Anda di halaman 1dari 17

Title : Prosedur Logging Pada Profil Laterit

Version 1.0

Page 1 of 17

PT. MULIA PACIFIC RESOURCES

STANDARD OPERATING PROCEDURE / PROSEDUR KERJA STANDARD

TITLE / JUDUL
PROSEDUR LOGGING PADA PROFIL
LATERIT
ID. / NOMOR SOP-MPR-EXP-002
DEPARTMENT / DEPARTEMEN EXPLORATION
SECTION / BAGIAN EXPLORATION
DATE / TANGGAL 21 Mei 2013

VERSION / VERSI 1.0


Critical /
IMPORTANCE / TINGKAT KEPENTINGAN Routine / Rutin
Kritis

Created/reviewed by: Checked by: Approved by:

Dibuat/review oleh: Diperiksa oleh: Disetujui oleh:

Date/Tanggal: Date/Tanggal: Date/Tanggal:

Muh. Syafii Abd. Karim Amiruddin Arief Hendarman


Title : Prosedur Logging Pada Profil Laterit
Version 1.0

Page 2 of 17

1. Persiapan kerja
Baca dan pahami Standard Job Sheet logging terlebih dahulu, untuk mengetahui
perlengkapan apa saja yang dibutuhkan dan safety apa saja yang harus ditaati.

2. Pengecekan hole id dan deposit


Lakukan pengecekan sample meliputihole id dan deposit untuk mencegah tertukarnya
sample. Jangan lupa untuk menuliskan nama logger dan tanggal logging untuk melakukan
konfirmasi di kemudian hari. Check juga urutan meteran sample dan yakinkan bahwa core
box sudah disusun secara berurut dan rapi untuk mempermudah proses logging dan
mencegah kemungkinan urutan sample terbalik.

3. Koreksi recovery actual


Sebelum memulai pekerjaan, lakukan koreksi terhadap core recovery terlebih dahulu. Core
recovery pada logging tidak harus sama dengan core recovery dari drill recovery form. Core
recovery pada logging harus ditekankan pada kualitas data yang akan dihasilkan dan
mempertimbangkan factor geoevaluasi.

4. Layer general
Lihat secara general profil laterit dari hole yang akan di logging. Tentukan terlebih dahulu
batas Limonite, Saprolite dan Bedrock sebelum menentukan break geologinya.

5. Break geologi
Lakukan break geologi pada zona-zona yang memang memiliki perbedaan karakter yang
jelas dan menerus. Untuk karakter yang tidak menerus (hanya setempat-setempat) tidak perlu
di lakukan break geologi. Perhatikan baik-baik pada saat melakukan break geology, jangan
melakukan break pada sample dengan panjang < 15cm (minimal interval 15cm), karena
tidak akan memenuhi syarat representative data sehingga data tersebut tidak dapat dipakai,
atau dinyatakan sebagai error. Break geologi minimal juga harus memiliki core recovery >
15% (minimal recovery 15%). Jika material memiliki length atau core recovery yang lebih
kecil, maka tidak perlu di break (digabungkan dengan material lain yang lebih dominant).
Jika diperlukan, sample boleh di split (harus rapi) untuk dilihat bagian dalamnya.

6. Pemotretan
Lakukan pemotretan secara baik dan hati hati sehingga : kualitas foto terjamin (cukup
terang untuk di lakukan analisa, dan semua bagian sample terlihat / tidak terpotong.), tidak
ada sample / core box yang terlewati, yakinkan tidak ada foto yang terhapus / tertumpang.
Pastikan dulu kualitas foto sebelum melakukan aktivitas logging.

