Anda di halaman 1dari 72

STUDI TEKNIS PENGEBORAN EKSPLORASI DETAIL DI

TAMBANG UTARA PADA PT. ANTAM Tbk UBPN


SULAWESI TENGGARA

LAPORAN KERJA PRAKTEK (KP)

Dibuat Untuk Memenuhin Persyaratan Mata Kuliah Kerja Praktek (KP)


Pada Progam Studi Teknik Pertambangan Fakultas Sains Dan Teknologi
Universitas Sembilanbelas November Kolaka

OLEH :
RESYANI
CIA2 14048

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SEMBILANBELAS NOVEMBER KOLAKA
AGUSTUS 2018

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertambangan adalah bisnis dalam memanfaatkan bahan galian baik logam
maupun non logam yang dimulai Prospeksi, Eksplorasi, Evaluasi, Development,
Penambangan, Pengolahan, Pemurnian, Pengangkutan, Pemasaran Dan
Reklamasi. PT ANTAM Tbk UBPN SULTRA adalah salah satu perusahaan
BUMN yang melakukan penambangan dan pengolahan bijih nikel di Kecamatan
Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara. IUP PT ANTAM Tbk
di Kabupaten Kolaka meliputi daerah Tambang Utara, Tambang Tengah,
Tambang Selatan , Pulau Maniang dimana pulau ini sudah tidak melakukan
aktivitas penambangan lagi melainkan kegiatan reklamasi. Selain diKabupaten
Kolaka PT ANTAM Tbk juga memiliki IUP diKabupaten Konawe Utara, dimana
untuk saat ini aktivitas penambangan belum dilakukan dan rencana penambangan
akan mulai dilakukan pada bulan Juli tahun 2018.
Pada kegiatan eksplorasi di PT ANTAM Tbk UBPN SULTRA dilakukan 3
tahap eksplorasi dimana kegiatan tersebut yaitu eksplorasi regional jarak
pengambilan sampling yaitu dengan spasi 100 m dan 200 m, kemudian kedua
ekplorasi semi detail dimana jarak pengambilan sampling yaitu 50 x 50 m, dan
ketiga yaitu eksplorasi detail dimana jarak pengambilan sampling 25 x 25 m.
Kegiatan eksplorasi yang sementara berlangsung di PT ANTAM Tbk UBPN
SULTRA yaitu ekslporasi detail. Dalam kegiatan eksplorasi detail ini, Pola
pemboran yang digunakan adalah Grid dengan jarak 25 x 25 m. Mekanisme
pemboran atau sistem pemboran digunakan adalah Rotary Drilling. Cara ini
memungkinkan alat untuk berputar secara otomatis dengan bantuan mesin
penggerak, hanya saja naik turunnya diatur oleh operator. Tipe alat pemboran
Single Tube adalah YBM 0503 dengan mesin penggerak YANMAR TF105 MR.
Mata bor yang digunakan adalah Widya dengan kekerasan 7 Skala Mohs.
Kegiatan pemboran dibutuhkan kecepatan alat untuk mengetahui kecepatan
tersebut, dilakukan pengambilan data cycle time pengeboran untuk menghitung

5
produktivitas serta core recovery pada coring yang dihasilkan selama pemboran
berlangsung.

Berdasarkan dari pembahasan diatas inilah landasan saya untuk


mengangkat judul kerja praktek tentang studi teknis pemboran eksplorasi detail di
tambang utara pada PT ANTAM Tbk UBPN SULTRA. Untuk mengetahui
prosedur pengeboran pada lahan baru dan produktivitas pengeboran yang
dihasilkan.

1.2 Rumusan Masalah


Kegiatan kerja praktek yang dilakukan memiliki rumusan masalah yaitu :
1. Bagaimana prosedur teknis pengeboran yang dilakukan ditambang utara PT
ANTAM Tbk UBPN SULTRA?
2. Berapa produktivitas pengeboran yang dilakukan ditambang utara PT
ANTAM Tbk UBPN SULTRA?

1.3 Batasan Masalah


Berdasarkan rumusan masalah maka dalam Kerja Praktek (KP) ini dibatasi
hanya pada studi teknis pemboran eksplorasi detail di tambang utara pada PT
ANTAM Tbk UBPN SULTRA.

1.4 Tujuan Kerja Praktek


Adapun tujuan dari dilakukannya kerja praktek ini, yaitu :
1. Untuk mengetahui prosedur teknis pengeboran yang dilakukan ditambang
utara PT ANTAM Tbk UBPN SULTRA.
2. Untuk mengetahui produktivitas pengeboran yang dilakukan ditambang utara
PT ANTAM Tbk UBPN SULTRA.

1.5 Manfaat Kerja Praktek


Maanfat dari kerja praktek yang dilakukan penulis yaitu pada PT ANTAM
Tbk UBPN SULTRA yaitu :
1. Dapat mengetahui prosedur kegiatan pemboran ekslporasi detail ditambang
utara.

6
2. Dapat mengetahui metode pemboran, pola pemboran dan produktivitas
pemboran ditambang utara.
3. Dapat pengetahuan dalam kegiatan di lapangan secara langsung terhadap
proses eksplorasi pada endapan bijih nikel.
4. Sebagai bahan masukan atau bahan perbandingan terhadap teori dibangku
perkuliahan dengan praktek dilapangan.

1.6 Sistematika Penulisan


Penulisan laporan kerja praktek ini terdiri dari enam bab yaitu:
1. Bab I Pendahuluan, mencakup latar belakang sebagai bagian pembuka dan
dilanjutkan dengan rumusan masalah, batasan masalah, tujuan kerja praktek,
manfaat praktek serta sistematika penulisan.
2. Bab II Tinjauan Umum, bab ini mencakup sejarah singkat perusahaan PT
ANTAM Tbk, wilayah penambangan PT ANTAM Tbk, Lingkungan Daerah
PT ANTAM Tbk, Keadaan Lingkungan Tambang, Keadaan Geologi
Regional, Genesa Nikel Laterit dan Tahapan Kegiatan penambangan.
3. Bab III Dasar Teori, mencakup tentang teori-teori dasar sebagai bahan acuan
yang akan digunakan penulis pada saat melakukan penelitian. Dasar teori
yang digunakan penulis adalah teori yang meliputi Nikel, Eksplorasi,
Klasifikasi Sumber Daya Mineral dan Cadangan, Pemboran dan Perhitungan
Pemboran.
4. Bab IV Metodologi dan Hasil Kerja Praktek, berisi tentang tahapan-tahapan
serta alur penelitian yang menjelaskan tentang prosedur penelitian dan jenis
data yang diperlukan.
5. Bab V Pembahasan, adalah sub bab yang berisi tentang pembahasan dan
penjelasan dari hasil data kerja praktek yang telah dilakukan analisis dan
pengolahan data selama dilapangan.
6. Bab VI Penutup, bab ini berisi kesimpulan dari hasil pembahasan dan saran
selama kerja praktek.

7
BAB II
TINJAUAN UMUM

2.1 Sejarah Singkat Perusahaan


Endapan bijih nikel yang berada di Pomalaa pertama kali ditemukan oleh
E.C. Abendanon pada tahun 1909. Pada tahun 1934, mulai dilaksanakan
eksplorasi oleh Oost Borneo Mantschappij dan ditemukan endapan bijih nikel
berkadar 3.00% sampai 3.5% dan melakukan ekspor ke Jepang untuk pertama kali
sebanyak 150.000 ton bijih nikel. Tahun 1942 – 1945, terjadi perang dunia ke II
Sumitomo Metal Mining Co mengolah bijih nikel menjadi “matte”, tetapi belum
diekspor karena Jepang kalah oleh Amerika Serikat setelah Indonesia merdeka.
Tahun 1957, berdiri suatu perusahaan swata yang bernama NV. PERTO yang
mengekspor stok bijih nikel yang sudah ada ke Jepang.(Empat Dasawarsa PT
Antam).
Dengan berlakunya Undang-Undang Pertambangan No. 37 tahun 1960 dan
PP No. 29 yang menyatakan bahwa bahan galian nikel adalah bahan galian
strategis, maka seluruh aktivitas penambangan diambil alih oleh pemerintah.
dengan demikian maka didirikanlah sebuah perusahaan bersama antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang berstatus perseroan terbatas (PT).
pada tahun 1968, berubah status menjadi perusahaan negara Aneka Tambang.
Untuk memperpanjang jangka waktu penambangan nikel di Pomalaa serta
mengingat cadangan bijih nikel laterit kadar rendah (<1.82% Ni) yang dapat
dimanfaatkan cukup besar sedangkan bijih nikel laterit berkadar tinggi(>2.30%Ni)
semakin menipis jumlah cadangannya, Maka agar bijih nikel kadar rendah
tersebut dapat bernilai maka pada tanggal 5 Juni 1969, dilakukan usaha pendirian
pabrik di Pomalaa Kabupaten Kolaka.
Pada tanggal 12 Desember 1973, dilaksanakan pemancangan pertama
pembangunan pabrik ferro nikel I. Pada tanggal 30 Desember 1974, PT ANTAM
Tbk melakukan Unit Pertambangan Nikel di Pomalaa. Pada tanggal 29 November
1975, dilaksanakan operasi percobaan pada pabrik FerroNikel I. Tanggal 23

8
Oktober 1976, Pabrik ferro nikel I diresmikan oleh Wakil Presiden R.I Sri Sultan
Hamengkubuono IX.
Pada tanggal 2 November 1992, dilakukan pemancangan pertama
pembangunan pabrik ferro nikel II. Pada bulan februari 1994, pekerjaan sipil dan
pembangunan selesai 90% serta pekerjaan instalasi dan peralatan selesai
40%.Pada bulan November 1994, percobaan pabrik ferro nikel II siap
beroperasi.Pada bulan Februari 1995, Pabrik ferro nikel II mulai beroperasi secara
komersial, yang kemudian peresmiannya oleh Presiden R.I. Pada tanggal 3 April
1996 memperoleh ISO 9001. Pada bulan November 1997, PT ANTAM menjadi
perusahaan publik dengan nama PT ANTAM Tbk Pada tanggal 30 November
2001 mendapatkan ISO 14001, standar tentang Lingkungan Hidup. Sedangkan
pada tahun 2004 dilakukan pemancangan pertama pembangunan pabrik ferro
nikel III dan mulai beroperasi pada bulan februari 2006.Dan pada tahun 2006
perusahaan ini mengalami perubahan logo perusahaan yang disingkat menjadi PT
ANTAM Tbk

2.2 Lokasi Dan Kesampaian Daerah Kerja Praktek


Lokasi penambangan bahan galian bijih nikel yang dilakukan oleh PT
ANTAM Tbk UBPN SULTRA, secara adminitrasi terletak di daerah Pomalaa
Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara. Secara geografis terletak pada
121°31’ BT - 121°40’ BT dan 4°10’ LS - 4°18’ LS. Lokasi ini dapat dilihat pada
gambar 2.1 dan ditempuh sebagai berikut:
1. Jarak dari Provinsi Kendari ke Kabupaten Kolaka sejauh ± 180 km dan dapat
ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda 2 atau roda 4 selama kurang
lebih 4 jam.
2. Sedangkan Jarak Kabupaten Kolaka ke Pomalaa sejauh ± 30 Km dapat
ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda 2 atau roda 4 selama kurang
lebih 45 menit.
3. Jarak Desa Pelambua Kecamatan Pomalaa ke lokasi tempat kerja praktek
sejauh ±3 km dan dapat ditempuh dengan menggunakan roda 2 atau roda 4
selama kurang lebih 11 menit.

