Anda di halaman 1dari 13

BAB II

DASAR TEORI

2.1. Latar Belakang Perusahaan

2.1.1. Lokasi Perusahaan

Aktivitas bisnis Vale Indonesia tersebar di empat wilayah. Pertama berada di Jakarta
yang merupakan kantor pusat bisnis dan manajemen perusahaan. Kedua, berada di
Makassar yang merupakan kantor cabang manajemen untuk wilayah operasi Provinsi
Sulawesi Selatan. Kemudian Sorowako yang merupakan pusat operasional
perusahaan dan Bahodopi di yang merupakan proyek pengembangan Vale Indonesia
di masa depan.

1. Jakarta

DKI Jakarta merupakan kota terbesar di Indonesia. Berlokasi di barat laut


Pulau Jawa dengan luas 661 kilometer persegi, Jakarta menjadi pusat area
metropolitan Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi).
Berdiri pada abad ke-4, Jakarta, yang dulu bernama Batavia, telah berperan
sebagai ibukota dan merupakan lokasi pelabuhan dagang penting bagi
Kerajaan Sunda.

Jakarta adalah pusat bisnis dan pemerintahan RI. Di sini berdiri kantor-kantor
pemerintah pusat, kantor BUMN, perusahaan swasta, dan perusahaan asing.
Pada 2012, pendapatan per kapita masyarakat Jakarta sebesar Rp 110,46 juta
per tahun (USD 12,270). Dalam periode 2009-2012, pembangunan gedung-
gedung pencakar langit (di atas 150 meter) di Jakarta mencapai 87,5%. Hal ini
menempatkan Jakarta sebagai salah satu kota dengan pertumbuhan pencakar
langit tercepat di dunia.

Dengan jumlah penduduk Jabodetabek sekitar 28 juta jiwa, area tersebut


merupakan kawasan metropolitan terbesar di Asia Tenggara atau urutan kedua
di dunia. Dari kumpulan data penduduk yang dirilis Wendell Cox
Demographia, Tokyo-Yokohama tercatat menjadi kota terbesar, diikuti
Jabodetabek, Seoul-Incheon, Delhi, Shanghai dan Manila.

2. Makassar

Dulu dikenal sebagai Ujung Pandang, Makassar adalah ibu kota provinsi
Sulawesi Selatan. Kota Makassar memiliki wilayah seluas 175 kilometer
persegi dan penduduk kurang lebih 1,4 juta jiwa. Kota ini termasuk salah satu
kota terbesar di Indonesia. Suku yang signifikan jumlahnya di kota Makassar
adalah suku Makassar, Bugis, Toraja, Mandar, Buton, Jawa, dan Tionghoa.

Melalui peran pelabuhan Makassar, kota ini berperan sebagai kota niaga
terpenting di Kawasan Timur Indonesia (KTI), sekaligus menjadi pusat
aktivitas ekonomi, pemerintahan dan pendidikan di wilayah Indonesia Timur.
Kekayaan bahari Makassar merupakan bagian dari Dangkalan Spermonde
(Spermonde Shelf), hamparan ratusan pulau di barat Sulawesi Selatan. Dari
jumlah itu, duabelas pulau di antaranya merupakan bagian wilayah Kota
Makassar.

Sejarah Makassar masih terjaga hingga kini. Fort Rotterdam, benteng


peninggalan Kesultanan Gowa dan dibangun kembali oleh Gubernur Jenderal
Speelman dengan langgam arsitektur Belanda, masih berdiri megah. Bahkan
seorang wartawati New York Times menyebutnya “the best preserved Dutch
fort in Asia”.

3. Sorowako

Sorowako adalah pusat operasional Vale Indonesia dan kawasan permukiman


karyawan. Merupakan satu dari 11 kecamatan di Kabupaten Luwu Timur
yang berjarak 590 kilometer dari Makassar, ibu kota Provinsi Sulawesi
Selatan. Sorowako memiliki populasi penduduk sebanyak 25.537 jiwa (2011).
Menurut garis Wallacea, kawasan ini secara biogeografis merupakan zona
transisi dua daerah pengaruh Asia (bagian Barat) dan EAustralia (bagian
Timur). Hal itu yang membuat daerah yang terdapat Danau Matano ini kaya
akan keanekaragaman flora dan fauna.

