Anda di halaman 1dari 16

PT.

STARGATE PASIFIC RESOURCES


Job Site Molore, Konawe Utara, Sulawesi Tenggara

STANDARD OPERATION PROCEDURE (SOP)


CORE LOGGING

1.1. Drillhole_ID (Penamaan Drillhole)


Penamaan titik bor didasarkan pada pembagian blok prospek di dalam area
konsesi dengan grid line (sumbu x) dan base line (sumbu y) yang sudah
dibuat. Sebaga contoh adalah area konsesi Block 5 pada blok A, dimana di
dalam blok ini akan dilakukan “infill drilling” dari spasi awal 100 x 100 m
menjadi spasi 25 x 25 meter.
 Nama Blok Prospek, misalnya A5 sampai F5 (area Blok 5).
 Baseline sumbu y diberi notasi a, b, c.
 Gridline sumbu x diberi notasi x, y, z.
Contoh:
A5L5a-3x, artinya pemboran dilakukan pada area Blok 5A pada gridline 5
titik ke-3 (berjarak 25 meter ke arah selatan dari lubang bor awal/regional
dan 25 meter ke arah timur), dimana titik awal per blok diawali pada bagian
kiri atas masing-masing blok.
A5L7b-4z, artinya titik bor berada pada sub-blok 5A, pada gridline 7 titik ke-4
(berjarak 50 meter ke arah selatan dari lubang bor regional dan 75 meter ke
arah timur).

1.2. Sample_ID (Penamaan Nomor Sample)


Penamaan sample dibuat berdasarkan Drillhole_ID ditambah akhiran urutan
conto berdasarkan kedalaman masing-masing conto yang diambil.
Contoh:
A5L1b-1z01 (kedalaman 0 – 1 meter)
A5L1b-1z02 (kedalaman 1 – 1.5 meter)
A5L1b-1z03 (kedalaman 1.5 – 2 meter)
dan seterusnya.
Contoh penomoran core loss / cavity / void :
A5L1a-1y10 (kedalaman 8 – 9 meter)

Page 1 of 16
PT. STARGATE PASIFIC RESOURCES
Job Site Molore, Konawe Utara, Sulawesi Tenggara

A5L1a-1yV (kedalaman 9 – 10 meter)


A5L1a-1y11 (kedalaman 10 – 11 meter)
Untuk keterangan posisi/kedalaman, % rock, rock size dan lainnya diisi
sesuai dengan drill log.

1.3. Panduan melakukan loging pada Profile Laterite.

1. Persiapan kerja
Baca dan pahami Standard Job Sheet logging terlebih dahulu, untuk
mengetahui perlengkapan apa saja yang dibutuhkan dan safety apa saja
yang harus ditaati.

2. Pengecekan collar, hole_id dan deposit


Lakukan pengecekan sample meliputi collar, hole id dan deposit untuk
mencegah tertukarnya sample. Jangan lupa untuk menuliskan nama logger
dan tanggal logging untuk melakukan konfirmasi di kemudian hari. Check juga
urutan meteran sample dan yakinkan bahwa core box sudah disusun secara
berurut dan rapi untuk mempermudah proses logging dan mencegah
kemungkinan urutan sample terbalik.

3. Break geologi
Lakukan break geologi pada zona-zona yang memang memiliki perbedaan
karakter yang jelas dan menerus. Untuk kharakter yang tidak menerus (hanya
setempat-setempat) tidak perlu di lakukan break geologi. Perhatikan baik-baik
pada saat melakukan break geology, jangan melakukan break pada sample
dengan panjang < 30cm (minimal 30 cm), karena tidak akan memenuhi
syarat representative data sehingga data tersebut tidak dapat dipakai, atau
dinyatakan sebagai error. Break geologi minimal juga harus memiliki core
recovery > 90% (minimal recovery 0.9). Jika material memiliki length/tebal
atau core recovery yang lebih kecil, maka tidak perlu di break (digabungkan
dengan material lain yang lebih dominan). Jika diperlukan, sample boleh di
split (harus rapi) untuk dilihat bagian dalamnya.

