OLEH :
RESYANI
CIA2 14048
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
produktivitas serta core recovery pada coring yang dihasilkan selama pemboran
berlangsung.
6
2. Dapat mengetahui metode pemboran, pola pemboran dan produktivitas
pemboran ditambang utara.
3. Dapat pengetahuan dalam kegiatan di lapangan secara langsung terhadap
proses eksplorasi pada endapan bijih nikel.
4. Sebagai bahan masukan atau bahan perbandingan terhadap teori dibangku
perkuliahan dengan praktek dilapangan.
7
BAB II
TINJAUAN UMUM
8
Oktober 1976, Pabrik ferro nikel I diresmikan oleh Wakil Presiden R.I Sri Sultan
Hamengkubuono IX.
Pada tanggal 2 November 1992, dilakukan pemancangan pertama
pembangunan pabrik ferro nikel II. Pada bulan februari 1994, pekerjaan sipil dan
pembangunan selesai 90% serta pekerjaan instalasi dan peralatan selesai
40%.Pada bulan November 1994, percobaan pabrik ferro nikel II siap
beroperasi.Pada bulan Februari 1995, Pabrik ferro nikel II mulai beroperasi secara
komersial, yang kemudian peresmiannya oleh Presiden R.I. Pada tanggal 3 April
1996 memperoleh ISO 9001. Pada bulan November 1997, PT ANTAM menjadi
perusahaan publik dengan nama PT ANTAM Tbk Pada tanggal 30 November
2001 mendapatkan ISO 14001, standar tentang Lingkungan Hidup. Sedangkan
pada tahun 2004 dilakukan pemancangan pertama pembangunan pabrik ferro
nikel III dan mulai beroperasi pada bulan februari 2006.Dan pada tahun 2006
perusahaan ini mengalami perubahan logo perusahaan yang disingkat menjadi PT
ANTAM Tbk
9
Lokasi penambangan PT ANTAM Tbk UBPN SULTRA memiliki luas
6323,5 Ha dan terbagi atas beberapa wilayah, diantaranya :
1. Di sebelah Utara berbatasan dengan Sungai Huko-Huko.
2. Di sebelah Timur berbatasan dengan perbukitan Maniang.
3. Di sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Oko-oko.
4. Di sebelah Barat berbatasan dengan Teluk Mekongga
10
Berikut peta lokasi kerja praktek dapat dilihat pada gambar 2.1 sebagai berikut :
7
2.3 Wilayah Penambangan
Wilayah Izin Usaha Penambangan ( WIUP ) PT ANTAM Tbk UBPN
SULTRA terdiri dari beberapa wilayah yaitu:
8
Tabel 2.1 Wilayah IUP PT ANTAM Tbk. UBPN SULTRA
9
Berikut peta pembagian wilayah penambangan PT ANTAM Tbk UBPN SULTRA dapat dilihat pada gambar 2.2. sebagai berikut :
10
2.4. Keadaan Lingkungan Tambang
Keadaan sekitar PT ANTAM Tbk UBPN SULTRA umumnya adalah
gunung, perbukitan dan beberapa sungai untuk menunjang kebutuhan warga
seperti persawahan dan lainnya.
2.4.1. Penduduk
Penduduk sekitar PT ANTAM Tbk UBPN SULTRA adalah masyarakat asli
dan pendatang. Masyarakat asli daerah sekitar PT ANTAM Tbk UBPN SULTRA
adalah masyarakat suku Tolaki, Bugis, dan Toraja. Masyarakat pendatang
umumnya berasal dari Pulau Jawa, Sumatera, dan lainnya. Penduduk sekitar
sebagian besar adalah karyawan PT ANTAM Tbk UBPN SULTRA serta mitra
yang menjalin kerja sama.
2.4.2. Iklim
Secara umum daerah Pomalaa beriklim tropis dimana setiap tahunnya
dipengaruhi oleh dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim
kemarau terjadi pada bulan Mei sampai dengan bulan Oktober sedangkan musim
hujan pada bulan November sampai dengan bulan April. Wilayah ANTAM
Pomalaa yang terletak di Kabupaten Kolaka berada disekitar garis khatulistiwa
dan dekat dengan laut memiliki suhu maksimum 31°C dan suhu minimum 12°C
dengan suhu rata-rata 24°C sampai 28°C.
Berdasarkan data curah hujan rata-rata bulanan tertinggi di periode tahun
2008 sampai dengan 2017 pada gambar 2.3, untuk daerah pengamatan stasiun
metereologi Sangia Nibandera Kecamatan Pomalaa terjadi pada bulan maret
sebesar 77,4 mm dengan intensitas ringan hingga lebat. Berikut grafik curah hujan
rata – rata bulanan tahun 2008 -2017 dapat dilihat pada Tabel 2.2.:
13
Tabel 2.2. Curah Hujan Rata-Rata Bulanan Tahun 2008-2017
TAHUN
DATA JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOV DES
2008 RR 132.6 66.6 269.7 196.8 159.3 154.9 76.7 169 167 202.5 327.2 93.2
2009 RR 106.3 160.3 192.2 216.8 271.1 68.9 154.6 23.1 2.1 108.5 220.1 243.9
2010 RR 138.9 221.3 224.8 185.4 286.5 304.1 277.8 272.7 469.7 349.5 314 258.8
2011 RR 213.4 46.5 231.3 115.2 191.4 68.5 93.8 16.8 124.2 141.3 199.3 236.7
2012 RR 168.8 203.8 327.8 273.8 229.7 47.3 141.8 15 46.1 203.9 81.1 139.8
2013 RR 284.8 52.9 178.5 562.1 241.3 195.4 362.6 48.2 38.2 30.1 172.5 0
2014 RR 281 193.9 374.6 300.2 220.4 203 41.2 0 0 100.3 100.3 213.6
2015 RR 190.5 221 162 208.5 124.5 220.5 37 0 0 8.5 31.5 102.5
2016 RR 269 148.5 234 348.5 133.5 155 100 45 54 135 203.7 191
2017 RR 228.5 267 144.5 234.1 267.8 262.4 202.3 75.9 147.3 200.5 284.6 214.1
14
2.4.3. Flora Dan Fauna
Vegetasi daerah sekitar ditumbuhi dengan vegetasi primer dan vegetasi
sekunder. Vegetasi primer adalah tumbuhan yang sudah sejak awal ada dan belum
terganggu aktivitas pertambangan dan pabrik. Vegetasi primer yang tumbuh di
sekitar diantaranya adalah kayu besi, belimbing bajo, melinjo, jambu mete dan
coklat yang menjadi tanaman khas yang di budidayakan rakyat sekitar. Sedangkan
vegetasi sekunder adalah tumbuhan yang ditanam ulang disebabkan dari kegiatan
pertambangan antara lain mangga, cemara, gamal, dan beringin. Fauna yang dapat
ditemui di daerah Pomalaa adalah monyet, dan babi hutan.