Danau Matano memiliki kedalaman 594 meter yang sekaligus menjadikannya


danau terdalam di Asia Tenggara. Danau yang memiliki visibilitas air yang
baik ini merupakan habitat ikan endemis seperti Opudi (Telmatherina
celebensis) dan Butini (Glossogobius matanensis).

4. Bahodopi

Bahodopi adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Morowali, Sulawesi


Tengah. Kabupaten Morowali memiliki luas wilayah 14.489 kilometer persegi
dan berpenduduk sebanyak 179.649 jiwa. Kabupaten ini merupakan hasil
pemekaran dari Kabupaten Poso.

Dalam rencana pengembangan PT Vale (growth plan), di lokasi ini akan


dibangun pelabuhan laut dan pabrik pemurnian nikel (refinery) untuk
mengolah nickel matte yang dihasilkan di pabrik pemorosesan PT Vale di
Sorowako.

2.1.2. Sejarah Perusahaan

PT Vale mempunyai sejarah yang membanggakan di Indonesia. Diawali dengan


ekplorasi di wilayah Sulawesi bagian timur pada tahun 1920-an. Kegiatan eksplorasi,
kajian dan pengembangan tersebut terus dilanjutkan pada periode kemerdekaan dan
selama masa kepemimpinan Presiden Soekarno.

PT Vale (yang saat itu bernama PT International Nickel Indonesia) didirikan pada
bulan Juli 1968. Kemudian di tahun tersebut PT Vale dan Pemerintah Indonesia
menandatangani Kontrak Karya (KK) yang merupakan lisensi dari Pemerintah
Indonesia untuk melakukan eksplorasi, penambangan dan pengolahan bijih nikel.
Sejak saat itu PT Vale memulai pembangunan smelter Sorowako, Kabupaten Luwu
Timur, Sulawesi Selatan.

Melalui Perjanjian Perubahan dan Perpanjangan yang ditandatangani pada bulan


Januari 1996, KK tersebut telah diubah dan diperpanjang masa berlakunya hingga 28
Desember 2025.

Pada bulan Oktober 2014, PT Vale dan Pemerintah Indonesia mencapai kesepakatan
setelah renegosiasi KK dan berubahnya beberapa ketentuan di dalamnya termasuk
pelepasan areal KK menjadi seluas hampir 118.435 hektar.

Ini berarti luasan areal KK telah berkurang hingga hanya 1,8% dari luasan awal yang
diberikan oleh Pemerintah Indonesia pada saat penandatanganan KK tahun 1968
seluas 6,6 juta hektar di bagian timur dan tenggara Sulawesi akibat serangkaian
pelepasan areal KK.

2.1.3. Bidang Usaha

Bidang usaha utama PT. Vale adalah pertambangan, yang memegang peranan penting
pada zaman modern ini. Dari ponsel sampai pesawat terbang, dari struktur bangunan
sampai uang logam, bijih merupakan bahan-bahan yang sangat dibutuhkan untuk
kehidupan sehari-hari.

PT Vale mengoperasikan salah satu operasi tambang dan pengolahan nikel laterit
terpadu terbesar di dunia yang berlokasi di dekat Sorowako di Pulau Sulawesi,
Indonesia. Operasi bisnis kami terdiri dari penambangan dan pengolahan bijih
menjadi produk nikel dalam matte, yaitu produk yang digunakan dalam pembuatan
nikel rafinasi. Produksi kami pada tahun 2014 mencapai 78.726 ton nikel dalam
matte. Ini merupakan produksi tertinggi yang pernah dicapai, melampaui rekor
sebelumnya yaitu 76.727 ton pada tahun 2007.

Pabrik pengolahan kami di Sorowako memiliki tiga tanur pengering berbahan bakar
minyak, lima tanur pereduksi berbahan bakar minyak, empat tanur listrik, dan tiga
converter Pierce-Smith. Kami telah membangun dan memelihara infrastruktur
pendukung yang mencakup fasilitas pelabuhan dan jalan untuk mengangkut dan
mengapalkan produk akhir kami serta terminal bahan bakar minyak di Mangkasa
Point. Kami juga memiliki dan mengoperasikan tiga fasilitas pembangkit listrik
tenaga air dengan total kapasitas rata-rata 365 megawatt (MW).

