Anda di halaman 1dari 18

Laporan Khusus

Laboratorium Dasar

METODE ANALISA BAHAN DENGAN


MENGGUNAKAN FTIR

Disusun oleh:

Kelompok: A-3

Fatma Aulia 2104103010011

ASISTEN:
Muhammad Daffa Kalbuaji 1804103010073

DOSEN PEMBIMBING:
Dr. Hesti Meilina, ST, M.Si 197605052003122001

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2022

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Spektrofotometer FTIR adalah salah satu instrumen yang banyak
digunakan untuk mengetahui spektrum vibrasi molekul yang dapat digunakan
untuk memprediksi struktur senyawa kimia. Terdapat tiga teknik pengukuran
sampel yang umum digunakan dalam pengukuran spektrum menggunakan FTIR
yaitu Photo Acoustic Spectroscopy (PAS), Attenuated Total Reflectance (ATR),
dan Difuse Reflectance Infrared Fourier Transform (DRIFT). Setiap teknik
memiliki karakteristik spektrum vibrasi molekul tertentu (Sulistyani, 2018).
Spektroskopi Fourier Transform Infrared (FTIR) yang merupakan salah
satu metode pengukuran untuk mendeteksi struktur molekul senyawa melalui
identifikasi gugus fungsi penyusun senyawa. Pengujian dengan spektroskopi
FTIR tidak memerlukan persiapan sampel yang rumit dan bisa digunakan dalam
berbagai fase baik padat, cair mapun gas. Metode spektroskopi yang digunakan
adalah metode spektroskopi absorbsi yang didasarkan atas perbedaan penyerapan
radiasi infra merah oleh molekul suatu materi. Absorbsi inframerah oleh suatu
materi dapat terjadi jika dipenuhi dua syarat yakni kesesuaian antara frekuensi
radiasi infra merah dengan frekuensi vibrasional molekul sampel dan perubahan
momen dipol selama bervibrasi (Sulistyani dan Nuril, 2017).
Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan
visual dengan studi yang lebih mendalam dari absorbsi energi. Absorbsi radiasi
oleh suatu sampel diukur pada berbagai panjang gelombangdan dialirkan oleh
suatu perkam untuk menghasilkan spektrum tertentu yang khas untuk komponen
yang berbeda (Khopkar, 1990).
Penggunaan spektrofotometer Fourier Transform Infrared (FTIR) yang
dikombinasikan dengan kalibrasi multivariat untuk analisis suatu senyawa telah
banyak dikembangkan spektrometer FTIR yang di kombinasikan dengan kalibrasi
multivariat dapat mengukur sampel secara cepat tanpa merusak dan mampu
menganalisis beberapa senyawa secara serentak. Pengukuran spektrum FTIR
dilakukan pada daerah IR tengah (4000-400 cm-¹) dengan melibatkan pengontrol
kerja berupa personal komputer yang dilengkapi dengan perangkat lunak
(Rumoroy dkk., 2019).

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari praktikum ini adalah:
1. Apa kegunaan dan keunggulan metode analisa dengan alat FTIR?
2. Apa hal-hal yang diperlukan dalam prepasi sampel FTIR?
3. Apa prinsip dasar spektrofotometri inframerah dan bagaimana
menggunakannya untuk identifikasi zat/senyawa?
4. Apa gugus fungsi dari suatu zat atau senyawa tersebut?
5. Bagaimana cara menganalisa dan mengolah data Analisa spektrum dari
alat FTIR?

1.3 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari praktikum ini adalah:
1. Mengetahui dan memahami kegunaan dan keunggulan metode analisa
dengan alat FTIR.
2. Mengetahui dan memahami dengan jelas hal-hal yang diperlukan dalam
prepasi sampel FTIR.
3. Memahami prinsip dasar spektrofotometri inframerah dan
menggunakannya untuk identifikasi zat/senyawa.
4. Mengetahui gugus fungsi dari suatu zat atau senyawa.
5. Mengetahui cara menganalisa dan mengolah data analisa spektrum dari
alat FTIR.