7. Pengisian kolom From To.


Perhatikan baik-baik meterannya, jangan pernah dilakukan generalisasi atau pembulatan
karena ingin memudahkan perhitungan. Catat meteran apa adanya. Gunakan mistar atau
meteran untuk mengukur setiap interval. Pengisian kolom From To pada area yang
mengalami swelling ataupun loss, harus memenuhi kaidah sesuai dengan perhitungan core
recovery. (Untuk lebih jelasnya lihat point 9, kolom From To menyesuaikan panjang
interval run hasil perhitungan)

8. Pengisian kolom Length.


Pada umumya Length dapat diperoleh dari mengukur panjang sample dalam satu break (pada
kondisi biasa, yaitu tidak mengalami swelling maupun loss). Penulisan dan pengisian kolom
ini harus benar-benar teliti dan berhati-hati karena kesalahan dan pembulatan akan
menyebabkan perbedaan nilai Tonnage Factor yang cukup significant. Pada kondisi khusus
Title : Prosedur Logging Pada Profil Laterit
Version 1.0

Page 3 of 17
(terjadi swelling dan loss), kolom length harus dihitung dengan menggunakan kaidah seperti
pada perhitungan core recovery. (Untuk lebih jelasnya lihat point 9, kolom Length
menyesuaikan panjang interval run hasil perhitungan)

9. Pengisian Recovery Length.


Secara sederhana, Core Recovery length diperoleh dengan melakukan perhitungan :

- Panjang sample yang diperoleh (Actual length)


- Panjang run (Actual run)

Dengan pertimbangan terjadinya extrusion pada material, core recovery disini akan selalu
memberikan nilai yang over estimated. Persentase dari over estimated akan di study lebih
lanjut. Recovery ditulis tidak dalam persen, melainkan dalam bentuk bilangan bulat
desimal, artinya recovery 100% akan ditulis sebagai 1, sedangkan recovery 90% akan ditulis
0.9.
Perhatikan baik-baik pada saat penulisan core recovery. Jika dalam 1 meter sample terdapat
lebih dari 1 jenis material yang memiliki karakter yang berbeda dan memiliki total Recovery
length yang tidak sama dengan 1 (bisa lebih bisa kurang), tentukan material mana yang
paling mungkin untuk terjadi loss (Recovery <1) dan material mana yang paling mungkin
untuk terjadi swelling (Recovery >1).
Jika semua material dalam meteran tersebut memungkinkan terjadinya loss dan swelling,
maka core recovery-nya dianggap sama, yaitu core recovery totalnya. Jika dalam satu meter
hanya terdapat sebagian saja material yang mungkin loss atau swelling, sedangkan yang
lainnya tidak mungkin untuk loss dan swelling, maka perlu dilakukan perhitungan core
recovery untuk masing-masing jenis material.

Core Recovery = Panjang sample yang diperoleh (Actual length)


Panjang run (Actual run)

Untuk material yang tidak mungkin terjadi loss dan swelling (misal: boulder), maka material
tersebut akan memiliki recovery = 1.
Untuk material yang mungkin terjadi loss dan swelling (yaitu: clay material dan Soft
material) maka core recovery harus dihitung dengan rumus perhitungan seperti berikut ini :

Contoh perhitungan :
Jika Soft material Loss
5.50
5 5.90
6
5 Soft Material Hard Material Loss

6 Hard Material 7

7 Soft Material Loss Hard Material


8

8 Soft Material
9
9 Hard Material Soft Material Loss 10
1. Dari meteran 5 ke 6 Diketahui:
Actual length Soft material (FM) = 50 cm
Actual length Hard material (HM) = 40 cm
Loss = 10 cm
Title : Prosedur Logging Pada Profil Laterit
Version 1.0

Page 4 of 17
Total run = 1m
Total recovery length 1 meter = 0.9
Maka jika sample dibreak pada batas Soft material dan Hard material, maka Recovery length
masing-masing sample adalah sebagai berikut:

40cm
Rec. HM (diasumsikan tidak loss) 1 = 40 cm / 40 cm = 1
40cm
50cm 50cm
Rec. SM (diasumsikan loss) 0.83
(1m 40cm ) 60cm

2. Dari meteran 7 ke 8 diketahui :


Actual length Soft material (FM) = 50 cm
Actual length Hard material (HM) = 40 cm
Loss = 10 cm
Total run = 1m
Total recovery length 1 meter = 0.9
Maka jika sample di break pada batas Soft material dan Hard material,
maka Recovery length masing-masing sample adalah sebagai berikut:
40cm
Rec. HM (tidak loss) 1
40cm
50cm 50cm
Rec. SM (loss) 0.83
(1m 40cm ) 60cm

