Anda di halaman 1dari 17

GEOMETRI DAN SISTEM AKUIFER DAERAH ALTERASI

KECAMATAN PULE KABUPATEN TRENGGALEK JAWA


TIMUR.

Natalia Aritonang1), Arhananta2), Muhamad Alhafiq Wahyu Nabillah3)


Jurusan Teknik Geologi, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta
Jalan SWK 104 Condongcatur Yogyakarta

INTISARI
Penelitian hidrologi di daerah alterasi di Indonesia belum banyak dilakukan padahal
zonasi alterasi dapat digunakan untuk menentukan sistem akuifernya. Secara administratif
lokasi penelitian terletak di Desa Tenggaran dan sekitarnya, Kecamatan Pule, Kabupaten
Trenggalek, Jawa Timur. Secara regional, daerah penelitian merupakan bagian dari
fisiografis Pegunungan Selatan yang terdiri atas berbagai jenis batuan seperti batuan beku,
sedimen dan piroklastik dan telah mengalami alterasi hidrotermal. Identifikasi dan
permodelan geometri dan sistem akuifer di daerah penelitian dilakukan dengan metode
surface mapping geologi, alterasi dan hidrologi, analisa kinematik struktur geologi, serta
analisa dan pembuatan model sistem akuifer. Berdasarkan hasil surface mapping,
didapatkan dua sistem akuifer yaitu sistem akuifer antar butir dan sistem akuifer rekahan.
Pada sistem akuifer antar butir berdasarkan litologi didapatkan Breksi-Vulkanik Mandalika
dan Breksi-Piroklastik Arjosari sebagai Akuifer dengan luasan 20% pada peta, Satuan
Intrusi Basalt, Andesit dan Diorit, Satuan Lava Mandalika dan Arjosari sebagai Akuifug
dengan luasan 38% pada peta, Satuan Satuan Tuff Arjosari dan Mandalika sebagai
Akuiklud dengan luasan 40% pada peta. Berdasarkan Zona Alterasi, didapatkan daerah
dengan Zona Alterasi Argilik sebagai Akuiklud dengan luasan 30% pada peta, Filik sebagai
Akuifer dengan luasan 16% pada peta dan Propilitik sebagai Akuitar dengan luasan 44%
pada peta. Pada sistem akuifer rekahan, zona akuifer terdapat di sepanjang shear zone yang
merupakan sesar-sesar mendatar kiri dan mendatar kanan dengan orientasi relatif tenggara-
barat laut, barat-timur dan timur laut-barat daya. Berdasarkan dua sistem akuifer tersebut
dapat diketahui daerah dengan potensi akuifer terbaik dengan melakukan overlaying zonasi
akuifer masing-masing sistem. Untuk penelitian lebih lanjut dapat dilakukan survei
geofisika untuk mengetahui geometri akuifer secara lebih akurat.

Kata Kunci : hidrologi, sistem akuifer, zona alterasi, surface mapping.

