Makalah
Disusun Oleh:
KELOMPOK IV
Eka Rizky Ramadhani (11.2018.1.00695)
Samuel Marthen Reyani (11.2018.1.00698)
Pani Eka Agus Purwodadi (11.2018.1.00703)
Aldy Elriq Syahputra (11.2018.1.00704)
Evie Noviany Dias (11.2018.1.00722)
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam praktikum kimia analisa, untuk mengetahui kandungan dalam sebuah bahan,
banyak sekali penelitian yang telah dilakukan. Dari pengukuran massa jenis dan
indeks bias, kekerasan¸ termal, struktur, sifat optik, sifat magnetik, sampai
komposisi. Banyak teknik yang dilakukan dalam suatu penelitian untuk mengukur
sebuah bahan. Teknik yang digunakan juga mempunyai bentuk yang beragam, serta
memiliki perbedaan antara satu dengan yang lainnya.
Dalam makalah ini, akan dibahas tentang alat yang digunakan pada metode
spektometri, yaitu X-Ray Fluoresense. Penulis tertarik untuk membahas alat ini,
karena dari beberapa alat yang dipakai untuk menguji atau bahkan mengdentifikasi
kandungan yang ada dalam larutan atau bahan, sering menggunakan alat ini. Selain
itu, alat ini juga dapat menguji larutan hingga mengetahui kandungan unsur dan
senyawa yang ada di dalamnya. Alat ini juga memiliki kekurangan yang sedikt
kalua dibandingkan dengan alat yang lain.
1.2. Rumusan masalah
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan memahami tentang
X-Ray Fluoresense, yang meliputi:
1. Pengertian X-Ray Fluoresense
2. Prinsip kerja X-Ray Fluoresense
3. Jenis-jenis X-Ray Fluoresense
4. Kelebihan dan kekurangan X-Ray Fluoresense
5. Cara penggunaan X-Ray Fluoresense lewat contoh penelitian
BAB II
PEMBAHASAN
XRF mampu mengukur elemen dari berilium (Be) hingga Uranium pada level trace
element, bahkan dibawah level ppm. Level trace element atau elemen jejak adalah
elemen kimia yang konsentrasinya (atau ukuran jumlah lainnya) sangat rendah.
Dalam kimia analitik, elemen jejak adalah elemen yang konsentrasinya kurang dari
100 bagian per juta (ppm) yang diukur dalam jumlah atom atau kurang dari 100
mikrogram per gram. Secara umum, XRF spektrometer mengukur panjang
gelombang komponen material secara individu dari emisi flourosensi yang
dihasilkan sampel saat diradiasi dengan sinar-X (PAN alytical, 2009).
Gambar 2.2 Pembagian Panjang Gelombang
Metode XRF secara luas digunakan untuk menentukan komposisi unsur suatu
material. Karena metode ini cepat dan tidak merusak sampel, metode ini dipilih
untuk aplikasi di lapangan dan industri untuk kontrol material. Tergantung pada
penggunaannya, XRF dapat dihasilkan tidak hanya oleh sinar-X tetapi juga sumber
eksitasi primer yang lain seperti partikel alfa, proton atau sumber elektron dengan
energi yang tinggi (Viklund, 2008).
Gambar 1 : Elektron di kulit K terpental keluar dari atom, karena radiasi sinar X
yang datang. Akibatnya, terjadi kekosongan atau vakansi elektron pada
orbital.
Gambar 2 : Elektron dari kulit L atau M “turun” untuk mengisi vakansi tersebut,
disertai oleh emisi sinar X yang khas dan meninggalkan vakansi lain di
kulit L atau M.
Untuk XRF jenis ini, dispersi sinar-X didapat dari difraksi dengan menggunakan
analyzer yang berupa kristal yang berperan sebagai grid. Kisi kristal yang spesifik
memilih panjang gelombang yang sesuai dengan hukum bragg (PAN alytical,
2009).
Sampel yang terkena radiasi sinar-X akan mengemisikan radiasi ke segala arah.
Radiasi dengan dengan arah yang spesifik yang dapat mencapai colimator.
Sehingga refleksi sinar radiasi dari kristal ke detektor akan memberikan sudut θ.
Sudut ini akan terbentuk jika, panjang gelombang yang diradiasikan sesuai dengan
sudut θ dan sudut 2θ dari kisi kristal. Maka hanya panjang gelombang yang sesuai
akan terukur oleh detektor. Karena sudut refleksi spesifik bergantung panjang
gelombang, maka untuk pengukuran elemen yang berbeda, perlu dilakukan
pengaturan posisi colimator, kristal serta detektor (Gosseau, 2009).
Jenis XRF ini, bekerja tanpa menggunakan kristal, namun menggunakan software
yang mengatur seluruh radiasi dari sampel ke detektor (PAN alytical, 2009).
Radiasi Emisi dari sampel yang dikenai sinar-X akan langsung ditangkap oleh
detektor. Detektor menangkap foton – foton tersebut dan dikonversikan menjadi
impuls elektrik. Amplitudo dari impuls elektrik tersebut bersesuaian dengan energi
dari foton - foton yang diterima detektor.
WDXRF EDXRF
(Wave Length Dispersive XRF) (Energy Dispersive XRF)
Lebih besar dan lebih kompleks Lebih kecil dan lebih sederhana
Aplikasi penggunaan alat XRF untuk menguji sebuah unsur dalam larutan atau
padatan sangat banyak digunakan. Karena memiliki banyak kelebihan sehingga
mampu memberikan hasil yang lebih akurat dari metode lainnya. Berikut ini contoh
penggunaan alat XRF dalam ”Penentuan Kadar Silver Dalam Limbah Larutan Fixer
Dengan Metode Perpendaran Sinar-X”.