1.4 Manfaat Praktikum


Adapun manfaat dari praktikum ini adalah:
1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami kegunaan dan keunggulan
metode analisa dengan alat FTIR.
2. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami dengan jelas hal-hal yang
diperlukan dalam prepasi sampel FTIR.
3. Mahasiswa dapat memahami prinsip dasar spektrofotometri inframerah
dan menggunakannya untuk identifikasi zat/senyawa.
4. Mahasiswa dapat mengetahui gugus fungsi dari suatu zat atau senyawa.
5. Mahasiswa dapat mengetahui cara menganalisa dan mengolah data analisa
spektrum dari alat FTIR.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Spektroskopi
Spektroskopi adalah ilmu yang mempelajari tentang metode-metode untuk
menghasilkan dan menganalisis spektrum. Interpretasi spektrum yang dihasilkan
dapat digunakan untuk analisis unsur kimia, meneliti arus energi atom dan
molekul, meneliti struktur molekul, dan untuk menentukan komposisi dan gerak
benda-benda langit (Danusantoso, 1995).
Dikenal dua kelompok utama spektroskopi, yaitu spektroskopi atom
(emisi) dan spektroskopi molekul (absorpsi). Dasar dari spektroskopi atom adalah
tingkat energi elektron terluar suatu atom atau unsur yang melibatkan energi
elektronik, vibrasi, dan rotasi. sedangkan dasar dari spektroskopi molekul adalah
tingkat energi molekul radiasi yang terabsorpsi (Suarsa, 2015)
Berdasarkan sinyal radiasi elektromagnetik, spektroskopi dibagi menjadi
empat golongan yaitu spektroskopi absorpsi, spektroskopi emisi, spektroskopi
scattering, dan spektroskopi fluoresensi. Pada spektroskopi absorpsi, terdapat
beberapa tipe metode spektroskopi berdasarkan sifat radiasinya, yaitu
spektroskopi absorpsi atom (nyala), absorpsi atom (tanpa nyala) dan absorpsi
sinar-x. Pada spektroskopi emisi, terdapat beberapa tipe metode spektroskopi
yaitu arc spark, plasma argon, emisi atom atau emisi nyala dan emisi sinar-x
(Suarsa, 2015).
Spektrometer merupakan alat yang digunakan dalam pengukuran
spektroskopi yaitu untuk mengukur absorbansi sinar monokromatis oleh suatu
larutan dengan cara melewatkan cahaya pada panjang gelombang spesifik dengan
menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detektor fototube
oleh suatu obyek kaca atau kuarsa yang disebut kuvetdengan sebagian dari cahaya
tersebut akan diserap dan sisanya akan dilewatkan. Nilai absorbansi dari cahaya
yang dilewatkan akan sebanding dengan konsentrasi larutan di dalam kuvet
(Suarsa, 2015).
Jenis spektrometer antara lain adalah spektrometer sinar tampak,
spektrometer ultraungu, spektrometer infra-merah, spektrometer resonansi magnet
inti, spektrometer serapan, spektrometer massa, dan spektrometer fluoresensi.
Perbedaan dari jenis spektrometer tersebut terletak pada sumber cahaya atau
sampel yang disesuaikan dengan apa yang akan diteliti (Suarsa, 2015).

2.2 Spektroskopi Infrared


Spektroskopi inframerah merupakan alat yang cukup untuk menentukan
struktur yang kompleks dan cara koordinasi ligan karboksilat dengan logam dan
logam juga berpengaruh untuk membentuk ikatan dan struktur kompleks (Siahan
dan Hestina, 2018).
Spektroskopi IR didasarkan pada vibrasi suatu molekul Spektroskopi IR
merupakan suatu metode yang mengamati interaksi molekul dengan radiasi
elektromagnetik yang berada pada daerah panjang gelombang 0,75–1000 nm atau
pada bilangan gelombang 13000–10 cm-1. Spektroskopi IR sangat berguna untuk
analisis kualitatif dari senyawa organik dikarenakan spektrum unik yang
dihasilkan oleh setiap senyawa organik dengan puncak struktural yang sesuai
dengan fitur yang berbeda. Selain itu masing-masing kelompok fungsional juga
menyerap sinar IR pada frekuesi yang unik. (Silverstein, 2002).
Metode kuantitatif menggunakan spektrofotometri inframerah dapat
dilakukan dengan cara menghitung % transmitansi atau absorbansi. Perhitungan
derajat deasetilasi (DD%) dari spektra infra merah dapat dilakukan dengan cara
membandingkan absorbansi pada bilangan gelombang suatu gugus dengan
absorbansi pada bilangan gelombang untuk gugus lain sehingga diperoleh nilai
absorbansi pada proses deasetilasi sempurna (Dompeipen, 2017).

