PEMBORAN
PROPOSAL PENELITIAN
OLEH :
NPM : 07381611013
2018
HALAMAN PENGESAHAN
OLEH :
NPM : 07381611013
DISETUJUI
TIM PEMBIMBING
PEMBIMBING I PEMBIMBING II
MENGETAHUI
NIP. : ………………...
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga pada kesempatan ini saya
dapat menyelesaikan proposal penelitian dan untuk penyusunan skripsi nanti dengan
baik.
Dalam mengerjakan penelitian ini tidak terlepas dari arahan dan bimbingan
dari semua pihak terutama Pembimbing I dan Pembimbing II, begitu pula pihak
perusahaan tempat dilakukannya penelitian, teman-teman Pertambangan ITB, para
responden dan semua orang yang turut membantu saya dalam penyelesaian proposal
ini, untuk itu pada kesempatan yang berbahagia ini saya mengucapkan terima kasih
yang setinggi-tingginya Kepada Yang Terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. Husen Alting, SH.MH., selaku Rektor Universitas
Khairun
2.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bahan galian adalah semua bahan atau substansi yang terjadi dengan sendirinya
di alam dan sangat dibutuhkan oleh manusia untuk keperluan industrinya. Bahan
tersebut dapat berupa logam maupun non logam dan dapat berupa bahan tunggal
ataupun berupa campuran lebih dari satu bahan. Dewasa ini penggunaan logam nikel
diberbagai sektor industri di dunia semakin meningkat, bagi Indonesia nikel
merupakan salah satu komoditi tambang yang utama hingga saat ini masih menjadi
komoditi penghasil devisa cukup besar bagi Negara, sehingga nikel laterit merupakan
cadangan yang strategis, khususnya bagi Negara kiata yang mempunyai cadangan
nikel laterit yang cukup besar untuk dapat memberikan konstribusi memasok
kebutuhan nickel di dunia. (Nickel Laterit, PT. Antam Tbk. Unit Gamin, 2003).
Oleh karena itu kegiatan eksplorasi merupakan suatu kegiatan penting yang
harus di lakukan sebelum suatu usaha pertambangan di laksanakan. Hasil dari
kegiatan eksplorasi itu harus dapat memberikan informasi yang lengkap dan akurat
mengenai sumber daya mineral/bahan galian maupuan kondisi geologi yang ada,
agar upaya kelayakan untuk pembukaan usaha pertambangan yang di maksud dapat
di lakukan dengan teliti dan benar (akurat). Pemboran adalah pembuatan lubang
eksplorasi yang daimeternya relative kecil bila di bandingkan dengan kedalamannya.
Pemboran ini biasanya di lakukan pada batuan atau formasi batuan dalam rangka
pengumpulan data informasi dan pengambilan conto (sample).
2. Konsentrat dulang
A. IDENTIFIKASI MASALAH
Adapun masalah-masalah yang diidentifikasi antara lain yaitu :
1. Pengumpulan data, karena sumber data yang diambil oleh penulis dari
internet, tidak langsung dilokasi pertambangan itu sendiri.
2. Analisis data, karena data-data yang diperoleh di analisis berdasarkan
pemikiranpenulis yang bersumber dari internet.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini yaitu sebagai berikut :
1. Tahapan-tahapan dalam preparasi sampel.
2. Peralatan yang digunakan pada kegiatan preparasi sampel
3. Hasil akhir (produk) dari preparasi sampel.
C. BATASAN MASALAH
Adapun dalam kegiatan kerja praktek ini, penulis membatasi masalah pada
kegiatan preparasi sampel endapan nikel laterit hasil pemboran eksplorasi di PT.
Weda Bay Nickel.
D. TUJUAN PENELITIAN
F. MANFAAT PENELITIAN
BAB II
TINJAUAN UMUM
C. KONDISI GEOGRAFI
Topografi dan Morfologi
Secara umum ciri khas yang menonjol pada lokasi penelitian adalah Topografi
yang landai dan ditandai dengan kemiringan lereng yang sangat curam dengan
kemiringan lereng yang berkisar ± 35° – 45°. Daerah dataran hanya ditemukan pada
beberapa tempat disepanjng daerah pesisir pantai.