Dengan cadangan dan sumber daya nikel kami yang sangat baik, kami menyediakan
pasokan jangka panjang yang handal ke konsumen nikel hilir, khususnya di Jepang,
negara tujuan pengapalan kami. Semua produksi nikel dalam matte kami terikat
dalam penjualan kepada Vale Canada Limited (VCL) dan Sumitomo Metal Mining
Co, Ltd (SMM), dimana perjanjian penjualan tersebut mengatur bahwa 80% dari
produksi tahunan kami dibeli oleh VCL dan 20% lainnya oleh SMM berdasarkan
formula harga LME.

2.2. Hasil Tambang

Vale adalah produsen nikel terbesar kedua di dunia. Nikel adalah logam sangat
berguna yang dimanfaatkan di mana-mana. Nikel keras namun bisa dibentuk, tahan
karat, dan sifat mekanis serta fisiknya tetap bertahan biarpun terpapar suhu ekstrem.

Nikel bermutu tinggi berguna untuk pelapisan dan baterai. Nikel memberi lapisan
metalik cemerlang dan hadir di banyak barang, dari uang logam sampai mobil.

Tambang dan operasi nikel di PT. Vale berada di Brasil, Kanada, Indonesia dan
Kaledonia Baru, juga ada pemurnian milik kami maupun joint venture di China,
Korea Selatan, Jepang, Inggris, dan Taiwan.

PT. Vale memproduksi beragam produk yang mampu memenuhi aneka kebutuhan
konsumen nikel. Kantor pemasaran regional kami langsung melayani konsumen di
seluruh dunia.
Gambar 2.1 Peta Wilayah Tambang dan Operasi PT. Vale Indonesia

 
Bijih sulfida yang kami tambang tak hanya mengandung nikel. Unsur-unsur lain
seringkali ditemukan, dan dengan mengekstraksi dan memroses nikel, kami juga
memproduksi kobalt, tembaga, dan logam mulia.

Nikel dan manusia sudah lama bermitra: penggunaan logam nikel diketahui sudah ada
sejak tahun 3500 SM.

1. Logam campuran

Nikel jarang digunakan tersendiri; biasanya nikel dipadukan dengan logam-


logam lain menjadi logam campuran. Paduan-paduan tersebut menghasilkan
bahan-bahan dengan berbagai sifat unik yang tak ditemukan pada logam
murni.

2. Penggunaan logam campuran

Campuran nikel dan logam lain telah dikembangkan untuk digunakan di


mesin jet dan turbin gas industri untuk membangkitkan listrik. Campuran
nikel juga ditemukan di elemen pemanas, kawat resistor, penukar panas di
pembangkit listrik, dan komponen tungku.
Berikut adalah karakter, sifat fisik dan sifat kimia yang dimiliki oleh nikel, antara
lain:

Tabel 2.1. Karakteristik Nikel


No Karakteristik Keterangan Umum
.
1. Simbol Ni
2 Nomor atom 28
3. Bentuk struktur kristalnya FCC
4. Massa atom standar 58,6934 g/mol
5. Massa jenis 8,908 g.cm-3
6. Titik leleh 1728 K, 1455°C, 2651°F
7. Titik didih 3186 K, 2913°C, 5275°F
8. Kalor pelelehan 17,48 kJ.mol-1
9. Kalor penguapan 377,5 kJ.mol-1
10. Kapasitas Kalor 26,07 J.mol-1. K-1

a. Sifat Fisika
Sifat fisika nikel, antara lain:
1. Berwarna putih keperak-perakan yang berkilat, keras, tahan karat,
mudah ditempa dan padat.
2. Tahan terhadap oksidasi dan memiliki kemampuan mempertahankan
sifat aslinya dibawah temperatur yang ekstrim.
3. Dalam keadaan murni bersifat lembek, tetapi jika dipadukan dengan
besi, krom dan logam lainnya dapat membentuk baja tahan karat yang
keras.
4. Sedikit ferromagnetis.
5. Merupakan konduktor yang agak baik terhadap panas dan listrik.
6. Mudah dipoles, disolder dan ditarik oleh magnet.
Gambar 2.3. Nikel Matte

