Anda di halaman 1dari 27

BAB III

MINERALOGI

3.1. Dasar Teori


3.1.1. Pengertian Mineral dan Mineralogi

Mineralogi adalah salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari mengenai
mineral, baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan, antara lain
mempelajari sifat-sifat fisik dan kimia, cara terdapatnya, cara terjadinya dan
kegunaannya.

Mineral adalah suatu zat berbentuk padat yang terbentuk secara alamiah dengan
komposisi kimia tertentu yang memiliki atom yang teratur dan bersifat anorganik
dan terbentuk dalam waktu yang sangat lama berjuta-juta tahun lamanya. Mineral
termasuk dalam komposisi unsur murni dan garam sederhana sampai dengan
silikat yang memiliki susunan sangat kompleks dengan ribuan bentuk mineral
yang diketahui.

Batas-batasan definisi mineral meliputi:


1. Suatu bahan alam
Mineral terbentuk secara alamiah bukan dibuat oleh manusia.
2. Mempunyai sifat fisik dan kimia yang tetap
Sifat Fisik : Warna, kekerasan, belahan, pecahan, perawakan.
Sifat Kimia : Nyata api terhadap api oksidasi atau api reduksi.
3. Pada umumnya anorganik
Mineral merupakan bukan hasil dari kehidupan.
4. Homogen
Mineral tidak dapat diuraikan menjadi senyawa lain yang lebih
sederhana oleh proses fisika.

21
22

3.1.2. Pengertian Mineral Menurut Para Ahli


Defenisi mineral menurut para ahli :
1. LG. Berry dan B.Mason
Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat di alam dan
terbentuk secara anorganik dengan komposisi kimia pada batas-batas tertentu
serta mempunyai atom-atom yang tersusun secara teratur.
2. D.G.A. Whitten & J.R.V. Brooks 1972
Mineral adalah bahan padat dengan struktur homogen yang mempunyai
komposisi kimia tertentu dan dibentuk oleh proses alam yang anorganik.
3. A.W.R. Potter & H. Robinson 1977
Mineral adalah zat atau bahan homogen yang mempunyai komposisi kimia
tertentu dan mempunyai sifat-sifat tetap, dibentuk di alam dan bukan hasil
suatu kehidupan.
4.Kraus, dkk., 1959
Mineral adalah suatu zat yang terdapat dalam alam dengan komposisi kimia
yang khas dan biasanya mempunyai struktur kristal yang jelas, yang kadang-
kadang dapat menjelma dalam bentuk geometris tertentu.

3.1.3. Pembagian Mineralogi


Mineralogi dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Mineralogi Fisik
Mineralogi Fisik adalah suatu mineral yang dapat dilihat oleh mata
telanjang dan dapat dirasakan oleh tubuh, karena mempunyai bentuk
mineral yang makroskopis.
2. Mineralogi Kimiawi
Mineralogi Kimiawi adalah suatu mineral yang tidak dapat dilihat oleh
mata telanjang, karena mempunyai bentuk mineral yang mikroskopis
sehingga membutuhkan lup ataupun mikroskop untuk melihat
keberadaan mineral yang hadir dalam batuan tersebut.
23

3.2. Pendeskripsian Mineral Berdasarkan Sifat Fisik


Semua mineral mempunyai susunan kimiawi tertentu dan penyusun atom-atom
yang beraturan. Maka, setiap jenis mineral mempunyai sifat-sifat fisik maupun
kimiawi tersendiri. Dengan mengenal sifat-sifat tersebut maka setiap jenis mineral
dapat dikenal dan diketahui susunan kimiawinya dalam batas-batas tertentu.

Penentuan nama mineral dapat dilakukan dengan membandingkan sifat-sifat


fisik mineral antara mineral yang satu dengan mineral yang lainnya. Sifat fisik
suatu mineral ini sangat diperlukan di dalam mendeterminasi atau mengenal
mineral secara megaskopis atau tanpa menggunakan mikroskop. Dengan cara
ini seseorang dapat mendeterminasi mineral lebih cepat dan biasanya langsung
di lapangan tempat di mana sampel tersebut ditemukan. Sifat-sifat mineral
tersebut meliputi: warna, perawakan kristal, kilap, kekerasan mineral, goresan,
belahan, pecahan, daya tahan terhadap pukulan, berat jenis, kemagnetan, rasa
dan bau serta derajat ketransparanan.

3.2.1. Warna

Warna mineral merupakan kenampakan langsung yang dapat dilihat. Akan tetapi
tidak dapat diandalkan dalam pemerian mineral karena suatu mineral dapat
berwarna lebih dari satu warna, tergantung keanekaragaman komposisi kimia dan
pengotoran padanya. Sebagai contoh, kuarsa dapat berwarna putih susu, ungu,
coklat kehitaman atau tidak berwarna.

Faktor yang dapat mempengaruhi warna mineral, antara lain:


1. Komposisi kimia
2. Struktur kristal dan ikatan atom
3. Pengotor dari mineral
Walau demikian ada beberapa mineral yang mempunyai warna khas, seperti:
1. Putih : Kaolin (Al2O3.2SiO2.2H2O), Gypsum (CaSO4.H2O), Milky
Kwartz (Kuarsa Susu) (SiO2)
2. Kuning: Belerang (S)
3. Emas : Pirit (FeS2), Kalkopirit (CuFeS2), Emas (Au)
4. Hijau : Klorit (ClO2)((Mg.Fe)5 Al(AlSiO3O10)(OH)),
24

Malasit (CuCO3Cu(OH)2)
5. Biru : Azurit (2CuCO3Cu(OH)2), Beril (Be3Al2 (Si6O18))
6. Merah : Jasper, Hematit (Fe2O3)
7. Coklat : Garnet, Limonite (Fe2O3)
8. Abu-abu : Galena (PbS)
9. Hitam : Biotit (K2(MgFe)2(OH)2(AlSi3O10)), Grafit (C)