Saat ini uji secara tidak merusak dengan teknik radiografi digunakan sangat luas.
Teknik radiografi menggunakan film untuk menampilkan hasil pengujian. Larutan
fixer digunakan dalam proses film radiografi. Limbahnya mengandung silver (Ag)
dan tidak boleh dibuang ke lingkungan. Karena merupakan unsur yang memiliki
nilai ekonomis, maka pengelolaan terhadap limbah tersebut dengan mengambil
kembali unsur Ag tersebut dengan berbagai macam metode. Oleh karena itu perlu
dilakukan penentuan kadar Ag dalam limbah tersebut.
Dalam kegiatan ini dilakukan pengukuran kadar Ag dalam sampel limbah larutan
fixer berdasarkan kemudahan preparasi dan pengukuran dalam XRF yang sang at
sesuai digunakan dalam pengukuran kadar Ag dalam limbah fixer sebelum
dilakukan pengelolaan lebih lanjut.
FILM RADIOGRAFI
Film radiografi merupakan kristal AgBr yang dilapiskan pada bahan selulosa. Pada
teknik radiografi, digunakan sumber radiasi untuk memeriksa cacat dalam benda
uji. Selama penyinaran, film diletakkan di dekat benda uji. Radiasi yang sampai ke
film, akan membuat Ag+ menjadi logam Ag yang merupakan bayangan laten.
Bayangan laten perlu dikembangan supaya dapat dilihat. Proses pengembangan
dilakukan menggunakan larutan hidroquinon yang disebut larutan developer. Pada
proses pengembangan ini, Ag+ di sekitar logam Ag yang terbentuk oleh radiasi
akan diubah menjadi logam Ag. Dengan semakin banyaknya logam Ag yang
terbentuk, warna hitam dari bayangan laten semakin nyata. Tetapi walaupun logam
Ag yang terbentuk sudah semakin banyak, ternyata AgBr yang tersisa masih cukup
banyak.
Dalam proses selanjutnya, AgBr tersebut dilepas dari film dengan cara dilarutkan
dalam larutan thiosulfat atau larutan fixer. Oleh karena itu, larutan fixer
mengandung Ag dengan kadar 5 ppm hingga 12.000 ppm. Bila masuk ke dalam
tubuh, unsur Ag mengakibatkan pemucatan warna kulit dan perubahan warna putih
mata menjadi abu-abu. Oleh karena toxisitasnya tersebut, United State -
Environmental Protection Agency (US EPA) melarang pembuangan limbah Ag ke
lingkungan dan menetapkan kadar maksimum dalam air minum sebesar 0,1 ppm.
Logam Ag dengan nomor atom 47 memiliki energi ikat elektron pada orbit K
sebesar 25,514 KeV dan memiliki enegi ikatelektron pada orbit L3 sebesar 3,352
KeV. Energi Sinar-X karakteristik yang dihasilkan akibat adanya transisi elektron
menuju kulit K untuk Kal sebesar 22,183 KeV, Ka2 sebesar 21,990 KeV dan menuju
kulit L sebesar Lal 24,942 KeV, La2 sebesar 25,456 KeY.
Sumber radiasi yang digunakan adalah Am-241 dengan energi gamma 59 KeV
dengan aktivitas 24 mCi. Sinar-X karakteristik yang dihasilkan diukur
menggunakan spektrometer XRF. Analisis kualitatif atau posisi puncak Ag
dilakukan berdasarkan energi sinar-X karakteristik yang dihasilkan. Kalibrasi
energi dari spektrometerdilakukan menggunakan unsur Titanium (Ti), Tembaga
(Cu), dan Perak (Ag). Kalibrasi dilakukan berdasarkan energi Ka, dari unsur
tersebut. Analisis kuantitatif atau penentuan kadar Ag dalam sam pel dilakukan
secara komparatif dengan larutan standar Ag berbagai konsentrasi. Volume dan
waktu pengukuran untuk sampel dan standar sama.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kalibrasi energi yang dilakukan berdasarkan energi Ka, dari unsur Ti, Cu dan Ag
memberikan persamaan y=2,602keV + 1,151 x 10-0,02 xch
Karakteristik Sinar-X Kα Kβ
Energi (KeV) 22,16 24,94
Puncak energi (KeV) 22,20 24,90
Validasi terhadap kalibrasi energi dilakukan terhadap unsur Ag dalam standar pada
puncak spektrum dari Sinar-X karakteristik Kα1, dan Kβ1, memberikan data
pengukuran pada Tabel 2.2 yang menunjukkan kesesuaian dengan nilai energi
Karakteristik Sinar-X.
Kalibrasi konsentrasi pada puncak energi Kα, dari larutan standar Ag dengan
konsentrasi 400 ppm, 800 ppm, 1200 ppm, dan 1600 ppm dengan dengan
persamaany = 4,3905 x – 42, dengan y adalah cacahan atau area dan x adalah
konsentrasi. Kadar Ag rata-rata dalam cuplikan sebesar(1600 ± 80) ppm.
No. Cuplikan 1 2 3 4 5
Area 6876 6966 6990 7202 6928
Devisiasi Standar Area (%) 1,9 1,9 1,9 1,8 1,9
Kadar (ppm) 1576 1596 1650 1580 1580
Standar Kadar (%) 4.8 4.8 4.8 4.8 4.8