Anda di halaman 1dari 19

BAB II

KRISTALOGRAFI

2.1. Dasar Teori


2.1.1.Pengertian Kristal Dan Kristalografi
Kristal adalah bahan padatan homogen, biasanya anisotrop dan tembus air serta
mengikuti hukum-hukum ilmu pasti, sehingga susunan bidang-bidangnya
mengikuti hukum geometri, jumlah dan kedudukan dari bidangnya tertentu dan
teratur. Bahan padat homogen biasanya anisotrop dan tembus air, bearti:
1. Tidak termasuk dalam cair dan gas
2. Tidak dapat diuraikan menjadi senyawa lain yang lebih sederhana oleh
proses-proses kimia
3. Menuruti hukum-hukum pasti sehingga susunan bidangnya mengikuti
hukum geometri, mengandung pengertian:
1) Jumlah bidang dari suatu bentuk kristal tetap
2) Macam bentuk dari bidang kristal tetap
3) Sifat keteraturannya tercermin pada bentuk luar dari kristal yang
tetap.

Kristalografi adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat geometri dari


kristal terutama perkembangan, pertumbuhan, kenampakan bentuk luar, struktur
dalam (internal) dan sifat-sifat fisis lainnya.
1. Sifat Geometri
Memberikan pengertian letak, panjang dan jumlah sumbu kristal; yang
menyusun suatu bentuk kristal tertentu dan jumlah serta bentuk bidang
luar yang membatasiya.
2. Perkembangan dan Pertumbuhan Kenampakan Bentuk Luar
Bahwa di samping mempelajari bentuk-bentuk dasar yaitu suatu
bidang pada situasi permukaan, juga mempelajari kombinasi antara
satu bentuk kristal dengan bentuk kristal yang lain yang masih dalam
satu sistem kristalografi, ataupun dalam arti kembaran dari kristal yang
terbentuk kemudian.

4
5

3. Struktur Dalam
Membicarakan susunan dan jumlah sumbu-sumbu kristal juga
menghitung parameter dan parameter rasio.
4. Sifat Fisis Kristal
Sangat tergantung pada struktur (susunan atom-atomnya). Besar
kecilnya kristal tidak berpengaruh, tetapi bentuk yang dibatasi oleh
bidang-bidang kristal, sehingga akan dikenal dua zat, yaitu Kristalin
dan Nonkristalin.

Sumbu Kristalografi adalah suatu garis lurus yang dibuat melalui pusat kristal.
Kristal mempunyai tiga bentuk dimensi yaitu panjang, lebar, dan tebal atau
tinggi. Tetapi dalam penggambarannya dibuat dua dimensi sehingga digunakan
Proyeksi Orthogonal, yaitu proyeksi terhadap bidang proyektor yang tegak lurus
terhadap bidang proyektornya. Sudut Kristalografi adalah sudut yang dibentuk
oleh perpotongan sumbu-sumbu kristalografi pada titik potong (pusat kristal).

c+

α a-
β
b- b+

a+

c-

Gambar 2.1
Sumbu dan Sudut Kristal
Keterangan sumbu dan sudut :
1. Sumbu a : sumbu yang tegak lurus pada bidang kertas
2. Sumbu b : sumbu yang horisontal pada bidang kertas
3. Sumbu c : sumbu yang vertikal pada bidang kertas
4.  α ialah sudut yang terbentuk antara Sumbu b dan Sumbu c.
5.  β ialah sudut yang terbentuk antara Sumbu a dan Sumbu c.
6.   ialah sudut yang terbentuk antara Sb a dan Sb b.
6

2.1.2.Pembagian Sistem Kristal


Sistem kristalografi dibagi menjadi 7 sistem. Pembagiannya berdasarkan pada:
1. Perbandingan panjang sumbu-sumbu kristalografi
2. Letak atau posisi sumbu kristalografi
3. Jumlah sumbu kristalografi
4. Nilai sumbu c atau sumbu vertikal