9
Lokasi penambangan PT ANTAM Tbk UBPN SULTRA memiliki luas
6323,5 Ha dan terbagi atas beberapa wilayah, diantaranya :
1. Di sebelah Utara berbatasan dengan Sungai Huko-Huko.
2. Di sebelah Timur berbatasan dengan perbukitan Maniang.
3. Di sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Oko-oko.
4. Di sebelah Barat berbatasan dengan Teluk Mekongga

10
Berikut peta lokasi kerja praktek dapat dilihat pada gambar 2.1 sebagai berikut :

Sumber : Jeckson, 2017


Gambar 2.1. Peta Lokasi Kerja Praktek

7
2.3 Wilayah Penambangan
Wilayah Izin Usaha Penambangan ( WIUP ) PT ANTAM Tbk UBPN
SULTRA terdiri dari beberapa wilayah yaitu:

1. Wilayah Tambang Utara


Berdasarkan Izin Usaha Pertambangan (IUP) Wilayah Selatan Pomalaa
(WSPM) 016 SK Bupati Kolaka No.198 Tahun 2010 dengan luas 1954
Hektar meliputi wilayah penambangan sekitar bukit-bukit pomalaa sebelah
utara, batas sebelah selatan adalah sungai Komoro.
2. Wilayah Tambang Tengah
Berdasarkan IUP WSPM 014 SK Bupati Kolaka No. 202 Tahun 2010 dengan
luas 2712 Hektar.
3. Wilayah Tambang Selatan
Berdasarkan pada 2 (dua) IUP, yakni IUP WSPM 05 dengan luas 584,3
Hektar dan IUP WSPM 017 dengan luas 878,2 Hektar meliputi gugusan
bukit-bukit dibagian Utara sungai Oko-Oko, Tanjung Batu Kilat, Kajuangin,
Tanjung Lepe. Sedangkan batas sebelah utara daerah selatan adalah sungai
Sapuran dan batas sebelah Selatan adalah sungai Oko-Oko.
4. Wilayah Pulau Maniang
Berdasarkan IUP WSPM 003 dengan luas 195 Hektar.
5. Wilayah Taponupaka
Tapunopaka yang memiliki luas 6.213 hektar. memulai operasi tambang
nikel baru di wilayah Tapunopaka, Kabupaten Konawe Utara Provinsi
Sulawesi Tenggara.

Berikut adalah tabel wilayah penambangan PT ANTAM Tbk. UBPN


SULTRA dapat dilihat di tabel 2.1 :

8
Tabel 2.1 Wilayah IUP PT ANTAM Tbk. UBPN SULTRA

Wilayah penambangan IUP Luas ( Ha )

Tambang Utara WSPM 016 1954


Tambang Tengah WSPM 014 2172
WSPM 015 584,3
Tambang Selatan
WSPM 014 878,2
Pulau Maniang WSPM 003 195
Taponupaka 6213
Total 11996,5

Sumber : Mining Department PT ANTAM ,Tbk UBPN SULTRA

9
Berikut peta pembagian wilayah penambangan PT ANTAM Tbk UBPN SULTRA dapat dilihat pada gambar 2.2. sebagai berikut :

Sumber : Bestari Larasati, 2018


Gambar 2.2. Peta Wilayah PT ANTAM Tbk UBPN SULTRA

10
2.4. Keadaan Lingkungan Tambang
Keadaan sekitar PT ANTAM Tbk UBPN SULTRA umumnya adalah
gunung, perbukitan dan beberapa sungai untuk menunjang kebutuhan warga
seperti persawahan dan lainnya.

2.4.1. Penduduk
Penduduk sekitar PT ANTAM Tbk UBPN SULTRA adalah masyarakat asli
dan pendatang. Masyarakat asli daerah sekitar PT ANTAM Tbk UBPN SULTRA
adalah masyarakat suku Tolaki, Bugis, dan Toraja. Masyarakat pendatang
umumnya berasal dari Pulau Jawa, Sumatera, dan lainnya. Penduduk sekitar
sebagian besar adalah karyawan PT ANTAM Tbk UBPN SULTRA serta mitra
yang menjalin kerja sama.

2.4.2. Iklim
Secara umum daerah Pomalaa beriklim tropis dimana setiap tahunnya
dipengaruhi oleh dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim
kemarau terjadi pada bulan Mei sampai dengan bulan Oktober sedangkan musim
hujan pada bulan November sampai dengan bulan April. Wilayah ANTAM
Pomalaa yang terletak di Kabupaten Kolaka berada disekitar garis khatulistiwa
dan dekat dengan laut memiliki suhu maksimum 31°C dan suhu minimum 12°C
dengan suhu rata-rata 24°C sampai 28°C.
Berdasarkan data curah hujan rata-rata bulanan tertinggi di periode tahun
2008 sampai dengan 2017 pada gambar 2.3, untuk daerah pengamatan stasiun
metereologi Sangia Nibandera Kecamatan Pomalaa terjadi pada bulan maret
sebesar 77,4 mm dengan intensitas ringan hingga lebat. Berikut grafik curah hujan
rata – rata bulanan tahun 2008 -2017 dapat dilihat pada Tabel 2.2.:

13
Tabel 2.2. Curah Hujan Rata-Rata Bulanan Tahun 2008-2017
TAHUN
DATA JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOV DES

2008 RR 132.6 66.6 269.7 196.8 159.3 154.9 76.7 169 167 202.5 327.2 93.2

2009 RR 106.3 160.3 192.2 216.8 271.1 68.9 154.6 23.1 2.1 108.5 220.1 243.9

2010 RR 138.9 221.3 224.8 185.4 286.5 304.1 277.8 272.7 469.7 349.5 314 258.8

2011 RR 213.4 46.5 231.3 115.2 191.4 68.5 93.8 16.8 124.2 141.3 199.3 236.7

2012 RR 168.8 203.8 327.8 273.8 229.7 47.3 141.8 15 46.1 203.9 81.1 139.8

2013 RR 284.8 52.9 178.5 562.1 241.3 195.4 362.6 48.2 38.2 30.1 172.5 0

2014 RR 281 193.9 374.6 300.2 220.4 203 41.2 0 0 100.3 100.3 213.6

2015 RR 190.5 221 162 208.5 124.5 220.5 37 0 0 8.5 31.5 102.5

2016 RR 269 148.5 234 348.5 133.5 155 100 45 54 135 203.7 191

2017 RR 228.5 267 144.5 234.1 267.8 262.4 202.3 75.9 147.3 200.5 284.6 214.1

Sumber : Badan Meteorology Klimatologi Dan Geofisika,2018

14
2.4.3. Flora Dan Fauna
Vegetasi daerah sekitar ditumbuhi dengan vegetasi primer dan vegetasi
sekunder. Vegetasi primer adalah tumbuhan yang sudah sejak awal ada dan belum
terganggu aktivitas pertambangan dan pabrik. Vegetasi primer yang tumbuh di
sekitar diantaranya adalah kayu besi, belimbing bajo, melinjo, jambu mete dan
coklat yang menjadi tanaman khas yang di budidayakan rakyat sekitar. Sedangkan
vegetasi sekunder adalah tumbuhan yang ditanam ulang disebabkan dari kegiatan
pertambangan antara lain mangga, cemara, gamal, dan beringin. Fauna yang dapat
ditemui di daerah Pomalaa adalah monyet, dan babi hutan.

2.4.4. Sosial
Beberapa kegiatan sosial yang dilakukan oleh PT ANTAM Tbk UBPN
SULTRA antara lain memberikan fasilitas pendidikan serta fasilitas penunjang
lainnya seperti tempat ibadah dan bantuan dalam bentuk lain di Pomalaa membuat
hubungan antara masyarakat berlangsung baik. Pembangunan fasilitas olahraga
dan perbaikan jalan juga meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar.Adanya PT
ANTAM Tbk UBPN SULTRA di Pomalaa memberikan lapangan kerja dengan
menyerap tenaga kerja yang begitu besar di kawasan Pomalaa itu sendiri sehingga
pendapatan masyarakat sekitar dapat bertambah dan cukup untuk memenuhi
kebutuhan.

2.5. Keadaan Geologi Regional


Endapan nikel laterit merupakan hasil pelapukan lanjut dari batuan
ultramafik pembawa Ni-Silikat. Umumnya terdapat pada daerah dengan iklim
tropis sampai dengan subtropis. Pengaruh iklim tropis di Indonesia
mengakibatkan proses pelapukan yang intensif, sehingga beberapa daerah di
Indonesia bagian timur memiliki endapan nikel laterit.
Konsentrasi unsur nikel pada endapan nikel laterit dipengaruhi oleh
beberapa faktor yakni batuan dasar, iklim, topografi, air tanah, stabilitas mineral,
mobilitas unsur serta kondisi lingkungan terhadap tingkat kelarutan mineral.
Dengan kontrol dari beberapa faktor tersebut akan terbentuk tiga jenis tipe laterit
yaitu hidrosilikat, oksida, dan lempung silikat.

15
2.6. Genesa Nikel Laterit
Proses terbentuknya endapan nikel laterit berawal dari pelapukan pada
batuan induk yaitu periodit. Dengan adanya pengaruh larutan hidrotermal saat
proses pembekuan magma dan merubah batuan periodit menjadi batuan
serpentinite. Kemudian pelapukan terjadi lagi secara kimia dan fisika yang
menyebabkan perubahan komposisi batuan induk. Menurut Golightly (1981)
sebagian unsur Ca, Mg, dan Si terdekomposisi dengan terkayakan secara
supergen (Ni, Mn, Co, Zn) atau secara relative (Fe, Cr, Al, Ti, S, dan Cu). Air
hujan kaya CO2 yang berasal dari atmosfir merembes sampai permukaan air
tanah. Air meresap sampai zona limonit dan zona saprolit. Proses ini
menghasilkan Ca dan Mg larut dan disusul Si yang cenderung membentuk koloid.
Semua hasil pelarutan terbawa turun mengisi celah-celah batuan.
Adanya gerakan muka air tanah secara kontinu maka melarutkan Mg dan Si
yang terdapat zona saplorite. Zona saplorite akan bertambah ke dalam dengan
oksida MgO sekitar 30-50% berat dan SiO antara 35-40% berat. Bahan yang tidak
mudah larut teap berada diatas menjadi zona limonite sedangkan oksida yang
terkandung di zona saplorite akan merembes bersama aliran air tanah turun ke
bawah Bersama koloid. Fe, Ni, Co akan membentuk konsentrasi residu yang biasa
disebut dengan zona saprolite berwarna coklat kuning kemerahan.

Batuan asal ultramafic mengalami proses penjenuhan Ni sampai kadar 7%


berat. Ni mendistribusi Mg dalam serpentin dan mengendap dengan larutan Mg
dan Si sebagai garnierite dan krisopras. Sementara Fe akan teroksidasi sebagai
Ferri-Hidroksida membentu mineral Geothit, limonit, dan hematite dekat dasar
permukaan. Semakin ke bawah menuju bed rock maka Fe dan Co akan mengalami
penurunan kadar.

16
2.7. Tahapan Kegiatan Penambangan

2.7.1. Pembersihan Lahan (Land clearing)


Pembersihan lahan (land clearing) dilakukan terlebih dahulu yaitu
pembersihan dari semak-semak dan pepohonan yang berukuran besar
menggunakan alat mekanis bulldozer dan excavator dapat dilihat pada gambar
2.3.

Sumber : dokumentasi Resyani 2018


Gambar 2.3 Kegiatan Land Clearing dengan Excavator

2.7.2. Pengupasan dan Pemindahan Tanah Pucuk (Top Soil)


Top soil merupakan lapisan tanah penutup yang terletak di bagian atas
megandung unsur hara dan tingkat kesuburan tanah relatif tinggi yang akan
digunakan pada tahap reklamasi. Kegiatan pengupasan dilakukan terlebih dahulu
sebelum batuan penutup (overburden) dan ditempatkan terpisah agar unsur hara
tetap terjaga dapat dilihat pada gambar 2.4.

17
Sumber : dokumentasi Resyani 2018
Gambar 2.4. Kegiatan Pengupasan dan Pemindahan Top Soil

2.7.3. Pengupasan Overburden


Lapisan overburden berada di lapisan atas sebelum lapisan bijih nikel
dengan ketebalan bervariasi 5-8 meter dan memiliki kadar nikel kurang dari 1.8%.
Pengupasan overburden menggunakan alat gali excavator PC 200 dapat dilihat
pada gambar 2.5.

Sumber : dokumentasi Resyani 2018


Gambar 2.5. Kegiatan Pengupasan Overburden

18
2.7.4. Pemuatan dan Pengangkutan Overburden
Pemuatan overburden menggunakan alat muat Excavator PC 200 dan
diangkut menggunakan Dump truck HINO 500 menuju disposal area.
Penimbunan dilakukan secara bertahap dengan menyesuaikan luasan maksimal
dari disposal area hingga membentuk bukit atau gunung berjenjang dapat dilihat
pada gambar 2.6.

Sumber : dokumentasi Resyani 2018

Gambar 2.6
Kegiatan Pemuatan dan Pengangkutan Overburden di Bukit Fortuner

2.7.5. Penambangan Bijih Nikel (ore getting)


Setelah dilakukan selective mining (SM), didapatkan kesesuain kadar
antara block model dengan hasil analisa. Kemudian dilakukan proses
penambangan bijih nikel menggunakan alat gali excavator PC 200 dan diangkut
menuju stockyard AANT yang berdekatan dengan pelabuhan Tanjung Leppe
menggunakan dump truck HINO 500 dapat dilihat pada gambar 2.7.