1
PENDAHULUAN Dasar Teori
Latar Belakang Meinzer, yang pertama kali menyebut
Mahluk hidup tergantung pada air. Tapi istilah geohydrology sebagai ilmu yang
meskipun 70% bumi ditutupi air, itu bukan mempelajari tentang airtanah pada
berarti jumlah yang bisa diminum selalu pertemuan IASH (International
berlimpah ruah. Dari 1,4 milyar kubik Association of Scientific Hydrology) tahun
meter air di bumi, hanya sekitar 1939.
seperempatnya yang bisa diminum. Dan Berdasarkan pada kondisi fisik batuan
dari seluruh persediaan air minum, hanya dalam kaitannya dalam kemampuan
0,3 persen bisa diperoleh dengan mudah batuan untuk menyimpan airtanah, maka
dari air dan danau. Sejak 1950 keperluan terdapat beberapa istilah perilaku batuan
air minum di seluruh dunia bertambah terhadap airtanah sebagai berikut (Fetter,
sekitar 40%. Karena jumlah manusia terus 1994) :
bertambah, jumlah keperluan akan 1. Akuifer (aquifer), yaitu perilaku suatu
bertambah juga. Berbagai usahapun tubuh batuan, tanah atau regolith yang
dilakukan untuk menambah jumlah air berfungsi sebagai reservoar dan
layak konsumsi. Salah satunya mencari mempunyai harga porositas serta
akuifer – akuifer baru, dan penulis permeabilitas yang baik sehingga
berusaha mengkaji potensi hidrologi pada mampu menyimpan dan meluluskan
zonasi alterasi di Daerah Tenggaran Dan airtanah dalam jumlah cukup besar
Sekitarnya Desa Tenggaran, Kecamatan dan cukup suplesi.
Pule, Kabupaten Trenggalek, Provinsi 2. Akuitar (aquitard), yaitu perilaku
Jawa Timur. suatu tubuh batuan atau regolith
dengan harga permeabilitas kecil
Lokasi Penelitian tetapi masih mengandung airtanah
dalam jumlah yang cukup dan dapat
Lokasi penelitian secara administratif berperan sebagai media transmisi air
berada di Daerah Tenggaran Dan yang berasal dari satu akuifer ke
Sekitarnya Desa Tenggaran, Kecamatan akuifer lainnya.
Pule, Kabupaten Trenggalek, Provinsi 3. Akuiklud (aquiclude), yaitu perilaku
Jawa Timur (Gambar 1.1). suatu tubuh batuan atau regolith yang
termasuk katagori kedap air
Metodologi (impermeabel), tetapi masih mampu
menyimpan air dalam jumlah yang
Metode yang digunakan pada daerah tidak banyak dan tidak mampu untuk
penelitian meliputi pemetaan geologi meluluskannya.
permukaan (surface mapping) dan 4. Akuifug (aquifug), yaitu perilaku
penyebaran zona alterasi hidrotermal pada suatu tubuh batuan atau regolith yang
skala 1:20.000, Scoring antara kelerengan, sama sekali kedap air serta tidak dapat
zona alterasi, dan Satuan batuan serta mengandung air dan mempunyai
analisa struktur geologi yang berkembang harga permeabilitas nol.
pada daerah penelitian.

