Anda di halaman 1dari 7

Tinjauan Terhadap Permasalahan Dalam Pengusahaan 1

TINJAUAN TERHADAP PERMASALAHAN DALAM PENGUSAHAAN


PERTAMBANGAN BATU BARA DI INDONESIA

Haris Retno Sumiyati


(Dosen Fakultas Hukum Universitas Mulawarman)

ABSTRACT
Indonesia merupakan negara kepulauan dikenal memiliki kekayaan tambang batu bara yang
sangat besar. Diperkirakan cadangan Batu bara di Indonesia sebanyak 38 milyar ton. Saat ini Batu
bara kembali dilirik sebagai energi alternative, seiring semakin menipisnya cadangan minyak dan
gas bumi Indonesia.
Beberapa permasalahan dalam pengusahaan pertambangan Batu bara di Indonesia diantaranya
: (1) Penguasaan Negara atas bahan galian tambang Batu bara sangat besar; (2) Kebijakan
Pertambangan Batu bara Lebih Berpihak Pada modal asing; (3) Konflik Pemilikan lahan dengan
Penduduk Lokal dan meniadakan posisi masyarakat adat; (4) Tumpang tindih lahan dengan sektor
lain; (5) Pelanggaran HAM dalam Pengusahaan Pertambangan Batu bara; (6) Ketiadaan konsep
“Pencadangan Energi”; (7) Tidak berpihak terhadap lingkungan; (8) Reklamasi lahan paska
penambangan tidak dilakukan; (9) Rakyat akan mudah dikriminalkan.
Kesalahan utama kebijakan dan orientasi pertambangan Batu bara di Indonesia bermula dari
ketentuan UU No. 11 tahun 1967 tentang Ketentuan Pokok Pertambangan, yang berorientasi pada
kekuatan modal besar dan eksploitatif. Sebagai upaya memutus mata rantai kebijakan pertambangan
yang tambal sulam, perlu dilakukan suatu terobosan berani, yaitu melakukan moratorium.
Batu bara meskipun menjadi energi alternative saat ini, tetapi sifatnya tetap merupakan
kekayaan alam yang tidak dapat diperbarui. Oleh karena itu jika dilakukan penambangan secara
terus menerus nasibnya akan sama dengan minyak bumi, pada saatnya akan habis, karena itu
diperlukan pengelolaan yang baik dengan startegi pemanfaatan yang bijaksana.

Key words: Batu bara (coal), Pertambangan Batu bara (coal mining), Departemen Energi dan Sumber
Daya Mineral (Dept. ESDM/ Departement of Energy and Mineral Resources), Pencadangan mineral
(mineral reserve)

PENDAHULUAN sebanyak 104 juta ton dan daerah-daerah lain


sebanyak 111 juta ton. Dengan data tersebut,
A. Latar Belakang maka Kalimantan merupakan pulau yang
terbesar memiliki cadangan Batu bara di
Indonesia merupakan negara yang dikenal Indonesia.
sangat kaya dengan kekayaan tambang. Salah satu
Tabel 1 : Data Cadangan dan Sumber daya
yang menjadi kekayaan Indonesia adalah Batu bara
mineral Batu bara di Indonesia
(coal). Penambangan Batu bara telah dilakukan di Cadangan dan Sumber daya mineral batu bara (juta ton)
Indonesia sejak jaman Belanda. Berdasarkan data Lokasi Terukur Terindikasi Total Cadangan
yang dilansir di Annual Survey of Mining Kalimantan 6.536 14.552 21.088 2.505
 Kalimantan 3.272 9.856 13.128 1.727
Companies 2002/2003 – Fransier Institute, Timur 2.428 4.101 6.529 386
Indonesia sebenarnya memiliki potensi investasi di  Kalimantan 74 192 266 4
Selatan 762 403 1.165 388
sector pertambangan di urutan 16 dari 47 negara  Kalimantan
yang memiliki potensi Batu bara. Sementara untuk Barat
kandungan Batu bara, berdasarkan analisa Asian  Kalimantan
Tengah
Development Bank, 70 persen cadangan Batu bara Sumatra 4.900 12.564 17.764 2.857
ada di Sumatera dan sisanya di Kalimantan.  Sumatra Utara 64 1.764 1.828 --
 Sumatra Tengah 350 803 1.153 157
Secara detil diungkapkan dalam data  Sumatra Selatan 4.432 9.910 14.342 2.683
cadangan dan sumber daya mineral Batu bara yang  Bengkulu 54 87 141 17
Sulawesi 20 84 104 --
dikeluarkan oleh Departemen Energi dan Lain-lain 28 83 111 --
Sumberdaya Mineral (ESDM). Kalimantan Total 11.484 27.284 38.768 5.362
memiliki total sumberdaya mineral Batu bara Sumber : Data ESDM
sebanyak 21.088 juta ton. Cadangan terbesar
terdapat di Kalimantan Timur sebesar 13.128 juta Batu bara kembali dilirik seiring semakin
ton. Sedangkan Sumatra sumberdaya mineral Batu menipisnya cadangan minyak dan gas bumi
baranya sebanyak 17.764 juta ton. Sulawesi Indonesia. Apalagi dengan terjadinya krisis