2.4.4. Sosial
Beberapa kegiatan sosial yang dilakukan oleh PT ANTAM Tbk UBPN
SULTRA antara lain memberikan fasilitas pendidikan serta fasilitas penunjang
lainnya seperti tempat ibadah dan bantuan dalam bentuk lain di Pomalaa membuat
hubungan antara masyarakat berlangsung baik. Pembangunan fasilitas olahraga
dan perbaikan jalan juga meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar.Adanya PT
ANTAM Tbk UBPN SULTRA di Pomalaa memberikan lapangan kerja dengan
menyerap tenaga kerja yang begitu besar di kawasan Pomalaa itu sendiri sehingga
pendapatan masyarakat sekitar dapat bertambah dan cukup untuk memenuhi
kebutuhan.
15
2.6. Genesa Nikel Laterit
Proses terbentuknya endapan nikel laterit berawal dari pelapukan pada
batuan induk yaitu periodit. Dengan adanya pengaruh larutan hidrotermal saat
proses pembekuan magma dan merubah batuan periodit menjadi batuan
serpentinite. Kemudian pelapukan terjadi lagi secara kimia dan fisika yang
menyebabkan perubahan komposisi batuan induk. Menurut Golightly (1981)
sebagian unsur Ca, Mg, dan Si terdekomposisi dengan terkayakan secara
supergen (Ni, Mn, Co, Zn) atau secara relative (Fe, Cr, Al, Ti, S, dan Cu). Air
hujan kaya CO2 yang berasal dari atmosfir merembes sampai permukaan air
tanah. Air meresap sampai zona limonit dan zona saprolit. Proses ini
menghasilkan Ca dan Mg larut dan disusul Si yang cenderung membentuk koloid.
Semua hasil pelarutan terbawa turun mengisi celah-celah batuan.
Adanya gerakan muka air tanah secara kontinu maka melarutkan Mg dan Si
yang terdapat zona saplorite. Zona saplorite akan bertambah ke dalam dengan
oksida MgO sekitar 30-50% berat dan SiO antara 35-40% berat. Bahan yang tidak
mudah larut teap berada diatas menjadi zona limonite sedangkan oksida yang
terkandung di zona saplorite akan merembes bersama aliran air tanah turun ke
bawah Bersama koloid. Fe, Ni, Co akan membentuk konsentrasi residu yang biasa
disebut dengan zona saprolite berwarna coklat kuning kemerahan.
16
2.7. Tahapan Kegiatan Penambangan
17
Sumber : dokumentasi Resyani 2018
Gambar 2.4. Kegiatan Pengupasan dan Pemindahan Top Soil
18
2.7.4. Pemuatan dan Pengangkutan Overburden
Pemuatan overburden menggunakan alat muat Excavator PC 200 dan
diangkut menggunakan Dump truck HINO 500 menuju disposal area.
Penimbunan dilakukan secara bertahap dengan menyesuaikan luasan maksimal
dari disposal area hingga membentuk bukit atau gunung berjenjang dapat dilihat
pada gambar 2.6.
Gambar 2.6
Kegiatan Pemuatan dan Pengangkutan Overburden di Bukit Fortuner
19
Sumber : dokumentasi Resyani 2018
Gambar 2.7. Kegiatan Penambangan Bijih Nikel
20
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1. Nikel
Nikel adalah unsur kimia metalik dalam tabel periodik yang memiliki
simbol Ni dan nomor atom 28. Nikel mempunyai sifat tahan karat. Dalam keadaan
murni, Nikel bersifat lembek, tetapi jika dipadukan dengan Besi, Krom, dan
logam lainnya, dapat membentuk Baja tahan karat yang keras. Nikel merupakan
komponen yang ditemukan banyak dalam meteorit dan menjadi ciri komponen
yang membedakan meteorit dari mineral lainnya. Nikel ditemukan oleh A. F.
Cronstedt pada tahun 1751, merupakan logam berwarna putih keperak-perakan
yang berkilat, keras dan mulur, tergolong dalam logam peralihan, sifat tidak
berubah bila terkena udara, tahan terhadap oksidasi dan kemampuan
mempertahankan sifat aslinya dibawah suhu yang ekstrim. Nikel digunakan dalam
berbagai aplikasi komersial dan industri, seperti: pelindung Baja (Stainless Steel),
pelindung Tembaga, industri Baterai, Elektronik, aplikasi industri Pesawat
Terbang, industri Tekstil, Turbin Pembangkit Listrik bertenaga Gas, pembuat
Magnet kuat, pembuatan alat-alat Laboratorium (Nikrom), Kawat Lampu Listrik,
Katalisator Lemak, Pupuk Pertanian, dan berbagai fungsi lain. (Mardia Ulangsari,
2017)
21
3.1.2. Genesa Endapan Bijih Nikel
Proses pembentukan Nikel Laterit di awali dari proses pelapukan batuan
Ultrabasa, dalam hal ini adalah batuan Harzburgit. Batuan ini banyak
mengandung Olivin, Piroksen, Magnesium Silikat dan Besi, mineral-mineral
tersebut tidak stabil dan mudah mengalami proses pelapukan. Faktor kedua
sebagai media transportasi Ni yang terpenting adalah air. Air tanah yang kaya
akan CO2, unsur ini berasal dari udara luar dan tumbuhan, akan mengurai mineral-
mineral yang terkandung dalam batuan Harzburgit tersebut. Kandungan Olivin,
Piroksen, Magnesium Silikat, Besi, Nikel dan Silika akan terurai dan membentuk
suatu larutan, di dalam larutan yang telah terbentuk tersebut, Besi akan
bersenyawa dengan Oksida dan mengendap sebagai Ferri Hidroksida. Endapan
Ferri Hidroksida ini akan menjadi reaktif terhadap air, sehingga kandungan air
pada endapan tersebut akan mengubah Ferri Hidroksida menjadi mineral-mineral
seperti Goethite (FeO(OH)), Hematit (Fe2O3) dan Cobalt.
Mineral-mineral tersebut sering dikenal sebagai “besi karat”. Endapan ini
akan terakumulasi dekat dengan permukaan tanah, sedangkan magnesium, Nikel
dan Silika akan tetap tertinggal di dalam larutan dan bergerak turun selama suplai
air yang masuk ke dalam tanah terus berlangsung. Rangkaian proses ini
merupakan proses pelapukan dan Leaching. Unsur Ni sendiri merupakan unsur
tambahan di dalam batuan Ultrabasa. Sebelum proses pelindihan berlangsung,
unsur Ni berada dalam ikatan Serpentine Group. Rumus kimia dari kelompok
Serpentin adalah X2-3 SiO2O5(OH)4, dengan X tersebut tergantikan unsur-unsur
seperti Cr, Mg, Fe, Ni, Al, Zn atau Mn atau dapat juga merupakan kombinasinya.