b. Sifat Kimia
Sifat kimia nikel, antara lain:
1. Pada temperatur kamar, bereaksi lambat dengan udara.
2. Jika dibakar, reaksi berlangsung cepat membentuk oksida NiO.
3. Bereaksi dengan Cl2 membentuk Klorida (NiCl2).
4. Bereaksi dengan steam H2O membentuk Oksida NiO.
5. Bereaksi dengan HCl encer dan asam sulfat encer, yang reaksinya
berlangsung lambat.
6. Tidak beraksi dengan basa alkali

2.3. Proses Pengolahan

Hasil tambang ini punya karakteristik yang tahan oksidasi dan korosi. Maka dari itu
nikel diolah dan dimanfaatkan dengan maksimal. Salah satu pengolahan tambang
nikel terbesar di Indonesia ada di Sorowako, Sulawesi Selatan yang dikelola oleh PT
Vale Indonesia.

Pengolahan nikel sendiri dimulai dari pembukaan lahan (land clearing). Lalu,
dilakukan stripping alias pengelupasan lapisan tanah penutup yang biasanya dibuka
dengan kedalaman 5-10 meter. Setelahnya, lahan dikeruk dengan perhitungan yang
sudah dilakukan sebelumnya.

Kelimpahan nikel dalam kulit bumi berada pada peringkat ke-24, terdapat dalam bijih
bersama-sama dengan arsen, antimon, dan belerang. Nikel adalah komponen yang
banyak ditemukan dalam meteorit dan menjadi ciri komponen yang membedakan
meteorit dari mineral lainnya.

Meteorit besi atau siderit, dapat mengandung alloy besi dan nikel yang memiliki
kadar 5–25%. Nikel diperoleh secara komersial dari petlandit dan pirotit di kawasan
Sudbury Ontario. Kawasan ini adalah sebuah daerah yang menghasilkan 30%
kebutuhan dunia akan nikel.

Bijih sufida dari nikel biasanya telah diolah atau diekstraksi menggunakan
pyrometalurgy (proses ekstraksi yang dilakukan pada temperatur tinggi) untuk
menghasilkan liquid matte yang akan digunakan pada pemurnian tahap berikutnya.
Untuk memproses Nikel digunakan ekstraksi logam hydrometalurgy (proses ekstraksi
yang dilakukan pada temperatur yang relatif rendah).

Adapun proses pyrometalurgy untuk menghasilkan liquid matte yang akan digunakan
pada pemurnian tahap berikutnya meliputi:
1. Komunisi
Komunisi adalah proses reduksi ukuran dari bijih agar mineral bisa terlepas
dari bijjhnya. Berbeda dengan pengolahan emas, dalam tahap komunisi bijih
nikel ini, hanya dibutuhkan ukuran maksimal 30mm sehingga hanya
dibutuhkan crusher saja dan tidak dibutuhkan grinder.
2. Drying
Dryring atau pengeringan dibutuhkan untuk mengurangi kadar moisture
dalam bjih. Bisanya kadar moisture dalam bijih sekitar 30-35% dan
diturunkan dalam proses ini dengan rotary dryer menjadi 23%. Dalam rotary
dryer ini, pengeringan dilakukan dengan cara mengalirkan gas panas yang
dihasilkan dari pembakaran pulverized coal dan marine fuel dalam Hot Air
Generator (HAG) secara Co-Current (searah) pada temperatur sampai 200°C.
3. Calcining
Tujuan utama proses ini adalah menghilangkan air kristal yang ada dalam
bijih. Air kristal yang biasa dijumpai adalah serpentine (3MgO.2SiO 2.2H2O)
dan goethite (Fe2O3.H2O). Proses dekomposisi dilakukan dalam Rotary Kiln
dengan temperatur sampai 850°C meggunakan pulverized coal secara Counter
Current. Disamping menghilangkan air kristal, pada proses ini juga biasanya
didesain sudah terjadi reaksi reduksi dari NiO dan Fe2O3.