Berdasarkan aturan klasifikasi sistem kristal yang meliputi jumlah sumbu kristal,
letak sumbu kristal yang satu dengan yang lain dan parameter yang digunakan
untuk masing-masing sumbu kristal maka sistem kristal yang ada dibagi menjadi
7 sistem kristal, yaitu :
1. Sistem Isometrik
Sistem ini juga disebut sistem reguler atau tesseral, bahkan sering
dikenal sebagai sistem kubus atau kubik. Jumlah sumbu kristalnya 3
dan saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Masing-masing
sumbu memiliki panjang yang sama.
Sumbu: α = β = γ = 90°
Panjang sumbu satuan: a = b = c
2. Sistem Tetragonal
Sistem ini dikenal juga dengan sistem quadratic. Sama dengan sistem
isometrik, sistem ini mempunyai 3 sumbu kristal yang masing-masing
saling tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai satuan panjang yang
sama. Sedangkan sumbu c berbeda, dapat lebih panjang atau lebih
pendek (umumnya lebih panjang).
Sumbu: α = β = γ = 90°
Panjang sumbu satuan: a = b ≠ c
3. Sistem Orthorombik
Sistem ini disebut juga orthorombis dan mempunyai 3 sumbu kristal
yang saling tegak lurus satu dengan yang lain. Ketiga sumbu kristal
tersebut mempunyai panjang yang berbeda. Sistem ini juga biasa
disebut Rhombic, Prismatic atau Trimetric.
Sumbu: α = β = γ = 90°
Panjang sumbu satuan: a ≠ b ≠ c.
7

4. Sistem Monoklin
Monoklin berarti hanya mempunyai satu sumbu miring dari tiga sumbu
yang dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu b dan sumbu b
tidak tegak lurus terhadap sumbu c. Ketiga sumbu tersebut mempunyai
panjang yang tidak sama, umumnya sumbu c yang paling panjang dan
sumbu b yang paling pendek. Sistem ini dikenal juga dengan Oblique,
Monosymetric, Clinorhombic, Hemiprismatic atau Monoclinohedral.
Sumbu: α = β = 90 , γ ≠ 90°
Panjang sumbu satuan: a ≠ b ≠ c
5. Sistem Triklin
Sistem ini mempunyai tiga sumbu. Sumbu yang satu dengan lainnya
tidak saling tegak lurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu
tidak sama. Sistem ini dikenal dengan Anorthic, Asymetrik atau
Clinorhombohedral.
Sumbu: α ≠ β ≠ γ ≠ 90°
Panjang sumbu satuan: a ≠ b ≠ c
6. Sistem Trigonal
Beberapa ahli memasukkan sistem ini ke dalam sistem heksagonal.
Demikian pula cara penggambarannya juga sama. Perbedaannya bila
pada trigonal setelah terbentuk bidang dasar, yang berbentuk segienam
kemudian dibuat segitiga dengan menghubungkan dua titik sudut yang
melewati satu titik sudutnya. Sistem ini dikenal dengan Rhombohedral.
Sumbu: α = β = γ = 120°
Panjang sumbu satuan: a = b = d ≠ c
7. Sistem Hexagonal
Sistem ini mempunyai empat sumbu kristal. Sumbu c tegak lurus
terhadap ketiga sumbu yang lain. Sumbu a, b dan d masing-masing
saling membentuk sudut 120° satu terhadap yang lain. Sumbu a, b dan
d mempunyai panjang yang sama. Sedangkan panjang c berbeda, dapat
lebih panjang atau lebih pendek (umumnya lebih panjang).
Sumbu: α = β = γ = 120°
Panjang sumbu satuan: a = b = d ≠ c.
8