Page 2 of 16
PT. STARGATE PASIFIC RESOURCES
Job Site Molore, Konawe Utara, Sulawesi Tenggara

4. Pemotretan
Pemotretan dilakukan oleh geologist pada masing-masing rig setelah core
pada masing-masing core box dideskripsi oleh logger dan sebelum dilakukan
pengambilan sample (site sampling). Pemotretan dilakukan secara baik dan
hati-hati sehingga kualitas foto terjamin (cukup terang untuk dilakukan
analisa, dan semua bagian sample terlihat / tidak terpotong) dan tidak ada
sample / core box yang terlewati.

5. Pengisian kolom Dari – Ke.


Perhatikan baik-baik meterannya, jangan pernah dilakukan generalisasi atau
pembulatan karena ingin memudahkan perhitungan. Catat meteran apa
adanya. Gunakan mistar atau meteran untuk mengukur setiap interval.
Pengisian kolom Dari – Ke pada area yang mengalami swelling ataupun loss,
harus memenuhi kaidah sesuai dengan perhitungan core recovery. (Untuk
lebih jelasnya lihat point 7)

6. Pengisian kolom Length/Tebal


Pada umumya Length/Tebal dapat diperoleh dari mengukur panjang sample
dalam satu break (pada kondisi biasa, yaitu tidak mengalami swelling maupun
loss). Penulisan dan pengisian kolom ini harus benar-benar teliti dan berhati-
hati karena kesalahan dan pembulatan akan menyebabkan perbedaan nilai
Tonnage Factor yang cukup signifikan. Pada kondisi khusus (terjadi swelling
dan loss), kolom length/tebal harus dihitung dengan menggunakan kaidah
seperti pada perhitungan core recovery. (Untuk lebih jelasnya lihat point 7)

7. Pengisian Recovery Tebal (Core Recovery)

Secara sederhana, Core Recovery diperoleh dengan melakukan perhitungan:

Core Recovery = Panjang sample yang diperoleh (Tebal aktual)


Panjang run (Actual run)

Page 3 of 16
PT. STARGATE PASIFIC RESOURCES
Job Site Molore, Konawe Utara, Sulawesi Tenggara

Dengan pertimbangan terjadinya pengaruh luar pada material, core recovery


disini akan selalu memberikan nilai yang berlebih. Recovery ditulis dalam
bentuk bilangan bulat desimal, artinya recovery 100% akan ditulis sebagai
1, sedangkan recovery 90% akan ditulis 0.9.
Perhatikan baik-baik pada saat menuliskan core recovery :
a. Jika dalam 1 meter sample terdapat lebih dari 1 jenis material yang memiliki
karakter yang berbeda dan memiliki total Recovery tebal yang tidak sama
dengan 1 (bisa lebih bisa kurang), tentukan material mana yang paling
mungkin untuk terjadi “loss” (Recovery <1) dan material mana yang paling
mungkin untuk terjadi “swelling” (Recovery >1).
b. Jika semua material dalam meteran tersebut memungkinkan terjadinya loss
dan swelling, maka core recovery-nya dianggap sama, yaitu core recovery
totalnya.
c. Jika dalam satu meter hanya terdapat sebagian saja material yang mungkin
loss atau swelling, sedangkan yang lainnya tidak mungkin untuk loss dan
swelling, maka perlu dilakukan perhitungan core recovery untuk masing-
masing jenis material.
d. Untuk material yang tidak mungkin terjadi loss dan swelling (misal: boulder),
maka material tersebut akan memiliki recovery = 1.
e. Untuk material yang mungkin terjadi loss dan swelling (yaitu: clay material dan
Soft material), maka core recovery harus dihitung dengan rumus perhitungan
seperti berikut ini :

Contoh perhitungan, jika Soft Material Loss :

1. Dari meteran 5 ke 6 diketahui:


Tebal aktual Soft Material (SM) = 50 cm
Tebal aktual Hard Material (HM) = 40 cm
Loss = 10 cm
Total run =1m
Total recovery tebal 1 meter = 0.9

Page 4 of 16
PT. STARGATE PASIFIC RESOURCES
Job Site Molore, Konawe Utara, Sulawesi Tenggara

Maka jika sample di-break pada batas Soft Material dan Hard Material, maka
Recovery tebal masing-masing sample adalah sebagai berikut:
Rec. SM (diasumsikan tidak loss) = 50 cm / 50 cm = 1
Rec. HM (diasumsikan loss) = 40 cm / (1m – 50cm)
= 40 cm / 50 cm = 0.8