19
Sumber : dokumentasi Resyani 2018
Gambar 2.7. Kegiatan Penambangan Bijih Nikel

2.7.6. Penimbunan Bijih Nikel


Penimbunan bijih nikel ditumpuk pada stockpile AANT untuk dilakukan
sampling guna pengecekan kadar. Selanjutnya bijih nikel yang memiliki kadar Ni
lebih dari 1,8% diangkut ke pabrik untuk dilakukan pengolahan. Penimbunan
dipisahkan berdasarkan kadar pada bijih tersebut dapat dilihat pada gambar 2.8.

Sumber : dokumentasi Resyani 2018


Gambar 2.8. Penimbunan Bijih Nikel di Stockyard AANT

20
BAB III
LANDASAN TEORI

3.1. Nikel
Nikel adalah unsur kimia metalik dalam tabel periodik yang memiliki
simbol Ni dan nomor atom 28. Nikel mempunyai sifat tahan karat. Dalam keadaan
murni, Nikel bersifat lembek, tetapi jika dipadukan dengan Besi, Krom, dan
logam lainnya, dapat membentuk Baja tahan karat yang keras. Nikel merupakan
komponen yang ditemukan banyak dalam meteorit dan menjadi ciri komponen
yang membedakan meteorit dari mineral lainnya. Nikel ditemukan oleh A. F.
Cronstedt pada tahun 1751, merupakan logam berwarna putih keperak-perakan
yang berkilat, keras dan mulur, tergolong dalam logam peralihan, sifat tidak
berubah bila terkena udara, tahan terhadap oksidasi dan kemampuan
mempertahankan sifat aslinya dibawah suhu yang ekstrim. Nikel digunakan dalam
berbagai aplikasi komersial dan industri, seperti: pelindung Baja (Stainless Steel),
pelindung Tembaga, industri Baterai, Elektronik, aplikasi industri Pesawat
Terbang, industri Tekstil, Turbin Pembangkit Listrik bertenaga Gas, pembuat
Magnet kuat, pembuatan alat-alat Laboratorium (Nikrom), Kawat Lampu Listrik,
Katalisator Lemak, Pupuk Pertanian, dan berbagai fungsi lain. (Mardia Ulangsari,
2017)

3.1.1. Endapan Bijih Nikel


Batuan induk bijih Nikel adalah batuan Peridotit. Menurut Vinogradov batuan
Ultrabasa rata-rata mempunyai kandungan Nikel sebesar 0,2 %. Unsur Nikel tersebut
terdapat dalam kisi-kisi kristal mineral Olivin dan Piroksin, sebagai hasil substitusi
terhadap atom Fe dan Mg. Proses terjadinya substitusi antara Ni, Fe dan Mg dapat di
terangkan karena radius ion dan muatan ion yang hampir bersamaan diantara unsur-
unsur tersebut. Proses Serpentinisasi yang terjadi pada batuan Peridotit akibat pengaruh
larutan Hidrothermal, akan mengubah batuan Peridotit menjadi batuan Serpentinit atau
batuan Serpentinit Peroditit. Sedangkan proses kimia dan fisika dari udara, air serta
pergantian panas dingin yang bekerja kontinu, menyebabkan disintegrasi dan
dekomposisi pada batuan induk. (Mardia Ulangsari, 2017)

21
3.1.2. Genesa Endapan Bijih Nikel
Proses pembentukan Nikel Laterit di awali dari proses pelapukan batuan
Ultrabasa, dalam hal ini adalah batuan Harzburgit. Batuan ini banyak
mengandung Olivin, Piroksen, Magnesium Silikat dan Besi, mineral-mineral
tersebut tidak stabil dan mudah mengalami proses pelapukan. Faktor kedua
sebagai media transportasi Ni yang terpenting adalah air. Air tanah yang kaya
akan CO2, unsur ini berasal dari udara luar dan tumbuhan, akan mengurai mineral-
mineral yang terkandung dalam batuan Harzburgit tersebut. Kandungan Olivin,
Piroksen, Magnesium Silikat, Besi, Nikel dan Silika akan terurai dan membentuk
suatu larutan, di dalam larutan yang telah terbentuk tersebut, Besi akan
bersenyawa dengan Oksida dan mengendap sebagai Ferri Hidroksida. Endapan
Ferri Hidroksida ini akan menjadi reaktif terhadap air, sehingga kandungan air
pada endapan tersebut akan mengubah Ferri Hidroksida menjadi mineral-mineral
seperti Goethite (FeO(OH)), Hematit (Fe2O3) dan Cobalt.
Mineral-mineral tersebut sering dikenal sebagai “besi karat”. Endapan ini
akan terakumulasi dekat dengan permukaan tanah, sedangkan magnesium, Nikel
dan Silika akan tetap tertinggal di dalam larutan dan bergerak turun selama suplai
air yang masuk ke dalam tanah terus berlangsung. Rangkaian proses ini
merupakan proses pelapukan dan Leaching. Unsur Ni sendiri merupakan unsur
tambahan di dalam batuan Ultrabasa. Sebelum proses pelindihan berlangsung,
unsur Ni berada dalam ikatan Serpentine Group. Rumus kimia dari kelompok
Serpentin adalah X2-3 SiO2O5(OH)4, dengan X tersebut tergantikan unsur-unsur
seperti Cr, Mg, Fe, Ni, Al, Zn atau Mn atau dapat juga merupakan kombinasinya.
Adanya suplai air dan saluran untuk turunnya air, dalam hal berupa kekar, maka
Ni yang terbawa oleh air turun ke bawah, lambat laun akan terkumpul di zona air
sudah tidak dapat turun lagi dan tidak dapat menembus Bedrock (Batuan Dasar).
Ikatan dari Ni yang berasosiasi dengan Mg, SiO dan H akan membentuk mineral
Garnierit dengan rumus kimia (Ni,Mg)Si4O5(OH)4. Apabila proses ini
berlangsung terus menerus, maka yang akan terjadi adalah proses pengkayaan
Supergen (Supergen Enrichment). Zona pengkayaan Supergen ini terbentuk di
zona Saprolit. (Mheea, 2016).

22
Endapan Nikel laterit yang terbentuk dari hasil pelapukan batuan ultrabasa
secara umum terdiri dari 4 (empat) lapisan, yaitu :
a. Lapisan tanah penutup
Lapisan tanah penutup biasa disebut iron capping. Material lapisan berukuran
lempung, berwarna coklat kemerahan, dan biasanya terdapat juga sisa –sisa
tumbuhan. Tebal lapisan bervariasi antara 0 – 2 m.
b. Lapisan Limonit
Merupakan lapisan berwarna coklat muda, ukuran butir lempung sampai pasir,
tekstur batuan asal mulai dapat diamati walaupun masih sangat sulit, dengan tebal
lapisan berkisar antara 1 – 10 m.
c. Lapisan Saprolit
Merupakan lapisan dari batuan dasar yang sudah lapuk, berupa bongkah –
bongkah lunak berwarna coklat kekuningan sampai kehijauan. Struktur dan tekstur
batuan asal masih terlihat.
d. Batuan Dasar (Bedrock)
Bagian terbawah dari profil Nikel laterit, berwarna hitam kehijauan, terdiri dari
bongkah – bongkah batuan dasar dengan ukuran > 75 cm, dan secara umum sudah
tidak mengandung mineral ekonomis.
Berikut penampang nikel laterit dapat dilihat pada Gambar 3.1 :

 Lapisan tanah pentup (tebal


lapisan 0 - 2 m)

 Limonit (Lapisan berkisar 1-10


m)

 Lapisan Saprolit

 Batuan dasar
(Bedrock),bantun dasar
dengan ukuran > 75 cm
Sumber : Elias, M, 2003
Gambar 3.1. Penampang Nikel Laterite

23
3.2. Eksplorasi
Menurut Standar Nasional Indonesia, Eksplorasi adalah kegiatan penyelidikan
geologi yang dilakukan untuk mengidentifikasi, menentukan lokasi, ukuran, bentuk,
letak, sebaran, kuantitas dan kualitas suatu endapan bahan galian untuk kemudian
dapat dilakukan analisis/kajian kemungkinan dilakukannya penambangan.
Menurut White (1997), dalam tahap eksplorasi pendahuluan ini tingkat ketelitian
yang diperlukan masih kecil sehingga peta-peta yang digunakan dalam eksplorasi
pendahuluan juga berskala kecil 1 : 50.000 sampai 1 : 25.000.
Peel dan W. C. Petters, Eksplorasi merupakan kegiatan yang dilakukan setelah
prospeksi atau setelah endapan bahan galian tersebut ditemukan dan bertujuan untuk
mengetahui ukuran, bentuk kedudukan, sifat dan nilai dari endapan bahan galian
tersebut.
Mc. Kinstry H. E: Suatu kegiatan yang meliputi keseluruhan urutan pekerjaan
mulai dari pencarian suatu prospek ( reconnaissance ) sampai evaluasi dari prospek
tersebut dan memperluas lokasi lain disekitar daerah yang telah dilakukan kegiatan
penambangan.
Eksplorasi merupakan kegiatan yang dilakukan setelah prospeksi atau setelah
endapan suatu bahan galian ditemukan yang bertujuan untuk mendapatkan suatu
kepastian tentang endapan bahan galian yang diburu yang meliputi bentuk, ukuran,
letak kedudukan, kualitas (kadar) endapan bahan galian serta karakteristik fisik dari
endapan bahan galian tersebut. Selain untuk mendapatkan data penyebaran, bentuk
dan ketebalan bahan galian, dalam kegiatan ini juga dilakukan pengambilan sampel
berupa bahan galian yang diburuh dan juga sampel tanah penutup. Tahap eksplorasi ini
juga sangat berperan penting pada tahapan reklamasi dikemudian hari nanti, melalui
eksplorasi ini kita dapat mengetahui dan mengenali seluruh komponen – komponen
ekosistem yang ada sebelum dilakukan proses penambangan kedepannya. (Muh.
Suparlan T 2017(Alan Purwo 1992)).
Setelah diketahui terdapatnya bahan galian di suatu daerah dalam kegiatan
prospeksi, yang mempunyai prospek untuk dilakukan kegiatan selanjutnya (Muh.
Suparlan T 2017),
maka dilakukanlah eksplorasi dengan metode atau cara antara lain sebagai
berikut:

24
1. Untuk mengetahui penyebaran secara lateral dan vertikal dapat dilakukan dengan
cara membuat parit uji, sumur uji, pembuatan adit dam pemboran inti.
2. Untuk mengetahui kualitas bahan galian, diambil contoh bahan galian yang berasal
dari titik percontohan dan dianalisis di laboratorium.
3. Pada beberapa jenis bahan galian juga dapat dilakukan beberapa penyelidikan
geofisik seperti seismic, SP, IP dan resistivity.
4. Setelah titik percontohan yang dibuat dianggap cukup memadai untuk mengetahui
penyebaran lateral dan vertikal bahan galian, maka dibuat peta penyebaran
cadangan bahan galian dan dilakukan perhitungan cadangan bahan galian.
5. Selain dari itu, juga kadang-kadang diperlukan analisis contoh batuan yang berada
di lapisan atas atau bawah bahan galian untuk mengetahui sifat-sifat fisik dan
keteknikannya.
Sedangkan dibawah ini adalah beberapa tahapan eksplorasi :
1. Tahap Eksplorasi Pendahuluan
Menurut White (1997), dalam tahap eksplorasi pendahuluan ini tingkat
ketelitian yang diperlukan masih kecil sehingga peta-peta yang digunakan dalam
eksplorasi pendahuluan juga berskala kecil 1 : 50.000 sampai 1 : 25.000. Adapun
langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah :
a. Studi Literatur
Dalam tahap ini, sebelum memilih lokasi-lokasi eksplorasi dilakukan studi
terhadap data dan peta-peta yang sudah ada (dari survei-survei terdahulu),
catatan-catatan lama, laporan-laporan temuan dan lain - lain, lalu dipilih daerah
yang akan disurvei. Setelah pemilihan lokasi ditentukan langkah berikutnya, studi
faktor-faktor geologi regional dan provinsi metalografi dari peta geologi regional
sangat penting untuk memilih daerah eksplorasi, karena pembentukan endapan
bahan galian dipengaruhi dan tergantung pada proses-proses geologi yang pernah
terjadi, dan tanda-tandanya dapat dilihat di lapangan.
b. Survei Dan Pemetaan
Jika peta dasar (peta topografi) dari daerah eksplorasi sudah tersedia, maka
survei dan pemetaan singkapan (outcrop) atau gejala geologi lainnya sudah dapat
dimulai (peta topografi skala 1 : 50.000 atau 1 : 25.000). Tetapi jika belum ada,
maka perlu dilakukan pemetaan topografi lebih dahulu. Kalau di daerah tersebut
sudah ada peta geologi, maka hal ini sangat menguntungkan, karena survei bisa