2.1.3.Kelas Simetri
Dari masing-masing sistem kristal dapat dibagi lebih lanjut menjadi klas-klas
kristal yang jumlahnya 32 klas. Penentuan klasifikasi kristal tergantung dari
banyaknya unsur-unsur simetri yang terkandung di dalamnya. Unsur-unsur
simetri tersebut meliputi:
1. Bidang Simetri
Bidang simetri adalah bidang bayangan (bidang yang datar) yang dapat
membelah kristal menjadi dua bagian yang sama, dimana bagian yang
satu merupakan pencerminan dari yang lain. Bidang simetri ini dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu bidang simetri utama (aksial) dan bidang
simetri tambahan (menengah).
1) Bidang Simetri Utama (aksial) adalah bidang yang membagi kristal
menjadi dua bagian yang sama besar melalui dua sumbu utama
(sumbu kristal). Bidang simetri utama ini dibedakan menjadi dua
yaitu:
i. Bidang simetri vertikal, yang melalui sumbu vertikal,
dinotasikan dengan (v) (bidang ABCD pada gambar 2.2).
ii. Bidang simetri horisontal, dinotasikan dengan (h) (bidang
KLMN dan OPQR pada gambar 2.2) yang berada tegak lurus
terhadap sumbu c.

c+
M
Q
N P

D C
b+
A B
L
R O
a+
K

Gambar 2.2
Bidang Simetri Utama
9

2) Bidang Simetri Tambahan (menengah) adalah bidang simetri yang


hanya melalui satu sumbu kristal. Bidang simetri ini dikatakan
sebagai bidang simetri diagonal atau intermediet dengan notasi (d).

Gambar 2.3
Bidang Simetri Tambahan/Diagonal

2. Sumbu Simetri
Sumbu simetri adalah garis bayangan (garis lurus) yang dibuat
menembus pusat kristal, bila kristal diputar dengan poros sumbu
tersebut sejauh satu putaran penuh (360°) akan didapatkan beberapa
kali kenampakan yang sama. Sumbu simetri dibedakan menjadi tiga,
yaitu sumbu gire, sumbu giroide dan sumbu inversi putar. Ketiganya
dibedakan berdasarkan cara mendapatkan nilai simetrinya.
1) Gire atau sumbu simetri biasa. Cara mendapatkan nilai simetrinya
adalah dengan memutar kristal pada porosnya dalam satu putaran
penuh. Bila terdapat dua (2) kali kenampakan yang sama
dinamakan digire. Bila tiga (3) kali dinamakan trigire. Bila empat
(4) kali dinamakan tetragire, heksagire dan seterusnya.
2) Giroide adalah sumbu simetri yang cara mendapatkan nilai
simetrinya adalah dengan memutar kristal pada porosnya dan
memproyeksikannya pada bidang horisontal.
3) Sumbu inversi putar adalah sumbu simetri yang cara mendapatkan
nilai simetrinya adalah dengan memutar kristal pada porosnya dan
mencerminkannya melalui pusat kristal. Penulisan nilai simetrinya
dengan cara menambahkan bar pada angka simetri itu.
10

3. Pusat Simetri
Suatu kristal dikatakan mempunyai pusat simetri, bila dapat dibuat
garis bayangan pada tiap titik permukaan kristal menembus pusat
kristal dan bertemu titik lainnya pada permukaan di sisi berbeda,
dengan jarak yang sama terhadap pusat kristal pada garis bayangan
tersebut. Atau dengan kata lain, kristal mempunyai pusat simetri, bila
tiap bidang muka kristal tersebut mempunyai pasangan dengan kriteria,
bidang yang berpasangan tersebut berjarak sama dari pusat kristal dan
bidang yang lain merupakan hasil inversi melalui pusat kristal dari
bidang pasangannya.