3. Dari meteran 9 ke 10 diketahui :


Actual length Hard material (HM) = 40 cm
Actual length Soft material (FM) = 50 cm
Loss = 10 cm
Total run = 1m
Total recovery length 1 meter = 0.9
Maka jika sample di break pada batas Soft material dan Hard material,
maka Recovery length masing-masing sample adalah sebagai berikut:
40cm
Rec. HM (tidak loss) 1
40cm
50cm 50cm
Rec. SM (loss) 0.83
(1m 40cm ) 60cm

Contoh perhitungan :
Jika Soft material swelling
5.40 5.60

5 Soft Material (A1) Hard Material (B) Soft Material (A2)

Soft Material (A2) 6

6 7

7 8

8
Title : Prosedur Logging Pada Profil Laterit
Version 1.0

Page 5 of 17
9
1. Dari meteran 5 ke 6 Diketahui:

Actual length Soft Material (SM) A1 = 40 cm


Actual length Soft Material (SM) A2 = 80 cm
Actual length Hard Material (HM) = 20 cm (diasumsikan tidak swelling)
Total run = 1m
Total recovery length 1 meter = 1.4
Actual run yang di tempati Soft Material A = 100 cm 20 cm = 80 cm
Actual length total untuk soft material A = 40 cm + 80 cm = 120 cm

Maka jika sample di break pada batas Soft material A1 dan Hard material B, dan Hard
Material (B) dengan soft material (A2), maka Recovery length masing-masing sample
adalah sebagai berikut:
Tentukan dulu interval masing-masing Soft material A1 dan A2 :

Interval SM A1 ( SM ) A1 actual length


Actual length total SM ( A) Actual run soft Material A

40cm
80cm 0.3333 80cm 26.67cm
120cm

( SM ) A1
Re cov ery ( SM ) A1
Interval ( SM ) A1
40cm
1.5
26.67cm

Interval SM A2 ( SM ) A 2 actual length


Actual length total SM ( A ) Actual run soft Material A
80cm
80cm 0.6667 80cm 53.33cm
120cm

( SM ) A2
Re cov ery ( SM ) A2
Interval ( SM ) A2
80cm
1.5
53.33cm

5.80

5 Soft Material (SM) (HM) 7


Hard Material (HM)
(Contoh Kasus 1)
(30 cm) 6

6 Soft Material (SM)

Hard Material (HM) (50 cm) 7 (Contoh Kasus 2)

7
Title : Prosedur Logging Pada Profil Laterit
Version 1.0

Page 6 of 17
Hard Material (HM) (50 cm) Soft Material (SM)

Soft Material (SM) (30 cm 8 (Contoh Kasus 3)


1. Dari meteran 5 ke 6 Diketahui ( Contoh Kasus 1 )

Actual length Soft Material (SM) = 80 cm


Actual length Hard Material (HM) = 50 cm (tidak swelling)
Total run = 1m
Total recovery length 1 meter = 1.3
Actual run yang ditempati Soft Material (SM) = 100 cm 50 cm = 50 cm
Maka jika sample di break pada batas Soft material A dan Hard material,
maka Recovery length masing-masing sample adalah sebagai berikut:

Re cov ery Soft Material ( SM ) Actual Length ( SM )


Actual Run ( SM )

80cm
1.6
50cm

Re cov ery Soft Material ( SM ) Actual Length ( SM )


Actual Run ( SM )

50cm
1
50cm

2. Dari meteran 6 ke 7 Diketahui ( Contoh Kasus 2 )


Kasus 2 dapat kita tentukan recovery-nya dengan cara yang sama dengan Contoh kasus 1
Actual length Soft Material (SM) = 100 cm (swelling)
Actual length Hard material (HM) = 50 cm (tidak swelling)
Total run = 100 cm
Recovery total = 1.5
Actual run HM = 50 cm
Actual run SM = Total run Actual run HM = 100 cm 50 cm = 50 cm
Re cov ery HM Actual length ( HM )
Actual Run ( HM )

50cm
1
50cm

Re cov ery SM Actual length ( SM )


Actual Run ( SM )