25
langsung ditujukan untuk mencari tanda-tanda endapan yang dicari (singkapan),
melengkapi peta geologi dan mengambil contoh dari singkapan-singkapan yang
penting. Selain singkapan-singkapan batuan pembawa bahan galian atau batubara
(sasaran langsung), yang perlu juga diperhatikan adalah perubahan/batas batuan,
orientasi lapisan batuan sedimen (jurus dan kemiringan), orientasi sesar dan tanda-
tanda lainnya. Hal-hal penting tersebut harus diplot pada peta dasar dengan
bantuan alat-alat seperti kompas geologi, inklinometer, altimeter, serta tanda-
tanda alami seperti bukit, lembah, belokan sungai, jalan, kampung, dan lain - lain.
Dengan demikian peta geologi dapat dilengkapi atau dibuat baru (peta singkapan).
Tanda-tanda yang sudah diplot pada peta tersebut kemudian digabungkan dan
dibuat penampang tegak atau model penyebarannya (model geologi). Dengan
model geologi hepatitik tersebut kemudian dirancang pengambilan conto dengan
cara acak, pembuatan sumur uji (test pit), pembuatan paritan (trenching), dan jika
diperlukan dilakukan pemboran. Lokasi-lokasi tersebut kemudian harus diplot
dengan tepat di peta (dengan bantuan alat ukur, teodolit, BTM, dll.). Dari kegiatan
ini akan dihasilkan model geologi, model penyebaran endapan, gambaran
mengenai cadangan geologi, kadar awal, dll. dipakai untuk menetapkan apakah
daerah survei yang bersangkutan memberikan harapan baik (prospek) atau tidak.
Kalau daerah tersebut mempunyai prospek yang baik maka dapat diteruskan
dengan tahap eksplorasi selanjutnya.
2. Tahap Eksplorasi Detail
Setelah tahapan eksplorasi pendahuluan diketahui bahwa cadangan yang ada
mempunyai prospek yang baik, maka diteruskan dengan tahap eksplorasi detail (White,
1997). Kegiatan utama dalam tahap ini adalah sampling dengan jarak yang lebih dekat
(rapat), yaitu dengan memperbanyak sumur uji atau lubang bor untuk mendapatkan
data yang lebih teliti mengenai penyebaran dan ketebalan cadangan (volume cadangan),
penyebaran kadar/kualitas secara mendatar maupun tegak. Dari sampling yang rapat
tersebut dihasilkan cadangan terhitung dengan klasifikasi terukur, dengan kesalahan
yang kecil (<20%), sehingga dengan demikian perencanaan tambang yang dibuat
menjadi lebih teliti dan resiko dapat dihindarkan.
Pengetahuan atau data yang lebih akurat mengenai kedalaman, ketebalan,
kemiringan, dan penyebaran cadangan secara 3 Dimensi (panjang-lebar-tebal) serta data
mengenai kekuatan batuan sampling, kondisi air tanah, dan penyebaran struktur (kalau

26
ada) akan sangat memudahkan perencanaan kemajuan tambang, lebar/ukuran bahwa
bukaan atau kemiringan lereng tambang. Juga penting untuk merencanakan produksi
bulanan/tahunan dan pemilihan peralatan tambang maupun prioritas bantu lainnya.
(Diakses April 2018)

3.3. Klasifikasi SumberDaya dan Cadangan Mineral

Klasifikasi sumberdaya dan cadangan mineral dikelompokkan berdasarkan


dua criteria yang menjadi dasar klasifikasi, yaitu keyakinan geologi dan
kelayakan tambang. Hubungan antara hasil eksplorasi, sumberdaya mineral dan
cadangan mineral dapat dilihat pada gambar 3.2 sebagai berikut :

Sumber: SNI 4726:2011


Gambar 3.2.Klasifikasi Sumber Daya dan Cadangan

1. Sumberdaya Mineral Tereka (Inferred Mineral Resource), sumberdaya


mineral yang tonase, kadar dan kandungan mineral dapat diestimasi dengan
tingkat keyakinan geologi (geological assurance) rendah.

2. Sumberdaya Mineral Tertunjuk (Indicated Mineral Resource), sumberdaya


mineral yang tonase, kadar dan kandungan mineral dapat diestimasi dengan
tingkat keyakinan geologi (Geological Assurance) medium.

27
3. Sumberdaya Mineral Terukur (Measured Mineral Resource), sumberdaya
mineral yang yang tonase, kadar dan kandungan mineral dapat diestimasi
dengan tingkat keyakinan geologi (Geological Assurance) tinggi.

4. Cadangan Bijih Terkira (Probable Ore Reserve), bagian sumberdaya mineral


tertunjuk yang ekonomis unuk ditambang dan dalam beberapa kondisi, juga
merupakan bagian dari sumberdaya mineral terukur.

5. Cadangan Bijih Terbukti (Proved Ore Recerve), Bagian dari


sumberdaya mineral terukur yang ekonomis untuk ditambang .

6. Faktor Pengubah (Modifying Faktor) faktor – faktor seperti penambangan,


pengolahan/pemurnian, ekonomi, pemasaran, hokum, lingkungan, social dan
peraturan yang digunakan sebagai pertimbangan.

3.4. Pemboran
3.4.1. Pengertian Pemboran
Pemboran adalah salah satu kegiatan penting dalam sebuah industri
pertambangan. Kegiatan pemboran biasanya dilakukan sebelum diadakannya
penambangan. Adapun kegiatan pengeboran antara lain yaitu pemboran geotek
adalah untuk menentukan karakteristik tanah dan batuan, dalam beberapa hal
digunakan untuk memperoleh informasi tentang kondisi alami dan posisi muka air
tanah. Pemboran Kontruksi adalah untuk menentukan batas antara batuan dasar
(base meaf) dan batuan diatas yang umumnya sudah mengalami deformasi
pelapukan. (Rudi Rubiandini,2012)

3.4.2. Tujuan Pemboran


Tujuan dari pengeboran yaitu antara lain :
a. Explorasi tubuh bijih
b. Informasi stratigrafi
c. Survey seismik (pembacaan gelombang pada batuan)
d. Verifikasi interpretasi geofisika dan geokimia
e. Kontrol kadar bijih
f. Perhitungan cadangan bijih

28
g. Deskripsi tubuh bijih (penyebaran, bentuk, butir dll)

Dilakukannya pemboran adalah agar dapat mengetahui bagai mana kegiatan


pengeboran itu berlangsung, dapat mengetahui tahap – tahap dari pada kegiatan
pemboran, juga dapat mengetahui peralatan – peralatan yang digunakan dalam
pengeboran. Sehinga apa bila terjun kelapangan nantinya sudah dapat mengetahui
apa – apa yang harus dikerjakan juga yang harus dipersiapkan. Dalam pencapaian
target dari tujuan tersebut maka dibutuhkan perlengkapan, tipe serta kapasitas
mesin yang berbeda pula, baik dari pemboran yang vertikal keatas, kebawah
maupun yang horizontal atau miring dengan sudut tertentu.
(Reallifedasuha.blogspot.2011/Diakses pada tanggal 14 juli 2018)

3.4.3. Metode pemboran


Berdasarkan mekanisme pemboran, metode pemboran dapat dibagi menjadi tiga
yaitu :
 Pemboran Tumbuk (Percussive Drilling)
Dioperasikan dengan cara mengangkat dan menjatuhkan alat bor berat secara
berulang-ulang kedalam lubang bor sehingga lubang bor terbentuk akibat
mekanisme tumbukan dan beban rangkaian bor.

 Pemboran Putar (Rotary Drilling)


Lubang bor dibentuk dari pemboran dengan mekanisme putar dan disertai
pembebanan.

 Bor Putar Hidraulik (Hidraulic Rotary)


Dimana lubang bor dibentuk dari kombinasi antara mekanisme putar, tekanan
hidraulik, dan beban stang bor.

3.4.4. Peralatan Pemboran


Beberapa komponen atau peralatan pemboran yang diperlukan untuk
kegiatan pemboran diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Mesin Bor
Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan dalam
pemilihan mesin bor yang digunakan, diantaranya meliputi:

29
• Tipe/ model mesin bor
• Diameter lubang
• Sliding stroke
• Berat mesin bor
• Power unit
• Kemampuan rotasi/ tumbuk per satuan waktu
• Hoisting capacity (kapasitas)
• Dimensi (panjang x lebar x tinggi)
Didalam pemboran ada beberapa jenis mesin bor diantaranya adalah sebagai
berikut :

a. Mesin Bor Tumbuk (Percussive Drilling)

Mesin bor tumbuk yang biasanya disebut cable tool atau spudder rig yang
diopersikan dengan cara mengangkat dan menjatuhkan alat bor berat secara
berulang- berulang ke dalam lubang bor. Mata bor akan memecahkan batuan
terkosolidasi menjadi kepingan kecil atau akan melepaskan butiran – butiran pada
lapisan. Kepingan atau hancuran tersebut merupakan campuran lumpur dan
fragmen batuan pada bagian dasar lubang, jika di dalam lubang tidak dijumpai air,
perlu ditambahkan air guna membentuk fragmen batuan (slurry). Pertambahan
volume slurry sejalan dengan kemajuan pemboran yang pada jumlah terentu akan
mengurangi daya tumbuk bor.
Bila kecepatan laju pemboran sudah menjadi sangat menjadi sangat lambat,
slurry diangkat ke permukaan dengan menggunakan timba (bailer) atau sand
pump. Beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan laju pemboran (penetrasi)
dalam pemboran tumbuk diantaranya adalah:
• Kekerasan lapisan batuan
• Diameter kedalam lubang bor
• Jenis mata bor
• Kecepatan dan jarak tumbuk
• Beban pada alat bor

Kapasitas mesin bor tumbuk sangat tergantung pada berat perangkat


penumbuk yang merupakan fungsi dari diameter mata bor, diameter dan panjang

30
drill-stemnya. Adapun beberapa kelebihan dan kekurangan mesin bor tumbuk jika
dibandingkan denngan mesin bor putar dapat dijelaskan sebagai berikut:

Kelebihannya:
• Ekonomis:
- Harga lebih murah sehingga depresiasi lebih kecil.
- Biaya transportasi lebih murah.
- Biaya operasi dan pemeliharaannya lebih rendah.
- Penyiapan rig untuk pemboran lebih cepat.
• Menghasilkaaan contoh pemboraan yang lebih baik.
• Tanpa sistem sirkulasi.
• Lebih mempermudah pengenalan lokasi akifer.
• Kemungkinan kontaminasi karena pemboran relatif lebih kecil.

Kekurangannya:
• Kecepatan laju pemboran rendah.
• Sering terjadi sling putus.
• Tidak bisa mendapatkan core.
• Tidak memiliki saran pengontrol kestabilan lubang bor.
• Terbatasnyaa personil yang berpengalaman.
Pada formasi yang mengalami swelling clay akan menghadapi banyak hambatan.

b. Mesin Bor Putar (rotary drilling)


Mesin bor putar merupakan jenis mesin bor yang mempuyai mekanisme
yang paling sederhana, untuk memecahkan batuan menjadi kepingan kecil, mata
bor hanya mengandalkan putaran mesin dan beban rangkaian stang bor. Jika
pemboran dilakukan pada formasi batuan yang cukup keras, maka rangkain stang
bor dapat ditambah dengan stang pemberat. Kepingan batuan yang hancur oleh
gerusan mata bor akan terangkat ke permukaan karena dorongan fluida.

c. Mesin Bor- Hidrolik (Hidraulic Rotary)


Pada mesin bor putar – hidrolik, pembebanan pada mata bor terutama diatur
oleh sistem hidrolik yang terdapat pada unit mesin bor, disamping beban yang
berasal dari berat stang bor dan mata bor. Cara kerja dari jenis mesin bor ini adala

31
mengombinasikan tekanan hidrolik, stang bor dan putaran mata bor di atas
formasi batuan.
Formasi batuan yang tergerus akan terbawa oleh fluida bor ke permukaan
melalui rongga anulus atau melalui rongga stang bor yang bergantung pada sistem
sirkulasi fluida bor yang digunakan.

b. Pompa Atau Kompresor


Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan pada pompa diantaranya adalah:
a. Tipe akting piston
b. Diameter piston
c. Power
d. Dimensi
e. Berat
f. Volume/ pressure
g. Working pressure

Adapun hal – hal yang penting diperhatikan pada kompresor adalah:


a. Tekanan udara yang dihasilkan
b. Volume udara yang dihasilkan per satuan waktu
Pada tahap pemboran lumpur dan kompresor berfungsi sebagai sumber
tenaga untuk mensirkulasikan fluida bor. Jika fluida bor yang digunakan adalah
lumpur, maka sebagai sumber tenaga adalah pompa lumpur, dan jika fluida bor
yang digunakan adalah udara maka sumber tenaganya adalah kompresor. Adapun
pompa/ kompresor yang digunakan adalah:
• Merk
• Model
• Kapasitas
• Dimensi
• Diameter piston
• Berat
• Power
• Volume/ pressure
• Working pressure

32
c. Stang Bor
Stang bor merupakan pipa yang terbuat dari baja, dimana bagian pipa ujung
– ujungnya terdapat ulir, dimana fungsinya sebagai penghubung antara dua buah
stang bor.

d. Pipa Casing
Didalam operasi pemboran pipa casing berfungsi untuk menjaga lubang bor
dari colaps (keruntuhan) dan peralatan pemboran lain dari gangguan – gangguan.
Ada dua tipe untuk menghubungkan pipa casing, yaitu:

1. Type Flash Joint, dimana penghubungan antara pipa satu dengan pipa lainya
dilakukan secara langsung.

2. Type Flash Coupled, dimana penghubungan antara pipa menggunakan sebuah


coupling.

e. Mata Bor (Bit)


Mata bor merupakan salah satu komponen dalam pemboran yang digunakan
khususnya sebagai alat pembuat lubang (hole making tool). Gaya yang bekerja
pada bit agar bit dapat bekerja sesuai dengan yang diharapkan secara garis besar
terbagi atas dua macam, yaitu gaya dorong dan gaya putar. Keekfetifan penetrasi
yang dilakukan pada pemboran tergantung pada kedua gaya jenis ini. Gaya
dorong dapat dihasilkan melalui tumbukan yang dilakukan pada pemboran
tumbuk, pemuatan bit, tekanan dibawah permukaan.