2.2. Cara Kerja


2.2.1.Cara Penggambaran Sistem Kristal
1. Sistem Kristal Isometrik
Cara penggambaran sistem kristal isometrik atau reguler adalah:
1) Buatlah sumbu kristalografi sesuai dengan ukuran perbandingan
yaitu a:b:c = 1:3:3
2) Buat garis yang membentuk sudut antara a+ dan b- = 30°
3) Beri keterangan pada garis yang telah digambar
4) Tarik garis sejajar pada 2 (dua) titik di sumbu b dan sumbu c
dengan ukuran yang sama dengan sumbu a yang telah diberi tanda.
5) Buat garis sejajar dengan sumbu b pada 2 (dua) tanda/titik pada
sumbu a dan di sumbu b.
6) Pada setiap garis sejajar yang berpotongan (contohnya pada garis
sejajar b dengan garis sejajar a) ditarik garis yang sejajar pula
dengan garis c.
7) Hubungkan setiap perpotongan garis
11

C+

β α b+
30o
γ
a+

Gambar 2.4
Sistem Kristal Reguler/Isometrik

2. Sistem Kristal Tetragonal


Cara penggambaran sistem kristal tetragonal adalah:
1) Buat perbandingan panjang sumbu a:b:c = 1:3:6
2) Buat garis yang membentuk sudut antara a+ dan b- = 30°
3) Beri keterangan pada garis yang telah digambar
4) Buat proyeksi garis yang merupakan pencerminan bagian a+ dan a-
5) Menuju bagian ketiga dari sumbu b+ dan sumbu b-
6) Buat proyeksi bidang dari horizontal seperti langkah kedua
7) Memproyeksikan bidang menuju bagian ketiga dari sumbu c+.
8) Memproyeksikan bidang menuju bagian ketiga dari sumbu c-
9) Hubungkan setiap potongan garis.

C+

β α
30 b+
a+
o γ

Gambar 2.5
Sistem Kristal Tetragonal
12

3. Sistem Kristal Orthorombik


Cara penggambaran sistem kristal orthorombik adalah:
1) Buat perbandingan panjang sumbu a:b:c = 1:3:2
2) Buat garis yang membentuk sudut antara a+ dan b- = 30°
3) Beri keterangan pada garis yang telah digambar.
4) Buat proyeksi garis yang merupakan pencerminan bagian a+ dan a-.
5) Menuju bagian keempat dari sumbu b+ dan b-.
6) Menuju bagian keenam dari sumbu c+ dan sumbu c-.
7) Tarik garis sejajar sumbu b+ dan sumbu b- pada pencerminan
bagian a+ dan a-.
8) Hubungkan bagian ujung pada garis yang memotong sumbu a+, a-,
b+, b-, c+ dan c-.

C+

β α
b+
30o
γ
a+

Gambar 2.6
Sistem Kristal Orthorombik

4. Penggambaran Sistem Kristal Monoklin


Cara penggambaran sistem kristal monoklin adalah:
1). Buat perbandingan panjang sumbu a:b:c = 2:1:3
2). Buat garis yang membentuk sudut antara a+ dan b- = 45°
3). Beri keterangan pada garis yang telah digambar.
4). Hubungkan bagian ujung pada garis yang memotong sumbu a-, b-,
a+, b+ menjadi sebuah bidang.
5). Tarik garis dari pojok bidang tersebut menuju titik pada bagian c+
dan c-.
13

C+

β α b+
o
45
a+
γ

Gambar 2.7
Sistem Kristal Monoklin

5. Penggambaran Sistem Kristal Triklin


Cara penggambaran sistem kristal triklin adalah:
1). Buat perbandingan panjang sumbu a:b:c = 2:3:4
2). Buat garis yang membentuk sudut antara a+ dan c- = 45°
3). Buat garis yang membentuk sudut antara b+ dan c- = 80°
4). Beri keterangan pada garis yang telah digambar.
5). Hubungkan titik-titik pada bagian a-, b-, a+, b+ menjadi sebuah
bidang.
6). Tarik garis dari pojok bidang tersebut menuju titik pada bagian c+
dan c-.