Adanya suplai air dan saluran untuk turunnya air, dalam hal berupa kekar, maka
Ni yang terbawa oleh air turun ke bawah, lambat laun akan terkumpul di zona air
sudah tidak dapat turun lagi dan tidak dapat menembus Bedrock (Batuan Dasar).
Ikatan dari Ni yang berasosiasi dengan Mg, SiO dan H akan membentuk mineral
Garnierit dengan rumus kimia (Ni,Mg)Si4O5(OH)4. Apabila proses ini
berlangsung terus menerus, maka yang akan terjadi adalah proses pengkayaan
Supergen (Supergen Enrichment). Zona pengkayaan Supergen ini terbentuk di
zona Saprolit. (Mheea, 2016).
22
Endapan Nikel laterit yang terbentuk dari hasil pelapukan batuan ultrabasa
secara umum terdiri dari 4 (empat) lapisan, yaitu :
a. Lapisan tanah penutup
Lapisan tanah penutup biasa disebut iron capping. Material lapisan berukuran
lempung, berwarna coklat kemerahan, dan biasanya terdapat juga sisa –sisa
tumbuhan. Tebal lapisan bervariasi antara 0 – 2 m.
b. Lapisan Limonit
Merupakan lapisan berwarna coklat muda, ukuran butir lempung sampai pasir,
tekstur batuan asal mulai dapat diamati walaupun masih sangat sulit, dengan tebal
lapisan berkisar antara 1 – 10 m.
c. Lapisan Saprolit
Merupakan lapisan dari batuan dasar yang sudah lapuk, berupa bongkah –
bongkah lunak berwarna coklat kekuningan sampai kehijauan. Struktur dan tekstur
batuan asal masih terlihat.
d. Batuan Dasar (Bedrock)
Bagian terbawah dari profil Nikel laterit, berwarna hitam kehijauan, terdiri dari
bongkah – bongkah batuan dasar dengan ukuran > 75 cm, dan secara umum sudah
tidak mengandung mineral ekonomis.
Berikut penampang nikel laterit dapat dilihat pada Gambar 3.1 :
Lapisan Saprolit
Batuan dasar
(Bedrock),bantun dasar
dengan ukuran > 75 cm
Sumber : Elias, M, 2003
Gambar 3.1. Penampang Nikel Laterite
23
3.2. Eksplorasi
Menurut Standar Nasional Indonesia, Eksplorasi adalah kegiatan penyelidikan
geologi yang dilakukan untuk mengidentifikasi, menentukan lokasi, ukuran, bentuk,
letak, sebaran, kuantitas dan kualitas suatu endapan bahan galian untuk kemudian
dapat dilakukan analisis/kajian kemungkinan dilakukannya penambangan.
Menurut White (1997), dalam tahap eksplorasi pendahuluan ini tingkat ketelitian
yang diperlukan masih kecil sehingga peta-peta yang digunakan dalam eksplorasi
pendahuluan juga berskala kecil 1 : 50.000 sampai 1 : 25.000.
Peel dan W. C. Petters, Eksplorasi merupakan kegiatan yang dilakukan setelah
prospeksi atau setelah endapan bahan galian tersebut ditemukan dan bertujuan untuk
mengetahui ukuran, bentuk kedudukan, sifat dan nilai dari endapan bahan galian
tersebut.
Mc. Kinstry H. E: Suatu kegiatan yang meliputi keseluruhan urutan pekerjaan
mulai dari pencarian suatu prospek ( reconnaissance ) sampai evaluasi dari prospek
tersebut dan memperluas lokasi lain disekitar daerah yang telah dilakukan kegiatan
penambangan.
Eksplorasi merupakan kegiatan yang dilakukan setelah prospeksi atau setelah
endapan suatu bahan galian ditemukan yang bertujuan untuk mendapatkan suatu
kepastian tentang endapan bahan galian yang diburu yang meliputi bentuk, ukuran,
letak kedudukan, kualitas (kadar) endapan bahan galian serta karakteristik fisik dari
endapan bahan galian tersebut. Selain untuk mendapatkan data penyebaran, bentuk
dan ketebalan bahan galian, dalam kegiatan ini juga dilakukan pengambilan sampel
berupa bahan galian yang diburuh dan juga sampel tanah penutup. Tahap eksplorasi ini
juga sangat berperan penting pada tahapan reklamasi dikemudian hari nanti, melalui
eksplorasi ini kita dapat mengetahui dan mengenali seluruh komponen – komponen
ekosistem yang ada sebelum dilakukan proses penambangan kedepannya. (Muh.
Suparlan T 2017(Alan Purwo 1992)).
Setelah diketahui terdapatnya bahan galian di suatu daerah dalam kegiatan
prospeksi, yang mempunyai prospek untuk dilakukan kegiatan selanjutnya (Muh.
Suparlan T 2017),
maka dilakukanlah eksplorasi dengan metode atau cara antara lain sebagai
berikut:
24
1. Untuk mengetahui penyebaran secara lateral dan vertikal dapat dilakukan dengan
cara membuat parit uji, sumur uji, pembuatan adit dam pemboran inti.
2. Untuk mengetahui kualitas bahan galian, diambil contoh bahan galian yang berasal
dari titik percontohan dan dianalisis di laboratorium.
3. Pada beberapa jenis bahan galian juga dapat dilakukan beberapa penyelidikan
geofisik seperti seismic, SP, IP dan resistivity.
4. Setelah titik percontohan yang dibuat dianggap cukup memadai untuk mengetahui
penyebaran lateral dan vertikal bahan galian, maka dibuat peta penyebaran
cadangan bahan galian dan dilakukan perhitungan cadangan bahan galian.
5. Selain dari itu, juga kadang-kadang diperlukan analisis contoh batuan yang berada
di lapisan atas atau bawah bahan galian untuk mengetahui sifat-sifat fisik dan
keteknikannya.
