Anda di halaman 1dari 70

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPE PONGKOR JAWA BARAT

1. Waktu Dan Tempat Pelaksanaan


Adapun waktu dan tempat pelaksanaan Kuliah Kerja Lapangan
dilaksanakan pada:
Hari / Tanggal : Selasa, 12 Agustus 2015
Tempat : PT. Antam (Persero) Tbk. UBPE Pongkor Jawa Barat

2. PT. Antam (Persero) Tbk. UBPE Pongkor Jawa Barat


PT. ANTAM Tbk. (Persero) adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara
(BUMN). Saat ini PT. Aneka Tambang mempunyai 6 Unit Bisnis Produksi
yang salah satunya adalah Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor. PT.
ANTAM Tbk. terletak di Gunung Pongkor. Desa Nunggul, Kecamatan
Nanggung , Bogor. Daerah ini dapat ditempuh sekitar 54 KM ke arah Barat
Daya dari kota Bogor. Luas Kuasa Pertambangan (KP) 6.047 Hektar (No.
KW 98 PP 0138/Jabar), sedangkan KP ekplorasi seluas 3870 hektar (No. KW
96 PP 0127 B/Jabar) dari posisi geografi KP Ekploitasi ini terletak pada
koordinat 1063001,0 BT sampai dengan 1063538,0 BT dan 63637,2
LS sampai dengan 64811,0 LS.

Logo PT. Antam (Persero) Tbk.

Sejarah keberadaan Tambang Emas Pongkor dimulai dengan


dilakukannya ekplorasi logam dasar (Pb dan Zn) di bagian Utara Gunung
Pongkor oleh para Geologiwan Aneka Tambang pada tahun 1974 sampai
1981. Survey pendahuluan yang dilakukan pada tahun 1981 di daerah Pongkor

4
menemukan endapan urat Kwarsa (quart vein) berkadar 4 gpt (gram per ton)
emas dan 126 gpt (gram per ton) perak. Karena Aneka Tambang sedang
memfokuskan pada kegiatan ekplorasi di sekitar Tambang Cikotok, maka
antara tahun 1983 1988 kegiatan ekplorasi di Pongkor ditangguhkan, baru
pada tahun 1988 1991 dilanjutkan kembali dengan lebih sistematis dan
lengkap. Studi kelayakan kemudian dibuat dan Kuasa Pertambangan
Eksploitasi yang pertama dengan nomor KP. DU 893/Jabar seluas 4.058 Ha
diperoleh pada tahun 1991. Jalan masuk ke Pongkor sepanjang 12,5 km
dibangun pada tahun 1992 bekerjasama dengan ABRI dalam Program/Proyek
AMD (ABRI Masuk Desa). Pada tahun 1993 dibangun pabrik yang pertama
dengan kapasitas 2,5 ton emas/tahun. Pada tahun yang sama dibangun pula
Tailing Dam.
Pada tahun 1994 dilakukan Commisioning Pabrik Pengolahan Emas dan
kemudian Proyek Tambang Emas Pongkor resmi menjadi Unit Pertambangan
Emas Pongkor. Tahun 1997 dilakukan pengembangan tambang di daerah
Ciurug, penambangan disini dilakukan dengan sistem mekanis. Pabrik yang
kedua dibangun sehingga kapasitas produksi menjadi 5 ton emas/tahun.
Tahun 1998 terjadi rusuh massa yang dipicu oleh para Penambang Tanpa
Ijin (PETI), pada peristiwa ini beberapa aset perusahaan dibakar dan operasi
perusahaan terhenti selama 10 hari. Tambang Ciurug mulai produksi tahun
2000 dan pada tanggal 1 Agustus 2000 diperoleh kuasa pertambangan
Ekploitasi yang baru dengan nomor KW 98 PP 0138 seluas 6.047 Ha. Pada
tahun 2000 sejalan dengan restrukturisasi Aneka Tambang Unit Pertambangan
Emas Pongkor berubah menjadi Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor.
Perubahan ini menandai beralihnya fungsi unit-unit produksi dari Cost Center
(pusat biaya) menjadi Profit Center (pusat laba).
Pada tahun yang sama yaitu tahun 2000 diperoleh sertifikat ISO 9002 yang
berkaitan dengan Manajemen Mutu serta dilakukannya Pembangunan Tunnel
di Level 600 700 Ciurug, pada tahun 2001 dimulailah proses sertifikat ISO
14000 yang berkaitan dengan Sistem Manajemen Lingkuangan, dan pada
tanggal 14 Oktober 2002 sertifikat ISO 14001 berhasil diraih oleh UBP Emas
Pongkor.

5
Salah satu keunikan dari Tambang Emas Pongkor adalah keberadaannya
yang bersebelahan dengan Taman Nasional Gunung Halimun dan Hutan
Produksi, sehingga memerlukan persyaratan yang lebih berat untuk
perijinannya antara lain diperlukannya rekomendasi Menteri Kehutanan,
Menteri Lingkungan Hidup, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
serta dari Tim Pengarah yang beranggotakan Instansi terkait.

3. Visi Dan Misi PT. Antam (Persero) Tbk. UBPE Pongkor Jawa Barat

VISI :

Menjadi perusahaan pertambangan kelas Dunia dengan keunggulan


kompotitif dipasar global dan terdepan dalam industri pertambangan di
Indonesia.

MISI :

Ingin menghasilkan kualitas emas yang terbaik dan memiliki harga jual
tinggi di kelas dunia.

4. Observasi Lapangan

6
Kuliah Kerja Lapangan di PT. Antam (Persero) Tbk. UBPE Pongkor
(sumber: dokumentasi pribadi)

4.1. Sistem Penambangan Emas


Produksi utama emas dan perak ANTAM berasal dari tambang bawah
tanah Pongkor, Jawa Barat dan Cibaliung, Banten. Indikasi adanya deposit
emas di Pongkor ditemukan oleh Unit Geomin pada tahun 1981 dan produksi
dimulai pada tahun 1994 setelah ijin diperoleh pada tahun 1992. Tambang
Cibaliung diakuisisi dari perusahaan Australia, Arc Exploration pada tahun
2009 dan mulai beroperasi pada tahun 2010. Tambang Cibaliung dioperasikan
oleh entitas anak ANTAM, PT Cibaliung Sumberdaya. ANTAM juga memiliki
25% PT Nusa Halmahera Minerals yang mengoperasikan tambang emas
Gosowong di Maluku Utara. Pada awal bulan Juni 2013, ANTAM telah
memperoleh perpanjangan ijin pinjam pakai kawasan hutan untuk tambang
emas Pongkor sampai dengan tahun 2021.
Tambang emas Pongkor memiliki tiga urat emas utama yakni Ciguha,
Kubang Cicau dan Ciurug. Metode penambangan menggunakan conventional
cut and fill stoping pada urat emas Ciguha dan Kubang Cicau. Pada urat emas
Ciurug ANTAM menggunakan metode penambangan mechanised cut and fill
dengan peralatan hydraulic jumbo drill dan load haul dump (LHD) sejak

7
tahun 2000. Penggunaan metode mechanised cut and fill tidak hanya bertujuan
untuk meningkatkan produksi namun juga menurunkan biaya produksi untuk
meningkatkan efisiensi. Tambang emas Cibaliung dioperasikan dengan
metode penambangan mekanis cut and fill dan undercut and fill. Setelah bijih
emas di Pongkor dan Cibaliung ditambang, bijih emas kemudian diolah
melalui beberapa proses seperti crushing, milling, cyanidation, carbon
leaching dan stripping, electro winning dan casting untuk memproduksi
bullion/dore. Limbah dari pabrik diolah di pabrik detoksifikasi untuk
menurunkan kandungan sianida di tailing menjadi di bawah batas 0,5 ppm.
Setelah diolah, tailing kembali dimasukkan ke tambang di dalam sistem total
tailing backfill system dengan kombinasi semen.
Cadangan dan sumber daya emas ANTAM per 31 Desember 2012
berjumlah 9 juta dmt dengan kandungan logam emas 1,6 juta ounces emas,
sementara PT Nusa Halmahera Minerals memiliki cadangan dan sumber daya
emas sebesar 9,3 juta dmt dengan kandungan logam emas 3,6 juta ounces.
Dore/bullion yang berasal dari Pongkor dan Cibaliung dikirimkan untuk
dimurnikan menjadi emas di UBPP Logam Mulia di Jakarta. Silakan melihat
bagian Pengolahan Logam Mulia untuk informasi lebih lanjut mengenai
operasi pemurnian dan pengolahan logam mulia.
Tambang bawah tanah mengacu pada metode pengambilan bahan mineral
yang dilakukan dengan membuat terowongan menuju lokasi mineral tersebut.
Berbagai macam logam bisa diambil melalui metode ini seperti emas,
tembaga, seng, nikel, dan timbal.
Karena letak cadangan yang umumnya berada jauh dibawah tanah, jalan
masuk perlu dibuat untuk mencapai lokasi cadangan. Jalan masuk dapat
dibedakan menjadi beberapa:
Ramp, jalan masuk ini berbentuk spiral atau melingkar mulai dari
permukaan tanah menuju kedalaman yang dimaksud. Ramp biasanya
digunakan untuk jalan kendaraan atau alat-alat berat menuju dan dari
bawah tanah.

8
Shaft, yang berupa lubang tegak (vertikal) yang digali dari permukaan
menuju cadangan mineral. Shaft ini kemudian dipasangi semacam lift
yang dapat difungsikan mengangkut orang, alat, atau bijih.

Adit, yaitu terowongan mendatar (horisontal) yang umumnya dibuat disisi


bukit atau pegunungan menuju ke lokasi bijih

Produksi utama emas dan perak Antam berasal dari tambang Pongkor,
Jawa Barat. Indikasi adanya deposit emas di Pongkor ditemukan oleh Unit
Geomin pada tahun 1981 dan produksi dimulai pada tahun 1994 setelah ijin
diperoleh pada tahun 1992.

Tambang emas Pongkor memiliki tiga urat emas utama yakni Ciguha,
Kubang Cicau dan Ciurug. Metode penambangan menggunakan conventional
cut and fill stoping pada urat emas Ciguha dan Kubang Cicau. Pada urat emas
Ciurug Antam menggunakan metode penambangan mechanised cut and fill
dengan peralatan hydraulic jumbo drill dan load haul dump (LHD) sejak tahun
2000. Penggunaan metode mechanised cut and fill tidak hanya bertujuan
untuk meningkatkan produksi namun juga menurunkan biaya produksi untuk
meningkatkan efisiensi. Tambang emas Pongkor diperkirakan memiliki usia
tambang sampai dengan tahun 2019 dengan cadangan dan sumber daya logam
emas diperkirakan sebesar 1,1 juta oz.

Setelah bijih emas ditambang, bijih emas kemudian diolah melalui


beberapa proses seperti crushing, milling, cyanidation, carbon leaching dan
stripping, electro winning dan casting untuk memproduksi bullion/dore.

Penambangan emas bawah tanah di Pongkor. Limbah dari pabrik diolah di


pabrik detoksifikasi yang terdiri dari dua tanki untuk menurunkan kandungan
sianida di tailing menjadi di bawah batas 0.5 ppm. Setelah diolah, tailing
kembali dimasukkan ke tambang di dalam sistem total tailing backfill system
dengan kombinasi semen.

9
Antam juga memiliki tambang emas Cibaliung yang dikelola oleh anak
perusahaan, PT Cibaliung Sumberdaya. Tambang emas Cibaliung mulai
beroperasi di bulan Mei 2010 setelah diakuisisi dari ARC Exploration
Australia pada tahun 2009. Tambang emas Cibaliung merupakan tambang
emas bawah tanah yang dioperasikan dengan metode penambangan mekanis
cut and fill dan undercut and fill. Tambang emas Cibaliung diperkirakan
memiliki usia tambang sampai tahun 2016 dengan cadangan logam emas
diperkirakan sekitar 411.530 oz. Dore/bullion yang berasal dari Pongkor dan
Cibaliung dikirimkan untuk dimurnikan menjadi emas di Logam Mulia di
Jakarta.

Jumlah cadangan dan sumber daya mineral Antam saat ini adalah:

Cadangan dan Sumber Daya Mineral (000 wmt)*

Jumlah Bijih
Komoditas Perubahan (%)
2010 2011
Nikel Saprolit 371.400 293.250 (21)
Nikel Limonit 400.300 407.300 2
Emas 8.672 9.297 7
Bauksit 369.500 486.350 32
* Berdasarkan laporan Competent Person. Data per 30 Desember 2011.
Estimasi pada tabel ini termasuk estimasi sumber daya nikel PT Gag Nikel,
estimasi sumber daya bauksit PT Borneo Edo International dan PT Mega Citra
Utama, estimasi cadangan dan sumber daya emas PT Cibaliung Sumberdaya
dan estimasi sumber daya tereka emas.

Cadangan Terbukti dan Terkira (000 wmt)**


Jumlah Bijih
Komoditas Perubahan (%)
2010 2011
Nikel Saprolit 54.200 152.450 181
Nikel Limonit - - -
Emas 4.834 6.427 33
Bauksit 105.700 106.350 1

10
** Jumlah cadangan yang ada di tabel ini juga termasuk di tabel cadangan dan
sumber daya mineral dan termasuk estimasi cadangan PT Cibaliung
Sumberdaya.

Tambang Emas Pongkor adalah Tambang Bawah Tanah (Underground


Mine) dengan metode Cut and Fill. Tahap penambangan dimulai :
1. Drilling (pengeboran) yang dilakukan dengan alat-alat :
a. Jack Leg (mesin bor manual)
b. Jumbo Drill (mesin bor mekanis)
2. Balsting (peledakan)
3. Mucking / Loading (pemuatan)
4. Transporting (pengangkutan)
5. Backfilling (penimbunan kembali)
Pengisian kembali rongga yang terbentuk karena ditambang dilakukan
dengan menggunakan 50% limbah pabrik (solid tailing) yang telah dipisahkan
dari material halusnya (-10 mikron).
Hasil peledakan berupa pecahan batuan keras (broken ore) ditarik dengan
electric scapper atau LHD kedalam corongan. Kemudian diangkut keluar
tambang dengan menggunakan lori yang digerakkan oleh battery dan
trolleylocomotive.

