak sebagai akibat perang teluk pada tahun 1979
diketahui keberadaannya.
dengan dua metode yaitu metode tambang terbuka (Surface mining) dan
dilakukan apabila tanah penutup yang akan dikupas tidak ekonomis lagi atau
(PLTU). Serta memproduksi dan memasarkan batubara dengan cara dan harga
yang digunakan pada PT. NAL adalah back filling dengan menggunakan
1. Tujuan Proyek
industri.
3
2. Manfaat Proyek
C. Sistematika Penulisan
Penulisan proyek akhir ini berisikan empat bab yang dilengkapi dengan
foto-foto dan lampiran. Secara garis besar tiap-tiap bab akan memuat hal-hal
sebagai berikut:
4
Bab I Pendahuluan
Bab IV Penutup
Bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran dari karya tulis yang
dibuat.
5
BAB II
A. Deskripsi Perusahaan
Pada Tahun 2003 ninik mamak menyerahkan 100 Ha (tanah ulayat) kepada
PT. NAL untuk kegiatan penambangan. Pada tahun 2006 PT. Nusa Alam
NAL 3602 ) dengan luas kurang lebih 100 Hektar dan berlaku selama 7 tahun.
PLTU Ombilin. Hal ini dilakukan mengingat lokasi tambang yang cukup
dekat dengan lokasi PLTU Ombilin (kurang lebih 5 km). Langkah ini dinilai
beroperasi secara efisien dan efektif sementara dipihak lain PLN PLTU
6
sebanyak 720.000 ton batubara per tahun dengan kalori 6.200-6.300 Kkal/kg.
B. Deskripsi Proyek
1. Lokasi dan Kesampaian Daerah
Secara geografis wilayah penambangan PT. NAL terletak pada
Kota Padang, dapat ditempuh dengan kendaraan beroda empat pada Jalan
selama ± 3 - 4 jam.
7
dengan suhu berkisar antara 22° C sampai 33° C dan terbagi dalam dua
musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Curah hujan di daerah PT.
NAL 2359,48 mm/ tahun. Sedangkan untuk curah hujan tertinggi 617 mm
berkembang sejak zaman awal Tersier memanjang pada arah barat sampai
Cekungan Ombilin dan terdapat pada formasi batuan yang dikenal dengan
terdiri dari batu lempung (clay stone), batu pasir (sand stone), batu lanau
(silt stone).
Formasi Sawahlunto ini terletak pada dua jalur yang terpisah yaitu
jalur yang menjurus dari Sawahlunto sampai Sawah Rasau dan dari Tanah
Parambahan.
b. Lithologi
Daerah Sapan Dalam terdiri dari empat satuan batuan yaitu batu
pasir (sand stone), batu lempung (clay stone), batu lanau (silt stone), dan
batubara (coal).
9
c. Morfologi
lempung, batu pasir, dan struktur sesar. Sedangkan pada kawasan yang
40, dengan lithologi batu pasir, batu lempung, serta rombakan dari batuan
d. Stratigrafi Regional
Secara Regional stratigrafi daerah Sawahlunto dapat dibagi
a) Formasi Silungkang
Sukender pada tahun 1958. Secara Petografi formasi ini masih dapat
lava basalt, satuan tufa andesit dan satuan tufa basalt. Umur dari
b) Formasi Tuhur
a) Formasi sangkarewang
Silitonga pada 1975. Formasi ini terutama terdiri dari serpih gampingan
Oligosen.
Matasak pada 1979. Formasi ini merupakan formasi yang paling penting
lanau, batu lempung dan batubara yang berselingan satu sama lain.
Silitonga pada tahun 1975. Bagian bawah dari formasi ini dicirikan oleh
11
beberapa siklus endapan yang terdri dari batu pasir konglomerat, batu
lanau dan batu lempung. Bagian atas pada umumnya didominasi oleh
batu pasir konglomeratan tanpa adanya sisipan lempung atau batu lanau.
Umur dari formasi ini diperkirakan lebih tua dari Miosen Bawah.
Silitonga pada tahun 1975. Formasi ini terdiri dari lempung gampingan
Nama ini pertama kali diusulkan oleh Marks pada tahun 1961.
Satuan ini terdiri dari tufa batu apung berwarna abu-abu kehitaman.
OLIGOCENE
FORMATION
PALEOCENE
BRANI
Conglomeratic sandstone, greenish red,
contains quartz, feldspar, limestone
fragments, well sorted, hard, dense.
