Anda di halaman 1dari 17

Title : Prosedur Logging Pada Profil Laterit

Version 1.0

Page 1 of 17
PT. MITRA MAHKOTA MEGAH
Morowali Nickel Project

STANDARD OPERATING PROCEDURE / PROSEDUR KERJA STANDARD

TITLE / JUDUL PROSEDUR LOGGING PADA PROFIL LATERIT

ID. / NOMOR SOP-MTS-EXP-002

DEPARTMENT / DEPARTEMEN MTS

SECTION / BAGIAN EXPLORATION

DATE / TANGGAL
FEBRUARY 01, 2020
VERSION / VERSI 1.0

IMPORTANCE / TINGKAT KEPENTINGAN Routine / Rutin Critical / Kritis

Created/Reviewed by : Checked by : Approved by :


Dibuat/direview oleh : Diperiksa oleh : Di setujui oleh :
     
RAHMAD IRVAN
Site Manager
Date/Tanggal : Date/Tanggal Date/Tanggal
     
     
     

 
   

PT. Mitra Mahkota Megah


Morowali Nickel Project Site
Title : Prosedur Logging Pada Profil Laterit
Version 1.0

Page 2 of 17
1. Persiapan kerja
Baca dan pahami Standard Job Sheet logging terlebih dahulu, untuk mengetahui
perlengkapan apa saja yang dibutuhkan dan safety apa saja yang harus ditaati.

2. Pengecekan hole id dan deposit


Lakukan pengecekan sample meliputihole id dan deposit untuk mencegah
tertukarnya sample. Jangan lupa untuk menuliskan nama logger dan tanggal logging
untuk melakukan konfirmasi di kemudian hari. Check juga urutan meteran sample
dan yakinkan bahwa core box sudah disusun secara berurut dan rapi untuk
mempermudah proses logging dan mencegah kemungkinan urutan sample terbalik.

3. Koreksi recovery actual


Sebelum memulai pekerjaan, lakukan koreksi terhadap core recovery terlebih
dahulu. Core recovery pada logging tidak harus sama dengan core recovery dari drill
recovery form. Core recovery pada logging harus ditekankan pada kualitas data
yang akan dihasilkan dan mempertimbangkan factor geoevaluasi.

4. Layer general
Lihat secara “general” profil laterit dari hole yang akan di logging. Tentukan terlebih
dahulu batas Limonite, Saprolite dan Bedrock sebelum menentukan break
geologinya.

5. Break geologi
Lakukan break geologi pada zona-zona yang memang memiliki perbedaan karakter
yang jelas dan menerus. Untuk karakter yang tidak menerus (hanya setempat-
setempat) tidak perlu di lakukan break geologi. Perhatikan baik-baik pada saat
melakukan break geology, jangan melakukan break pada sample dengan panjang <
15cm (minimal interval 15cm), karena tidak akan memenuhi syarat representative
data sehingga data tersebut tidak dapat dipakai, atau dinyatakan sebagai error.
Break geologi minimal juga harus memiliki core recovery > 15% (minimal recovery
15%). Jika material memiliki length atau core recovery yang lebih kecil, maka tidak
perlu di break (digabungkan dengan material lain yang lebih dominant). Jika
diperlukan, sample boleh di split (harus rapi) untuk dilihat bagian dalamnya.

6. Pemotretan
Lakukan pemotretan secara baik dan hati – hati sehingga : kualitas foto terjamin
(cukup terang untuk di lakukan analisa, dan semua bagian sample terlihat / tidak
terpotong.), tidak ada sample / core box yang terlewati, yakinkan tidak ada foto yang
terhapus / tertumpang. Pastikan dulu kualitas foto sebelum melakukan aktivitas
logging.