Gaya putar dapat dihasilkan pada mekanisme pemboran putar dengan


bantuan mesin putar mekanik yang dapat memutar bit (setelah ditransmisikan oleh
stang bor) dan dengan bantuan gaya dorong statik mengabrasi batuan yang
ditembus. Gaya dorong yang bersifat statik yang secara tidak langsung turut
menunjang gaya- gaya tersebut diatas misalnya berat dari stang bor dan berat rig.
Faktor- faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan bit yaitu:
1. Ukuran dan bentuk mata bor
2. Ukuran gigi mata bor
3. Berat mata bor
4. Kekerasan matriks.

33
3.5. Perhitungan pemboran

1. Waktu Edar (Cycle Time)


Merupakan waktu yang dibutuhkan dalam satu siklus pemboran yang meliputi
pemasangan alat bor, waktu mata bor berputar dan waktu cabut mata bor serta waktu
tumbuk. (Jeckson, 2017)

Perhitungan cycle time pemboran dapat dihitung dengan persamaan (3.1):

CT = Waktu Pasang + Waktu Running + Waktu Cabut + Waktu Tumbuk …. (3.1)

2. Kecepatan Produktivitas Pemboran


Kecepatan produksi pemboran yakni perbandingan kedalam pemboran
dalam satu siklus dengan perolehan cycle time.
Kecepatan produktivitas pemboran dapat ditentukan dengan persamaan (3.2) :

…………………………………………………………….………… (3.2)

Keterangan :
V = Kecepatan Produktivitas Pemboran (Meter/Jam)
H = Kedalaman (Jam)
CT = Cycle Time (Jam)

3. Efektivitas Pemboran
Efektivitas pemboran ditentukan oleh lamanya waktu beroperasi dan lamanya
beroperasi dan lamanya beroperasi beserta hambatan dalam beroperasi. Hambatan
dalam beroperasi diantaranya waktu pindah alat, pengisian bahan bakar, batang bor
jatuh, dan istirahat sebelum jam kerja usai. Untuk menentukan nilai efektivitas dari
suatu pemboran digunakan persamaan (3.3) sebagai berikut :

x 100% …………………………………………………..……… (3.3)

Keterangan :
UA = Use of Avability (%)
W = Lamanya Beroperasi (Jam)
S = Hambatan (Jam)

34
4. Produktivitas Pemboran
Produktivitas pemboran dipengaruhi oleh banyaknya waktu hambatan pada saat
pemboran yang akan mempengaruhi efisiensi pemboran. Efisiensi dan kecepatan
pemboran merupakan faktor terpenting yang dapat memengaruhi nilai produktivitas.
Untuk menghitung produktivitas dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan
(3.4) sebagai berikut :

Produktivitas = Efektifitas x Kecepatan Pemboran ………………………….. (3.4)

5. Core Recovery
Core recovery adalah perbandingan antara panjang core yang telah didapat
dengan panjang kemajuan pemboran yang didapat. Untuk menentukan Core Recovery
digunakan persamaan (3.5) berikut :

Core Recovery = Panjang Core x 100%


Kemajuan Bor ....................................................... (3.5)

35
BAB IV
METODOLOGI DAN HASIL KERJA PRAKTEK

4.1. Metodologi Kerja Praktek


Dalam kegiatan kerja praktek ini ada beberapa metode yang digunakan
untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dilapangan untuk mencapai tujuan
kerja praktek.

4.1.1. Metode Kerja Praktek


Adapun kegiatan kerja praktek yang dilakukan di salah satu perusahaan
pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPN SULTRA Kabupaten Kolaka Provinsi
Sulawesi Tenggara. Pada kegiatan kerja praktek ini, yaitu menggunakan metode
pengumpulan data melalui pengamatan langsung atau peninjauan secara cermat
dan langsung dilapangan atau lokasi kerja praktek. Selain itu metode yang
digunakan adalah interview (wawancara) dengan pihak perusahaan dalam hal ini
pengumpulan informasi data yang dibutuhkan utnuk kerja praktek. Kegiatan
lapangan yang dilakukan adalah di tambang utara dengan pengamatan langsung
teknis pemboran .

4.1.2. Tahapan Kerja Praktek


Berikut adalah tahapan kerja praktek yang dilakukan di salah satu
perusahaan pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPN SULTRA Kabupaten Kolaka
Provinsi Sulawesi Tenggara.

4.1.2.1. Studi Literatur


Studi literatur berupa studi terhadap daerah Penelitian dari kepustakaan
yang ada. Bahan-bahan kepustakaan berupa buku-buku dan bahan dokumentasi
lainnya yang mendukung obyek Penelitian. Direncanakan juga langkah-langkah
kerja yang sesuai dengan kondisi dilapangan.
Studi literatur dijadikan sebagai pedoman dasar pada kegiatan Kerja Praktek
dan penentuan langkah-langkah yang bersumber dari referensi-referensi dan juga
sejumlah informasi yang dapat dilokasi Penelitian yang sesuai dengan pokok
permasalahan. Referensi tersebut diambil dari Perusahaan ANTAM Tbk yang

36
meliputi, laporan kerja praktek tentang kegiatan pengeboran. Dan laporan kerja
praktek sebelumnya dari Universitas Sembilanbelas November tentang pemboran,
serta referensi dari jurnal dan informasi dari internet yang telah disebarluaskan.

4.1.2.2. Observasi Lapangan


Pada tahap observasi lapangan yang dilakukan di PT ANTAM Tbk UBPN
SULTRA yaitu pengamatan lokasi kegiatan pemboran di tambang utara , dimana
daerah tersebut lahan baru yang akan dilakukan kegiatan penambangan. kemudian
pengamatan prosedur teknis pengeboran secara langsung didaerah tersebut serta
mengambil data secara langsung yaitu data cycle time pengeboran, data logging
dan dokumenasi daerah kegiatan.

4.1.2.3. Pengambilan Data


Pada tahap ini mahasiswa yang melakukan Penelitian mengumpulkan
beberapa data yang dibutuhkan untuk menganalisa rumusan masalah yang ada.
Adapun data yang diperlukan pada Penelitian ini antara lain :
a. Data primer adalah data yang diperoleh setelah mengadakan pengamatan
langsung dilapangan seperti pengambilan data selama proses Pengeboran
tersebut berlangsung, seperti Spesifikasi Alat, Data Hasil Eksplorasi, data
Cycle Time pengeboran dan Dokumentasi.
b. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari perusahaan yaitu data curah
hujan, peta wilayah penambangan dan peta lokasi PT ANTAM.

4.1.2.4. Pengolahan Data


Adapun pengolahan data keseluruhan dari data primer. Akan di olah
menggunakan rumus yang telah diberikan oleh perusahaan untuk mendapatkan
hasil dari kegiatan pengeboran. Rumus yang diberikan untuk mendapatkan berapa
kecepatan, efektivitas, produktifitas pemboran. Data diolah pada software
Microsoft Excel 2007 dalam bentuk tabulasi (tabel).

4.1.2.5. Analisis Data


Analisis data adalah bagian dari tahapan kerja praktek yang bertujuan untuk
menganalisis pengolahan data sehingga menghasilkan satu hasil yang selanjutnya
akan dianalisis lebih jauh sehingga menghasilkan satu kecenderungan atau

37
kesimpulan mengenai permasalahan yang dianalisis. Dari analisis ini akan terbagi
menjadi dua yaitu :
a. Teknik analisis kualitatif : dimana data yang dilakukan dalam kerja praktek ini
dilakukan secara induktif yang merupakan suatu proses pemahaman yang
didasarkan pada informasi dan fakta yang ada dilapangan kemudian
mencocokkan dengan teori – teori yang ada tentang pemboran.
b. Teknik analisis kuantitatif : dimana dalam proses pengolahan data – data
tersebtu pada lokasi kerja praktek seperti :
 Data cycle time diolah menggunakan rumus – rumus tertentu secara
tabulasi dengan proses analisis data menggunakan software Microsoft excel
2007 untuk mengetahui kecepatan slama pengeboran ,efektivitas pemboran
dan produktivitas pemboran untuk mencapai target.
 Data logging di olah menggunakan rumus tertentu secara tabulasi dengan
proses analisis data menggunakan software Microsoft excel 2007 untuk
mengetahui core recovery setiap pengeboran yang dihasilkan, mengetahui
zona lapisan tanah serta kandungan mineral .

4.1.2.6. Pembahasan
Bagian ini menjelaskan bagaimana penyelesaian dari masalah-masalah yang
terdapat pada kegiatan prosedur teknis pengeboran. Adapun pembahasan ini
adalah menjelaskan bagaimana prosedur teknis pemboran yang dilakukan
dilapangan. Kemudian menjelaskan data dari hasil pengolahan dan analisis kerja
praktek dimana dari hasil data cycle time menghasilkan kecepatan pemboran,
efektivitas pemboran dan produktivitas pemboran. Kemudian data logging
menghasilkan core recovery, dimana core recovery ini tidak setiap pemboran
mencapai 100 %. Melainkan ada faktor loose dan swing pada coring. Zona pada
lapisan tanah dan ketebalan yang terdapat pada setiap lapisan tanah tersebut.

4.1.2.7. Kesimpulan
Merupakan rangkuman singkat yang berisi tentang studi teknis pemboran
eksplorasi detail ditambang utara pada PT ANTAM Tbk. UBPN SULTRA.
Dimana menjawab semua rumusan masalah dan tujuan pada kerja praktek.

38
4.1.2.8. Pembuatan Laporan
Hasil kerja praktek akan dituangkan dalam bentuk laporan sebagai suatu
pelaporan dari hasil kerja praktek yang dicapai.
Adapun bagan alir dari Kerja Praktek adalah sebagai berikut :

Sumber : Resyani,2018
Gambar 4.1. Bagan Alir Kerja Praktek

39
4.2. Hasil Kerja Praktek
Hasil kerja praktek terbagi menjadi dua yaitu hasil data yang di ambil dari
lapangan yang masih berupa data mentah dan data hasil pengolahan.

4.2.1. Hasil Data Lapangan


Adapun selama kegiatan lapangan berlangsung data yang diambil dari
lapangan yaitu data Cycle Time produksi lapangan dan Data Recovery Core . Data
– data tersebut akan menghasilkan produktivitas pemboran.