4.2. Pengolahan dan pemurnian logam mulia


Unit Bisnis Pengolahan dan Pemurnian Logam Mulia memurnikan
dore bullion yang berasal dari tambang Pongkor dan Cibaliung menjadi emas
dan perak murni yang merupakan by-product dari proses pemurnian. Produk-
produk emas dan perak Logam Mulia memiliki standar kemurnian
internasional sebesar 999,9 untuk emas dan 999,5 untuk perak. Komoditas
emas dan perak Logam Mulia memiliki sertifikasi dari London Bullion
Market Association (LBMA).
Logam Mulia yang merupakan satu-satunya unit pemurnian emas di
Indonesia memiliki kapasitas produksi 75 ton emas dan 275 ton perak yang
kesemuanya terakreditasi secara internasional. Selain memurnikan dore
bullion yang berasal dari tambang Antam di Pongkor dan Cibaliung, Logam

11
Mulia juga menyediakan jasa pemurnian bagi pihak ketiga yang berkontribusi
setengah dari pendapatan Logam Mulia.
Proses pengolahan bijih emas Pongkor dikelompokkan dalam lima tahapan
pengolahan, yaitu :
1. Crushing
Proses pengecilan ukurang bijih emas dari tambang. Dilakukan dua
tahap pemecahan (primary dan secondary crusher), sehingga diperoleh
bijih berukuran lebih kecil dari 12,5 mm.

2. Milling
Bbijih emas dari proses crushing, selanjutnya digerus dalam unit
Ballmill dengan kapasitas masing-masing 22,7 dmt/jam dan 32,7
dmt/jam. Produk milling berupa Lumpur dengan kehalusan 80% lolos
200 mesh (-74micron_

3. Leaching and CIL


Produk dari Ballmill selanjutnya masuk dalam tangki Leaching. Logam
emas dan perak dilarutkan secara selektif menggunakan larutan sianida
dengan konsentasi 700 900 ppm.

12
Kapur mati ditambahkan untuk menjaga PH sekitar 10 10,5,
sedangkan penambahan Lead Nitrat dilakukan sebagai katalis pelarut
perak. Selanjutnya proses pelarutan ini dilakukan secara serentak dengan
proses absorpsi, dimana emas perak yang terlarut diserap oleh karbon
aktif. Proses ini dikenal dengan istilah proses sianidasi Carbon In
Leach (CIL).

4. Elution

Dalam kimia analitik dan organik, elusi adalah proses ekstraksi


suatu bahan dari bahan lainnya dengan cara mencuci menggunakan
pelarut; seperti dalam pencucian resin penukar ion yang telah jenuh
untuk menghilangkan ion yang tertangkap.

Dalam percobaan kromatografi cair, sebagai contoh,


suatu analit umumnya dijerap, atau "terikat", pada penjerap dalam
kolom kromatografi cair. Penjerap (en: adsorbent), atau fasa diam,
adalah serbuk yang dilapiskan pada penyangga padat. Berdasarkan
komposisi penjerap, afinitasnya dapat bervariasi dalam menahan
pada permukaan molekulnyamembentuk film tipis pada
permukaan. Elusi adalah proses menyingkirkan analit dari adsorben
dengan mengalirkan suatu pelarut, disebut dengan "eluen", melewati
kompleks penjerap-analit. Seiring "elusi" molekul pelarut, atau
pergerakan turun melalui kromatografi kolom, mereka melewati
kompleks penjerap-analit dan bisa menggantikan analit dalam
berikatan dengan penjerap. Setelah molekul pelarut penggantikan
analit, analit dapat dikeluarkan dari kolom untuk dianalisis. Hal inilah

13
yang menjadi alasan mengapa fasa gerak yang keluar dari kolom
biasanya dialirkan menuju detektor atau dikumpulkan untuk analisis
komposisi.

5. Electrowining
Electrowinning adalah proses elektrokimia yang digunakan
untuk mereduksi kation logam ke permukaan katoda dari
larutan air yang berasal dari proses pencucian kimia.
Electrowinning atau sering disebut sebagai elektro ekstraksi
adalah elektrodeposisi (pengendapan) logam dari mineral
bijih yang telah dilarutkan ke dalam cairan dan akan
diproses menggunakan electrorefining untuk
menghilangkan pengotornya.

Electrowinning adalah cara terbaru dan paling efesien


digunakan dalam ekstraksi emas dan perak yang terdapat
di air kaya / PLS ( Pregnant Liquid Solution ) dengan prinsip
elektrolisa ( reaksi redoks ) dalam sebuah kompartemen.
Proses ini melibatkan penggunaan larutan alkali sianida
sebagai elektrolit dalam suatu sel.

14
6. Smelting
Peleburan (smelting) adalah proses reduksi bijih sehingga menjadi
logam unsur yang dapat digunakan berbagai macam zat seperti karbid,
hidrogen, logam aktif atau dengan cara elektrolisis.
Logam yang kurang aktif sepeti tembaga dan emas dapat direduksi
hanya dengan pemanasan. Logam dengan kereaktifan sedang,
seperti besi, nikel dan timah dapat direduksi denagn karbon, sedang
logam aktif seperti magnesium dan almuinium dapat direduksi
dengan elektrolisis. Seringkali proses peleburan ditambah dengan
fluks, yaitu suatu bahan yang mengikat pengotor dan membentuk
Crushing and screening
zat yang mudah mencair, yang disebutt erak.

Milling

Leaching Gravity
Concentration
Circuit
Carbon in leach Tailing Treatment

Elution
Tailing dan Back Filling

Elektrowining
CN destruction plant Stope
15

Smelting
Bagan Alir Proses Pengolahan Bijih Emas di UPBE Pongkor, Jawa barat

2.2 PT. PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY AREA KAMOJANG -


JAWA BARAT

5. Waktu Dan Tempat Pelaksanaan


Adapun waktu dan tempat pelaksanaan Kuliah Kerja Lapangan
dilaksanakan pada:
Hari / Tanggal : Rabu, 13 Agustus 2015
Tempat : PT. Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang

6. PT. Pertamina Geothermal Energy (PGE) Area Kamojang


Pertamina Geothermal Energy (PGE), anak perusahaan PT Pertamina
(Persero), berdiri sejak tahun 2006 telah diamanatkan oleh pemerintah untuk
mengembangkan 15 Wilayah Kerja Pengusahaan Geothermal di Indonesia.
Perusahaan yang menyediakan energy tanpa polusi ini, 90% sahamnya
dimiliki oleh PT Pertamina (Persero) dan 10% dimiliiki oleh PT Pertamina
Dana Ventura.

16
PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang

Area Kamojang pertama kali beroperasi pada tahun 1982. Total Kapasitas
PLTP saat ini sebesar sebesar 200MW terdiri atas PLTP Unit 1,2,3 total 140
MW yang dimiliki & dioperasikan oleh PLN serta PLTP unit 4 sebesar 60
MW yang dimiliki & dioperasikan oleh PT PGE (total project). Keberhasilan
Pertamina menyelesaikan proyek pengembangan PLTP Unit-4 60MW secara
total project telah mengangkat citra bisnis Pertamina yang selama ini terkesan
hanya mampu bergerak di bidang pengembangan geothermal sisi hulu saja.
Saat ini tengah dilakukan serangkaian survei dalam rangka penjajagan untuk
pengembangan Area Kamojang lebih lanjut serta survey MEQ secara rutin
untuk memonitor sistem reservoirnya.
Area panas bumi Kamojang merupakan salah satu daerah kerja
PERTAMINA Unit EP III yang berlokasi di daerah Jawa Barat.Terletak kurang
lebih 40 Km sebelah tenggara kota Bandung dengan ketinggian sekitar 1500m
dpl, daerah potensial panas bumi kamojang meliputi luas kurang lebih 21 km
persegi.Kamojang yang juga di sebut kaldera Kamojang merupakan wilayah
vulkanis yang berada dalam gugusan gunung Guntur dan Masigit.
Ekspolarasi Pertama,1926 1928. Daerah yang sekarang ini dikenal
dengan nama Kamojang,pada waktu dulu sebenarnya bernama Kampung
Pangkalan,secara administrative masuk ke wilayah Kabupaten Bandung yang
berbatasan langsung dengan Kabupaten Garut. Penelitian vulkanologi di
daerah priangan yang sudah di lakukan pada waktu itu adalah terhadap gunung
Tangkuban Perahu dan Papandayan. Baru pada sekitar tahun 1926 1928,
Pemerintahan Hindia Belanada melakukan penyelidikan di daerah kamojang
yang bertujuan untuk mengetahui keberadaan sumber energi panas bumi yang
terkandung di daerah ini.Pada masa ini telah di lakukan eksplorasi dengan
pengeboran lima sumur (pengeboran dangkal) dengan kedalaman antara 66
sampai dengan 128 meter.

17
Salah satu sumber eksplorasi hasil peninggalan pengeboran Pemerintah
Hindia Belanda yang sampai saat ini masih menyemburkan uap kering adalah
Sumur Kamojang 3 (KMJ-3),yang memiliki kedalaman 60 meter,suhu 1400
C dan tekanan sebesar 2,5Kg/cm2.
Pada tahun 1971 Pemerintah RI bekerjasama dengan Pemerintah New
Zealand mengadakan proyek kerjasama penelitian studi kelayakan potensi
panasbumi di Indonesia. Kerjasama tersebut tertuang dalam Colombo Plan
Technical Aid program yang di lakukan oleh New Zealand Geothermal Project
dan Geological survey of Indonesia (GSI). Sala satu daerah penelitiannya
adalah Kawasan Panas Bumi kamojang.
Penyelidikan dan penelitian lanjutan dan kemudian dilakukan atas
kerjasama PERTAMINA, dan GSI yang meliputi aspek
geologi,geofisika,geokimia,pengeboran dangkal,studi dampak lingkungan
serta kajian social ekonomi. Hasil penelitian yang di lakukan antara tahun
1972 sampai tahun 1975 memberikan petunjuk positif bahwa daerah
Kamojang merupakan daerah Panasbumi yang potensial serta mempunyai
resesvoir jenisVapour Dominated
Untuk langkah lebih lanjut pemanfaatan panas bumi sebagai sala satu
alternatif di bidang energi, pada tanggal 27 November 1978 telah dipasang
Pembangkit Listrik Mini (Monoblock) yang pengoprasian pertamanya di
remikan oleh Mentri Pertambangan dan energi pada waktu itu,Prof.Dr subroto.
Hal ini memberikan harapan yang positif,sehingga memantapkan rencana
pengembangan Kamojang sebagai daerah sumber panasbumi.
Pengeboran sumur eksplorasi selanjutnya diarahkan kepada upaya untuk
memenuhi kebutuhan uap total lebih kurang 1.100 ton per jam untuk
kebutuhan pasokan PLTP unit II dan unit III yang masing-masing berkapasitas
55 Mwe.Persiapan tersebut diselesaikan pada tahun 1987.Pengoperasian PLTP
unit II dan unit III diresmikan pada tanggal 2 Febuari 1988.
Dengan demikian kapasitas terpasang PLTP Kamojang seluruh unit
menjadi sebesar 140 Mwe yang di salurkan untuk mencukupi kebutuhan listrik
di daerah Garut dan Bandung selatan dihubungkan pula dengan jaringan kabel
tegangan tinggi transmisi Jawa (Interkoneksi Jawa).

18
Pada kurun waktu 1989 sampai 1996 di lakukan persiapan pemanfaatan
uap panasbumi untuk peningkatan kapasitas menjadi 200 Mwe melalui
rencana pembanguna PLTP unit IV 60 Mwe. Pengeboran yang di lakukan
menghasilakan 13 buah sumur,dengan keberhasilan 9 sumur yang dapat di
produksikan,sedangkan sisanya merupakan dry hole atau sumur yang kurang
ekonomis untuk di produksikan.
Bersamaan dengan penyiapan sumur-sumur untuk pasok uap ke PLTP unit
IV 60 Mwe tersebut,pada tahun 1994 telah di tandatangani kontrak jual beli
uap antara PERTAMINA dengan PT.Latoka Trimas Bina Energy dan PT.PLN.
Terjadinya krisis ekonomi yang berkepanjangan menyebabkan pembangunan
PLTP unit IV mengalami hambatan sehingga terhenti pelaksanaanya.baru pada
tahun 2001 dilanjutkan kembali dengan perkiraan akan diselesaiakan pada
tahun 2003.

7. Visi Dan Misi PT. Pertamina Geothermal Energy (PGE) Area Kamojang

VISI :

Menjadi Profit centre Direktorat Hulu yang bersih,efisien unggul & Maju.

MISI :

1. Melaksanakan kegiatan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya


geothermal di lapangan AG Kamojang efektif dan efisien.
2. Menjadi Center of Excellence dalam pengembangan Geothermal di
Indonesia.
3. Berorientasi pada profit dalam segala kegiatan untuk menghasilkan
keuntungan yang optimal bagi PERTAMINA.
4. Mengoptimalkan pasokan uap ke PLTP 140 Mwe sesuai komitmen dengan
konsumen.
5. Pengembangan usaha dengan meanfaatkan potensi cadangan reservoir
lapangan Kamojang secara optimal.
6. Berprestasi setara dengan perusahaan terbaik sejenis di Indonesia.

19
8. Observasi Lapangan

Kuliah Kerja Lapangan di PLTP Kamojang


(sumber: dokumentasi pribadi)

8.1. Sistem Pasokan Uap PLTP Kamojang


a. Sistem Geothermal
Energi geothermal adalah salah satu bentuk energi primer yang
terkandung di dalam bumi. Kalor alami di dalam bumi telah tersimpan
selama ribuan tahun dalam bentuk gunung berapi, aliran lava, sumber air
panas, dan geyser.
Bumi dikatakan terbentuk dari sejumlah massa cairan dan gas, yang 5
10%-nya adalah steam ( uap ). Sejalan dengan mencairnya fluida,
dengan kehilangan panas pada permukaannya,sebuah lapisan luar padat
terbentuk dan steam terkondensasi membentuk lautan dan danau di atas

20
lapisan tersebut. Lapisan ini tebalnya sekitar 32 km. Di bawah lapisan itu,
magma cair masih dalam proses pendinginan.
Gerakkan getaran bumi pada awal periode Cenizioc menyebabkan
magma semakin mendekat ke permukaan bumi di sejumlah tempat dan
lapisannya patah serta membuka. Magma panas didekat permukaan
kemudian memunculkan gunung gunung berapi yang aktif, sumber air
panas, dan geyser yang mengandung air. Halini juga mengakibatkan
steam menerobos lewat retakan yang disebut fumarol.
Magma panas di dekat permukaan memadat menjadi batuan igneous
( batuan vulkanik ). Kalor magma dikonduksikan melalui batuan ini. Air
tanah yang menemukan jalannya melalui retakkan akan dipanasi oleh
panasnya batuan dengan percampuran antara gas panas dan steam yang
keluar dari magma.
Air yang telah dipanasi kemudian akan naik dengan konveksi ke
batuan berpori dan permeable di atas lapisan atas batuan igneous.
Reservoir ini ditutup oleh lapisan batuan padat yang memerangkap air
panas panas di dalam reservoir. Batuan padat ini bagaimanapun memiliki
retakkan yang berfungsi sebagai katup pada boiler raksasa. Katup ini
tampak di permukaan sebagai geyser, fumarol, atau sumber air panas.
Sebuah sumur mengalirkan steam dari retakkan untuk kemudian
digunakan di pembangkit listrik tenaga panas bumi.
Dapat dilihat bahwa uap geothermal terdiri ats dua macam yaitu yang
dibentuk dari magma (magmatic steam ) dan yang dibentuk dari air tanah
yang dipanasi oleh magma ( meteoritic steam ).