7. Pengisian kolom From – To.


Perhatikan baik-baik meterannya, jangan pernah dilakukan generalisasi atau
pembulatan karena ingin memudahkan perhitungan. Catat meteran apa adanya.
Gunakan mistar atau meteran untuk mengukur setiap interval. Pengisian kolom
From – To pada area yang mengalami swelling ataupun loss, harus memenuhi
kaidah sesuai dengan perhitungan core recovery. (Untuk lebih jelasnya lihat point 9,
kolom From – To menyesuaikan panjang interval run hasil perhitungan)

8. Pengisian kolom Length.


Pada umumya Length dapat diperoleh dari mengukur panjang sample dalam satu
break (pada kondisi biasa, yaitu tidak mengalami swelling maupun loss). Penulisan
dan pengisian kolom ini harus benar-benar teliti dan berhati-hati karena kesalahan
dan pembulatan akan menyebabkan perbedaan nilai Tonnage Factor yang cukup
PT. Mitra Mahkota Megah
Morowali Nickel Project Site
Title : Prosedur Logging Pada Profil Laterit
Version 1.0

Page 3 of 17
significant. Pada kondisi khusus (terjadi swelling dan loss), kolom length harus
dihitung dengan menggunakan kaidah seperti pada perhitungan core recovery.
(Untuk lebih jelasnya lihat point 9, kolom Length menyesuaikan panjang interval run
hasil perhitungan)

9. Pengisian Recovery Length.


Secara sederhana, Core Recovery length diperoleh dengan melakukan
perhitungan :

Panjang sample yang diperoleh (Actual length)


Panjang run (Actual run)

Dengan pertimbangan terjadinya extrusion pada material, core recovery disini akan
selalu memberikan nilai yang over estimated. Persentase dari “over estimated” akan
di study lebih lanjut. Recovery ditulis tidak dalam persen, melainkan dalam bentuk
bilangan bulat desimal, artinya recovery 100% akan ditulis sebagai 1, sedangkan
recovery 90% akan ditulis 0.9.
Perhatikan baik-baik pada saat penulisan core recovery. Jika dalam 1 meter sample
terdapat lebih dari 1 jenis material yang memiliki karakter yang berbeda dan memiliki
total Recovery length yang tidak sama dengan 1 (bisa lebih bisa kurang), tentukan
material mana yang paling mungkin untuk terjadi “loss” (Recovery <1) dan material
mana yang paling mungkin untuk terjadi “swelling” (Recovery >1).
Jika semua material dalam meteran tersebut memungkinkan terjadinya loss dan
swelling, maka core recovery-nya dianggap sama, yaitu core recovery totalnya. Jika
dalam satu meter hanya terdapat sebagian saja material yang mungkin loss atau
swelling, sedangkan yang lainnya tidak mungkin untuk loss dan swelling, maka perlu
dilakukan perhitungan core recovery untuk masing-masing jenis material.

Core Recovery = Panjang sample yang diperoleh (Actual length)


Panjang run (Actual run)

Untuk material yang tidak mungkin terjadi loss dan swelling (misal: boulder), maka
material tersebut akan memiliki recovery = 1.
Untuk material yang mungkin terjadi loss dan swelling (yaitu: clay material dan Soft
material) maka core recovery harus dihitung dengan rumus perhitungan seperti
berikut ini :

Contoh perhitungan :
Jika Soft material Loss
5.50
5 5.90
Soft Material 6
5 Hard Material Loss
Hard Material
6 7
Soft Material Hard Material
7 Loss 8
Soft Material
8 9
9 Loss
Hard Material Soft Material 10
1. Dari meteran 5 ke 6 Diketahui:
Actual length Soft material (FM) = 50 cm
Actual length Hard material (HM) = 40 cm
PT. Mitra Mahkota Megah
Morowali Nickel Project Site
Title : Prosedur Logging Pada Profil Laterit
Version 1.0

Page 4 of 17
Loss = 10 cm
Total run = 1m
Total recovery length 1 meter = 0.9
Maka jika sample dibreak pada batas Soft material dan Hard material, maka
Recovery length masing-masing sample adalah sebagai berikut:

Rec. HM (diasumsikan tidak loss) = 40 cm / 40 cm = 1

Rec. SM (diasumsikan loss)

2. Dari meteran 7 ke 8 diketahui :


Actual length Soft material (FM) = 50 cm
Actual length Hard material (HM) = 40 cm
Loss = 10 cm
Total run = 1m
Total recovery length 1 meter = 0.9
Maka jika sample di break pada batas Soft material dan Hard material,
maka Recovery length masing-masing sample adalah sebagai berikut:
Rec. HM (tidak loss)