Sedangkan dibawah ini adalah beberapa tahapan eksplorasi :
1. Tahap Eksplorasi Pendahuluan
Menurut White (1997), dalam tahap eksplorasi pendahuluan ini tingkat
ketelitian yang diperlukan masih kecil sehingga peta-peta yang digunakan dalam
eksplorasi pendahuluan juga berskala kecil 1 : 50.000 sampai 1 : 25.000. Adapun
langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah :
a. Studi Literatur
Dalam tahap ini, sebelum memilih lokasi-lokasi eksplorasi dilakukan studi
terhadap data dan peta-peta yang sudah ada (dari survei-survei terdahulu),
catatan-catatan lama, laporan-laporan temuan dan lain - lain, lalu dipilih daerah
yang akan disurvei. Setelah pemilihan lokasi ditentukan langkah berikutnya, studi
faktor-faktor geologi regional dan provinsi metalografi dari peta geologi regional
sangat penting untuk memilih daerah eksplorasi, karena pembentukan endapan
bahan galian dipengaruhi dan tergantung pada proses-proses geologi yang pernah
terjadi, dan tanda-tandanya dapat dilihat di lapangan.
b. Survei Dan Pemetaan
Jika peta dasar (peta topografi) dari daerah eksplorasi sudah tersedia, maka
survei dan pemetaan singkapan (outcrop) atau gejala geologi lainnya sudah dapat
dimulai (peta topografi skala 1 : 50.000 atau 1 : 25.000). Tetapi jika belum ada,
maka perlu dilakukan pemetaan topografi lebih dahulu. Kalau di daerah tersebut
sudah ada peta geologi, maka hal ini sangat menguntungkan, karena survei bisa
25
langsung ditujukan untuk mencari tanda-tanda endapan yang dicari (singkapan),
melengkapi peta geologi dan mengambil contoh dari singkapan-singkapan yang
penting. Selain singkapan-singkapan batuan pembawa bahan galian atau batubara
(sasaran langsung), yang perlu juga diperhatikan adalah perubahan/batas batuan,
orientasi lapisan batuan sedimen (jurus dan kemiringan), orientasi sesar dan tanda-
tanda lainnya. Hal-hal penting tersebut harus diplot pada peta dasar dengan
bantuan alat-alat seperti kompas geologi, inklinometer, altimeter, serta tanda-
tanda alami seperti bukit, lembah, belokan sungai, jalan, kampung, dan lain - lain.
Dengan demikian peta geologi dapat dilengkapi atau dibuat baru (peta singkapan).
Tanda-tanda yang sudah diplot pada peta tersebut kemudian digabungkan dan
dibuat penampang tegak atau model penyebarannya (model geologi). Dengan
model geologi hepatitik tersebut kemudian dirancang pengambilan conto dengan
cara acak, pembuatan sumur uji (test pit), pembuatan paritan (trenching), dan jika
diperlukan dilakukan pemboran. Lokasi-lokasi tersebut kemudian harus diplot
dengan tepat di peta (dengan bantuan alat ukur, teodolit, BTM, dll.). Dari kegiatan
ini akan dihasilkan model geologi, model penyebaran endapan, gambaran
mengenai cadangan geologi, kadar awal, dll. dipakai untuk menetapkan apakah
daerah survei yang bersangkutan memberikan harapan baik (prospek) atau tidak.
Kalau daerah tersebut mempunyai prospek yang baik maka dapat diteruskan
dengan tahap eksplorasi selanjutnya.
2. Tahap Eksplorasi Detail
Setelah tahapan eksplorasi pendahuluan diketahui bahwa cadangan yang ada
mempunyai prospek yang baik, maka diteruskan dengan tahap eksplorasi detail (White,
1997). Kegiatan utama dalam tahap ini adalah sampling dengan jarak yang lebih dekat
(rapat), yaitu dengan memperbanyak sumur uji atau lubang bor untuk mendapatkan
data yang lebih teliti mengenai penyebaran dan ketebalan cadangan (volume cadangan),
penyebaran kadar/kualitas secara mendatar maupun tegak. Dari sampling yang rapat
tersebut dihasilkan cadangan terhitung dengan klasifikasi terukur, dengan kesalahan
yang kecil (<20%), sehingga dengan demikian perencanaan tambang yang dibuat
menjadi lebih teliti dan resiko dapat dihindarkan.
Pengetahuan atau data yang lebih akurat mengenai kedalaman, ketebalan,
kemiringan, dan penyebaran cadangan secara 3 Dimensi (panjang-lebar-tebal) serta data
mengenai kekuatan batuan sampling, kondisi air tanah, dan penyebaran struktur (kalau
26
ada) akan sangat memudahkan perencanaan kemajuan tambang, lebar/ukuran bahwa
bukaan atau kemiringan lereng tambang. Juga penting untuk merencanakan produksi
bulanan/tahunan dan pemilihan peralatan tambang maupun prioritas bantu lainnya.
(Diakses April 2018)
27
3. Sumberdaya Mineral Terukur (Measured Mineral Resource), sumberdaya
mineral yang yang tonase, kadar dan kandungan mineral dapat diestimasi
dengan tingkat keyakinan geologi (Geological Assurance) tinggi.
3.4. Pemboran
3.4.1. Pengertian Pemboran
Pemboran adalah salah satu kegiatan penting dalam sebuah industri
pertambangan. Kegiatan pemboran biasanya dilakukan sebelum diadakannya
penambangan. Adapun kegiatan pengeboran antara lain yaitu pemboran geotek
adalah untuk menentukan karakteristik tanah dan batuan, dalam beberapa hal
digunakan untuk memperoleh informasi tentang kondisi alami dan posisi muka air
tanah. Pemboran Kontruksi adalah untuk menentukan batas antara batuan dasar
(base meaf) dan batuan diatas yang umumnya sudah mengalami deformasi
pelapukan. (Rudi Rubiandini,2012)
28
g. Deskripsi tubuh bijih (penyebaran, bentuk, butir dll)
a. Mesin Bor
Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan dalam
pemilihan mesin bor yang digunakan, diantaranya meliputi:
29
• Tipe/ model mesin bor
• Diameter lubang
• Sliding stroke
• Berat mesin bor
• Power unit
• Kemampuan rotasi/ tumbuk per satuan waktu
• Hoisting capacity (kapasitas)
• Dimensi (panjang x lebar x tinggi)
Didalam pemboran ada beberapa jenis mesin bor diantaranya adalah sebagai
berikut :
Mesin bor tumbuk yang biasanya disebut cable tool atau spudder rig yang
diopersikan dengan cara mengangkat dan menjatuhkan alat bor berat secara
berulang- berulang ke dalam lubang bor. Mata bor akan memecahkan batuan
terkosolidasi menjadi kepingan kecil atau akan melepaskan butiran – butiran pada
lapisan. Kepingan atau hancuran tersebut merupakan campuran lumpur dan
fragmen batuan pada bagian dasar lubang, jika di dalam lubang tidak dijumpai air,
perlu ditambahkan air guna membentuk fragmen batuan (slurry). Pertambahan
volume slurry sejalan dengan kemajuan pemboran yang pada jumlah terentu akan
mengurangi daya tumbuk bor.
Bila kecepatan laju pemboran sudah menjadi sangat menjadi sangat lambat,
slurry diangkat ke permukaan dengan menggunakan timba (bailer) atau sand
pump. Beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan laju pemboran (penetrasi)
dalam pemboran tumbuk diantaranya adalah:
• Kekerasan lapisan batuan
• Diameter kedalam lubang bor
• Jenis mata bor
• Kecepatan dan jarak tumbuk
• Beban pada alat bor
30
drill-stemnya. Adapun beberapa kelebihan dan kekurangan mesin bor tumbuk jika
dibandingkan denngan mesin bor putar dapat dijelaskan sebagai berikut:
Kelebihannya:
• Ekonomis:
- Harga lebih murah sehingga depresiasi lebih kecil.
