Anda di halaman 1dari 8

Nama : Hasya Amirah Tarina

NIM : 1804109010032
Batu Mulia

• Sifat fisik mineral


Sifat fisik mineral adalah sifat yang di miliki oleh suatu mineral yang dapat digunakan
untuk mengenali suatu jenis mineral. Sifat fisik mineral berupa warna, cerat, kilap, bentuk
kristal, pecahan, belahan, kekerasan.

A. Bentuk Kristal
Pada wujudnya sebuah kristal itu seluruhnya telah dapat ditentukan secara ilmu ukur,
dengan mengetahui susut-sudut bidangnya. Dasar penggolongan sistem kristal tersebut ada tiga
hal, yaitu: jumlah sumbu kristal, letak sumbu kristal yang satu dengan yang lain dan parameter
yang digunakan untuk masing-masing sumbu kristal. Adapun beberapa bentuk sistem kristal
sebagai berikut :

1. Sistem isometric : Sistem ini juga disebut sistem reguler, bahkan sering dikenal
sebagai sistem kubus/kubik. Jumlah sumbu kristalnya 3 dan saling tegak lurus satu
dengan yang lainnya. Masing-masing sumbu sama panjangnya.
2. Sistem tetragonal : Sama dengan sistem isometrik, sistem ini mempunyai 3 sumbu
kristal yang masing-masing saling tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai satuan
panjang yang sama. Sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih panjang atau lebih
pendek (umumnya lebih panjang).
3. Sistem rombis : Sistem ini disebut juga orthorombis dan mempunyai 3 sumbu kristal
yang saling tegak lurus satu dengan yang lain. Ketiga sumbu kristal tersebut
mempunyai panjang yang berbeda.
4. Sistem heksagonal : Sistem ini mempunyai empat sumbu kristal, dimana sumbu c
tegak lurus terhadap ketiga sumbu yang lain. Sumbu a, b, dan d masing-masing saling
membentuk sudut 120ᵒ satu terhadap yang lain. Sumbu a, b, dan d mempunyai
panjangyang sama. Sedangkan panjang c berbeda, dapat lebih panjang atau lebih
pendek (umumnya lebih panjang).
5. Sistem trigonal : Beberapa ahli memasukkan sistem ini ke dalam sistem heksagonal.
Demikian pula cara penggambarannya juga sama. Perbedaannya bila pada trigonal
setelah terbentuk bidang dasar, yang berbentuk segienam kemudian dibuat segitiga
degnan menghubungkan dua titik sudut yang melewati satu titik sudutnya.
6. Sistem monoklin : Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari
tiga sumbu yang dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu b; b tegak lurus
terhadap c, tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu tersebut
mempunyai panjang yang tidak sama, umumnya sumbu c yang paling panjang dan
sumbu b yang paling pendek.

B. Warna
Warna mineral dapat dibedakan menjadi dua, yaitu idiokromatik, bila warna mineral
selalu tetap, umumnya dijumpai pada mineral-mineral yang tidak tembus cahaya (opak),
seperti galena, magnetit, pirit; dan alokromatik, bila warna mineral tidak tetap, tergantung
dari material pengotornya. Umumnya terdapat pada mineral-mineral yang tembus cahaya,
seperti kuarsa, kalsit.

C. Kilap
Adalah kesan mineral akibat pantulan cahaya yang dikenakan padanya. Kilap
dibedakan menjadi dua, yaitu kilap logam dan kilap bukan logam. Kilap logam
memberikan kesan seperti logam bila terkena cahaya. Kilap ini biasanya dijumpai pada
mineral-mineral yang mengandung logam atau mineral bijih, seperti emas, galena, pirit,
kalkopirit. Kilap bukan-logam tidak memberikan kesan seperti logam jika terkena cahaya.
Kilap jenis ini dapat dibedakan menjadi :
1. Kilap kaca (vitreous luster) memberikan kesan seperti kaca bila terkena cahaya,
misalnya: kalsit, kuarsa, halit.
2. Kilap intan (adamantine luster) memberikan kesan cemerlang seperti intan, contohnya
intan
3. Kilap sutera (silky luster) memberikan kesan seperti sutera, umumnya terdapat pada
mineral yang mempunyai struktur serat, seperti asbes, aktinolit, gipsum
4. Kilap damar (resinous luster) memberikan kesan seperti damar, contohnya: sfalerit dan
resin
5. Kilap mutiara (pearly luster) memberikan kesan seperti mutiara atau seperti bagian
dalam dari kulit kerang, misalnya talk, dolomit, muskovit, dan tremolit.
6. Kilap lemak (greasy luster) menyerupai lemak atau sabun, contonya talk, serpentin
7. Kilap tanah (earthy) atau kirap guram (dull) kenampakannya buram seperti tanah,
misalnya: kaolin, limonit, bentonit.