4.2.1.1. Data Cycle Time Produksi Pemboran


Adapun data Cycle Time yang didapatkan dari lokasi kerja praktek yaitu
Cycle Time pemboran eksplorasi detail. Perhitungan Cycle Time dapat ditentukan
dengan persamaan (3.1) pada halaman 43, hasil Cycle Time Produksi Pemboran
Titik Bor PML 4490 dapat dilihat pada tabel 4.1 (Untuk lebih lengkapnya dapat
dilihat pada lampiran 1) :

Tablel.4.1. Data Cycle Time Produksi Pemboran Titik Bor PML 4490

Kedalaman Jumlah
Pasang Running Cabut Tumbuk
(Cm) CT
No
Detik Detik Detik Detik Detik
From To
(S) (S) (S) (S) (S)
1 0 20 5 35 10 17 67
2 20 50 10 24 25 10 69
3 50 70 18 48 15 5 86
4 70 100 18 30 22 7 77
5 100 130 26 53 33 12 124
6 130 180 4 54 35 12 105
7 180 200 43 55 37 15 150
8 200 240 34 80 20 25 159
9 240 280 48 34 31 22 135
10 280 300 29 153 55 12 249
Sumber : Data Kerja Praktek Resyani, 2018

Adapun hasil Cycle Time Produksi Pemboran Titik Bor PML 4341 dapat
dilihat pada tabel 4.2 ( Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1 ) :

40
Tabel 4.2. Data Cycle Time Produksi Pemboran Titik Bor PML 4341

Kedalaman Jumlah
Pasang Running Cabut Tumbuk
(Cm) Ct
No
Detik Detik Detik
From To Detik (S) Detik (S)
(S) (S) (S)
1 0 20 46 19 7 50 122
2 20 50 7 44.6 16 25 92.6
3 50 80 45.4 23.4 16 22 106.8
4 80 100 28.3 25 14 36 103.3
5 100 130 20 28 10.8 29 87.8
6 130 160 21.8 47.9 14 27 110.7
7 160 200 35 28.3 28.2 15 106.5
8 200 250 24.1 36.1 34.6 23 117.8
9 250 300 26.8 37.5 28.2 34 126.5
10 300 340 45.5 61 43.8 32 182.3
Sumber : Data Kerja Praktek Resyani, 2018

4.2.1.2. Data Core Recovery Pemboran


Adapun data Core Recovery yang didapatkan dari lokasi kerja praktek yaitu
Core Recovery pemboran eksplorasi detail. Perhitungan Core Recovery dapat
ditentukan dengan persamaan (3.5) pada halaman 44, hasil perhitungan Core
Recovery Pemboran Titik Bor PML 4490 dapat dilihat pada Tabel 4.3 sebagai
berikut (Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada lampiran 2) :

Tabel 4.3. Data Core Recovery Pemboran Titik bor PML 4490
kedalaman core
(cm) kemajuan Panjang recovery
no Zona
(cm) core (cm)
from to (%)
1 0 20 20 20 100.0 Top Soil
2 20 50 30 30 100.0 Top Soil
3 50 70 20 30 100.0 Top Soil
4 70 100 30 30 100.0 Top Soil
5 100 130 30 30 100.0 Top Soil
Sumber : Data Kerja Praktek Resyani, 2018

41
Adapun hasil perhitungan Core Recovery Pemboran Titik Bor PML 4341
dapat dilihat pada Tabel 4.4 sebagai berikut (Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat
pada lampiran 2) :

Tabel 4.4. Data Core Recovery Pemboran Titik Bor PML 4341
kedalaman core
(cm) kemajuan Panjang recovery
no Zona
(cm) core (cm)
from to (%)
1 0 20 20 20 100.0 Top Soil
2 20 50 30 30 100.0 Top Soil
3 50 80 30 30 100.0 Top Soil
4 80 100 20 20 100.0 Top Soil
5 100 130 30 30 100.0 Top Soil
6 130 160 30 30 100.0 Top Soil
7 160 200 40 40 100.0 Top Soil
Sumber : Data Kerja Praktek Resyani, 2018

4.2.2. Hasil Pengolahan Data Lapangan


Hasil data yang diambil dari lapangan kemudian diolah untuk menentukan
Kecepatan Pemboran, Efektivias Pembran dan Produktivitas Pemboran .

4.2.2.1. Kecepatan Produktivitas Pemboran


Kecepatan produktivitas pemboran dapat ditentukan dengan persamaan (02)
pada halaman 43, hasil perhitungan kecepatan produktivitas pemboran pada titik
bor PML 4490 dapat dilihat pada Tabel 4.5 sebagai berikut :

Tabel 4.5 Kecepatan Pemboran Pada Titik Bor PML 4490


Kedalaman Cycle Time Kecepatan
No Tanggal Kode TB
(M) (Jam) (M/Jam)
1 9 - April - 2018 12.3 1.54 7.99
2 10- April- 2018 15.1 4.46 3.39
PML
3 11- April 2018 1.6 5.24 0.31
4490
4 12 - April - 2018 5.4 4.62 1.17
5 13- April - 2018 4.4 5.52 0.80
Sumber :Data Kerja Praktek Resyani, 2018

42
Adapun hasil perhitungan kecepatan produktivitas pemboran pada titik bor
PML 4341 dapat dilihat pada Tabel 4.6 sebagai berikut :

Tabel 4.6. Kecepatan Pemboran Pada Titik Bor PML 4341


Kedalaman Cycle Kecepatan
No Tanggal Kode TB
(M) Time (Jam) (M/Jam)
1 12-April-2018 16 1.37 11.66
PML 4341
2 13-April-2018 15.1 5.50 2.74
Sumber :Data Kerja Praktek Resyani, 2018

4.2.2.2. Efektivitas Pemboran


Untuk Efektivitas Pemboran dapat ditentukan dengan persamaan (03) pada
halaman 43, hasil perhitungan efektivitas Pemboran Titik Bor PML 4490 dapat
dilihat pada Tabel 4.7 sebagai berikut :

Tabel 4.7. Efektivitas pemboran Titik Bor PML 4490


No Tanggal Kode TB W (Jam) S (Jam) Au (%)
1 9 - April - 2018 1.54 0.85 64.44
2 10-April- 2018 4.46 0.55 89.02
3 11-April 2018 PML 4490 5.24 0.45 92.09
4 12 -April - 2018 4.62 0.6 88.51
5 13-April - 2018 5.52 0.15 97.35
Sumber :Data Kerja Praktek Resyani, 2018

Adapun hasil perhitungan Efektivitas Pemboran Titik Bor PML 4341 dapat
dilihat pada Tabel 4.8 sebagai berikut :

Tabel 4.8. Efektivitas pemboran Titik Bor PML 4341

No Tanggal Kode TB W (Jam) S (Jam) AU (%)


1 12-April-2018 1.37 1.27 51.94
PML 4341
2 13-April-2018 5.50 0.47 92.13
Sumber :Data Kerja Praktek Resyani, 2018

43
4.2.2.3. Produktivitas Pemboran
Untuk menghitung produktivitas pemboran dapat ditentukan dengan
persamaan (04) pada halaman 44, hasil perhitungan produktivitas pemboran Pada
Titik Bor PML 4490 dapat dilihat pada Tabel 4.9 sebagai berikut :

Tabel 4.9. Produktivitas pemboran Pada Titik Bor PML 4490


AU Produktifitas
No Tanggal Kode TB V (M/Jam)
(%) (M/Jam)
1 9 -April- 2018 64.44 8.0 5.15
2 10-April-2018 89.02 3.4 3.01
3 11-April-2018 PML 4490 92.09 0.3 0.28
4 12–April-2018 88.51 1.2 1.03
5 13-April-2018 97.35 0.8 0.78
Sumber :Data Kerja Praktek Resyani, 2018

Adapun hasil perhitungan produktivitas pemboran Pada Titik Bor PML


4490 dapat dilihat pada tabel 4.10 sebagai berikut :

Tabel 4.10. Produktivitas pemboran Pada Titik Bor PML 4341


Produktifitas
No Tanggal Kode TB AU (%) V (M/Jam)
(M/Jam)
1 12 - April - 2018 PML 51.94 11.7 6.06
2 13- April - 2018 4341 92.13 2.7 2.53
Sumber :Data Kerja Praktek Resyani, 2018

44
BAB V
PEMBAHASAN

5.1. Nikel
Nikel pada PT ANTAM Tbk UBPN Sulawesi Tenggara merupakan nikel
laterit dimana lapisan nikel yaitu terdiri dari Top Soil dimana lapisan ini lapisan
teratas atau penutup bagian atas yang mengandung unsur hara yang berguna
sebagai media tumbuh dari tanaman. Lapisan kedua yaitu OverBurden (OB)
merupakan lapisan tanah diantara lapisan atas/ top soil dan limonit, lapisan OB ini
mayoritas terdiri dari tanah laterit dan lempung yang mudah digali. Kemudian
ketiga yaitu Limonit lapisan ini mengandung unsur Fe dan Ni dimana kandungan
Fe lebih besar dibanding kandungan Ni. Kemudian keempat Saprolit , lapisan ini
memiliki kandungan unsur Fe dan Ni, dimana kandungan Fe lebih kecil dibanding
Ni dan lapisan terakhir yaitu Bedrock , lapisan ini adalah lapisan terbawah nikel
laterit dan tidak bernilai ekonomis. Dapat dilihat pada gambar 5.1.

Overburden

Limonit

Saprolite

Sumber : Dokumentasi Resyani 2018


Gambar 5.1. Lapisan Nikel Laterit dibukit Hilux Tambang Utara

Dari hasil pengamatan kerja praktek pada PT ANTAM Tbk UBPN


Sulawesi Tenggara, kadar Ore Saprolite terbagi dua yaitu High Grade Saprolite
Ore (HGSO) Dan Low Grade Saprolite Ore (LGSO). Dimana kadar ore LGSO
memiliki kandungan nikel < 1.7 % dan digunakan untuk keperluan ekspor

45
sedangkan kadar ore HGSO memiliki kandungn nikel > 1.7% yang digunakan
untuk umpan pabrik.

5.2. Eksplorasi
Kegiatan eksplorasi di PT ANTAM Tbk UBPN SULTRA yakni meliputi
studi literature, eksplorasi regional, eksplorasi semi detail dan eksplorasi detail.
Dalam kegiatan eksplorasi dimana kegiatan tersebut memiliki beberapa tahapan
yaitu :

a. Eksplorasi regional
Kegiatan eksplorasi yang dilakukan pengeboran/tespit dengan jarak spasi
antara titik bor adalah 100 m s/d 200 m. Data yang dihasilkan pengeboran
pada eksplorasi ini menghasilkan data sumber daya tereka. Pemberoan
bertujuan untuk mengetahui persebaran dan kualitas dari bahan galian
dibawah permukaan tanah.

b. Eksplorasi semi detail


Kegiatan eksplorasi yang dilakukan pengeboran dengan jarak spasi antara
titik bor adalah 50 m. data yang dihasilkan pengeboran pada eksplorasi ini
menghasilkan data sumber daya tertunjuk.

c. Eksplorasi detail
Kegiatan eksplorasi yang dilakukan pengeboran dengan jarak spasi antara
titik bor adalah 25 m. data yang dihasilkan pengeboran pada eksplorasi ini
menghasilkan data sumber daya terukur.

5.2.1. Alur kegiatan eksplorasi


Dari tiga tahap kegiatan eksplorasi memiliki alur masing – masing. Tahap
pertama yaitu eksplorasi regional tahap kedua yaitu eksplorasi semi detail dan
tahap ketiga yaitu eksplorasi detail . dimana dapat dilihat alur kegiatan eksplorasi
pada Gambar 5.1 sebagai berikut :

46
Tabel 5.1 Alur Kegiatan Eksplorasi

Eksplorasi Regional Eksplorasi Semi Detail Eksplorasi Detail

1. Desktop studi 1. Mapping 1. Mapping

2. Mapping 2. Menentukan titik bor 2. Menentukan titik bor

3. Menentukan titik bor 3. Pengukuran 3. Pengukuran

4. Pengukuran 4. Pemboran 4. Pemboran

5. Tespit/Pemboran 5. Lab preparasi 5. Lab preparasi

6. Lab preparasi 6. Lab hasil analisa 6. Lab hasil analisa

7. Lab hasil analisa

Sumber : Data Pengamatan Resyani,2018

5.3. Pemboran
Kegiatan kerja praktek pada pengamatan di PT ANTAM Tbk UBPN
Sulawesi Tenggara yaitu kegiatan eksplorasi detail dengan menggunakan sistem
pengeboran dimana daerah tersebut belum dilakukan kegiatan penambangan.
Pemboran ini dilakukan di tambang utara dengan menggunakan pola pemboran
yaitu persegi atau grid, dengan spasi titik bor 25 x 25 m. Kemudian kedalaman
pada pemboran tergantung dari batas zona batuan dasar yang ditembus oleh mata
bor sedalam 3 m.
Untuk spasi yang digunakan yakni 25 m hal ini memperkecil jarak spasi
pada pemboran eksplorasi regional dan semi detail. Data yang didapat dari
pemboran ini adalah data logging untuk mengetahui litologi dari core yang
didapatkan pada tahap pemboran.