3.2.2. Perawakan Kristal


Istilah perawakan kristal adalah bentuk khas mineral yang ditentukan oleh bidang
yang membangunnya, termasuk bentuk dan ukuran relatif bidang tersebut.
Perawakan kristal dipakai untutk penentuan jenis mineral walaupun perawakan
bukan merupakan ciri tetap mineral. Contohnya: Mika selalu menunjukkan
perawakan kristal yang mendaun (foliated).
Perawakan kristal dibedakan menjadi 3 golongan (Richard Peral, 1975):
1. Elongated Habits (Meniang atau Berserabut)
1) Meniang (Columnar)
Bentuk kristalnya prismatik yang menyerupai bentuk tiang.
Contohnya: Tourmaline, Pyrolusite dan Wollastonite
2) Menyerat (Fibrous)
Bentuk kristalnya menyerupai serat-serat kecil. Contohnya: Asbestos,
Gypsum, Silimanite, Tremolite dan Pyrophyllite.
3) Menjarum (Acicular)
Bentuk kristalnya menyerupai jarum-jarum kecil. Contohnya:
Natrolite dan Glaucophane.
4) Menjaring (Reticulate)
Bentuk kristalnya kecil panjang yang terusun menyerupai jaring.
Contohnya: Rutile dan Cerussite.
5) Membenang (Filliform)
Bentuk kristalnya kecil-kecil dan menyerupai benang.
Contohnya: Silver
6) Merambut (Capillary)
Bentuk kristalnya kecil-kecil dan menyerupai rambut. Contohnya:
Cuprite dan Bysolite (variasi dari Actionalite)
25

7) Mondok (Stout, Stubby, Equant)


Bentuk kristalnya pendek, gemuk sering terdapat pada kristal dengan
sumbu c lebih pendek dari sumbu yang lain. Contohnya: Zircon
8) Membintang (Stellated)
Bentuk kristalnya tersusun menyerupai bintang. Contohnya Pirofilit.
9) Menjari (Radiated)
Bentuk-bentuk kristalnya tersusun menyerupai bentuk jari-jari.
Contohnya: Markasit dan Natrot

2. Flattened Habits (Lembaran Tipis)


1) Membilah (Bladed)
Bentuk kristal yang panjang dan tipis menyerupai bilah kayu, dengan
perbandingan antara lebar dengan tebal sangat jauh. Contohnya:
Kyanite, Glaucophane dan Kalaverit.
2) Memapan (Tabular)
Bentuk kristal pipih menyerupai bentuk papan, dimana lebar dengan
tebal tidak terlalu jauh. Contohnya: Barite, Hematite dan Hypersthene.
3) Membata (Blocky)
Bentuk kristal tebal menyerupai bentuk bata dengan perbandingan
antara tebal dan lebar hampir sama. Contohnya: Microline.
4) Mendaun (Foliated)
Bentuk kristal pipih dengan melapis (lamellar) perlapisan yang mudah
dikupas atau dipisahkan. Contohnya Mica, Talk dan Chorite.
5) Memencar (Divergent)
Bentuk kristalnya tersusun menyerupai bentuk kipas terbuka.
Contohnya: Gypsum dan Millerite.
6) Membulu (Plumose)
Bentuk kristal yang tersusun membentuk tumpukan bulu.
Contohnya: Mica
26

3. Rounded Habits (Membutir)


1) Mendada (Mamilary)
Bentuk kristalnya bulat-bulat menyerupai buah dada (brest like).
Contohnya: Malachite, Hemimorphite dan Opal.
2) Membulat (Colloform)
Bentuk kristalnya menunjukkan permukaan yang bulat-bulat.
Contohnya: Glauconite, Cobaltite, Bismuth, Geothite, Franklinite dan
Smallite.
3) Membulat Jari (Colloform Radial)
Membentuk kristal membulat dengan struktur dalam menyerupai
bentuk jari. Contohnya: Pyrolorphyte
4) Membutir (Granular)
Contohnya: Olivine, Niveolite, Anhydrite, Cryollite, Chromite,
Cordirite, Sodalite, Cinabar, Alunite dan Rhodochrosite.
5) Memisolit (Pisolitic)
Kelompok kristal lonjong sebesar kerikil, seperti kacang tanah.
Contohnya: Opal (variasi Hyalite), Gibbsite dan Pisolitic Limestone.
6) Stalaktif (Stalactitic)
Bentuk kristal yang membulat dengan litologi gamping.
Contohnya: Geothite.

3.2.3. Kilap
Merupakan kenampakan atau cahaya yang dipantulkan oleh permukaan mineral
saat terkena cahaya. Kilap ini secara garis besar dapat dibedakan menjadi
dua jenis, yaitu:
1. Kilap Logam (Metallic Luster)
Bila mineral tersebut mempunyai kilap atau kilapan seperti logam.
Contohnya: Gelena, Pirit, Magnetit, Kalkopirit, Grafit, dan Hematit.
2. Kilap Bukan Logam (non metallic luster), terbagi atas:
1) Kilap Intan (adamantin luster), cemerlang seperti intan.
2) Kilap kaca (viteorus luster), misalnya pada kuarsa dan kalsit.
27

3) Kilap Sutera (silky luster), kilat yang menyeruai sutera pada umumnya
terdapat pada mineral yang mempunyai struktur serat, misalnya pada
asbes, alkanolit dan gips.
4) Kilap Damar (resinous luster), memberi kesan seperti damar misalnya
pada spharelit.
5) Kilap mutiara (pearly luster), kilat seperti lemak atau sabun, misalnya
pada serpentin, opal dan nepelin.
6) Kilap tanah, kilat suram seperti tanah lempung misalnya pada kaolin,
bouxit dan limonit.

Kilap mineral sangat penting untuk diketahui, karena sifat fisiknya dapat dipakai
dalam menentukan mineral secara megaskopis. Untuk itu perlu dibiasakan
membedakan kilap mineral satu dengan yang lainnya, walaupun kadang-kadang
akan dijumpai kesulitan karena batas kilap yang satu dengan yang lainnya tidak
begitu tegas.