Sumber : PT.Weda Bay Nickel
Kondisi morfologi daerah penelitian, merupakan daerah perbukitan yang
berlereng curam dengan ketingian mencapai ± 400 – 500 meter diatas permukaan
laut. Pada tiap daerah perbukitan terlihat adanya pungungan utama yang kemudian di
batasi oleh lembah hingga lereng dengan kedalaman yang sangat berfariasi dan
daerah ini dicirikan oleh batuan ultra basa yang menjadi penyusun utama dari daerah
ini.
Vegetasi Daerah Penelitian
Vegetasi yang ada pada daerah ini sama halnya dengan daerah sekitarnya dapat
dibedakan secara vertikal terdiri dari vegetasi bakau, vegetasi hutan pantai, dan
vegetasi hutan pegunungan. Vegetasi hutan pantai menempati hampir seluruh garis
pantai daerah PT. Weda Bay Nickel dan sekitarnya. Vegetasi yang ada merupakan
asosiasi yang terdiri dari pohon kelapa, pohon ketapang, dan pohon nyamplung.
Tumbuhan bawah yang terdiri dari tanaman pandan, rumput-rumputan, alang-alang
dan sejenis liana berdaun lebar. Sedangkan vegetasi hutan pegunungan disusun oleh
sebagian vegetasi yang hampir sama dikepulauan Halmahera dan sekitarnya. Pada
bagian punggung, vegetasi yang ada merupakan asosiasi jenis-jenis berdaun jarum
seperti cemara, pinus irian, damar, dan hanya sebagian kecil tumbuhan berdaun lebar.
Iklim dan Curah Hujan
Keadaan iklim daerah Santa Monica, PT. Weda Bay Nickel pada dasarnya sama
dengan keadaan iklim Indonesia pada umumnya dan daerah-daerah di Wilayah
Propinsi khususnya, yaitu daerah yang beriklim tropis dengan curah hujan dari tahun
2008-2010, rata-rata 307,3 mm/tahun. Musim yang berlangsung setiap tahun
dipengaruhi oleh keadaan angin yaitu musim utara dan musim selatan diselingi oleh
musim pancaroba yang merupakan masa transisi antara kedua musim tersebut.
D. Kondisi Geologi
Geologi Regional Pulau Halmahera
Pulau Halmahera didominasi oleh batuan vulkanik dimana berjalannya waktu
menjadi lingkungan batuan tertua, dibagian selatan tersingkap di pulau Bacan juga
pulau Obi dan sekitarnya yaitu batuan metamorf skis kristalin berumur jura. Wilayah
ini merupakan busur kepulauan sejak akhir paleogen, dimana batuan vulkanik
berumur akhir dengan batuan klastik sedimen karbonat yang diperkirakan merupakan
aktivitas vulkanik pada lingkungan laut. (Pushehsrosvky, 1973).
Mandala tektonik Halmahera Timur (Gag, Gebe, Weda, dan Waigeo) dicirikan
dengan batuan ultra basa, sedangkan Halmahera Barat (Morotai, Bacan dan Obi) oleh
batuan gunung api. Zona perbatasan antara kedua mandala tersebut terisi oleh batuan
formasi weda yang sangat terlipat dan tersesarkan, disebut garis meridian. Struktur
lipatan berupa sinklin dan antiklin terlihat jelas pada formasi Weda berumur miosen
tengah-pliosen awal. Sumbu lipatan berarah utara-selatan, timur laut-barat daya dan
barat laut tenggara. Struktur sesar terdiri dari sesar normal dan sesar naik, umumnya
berarah utara-selatan dan barat laut-tenggara. (Silitonga, 1985).