Dalam teknologi Krupp rent, semua reduksi dilakukan dalam rotaru kiln dan
dihasilkan luppen. Sedangkan dalam teknologi Electric Furnace, hanya sekitar
20% NiO tereduksi secara tidak langsung dalam rotary kiln menjadi Nikel dan
80% Fe2O3 menjadi FeO sedangkan sisanya dilakukan dalam electric
furnace. Produk dari rotary kiln ini disebut dengan calcined ore dengan
kandungan moisture sekitar 2% dan siap lebur dalam electric furnace.
4. Smelting
Proses peleburan dalam electric furnace adalah proses utama dalan rangkaian
proses ini. Reaksi reduksi 80% terjadi secara langsung dan 20% secara tidak
langsung pada temperatur sampai 1650°C.
5. Refining
Pada proses ini yang paling utama adalah menghilangkan atau memperkecil
kandungan Sulfur dalan crude Fe-Ni dan sering disebut desulfurisasi.
Dilakukannya proses ini, berkaitan dengan kebutuhan proses lanjutan yang
digunakannya Fe-Ni sebagai umpan untuk pembuatan baja dimana baja yang
bagus harus mengandung Sulfur maksimal 20 ppm sedangkan kandungan
Sulfur pada Crude Fe-Ni masih sekitar 0.3, sehingga jika kandungan sulfur
tidak diturunkan maka pada proses pembuatan baja membutuhkan kerja keras
untuk menurunkan kadar.

Bijih nikel dipanggang di udara menghasilkan NiO, yang kemudian direduksi dengan
Carbon menjadi Nikel. Nikel biasanya dimurnikan dengan elektrode posisi. Namun
dalam nikel yang tinggi kemurniannya tetap dibuat dengan proses karbonil. Karbon
Monoksida akan bereaksi dengan Nikel yang tidak murni pada temperatur 50ºC dan
tekanan biasa atau dengan anyaman nikel tembaga dalam keadaan yang lebih kuat
menghasilkan Ni(CO)4 yang mudah menguap, dimana logam dengan kemurnian
99,90 - 99,99 % diperoleh pada komposisi termal 200º C.
Nikel diekstrak dari bijihnya dengan proses pemanggangan menghasilkan logam yang
kemurniannya lebih dari 80%. Pemurnian akhir dari proses pemurnian nikel oksida
menggunakan proses Mond, yang dapat meningkatkan kemurnian nikel hingga 99%.

Proses Mond yang kadang-kadang dikenal sebagai proses karbonil adalah teknik yang
diciptakan oleh Ludwig Mond pada tahun 1890 untuk mengekstrak dan memurnikan
nikel. Proses ini digunakan secara komersial sebelum akhir abad ke-19. Hal ini
dilakukan dengan mengkonversi oksida nikel (nikel dikombinasikan dengan oksigen)
ke nikel murni.

Proses ini memanfaatkan fakta bahwa ikatan kompleks antara karbon monoksida
dengan nikel mudah dan reversibel untuk memberikan karbonil nikel. Proses ini
memiliki tiga langkah, yaitu:
1. Nikel oksida direaksikan dengan Syngas pada 200°C untuk menghilangkan
oksigen, meninggalkan nikel murni. Kotoran termasuk besi dan kobalt.
2. Nikel murni direaksikan dengan karbon monoksida berlebih pada 50-60°C
untuk membentuk karbonil nikel.
3. Campuran karbon monoksida berlebih dan nikel karbonil dipanaskan
hingga 220-250°C.
Untuk memisahkan nikel dengan wastenya dapat dibantu dengan melihat tingkat
kebasaan. Tingkat kebasaan ini menentukan bata (brick atau refractory) tahan api
yang harus digunakan di dalam tungku (furnace). Jika basisitas tinggi maka refractory
yang digunakan juga sebaiknya mempunyai sifat basa agar slag (terak) tidak bereaksi
dengan refractory yang akan menghabiskan lapisan refractory tersebut. Basisitas juga
menentukan viskositas slag. Semakin tinggi basisitas maka slag semakin encer dan
mudah untuk dikeluarkan dari furnace. Namun basisitas yang terlalu tinggi juga tidak
terlalu bagus karena difusi oksigen akan semakin besar, sehingga kehilangan logam
karena oksidasi terhadap logam juga semakin besar.

