Anda di halaman 1dari 24

STUDY PREPARASI SAMPEL ENDAPAN NIKEL LATERIT HASIL

PEMBORAN

EKSPLORASI PADA PT. WEDA BAY NICKEL KECAMATAN WEDA


TENGAH

KABUPATEN HALMAHERA TENGAH PROVINSI MALUKU UTARA

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan sebagai syarat untuk melaksanakan penelitian Tugas Akhir


Sarjanapada Program Studi Teknik Pertambangan
Universitas Khairun Ternate

OLEH :

AMILIAH RIZQI SAFITRI

NPM : 07381611013

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN

2018
HALAMAN PENGESAHAN

STUDY PREPARASI SAMPEL ENDAPAN NIKEL LATERIT


HASIL PEMBORANEKSPLORASI PADA
PT. WEDA BAY NICKEL KECAMATAN WEDA TENGAH
KABUPATEN HALMAHERA TENGAH PROVINSI MALUKU UTARA

OLEH :

AMILIAH RIZQI SAFITRI

NPM : 07381611013

Program Studi Teknik Pertambangan

Fakultas Teknik Universitas Khairun

Ternate, 27 April 2018

DISETUJUI

TIM PEMBIMBING

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

Nurany Lukman, ST.,MT. Ir. Ruslan M. Umar.,MT.


NIDN. : 1215027801 NIDN. : …………........

MENGETAHUI

KETUA PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN

Arbi Haya, ST. M.Eng

NIP. : ………………...
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga pada kesempatan ini saya
dapat menyelesaikan proposal penelitian dan untuk penyusunan skripsi nanti dengan
baik.
Dalam mengerjakan penelitian ini tidak terlepas dari arahan dan bimbingan
dari semua pihak terutama Pembimbing I dan Pembimbing II, begitu pula pihak
perusahaan tempat dilakukannya penelitian, teman-teman Pertambangan ITB, para
responden dan semua orang yang turut membantu saya dalam penyelesaian proposal
ini, untuk itu pada kesempatan yang berbahagia ini saya mengucapkan terima kasih
yang setinggi-tingginya Kepada Yang Terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. Husen Alting, SH.MH., selaku Rektor Universitas
Khairun
2.
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Bahan galian adalah semua bahan atau substansi yang terjadi dengan sendirinya
di alam dan sangat dibutuhkan oleh manusia untuk keperluan industrinya. Bahan
tersebut dapat berupa logam maupun non logam dan dapat berupa bahan tunggal
ataupun berupa campuran lebih dari satu bahan. Dewasa ini penggunaan logam nikel
diberbagai sektor industri di dunia semakin meningkat, bagi Indonesia nikel
merupakan salah satu komoditi tambang yang utama hingga saat ini masih menjadi
komoditi penghasil devisa cukup besar bagi Negara, sehingga nikel laterit merupakan
cadangan yang strategis, khususnya bagi Negara kiata yang mempunyai cadangan
nikel laterit yang cukup besar untuk dapat memberikan konstribusi memasok
kebutuhan nickel di dunia. (Nickel Laterit, PT. Antam Tbk. Unit Gamin, 2003).

Oleh karena itu kegiatan eksplorasi merupakan suatu kegiatan penting yang
harus di lakukan sebelum suatu usaha pertambangan di laksanakan. Hasil dari
kegiatan eksplorasi itu harus dapat memberikan informasi yang lengkap dan akurat
mengenai sumber daya mineral/bahan galian maupuan kondisi geologi yang ada,
agar upaya kelayakan untuk pembukaan usaha pertambangan yang di maksud dapat
di lakukan dengan teliti dan benar (akurat). Pemboran adalah pembuatan lubang
eksplorasi yang daimeternya relative kecil bila di bandingkan dengan kedalamannya.
Pemboran ini biasanya di lakukan pada batuan atau formasi batuan dalam rangka
pengumpulan data informasi dan pengambilan conto (sample).

Preparasi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam mempersiapkan


contohuntuk dianalisis, yang metodenya disesuaikan dengan keadaan contohdan
kepentingan. Berdasarkan keadaan contohnya, terdapat 2 jenis preparasi:

1. Contoh ruah (bulk samples)


Preparasinya meliputi pengeringan, penimbangan (pengukuran volume),
pencucian, pendulangan, pengeringan, pengayakan, pemagnetan, dan penimbangan
masing-masing fraksi.

2. Konsentrat dulang

Prinsip preparasinya adalah pemisahan mineral berdasarkan sifat kemagnetan


(magnetic separation).

Tingkat kepastian dari penyebaran endapan, jumlah cadangan serta kualitas


cadangan merupakan dasar dalam perencanaan aktivitas pada industri pertambangan,
sehingga peranan kegiatan eksplorasi menjadi hal yang sangat penting sebagai
langkah awal dari seluruh rangkaian pekerjaan dalam industri pertambangan. Pada
tahun 2007, terjadi peningkatan permintaan pasar terhadap bijih nikel. Tingginya
permintaan terhadap bijih nikel ini datangnya dari pasar internasional seperti China,
India, Jepang dan Eropa Timur. Hal inilah yang melatar belakang salah satu
perusahan tambang swasta Indonesia yaitu PT. Weda Bay Nickel, melakukan
kegiatan eksplorasi terhadap endapan nikel laterit yang terdapat di Halmahera
Tengah, yang gunanya untuk memulai usahanya di bidang pertambangan. Saat ini
PT. Weda Bay Nickel masih dalam tahap eksplorasi dan kontruksi. Kegiatan
ekplorasi dilakukan untuk mengetahui bentuk penyebaran biji nikel dan kegiatan
kontruksi dilakukan dengan membangun perkantoran, perumahan staf dan karyawan,
jalan, laboratorium dan fasilitas penunjang kegiatan pertambangan yang lain,
kemudian dilanjutkan dengan pembanguan pabrik. Kegiatan eksplorasi lebih
difokuskan agar cepat terselesaikan dan dilanjutkan dengan kegiatan yang lain
seperti kontruksi dan penambangan.