C+

80o
45o b+

a+

Gambar 2.8
Sistem Kristal Triklin
14

6. Cara Penggambaran Sistem Kristal Trigonal


Cara penggambaran sistem kristal trigonal adalah:
1). Buat perbandingan panjang sumbu a:b:c:d = 1:3:3:1
2). Buat garis yang membentuk sudut antara a+ dan b- = 20°
3). Buat garis yang membentuk sudut antara b+ dan d- = 40°
4). Beri keterangan pada garis yang telah digambar.
5). Buat garis sejajar dengan sumbu a pada 3 (tiga) bagian sumbu b-.
6). Buat garis sejajar dengan b- pada satu bagian sumbu d-.
7). Buat garis sejajar dengan sumbu d pada 3 (tiga) bagian sumbu b+
sehingga menampakan bentuk segitiga.
8). Tarik garis lurus yang sejajar dengan sumbu c di setiap titik-titik
perpotongan sepanjang 6 bagian.
9). Tarik garis pada setiap ujung-ujung garis pada pengerjaan langkah
sebelumnya.
10). Tarik garis pada setiap sudut dari bidang segitiga di bagian tengah
dengan 6 bagian dari sumbu c+ dan c-.

C+

d+

b+
o
20 40o
a+

Gambar 2.9
Sistem Kristal Trigonal
15

7. Cara Penggambaran Sistem Kristal Hexagonal


Cara penggambaran sistem kristal hexagonal adalah:
1). Buat perbandingan panjang sumbu a:b:c:d = 1:3:6:1
2). Buat garis yang membentuk sudut antara a+ dan b- = 20°
3). Buat garis yang membentuk sudut antara b+ dan d- = 40°
4). Beri keterangan pada garis yang telah digambar.
5). Buat garis sejajar dengan sumbu b hingga memotong sumbu a.
6). Buat garis yang sejajar sumbu a ke titik/garis yang memotong
sumbu b pada langkah 2.
7). Buat hingga gari-garis tersebut membentuk suatu bidang yang
berbentuk segi enam.
8). Hubungkan setiap titik-titik pada garis tersebut sehingga
membentuk bidang alsa dan atap berbentuk segi enam pada
bangun tersebut.
9). Untuk Buat kristal hexagonal bipyramid orde I kita dapat
memodifikasi dari gambar hexagonal orde I yaitu dengan
menghubungkan titik-titik sudut dari bidang segi enam pada
bagian tengah kristal ke titik pusat bidang alas dan atap.

C+

d+

b+
20° 40o
a+

Gambar 2.10
Sistem Kristal Hexagonal
16

2.2.2.Cara Penggambarang Bidang Kombinasi


Kombinasi adalah bentuk kristal yang terdiri dari dua atau lebih bentuk dasar
yang sama atau kombinasi yang sama.
Cara penggambaran kristal kombinasi:
1. Kombinasi Isometrik
Kombinasi yang dilakukan dengan cara menyayat dari bidang utama
yaitu dengan cara menyayat semua sisi pojok bidang sebesar 0,5 cm.
2. Kombinasi Tetragonal
Kombinasi yang dilakukan dengan cara mebuat bentuk dasar terlebih
dahulu seperti isometrik dan selanjutnya ditarik garis dari sisi pojok
bentuk dasar tersebut sebesar sumbu c.
3. Kombinasi Orthorombik
Kombinasi yang dilakukan dengan cara menghubungan semua sumbu
simetri kristal.
4. Kombinasi Monoklin
Kombinasi yang dilakukan dengan membelah kristal menjadi dua
bagian dan bagian tengah kristal, setiap sisi pojok kristal dibentuk
seperti segitiga sama kaki sebesar 0,5 cm atau 1 cm. Selanjutnya
ditarik garis sesuai kerangka yang telah dibuat.
5. Kombinasi Triklin
Kombinasi yang dilakukan dengan cara menghubungan semua sumbu
simetri kristal.
6. Kombinasi Trigonal
Kombinasi yang dilakukan dengan cara menyayat dari bidang utama
yaitu dengan cara menyayat semua sisi pojok bidang tersebut.
Sehingga bentuk pojok bidang tersebut akan menjadi tumpul.
7. Kombinasi Hexagonal
Kombinasi yang dilakukan dengan cara setiap bidang simetri dibelah
menjadi dua bagian yang sama sehingga yang sebelumnya berjumlah
enam bidang, menjadi dua belas bidang.
17