Zona Alterasi

2
Zona alterasi adalah suatu zona yang atau himpunan mineral kaolinit-
memperlihatkan adanya penyebaran alunit-kalsedon-kuarsa-pirit untuk
himpunan mineral – mineral tertentu yang temperatur rendah yaitu <180°C.
terbentuk dari hasil proses alterasi. 6. Potasik. Zona alterasi ini dicirikan
Menurut Corbett dan Leach (1996) alterasi oleh mineral ubahan berupa biotit
pada endapan epitermal diklasifikasikan sekunder, K-Feldspar, kuarsa, serisit
sebagai berikut: dan magnetit. Tipe alterasi ini
1. Propilitik Dicirikan oleh kehadiran dicirikan oleh melimpahnya
klorit disertai dengan beberapa himpunan muskovit-biotit-alkali
mineral epidot, illit/serisit, kalsit, felspar-magnetit. Anhidrit sering
albit, dan anhidrit. Terbentuk pada hadir sebagai asesori. Alterasi potasik
temperatur 200°-300°C pada pH terbentuk dekat batuan beku intrusif
mendekati netral, dengan salinitas dari 300°C, salinitas tinggi. Selain
beragam, umumnya pada daerah yang biotisasi tersebut mineral klorit
mempunyai permeabilitas rendah. muncul sebagai penciri zona ubahan
Himpunan mineral yang hadir pada potasik ini.
tipe propilitik, yaitu klorit-kalsit- 7. Filik. Zona alterasi ini dicirikan oleh
kaolinit, klorit-kalsittalk, klorit- kumpulan mineral serisit dan kuarsa
epidot-kalsit, kloritepidot. sebagai mineral utama dengan
2. Propilitik dalam (inner propilitik) mineral pirit yang melimpah serta
Zona alterasi pada sistem epitermal sejumlah anhidrit. Mineral serisit
sulfidasi rendah yaitu fluida kaya terbentuk pada proses hidrogen
klorida, pH mendekati netral. Zona metasomatis. Zona ini tersusun oleh
propilitik dalam untuk zona pada himpunan mineral kuarsa-serisit-pirit,
bagian yang bertemperatur tinggi yang umumnya tidak terdapat
yaitu >300°C dicirikan oleh mineral-mineral lempung atau alkali
kehadiran epidot, aktinolit, klorit, dan feldspar. Namun, beberapa dijumpai
ilit. sedikit anhidrit, klorit, kalsit, dan
3. Argilik Pada tipe argilik terdapat dua rutil. Terbentuk pada temperatur
kemungkinan himpunan mineral, sedangtinggi yaitu 230°C - 400°C,
yaitu muskovit-kaolinitmonmorilonit fluida asam-netral, salinitas beragam,
dan muskovit-klorit monmorilonit. pada zona permeabel, dan pada batas
Himpunan mineral pada tipe argilik dengan urat.
terbentuk pada temperatur 100°- 8. Skarn. Alterasi ini terbentuk akibat
300°C (Pirajno, 1992; dalam Corbett kontak antara batuan sumber dengan
dan Leach, 1996), fluida asam-netral, batuan karbonat, zona ini sangat
dan salinitas rendah. dipengaruhi oleh komposisi batuan
5. Argilik lanjut (advanced argilic) yang kaya akan mineral karbonat.
Sedangkan untuk sistem epitermal Pada kondisi yang kurang akan air,
sulfidasi tinggi yaitu fluida kaya asam zona ini dicirikan oleh pembentukan
sulfat, zona advanced argilic yang mineral garnet, klinopiroksen dan
dicirikan oleh kehadiran himpunan wollastonit serta mineral magnetit
mineral pirofilit-diasporandalusit- dalam jumlah yang cukup besar,
kuarsa-turmalin-enargitluzonit untuk sedangkan pada kondisi yang kaya
temperatur tinggi yaitu 250° - 350°C, akan air, zona ini dicirikan oleh
mineral klorit, tremolit-aktinolit dan

