Pada tahapan eksplorasi, salah satu tahapan yang memegang peranan penting adalah
tahapan pemboran, dimana pada tahapan ini diperlukan adanya pengawasan lapangan yang
merupakan peranan seorang wellsite geologist. Wellsite geologist merupakan seorang
pengawas lapangan yang bertugas dan bertanggung jawab mengawasi suatu lokasi
pemboran dalam suatu kegiatan eksplorasi pemboran demi kelancaran pemboran tersebut.
Berdasarkan hal tersebut, maka peranan seorang wellsite geologist dalam kelancaran pemboran
sangat dibutuhkan. Oleh karena itu, akan dijelaskan peranan seorang wellsite geologist dalam
eksplorasi pemboran batubara yang dilakukan oleh suatu perusahaan.
Berdasarkan atas pentingnya peranan wellsite geologist dalam tahapan eksplorasi
pemboran, maka diperlukan adanya kemampuan dan pengetahuan yang akan menunjang tugas dan
tanggung jawab sebagai wellsite geologist. Adapun pengetahuan yang harus diketahui dan
dimiliki sebagai wellsite geologist antara lain sebagai berikut :
1. Memiliki pengetahuan mengenai dasar - dasar geologi
2. Memahami tahapan-tahapan eksplorasi yang dilakukan.Memahami teori-teori tentang batubara.
3. Mengenali kondisi daerah yang akan di eksplorasi.
4. Memahami metoda pengambilan data pemboran sesuai dengan SOP (Standard
Operational Procedure).
5. Memahami metoda pengambilan dan perlakuan terhadap sampel batubara
Selanjutnya akan dijelaskan mengenai tugas dan peranan wellsite geologist dalam
eksplorasi dalam beberapa tahapan :
1. Tahap Pemboran
2. Tahap Pengambilan/Perekaman Data
2. Tahap Pemboran
Dalam tahapan pemboran, tugas dan peranan seorang wellsite geologist antara lain, yaitu :
Kegiatan eksplorasi pemboran batubara yang menggunakan core barel dengan kapasitas 1.60
m maka dimana satu kali proses penangkapan atau pengambilan inti/core batuan dengan
menggunakan core barrel biasanya disebut satu (1) run.
• Melakukan interpretasi hasil E-log dengan cara mengukur kurva. Untuk kurva
gamma ray : 1/3 dari bagian atas garis kelurusan kurva, sedangkan untuk kurva
density : 1/2 dari bagian atas garis kelurusan kurva
• Melakukan penentuan interval coring dengan ketentuan minimal 0.50 sampai 1 meter di
atas roof dan 0.50 meter di bawah floor batubara
Adapun tugas dan peranan wellsite geologist sebagai pengawas dalam proses pemboran actual hole
antara lain, yaitu :
• Melakukan pencatatan kedalaman (interval) “run” setiap kemajuan coring
• Melakukan pengukuran panjang core pada tabung inner split setiap kemajuan
coring (run). Inner split dikeluarkan dari tabung split dengan cara menyemprot
memakai pompa air, tidak dengan cara yang bisa merusak core di dalam inner
split, misalnya : memukul core barrel
• Meletakkan core batubara pada core box (tabung split/paralon), pastikan core
tidak ada kontaminasi, tentukan bagian roof dan floor, lengkapi dengan
keterangan lain (parting, clinker, washout, roof & floor, core loss, dll), dan
lakukan pemotretan
• Membungkus core batubara dengan plastik “wrap” dan letakkan pada tempat
yang terhindar dari cahaya matahari langsung dengan tujuan tetap menjaga
kelembaban inti/core sample.
