Pada tahapan eksplorasi, salah satu tahapan yang memegang peranan penting
adalah tahapan pemboran, dimana pada tahapan ini diperlukan adanya pengawasan
lapangan yang merupakan peranan seorang wellsite geologist. Wellsite geologist
merupakan seorang pengawas lapangan yang bertugas dan bertanggung jawab
mengawasi suatu lokasi pemboran dalam suatu kegiatan eksplorasi pemboran demi
kelancaran pemboran tersebut. Berdasarkan hal tersebut, maka peranan seorang wellsite
geologist dalam kelancaran pemboran sangat dibutuhkan. Oleh karena itu, akan
dijelaskan peranan seorang wellsite geologist dalam eksplorasi pemboran batubara yang
dilakukan oleh suatu perusahaan.
Berdasarkan atas pentingnya peranan wellsite geologist dalam tahapan eksplorasi
pemboran, maka diperlukan adanya kemampuan dan pengetahuan yang akan menunjang
tugas dan tanggung jawab sebagai wellsite geologist. Adapun pengetahuan yang harus
diketahui dan dimiliki sebagai wellsite geologist antara lain sebagai berikut :
Memiliki pengetahuan mengenai dasar - dasar geologi.
Memahami tahapan-tahapan eksplorasi yang dilakukan.
Memahami teori-teori tentang batubara.
Mengenali kondisi daerah yang akan di eksplorasi.
Memahami metoda pengambilan data pemboran sesuai dengan SOP (Standard
Operational Procedure).
Memahami metoda pengambilan dan perlakuan terhadap sampel batubara.
Secara umum aktivitas, tugas, dan peranan seorang wellsite geologist dalam
tahapan eksplorasi dapat dilihat pada di bawah ini
Salah satu jenis kegiatan dalam eksplorasi untuk penyelidikan di bawah
permukaan bumi adalah pemboran. Maksud dan tujuan kegiatam pemboran dalam
Proses pemboran memiliki beberapa macam kategori yang ditinjau dari beberapa aspek, di
antaranya :
Berdasarkan metode penetrasi lapisan batuan dan jenis mesin yang digunakan,
dilakukan untuk pemboran pada batuan yang relatif keras dan pengambilan conto
(percussion drilling).
Umumunya dilakukan untuk pemboran pada batuan / tanah yang relatif lunak dan
batuan atau tanah yang relatif lunak, keras dan pengambilan contoh batuan dalam
permukaan bumi.
permukaan bumi.
tertentu.
Berdasarkan metode pengambilan sample batuan, pemboran dibagi menjadi tiga jenis,
yaitu:
a) Pemboran full coring, yaitu pemboran yang dilakukan dengan mengambil semua
sample batuan.
b) Pemboran open hole, yaitu pemboran yang dilakukan dengan tidak mengambil
sample batuan, dimana data yang data pemboran ini berdasarkan deskripsi cutting
pemboran open hole dengan pemboran coring, dimana pemboran coring hanya
a) Pemboran dalam
Dalam tahapan pemboran, tugas dan peranan seorang wellsite geologist antara
lain, yaitu penentuan titik bor, pengawasan proses pemboran, dan penentuan pemindahan
lokasi/titik bor :
( kondisi terganggu dan kondisi tidak terganggu ).
a) Pemboran vertikal yaitu pemboran yang arahnya relatif tegak lurus dengan
permukaan bumi.
permukaan bumi.
tertentu.
Berdasarkan metode pengambilan sample batuan, pemboran dibagi menjadi tiga jenis,
yaitu:
a) Pemboran full coring, yaitu pemboran yang dilakukan dengan mengambil semua
sample batuan.
b) Pemboran open hole, yaitu pemboran yang dilakukan dengan tidak mengambil
sample batuan, dimana data yang data pemboran ini berdasarkan deskripsi cutting
pemboran open hole dengan pemboran coring, dimana pemboran coring hanya
a) Pemboran dalam
Dalam tahapan pemboran, tugas dan peranan seorang wellsite geologist antara
lain, yaitu penentuan titik bor, pengawasan proses pemboran, dan penentuan pemindahan
Tahapan awal yang dilakukan oleh wellsite geologist dalam proses pemboran
adalah menentukan lokasi titik bor yang akan dilakukan proses pemboran. Penentuan titik
bor ini diinstruksikan oleh wellsite geologist kepada juru bor (driller) berdasarkan data
pada peta topografi dan data survei yang meliputi letak, nomor titik bor, dan elevasinya atas
persetujuan geoevaluator site. Dalam penentuan titik bor terkadang terdapat ketidak
sesuaian antara data survei pada peta topografi dengan kondisi di lapangan. Berdasarkan
hal tersebut, maka wellsite geologist dituntut untuk memperbaiki penetuan titik bor
tersebut. Apabila penentuan suatu titik bor selesai, maka wellsite geologist memberikan
paling sedikitnya
Dimana terdiri atas 1 orang operator (driller) dan 3 orang sebagai helper (drilling crew).