Kegiatan tektonik kemungkinan dimulai pada kapur dan awal tersier, dicirikan
oleh adanya komponen batu lempung berumur kapur dan batuan ultra basa didalam
konglomerat yang membentuk formasi dorosagu. (Silitonga, 1985). Akibat dari
perkembangan tektonik tersebut, maka Maluku Utara dan (Pulau Halmahera dan
pulau-pulau sekitarnya) dikelompokkan menjadi tiga wilayah tektonik (R. Sukamto
dkk, 1980 ; R. Sokamto dan Suhanda, 1977). Masing-masing wilayah ini berbeda
dari segi fisiografi, kelompok batuan yang membentuknya, stratigrafi struktur dan
perkembangan tektonik.
Litologi endapan nikel didaerah ini hampir seluruhnya berasal dari pelapukan
batuan ultra basa yang lebih dikenal dengan sebutan endapan bijih nikel laterit :
harzburgit merupakan batuan asal penghasil nikel tersebut, secara umum disusun
oleh mineral-mineral olivine dan ortopiroksine. Olivine itu sendiri mengandung nikel
dalam jumlah kecil ± 0,25%, kemudian mengalami pengayaan hingga mencapai
kadar bijih tertentu. Proses pelapukan pada batuan ultra mafik tersebut antara lain
oleh pensesaran, perlipatan, dan pengkekaran yang terjadi dalam waktu yang cukup
lama dan berulang-ulang sehingga mineral penyusunnya mengalami desintegrasi dan
dekomposisi.
Stratigrafi daerah Weda project disusun oleh beberapa batuan diantaranya adalah
batuan ultra basa dan batuan sediment kapur :
Dunit umumnya berwarna hijau tua franerik, granular eahedral dalam keadaan
segar, dan mengandung olivine > 90% dan piroksin. Harzburgit : berwarna hijau
tua, fanerik sedang, granular subhedral mengandung piroksin dan olivine.
Berupa batu gamping berwarna putih kelabu dan merah, berbutir halus-sedang,
mengandung banyak fosil dan plankton, menunjukkan umur kapur akhir dengan
pengendapan laut dalam.
BAB III
LANDASAN TEORI
a. Membuka/mengeluarkan core
1. Buka dengan menggunakan kunci innertubebagian head dan core lifter case
2. Pastikan dop terpasang
3. Sambungan bagian yang ada dopnya(posisi head) dengan joinke pompa air
4. Berikan tekanan pompa secara perlahan sehingga split innertubeterdorong
keluar
5. Pada splitmulai terdorong oleh tekanan pompa, pegang split tersebut jangan
sampai jatuh
6. Setelah core di keluarkan, bersihkan split, innertube, core lifter
7. Pasang core lifter case, lumuri split dengan pelumas dan masukan kedalam
innertube dengan didorong, pasang dop, pasang head innertube, maka
innertube assay siap di pergunakan.
b. Menyimpan Core
Core recovery, kemajuan dan kedalaman bor dihitung dan di catat pada form
laporan, ini penting di karenakan kualitas product pengeboran adalah besarnya core
recovery yang dihasilkan (max 100%).
Prinsip menghitung core recovery:
1. Pengukuran panjang core sebaiknya dalam split tube/innertube.
2. Kemajuan bor adalah kedalaman akhir dikurangi kedalaman awal.
Preparasi Sampel
Pengertian Preparasi Sampel
Preparasi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam mempersiapkan
contohuntuk dianalisis, yang metodenya disesuaikan dengan keadaan contohdan
kepentingan. Berdasarkan keadaan contohnya, terdapat 2 jenis preparasi :
sebagai berikut :
1. Pengeringan
2. Penumbukan
Penumbukan hanya dilakukan terhadap contohberupa sedimen dan batuan
padat untuk mendapatkan butiran mineral dan fragmen batuan yang halus,
tanpa merusak bentuk aslinya.
3. Penimbangan
Contohyang sudah kering ditimbang dan dicatat dalam formulir analisis.