P R A T E R T I A R Y
Sumber: PT. NusaAlam Lestari
f. Cadangan Batubara
tambang sebesar 1.222.096 ton, didapat dari data peta topografi, peta
geologi dan data 31 titik bor. Cadangan terduga sekitar sekitar 2.000.000
tahun.
5. Sistem Penambangan
(NAL) adalah metode back filling, dimana blok yang telah selesai
6. Peralatan Tambang
C. Kegiatan Penambangan
Konsep dari penambanganya adalah selective mining (roof and flour) setebal ±
terhindar dari pengotor). Karena untuk memasok batubara yang sesuai dengan
permintaan, perlu dilakukan blending antar seam batubara yang tidak memiliki
bentuk dan penyebar batubara yang relatif mendatar (horizontal) atau sedikit
miring.
dan elevasi suatu area. Dari hasil survey tersebut dapat digambarkan
situasi dari area tambang seperti tata letak kantor, work shop, cadangan
2. Land Clearing
16
0,5 m dan merupakan lapisan tanah yang paling atas yang mengandung
selesai.
truck. Expose material batu bara ini dilakukan setiap hari kecuali jika
Pada saat ini PT. Nusa Alam Lestari untuk pengangkutan batubara
dari pit ke stock room menggunakan Dump Truck Nissan CWB dengan
Dalam pengolahan batu bara PT. Nusa Alam Lestari (NAL) tidak
8. Pemasaran (Marketing).
19
dengan pihak PLN PLTU Ombilin. Hal ini dilakukan mengingat lokasi
tambang yang cukup dekat dengan lokasi PLTU Ombilin (kurang lebih 5
Km).
dipihak lain PLN PLTU Ombilin akan mendapat pasokan batubara dalam
jangka panjang.
adalah sebanyak 720.000 ton batubara per tahun dengan kalori 6.200 -
9. Reklamasi
pada saat ini PT. Nusa Alam Lestari belum melakukan proses reklamasi
perkuliahan.
Kegiatan lapangan ini lebih diarahkan pada studi kasus yang penulis
dari 22.45 Ha ± 1.222.096 ton. PT. Nusa Alam Lestari memiliki karyawan
lainnya. Jam kerja pada PT. Nusa Alam Lestari (NAL) terdiri dari 2 shift
21
yaitu shift siang dan shift malam dengan jumlah jam kerja adalah 10 jam
per shiftnya.
a) Front Penambangan
perbukitan.
b) Stock Pile
Dump Truck Nissan CWB 520. Stock pile batu bara Pt. Nusa Alam
Lestari memiliki kapasitas ± 100.000 ton batu bara dengan lantai stock
rendah (< 4000 Kcal/kg) atau belek. Batubara yang ditumpuk di stock
pile dibiarkan saja terkena hujan dan pengamanan stock pile lebih
aman karena stock pile berada ± 100 m dari kantor PT. Nusa Alam
lestari.
c) Pos Timbangan.
akan ditentukan berat kosong dump truck kemudian berat setelah dump
truck diisi batubara. Berat batubara adalah berat dump truck diisi
yang telah diledakkan ataupun batuan yang telah terbongkar dengan baik
truck, dan juga pembersihan lumpur pada jalan tambang pada waktu
dump truck untuk melayani satu buah excavator adalah sebayak 4 unit.
Jarak pengangkutan dari lokasi point loading ke disposal area yaitu 600m
Dump Truck Nissan CWB untuk diangkut ke Stock Room dan Stock Pile
dengan jarak tempuh 1,7 km. Pada saat ini PT. Nusa Alam Lestari hanya
batubara. Oleh karena itu adanya batasan waktu untuk menggali dan
dari 0,5 m, batubara tersebut digali oleh tim coal picking dengan
ROM yang digunakan umpan berasal dari lapisan batubara A1, A2, A3,
B1, B2, C1 dan C2. Adapun urutan kegiatannya adalah sebagai berikut:
26
Hopper
ROM. Pada bagian bawah dari hopper dilengkapi dengan grizzly yang
Gambar 9. Hoppe
Roller Crusher
E. TEMUAN KHUSUS
Lestari penulis melihat adanya ketidak serasian antara alat muat dan alat
angkut, oleh sebab itu penulis ingin menganalisa keserasian alat dan hasil
produksinya.