2.3 Fourier Transform Infrared (FTIR)


Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR) merupakan salah satu
instrumen yang dapat digunakan untuk mendeteksi emulsi berdasarkan perubahan
gugus fungsi FTIR dilakukan untuk menganalisis gugus fungsi dan dibagi-bagi
menurut kepentingan penggunaannya. Spektrum elektromagnetik infrared
memiliki panjang 14.000-50 cm-1, yang kemudian dikelompokkan menjadi 3 yaitu
infrared dekat (14.000-4.000 cm-1), infrared menengah (4.000-400 cm-1) dan
infrared jauh (400-50 cm-1). FTIR juga dapat untuk menganalisa struktur sekunder
dari polipeptida dan protein sehingga sangat memungkinkan untuk mendeteksi
kerusakan protein pada emulsi ganda berdasarkan keberadaan gugus amida
(Pramono dkk., 2018).
FTIR menggunakan radiasi IR dari sumber cahaya benda hitam yang
meliputi seluruh spektrum IR. Sumber radiasi dimodulasikan dengan
interferometer Michelson dan seluruh frekuensi optikal direkam secara simultan
dalam interferogram yang terukur. Salah satu keunggulan dari FTIR adalah
teknologi pencitraan yang cepat dan tanpa memerlukan pelabelan, seperti bahan
pewarna. Spesifikasi kimia dari FTIR berasal dari interaksi absorpsi dari sinar IR
dengan mode vibrasi dari molekul yang diinterogasi. Informasi yang lengkap dari
spektra IR memungkinkan pendeteksian banyak spesies kimia dalam satu kali
pengukuran. FTIR bisa digunakan dalam tiga konfigurasi: (1) Transmisi, (2)
Pantulan, dan (3) Total pantulan lemah (Wibisono, 2017).
Fourier Transform InfraRed (FTIR) merupakan metode analisis yang
dapat memberikan hasil analisis yang cepat dan akurat. Metode Spektroskopi
FTIR dapat menganalisis tanpa merusak sampel dan hanya dibutuhkan preparasi
sampel yang sederhana. Spektroskopi FTIR juga memiliki tingkat efisiensi yang
tinggi dan ramah terhadap lingkungan, terutama dalam penggunaan pelarut dan
bahan-bahan lainnya yang tidak berlebih (Buana dan Imelda, 2019).
FTIR (Fourier Transform InfraRed) adalah metode yang menggunakan
spektroskopi inframerah. Pada spektroskopi infra merah, radiasi inframerah
dilewatkan pada sampel. Sebagian radiasi inframerah diserap oleh sampel dan
sebagian lagi dilewatkan atau ditransmisikan. Analisis gugus fungsi dengan FTIR
bertujuan untuk mengetahui proses yang terjadi pada pencampuran apakah secara
fisik atau kimia. Sampel ditempatkan ke dalam set holder, kemudian dicari
spektrum yang sesuai. Hasilnya akan didapatkan difraktogram hubungan antara
bilangan gelombang dengan intensitas (Satriawan dan Illing, 2017).
Metode FTIR ini merupakan metode identifikasi yang bersifat cepat,
sederhana, mudah dan relatif murah, bahkan dapat dilakukan uji sampel langsung
tanpa melalui tahap preparasi kimia basah (wet chemistry) yang rumit. Analisa
menggunakan metode FTIR ini melibatkan basis data yang luas dengan analisa
data menggunakan software yang telah disesuaikan. Namun demikian, salah satu
yang menyulitkan interpretasi spektra FTIR adalah perubahan intensitas dan
pergeseran serapan yang seringkali tidak terlihat dan saling tumpang tindih antara
satu spektra dengan spektra yang lain (Prabawati dan Imelda, 2018).
Pada dasarnya spektrometer FTIR sama dengan spektrofotometer IR yang
membedakannya adalah pengembangan pada sistem optiknya sebelum berkas
sinar inframerah melewati sampel.Sistem optik spektrofotometer IR dilengkapi
dengan cermin diam. Dengan demikian radiasi inframerah akan menimbulkan
perbedaan jarak yang ditempuh menuju cermin bergerak dan cermin yang
diam.Pada sistem optik fourier transform infared digunakan radiasi laser yang
berfungsi sebagai radiasi yang diinterferensikan dengan radiasi inframerah agar
sinyal radiasi inframerah yang diterima oleh detektor secara utuh dan lebih
baik (Day dan Underwood, 2002).
Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR) telah muncul sebagai
teknik analisis penting dalam ilmu farmasi. Parameter validasi FTIR adalah
pengulangan dari sistem (presisi), akurasi, rentang linear, batas deteksi (LOD) dan
batas kuantifikasi (LOQ). FTIR adalah teknik analitis untuk molekul organik,