3
kalsit dan larutan hidrothermal. desa Cempoko, dan perbukitan daerah
Garnet-piroksen-karbonat adalah Ngrayun. Bagian bawah sampai bagian
kumpulan yang paling umum tengah didominasi breksi piroklastik
dijumpai pada batuan induk karbonat. dengan komposisi fragmen berupa batuan
Alterasi skarn terbentuk pada fluida beku andesit, basalt dan tuf pada beberapa
yang mempunyai salinitas tinggi tempat, dengan masadasar tuf. Sedangkan
dengan temperatur tinggi sekitar pada bagian atas satuan ini disusun oleh
300°C - 700°C. breksi piroklastik perselingan tuf.
Satuan tuf Arjosari (Gambar 2.5)
HASIL DAN PEMBAHASAN secara umum tersingkap baik di dusun
Gondaglegi, Desa Cempoko dan
Stratigrafi Daerah Telitian perbukitan daerah Ngrayun. Disusun oleh
Berdasarkan hasil pengamatan lapangan dan tuf dengan komposisi mineral yaitu
analisis laboratorium, penulis membagi mineral sialis kuarsa, mineral
daerah penelitian menjadi beberapa satuan feromagnesia hornblende dan biotit,
litostratigrafi tak resmi (SSI, 1996), dengan mineral asesoris lithic andesit yang
urutan dari tua ke muda sebagai berikut : berselingan dengan lapili.
1. Satuan lava basal Arjosari Satuan breksi-vulkanik Mandalika
(Gambar 2.6) secara umum tersingkap baik
2. Satuan breksi-piroklastik Arjosari pada sungai di desa Tanggaran,
3. Satuan tuf Arjosari Karanganyar, Pule dan perbukitan daerah
Pule. Bagian bawah sampai bagian tengah
4. Satuan breksi-vulkanik Mandalika
merupakan perulangan antara lava dan
5. Satuan lava andesit Mandalika breksi vulkanik komposisi fragmen basalt,
6. Satuan tuf Mandalika andesit dan tuf matriks batupasir yang
sudah terubah propilitik. Sedangkan pada
7. Intrusi Diorit
bagian atas satuan ini disusun oleh breksi
8. Intrusi Andesit vulkanik perselingan dengan breksi
9. Intrusi Basal piroklastik dengan komposisi fragmen
basal, andesit dan tuf.
10.Endapan Alluvial
Satuan tuf Mandalika (Gambar 2.7)
Satuan lava basal Arjosari (Gambar didominasi litologi tuf dan secara genesa
2.3) secara umum tersingkap baik pada merupakan berasal dari material vulkanik,
hulu sungai Plumpung, desa Puyung dan batupasir dan breksi piroklastik. Tuf pada
desa Ngandel. Bagian bawah sampai satuan ini secara keseluruhannya telah
bagian tengah didominasi lava basal mengalami ubahan ubahan kloritisasi
dengan komposisi mineral piroksen, (propilitik) ditandai dengan kayanya
olivin, hornblende dan plagioklas. mineral klorit pada tubuh batuan.
Sedangkan pada bagian atas satuan ini Satuan lava Mandalika (Gambar 2.8)
disusun oleh lava basal perselingan breksi disusun oleh litologi lava andesit dengan
piroklastik dengan komposisi fragmen kenampakan di lapangan berwarna hitam
berupa batuan beku andesit, basalt dan tuf, keabuabuan (lapuk) dan berwarna hitam
dengan masadasar tuf. (segar), masif tanpa memperlihatkan
Satuan breksi piroklastik Arjosari struktur aliran. Di beberapa tempat disusun
(Gambar 2.4) secara umum tersingkap baik oleh gelas yang sudah terubah atau
pada hulu sungai Plumpung, desa Pakel, tergantikan oleh mineral klorit dan mineral

4
opaq berupa pirit. Lava pada satuan ini klorit. Sebagian tempat mengalami
secara setempat telah mengalami ubahan oksidasi.
kloritisasi (profilitik) ditandai dengan Endapan Alluvial (Gambar 2.12)
kayanya mineral klorit pada tubuh batuan, terdiri dari material lepas berukuran pasir,
argilik ditandai dengan mineral lempung krikil, kerakal dan bongkah. Material
dan filik yang hampir tergantikan oleh tersusun oleh hasil berbagai jenis
silika. rombakan batuan yang belum
Diorit Puyung (Gambar 2.9) terkonsolidasi.
merupakan batuan beku intrusif dengan
kenampakan di lapangan berwarna abu- Struktur Geologi
abu kehitaman dan abu-abu kehijauan,
bestruktur masif, memiliki komposisi Sesar Mendatar Kiri
mineral utama kuarsa, horblende, masa Pada bagian timur laut terdapat sesar
dasar kristal, plagioklas. Di beberapa mendatar kiri Karanganyar 2 dengan arah
tempat telah teraltrasi propilitik dengan relatif timur laut- barat daya dan sesar
kondisi singkapan batuan yang masih mendatar kiri Karanganyar 3 dengan arah
sedikit terubah dengan komposisi mineral relatif timur- barat. Pada bagian barat
primer masih terlihat. Adapun mineral- terdapat sesar mendatar kiri Ngandel 1
mineral sekunder yang banyak terdapat dengan arah relatif timur laut–barat daya
pada satuan dasit terubah yaitu klorit. dan sesar mendatar kiri Ngandel 2 dengan
Andesit Karanganyar (Gambar 2.10) arah relatif barat–timur. Pada bagian
merupakan batuan beku intrusif yang selatan terdapat sesar mendatar kiri
memiliki kenampakan berupa retas (dike) Puyung dengan arah relatif timur laut –
dan kekar tiang (columnar joint). barat daya dan sesar mendatar kiri Puger
Kenampakan di lapangan berwarna abu- dengan arah relatif timur laut –barat daya.
abu kehitaman dan abu-abu kehijauan
memiliki komposisi mineral utama Sesar Mendatar Kanan
piroksen, plagioklas feldspar. Di beberapa Pada bagian timur laut terdapat sesar
tempat telah teraltrasi propilitik dengan mendatar kanan Karanganyar 1 dengan
komposisi mineral primer masih terlihat. arah relatif barat laut–tenggara dan sesar
Adapun mineral-mineral sekunder yang mendatar kanan Tenggaran 2 dengan arah
banyak terdapat pada satuan dasit terubah relatif sejajar dengan sesar Karanganyar 1.
yaitu klorit. Sebagian tempat mengalami Pada bagian tengah daerah penelitian
oksidasi. terdapat sesar mendatar kanan Kalipule
Basal Tenggaran (Gambar 2.11) dengan arah relatif barat laut-tenggara.
merupakan batuan beku intrusif dengan Pada bagian Barat terdapat sesar kanan
kenampakan di lapangan berwarna hitam Ngandel 3 dengan arah relatif barat laut-
dan abu-abu kehitaman sampai dengan tenggara. Dan pada bagian Selatan terdapat
kecoklatan, bestruktur masif, dyke, dan sesar mendatar kanan Pule yang memiliki
kekar kolom, memiliki komposisi mineral arah relatif barat laut – tenggara.
utama piroksen, masa dasar gelas dan
plagioklas. Di beberapa tempat telah
teraltrasi propilitik dengan komposisi Zona Alterasi
mineral primer masih terlihat. Adapun Secara umum daerah penelitian dibagi
mineral-mineral sekunder yang banyak menjadi tiga zona alterasi, yaitu :
terdapat pada satuan dasit terubah yaitu