wellsite geologist, jadi dengan kata lain seorang operator pemboran bertanggung jawab
record dan mengawasi setiap hal yang terjadi menyangkut proses pemboran. Wellsite
Geologist berhak pula untuk menghentikan atau meneruskan proses pemboran dengan
berbagai alasan teknis atau dalam keadaan yang tidak aman, serta memastikan semua
peralatan pemboran berfungsi dengan baik. Peralatan pemboran yang berfungsi dengan
baik akan menunjang kelancaran proses pemboran dan keamanan dalam proses
pemboran. Adapun alat - alat yang digunakan dalam proses pemboran, antara lain, yaitu :
1. Mesin Bor
Merupakan alat yang digunakan pada pit drilling untuk membuat lubang dengan
cara penetrasi ke dalam tanah/formasi. Terdapat beberapa jenis mesin bor yang dipakai
dalam pemboran batubara yang didasarkan pada asal pabrikasi pembuatanya, misalnya :
tipe longyear, tipe jacro, tipe koken, dan sebagainya. Jenis - jenis mesin bor yang dipakai
Tipe Koken, yang terdiri dari jenis OP1, OP2, dan OE2L.
Perbedaan antara berbagai jenis bor itu terletak pada kemampuan penetrasi
sampai 100 - 125 meter, sedangkan jenis OE2L bisa sampai 150 meter dan
50 meter dan
Keempat tipe mesin di atas digerakan oleh mesin penggerak diesel tipe Yanmar
diesel tipe Tian Ly dengan kemampuan menggerakan penetrasi 100 meter, dan
meter.
Alat ini berfungsi sebagai tiang penyangga pipa bor dan untuk menaikkan atau
menurunkan pada saat melepas dan memasang pipa bor. Untuk pit drilling menggunakan 3
Alat ini berfungsi untuk menggerus batuan. Ada 2 macam bit yang digunakan
untuk melakukan pemboran touch core yaitu diamond bit untuk pemboran corring dan tri
wing bit untuk pemboran non coring. Mata bor yang digunakan berukuran T101
Tabung penginti berfungsi selaku tempat inti/core dan untuk mengambil sampel inti/core.
Tabung penginti yang digunakan pada pemboran dangkal adalah triple tube dengan
panjang split
dalamnya terdapat core lifter yang berfungsi untuk menahan core yang masuk supaya
tidak jatuh. Reamingshell berguna untuk memperbesar dan menghaluskan lubang bor,
tabung dalam (inner tube), tabung luar (outer tube), dan tabung core (split selaku tempat
core). Adapun ukuran yang digunakan adalah untuk koken OP3 dan Koken OP1
Dop out
Inner tube
Split tube
Outer tube
Reamer sheel
Core lifter
Diamond bit
AQ 27,0 48,0
BQ 36,5 60,0
NQ 47,6 75,7
HQ 63,5 96,0
PQ 85,0 122,6
BMLC 35,2 60
Pipa bor berupa pipa bulat berongga dengan panjang 1,5 m .Pipa bor ini berguna
untuk meneruskan putaran dan tekanan mesin ke mata bor. Di samping itu, juga
merupakan jalan cairan pemboran. Pipa bor yang digunakan untuk pemboran yaitu
berukuran HQ.
Cassing
Cassing yaitu pipa pelindung lubang bor dari runtuhan dan untuk menahan air jika
terjadi water loss. Pada saat casing dimasukkan ke dalam lubang bor, pada bagian ujung
memudahkan casing masuk ke dalam lubang bor, dimana panjang casing bervariasi dari 1 -
3m
Core Box
Alat yang berfungsi untuk menempatkan cutting dan core hasil pemboran. Core
box
Alat ini berfungsi untuk menyalurkan air dari sumber air ke pompa air. Selang ini
terbuat dari kain yang dilapisi dengan karet sintetis agar kuat dan lentur serta dapat
9. Pompa Air
Alat ini berfungsi untuk memompa air yang merupakan media sirkulasi
pemboran.
