KRISTALOGRAFI
4
5
3. Struktur Dalam
Membicarakan susunan dan jumlah sumbu-sumbu kristal juga
menghitung parameter dan parameter rasio.
4. Sifat Fisis Kristal
Sangat tergantung pada struktur (susunan atom-atomnya). Besar
kecilnya kristal tidak berpengaruh, tetapi bentuk yang dibatasi oleh
bidang-bidang kristal, sehingga akan dikenal dua zat, yaitu Kristalin
dan Nonkristalin.
Sumbu Kristalografi adalah suatu garis lurus yang dibuat melalui pusat kristal.
Kristal mempunyai tiga bentuk dimensi yaitu panjang, lebar, dan tebal atau
tinggi. Tetapi dalam penggambarannya dibuat dua dimensi sehingga digunakan
Proyeksi Orthogonal, yaitu proyeksi terhadap bidang proyektor yang tegak lurus
terhadap bidang proyektornya. Sudut Kristalografi adalah sudut yang dibentuk
oleh perpotongan sumbu-sumbu kristalografi pada titik potong (pusat kristal).
c+
α a-
β
b- b+
a+
c-
Gambar 2.1
Sumbu dan Sudut Kristal
Keterangan sumbu dan sudut :
1. Sumbu a : sumbu yang tegak lurus pada bidang kertas
2. Sumbu b : sumbu yang horisontal pada bidang kertas
3. Sumbu c : sumbu yang vertikal pada bidang kertas
4. α ialah sudut yang terbentuk antara Sumbu b dan Sumbu c.
5. β ialah sudut yang terbentuk antara Sumbu a dan Sumbu c.
6. ialah sudut yang terbentuk antara Sb a dan Sb b.
6
Berdasarkan aturan klasifikasi sistem kristal yang meliputi jumlah sumbu kristal,
letak sumbu kristal yang satu dengan yang lain dan parameter yang digunakan
untuk masing-masing sumbu kristal maka sistem kristal yang ada dibagi menjadi
7 sistem kristal, yaitu :
1. Sistem Isometrik
Sistem ini juga disebut sistem reguler atau tesseral, bahkan sering
dikenal sebagai sistem kubus atau kubik. Jumlah sumbu kristalnya 3
dan saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Masing-masing
sumbu memiliki panjang yang sama.
Sumbu: α = β = γ = 90°
Panjang sumbu satuan: a = b = c
2. Sistem Tetragonal
Sistem ini dikenal juga dengan sistem quadratic. Sama dengan sistem
isometrik, sistem ini mempunyai 3 sumbu kristal yang masing-masing
saling tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai satuan panjang yang
sama. Sedangkan sumbu c berbeda, dapat lebih panjang atau lebih
pendek (umumnya lebih panjang).
Sumbu: α = β = γ = 90°
Panjang sumbu satuan: a = b ≠ c
3. Sistem Orthorombik
Sistem ini disebut juga orthorombis dan mempunyai 3 sumbu kristal
yang saling tegak lurus satu dengan yang lain. Ketiga sumbu kristal
tersebut mempunyai panjang yang berbeda. Sistem ini juga biasa
disebut Rhombic, Prismatic atau Trimetric.
Sumbu: α = β = γ = 90°
Panjang sumbu satuan: a ≠ b ≠ c.
7
4. Sistem Monoklin
Monoklin berarti hanya mempunyai satu sumbu miring dari tiga sumbu
yang dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu b dan sumbu b
tidak tegak lurus terhadap sumbu c. Ketiga sumbu tersebut mempunyai
panjang yang tidak sama, umumnya sumbu c yang paling panjang dan
sumbu b yang paling pendek. Sistem ini dikenal juga dengan Oblique,
Monosymetric, Clinorhombic, Hemiprismatic atau Monoclinohedral.
Sumbu: α = β = 90 , γ ≠ 90°
Panjang sumbu satuan: a ≠ b ≠ c
5. Sistem Triklin
Sistem ini mempunyai tiga sumbu. Sumbu yang satu dengan lainnya
tidak saling tegak lurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu
tidak sama. Sistem ini dikenal dengan Anorthic, Asymetrik atau
Clinorhombohedral.
Sumbu: α ≠ β ≠ γ ≠ 90°
Panjang sumbu satuan: a ≠ b ≠ c
6. Sistem Trigonal
Beberapa ahli memasukkan sistem ini ke dalam sistem heksagonal.
Demikian pula cara penggambarannya juga sama. Perbedaannya bila
pada trigonal setelah terbentuk bidang dasar, yang berbentuk segienam
kemudian dibuat segitiga dengan menghubungkan dua titik sudut yang
melewati satu titik sudutnya. Sistem ini dikenal dengan Rhombohedral.
Sumbu: α = β = γ = 120°
Panjang sumbu satuan: a = b = d ≠ c
7. Sistem Hexagonal
Sistem ini mempunyai empat sumbu kristal. Sumbu c tegak lurus
terhadap ketiga sumbu yang lain. Sumbu a, b dan d masing-masing
saling membentuk sudut 120° satu terhadap yang lain. Sumbu a, b dan
d mempunyai panjang yang sama. Sedangkan panjang c berbeda, dapat
lebih panjang atau lebih pendek (umumnya lebih panjang).
Sumbu: α = β = γ = 120°
Panjang sumbu satuan: a = b = d ≠ c.