5
 Filik ( kuarsa, serisit) ubahan yang kuatsampai dengan intensif,
 Argilik (kaolin, illit, smektit, klorit, serta memiliki pola yang menyebar pada
montmorilonit,limonit) batuan. Zona ini terbentuk pada suhu <300
 Propilitik (klorit, epidot, kalsit, derajat selsius (Corbett dan Leach, 1996).
kalkopirit, pirit, hematit, 2nd Kuarsa) Zona tidak teralterasi menempati 10
 Zona batuan tidak terubah. % daerah total luasan daerah penelitian.
Zona alterasi filik menempati 16% Zona yang menunjukan tidak adanya
dari luas daerah penelitian dan menyebar batuan yang mengalami proses ubahan
hanya pada urat-urat kuarsa yangterbentuk akibat dari proses fluida hidrotermal.
akibat adanya proses hidrothermal yang
mengisi rekahan berupa kekar ataupun
Zona Respon Batuan Terhadap Air
sesar yang berada di barat, barat laut dan
Tanah
timur. Zona ini dicirikan dengan hadirnya
himpunan mineral - mineral seperti kuarsa, Berdasarkan hasil Scouring Arcmap
serisit dan epidot serta mengalami didapat dua sistem akuifer yaitu sistem
mineralisasi logam seperti kalkopirit dan akuifer antar butir dan sistem akuifer
pirit, dan (memerlukan analisa lebih lanjut) rekahan.
untuk mineral yang lain. Zona ini
mengalami ubahan total serta memiliki Sistem Akuifer Antarbutir
pola yang setempat pada batuan. Zona ini Sistem akuifer ini ditentukan berdasarkan
terbentuk pada suhu 150 - 300 derajat satuan batuan penyusun dan zona alterasi
celcius (Corbett dan Leach, 1996). yang masing-masing memiliki porositas
dan permeabilitas yang berbeda sehingga
Zona argilik menempati 30% dari luas
dapat dijadikan acuan dalam penentuan
daerah penelitian dan menyebar hampir
akuifer, akuiklud, akuifug dan akuitar.
seluruh daerah penelitian, sebagian besar
Akuifer dengan luasan 7% pada peta
terdapat pada barat- barat daya daerah
diinterpretasikan terdapat pada satuan
penelitian. mempunyai batas dengan zona
batuan yang memiliki porositas dan
alterasi filik dan profilitik. Zona ini
permeabilitas paling tinggi yaitu Satuan
dicirikan oleh hadirnya mineral ubahan
Satuan Breksi-Piroklastik Arjosari serta
berupa mineral lempung lempung
Zona Alterasi Filik
(memerlukan analisa lebih lanjut untuk
Akuitar dengan luasan 28% pada
penguraian) mineralisasi logam berupa
daerah telitian merupakan daerah dengan
pirit dan kalkopirit. Zona ini terubah secara
porositas dan permeabilitas lebih rendah
total dengan setempat pada batuan. Zona
dari akuifer yaitu daerah dengan Zona
ini terbentuk pada suhu >100 - 300
Alterasi Propilitik.
(Corbett dan Leach, 1996).
Akuiklud dengan luasan 35% pada
Zona propilitik menempati 44% dari daerah telitian merupakan daerah dengan
luasan daerah penelitian dan menyebar porositas dan permeabilitas lebih rendah
merata pada seluruh bagian terluar dari dari akuitar dan akuifer yaitu Satuan Tuff
zona filik dan argilik,tepatnya pada bagian Mandalika danTuff Arjosari serta Alterasi
Utara dan Selatan daerah penelitian. Zona Argilik.
ini dicirikan dengan kloritisasi-nya yang Akuifug dengan luasan 30% pada
kuat danmerata pada tubuh batuan dan daerah telitian merupakan daerah yang
terdiri dari himpunan mineral - mineral memiliki porositas dan permeabilitas
klorit dan epidot.Zona ini mengalami