A. IDENTIFIKASI MASALAH
Adapun masalah-masalah yang diidentifikasi antara lain yaitu :
1. Pengumpulan data, karena sumber data yang diambil oleh penulis dari
internet, tidak langsung dilokasi pertambangan itu sendiri.
2. Analisis data, karena data-data yang diperoleh di analisis berdasarkan
pemikiranpenulis yang bersumber dari internet.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini yaitu sebagai berikut :
1. Tahapan-tahapan dalam preparasi sampel.
2. Peralatan yang digunakan pada kegiatan preparasi sampel
3. Hasil akhir (produk) dari preparasi sampel.
C. BATASAN MASALAH

Adapun dalam kegiatan kerja praktek ini, penulis membatasi masalah pada
kegiatan preparasi sampel endapan nikel laterit hasil pemboran eksplorasi di PT.
Weda Bay Nickel.

D. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dalam melakukan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui tahapan-tahapan dalam kegiatan preparasi sampel


2. Untuk mengetahui peralatan apa saja yang digunakan dalam kegiatan
preparasi sampel
3. Untuk mengetahui seperti apa hasil akhir (produk) dari preparasi sampel.

F. MANFAAT PENELITIAN

Untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti khususnya tentang


kegiatan preparasi sample hasil pemboran eksplorasi nikel laterit, disamping itu
penelitian ini juga diharapkan dapat berguna bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang
akan melakukan penelitian dengan topik yang sama.

BAB II

TINJAUAN UMUM

A. SEJARAH SINGKAT PERUSAHAAN


PT. Weda Bay Nickel (PT. WBN) adalah perusahaan pertambangan yang
melakukan proyek eksplorasi nikel dan kobalt di pulau Halmahera, yang merupakan
perusahaan patungan antara ERAMET SA Perancis (90%) dan PT. Aneka Tambang
Tbk (ANTAM) (10%). Berdasarkan Keppres RI No. B53/PRESS/1/1998 tertanggal
19 Januari 1998, PT. WBN termasuk Kontrak Karya Generasi VII di Kabupaten
Halmahera Tengah dan Halmahera Timur Maluku Utara dengan kawasan Contract of
Work seluas 54.874 ha.
B. LOKASI DAN KESAMPAIAN DAERAH
Daerah Tanjung Ulie (Wilayah Kontrak Karya PT. Weda Bay Nickel) secara
administratif terletak di daerah kecamatan Weda, Kabupaten Halmahera Tengah
Provinsi Maluku Utara. Secara geografis wilayah Kontrak Karya PT. Weda Bay
Nickel, terletak pada titik koordinat 00° 35’ 44,3” Lintang Utara dan 128° 00’ 29,1”
Bujur Timur. Untuk mencapai lokasi penelitian dapat ditempuh dengan rute sebagai
berikut:
1. Ternate-Tanjung Ulie
Ternate-Tanjung Ulie, Menggunakan pesawat udara Merpati dengan waktu
tempuh ± 15 menit.
2. Ternate – Sofifi
Ternate – Sofifi, Dicapai dengan mengunakan transportasi laut (Speed Boat)
dengan waktu tempuh kurang lebih 45 menit.
3. Sofifi – Weda
Sofifi – Weda, Dicapai dengan mengunakan kendaraan roda empat dengan
waktu tempuh kurang lebih 4 jam.

4. Weda-Lelief (Tanjung Ulie)


Weda-Lelief (Tanjung Ulie), Menggunakan speed-boat atau long boat dengan
waktu tempuh ± 2 jam. Alternatif lain bisa dilalui dengan menggunakan
kendaraan roda dua ke Desa Kobe kemudian dilanjutkan ke Desa Lelief
(Tanjung Ulie) dengan waktu tempuh 30 menit. Luas areal eksplorasi yang
dikelola oleh PT. Weda Bay Nickel (WBN) adalah sebesar 54.000 Ha dengan
5 lokasi pertama oleh PT. Weda Bay Nickel adalah weda project, kemudian
Pinto, Boki Makot, Sake West, dan Uni-uni (Tarzan).

C. KONDISI GEOGRAFI
Topografi dan Morfologi
Secara umum ciri khas yang menonjol pada lokasi penelitian adalah Topografi
yang landai dan ditandai dengan kemiringan lereng yang sangat curam dengan
kemiringan lereng yang berkisar ± 35° – 45°. Daerah dataran hanya ditemukan pada
beberapa tempat disepanjng daerah pesisir pantai.
Sumber : PT.Weda Bay Nickel
Kondisi morfologi daerah penelitian, merupakan daerah perbukitan yang
berlereng curam dengan ketingian mencapai ± 400 – 500 meter diatas permukaan
laut. Pada tiap daerah perbukitan terlihat adanya pungungan utama yang kemudian di
batasi oleh lembah hingga lereng dengan kedalaman yang sangat berfariasi dan
daerah ini dicirikan oleh batuan ultra basa yang menjadi penyusun utama dari daerah
ini.
Vegetasi Daerah Penelitian
Vegetasi yang ada pada daerah ini sama halnya dengan daerah sekitarnya dapat
dibedakan secara vertikal terdiri dari vegetasi bakau, vegetasi hutan pantai, dan
vegetasi hutan pegunungan. Vegetasi hutan pantai menempati hampir seluruh garis
pantai daerah PT. Weda Bay Nickel dan sekitarnya. Vegetasi yang ada merupakan
asosiasi yang terdiri dari pohon kelapa, pohon ketapang, dan pohon nyamplung.
Tumbuhan bawah yang terdiri dari tanaman pandan, rumput-rumputan, alang-alang
dan sejenis liana berdaun lebar. Sedangkan vegetasi hutan pegunungan disusun oleh
sebagian vegetasi yang hampir sama dikepulauan Halmahera dan sekitarnya. Pada
bagian punggung, vegetasi yang ada merupakan asosiasi jenis-jenis berdaun jarum
seperti cemara, pinus irian, damar, dan hanya sebagian kecil tumbuhan berdaun lebar.
Iklim dan Curah Hujan
Keadaan iklim daerah Santa Monica, PT. Weda Bay Nickel pada dasarnya sama
dengan keadaan iklim Indonesia pada umumnya dan daerah-daerah di Wilayah
Propinsi khususnya, yaitu daerah yang beriklim tropis dengan curah hujan dari tahun
2008-2010, rata-rata 307,3 mm/tahun. Musim yang berlangsung setiap tahun
dipengaruhi oleh keadaan angin yaitu musim utara dan musim selatan diselingi oleh
musim pancaroba yang merupakan masa transisi antara kedua musim tersebut.