10. Alcon
Berfungsi memompa air yang masuk ke lubang bor dan pengatur sirkulasi
air/cairan pemboran.
Gunanya untuk menghubungkan selang dengan pipa bor agar selang dari pompa
tidak turut berputar mengikuti putaran pipa bor dalam sirkulasi air pemboran.
Berfungsi untuk mengangkat rangkaian pipa bor kedalam lubang bor dan pada
Kerekan ini digantungkan di puncak menara (tripod), dimana semua pipa yang
akan dimasukkan ke dalam lubang bor digantungkan pada kerekan ini dengan
. Kunci Pipa
Kunci pipa digunakan untuk bongkar pasang pipa bor. Kunci shock untuk
Peralatan tambahan misalnya cangkul, parang, gergaji, dan lain - lain. Peralatan
tersebut digunakan dalam proses permbuatan lokasi bor dan jalan pemboran
Proses pemboran yang diawasi oleh wellsite geologist pada tahapan eksplorasi
yang sering dilakukan pada saat ini termasuk dalam pemboran dengan metode touch
coring. Metode ini berupa metode pemboran yang merupakan kombinasi antara
pemboran open hole dengan pemboran coring, dimana pemboran coring hanya dilakukan
pada lapisan batuan yang diinginkan. Sehingga dalam teknis pemboran terdapat dua
tahapan pemboran, yaitu pemboran pada pilot hole dan pada actual hole.
Dalam tahap eksplorasi pemboran dengan metode touch coring, yang pertama kali
dilakukan yaitu melakukan pemboran open hole pada satu titik yang dinamakan pilot
hole. Dimana lubang ini berfungsi untuk mengetahui batuan penyusun (dalam bentuk
hancuran/cutting) pada lokasi bor tersebut sekaligus sebagai data awal dalam
memperkirakan letak kedalaman seam batubara yang menjadi target dalam pemboran
tersebut. Sebagai acuan dasar untuk mengetahui estimasi lapisan/seam batubara yang
menjadi target, seorang wellsite geologist harus dapat melakukan korelasi manual dari
Pada tahapan pemboran pilot hole, seorang wellsite geologist bertanggung jawab
dan bertugas sebagai pengawas lapangan selama proses pemboran pada pilot hole ini
berlangsung. Adapun tugas dan peranan wellsite geologist sebagai pengawas dalam
Melakukan interpretasi hasil E-log dengan cara mengukur kurva. Untuk kurva
gamma ray : 1/3 dari bagian atas garis kelurusan kurva, sedangkan untuk kurva
Setelah semua proses pemboran yang dilakukan pada pilot hole selesai,
selanjutnya proses pemboran dilanjutkan ke lubang bor target (actual hole) untuk
memperoleh data berupa conto inti/core batuan. Dimana sebelumnya dilakukan proses
perekaman data pada pilot hole secara geofisika (E-logging) untuk mengetahui estimasi
kedalaman batubara yang nantinya akan diambil conto batuannya (dalam hal ini melalui
proses corring).
Untuk mengambil inti/core batuan, maka digunakan suatu alat yang dinamakan
core barel. Biasanya dalam satu penangkapan inti/core batuan dengan menggunakan core
barel, panjang maksimal inti/core batuan yang dapat tertangkap yaitu + 1.60 m. Namun ada
pula core barel yang mampu mengangkat inti/core batuan sepanjang 3 m tergantung pada
kapasitas 1.60 m maka dimana satu kali proses penangkapan atau pengambilan inti/core
lapangan terhadap proses pemboran seperti halnya pada proses pemboran pilot hole.