3.2.4. Cerat

Cerat adalah warna mineral dalam bentuk hancuran (serbuk). Hal ini dapat dapat
diperoleh apabila mineral digoreskan pada bagian kasar suatu keping porselin atau
membubuk suatu mineral kemudian dilihat warna dari bubukan tersebut. Cerat
dapat sama dengan warna asli mineral, dapat pula berbeda. Warna cerat untuk
mineral tertentu umumnya tetap walaupun warna mineralnya berubah-ubah.
Contohnya:

Pirit : Berwarna keemasan namun jika digoreskan pada plat


Porselin akan meninggalkan jejak berwarna hitam.
Hematit : Berwarna merah namun bila digoreskan pada plat porselin
Akan meninggalkan jejak berwarna merah kecoklatan.
Augite : Ceratnya abu-abu kehijauan
Biotite : Ceratnya tidak berwarna
Orthoklase : Ceratnya putih

Warna serbuk, lebih khas dibandingkan dengan warna mineral secara keseluruhan,
sehingga dapat dipergunakan untuk mengidentifikasi mineral.
28

3.2.5. Kekerasan
Merupakan ketahanan mineral terhadap suatu goresan. Kekerasan nisbi suatu
mineral dapat membandingkan suatu mineral terentu yang dipakai sebagai
kekerasan yang standard. Mineral yang mempunyai kekerasan yang lebih kecil
akan mempunyai bekas dan badan mineral tersebut. Standar kekerasan yang biasa
dipakai adalah skala kekerasan yang dibuat oleh Friedrich Mohs dari Jeman dan
dikenal sebagai skala Mohs. Skala Mohs mempunyai 10 skala, dimulai dari skala
1 untuk mineral terlunak sampai skala 10 untuk mineral terkeras.

Tabel 3.1
Skala Kekerasan Mohs

Skala Kekerasan Mineral Rumus Kimia

1 Talc H2Mg3(SiO3)4

2 Gypsum CaSO4.2H2O

3 Calcite CaCO3

4 Fluorite CaF2

5 Apatite CaF2Ca3(PO4)2

6 Orthoklase KAlSi3O8

7 Quartz SiO2

8 Topaz Al2SiO3O8

9 Corundum Al2O3

10 Diamond C
29

Sebagai perbandingan dari skala tersebut di atas maka di bawah ini diberikan
kekerasan dari alat penguji standar:

Tabel 3.2
Alat dan bahan Penguji Kekerasan Mohs

Alat Penguji Derajat Kekerasan Mohs

Kuku manusia 2,5

Kawat Tembaga 3

Paku 5,5

Pecahan Kaca 5,5 – 6

Pisau Baja 5,5 – 6

Kikir Baja 6,5 – 7

Kuarsa 7

Apabila mineral berusaha untuk dipatahkan, dipotong, dihancurkan,


dibengkokkan atau diiris, maka termasuk dalam sifat, antara lain:
1. Rapuh (brittle): mudah hancur tapi bias dipotong-potong. Contohnya
Kwarsa, Orthoklas, Kalsit dan Pirit.
2. Mudah ditempa (malleable): dapat ditempa menjadi lapisan tipis.
Contohnya: Emas dan Tembaga.
3. Dapat diiris (secitile): dapat diiris dengan pisau, hasil irisan rapuh.
Contohnya: Gypsum.
4. Fleksible: mineral berupa lapisan tipis, dapat dibengkokkan tanpa patah
dan sesudah bengkok tidak dapat kembali seperti semula. Contohnya:
mineral Talk dan Selenit.

3.2.6. Belahan
30

Balahan merupakan kecenderungan mineral untuk membelah diri pada satu atau
lebih arah tertentu. Belahan merupakan salah satu sifat fisik mineral yang mampu
membelah yang oleh sini adalah bila mineral kita pukul dan tidak hancur, tetapi
terbelah-belah menjadi bidang belahan yang licin.
Tidak semua mineral mempunyai sifat ini, sehingga dapat dipakai istilah seperti
mudah terbakar dan sukar dibelah atau tidak dapa dibelah. Tenaga pengikat atom
di dalam di dalam sruktur kritsal tidak seragam ke segala arah, oleh sebab itu bila
terdapat ikatan yang lemah melalui suatu bidang, maka mineral akan cenderung
membelah melalui suatu bidang, maka mineral akan cenderung membelah melalui
bidang-bidang tersebut. Karena keteraturan sifat dalam mineral, maka belahan
akan nampak berjajar dan teratur.

Ada beberapa istilah yang digunakan:


1. Sempurna (Perfect)
Yaitu apabila mineral mudah terbelah melalui arah belahannya yang
merupakan bidang yang rata dan sukar pecah selain melalui bidang
belahannya.
2. Baik (Good)
Yaitu apabila mineral mudah terbelah melalui bidang belahannya yang
rata, tetapi dapat juga terbelah tidak melalui bidang belahannya.
3. Jelas (Distinct)
Yaitu apabila bidang belahan mineral dapat terlihat jelas, tetapi mineral
tersebut sukar membelah melalui bidang belahannya dan tidak rata.
4. Tidak Jelas (Indistinct)
Yaitu apabila arah belahan mineral masih terlihat, tetapi kemungkinan
untuk membentuk belahan dan pecahan sama besar.
5. Tidak sempurna (Imperfect)
Yaitu apabila mineral sudah tidak terlihat arah belahannya, dan mineral
akan pecah dengan permukaan yang tidak rata.
31

3.2.7. Pecahan
Pecahan adalah kecenderungan mineral untuk terpisah-pisah dalam arah yang
tidak teratur apabila mineral dikenai gaya. Perbedaan pecahan dengan belahan
dapat dilihat dari sifat permukaan mineral apabila memantulkan sinar. Permukaan
bidang belah akan nampak halus dan dapat memantulkan sinar seperti cermin
datar, sedang bidang pecahan memantulkan sinar ke segala arah dengan tidak
teratur.