D. Kekerasan
Kekerasan adalah ketahanan mineral terhadap suatu goresan. Secara relatif sifat
fisik ini ditentukan dengan menggunakan skala Mohs (1773 – 1839), yang dimulai dari
skala 1 yang paling lunak hingga skala 10 untuk mineral yang paling keras. Skala Mohs
tersebut meliputi (1) talk, (2) gipsum, (3) kalsit, (4) fluorit, (5) apatit, (6) feldspar, (7)
kuarsa, (8) topaz, (9) korundum, dan (10) intan. Masing-masing mineral tersebut diatas
dapat menggores mineral lain yang bernomor lebih kecil dan dapat digores oleh mineral
lain yang bernonor lebih besar. Dengan lain perkataan SKALA MOHS adalah Skala
relative.

E. Gores
Gores adalah warna mineral dalam bentuk bubuk. Gores / Cerat dapat sama atau
berbeda dengan warna mineral. Umumnya warna gores tetap.

F. Belahan
Belahan adalah kenampakan mineral berdasarkan kemampuannya membelah
melalui bidang-bidang belahan yang rata dan licin. Bidang belahan umumnya sejajar
dengan bidang tertentu dari mineral tersebut. Belahan dibagi berdasarkan bagus tidaknya
permukaan bidang belahan, yaitu :
1. Sempurna (perfect), bila bidang belahan sangat rata, bila pecah tidak melalui bidang
belahan agak sukar
2. Baik (good), bidang belahan rata, tetapi tidak sebaik yang sempurna, masih dapat
pecah pada arah lain
3. Jelas (distinct), bidang belahan jelas, tetapi tidak begitu rata, dapat dipecah pada arah
lain dengan mudah
4. Tidak jelas (indistinct), dimana kemungkinanuntuk membentuk belahan dan pecahan
akibat adanya tekanan adalah sama besar
5. Tidak sempurna (imperfect), dimana bidang belahan sangat tidak rata, sehingga
kemungkinan untuk membentuk belahan sangat kecil daripada untuk membentuk
pecahan.
G. Pecahan
Pecahan adalah kemampuan mineral untuk pecah melalui bidang yang tidak rata dan tidak
teratur. Pecahan dapat dibedakan menjadi:
1. Pecahan konkoidal, bila memperlihatkan gelombang yang melengkung di permukaan
2. Pecahan berserat/fibrus, bila menunjukkan kenampakan seperti serat, contohnya asbes,
augit
3. Pecahan tidak rata, bila memperlihatkan permukaan yang tidak teratur dan kasar,
misalnya pada garnet
4. Pecahan rata, bila permukaannya rata dan cukup halus, contohnya: mineral lempung
5. Pecahan runcing, bila permukaannya tidak teratur, kasar, dan ujungnya runcing -
runcing, contohnya mineral kelompok logam murni; tanah, bila kenampakannya
seperti tanah, contohnya mineral lempung.
Bentuk mineral dapat dikatakan kristalin, bila mineral tersebut mempunyai bidang
kristal yang jelas dan disebut amorf, bila tidak mempunyai batas – batas kristal yang jelas.
Mineral-mineral di alam jarang dijumpai dalam bentuk kristalin atau amorf yang ideal, karena
kondisi pertumbuhannya yang biasanya terganggu oleh proses-proses yang lain. Struktur
mineral dapat dibagi menjadi beberapa, yaitu:
1. Granular atau butiran: terdiri atas butiran-butiran mineral yang mempunyai dimensi
sama, isometrik.
2. Struktur kolom, biasanya terdiri dari prisma yang panjang dan bentuknya ramping. Bila
prisma tersebut memanjang dan halus, dikatakan mempunyai struktur _brus atau
berserat.
3. Struktur lembaran atau lamelar, mempunyai kenampakan seperti lembaran. Struktur ini
dibedakan menjadi: tabular, konsentris, dan foliasi.
4. Struktur imitasi, bila mineral menyerupai bentuk benda lain, seperti asikular, _liformis,
membilah, dll. Sifat dalam merupakan reaksi mineral terhadap gaya yang mengenainya,
seperti penekanan, pemotongan, pembengkokan, pematahan, pemukulan atau
penghancuran.

• Sifat kimia mineral


Sifat kimia mineral adalah komposisi kimia suatu mineral merupakan hal yang sangat
mendasar, karena beberapa sifat-sifat mineral/kristal tergantung kepadanya. Umumnya
dikelompokkan menjadi 4 :
- Silikat
- Oksida
- Sulfida
- Karbonat dan Sulfat

1. Mineral Silikat
Mineral silikat adalah mineral yang memiliki unsure pembentuknya yaitu silica ( SiO2
), yang merupakan hasil pembekuan magma. Silicat merupakan 25% dari mineral yang dikenal
dan 40% dari mineral yang dikenali. Hampir 90 % mineral pembentuk batuan adalah dari
kelompok ini, yang merupakan persenyawaan antara silikon dan oksigen dengan beberapa
unsur metal. Karena jumlahnya yang besar, maka hampir 90 % dari berat kerak-Bumi terdiri
dari mineral silikat, dan hampir 100 % dari mantel Bumi (sampai kedalaman 2900 Km dari
kerak Bumi).