Adapun tugas dan peranan wellsite geologist sebagai pengawas dalam proses pemboran
• Melakukan pengukuran panjang core pada tabung inner split setiap kemajuan
coring (run). Inner split dikeluarkan dari tabung split dengan cara menyemprot
memakai pompa air, tidak dengan cara yang bisa merusak core di dalam inner
• Meletakkan core batubara pada core box (tabung split/paralon), pastikan core
tidak ada kontaminasi, tentukan bagian roof dan floor, lengkapi dengan
keterangan lain (parting, clinker, washout, roof & floor, core loss, dll), dan
lakukan pemotretan
• Membungkus core batubara dengan plastik “wrap” dan letakkan pada tempat
yang terhindar dari cahaya matahari langsung dengan tujuan tetap menjaga
melakukan pemboran di lokasi/titik bor yang baru. Adapun suatu titik bor dianggap telah
selesai apabila hasil pemboran (dalam hal ini sampel batubara yang diperoleh) telah
memenuhi ketentuan atau standar yang telah ditentukan, yaitu berupa nilai “recovery”.
Dimana standar yang biasa digunakan adalah nilai recovery dalam range 90 - 100 %.
Jika hasil pemboran tidak memenuhi nilai recovery yang ditentukan, maka wellsite
geologist harus melakukan beberapa analisa untuk memutuskan apakah lokasi/titik bor
tersebut harus dilakukan pemboran kembali (redrill) atau dinyatakan selesai. Analisa
yang dilakukan untuk memutuskan apakah lokasi/titik bor tersebut harus dilakukan
pemboran kembali (redrill) atau tidak karena tidak memenuhi standar nilai recovery
Teknis pemboran.
Hasil pemboran yang tidak maksimal atau tidak memenuhi ketentuan yang telah
ditentukan dapat dikarenakan teknis pemboran (proses coring) yang salah. Dalam
hal
Peralatan pemboran.
Dalam hal ini, peralatan pemboran yang sangat menentukan untuk memperoleh
hasil pemboran (inti/core), yaitu core barel. Kondisi core barel beserta bagian
bagiannya yang tidak berfungsi dengan baik akan mengakibatkan hasil pemboran
(core) yang tidak maksimal, yaitu adanya sampel coring batubara yang hilang
atau tidak terangkat (lost core) sehingga hasil pemboran tidak memenuhi standar
Formasi batuan.
Hasil pemboran berupa coring yang tidak maksimal dapat juga disebabkan oleh
formasi batuan pada lokasi pemboran. Di mana lapisan seam batubara yang jelek
akan sulit untuk diperoleh dalam proses coring. Hasil coring batubara pada
formasi yang jelek/tidak bagus akan memiliki kenampakan fisik yang hancur
(broken core). Salah satu data penunjang yang dapat dijadikan parameter untuk
mengetahui keadaan formasi batuan (baik atau tidaknya), yaitu data rekaman
dikarenakan dalam kegiatan pemboran biasanya sering terjadi kesalahan- kesalahan yang
memerlukan keakuratan yang baik untuk dijadikan data penunjang dalam evaluasi dan
digunakanlah elektrik logging dalam perekaman data. Dengan metode geofisika tersebut
pengambilan data lapangan bisa menjadi lebih akurat walaupun tidak secara detail,
Elektrik Logging, seorang wellsite geologist dapat mengetahui dan memperoleh data -
logging terdiri atas empat (4) parameter untuk pemboran dalam (deep drilling) yaitu :
gamma ray, density, resistivity, dan caliper serta dua.(3) parameter untuk pemboran
dangkal (shallow drilling) yaitu hanya gamma ray, density dan caliper.
1) Electric Logging Gamma Ray
unsur radioaktif. Shale dan batulempung (mudstone) mempunyai tingkat radioaktif yang
tinggi dibanding batupasir (sandstone) dan batubara (coal).Untuk defleksi dari batuan
lempung tersebut simpangan mengarah ke kanan dari diagram. Sedangkan batubara yang
mempunyai tingkat radioaktif yang kecil maka arah dari defleksi simpangan mengarah ke kiri
diagram.