2. Adanya penggunaan cover ban sebagai penutup lubang ledak yang sudah
diisi dengan bahan peledak dan stemming. Penggunaan cover ban ini
akibat peledakan (blasting). Pemasangan cover ban ini tepat di atas lubang
ledak yang telah diisi dan dipadatkan. Antara cover ban yang satu dengan
yang lainnya diikat dengan menggunakan tali agar pada saat lubang
BAB III
STUDI KASUS
A. Perumusan Masalah
Alat muat dan alat angkut merupakan alat-alat vital dalam kegiatan
penambangan batubara di PT. Nusa Alam Lestari. Semua alat tersebut sangat
hal ini suatu masalah yang sangat menarik untuk dibahas, penulis akan
B. Landasan Teori
2. Pengangkutan Material
tambang terbuka biasanya menggunakan alat angkut Dump Truck dan Belt
Conveyor.
3. Efisiensi Alat
Keterangan:
T = ( W + R + S)
Bcm) dengan matrial dalam keadaan loose (setelah digali = Lcm). Faktor
Vi
SF x100%
V1
Keterangan:
Vl = Volume loose, m3
5. Waktu Edar
untuk melakukan satu siklus kegiatan. Setiap alat memiliki waktu edar
yang berbeda. Besar kecilnya waktu edar tergantung pada waktu yang
kosong.
Waktu edar untuk alat gali terdiri dari: waktu gali, waktu putar
Ct = A + B + C + D
Keterangan:
D D
Ct n . Cms t1 t2
V1 V2
Keterangan:
n = Jumlah bucket
D = Jarak, meter
6. Keserasian Alat
Untuk mendapatkan hubungan kerja yang serasi antara alat gali muat
dan alat angkut, maka produksi alat gali muat harus sesuai dengan
34
produksi alat angkut. Faktor keserasian alat gali muat dengan alat angkut
didasarkan pada produksi alat gali muat dan produksi alat angkut yang
Na x Ctm
MF x 100%
Nm x Cta
Keterangan:
MF x Nm x Cta
Na
Ctm
Keterangan:
MF = Faktor keserasian
C. Metodologi Pembahasan
Pengambilan data yang dilakukan adalah pengambilan data cycle time atau
waktu siklus pekerjaan yang dilakukan oleh Excavator dan Dump Truck.
q = ql x K
ql = Kapasitas Bucket
K = Faktor Bucket
36
Produksi Excavator:
q x 3600 x E
p SF
CT
SF = Swell Faktor
C x 3600 x E
Q
CT
Maka Ct = A + B + C + D
= 22,2 detik
= 0,37 menit
Data :
muata n
Kapasitas DT (c) = density OB
20 ton
= 2,51 ton/m3
= 7,96 Bcm
38
q = ql x K
= 3,2 x 0,5
= 1,6 Bcm
q x 3600 x E
p= SF
CT
Produktivitas perbulan
= 176,43 Bcm x 20 x 30
Jumlah Bucket(n) =4
D D
Ct = n x Ctm + + t1 + + t2
V1 V2
660 660
= 4 x 22,2 + 3,225 + 31 + 4,532 + 75
= 545 detik
= 9,08 menit
Data :
C x 3600 x 0,8
= x 0,85
Cta
= 85.824 Bcm/bulan
Na x Ctm
P = Nm x Cta
4 x (4 x 22,2 dtk)
= 1 x 545 dtk
1 x 1 x 545 dtk
Na = 4 x 22, 2 dtk
= 6,13 ~ 6 unit
= 35.76 x 20 x 30 x 6 unit
Maka Ct =A+B+C+D
= 20,39 detik
= 0,33 menit
Data :
muata n
Kapasitas DT (c) = density OB
20 ton
= 2,51 ton/m3
= 7,96 Bcm
q = ql x K
= 2,3 x 0.5
= 1,15 Bcm
42
q x 3600 x E
P= x SF
CT
= 138,06 Bcm/jam
= 138,06 Bcm x 20 x 30
= 82.836 Bcm/bulan
D D
Ct = n x Cms + + t1 + + t2
V1 V2
1000 1000
= 5 x 20,39 + 4,327 + 24,82 + 4,428 + 83
= 649,2 detik