Risalah Hukum, Edisi Nomor 2, Desember 2005 ISSN 0216-969X


Tinjauan Terhadap Permasalahan Dalam Pengusahaan 2

minyak yang melanda negeri ini, Batu bara bakar mesin uap. Di Indonesia penambangan
kemudian ditempatkan sebagai energi alternative. Batu bara secara sistemik telah dikenal sejak
Salah satu pertimbangannya adalah besarnya jaman penjajahan.(Gali-gali, 2000).
cadangan yang tersedia di bumi Indonesia ini. Batu bara merupakan suatu campuran
Pemakaian Batu bara di dalam negeri padatan yang heterogen dan terdapat di alam
diantaranya untuk memenuhi kebutuhan pabrik dalam tingkat/grade yang berbeda dari lignit,
semen sekitar 4,7 juta ton pertahun. Sementara subbitumine dan antarasit (Sukandarrumidi,
pemakai Batu bara terbesar di dalam negri adalah 1995, dalam Salim, 2005: 191).
pembangkit listrik tenaga uap (PLTGU) yang Batu bara meskipun menjadi energi
mencapai 20 juta ton pertahun (Kompas, 16 Maret alternative saat ini, tetapi sifatnya tetap
2004). merupakan kekayaan alam yang tidak dapat
Indonesia merupakan Negara pengekspor diperbarui. Oleh karena itu jika dilakukan
Batu bara terbesar di dunia. Berdasarkan data yang penambangan secara terus menerus nasibnya
diolah dari sumber Departemen ESDM tahun akan sama dengan minyak bumi, pada saatnya
2005, dari periode 2000 hingga 2004 ekspor batu akan habis, karena itu diperlukan pengelolaan
bara Indonesia mencapai 411,710 juta ton. Bahkan yang baik dengan strategi pemanfaatan yang
Departemen ESDM memprediksi pada tahun 2005 bijaksana.
ekspor Batu bara akan meningkat hingga 150 juta Sejak tahun 1967 hingga tahun 2000,
ton dibandingkan tahun sebelumnya nilai ekspor pemerintah telah mengeluarkan 908 ijin
nya adalah 130 juta ton. pertambangan yang terdiri dari kontrak karya
Tabel 2 : Data Produksi dan ekspor Batu bara (KK), kontrak karya Batu bara (KKB) dan
Indonesia kuasa pertambangan (KP). Luas lahan yang
Tahun Produksi Ekspor diperuntukkan untuk aktifitas pertambangan
(Juta Ton) (Juta Ton) tersebut mencapai 84.152.875,92 Ha atau
2000 76,820 57,152
2001 90,351 66,505
hampir 50% dari luas total daratan Indonesia.
2002 87,875 74,178 Jumlah tersebut belum termasuk perijinan
2003 112 83,875 untuk kategori bahan galian C yang
2004 135 130 perijinannya dikeluarkan oleh pemerintah
Jumlah 502,046 411,710 daerah (Data base Jatam, Gali-gali, 2000).
Sumber : Diolah dari Departemen ESDM 2005
Begitu banyak aktivitas penambangan Batu
Besarnya cadangan Batu bara Indonesia dan bara di Indonesia, mau tidak mau akan
perhatian yang cukup besar terhadap Batu bara memunculkan berbagai persoalan.
sebagai alternative energi sekarang dan masa B. Permasalahan dalam Pengusahaan
depan, akan menjadi sumber konflik social jika Pertambangan Batu bara di Indonesia
tidak dikelola secara bijak. Karena itu tulisa ini Indonesia memiliki cadangan Batu bara
ingin mengupas berbagai permaslahan yang selama yang relative besar. Kondisi tersebut
ini melingkupi operasional tambang Batu bara di mengundang banyak investor untuk
Indonesia. menanamkan investasinya disektor
penambangan Batu bara. Kehadiran perusahaan
B. Rumusan Masalah disektor penambangan Batu bara diyakini
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan banyak pihak akan memberikan kontrib usi
masalah yang akan diangkat dan dibahas adalah bagi pendapatan Negara dan daerah. Tetapi
permasalahan dalam pengusahaan pertambangan yang harus diingat pula bahwa disetiap
Batu bara di Indonesia berkaitan dengan kebijakan aktivitas penambangan Batu bara ada berbagai
pertambangan Batu bara berdasarkan Undang- persoalan, diantara persoalan-persoalan dalam
undang Pokok Pertambangan No. 11 Tahun 1967. pengusahaan pertambangan Batu bara adalah
sebagai berikut:
PEMBAHASAN
1. Penguasaan Negara atas bahan galian
A. Batu bara Energi Alternatif yang Bisa tambang Batu bara sangat besar
Habis Konsep awal pengaturan soal tambang
Batu bara diyakini banyak pihak sebagai adalah merujuk pada pasal 33 ayat 3 UUD
bahan tambang untuk energi alternative 1945 yang menyebutkan “Bumi dan air dan
menggantikan peranan minyak bumi yang semakin kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
menipis, berdasarkan perkiraan akan habis dikuasai oleh negara, dan dipergunakan untuk
cadangannya pada tahun 2019. Penambangan Batu sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Kata-
bara sudah dikenal sejak lama, pada abad ke 13 kata “dikuasai oleh negara” dalam pasal 33 ayat
Marcopolo menemukan bahwa orang Cina sudah 3 UUD 1945 tersebut merupakan dasar bagi
memasak menggunakan Batu bara. Bahkan diabad konsep penguasaan negara atas bahan tambang.
ke 18 Batu bara sudah digunakan untuk bahan