- Biaya transportasi lebih murah.
- Biaya operasi dan pemeliharaannya lebih rendah.
- Penyiapan rig untuk pemboran lebih cepat.
• Menghasilkaaan contoh pemboraan yang lebih baik.
• Tanpa sistem sirkulasi.
• Lebih mempermudah pengenalan lokasi akifer.
• Kemungkinan kontaminasi karena pemboran relatif lebih kecil.
Kekurangannya:
• Kecepatan laju pemboran rendah.
• Sering terjadi sling putus.
• Tidak bisa mendapatkan core.
• Tidak memiliki saran pengontrol kestabilan lubang bor.
• Terbatasnyaa personil yang berpengalaman.
Pada formasi yang mengalami swelling clay akan menghadapi banyak hambatan.
31
mengombinasikan tekanan hidrolik, stang bor dan putaran mata bor di atas
formasi batuan.
Formasi batuan yang tergerus akan terbawa oleh fluida bor ke permukaan
melalui rongga anulus atau melalui rongga stang bor yang bergantung pada sistem
sirkulasi fluida bor yang digunakan.
32
c. Stang Bor
Stang bor merupakan pipa yang terbuat dari baja, dimana bagian pipa ujung
– ujungnya terdapat ulir, dimana fungsinya sebagai penghubung antara dua buah
stang bor.
d. Pipa Casing
Didalam operasi pemboran pipa casing berfungsi untuk menjaga lubang bor
dari colaps (keruntuhan) dan peralatan pemboran lain dari gangguan – gangguan.
Ada dua tipe untuk menghubungkan pipa casing, yaitu:
1. Type Flash Joint, dimana penghubungan antara pipa satu dengan pipa lainya
dilakukan secara langsung.
33
3.5. Perhitungan pemboran
…………………………………………………………….………… (3.2)
Keterangan :
V = Kecepatan Produktivitas Pemboran (Meter/Jam)
H = Kedalaman (Jam)
CT = Cycle Time (Jam)
3. Efektivitas Pemboran
Efektivitas pemboran ditentukan oleh lamanya waktu beroperasi dan lamanya
beroperasi dan lamanya beroperasi beserta hambatan dalam beroperasi. Hambatan
dalam beroperasi diantaranya waktu pindah alat, pengisian bahan bakar, batang bor
jatuh, dan istirahat sebelum jam kerja usai. Untuk menentukan nilai efektivitas dari
suatu pemboran digunakan persamaan (3.3) sebagai berikut :
Keterangan :
UA = Use of Avability (%)
W = Lamanya Beroperasi (Jam)
S = Hambatan (Jam)
34
4. Produktivitas Pemboran
Produktivitas pemboran dipengaruhi oleh banyaknya waktu hambatan pada saat
pemboran yang akan mempengaruhi efisiensi pemboran. Efisiensi dan kecepatan
pemboran merupakan faktor terpenting yang dapat memengaruhi nilai produktivitas.
Untuk menghitung produktivitas dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan
(3.4) sebagai berikut :
5. Core Recovery
Core recovery adalah perbandingan antara panjang core yang telah didapat
dengan panjang kemajuan pemboran yang didapat. Untuk menentukan Core Recovery
digunakan persamaan (3.5) berikut :
35
BAB IV
METODOLOGI DAN HASIL KERJA PRAKTEK
36
meliputi, laporan kerja praktek tentang kegiatan pengeboran. Dan laporan kerja
praktek sebelumnya dari Universitas Sembilanbelas November tentang pemboran,
serta referensi dari jurnal dan informasi dari internet yang telah disebarluaskan.
37
kesimpulan mengenai permasalahan yang dianalisis. Dari analisis ini akan terbagi
menjadi dua yaitu :
a. Teknik analisis kualitatif : dimana data yang dilakukan dalam kerja praktek ini
dilakukan secara induktif yang merupakan suatu proses pemahaman yang
didasarkan pada informasi dan fakta yang ada dilapangan kemudian
mencocokkan dengan teori – teori yang ada tentang pemboran.
b. Teknik analisis kuantitatif : dimana dalam proses pengolahan data – data
tersebtu pada lokasi kerja praktek seperti :
Data cycle time diolah menggunakan rumus – rumus tertentu secara
tabulasi dengan proses analisis data menggunakan software Microsoft excel
2007 untuk mengetahui kecepatan slama pengeboran ,efektivitas pemboran
dan produktivitas pemboran untuk mencapai target.
Data logging di olah menggunakan rumus tertentu secara tabulasi dengan
proses analisis data menggunakan software Microsoft excel 2007 untuk
mengetahui core recovery setiap pengeboran yang dihasilkan, mengetahui
zona lapisan tanah serta kandungan mineral .
4.1.2.6. Pembahasan
Bagian ini menjelaskan bagaimana penyelesaian dari masalah-masalah yang
terdapat pada kegiatan prosedur teknis pengeboran. Adapun pembahasan ini
adalah menjelaskan bagaimana prosedur teknis pemboran yang dilakukan
dilapangan. Kemudian menjelaskan data dari hasil pengolahan dan analisis kerja
praktek dimana dari hasil data cycle time menghasilkan kecepatan pemboran,
efektivitas pemboran dan produktivitas pemboran. Kemudian data logging
menghasilkan core recovery, dimana core recovery ini tidak setiap pemboran
mencapai 100 %. Melainkan ada faktor loose dan swing pada coring. Zona pada
lapisan tanah dan ketebalan yang terdapat pada setiap lapisan tanah tersebut.
4.1.2.7. Kesimpulan
Merupakan rangkuman singkat yang berisi tentang studi teknis pemboran
eksplorasi detail ditambang utara pada PT ANTAM Tbk. UBPN SULTRA.
Dimana menjawab semua rumusan masalah dan tujuan pada kerja praktek.
38
4.1.2.8. Pembuatan Laporan
Hasil kerja praktek akan dituangkan dalam bentuk laporan sebagai suatu
pelaporan dari hasil kerja praktek yang dicapai.
Adapun bagan alir dari Kerja Praktek adalah sebagai berikut :
Sumber : Resyani,2018
Gambar 4.1. Bagan Alir Kerja Praktek
39
4.2. Hasil Kerja Praktek
Hasil kerja praktek terbagi menjadi dua yaitu hasil data yang di ambil dari
lapangan yang masih berupa data mentah dan data hasil pengolahan.