21
Struktur geologi daerah panas bumi
(sumber: Geothermal- Energy bersih dan ramah lingkungan)

b. Sumur Uap
Sumur uap merupakan sumber pemasok utama energi uap yang akan
disalurkan ke system PLTP. Adapun sumur uap yang dibuat didasarkan
atas adanya lapisan yang mendapatkan energi panas dari magma yang ada
pada perut bumi. Magma yang mempunyai temperatur lebih dari 1200 0C
ini mengalirkan energi panas bumi secara konduksi pada lapisan batuan
yang berupa bed rock, diatas lapisan inilah terdapat lapisan yang
mngandung air. Selanjutnya, air dalam lapisan tersebut mngambil energi
panas dari bed rock secara konveksi dan induksi. Kondisi ini
mengakibatkan suhu padalapisan aquifer yang memberikan kecendrungan
untuk bergerak naik, akibat adanya perbedaan berat jenis.
Ada beberapa data penting sumur uap / steam reservoir pada
system PLTP Kamojang, yaitu sebagai berikut:

DATA DATA RESERVOIR


URAIAN KETERANGAN
Area reservoir:
Potensi 300 MW
Luas area yang telah terbukti 14 21 Km2
Kapasitas total yang telah terbukti 200 MW
Kapasitas terpasang 140 MW

22
Data Fisik Reservoir: 23
Suhu 5 245 0C
Kualitas uap 96 % uap
Data Drilling:
Jumlah sumur 68 buah
Kedalaman sumur 500 2200 Meter
Produksi uap (Standar Completion) 54.000 Kg/J

c. Kandungan Kimia dan Kualitas Uap


Uap yang dihasilkan PLTP memiliki kandungan kimia dan kualitas
uap yang apa adanya, tergantung dengan yang dihasilkan sumur uap. Uap
panas bumi Kamojang termasuk salah satu yang memiliki kualitas uap
yang terbaik di dunia. Walaupun demikian, uap tersebut harus dianalisis
kembali oleh pihak PLTP Kamojang. Analisis ini dilakukan seriap
seminggu sekali dengan tujuan memonitor kualitas uap yang akan
dijadikan fluida kerja sebelum masuk ke system PLTP Kamojang. Hal ini
dilakukanjuga oleh PT Pertamina ketika uap keluar dari sumur
pengeboran.
Adakalanya beberapa kandungan kimia, Lumpur, dan material lain
yang terterdapat pada uap panas bumi dapat mengurangi kinerja mesin
pembangkitan ataupun merusak peralatan pembangkitan. Ada beberapa
cara yang bias dilakukan untuk mengantisipasi hal tersebut. Salah satu
cara yang digunakan untuk mengurangi lumpur dan material padat
lainnya, yakni dilakukan oleh Pertamina Kamojang sebagai instansi
pengelola sumur, uap yang keluar dari sumur harus di blow off tegak lurus
selama selang waktu tertentu, sehingga lumpur dan material lainnya tidak
terbawa karena perbedaan berat jenis.

23
d. Sistem Distribusi Transmisi Uap
Dari Pertamina sebagai pemasok, uap yang akan digunakan oleh PLTP
Kamojang disalurkan melalui empat pipa yang langsung dipasang pada
steam receving header. Pipa tersebut mempunyai diameter antara 600
1000 mm. Pipa pipa tersebut ditemkatkan di atas permukaan tanah,
tidak di dalam tanah. Hal ini ditujukan untuk mempermudah pengecekan
apabila terjadi kebocoran pada pipa pipa tersebut.

Gambar 3 Pipa pipa saluran uap

8.2. Sistem Pembangkitan PLTP Kamojang

Flow Diagram PLTP Kamojang


System pembangkitan PLTP kamojang merupakan system pembangkitan
yang memanfaatkan tenaga panas bumi yang berupa uap. Uap tersebut
diperoleh dari sumur sumur produksi yang dibuat oleh Pertamina. Uap dari

24
sumur produksi mula mula dialirkan ke steam receiving header, yang
berfungsi menjamin pasokan uap tidak mengalami gangguan meskipun terjadi
perubahan pasokan dari sumur produksi. Selanjutnya melalui flow meter, uap
tersebut dialirkan ke Unit 1, Unit 2, dan Unit 3 melalui pipa pipa. Uap
tersebutdialirkan ke separator untuk memisahkan zat zat padat, silica, dan
bintik bintik air yang terbawa di dalamnya. Hal ini dilakukan untuk
menghindari terjadinya vibrasi, erosi dan pembentukkan kerak pada turbine.
Uap yang telah melewati separator tersebut kemudian dialirkan ke demister
yang berfungsi sebagai pemisah akhir. Uap yang telah bersih itu kemudian
dialirkan melalui main steam valve ( MSV ) governor valve menuju ke
turbin. Di dalam turbin, uap tersebut berfungsi untuk memutar double flow
condensing yang dikopel dengan generator, pada kecepatan 3000 rpm. Proses
ini menghasilkan energi listrik dengan arus 3 fasa, frekuensi 50 Hz, dengan
tegangan 11,8 KV. Melalui transformer step up, arus listrik dinaikkan
tegangannya hingga 150 KV, selanjutnya dihubungkan secara parallel dengan
system penyaluran Jawa Bali (interkoneksi).
Agar turbin bekerja secara efisien, maka exhaust steam / uap bekas yang
keluar dari turbin harus dalam kondisi vakum, dengan mengkondensasikan
uap dalam kondensor kontak langsung yang dipasang di bawah turbin.
Untuk menjaga kepakuman kondenseor, gas yang tak terkondensi harus
dikeluarkan secara kontinyu olehsystem ekstraksi gas. Gas gas
inimengandung : CO2 85 90% H2S 3,5% dan sisanya adalah N2 dan gas
gas lainnya. Disini system ekstaksi gas terdiri atas first-stage dan second-stage
ejector.
Gas gas yang tidak dapat dikondensasikan, dihisap oleh steam ejector
tingkat 2 untuk diteruskan ke aftercondensor, dimana gas gas tersebut
kemudian kembali disiram leh air yang dipompakan oleh primary pump. Gas
gas yang dapat dikondensasikan dikembalikan ke kondensor, sedanskan sisa
gas yang tidak dapat dikondensasikan di buang ke udara.
Exhaust steam dari turbin masuk dari sisi atas kondensor, kemudian
terkondensasi sebagai akibat penyerapan panas oleh air pendingin yang
diinjeksikan lewat spray nozzle. Level kondensat selalu dijaga dalam

25
kondisi normal oleh dua buah main cooling water pump (MCWP) lalu
didinginkan dalam cooling water sebelum disirkulasikan kembali. Air yang
dipompakan oleh MCWP dijatuhkan dari bagian atas menara pendingin yang
disebut kolam air panas menara pendingin. Menara pendingin berfungsi
sebagai heat exchanger ( penukar kalor ) yang besar, sehingga mengalami
pertukaran kalor dengan udara bebas.
Air dari menara pendingin yang dijatuhkan tersebut mengalami penurunan
temperature dan tekanan ketika sampai di bawah, yang disebut kolam air
dingin ( cold basin ). Air dalam kolam air dingin ini dialirkan ke dalam
kondensor untukmendinginkan uap bekas memutar turbin dan kelebihannya
( over flow ) diinjeksikan kembali kedalam sumur yang tidak produktif,
diharapkan sebagai air pengisi atau penambah dalam reservoir, sedangkan
sebagian lagi dipompakan oleh primary pump, yang kemudian dialirkan
kedalan intercondensor dan aftercondensor untuk mendinginkan uap yang
tidak terkondensasi (noncondensable gas ).
System pendingin di PLTP Kamojang merupakan system pendingin
dengan sirkulasi tertutup dari air hasil kondensasi uap, dimana kelebihan
kondensat yang terjadi direinjeksi ke dalam sumur reinjeksi. Prinsip
penyerapan energi panas dari air yang disirkulasikan adalah dengan
mengalirkan udara pendingin secara paksa dengan arah aliran tegak lurus,
menggunakan 5 fan cooling tower.
Sekitar 70% uap yang terkondensasi akan hilang karena penguapan dalam
cooling tower, sedangkan sisanya diinjeksikan kembali ke dalam reservoir.
Reinjeksi dilakukan untuk mengurangi pengaruh pencemaran lingkungan,
mengurangi ground subcidence, menjaga tekanan, serta recharge water bagi
reservoir. Aliran air dari cold basin ke kondensor disirkulasikan lagi oleh
primary pump sebagai media pendingin untuk inter cooler dan melallui after
dan intercondensor untuk mengkondensasikan uap yang tidak terkondensasi di
kondensor, air kondensat kemudian dimasukkan kembali ke dalam kondensor.

8.3. Perangkat Utama PLTP Kamojang


Bagian bagian utama dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Unit
Bisnis Pembangkitan Kamojang adalah :

26
1. Steam Receiving Header
Merupakan suatu tabung yamg berdiameter 1800 mm dan panjang
19.500 mm yang berfungsi sebagai pengumpul uap sementara dari
beberapa sumur produksi sebelum didistribusikan ke turbin. Steam
Receiving Header dilengkapi dengan system pengendalian kestabilan
tekanan (katup) dan rufture disc yang berfungsi sebagai pengaman dari
tekanan lebih dalam system aliran uap. Dengan adanya steam receiving
header ini maja pasokan uap tidak akan mengalami gangguan meskipun
terdapat perubahan pasokan uap dari sumur produksi.

Steam receiving header

2. Vent Structure
Merupakan bangunan pelepas uap dengan peredam suara. Vent
structure terbuat dari beton bertulang berbentuk bak persegi panjang,
bagian bawahnya disekat dan bagian atasnya diberi tumpukan batu agar
pada saat pelepasan uap ke udaratidak mencemari lingkungan. Dengan
menggunakan nozzle diffuser maka getaran dan kebisingan dapatdiredam.
Vent structure dilengkapi dengan katup katup pengatur yang system
kerjanya pneumatic. Udara bertekanan yang digunakan untuk membuka
untuk membuka dan menutup katup diperoleh dari dua buah kompresor
yang terdapat di dalam rumah vent structure.
Pengoperasian vent structure dapat dioperasikan dengan cara manual
ataupun otomatis (system remote) yang dapat dilakukan dari panel
ruangan kontrol (control room).

27
Adapun fungsi dari vent structure adalah sebagai berikut:
a) Sebagai pengatur tekanan ( agar tekanan uap masuk turbin selalu
konstan),
b) Sebagai pengaman yang akan membuang uap bilaterjadi tekanan lebih
di steam receiving header,
c) Membuang kelebihan uap jika terjadi penurunan beban atau unit stop.

Vent Structure
3. Separator
Separator adalah suatu alat yang berfungsi sebagai pemisah zat zat
padat, silica, bintik bintik air, dan zat lain yang bercampur dengan uap
yang masuk ke dalam separator.
Kemudian kotoran dan zat lain yang terkandung dalam uap yang
masuk kedalam separator akan terpisah. Separator yang dipakai adalah
jenis cyclone berupa silinder tegak dimana pipa tempat masuknya steam
dirancang sedemikian rupa sehingga membentuk arah aliran sentrifugal.
Uap yang masuk separator akan berputar akibat adanya perbedaan berat
jenis, maka kondensat dan partikel partikel padat yang ada dalam aliran
uap akan terpisah dan jatuh ke bawah dan ditampung dalam dust collector
sampai mencapai maksimum atau sampai waktu yang telah ditentukan.
Sedangkan uap yang lebih bersih akan keluar melalui pipa bagian atas dari
separator. Kotoran yang ada dalam dust collector di drain secara berkala
baik otomatis ataupun manual. Hal ini dilakukan untuk menghindari
terjadinya korosi, erosi dan pembentukan kerak pada turbin.
Data data separator:
a) Code : ASME Sect. VII dev. 1

28
b) Desain tekanan : 1.0 Mpa
c) Desain temperatur : 205C
d) Pabrik : Burges Miure Co. Ltd

Separator

4. Demister
Demister adalah sebuah alat yang berbentuk tabung silinder yang
berukuran 14.5 m3 didalamnya terdapat kisi kisi baja yang berfungsi
untuk mengeliminasi butir butir air yang terbawa oleh uap dari sumur
sumur panas bumi. Di bagian bawahnya terdapat kerucut yang berfungsi
untuk menangkap air dan partikel partikel padat lainnya yang lolos dari
separator, sehingga uap yang akan dikirim ke turbin merupakan uap yang
benar benar uap yang kering dan bersih. Karena jika uap yang masuk ke
turbin tidak kering dan kotor, akan menyebabkan terjadinya vibrasi, erosi
dan pembentukkan kerak pada turbin. Uap masuk dari atas demister
langsung menabrak kerucut, karena perbedaan tekanan dan berat jenis
maka butiran air kondensat dan partikel partikel padat yang terkandung
dalam di dalam uap akan jatuh. Uap bersih akan masuk ke saluran keluar
yang sebelumnya melewati saringan terlebih dahulu dan untuk selanjutnya
diteruskan ke turbin.
Demister ini dipasang pada jalur uap utama setelah alat pemisah akhir
(final separator) yang ditempatkan pada bangunan rangka besi yang sangat
kokoh dan terletak di luar gedung pembangkit.