Risalah Hukum, Edisi Nomor 2, Desember 2005 ISSN 0216-969X


Tinjauan Terhadap Permasalahan Dalam Pengusahaan 3

Merujuk ketentuan UU Pokok Agraria No. 5 kebijakan pemerintah orde baru yang lebih
tahun 1960, Hak Menguasai Negara (HMN) mendukung eksploitasi skala besar dan modal
dinyatakan dalam pasal 2 ayat 2, yang asing. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967
menyebutkan “Hak menguasai dari negara” jugalah yang menjadi rujukan pengaturan
memberi wewenang untuk : tentang pertambangan batu bara.
- Mengatur dan menyelenggarakan peruntukkan, Konsep penguasaan negara atas bahan
penggunaan, persediaan dan pemeliharaan tambang juga diadopsi oleh Undang-Undang
bumi, air dan ruang angkasa tersebut; Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan
- Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan Pokok Pertambangan. Dalam pasal 1 ayat 1
hukum antara orang-orang dengan bumi, air dan disebutkan “Segala bahan galian yang terdapat
ruang angkasa; dalam wilayah hukum pertambangan Indonesia
- Menentukan dan mengatur hubung-hubungan yang merupakan endapan-endapan alam
hukum antara orang-orang dan perbuatan- sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa, adalah
perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan kekayaan nasional bangsa Indonesia dan oleh
ruang angkasa. karenanya dikuasai dan dipergunakan oleh
Sedangkan pada pasal 2 ayat 3 UUPA Nomor negara untuk sebesar-besarnya kemakmuran
5 tahun 1960, menyatakan bahwa wewenang yang rakyat.”
bersumber pada Hak Menguasai dari Negara pada Sedangkan yang dimaksud dengan bahan
ayat 2 pasal ini digunakan untuk mencapai sebesar- galian menurut UU No. 11 tahun 1967 pasal 2
besar kemakmuran rakyat dalam arti kebangsaan, (a) adalah “unsur-unsur kimia, mineral-mineral,
kesejahteraan dan kemerdekaan dalam masyarakat bijih-bijih dan segala macam batuan termasuk
dan negara hukum Indonesia yang merdeka, batu-batu mulia yang merupakan endapan-
berdaulat, adil dan makmur. endapan alam.”
Ketentuan tentang HMN atas bahan tambang Bahan galian tambang digolongkan dalam
memang tidak disebut secara eksplisit dalam pasal tiga golongan menurut pasal 3 ayat 1 yaitu : (a)
33 ayat 3 UUD 1945. Tetapi pengertian agak Golongan bahan galian strategis; (b) Golongan
samar ada dalam UUPA No. 5 tahun 1960. galian vital; (c) Golongan bahan galian yang
Menurut UUPA pengertian bumi termasuk di tidak termasuk dalam golongan a atau b.
dalamnya adalah bahan tambang. Dalam ketentuan Berdasarkan penjelasan Undang-Undang
pasal 1 ayat 4, dinyatakan “dalam pengertian bumi, Nomor 11 tahun 1967, pembagian dalam tiga
selain permukaan bumi termasuk pula tubuh bumi golongan bahan galian didasarkan pada
di bawahnya serta yang berada di bawah air.” pentingnya bahan galian yang bersangkutan
Ketentuan pasal diatas memberikan suatu bagi negara. Bahan galian strategis dalam arti
interpretasi otentik tentang apa yang dianggap kata “strategis” untuk pertahanan/keamanan
dengan istilah bumi. Pengertian bumi dalam Negara atau strategis untuk menjamin
UUPA meliputi permukaan bumi, berikut apa yang perekonomian negara. Bahan galian vital dalam
ada di bawahnya serta yang terdapat didalam air. arti dapat menjamin hajat hidup orang banyak.
Berdasarkan tafsiran pasal tersebut dapat pula
dimasukkan tentang bahan tambang sebagai bagian Sedang yang tidak dianggap langsung
dari bumi. mempengaruhi hajat hidup orang banyak, baik
Konsepsi Hak Menguasai Negara (HMN) karena sifatnya maupun karena kecilnya jumlah
merupakan masalah serius dalam praktik letakan (deposit) bahan galian itu digolongkan
pertambangan di Indonesia. Konsepsi ini kerap kedalam golongan ketiga.
melahirkan berbagai kebijakan salah kaprah yang Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor
berdampak bagi penduduk lokal. Dari konsepsi ini 27 Tahun 1980 pasal 1, Batu bara termasuk
pula tercipta tindakan-tindakan negara yang tidak bahan galian golongan A, yaitu bahan galian
bijak. strategis. Bahan galian lain yang termasuk
dalam golongan A adalah:
2. Kebijakan Pertambangan Batu bara Lebih minyak bumi, bitumen cair, lilin bumi, gas
Berpihak Pada modal asing alam; bitumen padat, aspal; antrasit, Batu bara,
Pertambangan di Indonesia diatur dalam Batu bara muda; uranium, radium, thorium dan
Undang-undang Pokok Pertambangan Nomor 11 bahan galian radioaktif lainnya; nikel, kobalt;
Tahun 1967. Khusus pertambangan minyak dan dan timah.
gas bumi, diatur tersendiri dalam Undang-Undang Pasal 4 ayat 1 dan 2 menentukan bahwa
Nomor 22 Tahun 2001. Sejak orde baru, kebijakan menteri menjadi pelaksana dari penguasaan
pertambangan Indonesia memperlihatkan semangat negara dan pengaturan usaha pertambangan
kuat untuk mengeksploitasi pertambangan. untuk bahan galian strategis dan vital, serta
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang pemerintah daerah sebagai pelaksana dari
penanaman Modal Asing dan Undang-Undang penguasaan negara dan pengaturan usaha
Nomor 11 Tahun 1967 memperlihatkan arah