TABEL 2.1 CURAH HUJAN TAHUN 2008 – 2010

WBN – RAINFALL DATA at Bukit Limber (mm) Average


Month/Year 2008 2009 2010 2008-2010
Januari 181,4 307,2 342,4 277,0
Februari 318,4 428 337,4 361,3
Maret 144,6 227 300 223,9
April 408,8 308 427,2 381,3
Mei 398,6 298,4 422,8 373,3
Juni 500,4 383,4 310,4 398,1
Juli 588,4 110 409,8 369,4
Agustus 336,3 353,2 355,1 348,2
September 216 22,2 208,2 148,8
Oktober 324 110,8 178 204.3
November 226,2 281 - 253,3
Desember 433,8 205,6 - 319,7
Total Rainfall (mm) 4076,9 3034,8 3291,3 3467,7
Max Monthly Rainfall 588,4 428,0 427,2 481,2
Average 339,7 252,9 329,1 307,3
Raindays (>0,2mm) 268 222 222 237,3

Sumber : (PT. Weda Bay Nickel 2010)

D. Kondisi Geologi
Geologi Regional Pulau Halmahera
Pulau Halmahera didominasi oleh batuan vulkanik dimana berjalannya waktu
menjadi lingkungan batuan tertua, dibagian selatan tersingkap di pulau Bacan juga
pulau Obi dan sekitarnya yaitu batuan metamorf skis kristalin berumur jura. Wilayah
ini merupakan busur kepulauan sejak akhir paleogen, dimana batuan vulkanik
berumur akhir dengan batuan klastik sedimen karbonat yang diperkirakan merupakan
aktivitas vulkanik pada lingkungan laut. (Pushehsrosvky, 1973).

Mandala tektonik Halmahera Timur (Gag, Gebe, Weda, dan Waigeo) dicirikan
dengan batuan ultra basa, sedangkan Halmahera Barat (Morotai, Bacan dan Obi) oleh
batuan gunung api. Zona perbatasan antara kedua mandala tersebut terisi oleh batuan
formasi weda yang sangat terlipat dan tersesarkan, disebut garis meridian. Struktur
lipatan berupa sinklin dan antiklin terlihat jelas pada formasi Weda berumur miosen
tengah-pliosen awal. Sumbu lipatan berarah utara-selatan, timur laut-barat daya dan
barat laut tenggara. Struktur sesar terdiri dari sesar normal dan sesar naik, umumnya
berarah utara-selatan dan barat laut-tenggara. (Silitonga, 1985).

Kegiatan tektonik kemungkinan dimulai pada kapur dan awal tersier, dicirikan
oleh adanya komponen batu lempung berumur kapur dan batuan ultra basa didalam
konglomerat yang membentuk formasi dorosagu. (Silitonga, 1985). Akibat dari
perkembangan tektonik tersebut, maka Maluku Utara dan (Pulau Halmahera dan
pulau-pulau sekitarnya) dikelompokkan menjadi tiga wilayah tektonik (R. Sukamto
dkk, 1980 ; R. Sokamto dan Suhanda, 1977). Masing-masing wilayah ini berbeda
dari segi fisiografi, kelompok batuan yang membentuknya, stratigrafi struktur dan
perkembangan tektonik.