Rec. SM (loss)

3. Dari meteran 9 ke 10 diketahui :


Actual length Hard material (HM) = 40 cm
Actual length Soft material (FM) = 50 cm
Loss = 10 cm
Total run = 1m
Total recovery length 1 meter = 0.9
Maka jika sample di break pada batas Soft material dan Hard material,
maka Recovery length masing-masing sample adalah sebagai berikut:
Rec. HM (tidak loss)

Rec. SM (loss)

Contoh perhitungan :
Jika Soft material swelling
5.40 5.60

PT. Mitra Mahkota Megah


Morowali Nickel Project Site
Title : Prosedur Logging Pada Profil Laterit
Version 1.0

Page 5 of 17
Soft Material (A1)
5 Hard Material (B) Soft Material (A2)

Soft Material (A2) 6

6 7

7 8

8 9

1. Dari meteran 5 ke 6 Diketahui:

Actual length Soft Material (SM) A1 = 40 cm


Actual length Soft Material (SM) A2 = 80 cm
Actual length Hard Material (HM) = 20 cm (diasumsikan tidak swelling)
Total run = 1m
Total recovery length 1 meter = 1.4
Actual run yang di tempati Soft Material A = 100 cm – 20 cm = 80 cm
Actual length total untuk soft material A = 40 cm + 80 cm = 120 cm

Maka jika sample di break pada batas Soft material A1 dan Hard material B, dan
Hard
Material (B) dengan soft material (A2), maka Recovery length masing-masing
sample
adalah sebagai berikut:
Tentukan dulu interval masing-masing Soft material A1 dan A2 :

5.80

PT. Mitra Mahkota Megah


Morowali Nickel Project Site
Title : Prosedur Logging Pada Profil Laterit
Version 1.0

Page 6 of 17
Soft Material (SM) (HM)
5 7
Hard Material (HM) (Contoh Kasus 1)
(30 cm) 6
Soft Material (SM)
6
Hard Material (HM) (50 cm) (Contoh Kasus 2)
7
7 Hard Material (HM) (50 cm) Soft Material (SM)

8 (Contoh Kasus 3)
Soft Material (SM) (30 cm
2. Dari meteran 5 ke 6 Diketahui ( Contoh Kasus 1 )

Actual length Soft Material (SM) = 80 cm


Actual length Hard Material (HM) = 50 cm (tidak swelling)
Total run = 1m
Total recovery length 1 meter = 1.3
Actual run yang ditempati Soft Material (SM) = 100 cm – 50 cm = 50 cm
Maka jika sample di break pada batas Soft material A dan Hard material,
maka Recovery length masing-masing sample adalah sebagai berikut:

3. Dari meteran 5 ke 6 Diketahui ( Contoh Kasus 2 )


Kasus 2 dapat kita tentukan recovery-nya dengan cara yang sama dengan Contoh
kasus 1
Actual length Soft Material (SM) = 100 cm (swelling)
Actual length Hard material (HM) = 50 cm (tidak swelling)
Total run = 100 cm
Recovery total = 1.5
Actual run HM = 50 cm
Actual run SM = Total run – Actual run HM = 100 cm – 50 cm = 50 cm

PT. Mitra Mahkota Megah


Morowali Nickel Project Site
Title : Prosedur Logging Pada Profil Laterit
Version 1.0

Page 7 of 17
4. Dari meteran 5 ke 6 Diketahui ( Contoh Kasus 3 )
Kasus 3 dapat kita tentukan recovery-nya dengan cara yang sama dengan Contoh
kasus 3
Actual length Hard material (HM) = 50 cm (tidak swelling)
Actual length Soft Material (SM) = 100 cm (swelling)
Total run = 100 cm
Recovery total = 1.5
Actual run HM = 50 cm
Actual run SM = Total run – Actual run HM = 100 cm – 50 cm = 50 cm

