Version 1.0
Page 1 of 17
PT. MITRA MAHKOTA MEGAH
Morowali Nickel Project
DATE / TANGGAL
FEBRUARY 01, 2020
VERSION / VERSI 1.0
Page 2 of 17
1. Persiapan kerja
Baca dan pahami Standard Job Sheet logging terlebih dahulu, untuk mengetahui
perlengkapan apa saja yang dibutuhkan dan safety apa saja yang harus ditaati.
4. Layer general
Lihat secara “general” profil laterit dari hole yang akan di logging. Tentukan terlebih
dahulu batas Limonite, Saprolite dan Bedrock sebelum menentukan break
geologinya.
5. Break geologi
Lakukan break geologi pada zona-zona yang memang memiliki perbedaan karakter
yang jelas dan menerus. Untuk karakter yang tidak menerus (hanya setempat-
setempat) tidak perlu di lakukan break geologi. Perhatikan baik-baik pada saat
melakukan break geology, jangan melakukan break pada sample dengan panjang <
15cm (minimal interval 15cm), karena tidak akan memenuhi syarat representative
data sehingga data tersebut tidak dapat dipakai, atau dinyatakan sebagai error.
Break geologi minimal juga harus memiliki core recovery > 15% (minimal recovery
15%). Jika material memiliki length atau core recovery yang lebih kecil, maka tidak
perlu di break (digabungkan dengan material lain yang lebih dominant). Jika
diperlukan, sample boleh di split (harus rapi) untuk dilihat bagian dalamnya.
6. Pemotretan
Lakukan pemotretan secara baik dan hati – hati sehingga : kualitas foto terjamin
(cukup terang untuk di lakukan analisa, dan semua bagian sample terlihat / tidak
terpotong.), tidak ada sample / core box yang terlewati, yakinkan tidak ada foto yang
terhapus / tertumpang. Pastikan dulu kualitas foto sebelum melakukan aktivitas
logging.
Page 3 of 17
significant. Pada kondisi khusus (terjadi swelling dan loss), kolom length harus
dihitung dengan menggunakan kaidah seperti pada perhitungan core recovery.
(Untuk lebih jelasnya lihat point 9, kolom Length menyesuaikan panjang interval run
hasil perhitungan)
Dengan pertimbangan terjadinya extrusion pada material, core recovery disini akan
selalu memberikan nilai yang over estimated. Persentase dari “over estimated” akan
di study lebih lanjut. Recovery ditulis tidak dalam persen, melainkan dalam bentuk
bilangan bulat desimal, artinya recovery 100% akan ditulis sebagai 1, sedangkan
recovery 90% akan ditulis 0.9.
Perhatikan baik-baik pada saat penulisan core recovery. Jika dalam 1 meter sample
terdapat lebih dari 1 jenis material yang memiliki karakter yang berbeda dan memiliki
total Recovery length yang tidak sama dengan 1 (bisa lebih bisa kurang), tentukan
material mana yang paling mungkin untuk terjadi “loss” (Recovery <1) dan material
mana yang paling mungkin untuk terjadi “swelling” (Recovery >1).
Jika semua material dalam meteran tersebut memungkinkan terjadinya loss dan
swelling, maka core recovery-nya dianggap sama, yaitu core recovery totalnya. Jika
dalam satu meter hanya terdapat sebagian saja material yang mungkin loss atau
swelling, sedangkan yang lainnya tidak mungkin untuk loss dan swelling, maka perlu
dilakukan perhitungan core recovery untuk masing-masing jenis material.
Untuk material yang tidak mungkin terjadi loss dan swelling (misal: boulder), maka
material tersebut akan memiliki recovery = 1.