29
Demister

5. Turbin
Hampir di semua pusat pembangkit tenaga listrik memilii turbin
sebagai penghasil gerakkan mekanik yang akan diubah menjadi energi
listrik melalui generator. Turbin yang digunakan disesuaikan dengan
keadaan dimana turbin tersebut digunakan. Pada system PLTP Kamojang
mempergunakan turbin jenis silinder tunggal dua aliran ( single cylinder
double flow ) yang merupakan kombinasi dari turbin aksi ( impuls ) dan
reaksi. Yang membedakan antara turbin aksi dan reaksi adalah pada proses
ekspansi dari uapnya. Pada turbin aksi, proses ekspansi (penurunan
tekanan) dari fluida kerja hanya terjadi di dalam baris sudu tetapnya saja,
sedangkan pada reaksi proses dari fluida kerja terjadi baik di dalam baris
sudu tetap maupun sudu beratnya.
Turbin tersebut dapat menghasilkan daya listrik sebesar 55 MW per
unit aliran ganda dengan putaran 3000 rpm. Turbin ini dirancang dengan
memperhatikan efisiensi, dan performanya disesuaikan dengan kondisi dan
kualitas uap panas bumi.
Turbin di PLTP Kamojang dilengkapi dengan peralatan Bantu lainnya,
yaitu:

30
a) Turbin Valve yang terdiri dari Main Steam Valve ( MSV ) dan
Governor Valve, yang berfungsi untuk mengatur jumlah aliran uap
yang masuk ke turbin.
b) Turning Gear ( Barring Gear ) yang berfungsi untuk memutar poros
turbin pada saat unit dalam kondisi stop atau pada saat pemanasan
sebelum turbin start agar tidak terjadi distorsi pada poros akibat
pemanasan / pendinginan yang tidak merata.
c) Peralatan pengaman, yang berfungsi untuk mengamankan badian
bagian peralatan yang terdapat dalam turbin jika terjadi gangguan
ataupun kerusakan operasi pada turbin. Peralatan pengamn tersebut
adalah : Eccentricity, Differential Expansion, tekanan minyak
bantalan aksial, vibrasi bantalan, temperature metal bantalan,
temperature minyak keluar bantalan, over speed, emergency hand
trip.
Adapun data teknis atau spesifikasi turbin yang digunakan di PLTP
Kamojang adalah sebagai berikut:

URAIAN UNIT KAMOJANG


UNIT 2 & 3
Pabrik pembuat Mitsubishi Heavy Mitsubishi Heavy
Industry. Ltd Industry. Ltd
Tipe Double Flow, 5 Double Flow, 5 stage
stage Condensing Con densing Turbin
Turbin
Kapasitas MW 30 55
Tekanan Uap Masuk Bar 6.5 6.5
Tekanan Uap Keluar Bar 0.1 0.1
o
Temperatur Uap C 161,9 1
61,9
Rotasi rpm 3000 3000
Flow Uap
Kg/J 240000 388300

31
Turbin Rotor Turbin

6. Generator
Generator adalah sebuah alat yang berfungsi untuk merubah energi
mekanik putaran poros turbin menjadi energi listrik. PLTP kamojang
mempergunakan generator jenis hubung langsung dan didinginkan dengan
air, memiliki 2 kutub, 3 fasa, 50 Hz dengan putaran 3000 rpm.
System penguatan yang digunakan adalah rotating brushless type AC
dengan rectifier, sedangkan tegangannya diatur dengan automatic voltage
regulator ( AVR ). Kemampuan generator maksimum untuk unit 1 adalah
30 MW, sedangkan untuk unit 2 dan 3 adalah 55 MW.
Generator akan menghasilkan energi listrik bolak balik sebesar 11,8
kV ketika turbin yang berputar dengan putaran 3000 rpm mengkopel
terhadap generator. Perputaran pada generator tersebut akan menghasilkan
perpotongan gaya gerak magnet yang menghasilkan energi listrik.
Adapun data teknis atau spesifikasi dari generator yang digunakan di
PLTP Kamojang adalah sebagai berikut:

URAIAN UNIT KAMOJANG


UNIT 1 UNIT 2 & 3
Pabrik Pembuatan Mitsubishi Mitsubishi
Electric Corp Electric Corp
Phase 3 3
Frekuensi Hz 50 50
Tegangan Pada Terminal Volt 11.800 11.800
Rotasi Rpm 3.000 3.000
Arus Pada Beban Amp 1.835 3.364
Nominal

32
Kapasitas KVA 37.500 68.750

Generator

7. Trafo Utama ( Main Transformer)


Trafo utama yang digunakan adalah type ONAN dengan tegangan
11,8 KV pada sisi primer dan 150 KV pada sisi sekunder. Tegangan output
generator 11,8 KV ini kemudian dinaikkan ( step up trafo ) menjadi 150
KV dan dihubungkan secara parallel dengan system Jawa Bali. Kapasitas
dari trafo utama adalah 70.000 KVA.

Trafo Utama
8. Switch Yard
Switch yard adalah perangkat yang dberfungsi sebagai pemutus dan
penghubung aliran listrik yang berada di wilayah PLTP maupun aliran
yang akan didistribusikan melalui system inter koneksi Jawa Bali .

33
Switch Yard

9. Kondensor
Kondensor adalah suatu alat untuk mengkondensasikan uap bekas dari
turbin dengan kondisi tekanan yang hampa.. Uap bekas dari turbin masuk
dari sisi atas kondensor, kemudian mengalami kondensasi sebagai akibat
penyerapan panas oleh air pendingin yang diinjeksikan melalui spray
nozzle. Uap bekas yang tidak terkondensasi dikeluarkan dari kondensor
oleh ejector. Ejector ini juga berfungsi untuk mempertahankan hampa
kondensor pada saat operasi normal dan membuat hampa kondensor
sewaktu start awal. Air kondensat dipompakan oleh dua buah pompa
pendingin utama ( Main Cooling Water Pump ) ke menara pendingin
( Cooling Tower ) untuk didinginkan ulang sebelum disirkulasikan
kembali ke kondensor.
Pada saat sedang operasi normal, tekanan dalam kondensor adalah
0,133 bar, dan kebutuhan air pendingin adalah 11.800 m3/jam. PLTP
Kamojang menggunakan kondensor kontak langsung yang dipasang
dibawah turbin, karena kondensor kontak langsung memiliki efisiensi
perpindahan panas yang jauh lebih besar daripada kondensor permukaan,
sehingga ukuran dan biaya investasinya juga lebih kecil. Pemakaian
kondensor ini sangat cocok karena pembangkit listrik tenaga panas bumi
memiliki siklus terbuka sehingga tidak diperlukan system pengambilan
kembali kondensat seperti yang dilakukan oleh PLTU konvesional.

34
Kondensor

10. Main Cooling Water Pump ( MCWP )


Main cooling water pump ( MCWP ) adalah pompa pendingin utama
yang berfungsi untuk memompakan airkondensat dari kondensor ke
cooling tower untuk kemudian didinginkan. Jenis pompa yang digunakan
di PLTP Kamojang adalah Vertical Barriel type 1 Stage Double Suction
Centrifugal Pamp, dengan jumlah dua buah pompa untuk setiap unit.

Main Cooling Water Pump ( MCWP )

11. Cooling Tower


Cooling tower ( menara pendingin ) yang terpasang di PLTP
Kamojang merupakan bangunan yang terbuat dari kayu yang telah
diawetkan sehingga tahan air. Terdiri dari 3 ruang dan 3 kipas untuk unit 1,
sedangkan untuk unit 2 dan 3 terdiri dari 5 ruang dengan 5 kipas hisap

35
paksa. Jenis yang digunakan adalah Mechanical Draught Crossflow
Tower.
Air yang dipompakan dari kondensor didistribusikan kedalam bak
(Hot Water Basin) yang terdapat di bagian atas cooling tower. Bak tesebut
juga dilengkapi dengan noozle yang berfungsi utuk memancakan air
sehingga menjadi butiran butiran halus dan didinginkan dengan cara
kontak langsung dengan udara pendingin. Setelah terjadi proses
pendinginan, air akan turun karena gaya gravitasi untuk seterusnya menuju
bak penampung air ( Cool Water Basin ) yang terdapat di bagian bawah
dari cooling tower dan seterusnya dialirkan ke kndensor yang sebelumnya
melewati 4 buah screen untk menyaring kotoran kotoran yang terdapat
dalam air.
Aliran udara yang melewati tiap ruang pendingin dihisap ke atas
dengan kipas hisap paksa tipe aksial. Setiap kipas digerakkan oleh motor
listrik induksi dengan perantaraan gigi reduksi ( Reduction Gear ).
Cooling tower dilengkapi dengan sisem pembasah (Wetting Pump System)
yang gunanya untuk memompakan air dari cool water basin dan
disemprotkan ke semua bagian dari cooling tower agar kondisi kayu tetap
basah.

Cooling Tower
8.4. Sistem Kelistrikan di PLTP Kamojang

36
Listrik yang dihasilkan dari generator adalah sebesar 11,8 kV. Sebelum
didistribusikan melalui system interkoneksi Jawa Bali, listrik tersebut
diolah diolah dengan memperhatikan karakteristik dan listrik itu sendiri.
1. System 150 kV
Listrik yang dihasilkan dari PLTP Kamojang Unit 1, 2, dan 3 dengan
total daya yang dihasilkan yakni mencapai 140 MW akan dialirkan ke
berbagai wilayah di pulau Jawa dan Bali melalui jaringan transmisi listrik
150 kV. Tegangan sebesar 150 kV tersebut dapat dihasilkan dengan cara
menaikan tegangan 11,8 kV yang keluar darigenerator dengan
menggunakan trafo utama ( step up transformator ) pada masing
masing unit ( T21 dan T31 ). Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi
kehilangan daya pada saluran transmisi.
2. System 11,8 kV
System tegangan 11,8 kV merupakan hasil dari pembangkitan dari
generator unit 1, unit 2, dan unit 3. Tegangan 11,8 kV ini kemudian akan
dialirkan ke trafo utama step up untuk dinaikkan menjadi sebesar 150
kV.
3. System 6,3 kV
Untuk mendapatkan tegangan sebesar 6,3 kV, dipasang beberapa
transformator yaitu transformator T8 ( step down transformator ) yang
menghasilkan listrik dengan tegangan 6,3 kV dari tegangan primer 150 kV.
Kapasitas trafo ini adalah 7 MWA yang berfungsi untuk menyediakan
listrik pada saat start up, baik unit 1, unit 2, maupun unit3.
Trafo T22 dan T32 ( step down transformator )yang menghasilkan
tegangan listrik 6,3 kV dari tegangan generator 11,8 kV. Tegangan dari
kedua trafo ini akan digunakan setelah unit beroperasi normal.

8.5. Sistem Pemeliharaan Mesin PLTP Kamojang


Mesin adalah suatu rangkaian yang dirangkai menjadi satu kesatuan dalam
suatu system untuk mengerjakan suatu program atau kerja. Penggunaan mesin
ini sangat luas cakupannya terutama dalam bidang perindustrtian. Karena
cakupannya yang luas tersebut maka mesin dikategorikan menjadi beberapa
bagian, seperti mesin perkakas, tools, mesin alat berat, otomotif, mesin
produksi, dan sebagainya. Untuk itu konstruksi mesin dibuat pula berdasarkan

37
aplikasi, factor factor intern dan ekstern seperti pengaruh gaya, beban,
bahan, kondisi lingkungan, pemakaian, fluida kerja, dan lain sebagainya.
Dalam hal ini, dengan karakteristik dari panas bumi yang tersedia secara
kontinyu ( tidak terpengaruh oleh pergantian musim ) maka memacu
perangkat konversi ( khususnya mesin ) untuk bekerja non stop dengan
performa maksimal. Maka untuk menjaga agar pasokan uap yang dihasilkan
dari energi panas bumi ini tidak terbuang maka disiapkan perangkat
perangkat pendukung serta cadangan. Selain itu, perangkat perangkat bantu
disediakan untuk kelancaran proses pembangkitan listrik.
Fenomena yang timbul pada system yang telah beroperasi lama dan terus
menerus adalah terjadinya penurunan efesiensi pada seluruh perangkat system
pembangkit.
Untuk menjaga agar perangkat pada system tetap memiliki efesiensi
yangtinggi serta perangkat memilki umr operasi yang lama maka dilakukan
penanganan khusus baik melalui tekhnik pemeliharaan, pelumasan, serta
tekhnik pengoperasian yang procedural.
Tekhnik pemeliharaan yang dilakukan di PT. INDONESIA POWER UBP
Kamojang ada 4 macam,diantaranya Preventif, Periodik, Prediktif, dan
Korektif.
1. Pemeliharaan Preventif
Pemeliharaan yang dilakukan secara rutin yang sifatnya kontinyu

No. Jenis pemeliharaan Pemeriksaan

1. RECEIVING HEADER Kebersihan lokasi, kelainan suara, bocoran


uap

2. SEPARATOR Line uap, penunjukan vibrasi, penunjukan


suhu bantalan, kekencangan baut, kondisi
support pipa, keutuhan pndasi, kebersihan
dan tanda tanda korosi.

38
3. DEMISTER Line uap, suara, kekencangan baut,
kondisi support pipa, keutuhan pndasi,
kebersihan dan tanda tanda krosi.

4. MAIN STOP VALVE ( MSV ) Line air, line uap, line pelumas, unjukan
suara, vibrasi, suhu bantalan, kekencangan
baut, kondisi fleks join, kondisi support
pipa, kebershan dan tanda tanda korosi.

5. GOVERNORE VALVE Line uap, line pelumas, unjukan suara,


vibrasi, suhu bantalan, kekencangan baut,
kondisi fleks join, kondisi support pipa,
kebershan dan tanda tanda korosi.

6. TURBIN Kebersihan turbin dan lokasi,kelainan


suara, vibrasi, bocoran oli dan uap,serta
tanda tanda korosi.

7. EJECTOR Line uap, line udara, kelainan suara,


kekencangan baut, line pelumas, vibrasi,
penunjukan level pelumas, kopling,
support pipa, keutuhan pondasi,
kebersihan.

8. AFTER CONDENSOR Line air, line uap, kelainan suara,


kekencangan baut, support pipa, keutuhan
pondasi, kebersihan dan tanda korosi.

9. INTER CONDENSOR Line air, line uap, kelainan suara,


kekencangan baut, support pipa, keutuhan

39
pondasi, kebersihan dan tanda korosi.

10. PRIMARY PUMP Kebersihan pompa, kelainan suara,


vibrasi, bocoran air dan oli, kekencangan
baut.

11. SECONDARY Kebersihan pompa, kelainan suara,


vibrasi, bocoran air dan oli, kekencangan
PUMP
baut.

12. MAIN COOLING WATER Kebersihan lokasi dan pompa, kelainan


PUMP ( MCWP ) suara, vibrasi, bocoran line air.

13. CONDENSOR Line uap, line udara, kelainan suara,


kekencangan baut, line pelumas, vibrasi,
penunjukan level pelumas, kopling,
support pipa, keutuhan pondasi,
kebersihan dan tanda korosi.

14. COOLING TOWER Kebersihan hot basin, kebersihan nozzle,


kelainan suara, bocoran air, bocoran oli,
pemeriksaan level oli.

15. FAN COOLING TOWER Line uap, line pelumas, line air, kelainan
suara, kekencangan baut,penunjukan suhu
bantalan, pelumas katup, penunjukan level
pelumas, kopling, support pipa, keutuhan
pondasi, kebersihan dan tanda korosi.

16. INTER COOLER Line udara, line pelumas, line air, kelainan

40
suara, kekencangan baut ,penunjukan suhu
bantalan,, penunjukan level pelumas,
kopling, support pipa, keutuhan pondasi,
kebersihan dan tanda korosi.

17. LUBE OIL COOLER Line air, line pelumas, line udara,
penunjukan suara, vibrasi, kekencangan
baut, penunjkna level pelumas, kopling,
kondisi support pipa, keutuhan pondasi,
kebersihan tanda korosi.