2.3. Deskripsi Kristal


2.3.1.Penentuan Klas Simetri

Berdasarkan unsur simetri yang dimiliki, ketujuh sistem kristal dapat


dikelompokkan menjadi 32 klas. Isometrik memiliki lima kelas, tetragonal
memiliki tujuh kelas, orthorombik memiliki tiga kelas, monoklin memiliki tiga
kelas, trigonal memiliki lima kelas dan heksagonal mempunyai tujuh kelas. Tiap
kelas kristal mempunyai singkatan yang disebut simbol. Ada dua macam cara
simbolisasi yang sering digunakan, yaitu simbolisasi Schoenflies dan Herman
Mauguin (simbolisasi internasional).

2.3.2.Penentuan Klas Menurut Herman Mauguin

1. Sistem Reguler
1). Bagian I : menerangkan nilai sumbu a (Sb a, b, c), mungkin
bernilai 4 atau 2 dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus
sumbu a tersebut. Bagian ini dinotasikan dengan : 4/m, 4, 4, 2/m, 2
angka menunjukan nilai sumbu dan hutuf ’m’ menunjukan adanya
bidang simetri yang tegak lurus sumbu a tersebut.
2). Bagian II : menerangkan sumbu simetri bernilai 3. Apakah sumbu
simetri yang bernilai 3 itu, juga bernilai 6 atau hanya bernilai 3
saja. Maka bagian II selalu di tulis: 3 atau 3
3). Bagian III : menerangkan ada tidaknya sumbu simetri intermediet
(diagonal) bernilai 2 dan ada tidaknya bidang simetri diagonal yang
tegak lurus terhadap sumbu diagonal tersebut. Bagian ini di
notasikan: 2/m, 2, m atau tidak ada
2. Sistem Tetragonal
1). Bagian I : menerngkan nila sumbu c, mungkin bernilai 4 atau tidak
bernilai dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus sumbu c.
Bagian ini di notasikan: 4/m, 4, 4
2). Bagian II: menerangkan ada tidaknya sumbu lateral dan ada
tidaknya bidang simetri yang tegak lurus yterhadap sumbu lateral
tersebut. Bagian ini di notasikan: 2/m, 2, m atau tidak ada.
18

3). Bagian III: menerangkan ada tidaknya sumbu simetri intermediet


dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus terhadap sumbu
inetrmediet tersebut. Bagian ini di notasikan: 2/m , 2 , m atau tidak
ada.
3. Sistem Orthorombik
1). Bagian I: menerangkan nilai sumbu a dan ada tidaknya bidang
yang tegak lurus terhadap sumbu a tersebut Dinotasikan: 2/m, 2, m
2). Bagian II: menerangkan ada tidaknya nilai sumbu b dan ada
tidaknya bidang simetri yang tegak lurus terhadap sumbu b
tersebut. Bagian ini di notasikan: 2/m , 2, m
3). Bagian III: menerangkan nilai sumbu c dan ada tidaknya bidang
simetri yang tegak lurus terhadap sumbu tersebut. Di notasikan:
2/m, 2.
4. Sistem Monoklin
1). Hanya ada satu bagian, yaitu menerangkan nilai sumbu b dan ada
tidaknya bidang simetri yang tegak lurus sumbu b tersebut.
5. Sistem Trinklin
Sistem ini hanya ada 2 klas simetri, yaitu:
1). Mempunyai titik simetri klas pinacoidal 1
2). Tidak mempunyai unsur simetri klas assymetric 1
6. Sistem Hexagonal dan Trigonal
1). Bagian I: menerangkan nilai sumbu c (mungkin 6, 6, 6, 3, 3) dan
ada tidaknya bidang simetri horisontal yang tegak lurus sumbu c
tersebut. Bagian ini di notasikan : 6, 6, 6, 3, 3
2). Bagian II: menerangkan sumbu lateral (sumbu a, b, d) dan ada
tidaknya bidang simetri vertikal yang tegak lurus. Bagian ini di
notasikan: 2/m , 2 , m atau tidak ada.
3). Bagian III: menerangkan ada tiaknya sumbu simetri intarmediet
dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus terhadap sumbu
intermediet tersebut. Bagian ini di notasikan: 2/m, 2, m atau tidak
ada.
19