Kab. Halmahera Tengah


• Mandala Geologi Halmahera Timur, batuan tertua daerah ini dibentuk oleh
Satuan batuan ultra basa yang sebarannya cukup luas dan satuan batuan beku
basa, serta satuan batuan beku intermediate yang mengintrusi kedua satuan
batuan sebelumnya.
• Satuan Batuan Ultra Basaterdiri dari serpentinit, piroksenit dan dunit, umumnya
berwarna hitam atau hitam kehijauan, getas, terbreksikan, mengandung asbes
dan garnerit. Pada satuan ini teramati batuan metasedimen dan rijang, posisinya
diantara sesardalam batuan ultra basa.Satuan batuan ini oleh Bessho,
1994,dinamakan Formasi Watileo (Watileo Series), hubungannya dengan satuan
batuan yang lebih muda berupa bidang ketidakselarasan atau bidang sesar naik.
• Satuan Batuan Beku Basa, terdiri dari gabro piroksen, gabro hornblende dan
gabro olivine, tersingkap di dalam komplek Satuan Batuan Ultra Basa dan ini
dinamakan Seri Wato-wato( Bessho,1944)
• Satuan Batuan Intermediate,terdiri dari batuan diorit kuarsa dan diorit
hornblende, tersingkap juga dalam komplek batuan ultra basa. Selain itu teramati
sejumlah retas andesit dan diorit yang tidak terpetakan di daerah Formasi Bacan.
• Secara tidak selaras, batuan tertua ini ditutupi oleh Formasi Dodaga yang
tersusun oleh serpih berselingan dengan batugamping coklat muda dan sisipan
rijang yang berumur Kapur
• Satuan Batugamping, dengan batuan yang lebih tua (ultra basa) oleh
ketidakselarasan dandengan batuan yang lebih muda oleh sesar, tebal kurang
lebih 400 meter. Satuan ini berumur Paleosen – Eosen
• Formasi Dorosagu, terdiri dari batupasir berselingan dengan serpih merah dan
batugamping,. Hubungan dengan batuan yang lebih tua (ultra basa) berupa
ketidakselarasan dan sesar naik, tebal ± 250 meter. Formasi ini diduga berumur
Paleosen– Eosen.
• Satuan Konglomerat, tersusun oleh batuan konglomerat dengan sisipan
batupasir, batulempung dan batubara yang tebalnya lebih dari 500 meter. Satuan
ini berumur Kapur Atas.
• Formasi Bacan,tersusun oleh batuan gunungapi berupa lava, breksi, dan tufa
dengan sisipan konglomerat dan batupasir. Oleh adanya sisipan batupasir dapat
diketahui umur Formasi Bacan yaitu Oligosen – Miosen Bawah.
• Formasi Weda, terdiri dari batupasir berselingan dengan napal, tufa, konglomerat
dan batugamping. Formasi Tingteng. Formasi ini identik dengan Weda series
( Bessho, 1944 ). Formasi ini berumur Miosen Tengah – Awal Pliosen
• Satuan Konglomerat,berkomponen batuan ultra basa, basal, rijang, diorit, dan
batusabak tebal ± 100 meter, menutupi satuan batuan ultra basa secara tidak
selaras, diduga berumur Miosen Tengah – Awal Pliosen.
• Formasi Tingteng, tersusun oleh batugamping hablur dan batugamping pasiran
dengan sisipan napal dan batupasir, berumur Akhir Miosen – Awal Pliosen, tebal
± 600 meter.
• Formasi Kayasa,berupa batuan gunungapi terdiri dari breksi, lava dan tufa
diduga berumur Pliosen.
• Satuan Tufa, utamanya tufa batuapung berwarna putih dan kuning.

Geologi Lokal Daerah Penelitian

Mengenai adanya endapan nikel secara geologi dapat disebutkan bahwa


pelapukan batuan ultra basa membentuk lapisan laterit yang menghasilkan residual
serta pengkayaan nikel yang tidak mudah larut dan membentuk endapan nikel (Ni)
dan Magnesium (Mg) dalam bentuk garnierite (Ni Mg)3 SiO2Os (OH)4 pada lapisan
saprolit terbentuk pula mineral himatit (Fe2 O3 ) pada lapisan laterit. Singkapan
batuan ultra basa umumnya telah mengalami pelapukan berwarna kuning kecoklatan
berbentuk hitam atau abu-abu putih dengan warna kehijauan pada bagian tepi atau
pinggir. Tampak pula batuan ultra basa pada penelitian ini telah mengalami proses
serpentinisasi yang cukup kuat selain oleh keadaan morfologi. Pembentukan endapan
bijih nikel laterit brecia sangat banyak pula terpengaruh oleh tektonik lempeng.
Pelapukan batuan pada hakekatnya dipermudah karena adanya bagian yang lemah
seperti perakahan, retakan, sesar dan sebagiannya. Pada lapangan terlihat bahwa
banyak rekahan-rekahan kecil yang umumnya telah terisi oleh mineral-mineral
sekunder (silica dan magnetit).

Litologi endapan nikel didaerah ini hampir seluruhnya berasal dari pelapukan
batuan ultra basa yang lebih dikenal dengan sebutan endapan bijih nikel laterit :
harzburgit merupakan batuan asal penghasil nikel tersebut, secara umum disusun
oleh mineral-mineral olivine dan ortopiroksine. Olivine itu sendiri mengandung nikel
dalam jumlah kecil ± 0,25%, kemudian mengalami pengayaan hingga mencapai
kadar bijih tertentu. Proses pelapukan pada batuan ultra mafik tersebut antara lain
oleh pensesaran, perlipatan, dan pengkekaran yang terjadi dalam waktu yang cukup
lama dan berulang-ulang sehingga mineral penyusunnya mengalami desintegrasi dan
dekomposisi.

Stratigrafi daerah Weda project disusun oleh beberapa batuan diantaranya adalah
batuan ultra basa dan batuan sediment kapur :

 Batuan Ultra Basa :

Dunit umumnya berwarna hijau tua franerik, granular eahedral dalam keadaan
segar, dan mengandung olivine > 90% dan piroksin. Harzburgit : berwarna hijau
tua, fanerik sedang, granular subhedral mengandung piroksin dan olivine.

 Batuan sedimen kapur

Berupa batu gamping berwarna putih kelabu dan merah, berbutir halus-sedang,
mengandung banyak fosil dan plankton, menunjukkan umur kapur akhir dengan
pengendapan laut dalam.
BAB III

LANDASAN TEORI

Kegiatan Pemboran Eksplorasi


Pengertian Pemboran Eksplorasi
Eksplorasi adalah suatu aktivitas untuk mencari tahu keadaan suatu daerah,
ruang ataupun suatu areal yang sebelumnya tidak diketahui keberadaannya. Istilah
eksplorasi geologi yang dipergunakan adalah mencari tahu keberadaan suatu obyek
geologi yang pada umumnya berupa cebakan mineral.
Pemboran adalah pembuatan lubang eksplorasi yang daimeternya relative kecil
bila dibandingkan dengan kedalamannya. Pemboran ini biasanya di lakukan pada
batuan atau formasi batuan dalam rangka pengumpulan data informasi dan
pengambilan conto (sample).