2. Pemeliharaan Periodik
Pemeliharaan yang disesuaikan dengan jam operasi perangkat kerja
guna penggantian pelumas dan penggantian spare part. Dan tekhnik
pemeliharaan terumit dan beresiko adalah overhaul. Yaitu pemeliharaan
perangkat utama yang dilakukan kurang lebih 12 bulanan atau 8000 jam
kerja turbin. Pada saat dilakukan overhaul, semua perangkat baik itu
perangkat Bantu maupunperangkat utama dalam satu unit pembangkitan
dilakukan pemeliharaan. Inti dari overhaul adalah pemeriksaan dan
pemeliharaan perangkat utama maupun perangkat bantu. Dan dilakukan
penggantian bila perlu.
3. Pemeliharaan Prediktif
Pemeliharaan yang dilakukan berupa pengujian perangkat untuk
menganalisis kinerja alat sehingga umur alat bias diprediksi serta dapat
dilakukan pemeliharaan dan penggantian alat sebelum alat itu rusak total
dan tidak berfungsi.
4. Pemeliharaan Korektif
Proses penggantian suatu perangkat saat perangkat itu rusak. Proses
pemeliharaan ini diminimalisir dengan mengintefsikan proses
pemeliharaan prediktif agar tidak terjadi kerusakan yang beruntun.

41
2.3 UPT BALAI INFORMASI DAN KONSERVASI KEBUMIAN
KARANGSAMBUNG LIPI - KEBUMEN JAWA TENGAH

2.3.1 Waktu Dan Tempat Pelaksanaan


Adapun waktu dan tempat pelaksanaan Kuliah Kerja Lapangan
dilaksanakan pada:
Hari / Tanggal : Kamis Jumat, 14 15 Agustus 2015
Tempat : UPT Balai Informasi Dan Konservasi Kebumian
Karangsambung.
2.3.2 Sejarah Balai Informasi Dan Konservasi Kebumian Karangsambung
LIPI
Karangsambung telah dikenal sebagi wahana pembelajaran geologi sejak
tahun 1854. Jung Huhn adalah salah satunya. Kemudian dilanjutkan oleh
peneliti belanda lainnya sampai tahun 1933. semenjak ilmu geologi mulai
berkembang di Indonesia sekitar tahun 1964, mulailah peneliti-peneliti
Indonesia melakukan penelitian di kawasan ini. Mengingat begitu pentingnya
kawasan ini maka pada tahun 1964 dibangun sebuah Kampus Lapangan
Geologi. Kampus ini dibangun dan terletak right on the spot, bukan saja pada
titik yang menampilkan keindahan kemanapun mata memandang, tetapi ia
juga berada pada pusat hamparan aneka ragam batuan.

42
Logo UPT Balai Informasi Dan Konservasi Kebumian Karangsambung
LIPI (Sumber: Dokumentasi LIPI)

Pencetus berdirinya Kampus Lapangan Geologi ini adalah Prof. Dr.


Sukendar Asikin, (Guru Besar Departemen Teknik Geologi ITB yang pada
tahun 2003 memasuki masa purna bakti). Ide pendirian kampus ini adalah
berawal ketika Sukendar Asikin pada tahun 1958 melanjutkan memperdalam
metoda geologi lapangan di kampus lapangan geologi di Rocky Mountains,
Montana dan geologi struktur di Indiana University, USA. Sekembalinya
dari Amerika Serikat, dengan dukungan dari LIPI dan Departemen Urusan
Research Nasional (DURENAS), beliau merealisasikan cita-citanya
membangun Kampus Lapangan Geologi di Indonesia, di Karangsambung ini.
Pada musim panas tahun 1965 mengawali penggunaan kampus ini, tercatat 22
orang mahasiswa dididik di Kampus Karangsambung yang berasal dari ITB,
UGM, PTPN Veteran dan Asisten Geologi Akademi Perminyakan Pertamina.
Menyusul reorganisasi LIPI tahun 1986, pada tahun 1987 dibentuk Unit
Pelaksana Teknis Laboratorium Alam Geologi Karangsambung ( UPT
LAGK ). Kegiatan UPT ini berorientasi pada tugas teknis yang langsung
berhubungan dengan masyarakat, diantaranya pendidikan dan latihan bagi
orang orang yang belajar geologi. Keadaan ini diikuti dengan penambahan
karyawan hingga menjadi 24 orang pada tahun 1990.
Sejak tahun 1993 hingga tahun 1995 kampus diperluas dengan
penambahan bangunan fisik berupa gedung-gedung asrama, ruang kuliah,
aula, museum, perpustakaan, gedung perkantoran, bengkel batuan, dan lain-
lain. Pada tahun 2002 UPT ini mengalami reorganisasi menjadi unit setingkat
eselon III dan dengan nama baru, yaitu UPT Balai Informasi dan Konservasi

43
Kebumian Karangsambung LIPI, dengan jumlah pegawai 49 orang yang
berlatar belakang pendidikan SLTP hingga S2.

2.3.3 Visi Dan Misi UPT Informasi Dan Konservasi Kebumian


Karangsambung LIPI
Visi :
Menjadi pusat pendidikan dan pelatihan dasar geologi lapangan terkemuka
di Indonesia.

Misi :

1. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat di Kawasan Cagar Alam


Geologi Karangsambung tentang ilmu pengetahuan kebumian praktis yang
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, sehingga masyarakat
memahami pentingnya melestarikan obyek-obyek geologi yang bernilai
ilmiah tinggi berada di sekelilingnya.

2. Dalam menjaga Cagar Alam Geologi Karangsambung bekerjasama dengan


instansi terkait (PEMDA).

3. Melakukan eksplorasi obyek-obyek geologi baru yang belum terungkap di


Kawasan Cagar Alam Geologi dengan pendekatan teknologi terkini,
sehingga dapat menambah artefak-artepak geologi baru.

4. Menambah dan memperbaiki sarana dan prasarana untuk menunjang


kebutuhan pendidikan/latihan dan kenyamanan selama tinggal di Kampus
BIKKK, diantaranya: peralatan audio visual, peralatan praktek di
lapangan, ruang kuliah/kelas, tempat istirahat, air bersih, dan alat
komunikasi/informasi (jaringan internet).

5. Melakukan pembinaan peningkatan kualitas SDM BIKKK secara


berkesinambungan melalui pendidikan formal/non-formal di dalam
negeri/luar negeri, dan setiap tahun mengadakan penambahan pegawai
sesuai dengan kebutuhan.

44
Tugas:
Melaksanakan pelayanan jasa dan informasi, melaksanakan konservasi,
pengembangan dan pemanfaatan wilayah yang mengandung fenomena geologi
bernilai ilmiah serta pengembangan hasil riset bidang geoteknologi.

Fungsi:

2. Pemberian pelayanan jasa dan informasi ilmiah, pemasyarakatan ilmu


pengetahuan dalam bidang kebumian.

3. Pelaksanaan Konservasi dan pengembangan fenomena geologi bernilai


ilmiah serta memanfaatkannya untuk kepentingan pendidikan dan
pelatihan, pusat informasi ilmu kebumian, pembinaan industri bahan
berbasis batu/mineral.

4. Pelaksanaan kegiatan pengembangan dan pemanfaatan hasil penelitian dan


riset bidang Geoteknologi.

5. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.

2.3.4 UPT Balai Informasi Dan Konservasi Kebumian Karangsambung -


LIPI
Daerah Karangsambung berada di Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa
Tengah, Indonesia. Batas wilayah di Banjarnegara, di timur berbatasan dengan
wilayah Wadaslintang, di sebelah selatan berbatasan dengan wilayah
Kebumen dan di sebelah barat berbatasan dengan daerah Gombong. Secara
geografis, daerah Karangsambung mempunyai koordinat 109 37 30 109
45 00 BT dan 7 37 30 LS.
Daerah Karangsambung oleh para ahli geologi sering disebut sebagai
lapangan terlengkap di dunia. Karangsambung merupakan jejak-jejak
tumbukan dua lempeng bumi yang terjadi 117 juta tahun 60 juta tahun. Ia
merupakan pertemuan lempeng Asia dengan lempeng Hindia. Ia merupakan
saksi dari peristiwa subduksi pada usia yang sangat tua yaitu pada zaman Pra-

45
Tersier. Di daerah ini terjadi proses subduksi pada sekitar zaman Paleogene
(Eocene; 57,8 36,6 juta tahun yang lalu). Oleh karena itu di sini terekam
jejak-jejak proses paleosubduksi yang dipresentasikan oleh singkapan-
singkapan (outcrop) batuan dengan usia tua dan merupakan karakteristik dari
komponen lempeng samudra. Karangsambung adalah tempet singkapan
tersebar batuan-batuan dari zaman Pre-Tersier yang disebut dengan Luk Ulo
Melange Complex, suatu melange yang berhubungan dengan subduksi pada
zaman Crateceous (145.5 4.0 hingga 65.5 0.3 juta tahun yang lalu). Luk
Ulo Melange Complex merupakan lapisan Pra-Tersier tertua yang umumnya
diperkirakan sudah 117 juta tahun.
Daerah Karangsambung mempunyai ciri khas geologi yang sangat
menarik. Kondisi geologi yang komplek pada karangsambung terbentuk
karena pada daerah Karangsambung merupakan zona meratus, yaitu daerah
pertemuan antara lempeng (subduksi) yang terangkat.
Berdasarkan teori tektonik lempeng, diketahui bahwa di Indonesia bagian
tengah terjadi beberapa kali proses subduksi pada zaman yang berbeda-beda.
Daerah Karangsambung merupakan daerah yang dilalui jalur subduksi ini dan
merekam paling banyak petunjuk yang berhubungan dengan proses ini berupa
singkapan batuan berusia tua, batuan dari dasar samudra dan campuran
berbagai jenis batuan dan endapan (melange) yang merupakan ciri khas utama
subduksi. Oleh karena itu disini terdapat banyak jenis batuan dari sumber yang
berbeda-beda dengan distribusi yang tidak beraturan sehingga sulit untuk
dipetakan.

Kompleks subduksi purba yang melewati Indonesia

46
(Sumber: Asikin 1974)

Pada gambar di atas terlihat bahwa jalur subduksi pada zaman Late
Cretaceus melintasi Karangsambung dan singkapan batuan dari zaman Pre-
Tersier terdapat di beberapa tempet seperti di Ciletuh, Karangsambung dan
Bayah. Perkembangan tektonik didaerah ini diduga akibat tumbukan lempeng
Hindia-Australia dengan lempeng Benua Asia sejak Late Cretaceus (Kapur
Akhir ; 85 juta tahun) atau Early Tertier (Tersier Awal ; 65,5 juta tahun).
Disusul kemudian oleh pelipatan dan pensesaran dasar samudera sehingga
mengakibatkan terbentuknya suatu palung (Asikin, 1974). Bentukan palung
inilah yang sering disebut dengan Prisma Akresi.
Lempeng Hindia-Australia yang datang dari selatan ini kemungkinan
merupakan bagian dari benua purba Gondwana sehingga membawa batuan
yang berusia tua. Proses Subduksi ini berlangsung cukup lama sehingga tidak
hanya melange yang yang merupakan endapan khas zona subduksi yang
terdapat di Karangsambung, tetapi juga batuan-batuan dasar samudera dan
batuan di sekitar Mid Ocean Ridge terseret.

Letak karangsambung 117 60 juta tahun yang lalu


(Sumber: Subduksi lempeng.google.com)

Perkembangan struktur di daerah ini dipengaruhi oleh beberapa periode


tektonik. Periode tektonik paling tua adalah deformasi dan proses penempatan
batuan Pra-Tersier pada Kapur Akhir-Paleosen (85-57,8 juta tahun). Periode
berikutnya yang mempengaruhi Formasi Karangsambung dan Totogan. Hal
tersebut diperkirakan berlangsung antara Oligo-Miosen (36,6-5,3 juta tahun)
sampai Miosen Awal (23,7 juta tahun). Perode tektonik pada Plio-Pleistosen
(1,6-0,01 juta tahun) dianggap sebagai periode terkait yang mempengaruhi

47
pembentukan struktur didaerah ini. Oleh karena hal tersebut, maka di
Karangsambung ditemukan berbagai batuan yang sangat beragam jenisnya
dan singkapan yang kompleks, berupa batuan sedimen, batuan beku, batuan
alterasi, serta batuan metamorf yang berstruktur rumit. Pada daerah ini juga
terdapat batuan yang sangat jarang ditemui didaerah lain, seperti batuan dari
kompleks ofiolit (rijang, lava bantal, basalt, gabro, batuan ultra basa seperti
dunite, amphibolit) yang merupakan kompleks batuan dari laut dalam,
khususnya pada batuan ultra basa yang merupakan batuan yang berapa pada
mantel bagian atas yang posisinya sangat jauh dari permukaan bumi.
Pada daerah Karangsambung terdapat 2 jenis melange yaitu melange
tektonik dan melange sedimen. Melange tektonik adalah melange yang
dihasilkan secara langsung dari proses pembentukan prisma akresi. Sedangkan
melange sedimen merupakan komponen melange yang berbentuk blok-blok
yang tercampur didalam suatu matrik sedimen. Hal ini disebabkan oleh
terjadinya suatu sedimentasi yang bersamaan dengan berlangsungnya proses
subduksi ada cekungan palung yang dihasilkan dari proses subduksi tersebut.
Satuan batuan di kompleks melange Luk Ulo, umur satuan batuan ini adalah
Kapur Atas (85 juta tahun) hingga Paleosen namun yang menarik adalah
formasi batuan setelah itu. Diatasnya secara tidak selaras diendapkan Formasi
Karangsambung dan Formasi Totogan. Kedua formasi ini merupakan sebuah
olistrotom dan mereka berumur Eosen Atas (36,6 juta tahun) dan Oligo
Miosen (23,7- 5,3 juta tahun). Lalu diatasnya diendapkan formasi Waturanda
yang berumur Miosen Awal (23,7 juta tahun) yang tersiri dari Breksi vulkanik
dan batupasir. Pada Miosen Tengah diendapkan Formasi Penosogan yang
disusun oleh batu gampingan dan napal tufaan. Diatasnya diendapkan formasi
Halang yang berumur Pliosen (5,3-1,6 juta tahun) dan disusun oleh
perselingan batupasir dan napal (Asikin, 1974).
Geologi Karangsambung mempunyai formasi yang khas jika dibandingkan
dengan daerah lain. Hal ini terlihat dari Geomorfologi yang berbentuk
lonjong-lonjong dan berbukit dengan batuan yang berbeda-beda. Statigrafi
daerah ini sangat khas dan membentuk formasi yang beragam dan struktur
geologi pada daerah ini terisi dari lipatan, sesar dan kekar.