5.50 5.90
5 Hard Material Loss 6
Soft Material

6 Hard Material

7 Loss 8
Soft Material Hard Material
8 Soft Material

9 Soft Material 10
Hard Material Loss

2. Dari meteran 7 ke 8 diketahui :

Tebal aktual Soft Material (SM) = 50 cm


Tebal aktual Hard Material (HM) = 40 cm
Loss = 10 cm
Total run = 1m
Total recovery length 1 meter = 0.9
Maka jika sample di-break pada batas Soft Material dan Hard Material,
maka Recovery tebal masing-masing sample adalah sebagai berikut:
Rec. HM (tidak loss) = 40 cm / 40 cm = 1
Rec. SM (loss) = 50 cm / (1m – 40cm)
= 50 cm / 60 cm = 0.83

3. Dari meteran 9 ke 10 diketahui :

Tebal aktual Hard Material (HM) = 40 cm


Tebal aktual Soft Material (SM) = 50 cm
Loss = 10 cm

Page 5 of 16
PT. STARGATE PASIFIC RESOURCES
Job Site Molore, Konawe Utara, Sulawesi Tenggara

Total run = 1m
Total recovery length 1 meter = 0.9

Maka jika sample di break pada batas Soft Material dan Hard Material,
maka Recovery tebal masing-masing sample adalah sebagai berikut:

Rec. HM (tidak loss) = 40 cm / 40 cm = 1


Rec. SM (loss) = 50 cm / (1m – 40cm)
= 50 cm / 60 cm = 0.83

Contoh perhitungan, jika Soft Material swelling :

5.40 5.60
Hard Material
5 Soft Material (A2)
Soft Material (A1) (B)
Soft Material (A2) 6

6 7

1. Dari meteran 5 ke 6 diketahui:


Tebal aktual Soft Material (SM) A1 = 40 cm
Tebal aktual Soft Material (SM) A2 = 80 cm
Tebal aktual Hard Material (HM) = 20 cm (diasumsikan tidak swelling)
Total run = 1m
Total recovery tebal 1 meter = 1.4
Actual run yang ditempati Soft Material A = 100 cm – 20 cm = 80 cm
Tebal aktual total untuk Soft Material A = 40 cm + 80 cm = 120 cm
Maka jika sample di-break pada batas Soft Material A1 dan Hard Material
B, dan Hard Material (B) dengan Soft Material (A2), maka Recovery
length/tebal masing-masing sample harus ditentukan dulu interval masing-
masing Soft Material A1 dan A2, berikut:

Page 6 of 16
PT. STARGATE PASIFIC RESOURCES
Job Site Molore, Konawe Utara, Sulawesi Tenggara

(SM) A1 tebal aktual


Tebal aktual (SM) Actual run Soft
= . x
A1 Material A
tebal aktual total SM (A)
= (40cm / 120 cm) x 80 cm = 0.3333 x 80 cm
26.67 cm
=

Recovery (SM) (SM) A1


=
A1 Tebal aktual (SM) A1
= (40 cm / 26.67 cm) = 1.5

Tebal aktual (SM) (SM) A2 tebal aktual Actual run Soft


= x
A2 tebal aktual total SM (A) Material A
= (80cm / 120 cm) x 80 cm = 0.6667 x 80 cm
= 53.33 cm
Recovery (SM) (SM) A2
=
A2 Tebal aktual (SM) A2
= (80 cm / 53.33 cm) = 1.5

5.80
5
(HM)
Soft Material (SM)
Hard Material (HM)
6 (Contoh Kasus I)
(30 cm)

6
Soft Material (SM)
Hard Material (HM) (50 cm) 7 (Contoh Kasus II)

7 Soft Material (SM)


Hard Material (HM) (50 cm)
8 (Contoh Kasus III)
Soft Material (SM) (30 cm)

2. Contoh Kasus I, dimana dari meteran 5 ke 6 diketahui :


Tebal aktual Soft Material (SM) = 80 cm
Tebal aktual Hard Material (HM) = 50 cm (tidak swelling)
Total run = 1m
Total recovery length 1 meter = 1.3
Actual run yang ditempati Soft Material (SM) = 100 cm – 50
cm = 50 cm

Page 7 of 16
PT. STARGATE PASIFIC RESOURCES
Job Site Molore, Konawe Utara, Sulawesi Tenggara