Tablel.4.1. Data Cycle Time Produksi Pemboran Titik Bor PML 4490
Kedalaman Jumlah
Pasang Running Cabut Tumbuk
(Cm) CT
No
Detik Detik Detik Detik Detik
From To
(S) (S) (S) (S) (S)
1 0 20 5 35 10 17 67
2 20 50 10 24 25 10 69
3 50 70 18 48 15 5 86
4 70 100 18 30 22 7 77
5 100 130 26 53 33 12 124
6 130 180 4 54 35 12 105
7 180 200 43 55 37 15 150
8 200 240 34 80 20 25 159
9 240 280 48 34 31 22 135
10 280 300 29 153 55 12 249
Sumber : Data Kerja Praktek Resyani, 2018
Adapun hasil Cycle Time Produksi Pemboran Titik Bor PML 4341 dapat
dilihat pada tabel 4.2 ( Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1 ) :
40
Tabel 4.2. Data Cycle Time Produksi Pemboran Titik Bor PML 4341
Kedalaman Jumlah
Pasang Running Cabut Tumbuk
(Cm) Ct
No
Detik Detik Detik
From To Detik (S) Detik (S)
(S) (S) (S)
1 0 20 46 19 7 50 122
2 20 50 7 44.6 16 25 92.6
3 50 80 45.4 23.4 16 22 106.8
4 80 100 28.3 25 14 36 103.3
5 100 130 20 28 10.8 29 87.8
6 130 160 21.8 47.9 14 27 110.7
7 160 200 35 28.3 28.2 15 106.5
8 200 250 24.1 36.1 34.6 23 117.8
9 250 300 26.8 37.5 28.2 34 126.5
10 300 340 45.5 61 43.8 32 182.3
Sumber : Data Kerja Praktek Resyani, 2018
Tabel 4.3. Data Core Recovery Pemboran Titik bor PML 4490
kedalaman core
(cm) kemajuan Panjang recovery
no Zona
(cm) core (cm)
from to (%)
1 0 20 20 20 100.0 Top Soil
2 20 50 30 30 100.0 Top Soil
3 50 70 20 30 100.0 Top Soil
4 70 100 30 30 100.0 Top Soil
5 100 130 30 30 100.0 Top Soil
Sumber : Data Kerja Praktek Resyani, 2018
41
Adapun hasil perhitungan Core Recovery Pemboran Titik Bor PML 4341
dapat dilihat pada Tabel 4.4 sebagai berikut (Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat
pada lampiran 2) :
Tabel 4.4. Data Core Recovery Pemboran Titik Bor PML 4341
kedalaman core
(cm) kemajuan Panjang recovery
no Zona
(cm) core (cm)
from to (%)
1 0 20 20 20 100.0 Top Soil
2 20 50 30 30 100.0 Top Soil
3 50 80 30 30 100.0 Top Soil
4 80 100 20 20 100.0 Top Soil
5 100 130 30 30 100.0 Top Soil
6 130 160 30 30 100.0 Top Soil
7 160 200 40 40 100.0 Top Soil
Sumber : Data Kerja Praktek Resyani, 2018
42
Adapun hasil perhitungan kecepatan produktivitas pemboran pada titik bor
PML 4341 dapat dilihat pada Tabel 4.6 sebagai berikut :
Adapun hasil perhitungan Efektivitas Pemboran Titik Bor PML 4341 dapat
dilihat pada Tabel 4.8 sebagai berikut :
43
4.2.2.3. Produktivitas Pemboran
Untuk menghitung produktivitas pemboran dapat ditentukan dengan
persamaan (04) pada halaman 44, hasil perhitungan produktivitas pemboran Pada
Titik Bor PML 4490 dapat dilihat pada Tabel 4.9 sebagai berikut :
44
BAB V
PEMBAHASAN
5.1. Nikel
Nikel pada PT ANTAM Tbk UBPN Sulawesi Tenggara merupakan nikel
laterit dimana lapisan nikel yaitu terdiri dari Top Soil dimana lapisan ini lapisan
teratas atau penutup bagian atas yang mengandung unsur hara yang berguna
sebagai media tumbuh dari tanaman. Lapisan kedua yaitu OverBurden (OB)
merupakan lapisan tanah diantara lapisan atas/ top soil dan limonit, lapisan OB ini
mayoritas terdiri dari tanah laterit dan lempung yang mudah digali. Kemudian
ketiga yaitu Limonit lapisan ini mengandung unsur Fe dan Ni dimana kandungan
Fe lebih besar dibanding kandungan Ni. Kemudian keempat Saprolit , lapisan ini
memiliki kandungan unsur Fe dan Ni, dimana kandungan Fe lebih kecil dibanding
Ni dan lapisan terakhir yaitu Bedrock , lapisan ini adalah lapisan terbawah nikel
laterit dan tidak bernilai ekonomis. Dapat dilihat pada gambar 5.1.
Overburden
Limonit
Saprolite
45
sedangkan kadar ore HGSO memiliki kandungn nikel > 1.7% yang digunakan
untuk umpan pabrik.
5.2. Eksplorasi
Kegiatan eksplorasi di PT ANTAM Tbk UBPN SULTRA yakni meliputi
studi literature, eksplorasi regional, eksplorasi semi detail dan eksplorasi detail.
Dalam kegiatan eksplorasi dimana kegiatan tersebut memiliki beberapa tahapan
yaitu :
a. Eksplorasi regional
Kegiatan eksplorasi yang dilakukan pengeboran/tespit dengan jarak spasi
antara titik bor adalah 100 m s/d 200 m. Data yang dihasilkan pengeboran
pada eksplorasi ini menghasilkan data sumber daya tereka. Pemberoan
bertujuan untuk mengetahui persebaran dan kualitas dari bahan galian
dibawah permukaan tanah.
c. Eksplorasi detail
Kegiatan eksplorasi yang dilakukan pengeboran dengan jarak spasi antara
titik bor adalah 25 m. data yang dihasilkan pengeboran pada eksplorasi ini
menghasilkan data sumber daya terukur.
46
Tabel 5.1 Alur Kegiatan Eksplorasi
5.3. Pemboran
Kegiatan kerja praktek pada pengamatan di PT ANTAM Tbk UBPN
Sulawesi Tenggara yaitu kegiatan eksplorasi detail dengan menggunakan sistem
pengeboran dimana daerah tersebut belum dilakukan kegiatan penambangan.
Pemboran ini dilakukan di tambang utara dengan menggunakan pola pemboran
yaitu persegi atau grid, dengan spasi titik bor 25 x 25 m. Kemudian kedalaman
pada pemboran tergantung dari batas zona batuan dasar yang ditembus oleh mata
bor sedalam 3 m.
Untuk spasi yang digunakan yakni 25 m hal ini memperkecil jarak spasi
pada pemboran eksplorasi regional dan semi detail. Data yang didapat dari
pemboran ini adalah data logging untuk mengetahui litologi dari core yang
didapatkan pada tahap pemboran.