Risalah Hukum, Edisi Nomor 2, Desember 2005 ISSN 0216-969X


Tinjauan Terhadap Permasalahan Dalam Pengusahaan 4

pertambangan untuk bahan galian yang tidak


termasuk dalam kategori vital dan strategis. 4. Tumpang tindih lahan dengan sektor
Keberpihakan pemerintah kepada investor lain
asing nampak pada pasal 5 Peraturan Pemerintah Industri pertambangan batu b ar a
Nomor 25 Tahun 2000, yang menyatakan : merupakan industri yang lapar lahan/tanah.
“Perjanjian dan komitmen internasional yang telah Untuk mengeruk batu bara diperlukan
berlaku dan akan dibuat oleh pemerintah juga ketersediaan areal tambang yang sangat luas.
berlaku bagi daerah otonom.” Ketentuan tersebut Hal ini memicu tumpang tindih peruntukan
memperlihatkan betap pemerintah sangat lahan dengan sektor lain. Salah satu contohnya
melindungi pengusaha asing yang telah adalah PT Indominco Mandiri yang beroperasi
menanamkan modalnya di Indonesia. Substansi di Kalimantan Timur. Luas Konssesi PT
pasal tersebut akan membahayakan bagi daerah Indominco Mandiri seluas : 99.922 Hektar.
sebab apabila pemerintah pusat mengadakan Tumpang Tindih yang terjadi diantaranya
perjanjian internasional berkaitan dengan Hutan lindung : 13.469,59 Hektar, HL.
pertambangan Batu bara, maka daerah akan tunduk Bontang, Kawasan Konservasi : 4.499,87
dengan apa yang dilakukan pemerintah tersebut. Hektar, Tn. Kutai. Ironisnya justru pemerintah
Salah satu contohnya adalah pertambangan PT melegitimasinya melalui Perppu No. 1 tahun
Banpu Kitadin sebuah perusahaan asing yang 2004 yang membolehkan penambangan di
dimiliki pengusaha asal Thailand, yang berlokasi kawasan hutan lindung.
di Desa Kertabuana Kec Tenggarong Seberang Bentuk tumpang tindih dan
kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan inkonsistensi peruntukan lahan adalah di areal
Timur. Sejak 24 tahun yang lalu Desa Kertabuana pertambangan Batu bara PT Kitadin yang
merupakan daerah transmigrasi yang berhasil. beroperasi di wilayah Kutai Kartanegara
Bahkan menjadi lumbung padi bagi Kalimantan Kalimantan Timur. Lahan yang sejak 24 tahun
Timur. Tetapi karena Pemerintah memberikan lalu merupakan daerah transmigarasi, secara
Kuasa Pertambangan (KP) Eksploitasi KW. sepihak ditetapkan pemerintah sebagai areal
96P00174/Kaltim kepada PT Banpu Kitadin yang penambangan PT Kitadin – Banpu. Pengalihan