Pecahan mineral ada beberapa macam, yaitu:


1. Concoidal, bila memperhatikan gelombang yang melengkung di
permukaan pecahan, seperti kenampakan kulit kerang atau pecahan botol.
Contohnya: Kuarsa.
2. Splintery/fibrous, bila menunjukkan gejala seperti serat. Contohnya:
Aasbestos, augit, hipersten
3. Even, bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan bidang pecahan
halus. Contohnya pada kelompok mineral lempung yaitu Limonit
4. Uneven, bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan bidang pecahan
yang kasar. Contohnya: Magnetit, hematit, kalkopirit dan garnet.
5. Hackly, bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan kasar, tidak teratur
dan runcing-runcing. Contohnya: pada native elemen emas dan perak

3.2.8. Derajat Ketransparanan


Derajat ketransparanan merupakan kemampuan mineral dalam bentuk potongan
pipih untuk meneruskan cahaya. Klasifikasi derajat transparansi didasarkan atas
kenampakan obyek yang terlihat akibat cahaya yang diteruskan oleh potongan
mineral.
1. Transparent, benda dapat tampak bila dipandang melalui suatu mineral.
Contohnya: Kuarsa, Kalsit dan Biotit
2. Translucent, cahaya dapat diteruskan oleh mineral, namun benda dibalik
mineral tidak tampak jelas. Contohnya: Gipsum
3. Opaque, tidak ada cahaya yang diteruskan walaupun pada keping tertipis.
Contohnya: Magnetik dan Pirit.
32

4. Mineral-mineral yang tidak tembus pandang (Non-Transparant)

3.2.9. Daya Tahan Terhadap Pukulan (Tenacity)


Tenacity adalah kemampuan suatu mineral untuk pecah. Tenacity dapat dibagi
menjadi:
1. Brittle, bisa dipotong dan hancur menjadi pecahan runcing.
Contohnya: Kuarsa
2. Melleable, dapat ditempa menjadi lapisan pipih dan tampa pecah.
Contohnya: Emas
3. Sectile, dapat dipotong dengan pisau menjadi keping-keping tipis.
Contohnya: Gipsum
4. Flexible, dapat dibentuk tapi tidak bisa dikembalikan kembali jika gaya
ditiadakan. Contohnya: Talk dan Selenit
5. Elastic, dapat dibentuk dan dapat dikembalikan kembali seperti semula.
Contohnya: Muskovit.

3.2.10. Berat Jenis (Specific Gravity)


Merupakan perbandingan antara berat mineral dengan volume mineral. Cara yang
umum untuk menentukan berat jenis yaitu dengan menimbang mineral tersebut
terlebih dahulu, misalnya beratnya x gram. Kemudian mineral ditimbang lagi
dalam keadaan di dalam air, misalnya beratnya y gram. Berat terhitung dalam
keadaan di dalam air adalah berat miberal dikurangi dengan berat air yang
volumenya sama dengan volume butir mineral tersebut.

3.2.11. Rasa dan Bau

Disamping dari sifat-sifat yang sudah dibahas diatas, beberapa mineral


mempunyai rasa dan bau.

Rasa (taste) hanya dipunyai oleh mineral-mineral yang bersifat cair :


1. Astringet : rasa umum yang dimiliki semua logam
2. Sweetist Astinget : rasa seperti pada tawas
3. Saline : rasa yang dimiliki seperti garam
4. Alkaline : rasa yang dimiliki seperti rasa soda
33

5. Bitter : rasa seperti garam pahit


6. Cooling : rasa seperti rasa sendawa
7. Sour : rasa seperti asam belerang
Melalui gesekan dan penghilangan dari beberapa zat yang bersifat volatile melalui
pemanasan atau melalui penambahan suatu asam, maka kadang-kadang bau
(odour) akan menjadi ciri-ciri yang khas dari suatu mineral.
1. Alliaceous: Bau seperti bawang, proses pereaksi dati aersenopirit akan
menimbulkan bau yang khas
2. Horse Radish Odour: Bau dari lobak kuda yang menjadi busuk (biji selenit
yang dipanasi)
3. Sulphurous: Bau yang ditimbulkan oleh proses pereaksian pirit atau
pemanasan mineral yang mengandung unsure sulfide.
4. Bituminous: Bau seperti bau aspal
5. Fetid: Bau yang ditimbulkan oleh asam sulfide atau bau busuk seperti telur
busuk
6. Argiilaceous: Bau seperti lempung basah, seperti serpentin yang
mengalami pemanasan, bau kalau pyrargillite.

Kadang raba ( feel ) merupakan karakter yang penting. Ada beberapa macam raba,
misalnya: smooth (sepioloite), greasy (talk).

3.2.12. Sifat Kemagnetan


Merupakan sifat mineral terhadap gaya magnet. Dikatakan
sebagai feromagnetic bila mineral dengan mudah tertarik gaya magnet seperti
magnetik, phirhotit. Mineral-mineral yang menolak gaya magnet
disebut diamagnetik, dan yang tertarik lemah yaitu paramagnetik. Untuk melihat
apakah mineral mempunyai sifat magnetik atau tidak kita gantungkan pada seutas
tali/benang sebuah magnet, dengan sedikit demi sedikit mineral kita dekatkan
pada magnet tersebut. Bila benang bergerak mendekati berarti mineral tersebut
magnetik. Kuat tidaknya bias kita lihat dari besar kecilnya sudut yang dibuat
dengan benang tersebut dengan garis vertikal.
34

3.3. Klasifikasi Mineral


Klasifikasi mineral yang biasa digunakan adalah klasifikasi dari Dana yang
mendasarkan pada kemiripan komposisi kimia dan struktur kristalnya. Dana
membagi mineral dalam 9 golongan (Klein & Hurlburt, 1993), yaitu:

3.3.1. Klas Silikat


Klas silikat merupakan kelas terbesar, sering di sebut juga Silicon dioxide,
gabungan dari 2 unsur yang paling melimpah yaitu Silicon kerak bumi dan
oksigen (SiO2) dan dengan ion tambahan lainnya seperti aluminium, magnesium,
besi dan calcium. Masa kerak bumi adalah 59 % Silika, konstituen utama lebih
dari 95 % batuan diketahui. Contoh mineral kelas Silikat adalah Olivin (Mg,Fe)2
SiO4 ,Kuarsa (SiO2), Serpentine (Mg6Si4O10(OH)4), Kaolinit (Al4Si4O10(OH)8).

3.3.2. Klas Karbonat


Klas karbonat merupakan mineral yang terdiri dari anion (CO3)2- dan termasuk
kalcite dan aragonite (keduanya merupakan kalcium karbonate), Dolomit
(Magnesium/kalcium karbonat) dan Siderite (besi karbonate). karbonate terbentuk
pada lingkungan laut oleh endapan bangkai plankton. Carbonate juga terbentuk
pada daerah evaporit dan pada daerah karst yang membentuk gua/caves, stalaktit,
dan stalagmite. karbonate klass juga termasuk mineral Nitrate dan Borate. Contoh
mineral karbonate class adalah Dolomit (CaMg(CO 3)2), Aragonite (CaCO3),
Siderit (FeCO3), Magnesit (MgCO3), Smithsonite (ZnCO3).