dengan rentang IR (4000 cm-1 – 400 cm-1) yang menginformasikan tentang
struktur dan gugus fungsi dalam analit. FTIR dapat digunakan secara kuantitatif,
sebagai energi yang diserap ada panjang gelombang tertentu sebanding dengan
jumlah obligasi terkait energi, sehingga dengan konsentrasi yang lebih besar dari
analit lebih banyak energi akan diserap (Musfiroh dkk., 2019).
Spektrofotometer FTIR dengan prinsip kerja yang digunakan yaitu
interaksi energi berupa sinar infrared dengan materi berupa senyawa kompleks
yang mengakibatkan molekul-molekul bervibrasi. Vibrasi dapat terjadi karena
energi yang berasal dari sinar inframerah tidak cukup kuat untuk menyebabkan
terjadinya eksitasi elektron pada molekul yang ditembak dimana besarnya energi
vibrasi tiap atom atau molekul berbeda pada atom-atom dan kekuatan ikatan yang
menghubungkannya sehingga dihasilkan frekuensi yang berbeda pula (Eliyana
dan Toto, 2017).
Adapun cara kerja FTIR seperti berikut ini: mula-mula zat yang akan
diukur diidentifikasi berupa atom atau molekul. Sinar inframerah yang berperan
sebagai sumber sinar dibagi menjadi dua berkas, satu dilewatkan melalui sampel
dan yang lain dilewatkan melalui pembanding. Kemudian, secara berturut-turut
melewati chopper. Setelah melalui prisma atau grating, berkas akan jatuh pada
detector dan diubah menjadi sinyal listrik yang kemudian direkam oleh rekorder.
Selanjutnya, amplifier bila sinyal yang dihasilkan sangat lemah (Pambudi dkk.,
2017).
Keuntungan teknik spektroskopi FTIR berpotensi sebagai metode analisis
yang cepat karena dapat dilakukan secara langsung pada sampel tanpa adanya
tahapan pemisahan terlebih dahulu. FTIR telah terbukti menjadi teknik yang
sangat berguna untuk menentukan berbagai pemalsuan produk makanan. Aplikasi
penggunaan alat FTIR adalah kemampuannya dalam mengkarakterisasi gugus
fungsi (Chadijah dkk., 2019).
Dasar pemikiran dari Spektrofotometer FTIR adalah dari persamaan
gelombang yang dirumuskan oleh Jean Baptiste Joseph Fourier (1768-1830)
seorang ahli matematika dari Perancis (Giwangkara, 2006).
Dari deret Fourierlah intensitas gelombang dapat digambarkan sebagai
daerah waktu atau daerah frekuensi. Perubahan gambaran intensitas gelobang
radiasi elektromagnetik dari daerah waktu ke daerah frekuensi atau sebaliknya
disebut Transformasi Fourier (Fourier Transform). Selanjutnya pada sistim optik
peralatan instrumen FTIR dipakai dasar daerah waktu yang non dispersif. Sebagai
contoh aplikasi pemakaian gelombang radiasi elektromagnetik yang berdasarkan
daerah waktu adalah interferometer yang dikemukakan oleh Albert Abraham
Michelson (Harjadi, 1993).
2.4 Polimer
Polimer adalah molekul besar yang tersusun secara berulang dari molekul
molekul kecil yang saling berikatan. Polimer mempunyai massa molekul relatif
sangat besar, yaitu sekitar 500-10.000 kali berat molekul unit ulangnya. Istilah
polimer berasal dari bahasa yunani, polys yaitu banyak dan meros yaitu bagian,
yang berarti banyak bagian atau banyak monomer. Polimer merupakan molekul
besar (makromolekul) yang terbentuk dari susunan unit ulang kimia yang terikat
melalui ikatan kovalen. Unit ulang pada polimer, biasanya ekivalen dengan
monomer, yaitu bahan dasar polimer tersebut (Admadi dan Arnata, 2015).
Polimer dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu polimer alam
(seperti pati, selulosa, dan sutra) dan polimer sintetik (seperti polietilena (PE),
nilon, poli vinil klorida (PVC), polikarbonat (PC), polistirena (PS), dan
polipropena (PP). Bahan-bahan ini biasanya memiliki kepadatan rendah,
sedangkan karakteristik mekanik mereka umumnya berbeda dengan logam dan
bahan keramik (Admadi dan Arnata, 2015).
PET atau PETE (Polyethylene Terephthalate) merupakan plastik dengan
kode 1. PET lebih sering digunakan untuk wadah air mineral, minuman ringan,
teh, saus dan minuman buah. Sebagai wadah, material ini tahan terhadap suhu
panas antara 60 – 85℃. Selain itu juga memiliki ketahanan terhadap larutan asam,