100cm
2
50cm

3. Dari meteran 7 ke 8 Diketahui ( Contoh Kasus 3 )


Kasus 3 dapat kita tentukan recovery-nya dengan cara yang sama dengan Contoh kasus 3
Actual length Hard material (HM) = 50 cm (tidak swelling)
Actual length Soft Material (SM) = 100 cm (swelling)
Total run = 100 cm
Recovery total = 1.5
Actual run HM = 50 cm
Actual run SM = Total run Actual run HM = 100 cm 50 cm = 50 cm
Title : Prosedur Logging Pada Profil Laterit
Version 1.0

Page 7 of 17
Re cov ery HM Actual length ( HM )
Actual Run ( HM )

50cm
1
50cm

Re cov ery SM Actual length ( SM )


Actual Run ( SM )

100cm
1
50cm

Contoh perhitungan :
Jika Soft material tidak loss dan tidak ada swelling
5.40 5.70
6
5 Soft Material A (SM A) Hard Material (HM) Soft Material (SM) (B)

6 Soft Material (SM)


7
Hard Material (HM)

Dari meteran 5 ke 6 Diketahui


Actual length Soft Material A (SM A) = 40 cm
Actual length Hard material (HM) = 30 cm
Actual length Soft Material B (SM B) = 30 cm
Total run = 100 cm
Recovery total = 1
Pada kondisi core seperti ini ( tanpa loss dan tanpa swelling), maka actual run
untuk masing-masing material di asumsikan sama dengan actual run-nya,
perhitungan recovery masing-masing material adalah :
Re cov ery HM Actual length ( HM )
Actual Run ( HM )

30cm
1
30cm

Re cov ery SM ( A) Actual length ( SM ) A


Actual Run ( SM ) A

40cm
1
40cm

Re cov ery SM ( B ) Actual length ( SM ) B


Actual Run ( SM ) B

30cm
1
30cm
Perhitungan yang sama berlaku juga untuk meteran 6 ke 7 dan 7 ke 8.

10. Pengisian Material Code


Material code diisi berdasarkan jenis material (ekuivalen dengan layer-layer yang mungkin
ada pada laterite profile), yaitu:
1. LIM untuk limonite material
Title : Prosedur Logging Pada Profil Laterit
Version 1.0

Page 8 of 17
2. SAP untuk saprolite material
3. BLD untuk boulder material (terletak di dalam layer LIM atau SAP)
4. SED untuk sediment material
5. BRK untuk bedrock material (terletak pada meteran terakhir)
Untuk Transition Zone dituliskan Limonite dan beri keterangan pada kolom
remark/comment sebagai transition Zone.
11. Pengisian Rock Code
Rock code diisi berdasarkan Nama Batuan actual yang ditemukan dalam tiap break geologi,
yaitu:
1. HRZ untuk harzburgite
2. DUN untuk dunite
3. SRP untuk serpentinite
4. PXT untuk piroksenit
5. SIL untuk silica
6. LHZ untuk lherzolite
7. PDT untuk peridotite (jika tidak dapat dibedakan antara HRZ dan LHZ)
8. CLY untuk clay
9. CGL untuk conglomerate
10. SND untuk sandstone
11. MUD untuk mudstone
Jika logger menemukan batuan lain yang tidak dapat dikategorikan sebagai salah satu Nama
Batuan di atas, diharap segera memberitahu Geo Evaluasi untuk diadakan study dan
pemberian nama standard.

12. Pengisian Grain Size (Igneous Grain Size)


Grain size diisi dengan mengkategorikan ukuran butir mineral batuan (baik yang sudah
lapuk dan individual maupun yang masih fresh dan interlocking) ke dalam: (International
Standard)
1. fg untuk fine grain (less than 1 mm but not glassy)
2. mg untuk medium grain (1-5 mm)
3. cg untuk coarse grain (5 30 mm)
4. vcg untuk very coarse grain (greater than 30 mm)

13. Pengisian Tingkat Serpentinisasi


Tingkat serpentinisasi diisi di semua intercept / break geologi pada hole-hole yang
mencirikan adanya poses serpentinisasi. Tingkat serpentinisasi tidak hanya ada pada batuan
berukuran kasar, tetapi juga memungkinkan untuk hadir di batuan yang berukuran halus.