4. Pembagian
Pembagian contoh (cone quartering/splitting)dilakukan apabila berat contoh
yang diterima melebihi kebutuhan (> 1000 gram).
5. Pengayakan
Pengayakan dilakukan untuk mendapatkan mineral berdasarkan perbedaan
ukuran besar butirnya. Sehingga diperoleh 6 fraksi butiran berukuran lebih
besar dari 2 mm, 1 mm, 1/2 mm, 1/4 mm, 1/8 mm, dan lebih kecil dari 1/8
mm.
6. Penghitungan komposisi fraksi
Pengertian Sampling
Sampling atau pengambilan sampel/contohadalah tahap awal dari suatu analisis, oleh
karena itu pengambilan contohini dipilih seperlunya saja tetapi representatif.
Pengambilan contoh merupakan pekerjaan pengambilan sebagian kecil dari material,
sedemikian rupa sehingga contohmewakili sifat seluruh material tersebut. Didalam
melakukan pengambilan, lebih baik mengambil contohbeberapa kali dengan jumlah
kecil daripada mengambil contohhanya sekali dengan jumlah yang banyak.
Menurut Japannese Industrial Standard M.8105-1966, rencana pengambilan
contohmeliputi
1. Ukuran Populasi
2. Increment
Adalah jumlah satuan mineral yang dikumpulkan dari populasi sebagai
bagian dari contoh yang diperoleh dengan sekali pengambilan contoh.
3. Bentuk dan ukuran material
Bentuk dan ukuran material akan menentukan cara pengambilan
sampel/setiap incrementnya. Keberhasilan analisis terhadap bahan galian
ditentukan berhasil tidaknya hasil sampling. Ada dua mekanisme sampling,
yaitu :
1. Hand sampling
Hand sampling adalah suatu cara pengambilan contoh yang dilakukan
dengan tangan. Cara ini sangat sederhana, sehingga hasilnya sangat
tergantung pada ketelitian operatornya. Cara pengambilan contoh secara
hand sampling ini ada beberapa macam yaitu :
a. Grab sampling
Grab sampling adalah cara pengambilan sampel yang paling sederhana. Cara
ini memerlukan ketelitian dari operatornya dan dilakukan apabila material
yang akan diambil benar-benar homogen (serba sama). Cara pengambilannya
dengan menggunakan sekop tangan dengan jumlah yang sama dan dalam
interval tertentu. Sampel yang diperoleh biasanya kurang representatif.
b. Shovel sampling
Shovel sampling adalah cara pengambilan sampel dengan menggunakan
shovel. Dengan cara ini mempunyai keuntungan antara lain adalah lebih
murah, waktu yang diperlukan sedikit, dan memerlukan tempat yang tidak
begitu luas. Syarat pengambilannya dengan metode ini adalah bahwa sampel
yang diambil tidak boleh lebih dari dua inci ukuran butirnya.
c. Stream sampling
Stream samplingadalah cara pengambilan contoh dengan menggunakan alat
yang disebut hand sampel cutter. Sampel yang diambil harus berupa pulp
basah dan diambil searah aliran yang ada pada stream tersebut.
d. Pipe sampling
Pipe sampling adalah suatu cara pengambilan sampel dengan menggunakan
alat pipa atau tabung dengan diameter ½ inchi, 1 inchi, 1,5 inchi. Bentuk dari
alat ini berupa pipa dengan ujung yang satu dibuat rinci dan ujung lainnya
dibuat untuk pegangan. Pipa tersebut terdiri dari dua buah pipa dimana yang
ada dibagian dalam berukuran lebih kecil, sehingga antara kedua pipa
tersebut terdapat celah untuk tempat sampel nantinya. Cara ini dipakai
apabila material yang akan diambil berupa material padat yang tidak terlalu
keras dan halus. Cara pengambilannya hanya dengan menekankan alat
tersebut pada material yang akan diambil dengan posisi tegak lurus,
kemudian pipa diputar kekanan dan kekiri kemudian diangkat.
e. Coning and Quartering
Cara ini merupakan cara yang tertua tetapi masih banyak digunakan dalam
laboratorium.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam cara ini adalah :
1. Dilakukan pencampuran (mixing)terhadap material yang akan diambil
sebagai contoh.