Selanjutnya memproses nikel menggunakan ekstraksi logam hydrometalurgy (proses


ekstraksi yang dilakukan pada temperatur yang relatif rendah dengan cara pelindian
dengan media cairan). Proses Pyrometallurgy Reduksi yang terjadi pada proses ini,
hanyalah sebagian besi yang dapat diikat menjadi terak, dan sebagian besar masih
dalam bentuk ferro-nikel alloy. Dalam hal ini untuk memisahkan besi dari nikel pada
reaksi peleburan tersebut ditambahkan beberapa bahan yang mengandung belerang
(Gypsum atau Pyrite). Karena perbedaan daya ikat besi dan nikel terhadap oksigen
dan belerang, sehingga proses ini didapatkan metal yaitu paduan Ni 3S2 dan FeS dan
sebagian besar besi dapat diterakkan.

Metal yang dihasilkan ini masih mengandung lebih dari 60% Fe. Selanjatnya metal
yang masih dalam keadaan cair terus diproses lagi dalam konvertor. Proses pada
konvertor diberikan bahan tambahan silikon untuk menterakkan oksida besi. Terak
hasil konvertor ini masih mengandung nikel yang cukup tinggi, sehingga terak ini
biasanya di proses ulang pada peleburan (Resmelting). Proses selanjutnya metal di
panggang untuk memisahkan belerang. Nikel oksida yang didapat dari
pemanggangan selanjutnya di reduksi dengan bahan tambah arang (charcoal),
sehingga didapat logam nikel.

2.4. Hasil Proses Pengolahan

Hasilnya masih berupa ore, yang nantinya masih akan diproses ke screening station
untuk disaring sesuai dengan standar pabrik. Ore ditampung dalam stockpile untuk
mengurangi kadar airnya. Jika sudah, ore dikeringkan lagi dalam dryer.

Ore yang sudah kering kemudian ditampung di dry ore storage dan dihilangkan
kandungan air bebas dan air kristalnya dengan proses reduction kiln.

Hasil akhirnya adalah kalsin, yang nantinya akan dilebur menjadi nikel matte dan
dipisahkan dari slag (limbah nikel yang akan dimanfaatkan sesuai dengan prosedur
pabrik). Tahap akhir, nikel matte ditingkatkan kadarnya hingga 76 sampai 80 persen.
Jika sudah, nikel siap dikemas dan diekspor ke Jepang.

Saat ini, produk utama PT Vale adalah nikel matte dengan kandungan nikel 76 hingga
80 persen, cobalt 1 persen, sulfur 20 persen serta materi lainnya. Dalam upaya
menjaga lingkungan, PT Vale juga memiliki lahan pembibitan (nursery) sendiri.
2.5. Penanganan Limbah

Limbah cair (effluent) yang dihasilkan dari kegiatan operasi penambangan dan
pengolahan bijih nikel dikelola untuk menekan total padatan tersuspensi (TSS) dan
pencemaran logam Kromium (Cr6+). PT Vale berkomitmen mengolah limbah cair
hingga memenuhi baku mutu sebelum dialirkan kembali ke badan air.

Sejak tahun 2013 PT Vale telah menerapkan program “Effluent Project”, untuk
mengolah limbah cair secara terintegrasi dengan mengoperasikan Pakalangkai Waste
Water Treatment (WWT). Unit Pakalangkai WWT dibangun dengan investasi
AS$1,9 juta dan terintegrasi dengan 85 kolam pengendapan limbah cair berkapasitas
total 15,4 juta meter kubik.

Pada tahun 2016, kami membangun fasilitas Lamella Gravity Settler (LGS) dengan
investasi sebesar AS$3,2 juta. Fasilitas LGS terintegrasi dengan 17 kolam
pengendapan berkapasitas 16 juta meter kubik. Pembangunan fasilitas ini merupakan
bentuk kepatuhan atas pemberlakuan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 9
Tahun 2006 Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan
Pertambangan Bijih Nikel. Proses pembangunan fasilitas LGS pertama untuk industri
pertambangan ini dilakukan bekerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi (BPPT).

Anda mungkin juga menyukai