3.3.3. Klas Sulfat

Mineral kelas Sulfat terdiri dari anion Sulfate SO 42- biasanya terbentuk di daerah
evaporitic yang tinggi kadar airnya perlahan lahan menguap sehingga formasi
sulfat dan Halida berinteraksi. Contoh mineral kelas sulfat adalah Anhydrite
(CaSO4), Barite (BaSO4), dan Gypsum (CaSO42H2O). Termasuk juga Kromat,
Molybdat, Selenat, Sulfite, Tellurate, dan Tungstate.
35

3.3.4. Klas Halide


Halide Class adalah kelas mineral yang membentuk garam alami dan juga
termasuk Fluorit (Calcium Fluoride), Halite (Sodium Chlorida), Sylvite
(Potassium Chlorida) dan Sal Ammoniac (Ammonium Chlorida). Sama halnya
dengan Sulfat, Halida juga di temukan di daerah evaporit seperti danau playa dan
laut yang terkurung daratan seperti laut mati dan danau garam besar. Contoh
mineral kelas Halida adalah Fluorit (CaF2), dan Halite (NaCl).

3.3.5. Klas Oksida


Mineral kelas oksida biasanya terbentuk dekat permukaan bumi, teroksidasi dari
hasil pelapukan mineral lain dan sebagai mineral pelengkap pada batuan beku
yang terdapat di kerak dan mantel bumi. Mineral-mineral kelas oksida sangat
penting dalam dunia pertambangan karena bijih (ores) terbentuk dari mineral-
mineral kelas oksida, kelas mineral ini pun juga mempengaruhi perubahan kutub
magnetic bumi. Contoh mineral kelas Oksida adalah Rutile (TiO 2), Hematite
(Fe2O3), Spinel (MgAl2O4), Magnetite (Fe3O4), Korundum (Al2O3), Pyrolusit
(MnO2)

3.3.6. Klas Sulfida


Mineral kelas Sulfide merupakan kelas mineral yang juga pembentuk bijih (ores),
juga merupakan kombinasi antara logam atau semi-logam dengan belerang (S).
Contoh mineral kelas Sulfida adalah Pyrite (FeS2), Galena (PbS), Bornite
(Cu5FeS5), Sphalerite (Zn, Fe)S.

3.3.7. Klas Posphat


Mineral fosfat merupakan persenyawaan kimia antara unsur-unsur logam dengan
Phospate radical. Ribuan spesies dari golongan ini dapat dikenali, namun
keadaannya tidak berlimpah. Sifat dari golongan ini berubah-ubah tetapi
umumnya cenderung lunak, rapuh, sangat berwarna dan kristalisasinya baik.
Mineral kelas fosfat termasuk mineral dengan unit AO4, A berupa phosphorus,
antimony, arsenic atau vanadium. Contoh mineral fosfat adalah Apatit
36

(Ca5(PO4)3(OH,F,Cl)), Zuenerite (Cu(UO2)2(AsO4)2-1016H2O), Monasit ( (Ce, La,


Y, Th)PO4 ), termasuk juga mineral Arsenat, Vanadat dan mineral-mineral
Antimonit.

3.3.8. Klas Elemen Native


Native elements merupakan unsur-unsur bebas, bukan merupakan unsure- unsur
gabungan. Mineral kelas elemen terdiri dari metal dan elemen intermetalik (emas,
perak dan tembaga), semi-metal dan non-metal (Antimony, Bismuth, Grafit,
sulfur). Kelas ini juga termasuk campuran logam alam seperti electrum, fosfida,
silisida, nitride dan carbida. Contoh mineral kelas elemen adalah Perak (Ag),
Bismut (Bi), Intan (C), Grafit (C), Sulfur (S), Tembaga (Cu), Emas (Au).

3.3.9. Klas Organik


Mineral kelas organic terdiri dari substansi biogenic; Oxalates, Mellitates,
Citrates, Cyanates, Acetates, Formats, Hydrocarbons, dan Sepsis Miscellaneous
lainnya. Contoh mineralnya adalah Fichtelite (C19H3), Abelsonite (NiC31H32N4).

3.4. Determinasi Mineral


Mineral Logam adalah mineral yang dari padanya dapat diekstrak untuk
dimanfaatkan unsur logamnya. Dalam hal ini mineral logam yang dimaksudkan
adalah yang diharapkan bernilai ekonomi. Logam adalah unsur yang jumlahnya
paling banyak di bumi ini. Jenis-jenis logam memiliki sifat dan kegunaanya
masing-masing. sampai saat ini, terdapat 65 logam yang terbentuk secara alami
dibumi, namun hanya sedikit yang bisa dimanfaatkan dengan cara yang benar.
Logam-logam yang dapat dimanfaatkan ini hanya mencapai 20 buah, baik yang
berdiri sendiri maupun sebagai bagian dari aloi (campuran dari dua buah logam
atau lebih dan zat lainnya). Aloi ini dibuat untuk membuat logam yang
memiliki sifat berbeda dari sebelumnya, agar dapat dimanfaatkan secara
maksimal.

Mineral bukan logam sebenarnya memeliki pengertian bahwa, suatu bahan alam
yang mempunyai sifat-sifat fisik dan kimia tetap dapat berupa unsur non logam
(B, C, Cl, Br, Si, S, dll) tunggal atau persenyawaan kimia yang melibatkan unsur
37

non logam seperti SiO2 yang tetap, pada umumnya anorganik, homogen, dapat
berupa gas, padat, dan cair.Mineral bukan logam atau bisa disebut dengan istilah
gangue merupakan bagian dari asosiasi mineral yang membentuk batuan dan
bukan mineral bijih didalam suatu jebakan. Mineral bukan logam yang terbentuk
biasanya berasosiasi dengan mineral lain, yang kemudian disebut dengan endapan
mineral bukan logam. Beberapa jenis mineral bukan logam diantaranya adalah
Gipsum, Bentonit, Zeolit, kalsit, Dolomit, Zeolit, dan lain – lain.