Contoh perhitungan :
Jika Soft material tidak loss dan tidak ada swelling
5.40 5.70
Soft Material A (SM A) 6
5 Hard Material (HM) Soft Material (SM) (B)
Soft Material (SM)
6 7

Hard Material (HM)

Dari meteran 5 ke 6 Diketahui


Actual length Soft Material A (SM A) = 40 cm
Actual length Hard material (HM) = 30 cm
Actual length Soft Material B (SM B) = 30 cm
Total run = 100 cm
Recovery total = 1
Pada kondisi core seperti ini ( tanpa loss dan tanpa swelling), maka actual run
untuk masing-masing material di asumsikan sama dengan actual run-nya,
perhitungan recovery masing-masing material adalah :

PT. Mitra Mahkota Megah


Morowali Nickel Project Site
Title : Prosedur Logging Pada Profil Laterit
Version 1.0

Page 8 of 17

Perhitungan yang sama berlaku juga untuk meteran 6 ke 7 dan 7 ke 8.

10. Pengisian Material Code


Material code diisi berdasarkan jenis material (ekuivalen dengan layer-layer yang
mungkin ada pada laterite profile), yaitu:
1. LIM untuk limonite material
2. SAP untuk saprolite material
3. BLD untuk boulder material (terletak di dalam layer LIM atau SAP)
4. SED untuk sediment material
5. BRK untuk bedrock material (terletak pada meteran terakhir)
Untuk Transition Zone dituliskan Limonite dan beri keterangan pada kolom
remark/comment sebagai transition Zone.
11. Pengisian Rock Code
Rock code diisi berdasarkan Nama Batuan actual yang ditemukan dalam tiap break
geologi, yaitu:
1. HRZ untuk harzburgite
2. DUN untuk dunite
3. SRP untuk serpentinite
4. PXT untuk piroksenit
5. SIL untuk silica
6. LHZ untuk lherzolite
7. PDT untuk peridotite (jika tidak dapat dibedakan antara HRZ dan LHZ)
8. CLY untuk clay
9. CGL untuk conglomerate
10. SND untuk sandstone
11. MUD untuk mudstone
Jika logger menemukan batuan lain yang tidak dapat dikategorikan sebagai salah
satu Nama Batuan di atas, diharap segera memberitahu Geo Evaluasi untuk
diadakan study dan pemberian nama standard.

12. Pengisian Grain Size (Igneous Grain Size)


Grain size diisi dengan mengkategorikan ukuran butir mineral batuan (baik yang
sudah lapuk dan individual maupun yang masih fresh dan interlocking) ke dalam:
(International Standard)
1. fg untuk fine grain (less than 1 mm but not glassy)
2. mg untuk medium grain (1-5 mm)
3. cg untuk coarse grain (5 – 30 mm)
4. vcg untuk very coarse grain (greater than 30 mm)

13. Pengisian Tingkat Serpentinisasi


Tingkat serpentinisasi diisi di semua intercept / break geologi pada hole-hole yang
mencirikan adanya poses serpentinisasi. Tingkat serpentinisasi tidak hanya ada
pada batuan berukuran kasar, tetapi juga memungkinkan untuk hadir di batuan
yang berukuran halus.

Tingkat serpentinisasi pada kolom ini diisi berdasarkan kenampakan visualnya saja
(warna, kelimpahan mineral hasil proses serpentinisasi, tekstur, dll) jangan
dicampur adukkan dengan pembacaan dari magsus.
Tingkat serpentinisasi diisi dengan code:
1. nil untuk tidak adanya proses serpentinisasi
2. low untuk tingkat serpentinisasi rendah
PT. Mitra Mahkota Megah
Morowali Nickel Project Site
Title : Prosedur Logging Pada Profil Laterit
Version 1.0

Page 9 of 17
3. med untuk tingkat serpentinisasi menengah
4. hi untuk tingkat serpentinisasi tinggi.

Untuk kalibrasi tingkat serpentinisasi berdasarkan pengamatan visual, setiap logger


diwajibkan menguasai materi training petrography dari Jacques Babineau.