= 10,82 menit
Data :
Produktivitas Dumptruck
C x 3600 x 0,8
= x 0,85
Cta
= 72.024 Bcm/bulan
Na x Ctm
P = Nm x Cta
4 x (5 x 20,39 dtk)
= 1 x 649,2 dtk
Mf x Nm x Cta
Na =
Ctm
1 x 1 x 649,2 dtk
= 4 x 20,39 dtk
= 6,36 ~ 6 unit
= 30,01 x 20 x 30 x 6 unit
Maka Ct = A + B + C + D
= 26 detik
= 0,43 menit
Data :
muata n
Kapasitas DT (c) = density OB
20 ton
= 2,51 ton/m3
= 7,96 Bcm
q = ql x K
= 3,2 x 0,5
= 1,6 Bcm
46
q x 3600 x E
p= SF
CT
= 150,64 Bcm/jam
Produktivitas perbulan
= 150,64 Bcm x 20 x 30
= 90.384 Bcm/bulan
D D
Cta = n x Ctm + + t1 + + t2
V1 V2
750 750
= 4 x 26 + 3,89 + 25,2 + 3,78 + 98
= 618,4 detik
= 10,30 menit
Data :
Produktivitas Dumptruck
C x 3600 x 0,8
= x 0,85
Cta
= 75.624 Bcm/bulan
Na x Ctm
P = Nm x Cta
4 x (4 x 26 dtk)
= 1 x 618,4 dtk
Mf x Nm x Cta
Na =
Ctm
1 x 1 x 699,4 dtk
= 4 x 26 dtk
= 5,94 ~ 6 unit
= 31,51 x 20 x 30 x 6 unit
Produksi per
No Jenis Alat Produksi per jam
bulan
1 Nissan Cwb 45 ALDN 35,76 Bcm 85.824 Bcm
2 Nissan Cwb 45 ALDN 30,01 Bcm 72.024 Bcm
3 Nissan Cwb 45 ALDN 31,51 Bcm 75.624 Bcm
Jumlah 97,28 Bcm 233.472 Bcm
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
kesimpulan, yaitu:
jumlah alat muat = 1 unit dan jumlah alat angkut bertambah menjadi 6
antara alat gali muat dengan alat angkut disebabkan karena beberapa
faktor, diantaranya:
waktu kerja, hal ini berpengaruh terhadap keserasian antara alat gali
- kondisi dari alat gali muat ataupun alat angkut yang tidak dapat
B. Saran
tersedia dari tiga loading poin hanya sebanyak 12 unit. Sedangkan menurut
overburden yang tersedia sebanyak 18 unit. Oleh sebab itu perlu dilakukan
loading poin.
52
DAFTAR PUSTAKA
Sumarya. 2007. “Diktat Alat Berat dan Pemindahan Tanah Mekanis”. Padang:
Universitas Negeri Padang.
Anonim. Data – data, Laporan dan Arsip PT. Nusa Alam Lestari
53
Lampiran 1
Waktu Swing
No Waktu Gali Waktu Swing Isi Waktu Tumpah
Kosong
1. 3 3 4 3
2. 5 6 7 6
3. 6 8 6 4
4. 8 7 5 5
5. 7 6 7 5
Total 29 30 29 23
Rata-rata 5,8 6 5,8 4,6
Lampiran II
54
Waktu Swing
No Waktu Gali Waktu Swing Isi Waktu Tumpah
Kosong
1. 6 5 3 6
2. 5 8 3 5
3. 9 5 4 4
4. 7 6 3 5
5. 7 6 3 6
Total 34 30 16 26
Rata-rata 6,8 6 3,2 5,2
Lampiran III
Waktu Swing
No Waktu Gali Waktu Swing Isi Waktu Tumpah
Kosong
1. 4 7 6 5
2. 4 4 4 4
3. 6 6 4 4
4. 6 5 6 5
5. 7 5 5 6
6. 8 7 6 4
Total 34 35 31 28
Rata-rata 5,6 5,9 4,19 4,7
Lampiran IV
Sedang Menggali dan memuat dari stock room atau 0,8 – 0,6
stockpile, dengan kondisi tanah yang sulit digali
dan dikeruk akan tetapi dapat dimuat hampir
munjung.
Agak sulit Menggali dan memuat batu pecah, tanah liat 0,6 – 0,5
yang keras, pasir dan kerikil yang telah
dikumpulkan, sulit mengisi bucket dengan
material tersebut.
Sulit Bongkahan batu besar dengan bentuk tidak 0,5 – 0,4
teratur dengan banyak rongga diantaranya.
Lampiran V
Lampiran VI
Lampiran VII
Lampiran VIII
60
61
62