Mineral non-logam adalah mineral yang tidak mempunyai unsur logamnya.


Mineral logam sering jadi pengotor dalam mineral logam dan umumnya tidak
bernilai ekonomis. Bila mineral logam terdapat dalam jumlah yang banyak dan
hadir bersama-sama dengan mineral logam disebut mineral gangue. Bila hadir
bersama-sama mineral non-logam disebut waste mineral. Yang termasuk golongan
endapan mineral non logam adalah material-material berupa padat, cairan atau
gas. Material-material tersebut bisa berbentuk mineral, batuan, persenyawaan
hidrokarbon atau berupa endapan garam. Contoh endapan ini adalah mika, batuan
granit, batubara, minyak dan gas bumi, halit dan lain-lain.

3.2.1 Mineral Malasit


Malasit (bahasa Inggris: Malachite) adalah suatu mineral karbonat hidroksida
tembaga, dengan rumus kimia Cu2CO3(OH)2. Mineral hijau buram ini terikat
mengkristal dalam bentuk sistem kristal monoklin, dan seringkali bentuknya
bergugus (botryoidal), berserat, atau massa stalagmitik, dalam retakan dan ruang
yang jauh di bawah tanah di mana terdapat genangan air dan cairan hidrotermal
untuk terjadinya presipitasi kimiawi. Potongan kristal individual jarang ditemukan
namun ada yang berbentuk prisma-prisma ramping atau menjarum (asikular).
Bentuk semu (pseudomorf) yang menyerupai kristal azurit tabular atau gumpalan
juga dijumpai.

Mineral ini berwarna hijau terang atau hijau zamrud. Dari warna ini pula
Malachite mendapatkan namanya. Nama mineral ini berasal dari bahasa Yunani
molochitis lithos, yang artinya mallow-green stone. Mallow adalah nama tanaman
yang warna daunnya sangat mirip dengan Malachite.
38

Mineral ini mempunyai sistem kristal monoklin. Ceratnya berwarna hijau pucat,
kilap kaca hingga sutra, mempunyai belahan dua arah dan tidak rata (uneven)
dalam bentuk masif. Mempunyai bentuk kristalin dan biasanya ditemukan dalam
struktur acicular, atau masif dengan struktur botryoidal atau reniform dan
prismatik. Terkadang dapat pula ditemukan sebagai pseudomorf pada mineral
azurite atau kuprit.

Mineral ini mempunyai kekerasan berkisar antara 3,5 sampai 4 skala Mohs,
biasanya mempunyai ketembusan cahaya translucent. Mineral ini tidak
terpengaruh oleh medan magnet, sehingga termasuk dalam mineral diamagnetik.

Mineral Malachite biasa ditemukan pada zona oksidasi endapan tembaga, yang
terbentuk dari reaksi antara sulfida dengan karbonat. Terutama pada daerah yang
terdapat batugamping, mineral ini berasosiasi dengan limonit, kalsit, kalsedon,
dan chrysocolla

Gambar 3.1
Mineral Malasit

3.2.2 Mineral Pirit


Nama "Pirit" berasal dari bahasa Yunani "pyr" yang berarti "api." Nama ini
diberikan karena pirit dapat digunakan untuk menciptakan bunga api yang
dibutuhkan untuk membuat api jika dipukul terhadap logam atau bahan keras
lainnya. Pirit bisa terbentuk pada suhu tinggi-rendah dan keterdapatannya bisa
dalam batuan beku, metamorf dan sedimen walaupun dalam jumlahnya yang
sedikit. Pirit adalah mineral berwarna kekuningan dengan kilap logam yang cerah.
Pirit memiliki rumus kimia FeS 2 (disulfida besi) dan merupakan mineral sulfida
yang paling umum dijumpai.
39

Pirit dapat digolongan mineral non silikat karena tidak mengandung unsure silika
(Si) dan oksigen (O). Pirit merupakan salah satu dari jenis mineral sulfida yang
umum dijumpai di alam, entah sebagai hasil sampingan suatu endapan
hidrotermal ataupun sebagai mineral asesoris dalam beberapa jenis batuan. Tidak
ada penciri mineralisasi tertentu jika anda menjumpai pirit, apalagi dalam jumlah
sedikit.

Di masyarakat, pirit memiliki berbagai julukan yang sangat terkenal diantaranya


yaitu "penghantar emas", "emas muda", bahkan ada yang juga menyebutnya
sebagai "emas palsu". Hal ini dikarenakan pirit mempunyai Warna mineral mirip
emas. Dengan kilap logam dan berat jenis yang tinggi sering menyebabkan orang
keliru untuk membedakan pirit dengan emas, bahkan pada prospectors emas
berpengalaman sekalipun. Namun, yang perlu diperhatikan disini bahwa kedua
mineral ini sering terbentuk bersama-sama, bahkan pada beberapa deposit, pirit
mengandung kandungan emas yang bernilai ekonomis untuk ditambang.

Gambar 3.2.
Mineral Pirit

3.2.3 Mineral Kaolin


Kaolin merupakan masa batuan yang tersusun dari material lempung dengan
kandungan besi yang rendah, dan umumnya berwarna putih atau agak keputihan.
Kaolin mempunyai komposisi hidrous alumunium silikat (2H 2O.Al2O3.2SiO2),
dengan disertai beberapa mineral penyerta.

Kaolin banyak dipakai sebagai bahan pembuatan beberapa produk dalam berbagai
industri, baik bahan baku utama maupun sebagai sebagai bahan campuran. Kaolin
40

banyak dipakai sebagai aplikasi dalam industri lama dan industri baru (Murray,
1963 dalam Lefond, 1983). Kaolin biasanya dipakai pada Industri kertas, Industri
karet, Industri keramik, Industri cat, Industri plastik.

Proses pembentukan kaolin (kaolinisasi) dapat terjadi melalui proses pelapukan


dan proses hidrotermal alterasi pada batuan beku felspartik, mineral-mineral potas
aluminium silka dan feldspar diubah menjadi kaolin. Endapan kaolin ada dua
macam, yaitu: endapan residual dan sedimentasi.

Umumnya kaolin berwarna putih atau agak keputihan. Kaolin mempunyai


komposisi hidrous alumunium silikat. Kaolin memiliki kekerasan 2 – 2,5
dengan berat jenis 2,6 – 2,63 dan memiliki daya hantar panas dan listrik yang
rendah
pH bervariasi.