meliputi Desa Kertabuana sebagai areal fungsi lahan yang semula sebagai lahan
penambangannya, maka lumbung padi harus persawahan menjadi areal pertambangan dan
dirubah menjadi areal penambangan Batu bara. diikuti mubazirnya proyek bendungan senilai
Pemda Kutai kartanegara mengaku tidak bisa 29 milyar. Kasus ini menunjukkan adanya
menolak keputusan tersebut karena ini kemauan Tumpang tindih penggunaan lahan yang dipicu
pemerintah pusat. adanya inkonsistensi dalam perencanaan
penggunaan lahan di Kutai Kartanegara.
3. Konflik Pemilikan lahan dengan Penduduk
Lokal dan meniadakan posisi masyarakat 5. Pelanggaran HAM dalam Pengusahaan
adat Pertambangan Batu bara
Besarnya kekuasaan pemerintah untuk Pengusahaan pertambangan Batu bara
mengeluarkan ijin Kuasa pertambangan Batu bara, memunculkan banyak konflik dengan
mengakibatkan secara sepihak pemerintah dapat masyarakat sekitar areal penambangan. Dalam
mengklaim suatu wilayah sebagai tanah negara penyelesaian sengketa ini seringkali diwarnai
bebas dan memberikan Kuasa pertambangan dengan pelanggaran HAM. Seperti yang terjadi
kepada perusahaan tambang Batu bara berakibat di kasus PT KPC dengan masyarakat desa
terampasnya wilayah hidup rakyat. Hal inilah yang sekerat yang mengalami intimidasi selama
memicu terjadinya konflik kepemilikan lahan proses ganti rugi lahan kebunnya. Kasus PT
dengan penduduk lokal. Kideco Jaya Agung perusahaan tambang asal
Berdasarkan pasal 16, 25, 26, 27, dan 32 UU Thailand yang beroperasi di Pasir Kalimantan
No. 11 tahun 1967, hak masyarakat adat tidak Timur sarat dengan perampasan tanah adat,
diakui keberadannya jika perusahaan tambang hutan dan kebun tanpa ganti rugi, penangkapan
masuk. Salah satu contohnya adalah PT Kaltim dan intimidasi terhadap masyarakat lokal yang
Prima Coal (PT KPC) dengan dasar mengantongi melibatkan aparat keamanan untuk
KP Batu bara diwilayah Sekerat Sekurau mengamankan kepentingan perusahaan
Kecamatan Bengalon Kabupaten Kutai Timur tambang.
Provinsi Kalimantan Timur, maka mengklaim
kebun masyarakat sebagai areal tambangnya dan
mengusir masyarakat Kutai yang telah berdiam di
lokasi tersebut jauh sebelum PT KPC datang. Ganti 6. Ketiadaan konsep “Pencadangan
rugi yang diberikan kepada para pemilik lahan Energi”
hanya sebesar Rp. 11,- permeter. (Jatam Kaltim, Kekayaan Batu bara Indonesia yang
2002). mencapai 38 milyar ton, sayangnya tidak