Tujuan pemboran secara umum adalah :

1. Untuk mengetahui/mempelajari data/informasi geologi (batuan, stratigrafi,


struktur,
2. mineralisasi).
3. Eksplorasi mineral dan batubara
4. Kontrol pertambangan
5. Keperluan perhitungan cadangan
6. Penirisan tambang
7. Ventilasi tambang
8. Geoteknik
9. Untuk Persiapan eksploitasi bahan tambang
10. Sebagai sarana untuk eksplorasi dengan metode lain (geofisika)

11. Untuk peledakan.


Pelaksanaan pemboran sangat penting jika kegiatan yang di lakukan adalah untuk
menetukan zona mineralisasi dari permukaan sebaik mungkin, namun demikian
kegiatan pemboran dapat dihentikan jika telah dapat mengetahui gambaran geologi
permukaan dan mineralisasi bawah permukaan secara menyeluruh.

Mengeluarkan dan Menyimpan Core

a. Membuka/mengeluarkan core
1. Buka dengan menggunakan kunci innertubebagian head dan core lifter case
2. Pastikan dop terpasang
3. Sambungan bagian yang ada dopnya(posisi head) dengan joinke pompa air
4. Berikan tekanan pompa secara perlahan sehingga split innertubeterdorong
keluar
5. Pada splitmulai terdorong oleh tekanan pompa, pegang split tersebut jangan
sampai jatuh
6. Setelah core di keluarkan, bersihkan split, innertube, core lifter
7. Pasang core lifter case, lumuri split dengan pelumas dan masukan kedalam
innertube dengan didorong, pasang dop, pasang head innertube, maka
innertube assay siap di pergunakan.

b. Menyimpan Core

1. Siapkan core box


2. Belah split innertube tadi pada posisi datar
3. Ukur dan catat panjang core yang ada pada split innertube
4. Masukkan corepada core boxmulai dari bagian atas/head innertube (bagian
coreyang pertama masuk pada innertube)
5. Posisi coresearah
6. Tuliskan kedalaman bor (dari – sampai) pada core boxdengan posisi
kedalaman awal pada bagian core sebelah atas dan kedalaman yang di capai
pada posisi coresebelah bawah
7. Tuliskan pada bagian muka core box, nomor box, kode titik bor, size penginti,
dan tulis pada bagian samping kedalaman bor (dari – sampai) dimana box
penuh
8. Tiap boxterdiri dari lima alur penyimpanan coredengan panjang isi 1 meter
9. Simpan core box pada tempat yang aman.

Menghitung Kemajuan Bor dan Core Recovery

a. Menghitung kemajuan bor


1. Sambungan Dalam Spindel : Setelah bor di hentikan mata bor tetap pada
posisi bottom, Spindle posisikan ke nol, beri tanda. Angkat rangkaian
roods sampai sampai sambungan terlihat di atas spindle. Kunci roods
dengan chuck. Ukur dari batas tadi sampai sambungan, kurangi tinggi
spindle dengan hasil pengukuran, maka selisihnya adalah panjang roods
yang muncul di permukaan tanah, jumlah rangkaian rood dan core barrel
dikurangi selisih pengurangan tinggi spindle, maka hasilnya adalah
kedalaman bor. Untuk menjumlahkan rangakaian, rood yang belum
masuk kebawah permukaan tanah/casing tidak dihitung
2. Sambungan di bawah permukaan tanah/casing : Bor posisi netral, beri
tanda pada rood sejajar permukaan tanah atau casing, angkat rangakaian
sampai terlihat sambungan, ukur dari batas sampai sambungan. Hitung
rangkaian rod dan core barel (rod bagian atas di abaikan) dan jumlahkan
dengan panjang rod hasil pengukuran (pengukuran dari batas sampai
sambungan), maka hasilnya adalah kedalaman bor
3. Sambungan di bawah spindle, di atas permukaan tanah atau casing dalam
perhitungan kedalaman dengan mengabaikan rod bagian atas. Ukur dari
sambungan ke permukaan tanah/casing. Jumlah rangkaian roddan core
bareldi kurangi hasil pengukuran, itulah kedalaman bor.

b. Menghitung Core Recovery

Core recovery, kemajuan dan kedalaman bor dihitung dan di catat pada form
laporan, ini penting di karenakan kualitas product pengeboran adalah besarnya core
recovery yang dihasilkan (max 100%).
Prinsip menghitung core recovery:
1. Pengukuran panjang core sebaiknya dalam split tube/innertube.
2. Kemajuan bor adalah kedalaman akhir dikurangi kedalaman awal.
Preparasi Sampel
Pengertian Preparasi Sampel
Preparasi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam mempersiapkan
contohuntuk dianalisis, yang metodenya disesuaikan dengan keadaan contohdan
kepentingan. Berdasarkan keadaan contohnya, terdapat 2 jenis preparasi :

1. Contoh ruah (bulk samples)


Preparasinya meliputi pengeringan, penimbangan (pengukuran volume),
pencucian, pendulangan, pengeringan, pengayakan, pemagnetan, dan penimbangan
masing-masing fraksi.
2. Konsentrat dulang
Prinsip preparasinya adalah pemisahan mineral berdasarkan sifat kemagnetan
(magnetic separation).

Prosedur Preparasi Sampel

Sebelum dilakukan pengamatan dengan mikroskop, secara umum preparasi untuk


contoh adalah

sebagai berikut :

1. Pengeringan

Contoh yang diterima dalam keadaan basah dikeringkan terlebih dahulu di


udara terbuka atau

dalam oven dengan temperatur di bawah 100°C.