2. Diambil secukupnya dan dibuat bentuk kerucut (cone)
3. Kerucut tersebut ditekan hingga bagian atasnya rata membentuk kerucut
terpotong, kemudian dibagi menjadi empat bagian yang sama besarnya.
4. Seperempat bagian yang bersilangan diambil sebagai sampel untuk
dianalisa
2. Mechanical Sampling
Metode ini biasanya dipergunakan untuk mengambil contoh dalam jumlah
banyak dibandingkan dengan cara hand sampling. Disamping itu dengan cara
ini akan didapat hasil yang lebih representativedari pada “ Hand Sampling “.
Dari hasil pengambilan contoh baik dengan metode“Hand sampling “
maupun “mechanical sampling”, sebagai langkah selanjutnya adalah
melakukan pengalisaan. Contoh alat termasuk mechanical sampling adalah :
a. Riffle sampler
Alat ini bentuknya berupa persegi panjang dan pada bagian dalam dibagi
menjadi beberapa sekat yang arahnya saling berlawanan. Riffle-Riffleinilah
yang berfungsi sebagai pembagi contoh tersebut dengan harapan dapat
terbagi sama rata.
b. Vezin sampler
Alat ini pada bagian dalamnya dilengkapi dengan “revolting cutter”. Yaitu
pemotong yang dapat berputar pada porosnya sehingga akan membentuk
suatu area yang bulat/bundar sehingga diharapkan dapat memotong seluruh
alur dari bijih.
Analisa Ayak
Tujuan dari analisa ayak adalah:
1. Mengetahui kuantitas produksi suatu alat.
2. Mengetahui distribusi partikel pada ukuran tertentu.
3. Mengetahui “ Ratio of Concentration”
4. Mengetahui “Recovery”.
Dalam analisa ayak ini diperlukan peralatan yang menunjang antara lain adalah :
- Screen(ayakan)
- Timbangan
- Microscop
Standar ukuran yang dipakai dalam screen dapat dinyatakan dalam mesh maupun
dalam metric (mm). untuk ukuran dalam mesh maka makin besar angkanya berarti
makin halus material itu. Tetapi sebaliknya untuk metric (mm), semakin besar
angkanya maka akan semakin besar pula ukuran material itu. Untuk mesh disini yang
dimaksud adalah bahwa dalam satu inchi persegi screen terdapat lubang sebanyak
sekian lubang, tergantung numeriknya, misalnya 20 mesh berarti dalam satu inchi
persegi terdapat 20 lubang. Jadi dalam mesh ini bukan menunjukkan besarnya
diameter dari partikel, tetapi menunjukkan berapa banyaknya lubang pada screen
setiap inchi persegi.
Pelolosan material dalam pengayakan dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain
adalah :
b. Ukuran bukaan
c. Sifat lainnya dari feed : seperti berat jenis, kandungan air, dan temperature.