6
paling rendah yaitu pada Satuan Lava (klorit, epidot, kalsit, kalkopirit, pirit,
Mandalika, Satuan Lava Arjosari, Intrusi hematit, 2nd Kuarsa), dan Zona batuan
Diori, Intrusi Andesit dan Intrusi Basalt. tidak terubah. Menurut Corbet and
Leach, 1998.
Sistem Akuifer Rekahan 4. Sistem akuifer antarbutir terdiri atas
Akuifer terdapat sepanjang zona sesar Akuifer dengan luasan 7% yaitu Satuan
dimana terdapat 12 sesar pada daerah Satuan Breksi-Piroklastik Arjosari serta
telitian yaitu Sesar Pager, Sesar Pule, Sesar Zona Alterasi Filik. Akuitar dengan
Payung, Sesar Ngandel 1, Sesar Ngandel 2, luasan 28% yaitu daerah dengan Zona
Sesar Ngandel 3, Sesar Kali Pule, Sesar Alterasi Propilitik. Akuiklud dengan
Tenggaran 1, Sesar Tenggaran 2, Sesar luasan 35% yaitu Satuan Tuff
Tenggaran 3, Sesar Karang Anyar 1, Sesar Mandalika danTuff Arjosari serta
Karang Anyar 2 yang peregerakannya Alterasi Argilik. Akuifug dengan
mendatar kanan dan mendatar kiri. luasan 30% yaitu pada Satuan Lava
Mandalika, Satuan Lava Arjosari,
KESIMPULAN Intrusi Diori, Intrusi Andesit dan Intrusi
Basalt.
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis
penelitian di Daerah maka dapat diambil
beberapa kesimpulan, antara lain : DAFTAR PUSTAKA