47
5.3.1. Mekanisme Pemboran
Pada lokasi pengeboran di Tambang utara yang masih ditumbuhi banyak
pepohonan, letak pemborannya yakni searah dengan badan bijih karena melihat
medannya yang relatif datar. Mekanisme gerak alat yang digunakan adalah Rotary
Drilling. Cara ini memungkinkan alat untuk berputar secara otomatis dengan
bantuan mesin penggerak, hanya saja naik turunnya diatur oleh operator. Pola
pemboran yang digunakan adalah Grid dengan spasi titik bor 25 x 25 m.
Tipe alat pemboran Single Tube adalah YBM 0503 dengan mesin penggerak
YANMAR TF105 MR. Mata bor yang digunakan adalah widya dengan kekerasan
Skala Mohs 7.
48
2. Alat bor
Alat bor yang digunakan dalam kegiatan pemboran adalah tipe YBM 0503
dengan mekanisme gerak alat yang digunakan adalah Rotary Drilling. Alat bor
pemboran tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.3:
3. Gear Box
Gear box merupakan bagian dari mesin bor yang berfungsi sebagai pemutar
batang bor yang nantinya akan masuk kedalam lubang bor, Gear box harus selalu
diberikan grese bertujuan untuk meminimalisirkan keausan pada mesin tersebut.
Gear Box tersebut Dapat dilihat pada Gambar 5.4 :
49
4. Spindel
Spindel berfungsi sebagai tempat dudukan batang bor yang akan
dimasukkan kedalam lubang bor. Spindel dapat dilihat pada Gambar 5.5.:
5. Chuck
Chuck merupakan alat pengunci batang AXL pada saat melakukan proses
pemboran yaitu saat running dan saat pencabutan batang bor. Chuck dapat dilihat
pada Gambar 5.6.:
50
6. Panel atur bor
Panel atur bor memiliki fungsi masing – masing seperti pada gambar
dibawah ini, Dapat dilihat pada Gambar 5.7 :
B C
D
E
7. Batang Bor
Batang bor yang digunakan pada pemboran adalah batang bor tipe AXL
dengan panjang 1,5 m. Yang berfungsi untuk membantu bit dan tube mencapai
kedalaman tertentu. dapat dilihat pada Gambar 5.8. :
51
Sumber : Dokumentasi Resyani 2018
Gambar 5.8 Batang Bor Tipe AXL
8. Pin
Pin merupakan alat yang memiliki drat atau ulir pada kedua ujung sisinya.
Pin berfungsi untuk menyambungkan kesesama batang AXL dengan sub. Dapat
dilihat pada Gambar 5.9. :
9. Sub
Sub merupakan alat yang berfungsi sebagai penyambung batang bor AXL
dengan tube. Dapat dilihat pada Gambar 5.10. :
52
Sumber : Dokumentasi Resyani 2018
Gambar 5.10. Sub
10. Tube
Tube merupakan alat yang berfungsi sebagai penampung core maupun
lumpur saat pemboran. Tube memiliki 2 ukuran panjang yaitu 50 cm dan 1 m.
Pada awal melakukan pemboran akan digunaka tube ukuran 50 cm karena tube
ukuran 1 m terlalu panjang untuk awal pemboran. Dapat dilihat pada Gambar
5.11. :
50 cm 1m
53
Sumber : Dokumentasi Resyani 2018
Gambar 5.12. Bit
1. Kunci Chuck
Kunci Chuck berfungsi untuk mengencangkan atau mengendorkan chuck
saat melakukan penguncian batang bor. Kunci Chuck dapat dilihat pada Gambar
5.13. :
54
2. Body Protector
Body Protector merupakan alat yang membantu proses mengeluarkan core
hasil dari pemboran yang tertampung didalam tube, serta menjaga badan core
yang didapatkan agar tetap utuh. Dapat dilihat pada Gambar 5.14. :
3. Pipa
Pipa berfungsi sebagai tempat penyimpanan core yang telah dikeluarkan
menggunakan alat penumbuk atau body protector dari dalam batang tube. Dapat
dilihat pada Gambar 5.15. :
55
4. Core Box
Core Box digunakan sebagai tempat menyusun core sesuai dengan
kemajuan dan kedalaman bor. Dapat dilihat pada Gambar 5.16. :
5. Kunci Pipa
Kunci Pipa berfungsi untuk membantu proses pemasangan maupun
pencabutan batang bor dan juga digunakan pada saat pelepasan antara tube dan
sub. Dapat dilihat pada Gambar 5.17. :
56
6. Tripod
Tripod berfungsi sebagai tiang penyangga terpal untuk pelindung bagi
pekerja dari panas matahari langsung dan sebagai penyimpanan katrol guna untuk
membantu mengangkat batang bor dari lubang bor. Dapat dilihat pada
Gambar5.18. :
7. Hosting
Hosting digunakan untuk membantu menaikkan dan menurunkan batang bor
dari lubang bor. Dapat dilihat pada Gambar5.19. :
57
8. Palu
Palu berfungsi sebagai penumbuk jika core susah lepas dari tube, dan
sebagai alat mempermudah melepaskan sub atau pin dari batang bor jika susah
dibuka menggunakan kunci. Dapat dilihat pada Gambar 5.20. :
9. Neraca
Berguna untuk menimbang sampel di lapangan setelah core di ambil dari
core box. Dapat dilihat pada Gambar 5.21. :
58
10. Pita kode core
Pita ini berguna untuk kode core di core box dan alumina kode core dalam
kantung sampel. Dapat dilihat pada Gambar 5.22. :
11. Boundery
Digunakan sebagai penanda titik bor jika sudah dilakukan pemboran. Dapat
dilihat pada Gambar 5.23. :
12. Jeriken
Digunakan sebagai tempat penampungan air yang akan digunakan
pemboran barlangsung. Dapat dilihat pada Gambar 5.24. :
59
Sumber : Dokumentasi Resyani 2018
Gambar 5.24. Jeriken
13. Kunci
Kunci berfungsi untuk membuka bagian gear box guna mengangkat batang
AXL kepermukaan. Dapat dilihat pada Gambar 5.25. :
60
Sumber : data pengamatan Resyani,2018
Gambar 5.26. Alur Kegiatan Pemboran
61
5.3.4.2. Moving Dan Persiapan Alat Bor
Kegiatan moving dilakukan setelah pencarian titik disuatu lokasi ditemukan
kemudian moving tau pengankutan mesin dan alat bor dilakukan. Setelah alat bor
sudah tiba dilokasi kemudian persiapan, dimana dilakukan mulai dari pemasangan
mesin bor dan mesin penggerak di tempatkan dekat pada titik bor yang akan
dilakukan pengeboran dan pengambilan coring. Seperti pada gambar 5.28.