48
Balai Informasi dan Konservasi Kebumian Karangsambung , merupakan
salah satu Unit Pelaksana Teknis pada Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI). Bernaung di bawah Kedeputian Bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian.
Balai informasi dan Konservasi Kebumian Karangsambung berada di dalam
Kawasan Cagar Alam Geologi Karangsambung, tepatnya di wilayah
Kecamatan Karangsambung, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah.
Secara spesifik Balai informasi dan Konservasi Kebumian
Karangsambung bertugas untuk Melaksanakan pelayanan jasa dan informasi,
melaksanakan konservasi, pengembangan dan pemanfaatan wilayah yang
mengandung fenomena geologi bernilai ilmiah serta pengembangan hasil riset
bidang geoteknologi.

2.3.5 Observasi Lapangan

Kuliah Kerja Lapangan di Pusat Penelitian LIPI Karang sambung, Kebumen


(sumber: dokumentasi pribadi)
2.3.5.1 Litologi Daerah Karang Sambung
Litologi adalah ilmu tentang batu batuan yg berkenaan dengan sifat fisik,
kimia, dan strukturnya. Pembentukan berbagai macam mineral di alam akan
menghasilkan berbagai jenis batuan tertentu. Proses alamiah tersebut bisa
berbeda-beda dan membentuk jenis batuan yang berbeda pula. Pembekuan
magma akan membentuk berbagai jenis batuan beku. Batuan sedimen bisa
terbentuk karena berbagai proses alamiah, seperti proses penghancuran atau
disintegrasi batuan, pelapukan kimia, proses kimiawi dan organis serta proses

49
penguapan / evaporasi. Letusan gunung api sendiri dapat menghasilkan batuan
piroklastik. Batuan metamorf terbentuk dari berbagai jenis batuan yang telah
terbentuk lebih dahulu kemudian mengalami peningkatan temperature atau
tekanan yang cukup tinggi, namun peningkatan temperature itu sendiri
maksimal di bawah temperature magma.

Litologi di daerah Karangsambung dapat dijelaskan dalam tabel berikut.


No Lokasi Umur Litologi
1 Kompleks Kapur Akhir (85-140 juta Batuan Metamorf (Schist
Melange tahun yang lalu) mica 117Ma)
Batuan sedimen pelagic
(Rijang-endapan laut
dalam)
Batuan ofiolit
2 Formasi Eocene-Oligocene Batu lempung bersisik
Karangsambung (23,7 -57,6 juta tahun Olistolit (Konglomerat,

yang lalu) Batugamping


Nummulites)
3 Formasi Totogan Oligocene-Miocene Awal Breksi dengan komponen
(36,6-23,7 juta tahun batu lempung, batu pasir
yang lalu) dan batu gamping
4 Formasi Miocene Awal Miocene Batu pasir vulkanik dan
Waturanda Tengah (23,7- 13 juta breksi vulkanik
tahun yang lalu)
5 Formasi Miocene Awal Miocene Perselingan batupasir,
Panosogan Tengah (23,7- 13 juta batulempung, tufa, napal
tahun yang lalu) dan kalkarenit

(http://ekaslogist.blogspot.co.id/2014/07/geologi-regional karangsambung.html)

Batuan beku, sedimen, dan metamorf di Karangsambung dengan variasi


umur batuan mulai puluhan hingga ratusan juta tahun, merupakan singkapan
batuan yang berasal dari benua maupun samudra, dari dasar laut hingga laut

50
dangkal berfosil-fosil, tersebar pada hamparan yang tidak terlalu luas, dan
dapat dijumpai di lapangan Karangsambung sebagai obyek studi dalam
kegiatan penelitian.
Lingkungan proses pembentukan dari ragam dan jenis batuan pada
kawasan Karangsambung, adalah palung laut dalam, cekungan muka daratan
dan jalur penunjaman. Pada palung laut dalam, dijumpai batuan sedimen
berfosil Radiolaria yang terangkut dan mengendap setra mengisi pada batuan
sedimen rijang (Chert). Pada kondisi cekungan muka daratan, ditemukan
batuan sedimen yang mengandung fosil biota laut berupa sedimen batu
gamping (Lime Stone) kondisi laut dangkalm. Pada palung laut dalam, berupa
batuan beku basalt dan batuan metamorfosa ubahan dari batuan periodotit,
berupa serpentinit. Pada kuliah lapangan yang telah dilakukan, objek batuan
yang di jadikan tempat observasi adalah batuan rijang, gamping merah,
lempung bersisik, serpentinit, fillit dan diabas.
2.3.5.2 Geomorfologi Daerah Karangsambung
Geomorfologi adalah studi mengenai bentuk-bentuk permukaan bumi dan
semua proses yang menghasilkan bentuk-bentuk tersebut. Morfologi di
daearah Karangsambung adalah perbukitan struktural dan daerah ini juga
disebut sebagai kompleks melange. Tinggian yang berada di daerah ini antara
lain adalah Gunung Waturanda, bukit Sipako, Gunung Paras, Gunung Brujul,
bukit Jatibungkus. Penyajian melange di lapangan Karangsambung adalah
dalam bentuk blok dengan skala ukuran dari puluhan meter hingga ratusan
meter, selain itu juga terdapat melange yang membentuk sebuah rangkaian
pegunungan.
Selain itu juga terdapat morfologi aluvial di daerah Karangsambung. Salah
satu mrfologi alufial yang berada di daerah Karangsambung adalah sungai
Luk Ulo. Sungai ini termasuk sungai pendahulu, yaitu jenis sungai yang
memotong struktur geologi utama dan termasuk ke dalam umur dewasa.
Tingkat kedewasaan sungai ini terlihat dari bentuknya yang berkelok-kelok
dan adanya keterdapatan meander padasisi kelokannya serta terbentuknya
deposit pada teras sungai. Selain sungai utama, Karangsambung juga memiliki

51
sungai lainnya seperti Kali Muncar, Kali Cacaban, Kali Mandala, Kali
Brengkok dan Kali Jebug.
Perbedaan kekerasan dan ketahanan batuan pada daerah Karangsambung
menghasilkan bentuk topografi dengan timbunan halus sampai kasar. Sebagian
lembahnya sempit dan dalam berbentuk V dengan lereng yang terjal. Akibat
perbedaan kekerasan batuan ada bukit yang seakan-akan mencuat terhadap
sekitarnya, misalnya dekat bukit Jatibungkus, Bujil, dan Pesanggrahan.
Pada daerah ini terdapat deretan pegunungan bukit Gunung Bulukuning,
Dwilang, dan Prahu yang melengkung seperti busur terbuka ke arah barat. Ini
menunjukkan bahwa sebenarnya mengikuti bentuk antiklin Karangsambung
yang sumbunya menunjam ketimur.
Daerah Karangsambung umumnya bermorfologi oval atau elips atau
mampat di ujung-ujungnya. Terdiri dari bukit-bukit dan pegunungan
melingkar, dierosi oleh aliran Kali Luk Ulo yang telah membentuk pola
meander serta lembah-lembah anak sungai Kali Luk Ulo. Morfologi
perbukitan pada umumnya dibangun oleh batuan berumur Pra-Tersier,
sedangkan morfologi punggungan di daerah ini disusun oleh endapan Tersier (
65,5 juta tahun) yang cukup tebal.

Satuan morfologi daerah Karangsambung dapat dibedakan menjadi empat


bagian yaitu :
1. Satuan Daratan
Satuan morforlogi ini terdapat pada daerah aliran sungai (DAS) Luk
Ulo yang luasnya relatif datar dan merupakan daerah dataran banjir
dengan material berukuran lempung krakal yang berasal dari sedimentasi
peluapan banjir. Sungai Luk Ulo sebagai sungai utama. Anak sungai Luk
Ulo antara lain Sungai Wealaran, Cacaban, Lokidang, Gebang, dan
Medana. Kenampakan Sungai Luk Ulo yang berkelok kelok (meander)
dijumpai kenampakan gosong pasir yang terbentuk dari endapan luapan
banjir. Pada pandang pengamtan lainnya, terlihat lembah melebar dengan

52
bekas-bekas meander yang telah ditinggalkan. Satuan daratan ini, umurnya
ditafsirkan stadium dewasa.
2. Satuan Perbukitan Lipatan
Satuan morfologi ini dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:
a) Di bagian selatan menunjukkan struktur sinklin pada puncak Gunung
Paras .
b) Di bagian timur sebelah barat memperlihatkan kenampakan lembah
yang memanjang dan melingkar menyerupai tapal kuda membentuk
amphiteatre.

Aphiteater (pembalikan topografi)


(Sumber: Asikin 1974)

c) Di bagian utara sampai selatan merupakan rangkaian pegunungan


seperti Gunung Paras, Dliwang, Perahu, dan Waturondo. Setelah
dilakukan interpretasi proses pembalikan topografi, secara detail,
bentuk bentang alam dari Gunung Paras ke selatan sampai Gunung
Waturondo, direkonstruksi awalnya merupakan antiklinin pada
lembahnya, dengan memposisikan kelurusan puncaknya, dan Bukit
Bujil sebagai pilarnya. Namun saat ini telah mejadi puncak Gunung
paras dengan struktur sinkilin dan antikilinnya,tersusun oleh batuan
Sedimentasi Breksi Volkanik. Selain itu juga, terdapat bukit- bukit
seperti Bukit Pesanggrahan, Bukit Bujil, dan Bukit Jati

53
Bungkus.Satuan daerah perbukitan ini, tampak bergelombang lemah
dan terisolir pada pandang luas cekungan morfologi amphiteatre.
Batuan yang mengisi satuan ini, menunjukkan Breksi Volkanik yang
tersebar dari Gunung Paras sampai Gunung Waturondo dan sinklinnya
yang terlihat pada puncak Gunung Paras ke arah timur.

3. Satuan Perbukitan-Pegunungan Kompleks Melange(Campur Aduk


Batuan)
Satuan morfologi ini memperlihatkan bukit-bukit memanjang dengan
DAS Sungai Gebong dan Sungi Cacaban yang membentuk rangkaian
Gunung Wangirsambeng, Gunung Sigedag dan Bukit Sipako. Puncak
Gunung wangirsambeng berupa bentukan panorama bukit memanjang
dengan perbedaan ketinggian antara 100-300 M di atas permukaan laut. Di
daerah ini juga, nampak bentang alam yang memperlihatkan bukit-bukit
prismatic hasil proses tektonik.
4. Lajur Pegunungan Serayu Selatan
Bagian utara kawasan geologi Karangsambung merupakan bagian dari
Lajur Pegunungan Serayu Selatan. Pada umumnya daerah ini terdiri atas
dataran rendah hingga perbukitan menggelombang dan perbukitan tak
teratur yang mencapai ketinggian hingga 520 m. Musim hujan di daerah
ini berlangsung dari Oktober hingga Maret, dan musim kemarau dari April
hingga September. Masa transisi diantara kedua musim itu adalah pada
Maret-April dan September-Oktober. Tumbuhan penutup atau hutan sudah
agak berkurang, karena di beberapa tempat telah terjadi pembukaan hutan
untuk berladang atau dijadikan hutan produksi (jati dan pinus).

2.3.5.3 Lokasi 1, Bukit Parang


Batu Diabas (Batuan Beku)
Batuan Diabas (Beku) Berdasarkan Peta Geologi Daerah Karangsambung
dan Penampang litostratigrafinya (Asikin, 1974), diperkirakan bahwa Gunung

54
Parang merupakan hasil intrusi magmatis yang diduga merupakan kelanjutan
dari jalur magmatis selatan Pulau Jawa dan Sumatera.
Batuan Diabas di Gunung Parang merupakan batuan beku basa yang
terbentuk akibat tumbukan antara lempeng benua dengan lempeng samudera
yang kemungkinan terjadi pada kala Miosen. Tumbukan tersebut
menyebabkan terjadinya partial melting batuan menjadi magma yang bersifat
basaltik (magma yang komposisinya kaya Fe dan bersifat relatif encer).
Magma basaltik ini kemudian mengalami alih tempat menuju kerak benua
bagian bawah, kemudian mengalami fraksinasi dan diferensiasi sehingga
membentuk magma diabas yang selanjutnya tersingkap di permukaan bumi
sebagai Gunung Parangan dengan menerobos Formasi Karangsambung.

Batu Diabas (struktur collumnar joint)


(Sumber: Dokumentasi pribadi)

Secara petrografis batuan diabas menunjukan struktur diabasic atau ophitic


dan tersusun oleh mineral plagioklas (labradorit, bytownit), piroksen (augit,
hypersten, enstantit dan diopsid), magnetit, sedikit klorit, serisit serta mineral
karbonat. Batuan diabas termasuk langka terutama di Indonesia karena untuk
membentuk batuan jenis ini diperlukan kondisi tertentu, apalagi Indonesia

55
merupakan wilayah yang termasuk dalam deret busur gunungapi memiliki tipe
gunungapi kerucut sehingga magma yang dihasilkan secara umum adalah
magma andesitik.
Batu Diabas merupakan jenis batuan beku dalam, dengan struktur
collumnar joint (kekar meniang). Penamaan batuan ini diambil dari bentuk
tekstur khusus yang diperlihatkan dari kandungan mineralnya (piroksen dan
plagioklas) yang saling menyilang dikenal sebagai Diabasic.

Slicken side pada batuan diabas


(sumber : dokumentasi pribadi)

2.3.5.4 Lokasi 2, Bukit Wagir Sambing


Singkapan Perselingan antara Batu Rijang (chert) dengan Batu Gamping
Merupakan singkapan lantai samudra yang pada awalnya merupakan bukit
antiklin yang mengalami patahan sehingga membentuk sungai luk ulo disertai
erosi daerah sekitar yang mengakibatkan tersingkapnya batuan lantai samudra
yang merupakan peselingan antara gamping merah berasal dari laut dangkal
dan batu rijang (chert) berasal dari laut dalam ( 4000 meter dibawah
permukaan laut) yang kedua-duanya merupakan batuan sediment. Batuan yang
berwarna merah hati hampir hitam merupkan batu rijang (chert) sedangkan
lapisan batuan yang berwarna merah muda adalah batu gamping.
Proses terbentuknya pada zaman pra-Tersier ada penurunan penaikan
permukaan air laut yang ekstrim (Transgresi atau genangan air laut dan
Regresi atau Susut lair laut) yang disebabkan oleh proses pengangkatan lantai
samudra (orogenesa). Orogenesa adalah pembentukan pegunungan yang

56
dipengaruhi oleh konsep tegasan yang dicirikan oleh lapisan lapisan sedimen
tebal yang terlipat dengan arah sumbu lipatan yang berbeda beda, serta
dicirikan oleh proses deformasi yang berlangsung berkali kali dan merupakan
pengaruh dari berbagai proses yang berbeda-beda, termasuk intrusi dan gejala
pelengseran gaya berat, yang bekerja pada suatu bahan yang berlainan sifat
dan kedalamannya. Ketika terjadi penangkatan lantai samudra mengakibatkan
penurunan permukaan air laut maka terbentuklah gamping merah, sedimentasi
dari benua dan kemudian terjadi lagi penurunan lantai samudra sehingga
menyebabkan penaikan muka air laut dan terbentuklah sedimentasi batu rijang
(chert), begitulah terjadi seterusnya sehingga terbentuklah perlapisan antara
batu gamping merah dari lantai benua dengan batu rijang (chert) dari lantai
samudra.