• Menghitung core dan coal recovery
• Melakukan deskripsi terhadap core batubara dan non batubara
• Melakukan pengambilan sampel batubara
• Memasang tanda/patok bor
1.3 Penentuan Perpindahan Lokasi/Titik Bor
Setelah proses pemboran pada suatu titik bor selesai, maka selanjutnya wellsite geologist
bertanggungjawab memberikan perintah kepada operator/juru bor untuk melakukan pemboran
di lokasi/titik bor yang baru. Adapun suatu titik bor dianggap telah selesai apabila hasil pemboran
(dalam hal ini sampel batubara yang diperoleh) telah memenuhi ketentuan atau standar yang
telah ditentukan, yaitu berupa nilai “recovery”. Dimana standar yang biasa digunakan adalah
nilai recovery dalam range 90 - 100 %. Jika hasil pemboran tidak memenuhi nilai recovery
yang ditentukan, maka wellsite geologist wajib konfirmasi ke coordinator project untuk
pengambilan keputusan pemboran kembali (redrill) atau dinyatakan selesai. Analisa yang
dilakukan untuk memutuskan apakah lokasi/titik bor tersebut harus dilakukan pemboran
kembali (redrill) atau tidak karena tidak memenuhi standar nilai recovery didasarkan atas
beberapa aspek, diantaranya yaitu dari segi :
1. Teknis pemboran.
Hasil pemboran yang tidak maksimal atau tidak memenuhi ketentuan yang telah ditentukan dapat
dikarenakan teknis pemboran (proses coring) yang salah. Dalam hal ini pemboran secara miring
dapat diakibatkan karena pengaturan dan persiapan tempat pemboran (rig) yang tidak tepat.
2. Peralatan pemboran.
Dalam hal ini, peralatan pemboran yang sangat menentukan untuk memperoleh hasil pemboran
(inti/core), yaitu core barel. Kondisi core barel beserta bagian bagiannya yang tidak berfungsi
dengan baik akan mengakibatkan hasil pemboran (core) yang tidak maksimal, yaitu adanya
sampel coring batubara yang hilang atau tidak terangkat (lost core) sehingga hasil pemboran tidak
memenuhi standar yang ditentukan (nilai recovery).
3. Formasi batuan.
Hasil pemboran berupa coring yang tidak maksimal dapat juga disebabkan oleh formasi batuan
pada lokasi pemboran. Di mana lapisan seam batubara yang jelek akan sulit untuk diperoleh
dalam proses coring. Hasil coring batubara pada formasi yang jelek/tidak bagus akan memiliki
kenampakan fisik yang hancur (broken core). Salah satu data penunjang yang dapat dijadikan
parameter untuk mengetahui keadaan formasi batuan (baik atau tidaknya), yaitu data rekaman
elektrik logging berupa log caliper.
Proses perekaman data yang dilakukan dalam tahapan eksplorasi terdiri dari dua tahap, yaitu
perekaman data dengan menggunakan teknologi/komputerisasi, yaitu logging geofisika berupa
electrical logging dan perekaman data secara manual berupa deskripsi lapangan serta pengambilan
sampel/contoh batuan. Proses perekaman data yang dilakukan dalam tahapan eksplorasi terdiri dari
dua tahap, yaitu perekaman data dengan menggunakan teknologi/komputerisasi, yaitu
a. logging geofisika berupa electrical logging
b. Perekaman data secara manual berupa deskripsi lapangan serta pengambilan sampel/contoh
batuan.
Parameter yang digunakan dalam perekaman dan pengukuran data electric logging terdiri
atas empat (4) parameter untuk pemboran dalam (deep drilling) yaitu : gamma ray, density,
resistivity, dan caliper serta dua.(3) parameter untuk pemboran dangkal (shallow drilling) yaitu
hanya
1. Gamma ray,
2. Density
3. Caliper.
Adapun cara penentuan top dan bottom batubara untuk penentuan ketebalan mengacu pada
BPB Company. Dimana ditetapkan bahwa untuk perhitungan top batubara ditentukan 1/3 dari
bagian atas garis kelurusan kurva yang menunjukkan perubahan lithologi dari batubara dengan
lithologi lain di atasnya dan untuk perhitungan bottom batubara ditentukan 1/3 dari bagian atas
garis kelurusan kurva yang menunjukkan perubahan lithologi dari batubara dengan lithologi lain
di bawahnya.