Maka jika sample di break pada batas Soft Material A dan Hard Material ,
maka Recovery tebal masing-masing sample adalah sebagai berikut:
Recovery Soft material (SM) = Tebal aktual (SM) /Actual run (SM)
= 80 cm / 50 cm = 1.6
Recovery Hard Material (HM) = Tebal aktual (HM) / Actual run (HM)
= 50 cm / 50 cm = 1

3. Contoh Kasus II, dimana dari meteran 6 ke 7 diketahui :

Tebal aktual Soft Material (SM) = 100 cm (swelling)


Tebal aktual Hard material (HM) = 50 cm (tidak swelling)
Total run = 100 cm
Recovery total = 1.5
Actual run HM = 50 cm

Actual run SM = Total run – Actual run HM


= 100 cm – 50 cm = 50 cm
Recovery HM = Tebal aktual HM / Actual run HM
= 50 cm / 50 cm = 1
Recovery SM = Tebal aktual SM / Actual run SM
= 100 cm / 50 cm = 2

4. Contoh Kasus III, dimana dari meteran 7 ke 8 diketahui :


Tebal aktual Hard material (HM) = 50 cm (tidak swelling)
Tebal aktual Soft Material (SM) = 100 cm (swelling)
Total run = 100 cm
Recovery total = 1.5
Actual run HM = 50 cm
Actual run SM = Total run – Actual run HM
= 100 cm – 50 cm = 50 cm
Recovery HM = Tebal aktual HM / Actual run HM
= 50 cm / 50 cm = 1

Page 8 of 16
PT. STARGATE PASIFIC RESOURCES
Job Site Molore, Konawe Utara, Sulawesi Tenggara

Recovery SM = Tebal aktual SM / Actual run SM


= 100 cm / 50 cm = 2

Contoh perhitungan, jika Soft Material tidak loss dan tidak ada swelling :

5.40 5.70 6
5
Soft Material A (SM A) Hard Material (HM) Soft Material B (SM B)

6 7
Soft Material (SM)

7 8
Hard Material (HM)

1. Dari meteran 5 ke 6 diketahui


Tebal aktual Soft Material A (SM A) = 40 cm
Tebal aktual Hard material (HM) = 30 cm
Tebal aktual Soft Material B (SM B) = 30 cm
Total run = 100 cm
Recovery total = 1
Pada kondisi core seperti ini (tanpa loss dan tanpa swelling), maka untuk
masing-masing material diasumsikan sama dengan actual run-nya,
perhitungan recovery masing-masing material adalah :

Recovery HM = Tebal aktual HM / Actual run HM


= 30 cm / 30 cm = 1
Recovery SM A = Tebal aktual SM A / Actual run SM A
= 40 cm / 40 cm = 1
Recovery SM B = Tebal aktual SM B / Actual run SM B
= 30 cm / 30 cm = 1

Perhitungan yang sama berlaku juga untuk meteran 6 ke 7 dan 7 ke 8.

Page 9 of 16
PT. STARGATE PASIFIC RESOURCES
Job Site Molore, Konawe Utara, Sulawesi Tenggara

8. Pengisian Kode Warna

Kode warna diisi dengan warna visual yang tampak pada batuan. Warna
batuan pada umumnya mencirikan kelimpahan mineral tertentu. Warna
batuan dapat terdiri dari:
- Htm untuk hitam
- CT / CM untuk coklat tua / coklat muda
- Hjt / HjM untuk hijau tua / hijau muda
- Ab untuk abu-abu
- M untuk merah
- Kn untuk kuning
- Pth untuk putih

9. Pengisian Zonasi / Jenis Core / Kode Batuan

Material code diisi berdasarkan jenis material (ekuivalen dengan layer-layer


yang mungkin ada pada profil laterite), yaitu: (OB atau TP , Limonite ,
Saprolite / Rocky Saprolit / Saprolit Rocky , Bed Rock , Void / Loss Core)
1. TP untuk tanah penutup
2. LM untuk limonite material
3. SP untuk saprolite material
4. BL untuk bolder material (terletak di dalam layer LIM atau SAP)
5. BR untuk bedrock material (terletak pada meteran terakhir)
Untuk Zona Transisi dituliskan Limonite dan beri keterangan pada kolom
remark/comment sebagai Zona Transisi.