Singkapan Perselingan antara Batu Rijang (chert) dengan Batu Gamping


(sumber : dokumentasi pribadi)
Pada gambar singkapan diatas terdapat hal yang ridak normal yakni arah
perlapisannya adalah tegak. Ada dua teori yang mengatakan proses terbentuk
singkapan tersebut, yakni:
1. Menurut teori Prof. Dr. Sukendar Asikin, ketika perselingan antara
gamping merah dengan rijang (chert) memasuki daerah subduksi
mendapat tekanan dari dalam (tenaga endogen) bersamaan dengan
terbentuknya bukit antiklin sehingga menyebabkan perselingan tegak
kemudian tererosi sehingga tersingkaplah batuan tersebut.

57
2. Menurut teori Emi Suparka, terbentuknya singkapan tersebut didasari
teori Subduksi dan Obduksi. Ketika perselingan batuan sedimen masuk
dalam zona Akresi lempeng atau zona tumbukan yang dimana salah satu
lempeng menyusup kebawah umumnya lempeng samudra karna masa
lempeng samudra terdiri dari silika magnesium sehingga lebih berat
sementara lempeng benua terangkat keatas karna masa lempeng benua
terdiri dari silika Aluminium sehingga lebih ringan. Berdasarkan teori
subduksi dan obduksi ada sebagian perlapisan batuan yang menyusup
kebawah yang disebut Subduksi dan ada sebagian perlapisan batuan
terangkat keatas yang disebut Obduksi .
Batuan gamping merah dan rijang ini termasuk batuan sedimen, dimana
ciri umumnya berlapis-lapis. Batuan sediment yang ditemui di
Karangsambung lapisannya vertical, hal ini dikarenakan tekanan dari aktifitas
tektonik selama berjuta-juta tahun. Untuk gamping merah materi
penyusunnya sebagian besar dari kalsium yang terikat karbonat CaCO3.
Sedangkan Rijang kebanyakan tersusun atas silica SiO2 dan besi. Dari segi
warna gamping berwarna merah terang dan rijang merah gelap. Dari segi
tekstur gamping lebih kasar dan berpori sedangkan rijang lebih halus. Untuk
membedakan batuan gamping merah dengan rijang dilakukan pengujian
dengan larutan asam (HCl aq). Dengan reaksi-reaksi sebagai berikut:
Gamping merah
CaCO3 + HCl CaCl2 +CO2 + H2O
artinya Gamping merah bereaksi dengan asam. Ini terjadi karena
komposisi kalsium menyebabkan gamping merah bersifat basa.
Rijang
SiO2 + HCl tidak bereaksi
artinya Rijang tidak bereaksi dengan asam
Jadi, salah satu cara untuk membedakan antara batuan gamping merah
dan rijang adalah denga cara menetesi batuan tersebut dengan HCl.

2.3.5.5 Lokasi 3, Sungai Luk Ulo

58
Pada lokasi ini ,dilakukan observasi terhadap material hasil sedimentasi
dan proses-proses yang terjadi di sekitar sungai Luk Ulo untuk mengetahui
litologi dan geologi daerah yang ada di daerah karangsambung. Pada daerah
ini, dijumpai beberapa jenis batuan sedimen yang mendominasi seperti
:Konglomerat, batu pasir, batu lempung, batu lanau, dan lain sebagainnya

Geomorfologi Sungai Luk Ulo


(sumber : dokumetasi pribadi)

2.3.5.6 Lokasi 4, Gamping Numulites


Bongkah batu gamping numuliites merupakan "olistolit" hasil suatu
pelongsoran besar didasar laut dari tepian menuju tengah cekungan yang
dalam. Fosil yang ada menunjukkan bahwa pada kala Eosen kawasan sekitar
Karangsambung merupakan laut dangkal di mana pada tepi-tepi cekungan
diendapkan batu gamping numulite.
Batuan sedimen bioklastik yang dipenuhi oleh fosil Foramnifera
Nummulities yang memberikan petunjuk bahwa batuan ini diendapkan dilaut
dangkal dan berumur hingga 55 juta tahun lalu.
Adapun deskripsi dari batugamping adalah sebagai berikut :
a. Warna : Putih,putih kecoklatan, dan putih keabuan
b. Kilap : Kaca, dan tanah
c. Goresan : Putih sampai putih keabuan
d. Bidang belahan : Tidak teratur
e. Pecahan : Uneven
f. Kekerasan : 2,7 3,4 skala mohs

59
g. Berat Jenis : 2,387 Ton/m3
h. Tenacity : Keras, Kom

2.3.5.7 Lokasi 5, Kali Muncar

Lava bantal, perselingan gamping merah dan batu rijang serta eklogit.
(sumber : dokumetasi pribadi)
1. Batuan basalt (Beku)
Batuan basalt termasuk pada jenis batuan beku yang berasal dari letusan
gunung api. Namun gunung api disini merupakan gunung api dasar laut.
Prosesnya berawal dari gerakan saling menjauh (pemekaran) dasar samudra,
muncul gunung api kemudian memuntahkan lava yang selanjutnya membeku
ketika terkena air laut

60
Gambar
Pembentukan Gunung Api bawah laut. (Sumber: google.com)

Prinsipnya seperti membuat cendol ketika masih panas seketika masuk


kedalam air, kemudian membeku ditambah dengan adanya tekanan hidrostatis
menyebabkan batuan berbentuk bulat. Bentuknya bulat lonjong sehingga
sering disebut pillow lava. Batuan basalt biasanya berwarna hitam dan bersifat
asam.

Lava bantal (pillo lava)


(Sumber: Dokumentasi pribadi)

61
2. Batuan gamping merah dan rijang (Sediment)
Batuan rijang termasuk batuan sedimen. Batuan ini merupakan batuan
sedimen laut dalam ( 4000 meter dibawah permukaan laut). Batuan ini sangat
keras dan kompak dan bersifat silikaan. Mengandung kristal kuarsa yang
saling mengikaat sehingga nampak seperti dilapisi kaca (sernivitreous) dan
mengandung amorphous silica (opal). Batuan ini terbentuk oleh proses
pengendapan pada dasar samudera. Batuan ini kaya akan fosil renik
Radiolaria yang berukuran kurang lebih 1/100 mm. Biasanya batuan ini
berasosiasi dengan batugamping merah. Didaerah Karangsambung, fosil ini
menunjukkan umur Kapur, yaitu sekitar 85 juta hingga 140 juta tahun yang
lalu.
Batu gamping merah juga termasuk batuan sediment. Batuan ini termasuk
kedalam batugamping klastik yang halus hasil dari transport oleh arus dengan
energi lemah di laut dalam yang masih memungkinkan terbentuknya larutan
karbonat. Warna merah merupakan hasil pengotoran mineral lain seperti
minera hematit atau bisa juga akibat oksidasi besi. Batuan ini ralatif keras dan
biasanya berasosiasi dengan sedimen laut dalam seperti rijang.
Batuan gamping merah dan rijang secara teori merupakan batuan yang
hanya bisa ditemui di Dasar lautan. Dan batuan ini terbentuk dari proses
sedimentasi dari hasil pelapukan batuan yang kemudian mengalami transport
ke laut. Sedimentasi dibedakan menjadi dua, yaitu:
a) Sedimentasi di dasar laut dangkal. Contohnya Gamping.
b) Sedimentasi di dasar laut dalam (lebih dari 4000m). Contohnya Rijang
(chert)

62
Singkapan Batu gamping merah dan rijang ( sediment )
(Sumber: Dokumentasi pribadi)

Batuan dari samudra yang terbentuk 60-140 juta tahun yang lalu bisa
ditemui di Karangsambung. Menurut ilmu geologi hal ini terjadi dikarenakan
Karangsambung dahulunya merupakan daerah subduksi, yaitu zona
pertemuan 2 lempeng, lempeng benua Eurasia dan lempeng samudra Hindia.
Pertemuan lempeng samudera akan menunjam kebawah dikarenakan berat
jenis yang lebih tinggi dibandingkan lempeng benua. Penunjaman terus
berlangsung sampai ke perut bumi yang mempunyai suhu dan tekanan yang
tinggi, sehingga batuan menjadi meleleh kemudian ada yang muncul keluar
dari perut bumi. Singkapan-singkapan batuan kuno yang ada di
Karangsambung perlahan muncul di permukaan dikarenakan erosi tanah. Jadi
bisa disimpulkan bahwa Karangsambung dahulunya merupakan batuan dasar
lautan.
Namun sekarang sudah berubah pertemuan lempeng yang terjadi adalah
lempeng benua Australia dari selatan menuju utara ke lempeng Eurasia.
Pertemuan 2 lempeng ini disinyalir sebagai penyebab munculnya rangkaian
gunung-gunung api di Indonesia (Sumatra, jawa, bali , Lombok). Dengan
adanya gunung-gunung api, maka akan terbentuk batuan-batuan beku dari
magma.

63
3. Eklogit
Eklogit adalah batuan metamorf regional yang terbentuk pada temperatur
dan tekanan tinggi (tekanan > 14 kilobar (> 1,2 Gigapascal), temperatur > 550
C, pada kedalaman > 45 km (lihat diagram fasies metamorfik terlampir).
Eklogit dapat merupakan transformasi dari batuan basa/mafik seperti lava
basal dan tuf basaltik, atau gabro dalam lingkungan mantel setelah memasuki
fasies metamorfik sekis biru atau amfibolit. Tetapi eklogit juga dapat
merupakan batuan beku hasil pembekuan magma di kerak bagian bawah atau
mantel bagian atas.
Secara petrografi/mineralogi, eklogit disusun oleh mineral utama: omfasit
(piroksen kaya sodium), garnet, kuarsa; mineral pelengkap: rutil dan pirit; dan
kadang-kadang terdapat mineral: hornblende, kianit, fengit, paragonit, zoisit,
glaukofan, dolomit, korundum, juga intan.
Jenis eklogit lain yang sangat jarang tersingkap adalah eklogit yang
mengandung lawsonit (silikat kalsium-alumunium yang mengandung gugus
hidroksida) UHP ultrahigh pressure, tekanan supertinggi, yang berdasarkan
eksperimen dan pemodelan termal terjadi di suatu subduksi normal kerak
samudera pada kedalaman antara 45-300 km.

Eklogit dengan kandungan garnet yg tersingkap


(sumber : dokumentasi pribadi)

64
Bagaimana eklogit yang ada di bawah kerak Bumi itu, pada kedalaman
minimal 45 km, bisa terangkat ke permukaan kemudian tersingkap? Semuanya
adalah akibat proses geologi yang luar biasa yang disebut EKSHUMASI.
Ekshumasi adalah proses terangkatnya batuan dari tempat dalam ke tempat
dangkal. Ekshumasi menyebabkan perubahan mineralogi pada eklogit, berlaku
proses yang disebut metamorfisme mundur (retrograde metamorphism), yang
ditandai oleh: terbentuknya amfibol dan plagioklas sekunder yang berasal dari
piroksen dan garnet atau terbentuknya titanit yang berasal dari rutil. Dalam
kondisi ekshumasi yang ekstrem, eklogit dapat seluruhnya berubah menjadi
amfibolit atau granulit.
Densitas eklogit lebih tinggi daripada lingkungan astenosfer (mantel atas)
sekelilingnya, sehingga dalam proses subduksi, biasanya eklogit dibawa
masuk ke dalam mantel. Tetapi eklogit bisa terangkat kembali ke tempat
dangkal (ekshumasi) antara lain melalui proses pembawaan oleh material
mantel yang naik (plume) yang berasal dari leburan peridotit yang merupakan
material paling banyak di mantel atas. Saat ekshumasi ini, eklogit bisa
terdekompresi dan berubah menjadi piroksenit yang leburannya lalu menjadi
basal. Dengan transformasi tersebut sesungguhnya dapat dipahami mengapa
singkapan eklogit langka di permukaan sebab tidak jarang eklogit telah
mengalami transformasi menjadi batuan lain.

2.3.5.8 Lokasi 6, Puncangan


Batuan serpentinite (Metamorf - Malihan)
1. Batuan serpentinite termasuk pada batuan malihan. Berasal dari
perut bumi di bawah lantai dasar samudera. Batu ini malihan dari
batu ultra basa hasil pembekuan magma pada kerak samudra.
Sedangkan batu ultrabasa sendiri batuan asalnya dari peridotite dan
dunite, banyak mengandung mineral olivine yang menyebabkan
berwarna hijau. Batu-batu ini berubah ketika bersentuhan dengan air
laut . Kemudian batu ultrabasa bergerak bersama Batuan
metamorf, terdiri atas filit, sekis, marmer.

65
Filit merupakan batulempung yang telah mengalami
metamorfisma tingkat rendah. Kenampakan di lapangan berwarna
abu-abu kehitaman, lunak, mengalami deformasi yang cukup kuat
yang dicirikan oleh pembentukan lipatan-lipatan kecil (micro fold).
Singkapan yang baik dijumpai di sisi tebing Sungai Luk Ulo di
sebelah utara singkapan lava bantal.

Sekis merupakan kelanjutan proses metamorfisma filit.


Kenampakan di lapangan menunjukan sifat berlapis, dibeberapa
tempat mengandung garnet. Berdasarkan hasil penanggalan
radioaktif K-Ar terhadap mineral Mika, diketahui batuan ini
mengalami metamorfisma pada 117 juta tahun yang lalu atau setara
dengan Jaman Kapur hingga Awal Tersier (Ketner dkk, 1976).

lempeng samudera, kemudian masuk zona subduksi, terjadi proses


penunjaman disertai metamorfosa kedua menjadi batu serpentinite, dan
terakhir muncul ke luar perut bumi disertai retak-retak dikarenakan tekanan.

Singkapan batuan serpentinit (metamorf)


(Sumber:Dokumentasi pribadi)

Batuan VSerpentinit tersusun dari mineral serpentin yang mengandung


Chrysotilr (mengkristal membentuk serat tipis panjang). Batuab ini merupakan
batuan metamorf (ubahan) dari batuan ultra basa seperti peridotit yang

66
merupakan penyusun kerak samudra. Jadi, singkatnya magma (peridotite,
dunite)-batu ultrabasa-serpentinite. Serpentinite sering digunakan sebagai
sumber mineral, contohnya pembuatan asbes, talc, dll. Batuan ini bersifat
rapuh (kekar). Serpentinite juga mempunyai sifat magnetis (nonfoliasi).