2. Penumbukan
Penumbukan hanya dilakukan terhadap contohberupa sedimen dan batuan
padat untuk mendapatkan butiran mineral dan fragmen batuan yang halus,
tanpa merusak bentuk aslinya.
3. Penimbangan
Contohyang sudah kering ditimbang dan dicatat dalam formulir analisis.
4. Pembagian
Pembagian contoh (cone quartering/splitting)dilakukan apabila berat contoh
yang diterima melebihi kebutuhan (> 1000 gram).
5. Pengayakan
Pengayakan dilakukan untuk mendapatkan mineral berdasarkan perbedaan
ukuran besar butirnya. Sehingga diperoleh 6 fraksi butiran berukuran lebih
besar dari 2 mm, 1 mm, 1/2 mm, 1/4 mm, 1/8 mm, dan lebih kecil dari 1/8
mm.
6. Penghitungan komposisi fraksi

Setiap fraksi dihitung persentasenya terhadap berat contoh asal.


Sampling dan Analisa Ayak

Pengertian Sampling
Sampling atau pengambilan sampel/contohadalah tahap awal dari suatu analisis, oleh
karena itu pengambilan contohini dipilih seperlunya saja tetapi representatif.
Pengambilan contoh merupakan pekerjaan pengambilan sebagian kecil dari material,
sedemikian rupa sehingga contohmewakili sifat seluruh material tersebut. Didalam
melakukan pengambilan, lebih baik mengambil contohbeberapa kali dengan jumlah
kecil daripada mengambil contohhanya sekali dengan jumlah yang banyak.
Menurut Japannese Industrial Standard M.8105-1966, rencana pengambilan
contohmeliputi

beberpa hal, diantaranya adalah :

1. Ukuran Populasi

Populasi adalah sekumpulan besar material yang akan diambil contohnya.


Besarnya populasi akan berpengaruh pada kuantitas atau jumlah contohyang harus
diambil. Semakin besar pengambilan dilakukan, maka semakin baik data yang
diperoleh, tetapi perlu diingat segi biaya, waktu, serta tenaga.

2. Increment
Adalah jumlah satuan mineral yang dikumpulkan dari populasi sebagai
bagian dari contoh yang diperoleh dengan sekali pengambilan contoh.
3. Bentuk dan ukuran material
Bentuk dan ukuran material akan menentukan cara pengambilan
sampel/setiap incrementnya. Keberhasilan analisis terhadap bahan galian
ditentukan berhasil tidaknya hasil sampling. Ada dua mekanisme sampling,
yaitu :
1. Hand sampling
Hand sampling adalah suatu cara pengambilan contoh yang dilakukan
dengan tangan. Cara ini sangat sederhana, sehingga hasilnya sangat
tergantung pada ketelitian operatornya. Cara pengambilan contoh secara
hand sampling ini ada beberapa macam yaitu :
a. Grab sampling
Grab sampling adalah cara pengambilan sampel yang paling sederhana. Cara
ini memerlukan ketelitian dari operatornya dan dilakukan apabila material
yang akan diambil benar-benar homogen (serba sama). Cara pengambilannya
dengan menggunakan sekop tangan dengan jumlah yang sama dan dalam
interval tertentu. Sampel yang diperoleh biasanya kurang representatif.
b. Shovel sampling
Shovel sampling adalah cara pengambilan sampel dengan menggunakan
shovel. Dengan cara ini mempunyai keuntungan antara lain adalah lebih
murah, waktu yang diperlukan sedikit, dan memerlukan tempat yang tidak
begitu luas. Syarat pengambilannya dengan metode ini adalah bahwa sampel
yang diambil tidak boleh lebih dari dua inci ukuran butirnya.
c. Stream sampling
Stream samplingadalah cara pengambilan contoh dengan menggunakan alat
yang disebut hand sampel cutter. Sampel yang diambil harus berupa pulp
basah dan diambil searah aliran yang ada pada stream tersebut.
d. Pipe sampling
Pipe sampling adalah suatu cara pengambilan sampel dengan menggunakan
alat pipa atau tabung dengan diameter ½ inchi, 1 inchi, 1,5 inchi. Bentuk dari
alat ini berupa pipa dengan ujung yang satu dibuat rinci dan ujung lainnya
dibuat untuk pegangan. Pipa tersebut terdiri dari dua buah pipa dimana yang
ada dibagian dalam berukuran lebih kecil, sehingga antara kedua pipa
tersebut terdapat celah untuk tempat sampel nantinya. Cara ini dipakai
apabila material yang akan diambil berupa material padat yang tidak terlalu
keras dan halus. Cara pengambilannya hanya dengan menekankan alat
tersebut pada material yang akan diambil dengan posisi tegak lurus,
kemudian pipa diputar kekanan dan kekiri kemudian diangkat.
e. Coning and Quartering
Cara ini merupakan cara yang tertua tetapi masih banyak digunakan dalam
laboratorium.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam cara ini adalah :
1. Dilakukan pencampuran (mixing)terhadap material yang akan diambil
sebagai contoh.
2. Diambil secukupnya dan dibuat bentuk kerucut (cone)
3. Kerucut tersebut ditekan hingga bagian atasnya rata membentuk kerucut
terpotong, kemudian dibagi menjadi empat bagian yang sama besarnya.
4. Seperempat bagian yang bersilangan diambil sebagai sampel untuk
dianalisa

2. Mechanical Sampling
Metode ini biasanya dipergunakan untuk mengambil contoh dalam jumlah
banyak dibandingkan dengan cara hand sampling. Disamping itu dengan cara
ini akan didapat hasil yang lebih representativedari pada “ Hand Sampling “.
Dari hasil pengambilan contoh baik dengan metode“Hand sampling “
maupun “mechanical sampling”, sebagai langkah selanjutnya adalah
melakukan pengalisaan. Contoh alat termasuk mechanical sampling adalah :
a. Riffle sampler
Alat ini bentuknya berupa persegi panjang dan pada bagian dalam dibagi
menjadi beberapa sekat yang arahnya saling berlawanan. Riffle-Riffleinilah
yang berfungsi sebagai pembagi contoh tersebut dengan harapan dapat
terbagi sama rata.
b. Vezin sampler
Alat ini pada bagian dalamnya dilengkapi dengan “revolting cutter”. Yaitu
pemotong yang dapat berputar pada porosnya sehingga akan membentuk
suatu area yang bulat/bundar sehingga diharapkan dapat memotong seluruh
alur dari bijih.