5.3.4.3. Pengeboran
Setelah persiapan alat – alat bor telah siap maka dilakukan pemasangan
batang bor, dimulai dari awal yaitu pemasangan tube dengan ukuran 50 cm dan
menyambungkan mata bit, untuk menggerus lapisan tanah penutup. setiap tahap
awal pengeboran menggunakan tube 50 cm, disaat mencapai kedalam 3 m lebih,
menggunakan tube 1 m. Setelah melewati kedalaman 5 m lebih, menggunakan
bantuan batang bor dengan ukuran diameter 6 cm. kemudian dilakukan
pengeboran setelah merasa tube terisi sampel (coring) sesuai dengan panjang tube
atau tergantung operator mesin bor yang mengendalikan karena pencapaian
kedalam disesuaikan dengan kesanggupan bor. Kemudian dilakukan pencabutan
batang bor untuk mengambil core yang berada dalam tube. Setelah tube di ambil
maka dilakukannya penumbukkan. Penumbukan dilakukan sesuai kekerasan core
yang masuk pada tube. Pada kegiatan pengeboran, jika terkena pada lapisan zona
bawah yang keras namun tidak mencapai lebih dari 3 m maka dapat dlanjutkan
62
pengeboran dikarenakan hanya mengenai boulder. Akan tetapi jika pencapaian
kedalaman mengenai batuan dengan pengeboran pengambilan coring ± 3 m maka
dikatakan bedrock dan dapat dihentikan lanjut ke titik bor selanjutnya. Pada PT
ANTAM Tbk UBPN Sulawesi Tenggara memiliki target dalam satu hari minimal
pengeboran mencapai 13 m dalam satu mesin bor, dan jika mencapai zona keras
target yang dibutuhkan sesuai dengan kemampuan alat bor.
Pada kegiatan pengboran ini dilakukan cycle time untuk dapat mengetahui
beberapa produktivitas yang terdapat selama kegiatan pengeboran terjadi. Seperti :
63
pada kegiatan ini hanya terdapat persiapan alat dan istirahat pada waktu jam kerja
kemudian tekstur tanah yang digerus cukup lunak. Pada kecepatan dihari ke 3
mencapai 2.60 m/Jam dengan hambatan pada waktu delay ,istirahat diwaktu jam
kerja dan persiapan alat. Pada hari ke 4 kecepatan mencapai 1.17 m/Jam dengan
kedalaman 5.4 m. kecepatan ini cukup lambat dikarenakan zona lapisan terdapat
boulder (batuan yang terdapat pada sekitar lapisan saprolit ) memiliki hambatan
delay untuk melakukan pengimpusan batuan, untuk mempermudah pengeboran
batuan. Pada hari ke 5 kecepatan mencapai 0.80 m/Jam. pada proses pengeboran
dihari kelima zona yang terdapat yaitu memasuki zona lapisan bedrock maka dari
itu kegiatan ini dicukupkan waktu mencapai bedrock dengan kedalaman 3 meter.
64
waktu jam kerja kemudian tekstur tanah yang digerus cukup lunak namum dapat
terselesaikan hingga mencapai dasar yaitu bedrock.
2. Efektivitas Pemboran
Tujuan menghitung efektivitas pemboran untuk mengetahui seberapa besar
kemampuan alat bor mencapai target dengan waktu dan hambatan tertentu. Seperti
yang dihasilkan pada gambar 5.31 dan gambar 5.32. sebagai berikut :
65
Sumber : Data Kerja Praktek Resyani, 2018
Gambar 5.32. Grafik Efektivitas Pemboran Pada Titik Bor PML 4341
3. Produktivitas Pemboran
66
Sumber : Data Kerja Praktek Resyani, 2018
Gambar 5.33. Grafik Produktivitas pemboran Pada Titik Bor PML 4490
67
Sumber : Data Kerja Praktek Resyani, 2018
Gambar 5.34. Grafik Produktivitas pemboran Pada Titik Bor PML 4341
68
.
Sumber : Dokumentasi Resyani,2018
Gambar 5.35. Kegiatan Penumbukan Dan Penempatan Core Pada Core Box
5.3.4.5. Logging
Dalam kegiatan pemboran terdapat kegiatan logging dimana kegiatan
tersebut untuk mengetahui lapisan pada kedalaman bor atau litologi ada daerah
tersebut dari core yang di ambil dari hasil pemboran, serta mengetahui mineral –
mineral yang terkandung. Kegiatan logging dilakukan langsung dilapangan oleh
prospector. Adapun kegiatan logging untuk mengetahui beberapa informasi
i. Zona lapisan
ii. Litologi
iii. Mineral yang terkandung
iv. Core recovery
v. Berat jenis
vi. Karaketer warna tanah
69
Sumber : Dokumentasi Resyani,2018
Gambar 5.36 Kegiatan Logging Core
70
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Setelah Kerja Praktek telah dilakukan pada PT ANTAM Tbk UBPN
Sulawesi Tenggara dengan judul TEKNIS PENGEBORAN EKSPLORASI
DETAIL diTambang Utara menghasilkan sebuah laporan Kerja Praktek dengan
kesimpulan :
1. Pemboran yang dilakukan yaitu dengan pola pemboran Grid dimana jarak
spasi titik bor 25 m dan Metode pemboran yang dilakukan adalah metode
Rotarry Drilling, pengeboran ini dinamakan pemboran single tube. Tipe alat
pemboran yang digunakan YBM 0503 dengan mesin penggerak YANMAR
TF105 MR dengan bahan bakar solar. Prosedur pengeboran yang dilakukan
adalah pencarian titik bor, moving dan persiapan alat, pengeboran,
penempatan core pada core box , logging dan pemberian boundery atau
patok.
71
6.2. Saran
Setelah melakukan kerja praktek serta mengamati mengenai teknis
pengeboran eksplorasi detail yang dilakukan ditambang utara pada PT ANTAM
Tbk UBPN Sulawesi Tenggara agar lebih mengefesienkan waktu kerja nya.
72
DAFTAR PUSTAKA
Jeckson . 2017 “Studi Teknik Penambangan Bijih Nikel”, Kolaka : Program Studi
Teknik Pertambangan Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas
Sembilanbelas November Kolaka.
Larasati Bestari, Sulaeman. 2018 “ Studi Eknik Pertambangan Nikel “ Program
Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi Kebumian Dan Energy
Universitas Trisaksi.
Rubiandini, Rudi. 2012 “ Teknik Operasi Pemboran ” Program Studi Teknik
Perminyakan Institut Teknologi Bandung, Bandung 2012.
Suparlan.T, Muh. 2017 “Studi Teknik Penambangan Endapan Bijih Nikel Laterit”
Kolaka : Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Sains Dan
Teknologi Universitas Sembilanbelas November Kolaka.
http:/www./kegiatan pertambangan nikel.hmtl (diakses pada tanggal 28 april
2018)
http://reallifedasuha.teknikpemboran.blogspot.com/2011/02/real-life.html?m=1
(diakses pada tanggal 14 juli 2018)
73