c. Kecepatan feed
Nikel Laterit
Batuan induk bijih nikel adalah batuan peridotit. Menurut Vinogradov batuan
ultra basa rata-rata mempunyai kandungan nikel sebesar 0,2 %. Unsur nikel tersebut
terdapat dalam kisi-kisi Kristal mineral olivin dan piroksin, sebagai hasil substitusi
terhadap atom Fe dan Mg. Proses terjadinya substitusi antara Ni, Fe dan Mg dapat
diterangkan karena radius ion dan muatan ion yang hamper bersamaan diantara
unsur-unsur tersebut. Proses serpentinisasi yang terjadi pada batuan peridotit akibat
pengaruh larutan hydrothermal, akan merubah batuan peridotit menjadi batuan
serpentinit atau batuan serpentinit peroditit. Sedangkan proses kimia dan fisika dari
udara, air serta pergantian panas dingin yang bekerja kontinu, menyebabkan
disintegrasi dan dekomposisi pada batuan induk.Pada pelapukan kimia khususnya,
air tanah yang kaya akan CO2berasal dari udara dan pembusukan tumbuh-tumbuhan
menguraikan mineral-mineral yang tidak stabil (olivin dan piroksin) pada batuan
ultra basa, menghasilkan Mg, Fe, Ni yang larut; Si cenderung membentuk koloid dari
partikel-partikel silika yang sangat halus. Didalam larutan, Fe teroksidasi dan
mengendap sebagai ferri-hydroksida, akhirnya membentuk mineral-mineral seperti
geothit, limonit, dan haematit dekat permukaan. Bersama mineral-mineral ini selalu
ikut serta unsur cobalt dalam jumlah kecil.Larutan yang mengandung Mg, Ni, dan Si
terus menerus kebawah selama larutannya bersifat asam, hingga pada suatu kondisi
dimana suasana cukup netral akibat adanya kontak dengan tanah dan batuan, maka
ada kecenderungan untuk membentuk endapan hydrosilikat. Nikel yang terkandung
dalam rantai silikat atau hydrosilikat dengan komposisi yang mungkin bervariasi
tersebut akan mengendap pada celah-celah atau rekahan-rekahan yang dikenal
dengan urat-urat garnierit dan krisopras. Sedangkan larutan residunya akan
membentuk suatu senyawa yang disebut saprolit yang berwarna coklat kuning
kemerahan. Unsur-unsur lainnya seperti Ca dan Mg yang terlarut sebagai bikarbonat
akan terbawa kebawah sampai batas pelapukan dan akan diendapkan sebagai
dolomit, magnesit yang biasa mengisi celah-celah atau rekahan-rekahan pada batuan
induk. Dilapangan urat-urat ini dikenal sebagai batas petunjuk antara zona pelapukan
dengan zona batuan segar yang disebut dengan akar pelapukan (Root of weathering).
1. Batuan Asal
Adanya batuan asal merupakan syarat utama untuk terbentuknya endapan
nikel laterit, macam batuan asalnya adalah batuan ultra basa. Dalam hal ini
pada batuan ultra basa tersebut: – terdapat elemen Ni yang paling banyak
diantara batuan lainnya – mempunyai mineral-mineral yang paling mudah
lapuk atau tidak stabil, seperti olivin dan piroksin – mempunyai komponen-
komponen yang mudah larut dan memberikan lingkungan pengendapan yang
baik untuk nikel.
2. Iklim
Adanya pergantian musim kemarau dan musim penghujan dimana terjadi
kenaikan dan penurunan permukaan air tanah juga dapat menyebabkan
terjadinya proses pemisahan dan akumulasi unsur-unsur. Perbedaan
temperatur yang cukup besar akan membantu terjadinya
pelapukan mekanis, dimana akan terjadi rekahan-rekahan dalam batuan yang
akan mempermudah proses atau reaksi kimia pada batuan.
3. Reagen-reagen Kimia dan Vegetasi
Yang dimaksud dengan reagen-reagen kimia adalah unsur-unsur dan
senyawa-senyawa yang membantu mempercepat proses pelapukan. Air tanah
yang mengandung CO² memegang peranan penting didalam proses pelapukan
kimia. Asam-asam humus menyebabkan dekomposisi batuan dan dapat
merubah ph larutan. Asam-asam humus ini erat kaitannya dengan vegetasi
daerah. Dalam hal ini, vegetasi akan mengakibatkan:
1. Penetrasi air dapat lebih dalam dan lebih mudah dengan mengikuti
jalur akar pohon-pohonan
2. Akumulasi air hujan akan lebih banyak
3. Humus akan lebih tebal.
Keadaan ini merupakan suatu petunjuk, dimana hutannya lebat pada
lingkungan yang baik akan terdapat endapan nikel yang lebih tebal dengan
kadar yang lebih tinggi. Selain itu, vegetasi dapat berfungsi untuk menjaga
hasil pelapukan terhadap erosi mekanis.