2. Mineral Oksida
Mineral oksida adalah mineral yang terbentuk dari kombinasi unsur tertentudengan
gugus anion oksida (O2-) dan gugus hidroksil hidroksida (OH-).

3. Mineral Sulfida
Mineral hasil persenyawaan langsung antara unsur tertentu dengan sulfur (belerang),
seperti besi, perak, tembaga, seng dan merkuri.

4. Mineral Karbonat dan Sulfat


Merupakan persenyawaan dengan ion (CO3)2-, dan disebut “karbonat”, umpamanya
persenyawaan dengan Ca dinamakan “kalsium karbonat”, CaCO3 dikenal sebagai mineral
“kalsit”. Dan Mineral sulfat adalah kombinasi logam dengan anion sufat tersebut..
• Penamaan Batu Mulia
1. Beryl

Mineral Beryl mempunyai system kristal heksagonal atau Mineral


Kristal beryl yang mempunyai bentuk bersudut enam. Mineral Beryl mempunyai suatu
kekerasan 7.5-8, suatu bobot jenis 2.63.-2.80. Mineral Beryl mempunyai suatu kilau
seperti kaca dan dapat tembus cahaya atau transparan. Mineral beryl tersusun atas
mineral silika . Penamaan berasal dari bahasa Yunani masa lampau, beryllos, yang
dipakai untuk menyebut batu "warna hijau-biru air laut", tetapi sampai sekarang hanya
digunakan untuk menyebut batu yang berwarna hijau muda.

2. Kuarsa

Kuarsa memiliki cerat berwarna putih, sehingga jika mineral kuarsa ( apapun
warnanya ) digoreskan pada lempeng porselin atau mineral lain yang lebih keras
daripada kuarsa, maka warna dari serbuk kuarsa yang menggores tersebut akan
berwarna putih. Dalam skala MOHS, kuarsa memiliki derajat kekerasan 7, sehingga
untuk menggoresnya kita bisa menggunakan mineral topaz ( yang memiliki kekerasan
8 ) atau dengan amplas yang memiliki permukaan kasar. Kilap dari kuarsa adalah
kaca. Jika kita pantulkan seberkas cahaya pada kuarsa, maka kilap yang dihasilkan
memberikan kesan seperti kaca. Selain itu, kuarsa juga bersifat tembus cahaya,
sehingga dari sifat transparansinya termasuk mineral yang Transparant. Kuarsa tidak
memiliki belahan, sehingga belahannya tidak menentu karena tidak adanya bidang
belahan. Kuarsa memiliki pecahan ( fracture ) concoidal, yaitu memperlihatkan
gelombang yang melengkung di permukaan, seperti kenampakan bagian luar kulit
kerang atau botol yang dipecah. Bentuk kristalnya hexagonal, dengan kelas simetri
dihexagonal bypiramidal. Kuarsa memiliki rumus kimia SiO2, berat molekul 60,08
gm, dengan komposisi : Silikon 46,74% (Si), Oksigen 53,26% (O2). Kuarsa bersifat
diamagnetic, sehingga tidak dapat ditarik oleh magnet.

3. Zirkon

Zirkon memiliki kilap seperti intan, dengan sistem kristal tetragonal,


mempunyai pecahan kasar, kekerasan 7,5 mohs, cerat berwarna putih, kilap lilin –
logam, belahan sempuran – tidak beraturan, mineral ini berbentuk prisma tetragonal.
Dengan rumus kimia ZrSiO4 (zirkonium silikat), Mineral utama yang mengandung
unsur zirkonium adalah zirkon/zirkonium silika (ZrO2.SiO2) dan
baddeleyit/zirkonium oksida (ZrO2). Kedua mineral ini dijumpai dalam bentuk
senyawa dengan hafnium. Pada umumnya zirkon mengandung unsur besi, kalsium
sodium, mangan, dan unsur lainnya yang menyebabkan warna pada zirkon bervariasi,
seperti putih bening hingga kuning, kehijauan, coklat kemerahan, kuning kecoklatan,
dan gelap.

4. Topaz
Mineral topaz ini memiliki system kristal ortorombik, mempunyai belahan
sempurna, pecahan konkoidal, kekerasan 8 skala mohs, kilap kaca dan mempunyai
gores putih, Topaz adalah mineral silikat yang terdiri dari aluminium dan fluorin
dengan formula kimia Al2SiO4(F,OH)2. Termasuk dalam mineral silikat.
Topaz mengkristal dalam bentuk ortorombik dan sebagian kristalnya berbentuk prisma
berujung piramida atau bentuk lain.

5. Spinel

Spinel memiliki bentuk kristal isometrik, memiliki kekerasan 8 skala mohs,


berwarna transparan hingga opak juga dengan tekstur vitreous hingga mengkilap
(luster) kusam, memiliki gores putih, kilap kaca, pecahan concoidal tidak merata.
Spinel memiliki rumus kimia MgAl2O4, termasuk kedalam mineral oksida.

Anda mungkin juga menyukai