2.3.5.9 Lokasi 7, Tepian Kali Luk Ulo / Kaki bukit Sipako


Batuan filit (Metamorf)
Batuan filit (warna hitam) berasal dari lempung hitam yang kaya akan
karbon (C). Bertekstur Lepidoblastik (Terdiri dari mineral mineral yang
tabular). Prosesnya berawal dari daerah palung , kemudian masuklah mineral-
mineral organic terutama karbon, kemudian lempeng samudera masuk zona
subduksi, kemudian menerima panas dan tekanan, kemudian berubah menjadi
filit.

Gambar Singkapan batuan filit (metamorf dengan derajat rendah)


(Sumber: Dokumentasi pribadi)
Filit merupakan jenis batuan metamorf derajat rendah dengan tekstur
foliasi, berbutir halus. Filit berwarna hitam keperakan dari mineral klorit,
muskofit dan sensit yang membentuk saling sejajar.

67
Marmer merupakan ubahan dari batugamping yang telah
mengalami metamorfisma regional. Singkapan yang baik dijumpai
di sekitar desa, yang merupakan lokasi bekas penambangan. Sifat
fisik batuannya antara lain berwarna putih (dominan) dan abu-abu
kemerahan yang mencerminkan adanya proses oksidasi, di
beberapa tempat masih menampakan adanya bidang perlapisan,
disusun oleh mineral kalsit yang sebagian sudah mengkristal.
Adanya bidang lapisan pada tubuh batuan menunjukan bahwa asal
mula batuannya berasal dari batugamping klastik. Tubuh batuan ini
dipotong oleh sejumlah sesar baik minor maupun major, hal ini
dicerminkan dengan banyaknya bidang-bidang sesar dengan
berbagai macam arah jurus serta berbagai macam sifat
pergerakannya (Dijelaskan lebih lanjut pada pembahasan struktur).

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari laporan KKL 2015 yang telah disusun adalah :

1. Kuliah Kerja Lapangan (KKL) merupakan kegiatan yang


dilaksanakan guna memenuhi aspek aplikatif dari kurikulum
Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Bangka Belitung,
dengan harapan besar melalui kegiatan ini akan terbentuk pribadi
mahasiswa yang memiliki mental serta keilmuan mengenai dunia
pertambangan.
2. Waktu pelaksanaan kegiatan KKL 2015 dimulai pada tanggal 10
15 Agustus 2015 dengan kunjungan observasi lapangan ke PT.
Antam (Persero) Tbk. UBPE Pongkor Jawa Barat, PT. Pertamina
Geothermal Energy Area Kamojang Jawa Barat, dan UPT Balai
Informasi dan Koservasi Kebumian Karangsambung Kebumen.
3. Kunjungan pertama pada PT.Antam (Persero) Tbk. UBPE Pongkor
yaitu mengenai Unit Penambangan Emas Pongkor dengan lokasi
Gunung Pongkor , Desa Nunggul Kecamatan Nanggung , Bogor.

68
4. Sistem Penambangan yang dilakukan yaitu underground mining
dengan metode penambangan Cut and Fill . Daerah eksplorasi
penambangan di sekitar Tambang Cikotok dan Pongkor .
5. Produksi utama emas dan perak ANTAM berasal dari tambang
bawah tanah Pongkor, Jawa Barat dan Cibaliung, Banten. Tambang
emas Pongkor memiliki tiga urat emas utama yakni Ciguha,
Kubang Cicau dan Ciurug. Pada urat emas Ciurug ANTAM
menggunakan metode penambangan mechanised cut and fill
dengan peralatan hydraulic jumbo drill dan load haul dump (LHD).
6. Tambang emas Cibaliung dioperasikan dengan metode
penambangan mekanis cut and fill dan undercut and fill yang
kemudian diolah melalui beberapa proses seperti crushing, milling,
cyanidation, carbon leaching dan stripping, electro winning dan
casting untuk memproduksi bullion/dore dan kemudian dikirimkan
untuk dimurnikan menjadi emas di UBPP Logam Mulia di Jakarta.
7. Kunjungan selanjutnya pada PT Pertamina Geothermal Energy
(PGE) Area Kamojang . Area Kamojang pertama kali beroperasi
pada tahun 1982. Total Kapasitas PLTP saat ini sebesar sebesar
200MW terdiri atas PLTP Unit 1,2,3 total 140 MW yang dimiliki &
dioperasikan oleh PLN serta PLTP unit 4 sebesar 60 MW yang
dimiliki & dioperasikan oleh PT PGE (total project).
8. Sistem pasokan uap utama untuk PLTP Area Kamojang yaitu
sumur uap yang dibuat didasarkan atas adanya lapisan yang
mendapatkan energi panas dari magma yang ada pada perut bumi
dengan Magma yang mempunyai temperatur lebih dari 1200oC
mengalirkan energi panas bumi secara konduksi pada lapisan
batuan yang berupa bed rock yang terdapat lapisan mngandung air.
Selanjutnya, air dalam lapisan tersebut mngambil energi panas dari
bed rock secara konveksi dan induksi. Kondisi ini mengakibatkan
suhu padalapisan aquifer yang memberikan kecendrungan untuk
bergerak naik, akibat adanya perbedaan berat jenis.
9. Sistem pembangkitan PLTP kamojang merupakan system
pembangkitan yang memanfaatkan tenaga panas bumi yang berupa
uap. Uap tersebut diperoleh dari sumur sumur produksi yang
dibuat oleh Pertamina. Sedangkan untuk System pendingin di
PLTP Kamojang merupakan system pendingin dengan sirkulasi
tertutup dari air hasil kondensasi uap, dimana kelebihan kondensat
yang terjadi direinjeksi ke dalam sumur reinjeksi. Prinsip
penyerapan energi panas dari air yang disirkulasikan adalah dengan
mengalirkan udara pendingin secara paksa dengan arah aliran tegak
lurus, menggunakan 5 fan cooling tower.

69
10. Sistem Pemeliharaan Mesin PLTP Kamojang memiliki teknik
pemeliharaan dilakukan di PT Indonesia Power UBP Kamojang
ada 4 macam, diantaranya Preventif, Periodik, Prediktif, dan
Korektif. Dimana :
Preventif , Pemeliharaan ruitn yang dilakukan secara
kontinyu
Periodik , Pemeliharaan yang disesuaikan dengan jam
operasi perangkat kerja guna penggantian pelumas dan
penggantian spare part. Dan tekhnik pemeliharaan terumit
dan beresiko adalah overhaul. Yaitu pemeliharaan
perangkat utama yang dilakukan kurang lebih 12 bulanan
atau 8000 jam kerja turbin.
Prediktif , Pemeliharaan yang dilakukan berupa pengujian
perangkat untuk menganalisis kinerja alat sehingga umur
alat bias diprediksi serta dapat dilakukan pemeliharaan dan
penggantian alat sebelum alat itu rusak total dan tidak
berfungsi.
Korektif , Proses penggantian suatu perangkat saat
perangkat itu rusak. Proses pemeliharaan ini diminimalisir
dengan mengintefsikan proses pemeliharaan prediktif agar
tidak terjadi kerusakan yang beruntun.
11. Kunjungan terakhir pada Balai Informasi Dan Konservasi
Kebumian Karangsambung LIPI dilakukan selama 2 hari dengan
kegiatan konservasi di berbagai tempat di karangsambung untuk
mengetahui sejarah terbentuknya Karangsambung yang merupakan
lokasi pembentukan bumi karena merupakan zona subduksi dengan
keadaan geologi yang berbeda dari tempat lainnya.
12. Lokasi konservasi dimulai pada Bukit Parang yaitu lokasi dimana
terdapatnya Batuan Beku Diabas . Lokasi ini diperkirakan
merupakan hasil intrusi magmatis yang diduga merupakan
kelanjutan dari jalur magmatis selatan Pulau Jawa dan Sumatera.
Batuan Diabas di Gunung Parang merupakan batuan beku basa
yang terbentuk akibat tumbukan antara lempeng benua dengan
lempeng samudera yang kemungkinan terjadi pada kala Miosen
yang menyebabkan terjadinya partial melting batuan menjadi
magma basaltik kemudian mengalami alih tempat menuju kerak
benua bagian bawah, kemudian mengalami fraksinasi dan
diferensiasi sehingga membentuk magma diabas yang selanjutnya
tersingkap di permukaan bumi sebagai Gunung Parangan dengan
menerobos Formasi Karangsambung.

70
13. Lokasi Selanjutnya Bukit Wagir Sambing yaitu lokasi di mana
terdapatnya Singkapan Perselingan antara Batu Rijang (chert)
dengan Batu Gamping . singkapan lantai samudra yang pada
awalnya merupakan bukit antiklin yang mengalami patahan
sehingga membentuk sungai luk ulo disertai erosi daerah sekitar
yang mengakibatkan tersingkapnya batuan lantai samudra yang
merupakan peselingan antara gamping merah berasal dari laut
dangkal dan batu rijang (chert) berasal dari laut dalam ( 4000
meter dibawah permukaan laut) yang kedua-duanya merupakan
batuan sedimen. Proses terbentuknya pada zaman pra-Tersier ada
penurunan penaikan permukaan air laut yang ekstrim (Transgresi
atau genangan air laut dan Regresi atau Susut lair laut) yang
disebabkan oleh proses pengangkatan lantai samudra (orogenesa).
Batuan gamping merah dan rijang ini termasuk batuan sedimen,
dimana ciri umumnya berlapis-lapis. Batuan sediment yang
ditemui di Karangsambung lapisannya vertical, hal ini dikarenakan
tekanan dari aktifitas tektonik selama berjuta-juta tahun. Pada
lokasi ini batu gamping dan rijang diidentifikasi dari segi fisiknya
serta dilakukan identifikasi menggunakan cairan HCL untuk
mengetahui sifat batuan karbonatan antara gamping dan rijang.
14. Lokasi selanjutnya Sungai Luk Ulo yaitu sungai yang terbentuk
dari patahan antiklin dengan singkapan dari Bukit Wagir Sambing.
Pada lokasi ini ,dilakukan observasi terhadap material hasil
sedimentasi dan proses-proses yang terjadi di sekitar sungai Luk
Ulo untuk mengetahui litologi dan geologi daerah yang ada di
daerah karangsambung. Pada daerah ini, dijumpai beberapa jenis
batuan sedimen yang mendominasi seperti : Konglomerat, batu
pasir, batu lempung, batu lanau, dan lain sebagainnya.
15. Lokasi selanjutnya yaitu dimulai pada hari kedua dengan lokasi
gamping numulites . Bongkah batu gamping numuliites merupakan
"olistolit" hasil suatu pelongsoran besar didasar laut dari tepian
menuju tengah cekungan yang dalam. Fosil yang ada menunjukkan
bahwa pada kala Eosen kawasan sekitar Karangsambung
merupakan laut dangkal di mana pada tepi-tepi cekungan
diendapkan batu gamping numulite.
Batuan sedimen bioklastik yang dipenuhi oleh fosil Foramnifera
Nummulities yang memberikan petunjuk bahwa batuan ini
diendapkan dilaut dangkal dan berumur hingga 55 juta tahun lalu.
16. Lokasi selanjutnya yaitu lokasi ke 5 Kali Muncar . Pada lokasi ini
trdapat beberapa batuan yang di observasi di antaranya :

71
Batuan Basalt : Batuan basalt termasuk pada jenis batuan
beku yang berasal dari letusan gunung api. Namun gunung
api disini merupakan gunung api dasar laut. Prosesnya
berawal dari gerakan saling menjauh (pemekaran) dasar
samudra, muncul gunung api kemudian memuntahkan lava
yang selanjutnya membeku ketika terkena air laut.
Batu Gamping Merah dan Rijang : Batuan rijang ini
merupakan batuan sedimen laut dalam ( 4000 meter
dibawah permukaan laut). Batuan ini sangat keras dan
kompak dan bersifat silikaan. Batuan ini terbentuk oleh
proses pengendapan pada dasar samudera. Batuan ini kaya
akan fosil renik Radiolaria yang berukuran kurang lebih
1/100 mm. Biasanya batuan ini berasosiasi dengan
batugamping merah. Batuan ini termasuk kedalam
batugamping klastik yang halus hasil dari transport oleh
arus dengan energi lemah di laut dalam yang masih
memungkinkan terbentuknya larutan karbonat. Warna
merah merupakan hasil pengotoran mineral lain seperti
minera hematit atau bisa juga akibat oksidasi besi. Batuan
ini ralatif keras dan biasanya berasosiasi dengan sedimen
laut dalam seperti rijang.
Eklogit : Eklogit dapat merupakan transformasi dari batuan
basa/mafik seperti lava basal dan tuf basaltik, atau gabro
dalam lingkungan mantel setelah memasuki fasies
metamorfik sekis biru atau amfibolit. Tetapi eklogit juga
dapat merupakan batuan beku hasil pembekuan magma di
kerak bagian bawah atau mantel bagian atas.
17. Lokasi Selanjutnya yaitu Puncangan yang terdapat batuan
Serpentinit ( Metamorf Malihan ) . Batuan serpentinite termasuk
pada batuan malihan. Berasal dari perut bumi di bawah lantai dasar
samudera. Batu ini malihan dari batu ultra basa hasil pembekuan
magma pada kerak samudra. Sedangkan batu ultrabasa sendiri
batuan asalnya dari peridotite dan dunite, banyak mengandung
mineral olivine yang menyebabkan berwarna hijau. Pembentukan
singkatnya yaitu magma (peridotite, dunite)-batu ultrabasa-
serpentinite. Serpentinite sering digunakan sebagai sumber
mineral, contohnya pembuatan asbes, talc, dll. Batuan ini bersifat
rapuh (kekar). Serpentinite juga mempunyai sifat magnetis
(nonfoliasi).

72
18. Lokasi terakhir yaitu lokasi Tepian Kaki Luk Ulo / Kaki Bukit
Sipako . Pada lokasi ini terdapat batuan Filit . Batuan filit (warna
hitam) berasal dari lempung hitam yang sudah kaya akan karbon
(C). Bertekstur Lepidoblastik (Terdiri dari mineral mineral yang
tabular). Prosesnya berawal dari daerah palung , kemudian
masuklah mineral-mineral organic terutama karbon, kemudian
lempeng samudera masuk zona subduksi, kemudian menerima
panas dan tekanan, kemudian berubah menjadi filit. Batuan ini
memiliki microfault (sesar minor) yaitu adanya garis lekukan
lekukan pada batuan berukuran kecil. Filit merupakan jenis batuan
metamorf derajat rendah dengan tekstur foliasi, berbutir halus yang
merupakan ubahan dari batu lempung dan memperlihatkan lipatan
mikro yang intensif. Filit berwarna hitam keperakan dari mineral
klorit, muskofit dan sensit yang membentuk saling sejajar.

73

Anda mungkin juga menyukai