Risalah Hukum, Edisi Nomor 2, Desember 2005 ISSN 0216-969X


Tinjauan Terhadap Permasalahan Dalam Pengusahaan 5

dikelola dengan benar. Perspektif yang dimiliki kuasa pertambangan yang bersangkutan
oleh pemerintah adalah : menggali dan diwajibkan mengembalikan tanah sedemikian
memanfaatkan sebesar-besarnya bahan tambang. rupa sehingga tidak menimbulkan bahaya
Indonesia tidak memiliki konsep “Mineral penyakit atau bahaya lainnya.”
reserve”, tak memiliki strategi untuk “mengelola”
agar kekayaan bahan tambangnya masih bisa digali Ketentuan diatas ternyata dalam
terus oleh generasi yang akan datang, atau akan pelaksanaannya tidak berjalan efektif. Baik
lebih panjang umur pemanfaatannya. Akibatnya, perusahaan pertambangan Batu bara maupun
dimanapun bahan galian itu terpendam akan segera pemerintah tidak mematuhi ketentuan tersebut.
digali. Meskipun harus dibayar dengan terjadinya Lahan bekas tambang umumnya dibiarkan
kemiskinan masyarakat sekitar areal tambang, menganga menjadi danau-danau beracun.
kerusakan lingkungan, konflik dengan masyarakat Kalaupun dilakukan reklamasi hanya setengah
lokal dll. Tentu saja nasibnya tak akan berbeda hati, tidak ada upaya serius untuk memulihkan
dengan minyak bumi, Batu bara suatu saat juga kondisi lingkungan. Hal ini terjadi karena tidak
akan habis. adanya sanksi tegas bagi perusahaan tambang
yang melakukan pelanggaran. Pihak
7. Tidak berpihak terhadap lingkungan pemerintah seolah menutup mata atas perilaku
Beroperasinya perusahaan pertambangan perusahaan yang tidak mengindahkan
Batu bara ternyata menimbulkan berbagai masalah kewajiban reklamasi.
lingkungan bagi kawasan disekitar areal
penambangan. Diwilayah Kalimantan Selatan 9. Rakyat akan mudah dikriminalkan
sebagai contoh, dimana beroperasi dua perusahaan Persoalan yang lain adalah adanya
pertambangan Batu bara skala besar yaitu PT konsep kriminalisasi terhadap rakyat melalui
Arutmin dan PT Adaro. Keberadaan dua UU Pertambangan untuk meminggirkan hak-
perusahaan tersebut menyebabkan puluhan hektar hak rakyat atas bahan tambang, hal ini
sawah rakyat dikabupaten Tapin mengalami tercantum dalam pasal 32 ayat 2 UU No. 11
kerusakan. Begitu pula yang terjadi di Desa Muara tahun 1967 : “Dihukum dengan hukuman
Satui Kabupaten Kotabaru, sumur-sumur warga selama-lamanya tiga bulan dan/atau dengan
desa tercemar oleh aktivitas penambangan Batu denda setinggi-tingginya sepuluh ribu rupiah,
bara sehingga sudah tidak layak lagi dikonsumsi. barang siapa yang berhak atas tanah merintangi
Tiap tahunnya sekitar 2 km tanah masyarakat desa atau mengganggu usaha pertambangan yang
Satui mengalami longsor. Masalah tersebut terjadi sah..” Dengan ketentuan tersebut maka hak-hak
sebagai akibat aktivitas penambangan Batu bara. masyarakat ketika berhadapan dengan
(Gali-gali, 2000). perusahaan tambang batu bara akan sangat
Kondisi yang harus dihadapi masyarakat mudah dikalahkan.
Kalimantan Timur adalah kualitas air sungai
Mahakam yang menurun sekitar dua hingga tiga Pengusahaan pertambangan Batu bara
persen, dihitung dari parameter kualitas air, yang di Indonesia jika dikaji sarat dengan berbagai
antara lain disebabkan penambangan Batu bara. permasalahan. Oleh karena itu perlu kemauan
Penurunan kualitas air ini berdampak pada biaya politik pemerintah untuk secara serius
kesehatan yang harus ditanggung masyarakat menyelesaikan persoalan-persoalan yang
sekitar Rp. 207,1 milliar setiap tahun. Pada lima terjadi. Penyelesaian atas sengketa berkaitan
tahun ke depan, biaya kesehatan yang harus dengan penambangan Batu bara hendaknya
ditanggung akibat penurunan kualitas air dapat memenuhi rasa keadilan para pihak yang
meningkat menjadi 383 milliar pertahun. Biaya bersengketa. Jika hal ini tidak dilakukan maka
tersebut belum termasuk biaya pemulihan kualitas akan terjadi krisis sosial yang bersumber pada
lingkungan yang terlanjur rusak, menurut Kaspoel konflik pertambangan Batu bara.
Basran Kepala Bapedalda Kalimantan Timur.
(Kompas, 9 April 2003) PENUTUP
A. Kesimpulan
8. Reklamasi lahan paska penambangan tidak Batu bara yang diharapkan menjadi
dilakukan energi alternative paska minyak menipis, harus
Bagi perusahaan tambang yang telah selesai dikelola secara bijak, karena Batu bara seperti
melakukan penambangan Batu bara harus halnya minyak bumi merupakan energi tak
melakukan kewajiban reklamasi lahan. Hal ini terbarukan. Pada akhirnya Batu bara akan habis
sesuai ketentuan Pasal 30 UU Pertambangan seperti juga minyak bumi.
Nomor 11 tahun 1967 yang secara tegas Kegiatan pengusahaan pertambangan
menyatakan : Batu bara di Indonesia tidak terlepas dari
“Apabila selesai melakukan penambangan berbagai persoalan yang melingkupinya.
dan galian pada suatu tempat pekerjaan, pemegang Sedikit dari persoalan yang dapat diungkapkan