Adapun cara penentuan top dan bottom batubara untuk penentuan ketebalan
mengacu pada BPB Company. Dimana ditetapkan bahwa untuk perhitungan top batubara
ditentukan 1/3 dari bagian atas garis kelurusan kurva yang menunjukkan perubahan
lithologi dari batubara dengan lithologi lain di atasnya dan untuk perhitungan bottom
batubara ditentukan 1/3 dari bagian atas garis kelurusan kurva yang menunjukkan
mengukur kerapatan elektron pada suatu lapisan batuan. Metode kerja dari elektrik
logging ini didasarkan pada massa jenis dan sifat kerapatan yang dikandung oleh lapisan
Untuk penentuan top dan bottom batubara untuk mengukur ketebalan dari data
density yaitu dengan cara menentukan 1/2 dari bagian atas garis kelurusan kurva yang
menunjukkan perubahan lithologi dari batubara dengan lithologi lain di atasnya (untuk
menunjukkan perubahan lithologi dari batubara dengan lithologi lain di bawahnya (untuk
bottom batubara)
3) Electric Logging Resistivity
Electric logging resistivity didasarkan pada porositas dari tahanan jenis yang
diselidiki. Untuk batuan dengan porositas tinggi akan mempunyai tahanan jenis rendah
dan
paling
batubara
kekompakan batuan. Dengan electric logging caliper ini maka akan terlihat keadaan
lubang hasil pemboran. Logging jenis ini dapat digunakan untuk menentukan lithologi
batuan berdasarkan kekerasan batuan. Dalam pengukuran dengan logging ini biasanya
Electric logging resistivity didasarkan pada porositas dari tahanan jenis yang
diselidiki. Untuk batuan dengan porositas tinggi akan mempunyai tahanan jenis rendah
dan
paling
batubara
kekompakan batuan. Dengan electric logging caliper ini maka akan terlihat keadaan
lubang hasil pemboran. Logging jenis ini dapat digunakan untuk menentukan lithologi
batuan berdasarkan kekerasan batuan. Dalam pengukuran dengan logging ini biasanya
electrical logging yang baik. Adapun peralatan yang digunakan dalam proses electrical
Suatu alat elektrik yang sebagai pengolah data yang diterima dari probe dan serba
Winch :
Berupa alat yang digunakan untuk menggulung kabel dan untuk penyambungan
probe serta penghantar arus menuju probe (alat yang masuk ke dalam lubang bor yang
Probe
Salah satu komponen alat Well Logging yang terdiri dari bagian elektronik
dan bagian sensor GW, Combination probe dengan kapasitas 200 K cps
Baterai/ACCU
Alat yang menyimpan arus listrik, digunakan untuk menghantar tenaga listrik
5. Radio Active
Salah satu sumber energi yang digunakan untuk pengukur gamma dan density.
Jenis radio aktif yang digunakan berupa cobal 66. Radio aktif ini dibawah tanganan
Salah satu bagian dari geologer yang berfungsi untuk mengolah data yang
kegiatan pemboran dianggap selesai oleh seorang wellsite geologist. Seorang wellsite
geologist bertanggungjawab dalam memutuskan apakah suatu titik bor sudah siap atau
tidak untuk dilakukan proses perekaman electrical logging. Untuk melakukan proses
perekaman data electrical logging, lubang bor harus dalam kondisi aman. Dimana kondisi
lubang bor yang aman mencakup tidak adanya formasi batuan yang runtuh (collapse)
berhak menghentikan proses logging, jika terjadi kondisi yang tidak aman dalam proses
logging. Selain itu, wellsite geologist juga bertugas menentukan estimasi interval
maka dalam tahapan perekaman data juga dilakukan secara manual. Dimana dalam hal
ini, perekaman data secara manual tersebut berupa pendeskripsian pada conto (sampel
batuan). Perekaman data dengan sistem manual ini dilakukan secara langsung di
lapangan. Adapun data-data yang direkam meliputi pendeskripsian sampel cutting pada
open hole (pilot hole) drilling dan pendeskripsian sampel core/inti batuan (batubara dan
nonbatubara) pada actual hole drilling. Pendeskripsian sampel cutting dan sampel
core/inti batuan tersebut dilakukan sesuai aturan standar yang ditentukan oleh
perusahaan.
Deskripsi Cutting
Pada pemboran open hole akan menghasilkan hancuran batuan dan lumpur yang
terbawa keluar permukaan oleh air yang keluar dari lubang bor. Keluarnya air dari lubang
bor
tersebut dikarenakan adanya tekanan dari pompa air yang dialirkan menuju lubang
bor
keluar, mekudian sampel cutting dimasukkan ke dalam kantong sampel cutting dan
parameter yang telah ditentukan atau berdasarkan standar yang ditentukan oleh
Nama batuan.
Warna (color).