Kode Batuan diisi berdasarkan Nama Batuan aktual yang ditemukan dalam
tiap break geologi, yaitu:
1. DUN untuk dunite 6. SIL untuk silika
2. SRP untuk serpentinite 7. GAB untuk Gabro
3. PDT untuk peridotite 8. DBS untuk Diabas
4. CLY untuk clay
5. CGL untuk conglomerate

Page 10 of 16
PT. STARGATE PASIFIC RESOURCES
Job Site Molore, Konawe Utara, Sulawesi Tenggara

Jika logger menemukan batuan lain yang tidak dapat dikategorikan sebagai
salah satu Nama Batuan di atas, diharap segera memberitahu Geologist
untuk dapat segera diamati dan diberi penamaan standar.
Semua pengukuran recovery, sebaiknya menggunakan pipa pralon atau
pemisah (splitter) untuk memastikan jumlah volumenya terhadap volume yang
dihasilkan dari pemboran.

10. Pengisian Grain Size (Ukuran Fragmen/Jenis Butiran)

Grain size diisi dengan mengkategorikan ukuran butir mineral batuan (baik
yang sudah lapuk dan individual maupun yang masih fresh dan interlocking)
ke dalam:
a. Kil untuk butiran sedang/kerikil (1 - 2 cm)
b. Kal untuk butiran kasar/kerakal (2 – 10 cm)
c. Bdr untuk boulder (lebih dari 10 cm)

Contoh :
Fracture
Fracture
Hard Material
Soft Material 15 cm 30 cm Pjg Bld = 45 cm

5 cm 30 cm 5 cm 30 cm Pjg Bld = 60 cm

5 cm 40 cm 2 cm 25 cm Pjg Bld = 65 cm

25 cm 20 cm 25 cm 15 cm Pjg Bld = 85 cm

Artificial

Kolom Boulder > 10 cm diisi dengan total panjang boulder yang lebih besar
dari 10 cm. Untuk boulder < 10 cm tidak perlu dikalkulasikan. Boulder > 10 cm
diisi di setiap intercept yang memiliki boulder > 10 cm.

Page 11 of 16
PT. STARGATE PASIFIC RESOURCES
Job Site Molore, Konawe Utara, Sulawesi Tenggara

11. Pengisian Mineral

Mineral diisi berdasarkan keberadaan dan kelimpahan yang ada pada batuan.
Secara umum, mineral yang memungkinkan untuk terlihat secara megaskopis
adalah:
1. Ht untuk hematite
2. Gth untuk goethite
3. Mng untuk mangan oksida
4. Ser untuk serpentine
5. Grt untuk garnierite
6. Px untuk piroksin
7. Olv untuk olivin
8. ML untuk mineral lain (Sil untuk silika; Gb untuk Gibbsite; Crp untuk
Krisopras)

12. Pengisian Fracture/Rekahan

Kolom fracture diisi dengan jumlah kekar/rekahan terbuka / kenampakan


struktur yang berpola, baik yang sudah maupun yang belum terisi oleh
mineral sekunder. Rekahan ini dihitung pada suatu zona boulder yang
menerus, selama ciri-ciri adanya rekahan masih terlihat. Kedua ujung dari
rangkaian boulder tidak dihitung sebagai fracture. Fracture diisi di setiap
intercept yang memiliki rangkaian boulder, dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Fracture dihitung dalam satu rangkaian boulder secara keseluruhan,


selama fracture tersebut masih dapat diidentifikasi dengan jelas.

Fracture Artificial
Gambar:
11 cm 25 cm 24 cm 40 cm
1 2 3
Jumlah fracture dari boulder di atas adalah : 3

Page 12 of 16
PT. STARGATE PASIFIC RESOURCES
Job Site Molore, Konawe Utara, Sulawesi Tenggara

Fracture
5 cm
9 cm 8 cm 5 cm
1 2 3
Jumlah fracture dari boulder di atas adalah : 3

Fracture Artificial

11 cm 15 cm 15 cm 19 cm 30 cm 15 cm
1 2 345 6 7 8
Jumlah fracture dari boulder di atas adalah : 8

b. Jika rangkaian boulder yang mempunyai fracture dipisahkan oleh soft


material, maka perhitungan fracture dilakukan secara terpisah antara
rangkaian boulder yang satu dengan rangkaian boulder yang lainnya.