Analisa Ayak
Tujuan dari analisa ayak adalah:
1. Mengetahui kuantitas produksi suatu alat.
2. Mengetahui distribusi partikel pada ukuran tertentu.
3. Mengetahui “ Ratio of Concentration”

4. Mengetahui “Recovery”.
Dalam analisa ayak ini diperlukan peralatan yang menunjang antara lain adalah :
- Screen(ayakan)
- Timbangan
- Microscop
Standar ukuran yang dipakai dalam screen dapat dinyatakan dalam mesh maupun
dalam metric (mm). untuk ukuran dalam mesh maka makin besar angkanya berarti
makin halus material itu. Tetapi sebaliknya untuk metric (mm), semakin besar
angkanya maka akan semakin besar pula ukuran material itu. Untuk mesh disini yang
dimaksud adalah bahwa dalam satu inchi persegi screen terdapat lubang sebanyak
sekian lubang, tergantung numeriknya, misalnya 20 mesh berarti dalam satu inchi
persegi terdapat 20 lubang. Jadi dalam mesh ini bukan menunjukkan besarnya
diameter dari partikel, tetapi menunjukkan berapa banyaknya lubang pada screen
setiap inchi persegi.

Pelolosan material dalam pengayakan dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain
adalah :

a. Ukuran material yang sesuai dengan lubang ayakan.

b. Ukuran rata-rata material yang menembus lubang ayakan.

c. Sudut yang dibentuk oleh gaya pukulan partikel.

d. Komposisi air dalam material akan diayak.

e. Letak pelapisan material pada permukaan sebelum diayak.

Kapasitas screen pada umumnya tergantung pada :

a. Luas penampang permukaan screen

b. Ukuran bukaan

c. Sifat lainnya dari feed : seperti berat jenis, kandungan air, dan temperature.

d. Tipe dari mechanical screen yang di gunakan

Effisiensi screen dalam mechanical engineeringdidefinisikan sebagai


perbandingan dari energy out put dengan input. Dengan demikian dalam screening
bukannya effisiensi melainkan ukuran keefektifan dari operasi. Effisiensi secara
umum dalam screen tergantung pada beberapa hal sebagai berikut :

a. Lamanyafeeddidalam atau diatas screen

b. Jumlah lubang yang terbuka

c. Kecepatan feed

d. Tebal lapisan feed


e. Cocoknya lubang ayakan dengan bentuk dan ukuran rata-rata material yang
diolah.

Nikel Laterit

Pengertian Nikel Laterit

Batuan induk bijih nikel adalah batuan peridotit. Menurut Vinogradov batuan
ultra basa rata-rata mempunyai kandungan nikel sebesar 0,2 %. Unsur nikel tersebut
terdapat dalam kisi-kisi Kristal mineral olivin dan piroksin, sebagai hasil substitusi
terhadap atom Fe dan Mg. Proses terjadinya substitusi antara Ni, Fe dan Mg dapat
diterangkan karena radius ion dan muatan ion yang hamper bersamaan diantara
unsur-unsur tersebut. Proses serpentinisasi yang terjadi pada batuan peridotit akibat
pengaruh larutan hydrothermal, akan merubah batuan peridotit menjadi batuan
serpentinit atau batuan serpentinit peroditit. Sedangkan proses kimia dan fisika dari
udara, air serta pergantian panas dingin yang bekerja kontinu, menyebabkan
disintegrasi dan dekomposisi pada batuan induk.Pada pelapukan kimia khususnya,
air tanah yang kaya akan CO2berasal dari udara dan pembusukan tumbuh-tumbuhan
menguraikan mineral-mineral yang tidak stabil (olivin dan piroksin) pada batuan
ultra basa, menghasilkan Mg, Fe, Ni yang larut; Si cenderung membentuk koloid dari
partikel-partikel silika yang sangat halus. Didalam larutan, Fe teroksidasi dan
mengendap sebagai ferri-hydroksida, akhirnya membentuk mineral-mineral seperti
geothit, limonit, dan haematit dekat permukaan. Bersama mineral-mineral ini selalu
ikut serta unsur cobalt dalam jumlah kecil.Larutan yang mengandung Mg, Ni, dan Si
terus menerus kebawah selama larutannya bersifat asam, hingga pada suatu kondisi
dimana suasana cukup netral akibat adanya kontak dengan tanah dan batuan, maka
ada kecenderungan untuk membentuk endapan hydrosilikat. Nikel yang terkandung
dalam rantai silikat atau hydrosilikat dengan komposisi yang mungkin bervariasi
tersebut akan mengendap pada celah-celah atau rekahan-rekahan yang dikenal
dengan urat-urat garnierit dan krisopras. Sedangkan larutan residunya akan
membentuk suatu senyawa yang disebut saprolit yang berwarna coklat kuning
kemerahan. Unsur-unsur lainnya seperti Ca dan Mg yang terlarut sebagai bikarbonat
akan terbawa kebawah sampai batas pelapukan dan akan diendapkan sebagai
dolomit, magnesit yang biasa mengisi celah-celah atau rekahan-rekahan pada batuan
induk. Dilapangan urat-urat ini dikenal sebagai batas petunjuk antara zona pelapukan
dengan zona batuan segar yang disebut dengan akar pelapukan (Root of weathering).