Tujuan dari kegiatan pemboran ini adalah untuk menghasilkan :


a) Data endapan bijih nikel
b) Data ketebalan tiap lapisan zona laterit nikel
c) Core Recovery
d) Mineral yang terkandung

47
5.3.1. Mekanisme Pemboran
Pada lokasi pengeboran di Tambang utara yang masih ditumbuhi banyak
pepohonan, letak pemborannya yakni searah dengan badan bijih karena melihat
medannya yang relatif datar. Mekanisme gerak alat yang digunakan adalah Rotary
Drilling. Cara ini memungkinkan alat untuk berputar secara otomatis dengan
bantuan mesin penggerak, hanya saja naik turunnya diatur oleh operator. Pola
pemboran yang digunakan adalah Grid dengan spasi titik bor 25 x 25 m.
Tipe alat pemboran Single Tube adalah YBM 0503 dengan mesin penggerak
YANMAR TF105 MR. Mata bor yang digunakan adalah widya dengan kekerasan
Skala Mohs 7.

5.3.2. Komponen Alat Bor


Tipe alat pemboran yang digunakan PT ANTAM Tbk UBPN Sulawesi
Tenggara adalah YBM 0503 bagian – bagian komponen alat bor yaitu sebagai
berikut :

1. Mesin Penggerak Alat bor


Mesin penggerak yang digunakan adalah YANMAR TF105 MR-di dengan
bahan bakar solar. Alat penggerak yang digunakan untuk menggerakkan bor pada
kegiatan pemboran. Mesin penggerak tersebut Dapat dilihat pada Gambar 5.2:

Sumber : Dokumentasi Resyani 2018


Gambar 5.2. Mesin Bor Tipe Yanmar TF105 MR

48
2. Alat bor
Alat bor yang digunakan dalam kegiatan pemboran adalah tipe YBM 0503
dengan mekanisme gerak alat yang digunakan adalah Rotary Drilling. Alat bor
pemboran tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.3:

Sumber : Dokumentasi Resyani 2018


Gambar 5.3 Alat bor tipe YBM 0503.

3. Gear Box
Gear box merupakan bagian dari mesin bor yang berfungsi sebagai pemutar
batang bor yang nantinya akan masuk kedalam lubang bor, Gear box harus selalu
diberikan grese bertujuan untuk meminimalisirkan keausan pada mesin tersebut.
Gear Box tersebut Dapat dilihat pada Gambar 5.4 :

Sumber : Dokumentasi Resyani 2018


Gambar 5.4 Gear Box

49
4. Spindel
Spindel berfungsi sebagai tempat dudukan batang bor yang akan
dimasukkan kedalam lubang bor. Spindel dapat dilihat pada Gambar 5.5.:

Sumber : Dokumentasi Resyani 2018


Gambar 5.5. Spindel

5. Chuck
Chuck merupakan alat pengunci batang AXL pada saat melakukan proses
pemboran yaitu saat running dan saat pencabutan batang bor. Chuck dapat dilihat
pada Gambar 5.6.:

Sumber : Dokumentasi Resyani 2018


Gambar 5.6. Chuck

50
6. Panel atur bor
Panel atur bor memiliki fungsi masing – masing seperti pada gambar
dibawah ini, Dapat dilihat pada Gambar 5.7 :

B C

D
E

Sumber : Dokumentasi Resyani 2018


Gambar 5.7. Panel atur bor

Panel atur bor memiliki banyak komponen antara lain:


a. Hoist dan Brake berfungsi untuk menaikan dan menurunkan tali dengan
mesin.
b. Kopling berfungsi untuk menjadikan kondisi gigi netral agar bisa mengganti
gigi transmisi.
c. Slinding gear berfungsi untuk mengganti mode spindel atau mode winch.
d. Pressure gauge berfungsi untuk menunjukan keadaan tekanan.
e. DCV berfungsi untuk menaikan dan menurunkan batang bor.
f. Keran fluida berfungsi untuk mengatur tekanan fluida.

7. Batang Bor
Batang bor yang digunakan pada pemboran adalah batang bor tipe AXL
dengan panjang 1,5 m. Yang berfungsi untuk membantu bit dan tube mencapai
kedalaman tertentu. dapat dilihat pada Gambar 5.8. :

51
Sumber : Dokumentasi Resyani 2018
Gambar 5.8 Batang Bor Tipe AXL

8. Pin
Pin merupakan alat yang memiliki drat atau ulir pada kedua ujung sisinya.
Pin berfungsi untuk menyambungkan kesesama batang AXL dengan sub. Dapat
dilihat pada Gambar 5.9. :

Sumber : Dokumentasi Resyani 2018


Gambar 5.9. Pin

9. Sub
Sub merupakan alat yang berfungsi sebagai penyambung batang bor AXL
dengan tube. Dapat dilihat pada Gambar 5.10. :

52
Sumber : Dokumentasi Resyani 2018
Gambar 5.10. Sub

10. Tube
Tube merupakan alat yang berfungsi sebagai penampung core maupun
lumpur saat pemboran. Tube memiliki 2 ukuran panjang yaitu 50 cm dan 1 m.
Pada awal melakukan pemboran akan digunaka tube ukuran 50 cm karena tube
ukuran 1 m terlalu panjang untuk awal pemboran. Dapat dilihat pada Gambar
5.11. :

50 cm 1m

Sumber : Dokumentasi Resyani 2018


Gambar 5.11. Tube 50 cm dan Tube 1 m

11. Bit (Mata Bor)


Bit merupakan alat yang berfungsi untuk menembuskan lapisan batuan dan
sebagai tempat meletakan mata bor yang disebut widya. Ada 2 jenis bit yaitu, bit 4
mata widya dan bit 6 mata widya. Dapat dilihat pada Gambar 5.12. :

53
Sumber : Dokumentasi Resyani 2018
Gambar 5.12. Bit

5.3.3. Perlengkapan Peralatan


Alat perlengkapan peralatan pemboran atau pendukung untuk melancarkan
kegiatan pemboran adalah sebagai berikut:

1. Kunci Chuck
Kunci Chuck berfungsi untuk mengencangkan atau mengendorkan chuck
saat melakukan penguncian batang bor. Kunci Chuck dapat dilihat pada Gambar
5.13. :

Sumber : Dokumentasi Resyani 2018


Gambar 5.13. Kunci Chuck

54
2. Body Protector
Body Protector merupakan alat yang membantu proses mengeluarkan core
hasil dari pemboran yang tertampung didalam tube, serta menjaga badan core
yang didapatkan agar tetap utuh. Dapat dilihat pada Gambar 5.14. :

Sumber : Dokumentasi Resyani 2018


Gambar 5.14. Body Protector

3. Pipa
Pipa berfungsi sebagai tempat penyimpanan core yang telah dikeluarkan
menggunakan alat penumbuk atau body protector dari dalam batang tube. Dapat
dilihat pada Gambar 5.15. :

Sumber : Dokumentasi Resyani 2018


Gambar 5.15 Pipa

55
4. Core Box
Core Box digunakan sebagai tempat menyusun core sesuai dengan
kemajuan dan kedalaman bor. Dapat dilihat pada Gambar 5.16. :

Sumber : Dokumentasi Resyani 2018


Gambar 5.16.core box

5. Kunci Pipa
Kunci Pipa berfungsi untuk membantu proses pemasangan maupun
pencabutan batang bor dan juga digunakan pada saat pelepasan antara tube dan
sub. Dapat dilihat pada Gambar 5.17. :

Sumber : Dokumentasi Resyani 2018


Gambar 5.17. Kunci Pipa

56
6. Tripod
Tripod berfungsi sebagai tiang penyangga terpal untuk pelindung bagi
pekerja dari panas matahari langsung dan sebagai penyimpanan katrol guna untuk
membantu mengangkat batang bor dari lubang bor. Dapat dilihat pada
Gambar5.18. :

Sumber : Dokumentasi Resyani 2018


Gambar 5.18. Tripod

7. Hosting
Hosting digunakan untuk membantu menaikkan dan menurunkan batang bor
dari lubang bor. Dapat dilihat pada Gambar5.19. :

Sumber : Dokumentasi Resyani 2018


Gambar 5.19 Hosting

57
8. Palu
Palu berfungsi sebagai penumbuk jika core susah lepas dari tube, dan
sebagai alat mempermudah melepaskan sub atau pin dari batang bor jika susah
dibuka menggunakan kunci. Dapat dilihat pada Gambar 5.20. :

Sumber : Dokumentasi Resyani 2018


Gambar 5.20. palu

9. Neraca
Berguna untuk menimbang sampel di lapangan setelah core di ambil dari
core box. Dapat dilihat pada Gambar 5.21. :

Sumber : Dokumentasi Resyani 2018


Gambar 5.21. Neraca Timbang

58
10. Pita kode core
Pita ini berguna untuk kode core di core box dan alumina kode core dalam
kantung sampel. Dapat dilihat pada Gambar 5.22. :

Sumber : Dokumentasi Resyani 2018


Gambar 5.22. pita penulisan kode core

11. Boundery
Digunakan sebagai penanda titik bor jika sudah dilakukan pemboran. Dapat
dilihat pada Gambar 5.23. :

Sumber : Dokumentasi Resyani 2018


Gambar 5.23 Boundery

12. Jeriken
Digunakan sebagai tempat penampungan air yang akan digunakan
pemboran barlangsung. Dapat dilihat pada Gambar 5.24. :

59
Sumber : Dokumentasi Resyani 2018
Gambar 5.24. Jeriken

13. Kunci
Kunci berfungsi untuk membuka bagian gear box guna mengangkat batang
AXL kepermukaan. Dapat dilihat pada Gambar 5.25. :

Sumber : Dokumentasi Resyani 2018


Gambar 5.25. kunci

5.3.4. Alur kegiatan pemboran


Kegiatan pemboran pada PT ANTAM Tbk UBPN SULTRA yaitu memiliki
beberapa tahapan, dapat dilihat pada Gambar 5.26 sebagai berikut :

60
Sumber : data pengamatan Resyani,2018
Gambar 5.26. Alur Kegiatan Pemboran

5.3.4.1. Pencarian titik bor


Pencarian titik bor dilakukan menggunakan peta yang sudah ditentukan
dengan GPS untuk mencocokkan titik koordinat dilapangan dengan titik bor
dipeta yang sudah ditentukan. Spasi titik bor yang digunakan pada penentuan
jarak adalah 25 m dengan menggunakan pola pemboran yaitu grid. Dapat dilihat
pada gambar 5.27 sebagai berikut :

Sumber : Dokumentasi Resyani,2018


Gambar 5.27. Pencarian Titik Bor

61
5.3.4.2. Moving Dan Persiapan Alat Bor
Kegiatan moving dilakukan setelah pencarian titik disuatu lokasi ditemukan
kemudian moving tau pengankutan mesin dan alat bor dilakukan. Setelah alat bor
sudah tiba dilokasi kemudian persiapan, dimana dilakukan mulai dari pemasangan
mesin bor dan mesin penggerak di tempatkan dekat pada titik bor yang akan
dilakukan pengeboran dan pengambilan coring. Seperti pada gambar 5.28.