2.3.3.Penentuan Klas Menurut Schoenflish


1. Sistem Isometrik
1). Bagian I: Menerangkan nilai c. Untuk itu ada 2 kemungkinan yaitu
sumbu c bernilai 4 atau bernilai 2.
2). Kalau sumbu c bernilai 4 dinotasikan dengan huruf O (octaeder).
3). Kalau sumbu c bernilai 2 dinotasikan denga huruf T (tetraeder).
4). Bagian II: Menerangkan kandungan bidang simetrinya, apabila
kristal tersebut mempunyai:
i. Bidang simetri horisontal (h)
ii. Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan
iii. Bidang simetri diagonal (d) dengan h
5). Kalau mempunyai:
i. Bidang simetri horisontal (h) Dinotasikan
ii. Bidang simetri vertikal (v) dengan h
6). Kalau mempunyai:
i. Bidang simetri diagonal (d) Dinotasikan
ii. Bidang simetri vertikal (v) dengan v
7). Kalau mempunyai:
i. Bidang simetri diagonal (d) Dinotasikan dengan d

2. Sistem Tetragonal, Orthorombic, Monoklin, Triklin, Trigonal Dan


Hexagonal.
1). Bagian I: Menerangkan nilai sumbu yang tegak lurus sumbu c,
yaitu sumbu lateral (sumbu a, b, d) atau sumbu intermediet, ada 2
kemungkinan:
i. Kalau sumbu tersebut bernilai 2 di notasikan dengan d
(diedrish).
ii. Kalau sumbu tersebut tidak bernilai dinotasikan dengan c
(cyklich).
2). Bagian II : Menerangkan nilai sumbu c. Nilai sumbu c ini di
tuliskan di sebelah kanan agak bawah dari notasi d atau c.
20

3). Bagian III : Menerangkan kandungan bidang simetrinya.


i. Bidang simetri horisontal (h)
ii. Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan
iii. Bidang simetri diagonal (d) dengan h
4). Kalau mempunyai:
i. Bidang simetri horisontal (h) Dinotasikan
ii. Bidang simetri vertikal (v) dengan h
5). Kalau mempunyai :
i. Bidang simetri diagonal (d) Dinotasikan
ii. Bidang simetri vertikal (v) dengan v

2.4. Tata Cara Pembuatan Maket


2.4.1 Alat
Dalam pembuatan maket tentu kita memerlukan peralatan dalam pembuatan
meket terebut. Ada pun alat-alat yang digunakan dalam pembuatan maket adalah
sebagai berikut:
1. Pensil
2. Penggaris
3. Gunting
4. Cutter
5. Pisau
6. Kuas

2.4.2. Bahan
Dalam pembuatan maket tentu kita memerlukan bahan yang digunakan dalam
pembuatan meket terebut. Ada pun bahan-bahan yang digunakan dalam
pembuatan maket adalah sebagai berikut:

1. Bambu
2. Cat
3. Mika
4. Lem
21

2.4.3. Cara Membuat

1. Membuat perbandingan sumbu sistim kristal


1) Perbandingan panjang sumbu isometri pada bidang datar adalah
a:b:c = 1:3:3 Jika panjang sumbu terpanjang adalah 40 cm maka,
perbandingan panjang sumbu isometri nyata adalah a:b:c = 40:40:40.
Jika kita mengacu pada perbandingan bidang datar maka penjang
sumbu a = 13,3 tetapi hasil yang akan diperoleh tidak akan sesuai
dengan bentuk isometri, yaitu bntuk kubus.
2) Perbandingan panjang sumbu tetragonal pada bidang datar adalah
a:b:c = 1:3:6 Jika panjang sumbu terpanjang adalah 40 cm maka,
perbandingan panjang sumbu tetragonal nyata adalah a:b:c =
21:21:40. Jika kita mengacu pada perbandingan bidang datar maka
penjang sumbu a = 7cm tetapi hasil yang akan diperoleh tidak akan
sesuai dengan bentuk tetragonal , yaitu bntuk persegi panjang.
3) Perbandingan panjang sumbu orthorombik pada bidang datar adalah
a:b:c = 1:3:2 Jika panjang sumbu terpanjang adalah 40 cm maka,
perbandingan panjang sumbu isometri nyata adalah a:b:c =
13,3:40:26. Maka kita akan mendapat hasil orthorombik yan
memiliki bentuk persegi panjang yang gepeng.
4) Perbandingan panjang sumbu monoklin pada bidang datar adalah
a:b:c = 2:1:3 Jika panjang sumbu terpanjang adalah 40 cm maka,
perbandingan panjang sumbu moniklin nyata adalah a:b:c =
26:13:40.
5) Perbandingan panjang sumbu triklin pada bidang datar adalah a:b:c
= 2:3:4 Jika panjang sumbu terpanjang adalah 40 cm maka,
perbandingan panjang sumbu triklin nyata adalah a:b:c = 20:30:40.
6) Perbandingan panjang sumbu trigonal pada bidang datar adalah
a:b:c:d = 1:3:3:1Jika panjang sumbu terpanjang adalah 40 cm maka,
perbandingan panjang sumbu trigonal nyata adalah a:b:c:d =
13:40:40: 13 .
22

7) Perbandingan panjang sumbu hexagonal pada bidang datar adalah


a:b:c:d = 1:3:6:1 Jika panjang sumbu terpanjang adalah 40 cm maka,
perbandingan panjang sumbu hexagonal nyata adalah a:b:c =
21:21:40:21. Jika kita mengacu pada perbandingan bidang datar
maka penjang sumbu a dan d = 7 cm dan 7 cm tetapi hasil yang akan
diperoleh tidak akan sesuai dengan bentuk hexagonal, yaitu bentuk
bangun ruang persegi delapan.
2. Setelah kita tahu perbandingan yang digunakan,langkah selanjutnya
adalah mengukur panjang bambu dengan penggaris sesuai kebutuhan,
lalu beri tanda pada bambu dengan pensil.
3. Potong bambu tepat pada daerah yan diberi tanda.
4. Ukur bambu yang sudah di potung untuk mentari bagian tengah bambu,
yang nantinya akan digunakan sebagai titik pusat kristal.
5. Iris sebagian tengah bambu tetapi jangan samapai terpotong.
6. Tempelkan setiap bambu dengan bagian tengah sebagi titik temu.
7. Lem bagian tengah bamboo
8. Jika lem sudah kering cat bambu sesuai arna sumbu.
9. Potong mika sesuai panjang, lebar dan tinggi maket. Mika digunakan
untuk membuat bentuk kristal.
10. Tempel bagian tengah mika pada ujung setiap sumbu, kemudian lem
setiap ujung pertemuan antar mika.

Anda mungkin juga menyukai