Tingkat serpentinisasi pada kolom ini diisi berdasarkan kenampakan visualnya saja (warna,
kelimpahan mineral hasil proses serpentinisasi, tekstur, dll) jangan dicampur adukkan
dengan pembacaan dari magsus.
Tingkat serpentinisasi diisi dengan code:
1. nil untuk tidak adanya proses serpentinisasi
2. low untuk tingkat serpentinisasi rendah
3. med untuk tingkat serpentinisasi menengah
4. hi untuk tingkat serpentinisasi tinggi.

Untuk kalibrasi tingkat serpentinisasi berdasarkan pengamatan visual, setiap logger


diwajibkan menguasai materi training petrography dari Jacques Babineau.

14. Pengisian Tingkat Weathering


Title : Prosedur Logging Pada Profil Laterit
Version 1.0

Page 9 of 17
Tingkat weathering tidak ada kaitannya dengan ukuran butir, meskipun untuk material yang
halus pada umumnya memiliki tingkat weathering yang tinggi. Di beberapa area, terutama
yang mengalami serpentinisasi tinggi dan memiliki ukuran butir halus bisa memiliki tingkat
weathering yang rendah.

Dengan demikian, tingkat weathering hanya bisa diukur dengan cara melihat warna visual,
kelimpahan mineral hasil weathering, dan tekstur pada batuan.

Tingkat weathering dituliskan di intercept hard material saja untuk hole yang tidak
mencirikan proses serpentinisasi, atau di seluruh intercept (break geologi) untuk hole yang
mencirikan proses serpentinisasi.

Tingkat weathering dituliskan dengan code: (modifikasi dari klasifikasi weathering menurut
Evert Hoek)
1. 1 untuk tingkat pelapukan tinggi (pelapukan sempurna, tekstur sisa batuan yang fresh
sudah jarang ditemukan, terdapat tanda-tanda slickensided, dan kehadiran mineral clay)
2. 2 untuk tingkat pelapukan menengah (pelapukan belum sempurna, tekstur sisa batuan
yang fresh masih banyak/melimpah ditemukan, terdapat tanda-tanda alterasi mineral hasil
proses pelapukan)
3. 3 untuk tingkat pelapukan rendah (pelapukan belum terjadi, atau pelapukan baru pada
tahap awal (hanya terdapat pada permukaan batuan), fisik batuan masih keras)

15. Pengisian Color Code


Color code diisi dengan warna visual yang tampak pada batuan. Warna batuan dapat terdiri
dari:
1. blk untuk black (hitam)
2. brn untuk brown (coklat)
3. grn untuk green (hijau)
4. gry untuk gray (abu-abu)
5. red untuk red (merah)
6. yel untuk yellow (kuning)
7. wht untuk white (putih)

Warna batuan pada umumnya mencirikan kelimpahan mineral tertentu. Logger diharapkan
memiliki basic petrology laterite yang cukup kuat. (semua literature disarankan, diskusi
perlu dilakukan untuk kalibrasi standard penentuan warna batuan).

16. Pengisian Structure


Structure terdiri dari structure primer dan structure sekunder. Structure primer
menggambarkan structure major/utama pada batuan, sedangkan structure sekunder
menggambarkan structure minor pada batuan.

Contoh:
1. Structure primer berupa joint, structure sekunder berupa vein silica.
2. Structure primer berupa vein, structure sekunder tidak ada.

Kode pada kolom Structure adalah:


1. bxk untuk boxwork
2. ven untuk vein
3. brc untuk brecciated
4. jnt untuk joint
5. frc untuk fracture
Title : Prosedur Logging Pada Profil Laterit
Version 1.0

Page 10 of 17
6. dbs untuk diabasic
structure bisa diisi pada semua intercept, baik fine material maupun coarse material, selama
intercept tersebut masih memberikan kenampakan structure.

17. Pengisian Mineral


Mineral diisi berdasarkan kelimpahan yang ada pada batuan. Untuk nama mineral yang
melimpah tuliskan di kolom Primary, cukup melimpah di kolom Sec., dan sedikit
melimpah di kolom Tertiary.