8
2.1.3.Kelas Simetri
Dari masing-masing sistem kristal dapat dibagi lebih lanjut menjadi klas-klas
kristal yang jumlahnya 32 klas. Penentuan klasifikasi kristal tergantung dari
banyaknya unsur-unsur simetri yang terkandung di dalamnya. Unsur-unsur
simetri tersebut meliputi:
1. Bidang Simetri
Bidang simetri adalah bidang bayangan (bidang yang datar) yang dapat
membelah kristal menjadi dua bagian yang sama, dimana bagian yang
satu merupakan pencerminan dari yang lain. Bidang simetri ini dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu bidang simetri utama (aksial) dan bidang
simetri tambahan (menengah).
1) Bidang Simetri Utama (aksial) adalah bidang yang membagi kristal
menjadi dua bagian yang sama besar melalui dua sumbu utama
(sumbu kristal). Bidang simetri utama ini dibedakan menjadi dua
yaitu:
i. Bidang simetri vertikal, yang melalui sumbu vertikal,
dinotasikan dengan (v) (bidang ABCD pada gambar 2.2).
ii. Bidang simetri horisontal, dinotasikan dengan (h) (bidang
KLMN dan OPQR pada gambar 2.2) yang berada tegak lurus
terhadap sumbu c.
c+
M
Q
N P
D C
b+
A B
L
R O
a+
K
Gambar 2.2
Bidang Simetri Utama
9
Gambar 2.3
Bidang Simetri Tambahan/Diagonal
2. Sumbu Simetri
Sumbu simetri adalah garis bayangan (garis lurus) yang dibuat
menembus pusat kristal, bila kristal diputar dengan poros sumbu
tersebut sejauh satu putaran penuh (360°) akan didapatkan beberapa
kali kenampakan yang sama. Sumbu simetri dibedakan menjadi tiga,
yaitu sumbu gire, sumbu giroide dan sumbu inversi putar. Ketiganya
dibedakan berdasarkan cara mendapatkan nilai simetrinya.
1) Gire atau sumbu simetri biasa. Cara mendapatkan nilai simetrinya
adalah dengan memutar kristal pada porosnya dalam satu putaran
penuh. Bila terdapat dua (2) kali kenampakan yang sama
dinamakan digire. Bila tiga (3) kali dinamakan trigire. Bila empat
(4) kali dinamakan tetragire, heksagire dan seterusnya.
2) Giroide adalah sumbu simetri yang cara mendapatkan nilai
simetrinya adalah dengan memutar kristal pada porosnya dan
memproyeksikannya pada bidang horisontal.
3) Sumbu inversi putar adalah sumbu simetri yang cara mendapatkan
nilai simetrinya adalah dengan memutar kristal pada porosnya dan
mencerminkannya melalui pusat kristal. Penulisan nilai simetrinya
dengan cara menambahkan bar pada angka simetri itu.
10
3. Pusat Simetri
Suatu kristal dikatakan mempunyai pusat simetri, bila dapat dibuat
garis bayangan pada tiap titik permukaan kristal menembus pusat
kristal dan bertemu titik lainnya pada permukaan di sisi berbeda,
dengan jarak yang sama terhadap pusat kristal pada garis bayangan
tersebut. Atau dengan kata lain, kristal mempunyai pusat simetri, bila
tiap bidang muka kristal tersebut mempunyai pasangan dengan kriteria,
bidang yang berpasangan tersebut berjarak sama dari pusat kristal dan
bidang yang lain merupakan hasil inversi melalui pusat kristal dari
bidang pasangannya.
C+
β α b+
30o
γ
a+
Gambar 2.4
Sistem Kristal Reguler/Isometrik
C+
β α
30 b+
a+
o γ
Gambar 2.5
Sistem Kristal Tetragonal
12
C+
β α
b+
30o
γ
a+
Gambar 2.6
Sistem Kristal Orthorombik
C+
β α b+
o
45
a+
γ
Gambar 2.7
Sistem Kristal Monoklin
C+
80o
45o b+
a+
Gambar 2.8
Sistem Kristal Triklin
14
C+
d+
b+
o
20 40o
a+
Gambar 2.9
Sistem Kristal Trigonal
15
C+
d+
b+
20° 40o
a+
Gambar 2.10
Sistem Kristal Hexagonal
16
1. Sistem Reguler
1). Bagian I : menerangkan nilai sumbu a (Sb a, b, c), mungkin
bernilai 4 atau 2 dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus
sumbu a tersebut. Bagian ini dinotasikan dengan : 4/m, 4, 4, 2/m, 2
angka menunjukan nilai sumbu dan hutuf ’m’ menunjukan adanya
bidang simetri yang tegak lurus sumbu a tersebut.
2). Bagian II : menerangkan sumbu simetri bernilai 3. Apakah sumbu
simetri yang bernilai 3 itu, juga bernilai 6 atau hanya bernilai 3
saja. Maka bagian II selalu di tulis: 3 atau 3
3). Bagian III : menerangkan ada tidaknya sumbu simetri intermediet
(diagonal) bernilai 2 dan ada tidaknya bidang simetri diagonal yang
tegak lurus terhadap sumbu diagonal tersebut. Bagian ini di
notasikan: 2/m, 2, m atau tidak ada
2. Sistem Tetragonal
1). Bagian I : menerngkan nila sumbu c, mungkin bernilai 4 atau tidak
bernilai dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus sumbu c.
Bagian ini di notasikan: 4/m, 4, 4
2). Bagian II: menerangkan ada tidaknya sumbu lateral dan ada
tidaknya bidang simetri yang tegak lurus yterhadap sumbu lateral
tersebut. Bagian ini di notasikan: 2/m, 2, m atau tidak ada.
18
2.4.2. Bahan
Dalam pembuatan maket tentu kita memerlukan bahan yang digunakan dalam
pembuatan meket terebut. Ada pun bahan-bahan yang digunakan dalam
pembuatan maket adalah sebagai berikut:
1. Bambu
2. Cat
3. Mika
4. Lem
21