Gambar 3.3
Mineral Kaolin

3.2.4 Mineral Garnierit


Garnierit merupakan mineral yang memliki warna segar “hijau”, serta
menghasilkan warna lapuk “coklat”. Garnierite pada saat digoreskan pada porselin
akan menghasilkan cerat yang berwarna putih dengan kilap sutera. Garnierit
memiliki belahan yang tidak sempurna dan juga memiliki pecahan yang rata.

Berdasarkan pada skala mohs garnierit memiliki kekerasan 2,5 Skala Mohs dan
berat jenis 2,54, serta tenacity pada mineral garnierit berupa “brittle” atau
41

membutir pada saat dihancurkan atau mendapat tekanan. Garnierit memiliki


system Kristal orthorombik dan Mineral garnierit terbentuk melalui proses
hypothermal (proses sedimentasi air pada suhu panas), dalam pembentukannya
mineral garnierit berasosiasi dengan mineral talk, serpentinit. Garnierit digunakan
sebagai bahan dalam bidang sector pertanian, industry kimia dan lain sebagainya.
Garnierit banyak terdapat pada daerah urat-urat hiphotermal.

Gambar 3.4
Mineral Garnierit

3.2.5 Mineral Kalsit


Kalsit merupakan mineral yang memliki warna segar “putih”, serta menghasilkan
warna lapuk “coklat”. Kalsit pada saat digoreskan pada porselin akan
menghasilkan cerat yang berwarna “putih”. Serta kilap (hasil dari pemantulan
cahaya) berupa “kaca”. Kalsit memiliki belahan yang “tidak sempurna”, dan juga
memiliki pecahan yang “rata”. Berdasarkan pada skala mohs garnierit memiliki
kekerasan 3 (skala Mohs), serta tenacity pada mineral calcite berupa “brittle” atau
membutir pada saat dihancurkan atau mendapat tekanan dan memiliki komposisi
kimia (CaCO3). Kalsit memiliki system Kristal “hexagonal”.

Mineral kalsit terbentuk melalui proses hypothermal (proses sedimentasi air pada
suhu panas), dalam pembentukannya, berasosiasi dengan mineral talk, gypsum.
Kalsit digunakan sebagai bahan dalam bidang sector pertanian, industry kimia dan
lain sebagainya. Kalsit banyak terdapat pada daerah urat-urat hiphotermal. Dan
cara penambangannya dapat dilakukan secara manual yakni dengan menggunakan
alat seperti linggis, cangkul dan karung untuk mengangkat bahan galian.
42

Gambar 3.5
Mineral Kalsit
3.2.6 Minerak Kalsedon
Kalsedon merupakan salah satu variasi mineral silica yang terbentuk oleh
pengendapan bertahap sehingga memberikan kenampakan berlapis dari larutan
silica koloid tidak jenuh didalam rongga atau celah-celah batuan penangkap.
Silica koloid (agar-agar silica) tersebut berasal dari mineral lempung atau batuan
piroklastik yang mengalami proses diagenesa khususnya karena pengaruh air
tanah.

Kalsedon berlubang-lubang lembut sehingga memungkinkan diberi macam-


macam warna didalamnya. Warna yang utama dari kalsedon adalah hijau
(Krisopras) tetapi ada juga yang berwarna merah (Karnelian), coklat (Sordion),
perlapisan yang konsentris (Agat), perlapisan sejajar (Oniks), oniksmerah
(Sardonik).

Batu yang sekarang disebut kalsedon adalah kuarsa jenis kriptokristalin (memiliki
struktur kristal yang sangat halus) yang transparan atau tembus cahaya. Kalsedon
tidak sekeras kuarsa murni, dan terdapat dalam jumlah besar di rongga-rongga
batu vulkanis. Kalsedon yang biasa tidak sepenuhnya transparan, tetapi memiliki
bintik-bintik dan pusaran putih-susu. Kalsedon merupakan batu yang umum
dijadikan permata berukir pada zaman dahulu.

Semua batu yang terdiridari microcrystalline atau cryptocrystalline dalam


berbagai batu kuarsa disebut batu kalsedon. Termasuk mineral yang keras, nilai
kerasnya 6.5-7 dalam daftar keras Mohs. Tidak seperti batu-batu kuarsa lainnya
yang seperti kristal. Batu kalsedon banyak berlubang-lubang lembut, sehingga
gampang untuk diberi warna-warna khusus dalam batu tersebut. Batu kalsedon
tertentu akan mengkilau dari dalam setelah dipoles secara teratur.
43

Gambar 3.6
Mineral Kalsedon

3.2.7 Mineral Sulfur


Belerang atau Sulfur adalah unsur kimia dengan jumlah atom 16 dan simbol
atom S. Pada suhu kamar, sulfur adalah padatan kristal berwarna kuning.
Meskipun sulfur tidak larut dalam air, tetapi sulfur adalah salah satu elemen
paling serbaguna dalam membentuk senyawa. Sulfur (belerang) dapat bereaksi
dan membentuk senyawa dengan semua unsur kecuali emas, yodium, iridium,
nitrogen, platina, telurium, dan gas inert. Sulfur sebenarnya jumlahnya sangat
melimpah, namun jarang ditemukan dalam bentuk murni di permukaan bumi.
Sebagai sebuah unsur, sulfur merupakan unsur penting dari mineral sulfat dan
sulfida. Sulfur juga merupakan penyusun penting dari banyak gas atmosfir, gas
bawah permukaan, dan gas-gas terlarut. Sulfur merupakan elemen penting yang
berperan dalam eksistensi makhluk hidup karena ia juga berada dalam molekul
organik bahan bakar fosil.