1. Stratigrafi daerah telitian terdiri dari Adji, T. N., Santosa, L. W., Murwanto, H.,
Satuan lava basal Arjosari, Satuan Marwasta, D., Sulaswono, B., 2005,
breksi-piroklastik Arjosari, Satuan tuf Teknik Inversi Modelling untuk
Arjosari, Satuan breksi-vulkanik Pendugaan dan Proses Hidrogeokimia
Mandalika, Satuan lava andesit Air Tanah Pada Berbagai Kondisi
Mandalika, Satuan tuf Mandalika, Akuifer, Laporan Penelitian, Fakultas
Intrusi Diorit, Intrusi Andesit, Intrusi Geografi, Lembaga Penelitian UGM,
Basal, Endapan Alluvial. Yogyakarta.
2. Terdapat 12 sesar pada daerah telitian Kamaraju MVV, Bhattacharya A, Reddy
yaitu Sesar Pager, Sesar Pule, Sesar GS, Rao GC, Murthy GS, Rao TCM
Payung, Sesar Ngandel 1, Sesar (1996). Ground-water potential
Ngandel 2, Sesar Ngandel 3, Sesar Kali evaluation of West Godavari District,
Pule, Sesar Tenggaran 1, Sesar Andhra Pradesh State, India – A GIS
Tenggaran 2, Sesar Tenggaran 3, Sesar approach. Ground Water, 34(2): 318 –
Karang Anyar 1, Sesar Karang Anyar 2 325.
yang pergerakannya mendatar kanan Sener E, Davraz A, Ozcelik M (2005). An
dan mendatar kiri. integration of GIS and remote sensing
3. Zona Alterasi pada daerah telitian terdiri in groundwater investigations: A case
dari Zona Alterasi Filik ( kuarsa, serisit), study in Burdur, Turkey. Hydrogeol.
Argilik (kaolin, illit, smektit, klorit, J., 13(5-6): 826-834
montmorilonit,limonit), Zona Profilitik

LAMPIRAN

7
Gambar 1.1. Lokasi Penelitian

Gambar 1.2 Perilaku Batuan terhadap Air Tanah

8
Gambar 2.1. Peta Geologi Daerah Penelitian

Gambar 2.2. Stratigrafi Daerah Penelitian

9
Gambar 2.3. a. Foto Singkapan Lava Basal, b. Foto Litologi Lava Basal

Gambar 2.4. a. Foto singkapan Breksi-piroklastik, b. Foto matriks berupa Tuff, c,d. Foto fragmen
berupa Andesit

10
Gambar 2.5. a,b. Foto Singkapan Tuff Arjosari, c,d. Foto Litologi Tuff Arjosari dengan komposisi
litik

Gambar 2.6. a. Foto Singkapan Breksi-vulkanik Mandalika, b. Foto fragmen berupa Basal,
Andesit dan Tuff, c. Foto fragmen berupa Tuff, d. Foto fragmen berupa Breksi

11
Gambar 2.7. a. Foto Singkapan Tuff Mandalika, b,c. Foto Litologi Tuff Mandalika, d. Foto urat
Kuarsa pada Tuff

Gambar 2.8. a,b,c. Foto Singkapan Lava Mandalika, d. Foto Litologi Lava Mandalika yang telah
teralterasi

12
Gambar 2.9. a. Foto Singkapan Dorit Puyung, b. Foto Litologi Dorit Puyung

Gambar 2.10. a. Foto Singkapan Andesit Karanganyar, b,c. Foto Singkapan Andesit Karanganyar
(close up), d. Foto Litologi Andesit Karanganyar

13
Gambar 2.11. a. Foto Singkapan Basal Tenggaran, b. Foto struktur kekar kolom Basal
Tenggaran, c. Foto kuarsa pada tubuh intrusi, d. Foto Basal yang telah mengalami oksidasi

Gambar 2.12. a,b. Foto Singkapan Endapan Alluvial

14
Gambar 2.13. Struktur Geologi Daerah Telitian

Gambar 2.14. Peta Alterasi Daerah Telitian

15
Gambar 2.15. Pemodelan zona alterasi daerah penelitian di sebandingkan dengan model
endapan porfiri tembaga oleh Lowell dan Guilbert (1970)

Gambar 2.16. Peta 2D Zonasi Respon Batuan Terhadap Air Tanah

16
Gambar 2.17 Peta 3D Zonasi Respon Batuan Terhadap Air Tanah

17

Anda mungkin juga menyukai