14. Pengisian Tingkat Weathering


Tingkat weathering tidak ada kaitannya dengan ukuran butir, meskipun untuk
material yang halus pada umumnya memiliki tingkat weathering yang tinggi. Di
beberapa area, terutama yang mengalami serpentinisasi tinggi dan memiliki ukuran
butir halus bisa memiliki tingkat weathering yang rendah.

Dengan demikian, tingkat weathering hanya bisa diukur dengan cara melihat warna
visual, kelimpahan mineral hasil weathering, dan tekstur pada batuan.

Tingkat weathering dituliskan di intercept “hard material” saja untuk hole yang tidak
mencirikan proses serpentinisasi, atau di seluruh intercept (break geologi) untuk
hole yang mencirikan proses serpentinisasi.

Tingkat weathering dituliskan dengan code: (modifikasi dari klasifikasi weathering


menurut Evert Hoek)
1. “1” untuk tingkat pelapukan tinggi (pelapukan sempurna, tekstur sisa batuan
yang fresh sudah jarang ditemukan, terdapat tanda-tanda slickensided, dan
kehadiran mineral clay)
2. “2” untuk tingkat pelapukan menengah (pelapukan belum sempurna, tekstur sisa
batuan yang fresh masih banyak/melimpah ditemukan, terdapat tanda-tanda
alterasi mineral hasil proses pelapukan)
3. “3” untuk tingkat pelapukan rendah (pelapukan belum terjadi, atau pelapukan
baru pada tahap awal (hanya terdapat pada permukaan batuan), fisik batuan
masih keras)

15. Pengisian Color Code


Color code diisi dengan warna visual yang tampak pada batuan. Warna batuan
dapat terdiri dari:
1. blk untuk black (hitam)
2. brn untuk brown (coklat)
3. grn untuk green (hijau)
4. gry untuk gray (abu-abu)
5. red untuk red (merah)
6. yel untuk yellow (kuning)
7. wht untuk white (putih)

Warna batuan pada umumnya mencirikan kelimpahan mineral tertentu. Logger


diharapkan memiliki basic petrology laterite yang cukup kuat. (semua literature
disarankan, diskusi perlu dilakukan untuk kalibrasi standard penentuan warna
batuan).

16. Pengisian Structure


Structure terdiri dari structure primer dan structure sekunder. Structure primer
menggambarkan structure major/utama pada batuan, sedangkan structure
sekunder menggambarkan structure minor pada batuan.

Contoh:

PT. Mitra Mahkota Megah


Morowali Nickel Project Site
Title : Prosedur Logging Pada Profil Laterit
Version 1.0

Page 10 of 17
1. Structure primer berupa joint, structure sekunder berupa vein silica.
2. Structure primer berupa vein, structure sekunder “tidak ada”.

Kode pada kolom Structure adalah:


1. bxk untuk boxwork
2. ven untuk vein
3. brc untuk brecciated
4. jnt untuk joint
5. frc untuk fracture
6. dbs untuk diabasic
structure bisa diisi pada semua intercept, baik fine material maupun coarse
material, selama intercept tersebut masih memberikan kenampakan structure.

17. Pengisian Mineral


Mineral diisi berdasarkan kelimpahan yang ada pada batuan. Untuk nama mineral
yang melimpah tuliskan di kolom “Primary”, cukup melimpah di kolom “Sec.”, dan
sedikit melimpah di kolom “Tertiary”.

Secara umum, mineral yang terdapat di SPA, dan memungkinkan untuk terlihat
secara megaskopis adalah:
1. chl untuk chlorite
2. chr untuk chrome
3. grt untuk garnierite
4. mgt untuk magnetite
5. mng untuk manganese wad
6. opx untuk orthopiroxen (bronzite/enstatite)
7. ser untuk serpentine
8. sil untuk silica
9. tlc untuk talc
10. mgh untuk maghemite
11. hmt untuk hematite
12. asb untuk asbolite
13. gth untuk goethite
14. mgs untuk magnesite
15. non untuk nontronite
16. olv untuk olivin
17. prx untuk piroksin
18. mic untuk mica
19. crb untuk carbon
20. crp untuk crisoprast
21. ast untuk asbestos
22. cry untuk crysotile
23. cob untuk cobalt
24. kal untuk Kaolin
25. brz untuk bronzite
26. mnt untuk montmorilonite
27. lpc untuk lepidocrosite
28. plg untuk plagioklas
29. fel untuk feldspar
30. mgn untuk mangan
31. ant untuk Antigorite