Risalah Hukum, Edisi Nomor 2, Desember 2005 ISSN 0216-969X


Tinjauan Terhadap Permasalahan Dalam Pengusahaan 6

adalah : (1) Besarnya penguasaan Negara atas2. Evaluasi perijinan yang telah
bahan galian tambang Batu bara, yang kerap kali diberikan. Upaya evaluasi terhadap perijinan
menjadi dasar keluarnya kebijakan-kebijakan yang yang telah diberikan sebaiknya dilakukan
salah kaprah; (2) Kebijakan pertambangan Batu secara sistematis untuk seluruh jenis perijinan
bara lebih berpihak pada modal asing, yang yang ada. Bila langkah ini dilakukan tidak
akhirnya memaksa daerah untuk tunduk pada mustahil pemerintah akan menemukan banyak
komitmen pemerintah pusat pada perjanjian pemegang ijin yang tidak melakukan
internasioanal yang dibuat; (3) Terjadinya konflik penambangan, sehingga ijin patut dibekukan.
kepemilikan lahan penduduk local dan upaya3. Meninggikan standar kualitas
meniadakan posisi masyarakat adapt; (4) pengelolaan lingkungan hidup. Pemerintah
Terjadinya tumpang tindih lahan pertambangan seringkali dinilai tidak serius menegakkan
Batu bara dengan sector lain; (5) Terjadinya hukum lingkungan dengan menindak pelaku-
pelanggaran HAM dalam pengusahaan pelaku kerusakan lingkungan. Tidak adanya
pertambangan Batu bara; (6) Ketiadaan konsep sanksi tegas bagi perusahaan pertambangan
pencadangan energi, akan mengancam nasib Batu Batu bara yang tidak serius melakukan
bara seperti minyak bumi saat ini; (7) Kebijakan reklamasi lahan merupakan fenomena yang
pengusahaan pertambangan batu bara tidak banyak terjadi.
berpihak pada kelestarian lingkungan; (8)4. Pembentukan lembaga Penyelesaian
Reklamasi paska penambangan tidak dilakukan; sengketa pertambangan. Sengketa
serta (9) Kebijakan pengusahaan pertambangan pertambangan dengan masyarakat sekitar areal
Batu bara akan membuka peluang rakyat mudah tambang, semakin meningkat dari waktu
dikriminalkan. kewaktu. Untuk menyelesaikan sengketa rakyat
Kesalahan utama kebijakan dan orientasi dengan perusahaan pertambangan diperlukan
pertambangan Batu bara di Indonesia bermula dari suatu pelembagaan konflik agar tercapai solusi
ketentuan UU No. 11 tahun 1967 tentang yang memuaskan berbagai pihak. Lembaga
Ketentuan Pokok Pertambangan. Sejak saat itu penyelesaian sengketa pertambangan ini
Indonesia memilih politik hukum pertambangan seharusnya diprakarsai oleh Negara dan
yang berorientasi pada kekuatan modal besar dan perusahaan tambang melalui resolusi konflik.
eksploitatif. Sehingga regulasi pemerintah pada Resolusi konflik hanya bisa tercapai jika
akhirnya lebih berpihak pada kepentingan modal. melibatkan semua stake holder yang berada
pada posisi yang sederajat. Resolusi konflik
B. Saran pertambangan sebaiknya dijadikan kebijakan
Persoalan-persoalan yang muncul dalam pemerintah, dengan melibatkan fasilitatoir
pengusahaan tambang Batu bara, memerlukan professional agar terhindar dari dominasi
langkah kongkret dari pemerintah untuk pihak-pihak yang bersengketa. Kesepakatan-
mengatasinya. Jika langkah-langkah berani tidak kesepakatan yang dibangun dalam mekanisme