Secara umum, mineral yang terdapat di SPA, dan memungkinkan untuk terlihat secara
megaskopis adalah:
1. chl untuk chlorite
2. chr untuk chrome
3. grt untuk garnierite
4. mgt untuk magnetite
5. mng untuk manganese wad
6. opx untuk orthopiroxen (bronzite/enstatite)
7. ser untuk serpentine
8. sil untuk silica
9. tlc untuk talc
10. mgh untuk maghemite
11. hmt untuk hematite
12. asb untuk asbolite
13. gth untuk goethite
14. mgs untuk magnesite
15. non untuk nontronite
16. olv untuk olivin
17. prx untuk piroksin
18. mic untuk mica
19. crb untuk carbon
20. crp untuk crisoprast
21. ast untuk asbestos
22. cry untuk crysotile
23. cob untuk cobalt
24. kal untuk Kaolin
25. brz untuk bronzite
26. mnt untuk montmorilonite
27. lpc untuk lepidocrosite
28. plg untuk plagioklas
29. fel untuk feldspar
30. mgn untuk mangan
31. ant untuk Antigorite

18. Pengisian Fracture


Kolom fracture diisi dengan jumlah open fracture / joint / kenampakan struktur yang
berpola, baik yang sudah maupun yang belum terisi oleh mineral sekunder. Fracture ini
dihitung pada suatu zona boulder yang menerus, selama ciri-ciri adanya fracture masih
terlihat. Kedua ujung dari rangkaian boulder tidak dihitung sebagai fracture. Fracture diisi
disetiap intercept yang memiliki rangkaian boulder, dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Fracture dihitung dalam satu rangkaian boulder secara keseluruhan, selama fracture
tersebut masih dapat diidentifikasi dengan jelas.
Title : Prosedur Logging Pada Profil Laterit
Version 1.0

Page 11 of 17

Gambar:
Fracture Artificial

11cm 25cm 24cm 40cm


1 2 3
Jumlah fracture dari boulder di atas adalah: 3

Fracture

9cm 8cm 5cm 5cm


1 2 3
Jumlah fracture dari boulder di atas adalah: 3

Fracture Artificial

11cm 15cm 15cm 19cm 30cm 15cm


1 2 34 5 6 7 8

Jumlah fracture dari bouder di atas adalah: 8

2. Jika rangkaian boulder yang mempunyai fracture dipisahkan oleh soft material, maka
perhitungan fracture dilakukan secara terpisah antara rangkaian boulder yang satu dengan
rangkaian boulder yang lainnya

Gambar
Rangkaian boulder 1 rangkaian boulder 2
Fracture
Soft Material 2cm
9cm 8cm 5cm 5cm 17cm 5cm
1 2 3 45

Jumlah fracture dari boulder diatas adalah : 5

3. Untuk fracture yang sangat intensif, sehingga meski teridentifikasi sebagai fracture
logger masih mengalami kesulitan dalam menghitung jumlah fracture, diberi angka
konstan (konstanta) 100.

Jumlah fracture dari boulder di atas adalah: 100


4. Untuk fracture yang sangat intensif, yang terletak diantara 2 rangkaian boulder maka
fracture tersebut diperlakukan sama seperti soft material pada point 2.

Gambar
rangkaian boulder 1 rangkaian boulder 2
Title : Prosedur Logging Pada Profil Laterit
Version 1.0

Page 12 of 17
Fracture
Soft Material 2cm
9cm 8cm 5cm 5cm 17cm 5cm
1 2 3 45
Perhatikan baik-baik apakah fracture berasal dari struktur atau artificial selama pemboran
berlangsung. Struktur biasanya dicirikan dengan kenampakan yang berpola, atau sudah
mengalami weathering, atau terisi oleh mineral-mineral sekunder.

19. Pengisian Boulder > 10 cm


Kolom Boulder > 10 cm diisi dengan total panjang boulder yang lebih besar dari 10 cm.
Untuk boulder < 10 cm tidak perlu dikalkulasikan. Boulder > 10 cm diisi disetiap intercept
yang memiliki boulder > 10 cm.