Sulfur berwarna kuning dengan kilap damar, memiliki cerat yang berwarna putih,
belahan tidak jelas dan pecahannya adalah uneven. Sulfur memiliki kekerasan
2 Skala Mohs, dengan kekenyalan mineralnya brittle/rapuh. Sulfur juga
mempunyai berat jenis 2,1 dan bersifat diamagnetik karena tidak mengandung Fe
maupun Mg dan memiliki bentuk sistem Kristal orthorombik.
44

Gambar 3.7
Mineral Sulfur

3.2.8 Mineral Pirit


Nama "Pirit" berasal dari bahasa Yunani "pyr" yang berarti "api." Nama ini
diberikan karena pirit dapat digunakan untuk menciptakan bunga api yang
dibutuhkan untuk membuat api jika dipukul terhadap logam atau bahan keras
lainnya. Pirit bisa terbentuk pada suhu tinggi-rendah dan keterdapatannya bisa
dalam batuan beku, metamorf dan sedimen walaupun dalam jumlahnya yang
sedikit. Pirit adalah mineral berwarna kekuningan dengan kilap logam yang cerah.
Pirit memiliki rumus kimia FeS 2 (disulfida besi) dan merupakan mineral sulfida
yang paling umum dijumpai.

Pirit dapat digolongan mineral non silikat karena tidak mengandung unsure silika
(Si) dan oksigen (O). Pirit merupakan salah satu dari jenis mineral sulfida yang
umum dijumpai di alam, entah sebagai hasil sampingan suatu endapan
hidrotermal ataupun sebagai mineral asesoris dalam beberapa jenis batuan. Tidak
ada penciri mineralisasi tertentu jika anda menjumpai pirit, apalagi dalam jumlah
sedikit.

Di masyarakat, pirit memiliki berbagai julukan yang sangat terkenal diantaranya


yaitu "penghantar emas", "emas muda", bahkan ada yang juga menyebutnya
sebagai "emas palsu". Hal ini dikarenakan pirit mempunyai Warna mineral mirip
emas. Dengan kilap logam dan berat jenis yang tinggi sering menyebabkan orang
keliru untuk membedakan pirit dengan emas, bahkan pada prospectors emas
berpengalaman sekalipun. Namun, yang perlu diperhatikan disini bahwa kedua
mineral ini sering terbentuk bersama-sama, bahkan pada beberapa deposit, pirit
mengandung kandungan emas yang bernilai ekonomis untuk ditambang.
45

Gambar 3.8.
Mineral Pirit
3.2.9 Mineral Klorit
Klorit berwarna hijau dengan kilap kaca, karena kilap yang dimiliki mineral ini
sama dengan kilap yang dimliki oleh kaca, mineral ini dapat digores dengan kaca
dan cerat mineral ini berwarna putih. Mineral ini tersebar secara merata pada
bataun dan merupakan mineral utama penyusun batuan kelimpahannya sekitar
80%. Kuarsa berwarna putih dengan kilap kaca dan kekerasannya tujuh
transparansi mineral transparan dan ceratnya berwarna putih. Mineral ini terletah
diantara laminasi-laminasi klorit dengan bentuk yang prismatic. Kelimpahan
mineral ini pada batuan sekitar 18%.

Berdasarkan komposisi utama penyusun bautannya yang klorit dapat diketahui


bahwa mineral ini terbentuk dari batuan beku basa ataupun ultra basa yang
mengalami metamorfisme, dengan pengaruh yang dominan adalah pengaruh
tekanan. Klorit sendiri merupakan mineral ubahan dari olivine ataupun piroksen,
mineral ini sangat melimpah pada batuan beku basa ataupun ultra basa. Tekanan
mengakibatkan penjajaran-penjajaran mineral pipih dan mineral prismatic.
Diperkirakan batuan ini terbentuk karena metamorfosa regional pada zona
penunjaman lempeng, karena metamorfisme pada daerah ini memiliki pengaruh
tekanan yang tinggi.
46

Gambar 3.9
Mineral Klorit

3.2.10 Mineral Kuarsa


Kuarsa adalah senyawa kimia yang terdiri dari satu bagian silikon dan dua bagian
oksigen atau biasa disebut silikon dioksida (SiO2). Kuarsa merupakan mineral
yang paling berlimpah ditemukan di permukaan bumi dan sifatnya yang unik
dapat membuatnya menjadi salah satu mineral yang paling berguna.

Kuarsa adalah mineral yang terdistribusi secara luas di permukaan bumi. Mineral
ini dapat terbentuk pada semua suhu pembentukan mineral. Kuarsa banyak
ditemukan di batuan beku, metamorf, dan batuan sedimen. Kuarsa sangat tahan
terhadap pelapukan mekanik dan kimia. Daya tahan inilah yang membuat mineral
ini banyak ditemukan di puncak gunung, pantai, sungai, dan gurun pasir. Kuarsa
dapat hadir dimana-mana, berlimpah dan resisten. Tambang deposit kuarsa banyak
ditemukan di seluruh dunia.

Berdasarkan literatur yang ada, kuarsa memiliki berat jenis 2,6 - 2,7, yang berarti
berat kalsit ketika di luar air lebih besar 2,6 - 2,7 x dibanding ketika di dalam air.
Kuarsa tidak memiliki belahan, sehingga belahannya tidak menentu karena tidak
adanya bidang belahan. Kuarsa memiliki pecahan (fracture) concoidal, yaitu
memperlihatkan gelombang yang melengkung di permukaan, seperti kenampakan
bagian luar kulit kerang atau botol yang dipecah. Sifat dalam (tenacity) dari
kuarsa adalah rapuh (brittle), sehingga bila digores menjadi tepung / bubuk dan
mudah hancur jika diberi gaya. Bentuk kristalnya hexagonal, dengan kelas simetri
dihexagonal bypiramidal. Kuarsa bersifat diamagnetik, sehingga tidak dapat
ditarik oleh magnet.
47

Kuarsa tergolong di dalam mineral silikat, dicirikan oleh adanya ikatan antara
unsur Si dengan O. Silikat merupakan gugus molekul yang mengandung
SiO4 tetrahedral. Golongan mineral ini meliputi 25 % dari keseluruhan mineral
yang dikenal dan 40% dari mineral yang umum dijumpai pada batuan.
Pada dasarnya kuarsa yang murni disebut kristal. Kristal selalu menunjukkan
enam sisi pada bagian luar, sedangkan di dalam ketika kita belah kuarsa tidak
mempunyai arah belahan. Bentuk fracture conchoidal dan kilap kaca adalah
penciri utama mineral kuarsa ini.

Gambar 3.10
Mineral Kuarsa

Anda mungkin juga menyukai