Untuk material yang mungkin terjadi loss dan swelling (yaitu: clay material dan Soft
material) maka core recovery harus dihitung dengan rumus perhitungan seperti
berikut ini :
Contoh perhitungan :
Jika Soft material Loss
5.50
5 5.90
Soft Material 6
5 Hard Material Loss
Hard Material
6 7
Soft Material Hard Material
7 Loss 8
Soft Material
8 9
9 Loss
Hard Material Soft Material 10
1. Dari meteran 5 ke 6 Diketahui:
Actual length Soft material (FM) = 50 cm
Actual length Hard material (HM) = 40 cm
PT. Mitra Mahkota Megah
Morowali Nickel Project Site
Title : Prosedur Logging Pada Profil Laterit
Version 1.0
Page 4 of 17
Loss = 10 cm
Total run = 1m
Total recovery length 1 meter = 0.9
Maka jika sample dibreak pada batas Soft material dan Hard material, maka
Recovery length masing-masing sample adalah sebagai berikut:
Rec. SM (loss)
Rec. SM (loss)
Contoh perhitungan :
Jika Soft material swelling
5.40 5.60
Page 5 of 17
Soft Material (A1)
5 Hard Material (B) Soft Material (A2)
6 7
7 8
8 9
Maka jika sample di break pada batas Soft material A1 dan Hard material B, dan
Hard
Material (B) dengan soft material (A2), maka Recovery length masing-masing
sample
adalah sebagai berikut:
Tentukan dulu interval masing-masing Soft material A1 dan A2 :
5.80
Page 6 of 17
Soft Material (SM) (HM)
5 7
Hard Material (HM) (Contoh Kasus 1)
(30 cm) 6
Soft Material (SM)
6
Hard Material (HM) (50 cm) (Contoh Kasus 2)
7
7 Hard Material (HM) (50 cm) Soft Material (SM)
8 (Contoh Kasus 3)
Soft Material (SM) (30 cm
2. Dari meteran 5 ke 6 Diketahui ( Contoh Kasus 1 )
Page 7 of 17
4. Dari meteran 5 ke 6 Diketahui ( Contoh Kasus 3 )
Kasus 3 dapat kita tentukan recovery-nya dengan cara yang sama dengan Contoh
kasus 3
Actual length Hard material (HM) = 50 cm (tidak swelling)
Actual length Soft Material (SM) = 100 cm (swelling)
Total run = 100 cm
Recovery total = 1.5
Actual run HM = 50 cm
Actual run SM = Total run – Actual run HM = 100 cm – 50 cm = 50 cm
Contoh perhitungan :
Jika Soft material tidak loss dan tidak ada swelling
5.40 5.70
Soft Material A (SM A) 6
5 Hard Material (HM) Soft Material (SM) (B)
Soft Material (SM)
6 7
Page 8 of 17
Tingkat serpentinisasi pada kolom ini diisi berdasarkan kenampakan visualnya saja
(warna, kelimpahan mineral hasil proses serpentinisasi, tekstur, dll) jangan
dicampur adukkan dengan pembacaan dari magsus.
Tingkat serpentinisasi diisi dengan code:
1. nil untuk tidak adanya proses serpentinisasi
2. low untuk tingkat serpentinisasi rendah
PT. Mitra Mahkota Megah
Morowali Nickel Project Site
Title : Prosedur Logging Pada Profil Laterit
Version 1.0
Page 9 of 17
3. med untuk tingkat serpentinisasi menengah
4. hi untuk tingkat serpentinisasi tinggi.
Dengan demikian, tingkat weathering hanya bisa diukur dengan cara melihat warna
visual, kelimpahan mineral hasil weathering, dan tekstur pada batuan.
Tingkat weathering dituliskan di intercept “hard material” saja untuk hole yang tidak
mencirikan proses serpentinisasi, atau di seluruh intercept (break geologi) untuk
hole yang mencirikan proses serpentinisasi.
Contoh:
Page 10 of 17
1. Structure primer berupa joint, structure sekunder berupa vein silica.
2. Structure primer berupa vein, structure sekunder “tidak ada”.
Secara umum, mineral yang terdapat di SPA, dan memungkinkan untuk terlihat
secara megaskopis adalah:
1. chl untuk chlorite
2. chr untuk chrome
3. grt untuk garnierite
4. mgt untuk magnetite
5. mng untuk manganese wad
6. opx untuk orthopiroxen (bronzite/enstatite)
7. ser untuk serpentine
8. sil untuk silica
9. tlc untuk talc
10. mgh untuk maghemite
11. hmt untuk hematite
12. asb untuk asbolite
13. gth untuk goethite
14. mgs untuk magnesite
15. non untuk nontronite
16. olv untuk olivin
17. prx untuk piroksin
18. mic untuk mica
19. crb untuk carbon
20. crp untuk crisoprast
21. ast untuk asbestos
22. cry untuk crysotile
23. cob untuk cobalt
24. kal untuk Kaolin
25. brz untuk bronzite
26. mnt untuk montmorilonite
27. lpc untuk lepidocrosite
28. plg untuk plagioklas
29. fel untuk feldspar
30. mgn untuk mangan
31. ant untuk Antigorite
Page 11 of 17
Kolom fracture diisi dengan jumlah open fracture / joint / kenampakan struktur yang
berpola, baik yang sudah maupun yang belum terisi oleh mineral sekunder.
Fracture ini dihitung pada suatu zona boulder yang menerus, selama ciri-ciri adanya
fracture masih terlihat. Kedua ujung dari rangkaian boulder tidak dihitung sebagai
fracture. Fracture diisi disetiap intercept yang memiliki rangkaian boulder, dengan
ketentuan sebagai berikut:
Gambar:
Fracture Artificial
Fracture
Fracture Artificial
2. Jika rangkaian boulder yang mempunyai fracture dipisahkan oleh soft material,
maka perhitungan fracture dilakukan secara terpisah antara rangkaian boulder
yang satu dengan rangkaian boulder yang lainnya
Gambar
Rangkaian boulder 1 rangkaian boulder 2
Fracture
Soft Material 2cm
9cm 8cm 5cm
17cm
5cm 5cm
1 2 3 45
Page 12 of 17
Gambar
rangkaian boulder 1 rangkaian boulder 2
Fracture
Soft Material 2cm
9cm 8cm 5cm
17cm
5cm 5cm
1 2 3 45
Perhatikan baik-baik apakah fracture berasal dari struktur atau artificial selama
pemboran berlangsung. Struktur biasanya dicirikan dengan kenampakan yang
berpola, atau sudah mengalami weathering, atau terisi oleh mineral-mineral
sekunder.
Contoh :
Fracture Fracture
Artificial
Page 13 of 17
batuan bukan ultramafic. Type batuan WT 1, WT 2 dan WT 3 juga dapat
dicantumkan dalam comment di setiap rangkaian boulder yang ada (tiap intercepth).
Untuk intercept yang memiliki informasi geologi yang sama pada kolom comment-
nya, sebaiknya ditulis hanya di intercept awal dimana informasi tersebut pertama
kali ditemukan dan intercept terakhir dimana informasi tersebut tidak nampak
kembali (membentuk satu series informasi geologi, series ini memungkinkan untuk
lebih dari satu). Sebagai panduan, logger diharapkan mengenal geology regional
lembar Malili.
Comment harus disimpulkan menjadi satu kalimat di baris terakhir sebagai resume
dari seluruh informasi geologi yang diketahui.
Contoh:
Resume comment
Profile laterite lengkap dan berurut, relict texture mulai terlihat pada meteran 22-23,
secara umum batuan pernah mengalami struktur yang intensive, banyak terdapat
silica pada meteran 10-18, vein silica dan garnierite banyak mengisi rekahan
batuan. Gejala serpentinisasi terlihat pada bidang fracture, type batuan WT 2 (tdk
sesuai dengan General Map), protolith didominasi oleh Harzburgite, terdapat
boulder conglomerate pada meteran 26-27. dll. Penulisan comment diijinkan untuk
menggunakan steno/singkatan, untuk singkatan yang tidak umum harap
didiskusikan diantara logger dan dibuat standard abbreviation-nya.
RESULT
Page 14 of 17
RESULT
RESULT
Black Clay
Sand
Conglomerat
Page 15 of 17
Peridotite
Dunite
Red colour
PT. Mitra Mahkota Megah
Morowali Nickel Project Site
Title : Prosedur Logging Pada Profil Laterit
Version 1.0
Page 16 of 17
Brown Colour
Yellow colour
Green Colour
Gray Colour
Black Colour
Page 17 of 17
(Streckeisen,1976)