18. Pengisian Fracture

PT. Mitra Mahkota Megah


Morowali Nickel Project Site
Title : Prosedur Logging Pada Profil Laterit
Version 1.0

Page 11 of 17
Kolom fracture diisi dengan jumlah open fracture / joint / kenampakan struktur yang
berpola, baik yang sudah maupun yang belum terisi oleh mineral sekunder.
Fracture ini dihitung pada suatu zona boulder yang menerus, selama ciri-ciri adanya
fracture masih terlihat. Kedua ujung dari rangkaian boulder tidak dihitung sebagai
fracture. Fracture diisi disetiap intercept yang memiliki rangkaian boulder, dengan
ketentuan sebagai berikut:

1. Fracture dihitung dalam satu rangkaian boulder secara keseluruhan, selama


fracture tersebut masih dapat diidentifikasi dengan jelas.

Gambar:
Fracture Artificial

11cm 25cm 24cm 40cm


1 2 3
Jumlah fracture dari boulder di atas adalah: 3

Fracture

9cm 8cm 5cm


5cm
1 2 3
Jumlah fracture dari boulder di atas adalah: 3

Fracture Artificial

11cm 15cm 15cm 19cm 30cm


15cm
1 2 34 5 6 7 8

Jumlah fracture dari bouder di atas adalah: 8

2. Jika rangkaian boulder yang mempunyai fracture dipisahkan oleh soft material,
maka perhitungan fracture dilakukan secara terpisah antara rangkaian boulder
yang satu dengan rangkaian boulder yang lainnya

Gambar
Rangkaian boulder 1 rangkaian boulder 2
Fracture
Soft Material 2cm
9cm 8cm 5cm
17cm
5cm 5cm
1 2 3 45

Jumlah fracture dari boulder diatas adalah : 5

3. Untuk fracture yang sangat intensif, sehingga meski teridentifikasi sebagai


fracture logger masih mengalami kesulitan dalam menghitung jumlah fracture,
diberi angka konstan (konstanta) 100.

PT. Mitra Mahkota Megah


Morowali Nickel Project Site
Title : Prosedur Logging Pada Profil Laterit
Version 1.0

Page 12 of 17

Jumlah fracture dari boulder di atas adalah: 100


4. Untuk fracture yang sangat intensif, yang terletak diantara 2 rangkaian boulder
maka fracture tersebut diperlakukan sama seperti soft material pada point 2.

Gambar
rangkaian boulder 1 rangkaian boulder 2
Fracture
Soft Material 2cm
9cm 8cm 5cm
17cm
5cm 5cm
1 2 3 45
Perhatikan baik-baik apakah fracture berasal dari struktur atau artificial selama
pemboran berlangsung. Struktur biasanya dicirikan dengan kenampakan yang
berpola, atau sudah mengalami weathering, atau terisi oleh mineral-mineral
sekunder.

19. Pengisian Boulder > 10 cm


Kolom Boulder > 10 cm diisi dengan total panjang boulder yang lebih besar dari 10
cm. Untuk boulder < 10 cm tidak perlu dikalkulasikan. Boulder > 10 cm diisi disetiap
intercept yang memiliki boulder > 10 cm.

Contoh :
Fracture Fracture

Soft Material 15cm Hard material 30cm Pjg Bld = 45cm 7

5cm 30cm 5cm 30cm Pjg Bld = 60cm


5cm 40cm 2cm 25cm
Pjg Bld = 65cm
15cm
25cm 20cm 25cm Pjg Bld = 85cm

Artificial

20. Pengisian Comment


Kolom Comment diisi dengan seluruh informasi geologi baik yang bersifat unik
maupun yang berpola. Intercept dimana “relict texture (tekstur sisa)” pertama kali
terlihat sebaiknya diberi keterangan pada kolom comment-nya. Keberadaan
mineral-mineral atau struktur atau tekstur yang tidak lazim terdapat pada profil
laterite sebaiknya juga diidentifikasi pada kolom comment, misal keberadaan
mineral lempung sediment dalam kelimpahan yang cukup besar, atau boulder dari