Gambar:

rangkaian boulder 1 rangkaian boulder 2


Fracture
5 cm Soft material 2 cm
9 cm 8 cm 5 cm 17 cm 5 cm
1 2 3 45
Jumlah fracture dari boulder di atas adalah : 5

c. Untuk fracture yang sangat intensif, sehingga meski teridentifikasi sebagai


fracture dan logger masih mengalami kesulitan dalam menghitung jumlah
fracture, maka diberi angka konstan (konstanta) 100.

Gambar:
Intensif Fracture

Jumlah fracture dari boulder di atas adalah : 100

Page 13 of 16
PT. STARGATE PASIFIC RESOURCES
Job Site Molore, Konawe Utara, Sulawesi Tenggara

d. Untuk fracture yang sangat intensif, yang terletak di antara 2 rangkaian


boulder, maka fracture tersebut diperlakukan sama seperti soft material
pada point 2.
Gambar:

rangkaian boulder 1 rangkaian boulder 2


Fracture
Intensif Fracture
5 cm 2 cm
9 cm 8 cm 5 cm 17 cm 5 cm
1 2 3 45
Jumlah fracture dari boulder di atas adalah : 5

Perhatikan baik-baik apakah fracture berasal dari struktur atau artificial


selama pemboran berlangsung. Struktur biasanya dicirikan dengan
kenampakan yang berpola atau sudah mengalami weathering atau terisi
oleh mineral-mineral sekunder.

13. Pengisian Comment

Kolom Comment diisi dengan seluruh informasi geologi baik yang bersifat
unik maupun yang berpola. Intercept dimana “relict texture” (tekstur sisa)
pertama kali terlihat sebaiknya diberi keterangan pada kolom comment-nya.
Keberadaan mineral-mineral / struktur / tekstur yang tidak lazim terdapat pada
profil laterite, sebaiknya juga diidentifikasi pada kolom comment, misal
keberadaan lempung yang cukup banak melimpah, atau boulder dari batuan
bukan ultramafic.

Geologist sebaiknya memperhatikan kolom comment ini, karena besar


kemungkinan terdapat informasi geologi yang tidak dapat dimasukkan
kedalam kolom-kolom sebelumnya tetapi memiliki arti yang penting dalam
evaluasi geologi.
Untuk intercept yang memiliki informasi geologi yang sama pada kolom
comment-nya, sebaiknya ditulis hanya di intercept awal dimana informasi
tersebut pertama kali ditemukan dan intercept terakhir dimana informasi

Page 14 of 16
PT. STARGATE PASIFIC RESOURCES
Job Site Molore, Konawe Utara, Sulawesi Tenggara

tersebut tidak nampak kembali (membentuk satu series informasi geologi,


series ini memungkinkan untuk lebih dari satu).
Comment harus disimpulkan menjadi satu kalimat di baris terakhir sebagai
resume dari seluruh informasi geologi yang diketahui.

Contoh:
Profil laterite lengkap dan berurut, “relict texture” mulai terlihat pada meteran
22-23, secara umum batuan pernah mengalami struktur yang intensif, banyak
terdapat silika pada meteran 10-18, urat silika dan garnierit banyak mengisi
rekahan batuan. Gejala serpentinisasi terlihat pada bidang rekahan, protolith
didominasi oleh Harzburgite, terdapat boulder konglomerat pada meteran 26-
27. dll.

Penulisan comment diijinkan untuk menggunakan steno/singkatan, untuk


singkatan yang tidak umum harap didiskusikan di antara logger dan dibuat
standar singkatannya.

1.4. Database

Data yang perlu dimasukkan ke dalam database berdasarkan drill log


adalah:
 Prospect_ID / Block_ID / Hole_ID
 Coordinate Drillhole
 Sample_ID
 From - To
 Thickness
 Recovery
 Core Color
 Zonation
 Core/Material Type/Rock Type
 Rock/Fragment Size
 Minerals

Page 15 of 16
PT. STARGATE PASIFIC RESOURCES
Job Site Molore, Konawe Utara, Sulawesi Tenggara

 Fractures
 Remark : Memuat semua informasi geologi yang terdapat pada core
bersangkutan dari permukaan hingga kedalaman akhir pada lubang
bersangkutan; dan hal ini wajib diisi oleh geologist.
Geologist atau data entry officer harus memasukkan data log ke dalam
komputer dengan format EXCEL.

Page 16 of 16

Anda mungkin juga menyukai