Pada pemboran open hole akan menghasilkan hancuran batuan dan lumpur yang terbawa keluar
permukaan oleh air yang keluar dari lubang bor. Keluarnya air dari lubang bor tersebut dikarenakan
adanya tekanan dari pompa air yang dialirkan menuju lubang bor sehingga kepingan-kepingan
batuan terangkat ke permukaan. Apabila sampel cutting telah keluar, mekudian sampel cutting
dimasukkan ke dalam kantong sampel cutting dan selanjutnya merupakan tanggung jawab
wellsite geologist untuk melakukan pendeskripsian secara detail dan lengkap pada setiap
perubahan litologi.
A. Soil
1) Color (warna) : Brown, Reddish brown, Yellowish brown
2) Features (kenampakan) : Sandy, Muddy
B. Sandstone
1) Color (warna) : Grey, dark grey, light grey
2) Grain size (ukuran butir) : - Very fine grain/sangat halus (1/16-1/8 mm)
- Fine grain / halus (1/8-1/4 mm)
- Medium grain / sedang (1/4-1/2 mm)
- Coarse grain / kasar (1/2-1 mm)
- Very coarse grain / sangat kasar (1-2 mm)
3) Hardness (kekerasan) : Hard, medium hard, soft
4) Mineral : Quarts, calcite, jasper, mafic mineral and felsic mineral
C. Mudstone
1) Color (warna) : grey, dark grey, light grey
2) Hardness (kekerasan) : hard, medium hard, soft
Proses perekaman data dengan cara pendeskripsian conto batuan yang berupa hancuran/cutting
memiliki kekurangan - kekurangan, sedangkan data yang dibutuhkan haruslah memiliki
keakuratan dan ketelitian yang baik. Oleh sebab itu, dalam tahapan eksplorasi pemboran
dilakukan perekaman atau pengambilan data inti/core batuan yang bertujuan untuk mendapatkan
data yang lebih akuran dan teliti. Dalam proses perekaman dan pengambilan inti/core batuan,
wellsite geologist bertanggungjwab dan bertugas untuk melakukan pengawasan selama proses
tersebut (proses coring) berlangsung dan juga yang paling utama, yaitu seorang wellsite geologist
bertugas pula untuk memerikan atau mendeskripsi conto inti/core batuan yang akan
diambil/direkam, baik conto inti batubara maupun nonbatubara yang berada di atas dan di bawah
batubara tersebut secara geologi.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, seorang wellsite geologist bertugas dalam
memerikan inti/core batuan pada setiap run atau pada setiap penangkapan atau pengambilan
inti/core batuan yang kemudian dicatat dalam log bore. Dalam proses pendeskripsian,
digunakan parameter dan standar dalam memerikan inti batuan sesuai ketentuan dan kebutuhan
perusahaanyang telah diatur sebelumnya.
Adapun parameter yang digunakan seorang wellsite geologist dalam mendeskripsi inti/core
batuan, yaitu :
PARAMETER DESCRIPTION CORE NON COAL :
PARAMETER DESCRIPTION
A. CORE COAL :
2) Grain size : Fine sand (1/64 - 1/16 mm), Medium sand (1/16 - 1/2 mm), Coarse sand (1/2 - 2mm)
4) Pemilahan (Sorting) :
- Terpilah Baik (Well Sorted) merupakan pemilahan yang butirannya Seragam
- Terpilah Sedang (Medium Sorted) merupakan pemilahan yang butirannya relatif seragam.
- Terpilah Buruk (Poorly Sorted) merupakan pemilahan yang butirannya tidak seragam
5) Sediment structure : Graded Bedding, paralel laminasi, wave laminasi, slump structur, convolute,
load cast
6) Mineral : Quartz, Calsite, Jasper, Pyrite, dan lainnya
8) Another features : Coal string, coal fragmen, ferrogeneous nodules, plant remains, clay nodules,
burrowed, bioturbation
: Carbonaceous
: Coal string, coal fragmen, ferrogeneous nodules, plant
remains, clay nodules, burrowed, bioturbation