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Bijih Nikel Laterit

1. Batuan Asal
Adanya batuan asal merupakan syarat utama untuk terbentuknya endapan
nikel laterit, macam batuan asalnya adalah batuan ultra basa. Dalam hal ini
pada batuan ultra basa tersebut: – terdapat elemen Ni yang paling banyak
diantara batuan lainnya – mempunyai mineral-mineral yang paling mudah
lapuk atau tidak stabil, seperti olivin dan piroksin – mempunyai komponen-
komponen yang mudah larut dan memberikan lingkungan pengendapan yang
baik untuk nikel.
2. Iklim
Adanya pergantian musim kemarau dan musim penghujan dimana terjadi
kenaikan dan penurunan permukaan air tanah juga dapat menyebabkan
terjadinya proses pemisahan dan akumulasi unsur-unsur. Perbedaan
temperatur yang cukup besar akan membantu terjadinya
pelapukan mekanis, dimana akan terjadi rekahan-rekahan dalam batuan yang
akan mempermudah proses atau reaksi kimia pada batuan.
3. Reagen-reagen Kimia dan Vegetasi
Yang dimaksud dengan reagen-reagen kimia adalah unsur-unsur dan
senyawa-senyawa yang membantu mempercepat proses pelapukan. Air tanah
yang mengandung CO² memegang peranan penting didalam proses pelapukan
kimia. Asam-asam humus menyebabkan dekomposisi batuan dan dapat
merubah ph larutan. Asam-asam humus ini erat kaitannya dengan vegetasi
daerah. Dalam hal ini, vegetasi akan mengakibatkan:
1. Penetrasi air dapat lebih dalam dan lebih mudah dengan mengikuti
jalur akar pohon-pohonan
2. Akumulasi air hujan akan lebih banyak
3. Humus akan lebih tebal.
Keadaan ini merupakan suatu petunjuk, dimana hutannya lebat pada
lingkungan yang baik akan terdapat endapan nikel yang lebih tebal dengan
kadar yang lebih tinggi. Selain itu, vegetasi dapat berfungsi untuk menjaga
hasil pelapukan terhadap erosi mekanis.
4. Struktur
Struktur yang sangat dominan yang terdapat didaerah Polamaa ini adalah
struktur kekar (joint) dibandingkan terhadap struktur patahannya. Seperti
diketahui, batuan beku mempunyai porositas dan permeabilitas yang kecil
sekali sehingga penetrasi air sangat sulit, maka dengan adanya rekahan-
rekahan tersebut akan lebih memudahkan masuknya air dan berarti proses
pelapukan akan lebih intensif.
5. Topografi
Keadaan topografi setempat akan sangat mempengaruhi sirkulasi air beserta
reagen-reagen lain. Untuk daerah yang landai, maka air akan bergerak
perlahan-lahan sehingga akan mempunyai kesempatan untuk mengadakan
penetrasi lebih dalam melalui rekahan-rekahan atau pori-pori batuan.
Akumulasi andapan umumnya terdapat pada daerah-daerah yang landai
sampai kemiringan sedang, hal ini menerangkan bahwa ketebalan pelapukan
mengikuti bentuk topografi. Pada daerah yang curam, secara teoritis, jumlah
air yang meluncur (run off)lebih banyak daripada air yang meresap ini dapat
menyebabkan pelapukan kurang intensif.
6. Waktu
Waktu yang cukup lama akan mengakibatkan pelapukan yang cukup intensif
karena akumulasi unsur nikel cukup tinggi.

Profil Endapan Nikel Laterit

Profil endapan nikel laterit keseluruhan terdiri dari 4 zona gradsi sebagai berikut:

1. Iron Capping

Berwarna merah tua, merupakan kumpulan massa goethite dan limonite. Iron
capping mempunyai kadar besi yang tinggi tapi kadar nikel yang rendah. Terkadang
terdapat mineral-mineral hematite, chromiferous.

2. Limonite Layer

Berwarna merah coklat atau kuning, lapisan kaya besi dari limonit soil menyelimuti
seluruh area.Lapisan ini tipis pada daerah yang terjal, dan sempat hilang karena erosi.
Sebagian dari nikel pada zona ini hadir di dalam mineral manganese oxide,
lithiophorite. Terkadang terdapat mineral talc, tremolite, chromiferous, quartz,
gibsite, maghemite.

3. Silika Boxwork

Berwarna putih – orange chert, quartz, mengisi sepanjang fractured dan sebagian
menggantikan zona terluar dari unserpentine fragmen peridotite, sebagian
mengawetkan struktur dan tekstur dari batuan asal. Terkadang terdapat mineral opal,
magnesite. Akumulasi dari garnierite-pimelite di dalam boxwork mungkin berasal
dari nikel ore yang kaya silika. Zona boxwork jarang terdapat pada bedrockyang
serpentinized.

4. Saprolite

Merupakan campuran dari sisa-sisa batuan, butiran halus limonite, saprolitic rims,
vein dari endapan garnierite, nickeliferous quartz, mangan dan pada beberapa kasus
terdapat silika boxwork, bentukan dari suatu zona transisi dari limonite kebedrock.
Terkadang terdapat mineral quartz yang mengisi rekahan, mineral-mineral primer
yang terlapukkan, chlorite. Garnierite di lapangan biasanya diidentifikasi sebagai
kolloidal talc dengan lebih atau kurang nickeliferous serpentin. Struktur dan tekstur
batuan asal masih terlihat.

5. Bedrock

Merupakan bagian terbawah dari profil laterit. Tersusun atas bongkah yang lebih
besar dari 75 cm dan blok peridotit (batuan dasar) dan secara umum sudah tidak
mengandung mineral ekonomis (kadar logam sudah mendekati atau sama dengan
batuan dasar). Zona ini terfrakturisasi kuat, kadang membuka, terisi oleh mineral
garnierite dan silika. Frakturisasi ini diperkirakan menjadi penyebab adanya root
zone yaitu zona high grade Ni, akan tetapi posisinya tersembunyi.

Anda mungkin juga menyukai