Sumber : Dokumentasi Resyani,2018


Gambar 5.28. Persiapan Pemboran

5.3.4.3. Pengeboran

Setelah persiapan alat – alat bor telah siap maka dilakukan pemasangan
batang bor, dimulai dari awal yaitu pemasangan tube dengan ukuran 50 cm dan
menyambungkan mata bit, untuk menggerus lapisan tanah penutup. setiap tahap
awal pengeboran menggunakan tube 50 cm, disaat mencapai kedalam 3 m lebih,
menggunakan tube 1 m. Setelah melewati kedalaman 5 m lebih, menggunakan
bantuan batang bor dengan ukuran diameter 6 cm. kemudian dilakukan
pengeboran setelah merasa tube terisi sampel (coring) sesuai dengan panjang tube
atau tergantung operator mesin bor yang mengendalikan karena pencapaian
kedalam disesuaikan dengan kesanggupan bor. Kemudian dilakukan pencabutan
batang bor untuk mengambil core yang berada dalam tube. Setelah tube di ambil
maka dilakukannya penumbukkan. Penumbukan dilakukan sesuai kekerasan core
yang masuk pada tube. Pada kegiatan pengeboran, jika terkena pada lapisan zona
bawah yang keras namun tidak mencapai lebih dari 3 m maka dapat dlanjutkan

62
pengeboran dikarenakan hanya mengenai boulder. Akan tetapi jika pencapaian
kedalaman mengenai batuan dengan pengeboran pengambilan coring ± 3 m maka
dikatakan bedrock dan dapat dihentikan lanjut ke titik bor selanjutnya. Pada PT
ANTAM Tbk UBPN Sulawesi Tenggara memiliki target dalam satu hari minimal
pengeboran mencapai 13 m dalam satu mesin bor, dan jika mencapai zona keras
target yang dibutuhkan sesuai dengan kemampuan alat bor.
Pada kegiatan pengboran ini dilakukan cycle time untuk dapat mengetahui
beberapa produktivitas yang terdapat selama kegiatan pengeboran terjadi. Seperti :

1. Kecepatan Produktivitas Pemboran


Tujuan menghitung kecepatan produktivitas pemboran untuk mengetahui
seberapa besar kemampuan alat bor mencapai kedalaman dalam waktu tertentu.
Seperti yang dihasilkan pada gambar 5.29 dan gambar 5.30. sebagai berikut :

Sumber : Data Kerja Praktek Resyani, 2018


Gambar 5.29. Grafik Kecepatan Pemboran Pada Titik Bor PML 4490

Gambar 5.29 diatas kegiatan pengeboran berjalan selama 5 hari dengan


kecepatan masing – masing berbeda pada kecepatan dihari pertama adalah 7.99
m/Jam dimana pada kegiatan dihari pertama banyak memiliki hambatan termasuk
kegiatan moving, persiapan alat dan istirahat diwaktu jam kerja. Pada hari kedua
kecepatan mencapai 3.39 m/Jam dengan kedalaman cukup dalam untuk hambatan

63
pada kegiatan ini hanya terdapat persiapan alat dan istirahat pada waktu jam kerja
kemudian tekstur tanah yang digerus cukup lunak. Pada kecepatan dihari ke 3
mencapai 2.60 m/Jam dengan hambatan pada waktu delay ,istirahat diwaktu jam
kerja dan persiapan alat. Pada hari ke 4 kecepatan mencapai 1.17 m/Jam dengan
kedalaman 5.4 m. kecepatan ini cukup lambat dikarenakan zona lapisan terdapat
boulder (batuan yang terdapat pada sekitar lapisan saprolit ) memiliki hambatan
delay untuk melakukan pengimpusan batuan, untuk mempermudah pengeboran
batuan. Pada hari ke 5 kecepatan mencapai 0.80 m/Jam. pada proses pengeboran
dihari kelima zona yang terdapat yaitu memasuki zona lapisan bedrock maka dari
itu kegiatan ini dicukupkan waktu mencapai bedrock dengan kedalaman 3 meter.

Sumber : Data Kerja Praktek Resyani, 2018


Gambar 5.30. Grafik Kecepatan Pemboran Pada Titik Bor PML 4341

Gambar 5.30 diatas kegiatan pengeboran berjalan selama 2 hari dengan


kecepatan masing – masing berbeda pada kecepatan dihari pertama (12 April
2018) adalah 11.66 m/Jam dimana pada kegiatan dihari pertama banyak memiliki
hambatan termasuk kegiatan moving, persiapan alat dan istirahat diwaktu jam
kerja. Zona lapisan yang dimasukki cukup top soil, limonit. Pada hari kedua (13
April 2018) kecepatan mencapai 2.74 m/Jam dengan kedalaman cukup dalam
untuk hambatan pada kegiatan ini hanya terdapat persiapan alat dan istirahat pada

64
waktu jam kerja kemudian tekstur tanah yang digerus cukup lunak namum dapat
terselesaikan hingga mencapai dasar yaitu bedrock.

2. Efektivitas Pemboran
Tujuan menghitung efektivitas pemboran untuk mengetahui seberapa besar
kemampuan alat bor mencapai target dengan waktu dan hambatan tertentu. Seperti
yang dihasilkan pada gambar 5.31 dan gambar 5.32. sebagai berikut :

Sumber : Data Kerja Praktek Resyani, 2018


Gambar 5.31. Grafik Efektivitas Pemboran Pada Titik Bor PML 4490

Gambar 5.31 diatas, Kegiatan pengeboran berjalan selama 5 hari dengan


efektivitas pemboran masing – masing berbeda. Pada hari pertama adalah
efektifitas pemboran mencapai 64.44% dimana hambatan yang terjadi cukup besar
yaitu 1.25 Jam karena dibutuhkan kegiatan moving serta waktu istirahat yang
cukup lama dijam kerja. Pada hari ke 2 efektivitas pemboran mencapai 89.02% ,
hari ke 3 mencapai 92.09% , hari ke 4 mencapai 88.51% dan hari ke 5 mencapai
97.35%, dimana kegiatan selama 4 hari waktu yang tersedia cukup mencapai
efektivitas kegiatan pengeboran dengan hambatan yang minim.

65
Sumber : Data Kerja Praktek Resyani, 2018
Gambar 5.32. Grafik Efektivitas Pemboran Pada Titik Bor PML 4341

Gambar 5.32 diatas kegiatan pengeboran berjalan selama 2 hari dengan


efektivitas pemboran masing – masing berbeda. Pada hari pertama (12 April
2018) adalah efektifitas pemboran mencapai 51.94%. Dimana hambatan yang
terjadi cukup besar yaitu 1.27 Jam karena dibutuhkan kegiatan moving serta
waktu istirahat yang cukup lama dijam kerja. . Pada hari ke 2 (13 April 2018)
efektivitas pemboran mencapai 92.13% , dimana kegiatan pengeboran ini waktu
yang tersedia cukup mencapai efektivitas kegiatan pengeboran dengan hambatan
yang minim.

3. Produktivitas Pemboran

Tujuan menghitung produktivitas pemboran untuk mengetahui seberapa


besar kemampuan alat bor mencapai target dengan efektivitas dan kecepatan alat
bor. Seperti yang dihasilkan pada gambar 5.33 dan gambar 5.34. sebagai berikut :

66
Sumber : Data Kerja Praktek Resyani, 2018
Gambar 5.33. Grafik Produktivitas pemboran Pada Titik Bor PML 4490

Gambar 5.33 diatas, kegiatan pengeboran berjalan selama 5 hari dengan


produktivitas pemboran masing – masing berbeda. Pada hari pertama adalah
produktivitas pemboran mencapai 5.15 m/Jam, dimana sangat berkaitan dengan
kecepatan dan efektivitas alat yang digunakan. Kemudian faktor yang terjadi yaitu
penghambatan waktu yang cukup besar. Pada hari ke 2 produktivitas pemboran
3.01 m/Jam, hari ke 3 produktivitas pemboran mencapai 2.39 m/Jam, hari ke 4
produktivitas pemboran mencapai 1.03 M/Jam dan hari ke 5 produktivitas
mencapai 0.78 m/Jam, dimana selama 4 hari sangat berkaitan dengan kecepatan
dan efektivitas alat yang digunakan. Kemudian faktor yang terjadi yaitu
penghambatan waktu, namun faktor penghambat tidak terlalu mempengaruhi
karena hambatan yang terjadi minim.

67
Sumber : Data Kerja Praktek Resyani, 2018
Gambar 5.34. Grafik Produktivitas pemboran Pada Titik Bor PML 4341

Gambar 5.34 diatas kegiatan pengeboran berjalan selama 2 hari dengan


produktivitas pemboran masing – masing berbeda. Pada hari pertama (12 April
2018) adalah produktivitas pemboran mencapai 6.06 m/Jam, dimana sangat
berkaitan dengan kecepatan dan efektivitas alat yang digunakan. Kemudian faktor
yang terjadi yaitu penghambatan waktu yang cukup besar. dan hari ke 2 (13 April
2018) produktivitas mencapai 2.53 m/Jam, dimana kegiatan berkaitan dengan
kecepatan dan efektivitas alat yang digunakan. Kemudian faktor yang terjadi yaitu
penghambatan waktu, namun faktor penghambat tidak terlalu mempengaruhi
karena hambatan yang terjadi minim.

5.3.4.4. Penempatan Core Pada Core Box


Setelah penumbukan core, kemudian dilakukan penyimpanan core pada
core box namun core box harus bersih untuk menyimpan sampel core agar hasil
analisis sampel core murni dengan kandungan mineral dan kondisi lapangan yang
ada. Seperti pada gambar 5.35 sebagai berikut:

68
.
Sumber : Dokumentasi Resyani,2018
Gambar 5.35. Kegiatan Penumbukan Dan Penempatan Core Pada Core Box

5.3.4.5. Logging
Dalam kegiatan pemboran terdapat kegiatan logging dimana kegiatan
tersebut untuk mengetahui lapisan pada kedalaman bor atau litologi ada daerah
tersebut dari core yang di ambil dari hasil pemboran, serta mengetahui mineral –
mineral yang terkandung. Kegiatan logging dilakukan langsung dilapangan oleh
prospector. Adapun kegiatan logging untuk mengetahui beberapa informasi

i. Zona lapisan
ii. Litologi
iii. Mineral yang terkandung
iv. Core recovery
v. Berat jenis
vi. Karaketer warna tanah

Informasi tersebut dapat mengetahui kandungan serta unsure yang menjadi


prioritas sumber daya mineral atau cadangan yang terdapat pada bijih nikel.
Berikut Kegiatan logging dapat dilihat pada Gambar 5.36 sebagai berikut :

69
Sumber : Dokumentasi Resyani,2018
Gambar 5.36 Kegiatan Logging Core

5.3.4.6. Pemberian Boundery atau Patok


Setelah selesai kegiatan pengeboran lokasi tersebut diberi tanda atau
patok/boundery menandakan bahwa telah dilakukan pengambilan sampel coring.
Seperti pada gambar 5.37 berikut dapat dilihat :

Sumber : Dokumentasi Resyani,2018


Gambar 5.37 Pemasangan Boundery/Patok

70
BAB VI

PENUTUP

6.1. Kesimpulan
Setelah Kerja Praktek telah dilakukan pada PT ANTAM Tbk UBPN
Sulawesi Tenggara dengan judul TEKNIS PENGEBORAN EKSPLORASI
DETAIL diTambang Utara menghasilkan sebuah laporan Kerja Praktek dengan
kesimpulan :
1. Pemboran yang dilakukan yaitu dengan pola pemboran Grid dimana jarak
spasi titik bor 25 m dan Metode pemboran yang dilakukan adalah metode
Rotarry Drilling, pengeboran ini dinamakan pemboran single tube. Tipe alat
pemboran yang digunakan YBM 0503 dengan mesin penggerak YANMAR
TF105 MR dengan bahan bakar solar. Prosedur pengeboran yang dilakukan
adalah pencarian titik bor, moving dan persiapan alat, pengeboran,
penempatan core pada core box , logging dan pemberian boundery atau
patok.

2. Produktivias pemboran selama kegiatan kerja praktek berlangsung adalah:


a. Kecepatan pengeboran yang dihasilkan selama kerja praktek rata – rata
dengan kecepatan 4.08 m/Jam,yang mendekati kecepatan pada tanggal 10
April 2018 adalah 3.39 m/Jam.
b. Efektifitas pengeboran yang dihasilkan selama kerja praktek rata – rata
dengan efektivitas 82.20% , yang mendekati efektivitas pada tanggal 12 April
2018 adalah 88.51%.
c. Produktivitas pengeboran yang dihasilkan selama kerja praktek rata – rata
dengan produktivitas adalah 2.69 m/Jam, yang mendekati produktivitas pada
tanggal 10 April 2018 adalah 3.0 m/Jam.

71
6.2. Saran
Setelah melakukan kerja praktek serta mengamati mengenai teknis
pengeboran eksplorasi detail yang dilakukan ditambang utara pada PT ANTAM
Tbk UBPN Sulawesi Tenggara agar lebih mengefesienkan waktu kerja nya.

72
DAFTAR PUSTAKA

Jeckson . 2017 “Studi Teknik Penambangan Bijih Nikel”, Kolaka : Program Studi
Teknik Pertambangan Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas
Sembilanbelas November Kolaka.
Larasati Bestari, Sulaeman. 2018 “ Studi Eknik Pertambangan Nikel “ Program
Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi Kebumian Dan Energy
Universitas Trisaksi.
Rubiandini, Rudi. 2012 “ Teknik Operasi Pemboran ” Program Studi Teknik
Perminyakan Institut Teknologi Bandung, Bandung 2012.

Sumber Daya Mineral dan Cadangan Menurut Standar Nasional Indonesial


Amandemen 1-SNI 13-4726-1998 ICS73.020

Suparlan.T, Muh. 2017 “Studi Teknik Penambangan Endapan Bijih Nikel Laterit”
Kolaka : Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Sains Dan
Teknologi Universitas Sembilanbelas November Kolaka.
http:/www./kegiatan pertambangan nikel.hmtl (diakses pada tanggal 28 april
2018)
http://reallifedasuha.teknikpemboran.blogspot.com/2011/02/real-life.html?m=1
(diakses pada tanggal 14 juli 2018)

73

Anda mungkin juga menyukai