Mineral penyusun
pendeskripsian cutting dengan baik dan benar. Berikut ini merupakan contoh
pendeskripsian cutting :
A. Soil
B. Sandstone
2) Grain size (ukuran butir) : Very fine grain/sangat halus (1/16-1/8 mm)
Mineral
mineral
C. Mudstone
Proses perekaman data dengan cara pendeskripsian conto batuan yang berupa
haruslah memiliki keakuratan dan ketelitian yang baik. Oleh sebab itu, dalam tahapan
eksplorasi pemboran dilakukan perekaman atau pengambilan data inti/core batuan yang
bertujuan untuk mendapatkan data yang lebih akuran dan teliti. Dalam proses perekaman
dan pengambilan inti/core batuan, wellsite geologist bertanggungjwab dan bertugas untuk
melakukan pengawasan selama proses tersebut (proses coring) berlangsung dan juga
yang paling utama, yaitu seorang wellsite geologist bertugas pula untuk memerikan atau
mendeskripsi conto inti/core batuan yang akan diambil/direkam, baik conto inti batubara
maupun nonbatubara yang berada di atas dan di bawah batubara tersebut secara geologi.
dalam memerikan inti/core batuan pada setiap run atau pada setiap penangkapan atau
pengambilan inti/core batuan yang kemudian dicatat dalam log bore. Dalam proses
pendeskripsian, digunakan parameter dan standar dalam memerikan inti batuan sesuai
a) Nama batuan.
b) Warna (color)
j) Fragment/mineral penyusun
a) Warna (color).
b) Kilap ( brightness/luster).
d) Pecahan (fracture).
a) Nama batuan.
b) Warna (color)
j) Fragment/mineral penyusun
a) Warna (color).
b) Kilap ( brightness/luster).
d) Pecahan (fracture).
deskripsi conto batuan, seorang wellsite geologist juga bertanggungjawab dan bertugas
mengambil sampel batuan (proses sampling). Sampel atau conto batuan yang diambil
nantinya akan dianalisis secara kimia dan fisika di laboratorium dengan tujuan untuk
mengetahui kadar air, nilai kalori, kadar sulfur, kadar gas, kadar volatil, dan unsur
lainnya yang terdapat dalam batubara yang berpengaruh terhadap kualitas batubara.
dilengkapi dengan beberapa peralatan yang nantinya akan membantu dalam proses
Core box, digunakan untuk menyimpan inti/core batubara setelah dilepaskan dari
split.
dengan menggunakan alat berupa kamera digital. Hal ini bertujuan untuk memperoleh
gambaran keadaan sampel batuan di lapangan yang mencakup batuan pengapit, top dan
bottom batubara serta lapisan pengotor (parting) pada sampel batubara. Adapun hal - hal
yang harus diperhatikan dalam proses pengambilan foto/gambar batubara yang menjadi
4) Core batubara dalam keadaan tersusun rapih, roof dan floor diketahui.
5) Papan keterangan telah ditulisi lokasi area, nomor titik bor, tanggal pemotretan,
6) Meletakkan pembanding dan keterangan lain di core box untuk bagian core yang
ditonjolkan (posisi batas roof dan floor, parting, bone coal, core loss, dll).
band, parting ikut disampel, core loss, dll). Masukan kartu sample ke dalam
plastic.
Sample No
: 01
Sample No
: 02
Bore Hole
: DDL - 0 5 - 2 1
Bore Hole
: DDL - 0 5 - 2 1
Location
: Lati
Location
: Lati
Sample Interval
: 12.25-12.50
Sample Interval
: 12.50-14.50
Sample Thickness
: 0,25m
Sample Thickness
: 2.00m
Bag
: 1 of 4
Bag
: 2 of 4
Remark
:
Remark : Bag 1
Sample No
: 02
Sample No
: 03
Bore Hole
: DDL - 0 5 - 2 1
Bore Hole
: DDL - 0 5 - 2 1
Location
: Lati
Location
: Lati
Sample Interval
: 12.50-14.50
Sample Interval
: 14.50-14.75
Sample Thickness
: 2.00m
Sample Thickness
: 0.25m
Bag
: 3 of 4
Bag
: 4 of 4
Remark
: Bag 2
Remark
d) Tuliskan pada kantong sampel : nomor sample, interval sample, tebal sample, dan
e) Masukkan sampel batubara dan kartu sampel ke dalam kantong sampel yang
f) Satukan dan ikat semua kantong sample yang berisi ply by ply sample dari satu
Kita ketahui bahwa wilayah eksplorasi/site batubara terdiri dari beberapa daerah
beda yang disesuaikan dengan kebutuhan data yang akan diambil. Berikut merupakan
Pangea Are