PT. Mitra Mahkota Megah


Morowali Nickel Project Site
Title : Prosedur Logging Pada Profil Laterit
Version 1.0

Page 13 of 17
batuan bukan ultramafic. Type batuan WT 1, WT 2 dan WT 3 juga dapat
dicantumkan dalam comment di setiap rangkaian boulder yang ada (tiap intercepth).

Geologist logging sebaiknya memperhatikan kolom comment ini. Karena, besar


kemungkinan terdapat informasi geologi yang tidak dapat dimasukkan kedalam
kolom-kolom sebelumnya tetapi memiliki arti yang penting dalam evaluasi geologi.

Untuk intercept yang memiliki informasi geologi yang sama pada kolom comment-
nya, sebaiknya ditulis hanya di intercept awal dimana informasi tersebut pertama
kali ditemukan dan intercept terakhir dimana informasi tersebut tidak nampak
kembali (membentuk satu series informasi geologi, series ini memungkinkan untuk
lebih dari satu). Sebagai panduan, logger diharapkan mengenal geology regional
lembar Malili.

Geological map terlampir dalam standard logging procedure. Ketidaksesuaian


antara data coring dengan geology regional lembar Malili bukan merupakan suatu
kesalahan dalam logging melainkan suatu informasi baru yang nantinya dapat
digunakan untuk meng-update geology regional lembar Malili. Ketidaksesuaian ini
merupakan informasi geology yang harus dicatat oleh logger.

Comment harus disimpulkan menjadi satu kalimat di baris terakhir sebagai resume
dari seluruh informasi geologi yang diketahui.
Contoh:
Resume comment

Profile laterite lengkap dan berurut, relict texture mulai terlihat pada meteran 22-23,
secara umum batuan pernah mengalami struktur yang intensive, banyak terdapat
silica pada meteran 10-18, vein silica dan garnierite banyak mengisi rekahan
batuan. Gejala serpentinisasi terlihat pada bidang fracture, type batuan WT 2 (tdk
sesuai dengan General Map), protolith didominasi oleh Harzburgite, terdapat
boulder conglomerate pada meteran 26-27. dll. Penulisan comment diijinkan untuk
menggunakan steno/singkatan, untuk singkatan yang tidak umum harap
didiskusikan diantara logger dan dibuat standard abbreviation-nya.

Lampiran 1. Koreksi Recovery Actual

MATERIAL SILIKA (GRAVEL SIZE)

RESULT

PT. Mitra Mahkota Megah


Morowali Nickel Project Site
Title : Prosedur Logging Pada Profil Laterit
Version 1.0

Page 14 of 17

MATERIAL BOULDER / BEDROCK

RESULT

MATERIAL SAPROLITE + GRAVEL

RESULT

Lampiran 2: Contoh Batuan

Black Clay

Sand

Conglomerat

PT. Mitra Mahkota Megah


Morowali Nickel Project Site
Title : Prosedur Logging Pada Profil Laterit
Version 1.0

Page 15 of 17

Peridotite

Dunite

Lampiran 3: Weathering Product minerals

Lampiran 4: Standard Colour Code

Red colour
PT. Mitra Mahkota Megah
Morowali Nickel Project Site
Title : Prosedur Logging Pada Profil Laterit
Version 1.0

Page 16 of 17

Brown Colour

Yellow colour

Green Colour

Gray Colour

Black Colour

White Color (wht)


White color is uncommon and already clear. High asbestos mineral content might give
white color.

Lampiran 5. Classification and Nomenclature of Mafic and Ultramafic Rocks


PT. Mitra Mahkota Megah
Morowali Nickel Project Site
Title : Prosedur Logging Pada Profil Laterit
Version 1.0

Page 17 of 17
(Streckeisen,1976)

PT. Mitra Mahkota Megah


Morowali Nickel Project Site

Anda mungkin juga menyukai