diambil maka akan memunculkan berbagai konflik penyelesaian (resolusi) konflik sebaiknya
social dimasa dating. Oleh karena itu pemerintah dijadikan bagian dari re-negosiasi kontrak,
harus melakukan moratorium (penghentian sehingga secara hukum mengikat pihak
sementara). Dengan melakukan moratorium maka perusahaan.
pemerintah diharapkan akan lebih mampu menata5. Kebijakan strategi pemanfaatan
kebijakan dan orientasi pertambangan Indonesia di sumber daya mineral. Selama ini tidak ada
masa depan yang berpihak tidak hanya kebijakan pemanfaatan sumber daya mineral
kepentingan investasi tetapi juga melindungi termasuk Batu bara secara bijak. Yang dikenal
kepentingan penduduk lokal, bangsa kelestarian justru prinsip “Keruk habis jual murah”.
lingkungan hidup dan kepentingan generasi Sehingga akan mengancam ketersediaan
mendatang. sumber daya mineral dan Batu bara dimasa
Sebagai langkah konkrit melakukan datang. Adanya kebijakan pengelolaan
moratorium pertambangan, maka yang harus sumberdaya mineral dan Batu bara secarea
dilakukan pemerintah adalah : bijak, maka kita akan dapat mengelola sumber
1. Penghentian pemberian perijinan baru. daya mineral dan Batu bara yang tidak dapat
Pertambangan Batu bara yang telah dikeluarkan diperbarui tersebut akan lebih panjang umur
ijinnya ternyata menyimpan persoalan tumpang pemanfaatannya.
tindih lahan dengan sector lain, serta luasannya DAFTAR PUSTAKA
yang sudah tidak rasional. Oleh karena ituA. Literatur
pemerintah harus menghentikan sementara ---------------, 2003, Indonesia Mineral & Coal Statistics,
pemberian ijin baru sampai dikeluarkannya Directorate of Mineral and Coal Enterprises,
kebijakan penambangan Batu bara yang bijak dan Direktorat General of Geology and Mineral
tidak merugikan masyarakat dan lingkungan. Resources, Ministry of Energy and Mineral
Resources, Jakarta.

Risalah Hukum, Edisi Nomor 2, Desember 2005 ISSN 0216-969X


Tinjauan Terhadap Permasalahan Dalam Pengusahaan 7

---------------, 2002, Menggugat Kebijakan PertambanganB. Peraturan Perundang-undangan


Indonesia, Jaringan Advokasi Tambang (JATAM), Undang-undang Nomor 11 tahun 1967 tentang
Jakarta. Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan.
HS, Salim, 2005, Hukum Pertambangan Indonesia, Rajawali Undang-undang Nomor 1 tahun 1967 tentang
Pers, Jakarta. Penanaman Modal Asing.
Saleng, Abrar, 2004, Hukum Pertambangan, UII Press, Undang-undang Nomor 5 tahun 1960 tentang
Yogyakarta. Ketentuan Pokok Agraria
Bachriadi, Dianto, 1998, Merana Di Tengah Kelimpahan. Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1980.
ELSAM (Lembaga Studi dan Advokasi
Masyarakat), Jakarta. C. Lain-lain
----------------, 2002, Pemetaan Dampak Jalur Hijau PT KPC Buletin Gali-gali, 7 Desember 2000.
terhadap Masyarakat Desa Sekerat-Sekurau, Buletin Ngerebo, Juni 2005
Jaringan Advokasi Tambang (JATAM) Kompas, 2 September 2003
Kalimantan Timur, Samarinda. Kompas, 9 April 2003

Risalah Hukum, Edisi Nomor 2, Desember 2005 ISSN 0216-969X

Anda mungkin juga menyukai