4. Struktur
Struktur yang sangat dominan yang terdapat didaerah Polamaa ini adalah
struktur kekar (joint) dibandingkan terhadap struktur patahannya. Seperti
diketahui, batuan beku mempunyai porositas dan permeabilitas yang kecil
sekali sehingga penetrasi air sangat sulit, maka dengan adanya rekahan-
rekahan tersebut akan lebih memudahkan masuknya air dan berarti proses
pelapukan akan lebih intensif.
5. Topografi
Keadaan topografi setempat akan sangat mempengaruhi sirkulasi air beserta
reagen-reagen lain. Untuk daerah yang landai, maka air akan bergerak
perlahan-lahan sehingga akan mempunyai kesempatan untuk mengadakan
penetrasi lebih dalam melalui rekahan-rekahan atau pori-pori batuan.
Akumulasi andapan umumnya terdapat pada daerah-daerah yang landai
sampai kemiringan sedang, hal ini menerangkan bahwa ketebalan pelapukan
mengikuti bentuk topografi. Pada daerah yang curam, secara teoritis, jumlah
air yang meluncur (run off)lebih banyak daripada air yang meresap ini dapat
menyebabkan pelapukan kurang intensif.
6. Waktu
Waktu yang cukup lama akan mengakibatkan pelapukan yang cukup intensif
karena akumulasi unsur nikel cukup tinggi.
Profil endapan nikel laterit keseluruhan terdiri dari 4 zona gradsi sebagai berikut:
1. Iron Capping
Berwarna merah tua, merupakan kumpulan massa goethite dan limonite. Iron
capping mempunyai kadar besi yang tinggi tapi kadar nikel yang rendah. Terkadang
terdapat mineral-mineral hematite, chromiferous.
2. Limonite Layer
Berwarna merah coklat atau kuning, lapisan kaya besi dari limonit soil menyelimuti
seluruh area.Lapisan ini tipis pada daerah yang terjal, dan sempat hilang karena erosi.
Sebagian dari nikel pada zona ini hadir di dalam mineral manganese oxide,
lithiophorite. Terkadang terdapat mineral talc, tremolite, chromiferous, quartz,
gibsite, maghemite.
3. Silika Boxwork
Berwarna putih – orange chert, quartz, mengisi sepanjang fractured dan sebagian
menggantikan zona terluar dari unserpentine fragmen peridotite, sebagian
mengawetkan struktur dan tekstur dari batuan asal. Terkadang terdapat mineral opal,
magnesite. Akumulasi dari garnierite-pimelite di dalam boxwork mungkin berasal
dari nikel ore yang kaya silika. Zona boxwork jarang terdapat pada bedrockyang
serpentinized.
4. Saprolite
Merupakan campuran dari sisa-sisa batuan, butiran halus limonite, saprolitic rims,
vein dari endapan garnierite, nickeliferous quartz, mangan dan pada beberapa kasus
terdapat silika boxwork, bentukan dari suatu zona transisi dari limonite kebedrock.
Terkadang terdapat mineral quartz yang mengisi rekahan, mineral-mineral primer
yang terlapukkan, chlorite. Garnierite di lapangan biasanya diidentifikasi sebagai
kolloidal talc dengan lebih atau kurang nickeliferous serpentin. Struktur dan tekstur
batuan asal masih terlihat.
5. Bedrock
Merupakan bagian terbawah dari profil laterit. Tersusun atas bongkah yang lebih
besar dari 75 cm dan blok peridotit (batuan dasar) dan secara umum sudah tidak
mengandung mineral ekonomis (kadar logam sudah mendekati atau sama dengan
batuan dasar). Zona ini terfrakturisasi kuat, kadang membuka, terisi oleh mineral
garnierite dan silika. Frakturisasi ini diperkirakan menjadi penyebab adanya root
zone yaitu zona high grade Ni, akan tetapi posisinya tersembunyi.