Contoh :
Fracture Fracture

Soft Material 15cm Hard material 30cm Pjg Bld = 45cm 7


5cm 30cm 5cm 30cm
Pjg Bld = 60cm

5cm 40cm 2cm 25cm


Pjg Bld = 65cm
25cm 20cm 25cm 15cm
Pjg Bld = 85cm

Artificial

20. Pengisian Comment


Kolom Comment diisi dengan seluruh informasi geologi baik yang bersifat unik maupun
yang berpola. Intercept dimana relict texture (tekstur sisa) pertama kali terlihat sebaiknya
diberi keterangan pada kolom comment-nya. Keberadaan mineral-mineral atau struktur atau
tekstur yang tidak lazim terdapat pada profil laterite sebaiknya juga diidentifikasi pada
kolom comment, misal keberadaan mineral lempung sediment dalam kelimpahan yang
cukup besar, atau boulder dari batuan bukan ultramafic. Type batuan WT 1, WT 2 dan WT 3
juga dapat dicantumkan dalam comment di setiap rangkaian boulder yang ada (tiap
intercepth).

Geologist logging sebaiknya memperhatikan kolom comment ini. Karena, besar


kemungkinan terdapat informasi geologi yang tidak dapat dimasukkan kedalam kolom-
kolom sebelumnya tetapi memiliki arti yang penting dalam evaluasi geologi.

Untuk intercept yang memiliki informasi geologi yang sama pada kolom comment-nya,
sebaiknya ditulis hanya di intercept awal dimana informasi tersebut pertama kali ditemukan
dan intercept terakhir dimana informasi tersebut tidak nampak kembali (membentuk satu
series informasi geologi, series ini memungkinkan untuk lebih dari satu). Sebagai panduan,
logger diharapkan mengenal geology regional lembar Malili.
Title : Prosedur Logging Pada Profil Laterit
Version 1.0

Page 13 of 17

Geological map terlampir dalam standard logging procedure. Ketidaksesuaian antara data
coring dengan geology regional lembar Malili bukan merupakan suatu kesalahan dalam
logging melainkan suatu informasi baru yang nantinya dapat digunakan untuk meng-update
geology regional lembar Malili. Ketidaksesuaian ini merupakan informasi geology yang
harus dicatat oleh logger.

Comment harus disimpulkan menjadi satu kalimat di baris terakhir sebagai resume dari
seluruh informasi geologi yang diketahui.
Contoh:
Resume comment

Profile laterite lengkap dan berurut, relict texture mulai terlihat pada meteran 22-23, secara
umum batuan pernah mengalami struktur yang intensive, banyak terdapat silica pada
meteran 10-18, vein silica dan garnierite banyak mengisi rekahan batuan. Gejala
serpentinisasi terlihat pada bidang fracture, type batuan WT 2 (tdk sesuai dengan General
Map), protolith didominasi oleh Harzburgite, terdapat boulder conglomerate pada meteran
26-27. dll. Penulisan comment diijinkan untuk menggunakan steno/singkatan, untuk
singkatan yang tidak umum harap didiskusikan diantara logger dan dibuat standard
abbreviation-nya.

Lampiran 1. Koreksi Recovery Actual

MATERIAL SILIKA (GRAVEL SIZE)

RESULT

MATERIAL BOULDER / BEDROCK

RESULT
Title : Prosedur Logging Pada Profil Laterit
Version 1.0

Page 14 of 17
MATERIAL SAPROLITE + GRAVEL

RESULT

Lampiran 2: Contoh Batuan

Black Clay

Sand

Conglomerat

Peridotite

Dunite
Title : Prosedur Logging Pada Profil Laterit
Version 1.0

Page 15 of 17

Lampiran 3: Weathering Product minerals

Lampiran 4: Standard Colour Code

Red colour

Brown Colour

Yellow colour
Title : Prosedur Logging Pada Profil Laterit
Version 1.0

Page 16 of 17

Green Colour

Gray Colour

Black Colour

White Color (wht)


White color is uncommon and already clear. High asbestos mineral content might give
white color.

Lampiran 5. Classification and Nomenclature of Mafic and Ultramafic Rocks


(Streckeisen,1976)
Title : Prosedur Logging Pada Profil Laterit
Version 1.0

Page 17 of 17

Anda mungkin juga menyukai