alkali dan alkohol. Kelebihan PET sebagai botol minuman dibandingkan material
lain adalah transparan, kuat, tahan terhadap minyak dan gas sehingga dapat
terhindar dari perubahan aroma dan kontaminan lainnya. Hal tersebut berfungsi
untuk menjaga minuman agar tetap awet selama masa penyimpanan. Botol PET
didesain tahan terhadap kondisi lingkungan oleh karena itu material ini memiliki
laju degradasi dan biodegradasi yang sangat lambat. Cara lain dari proses
degradasi PET adalah dengan metode pemanasan, akan tetapi cara ini memiliki
dampak bahaya dimana proses menghasilkan gas beracun seperti karbon
monoksida dan dioksin. Selain itu plastik yang dibakar juga akan melepaskan
logam berat seperti kadmium dan timbal. Pada aplikasinya botol PET bekas harus
melewati penaganan awal secara fisik yaitu melalui proses pencucian, pencacahan
dan penyortiran ukuran sampai menghasilkan cacahan PET yang memenuhi syarat
untuk diolah pada proses daur ulang. Spesifikasi cacahan botol PET bekas yang
dapat diproses daur ulang ditampilkan pada tabel di bawah ini. (Fitriyano dan
Dika, 2019).
Polietilen (PE) merupakan produk polimer plastik yang paling banyak
dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Pada dasarnya struktur molekul polietilen
adalah sederhana yaitu gandengan atom karbon yang membentuk rantai Panjang
dimana masing-masing atom karbon mengandung dua ikatan dengan atom
hydrogen (Rochmadi dan Permono, 2015)
Polietilen sendiri masih terbagi atas beberapa jenis seperti high density
polyethylene (HDPE), medium density polyethylene (MDPE), low density
polyethylene (LDPE), linear low density polyethylene (LLDPE), very low density
polyethylene (VLDPE), dan ultra-high molecular weight polyethylene
(UHMWPE). Dari sekian jenis polietilen, LDPE dan HDPE yang paling banyak
diproduksi. HDPE yang notabene densitasnya tinggi rantainya dalam bentuk
linier. Jdi dari sutu bahan polimer terkandung deretan rantai molekul-molekul
polietilen yang karena linier (lurus) maka terstruktur rapi. Oleh karenanya dalam
satuan volume bahan polimer tertentu terkandung relative banyak molekul. Lain
halnya dengan LDPE yang mempunyai banyak rantai cabang. Dengan struktur
rantai cabang maka dalam satuan volume tertentu akan mengandung molekul
polietilen dengan jumlah relative lebih sedikit sehingga densitasnya lebih rendah
disbanding densitas HDPE (Rochmadi dan Permono, 2015).
Polypropylene (PP) yang termasuk dalam kelompok thermoplastik, dalam
spesifikasi tertentu polypropylene juga dapat dibuat sebagai fiber. Secara umum
polypropylene mempunyai suhu pelelehan lebih tinggi daripada polietilena
polypropylene bisa tahan sampai suhu 165℃, oleh karenanya beberapa produk
rumah tangga seperti piring plastik (yang kadang menerima panas dari nasi)
dibuat dari polypropylene. Sebagai fiber polypropylene banyak dimanfaatkan
untuk karpet dalam rumah maupun sebagai rumput sintesis untuk pelatihan
olahraga golf misalnya (Rochmadi dan Permono, 2015).
Polivinil klorida atau PVC sangat dikenal di masyarakat yaitu dalam
bentuk pipa paralon. Namu demikian, sebenarnya masih cukup banyak produk
PVC lain seperti jas hujan, isolator listrik, boneka, dan lain sebagainya. Pada
kenyataannya rekayasa polimerisasi vinil klorida menjadi PVC dapat
menghasilkan produk PVC bertipe kaku dan tipe lunak. PVC tipe lunak dapat
diperoleh bila selama proses polimerisasi ditambahkan plasticizer. Sedangkan
polimerisasi tanpa menambahkan plasticizer akan diperoleh PVC tipe kaku
mempunyai berat molekul 25.000-150.000. Untuk jenis pvc yang lebih tahan
panas dapat diperoleh dengan klorinasi sehingga didapatkan chlorinated polyvinyl
chloride (CPVC). Produk PVC yang dapat diperoleh melalui pencampuran dengan
ABS (akrilonitril-butadiena-stiren). Sebaliknya untuk PVC yang sangat lunak
sehingga dapat dalam bentuk plastik film dapat diperoleh dengan kopolimerisasi
PVC dengan vinilidin klorida atau vinil asetat (Rochmadi dan Permono, 2015).
Polistiren (PS) yang dikenal di masyarakat terdiri atas tiga tipe yaitu
general purpuso polystyrene (GPPS), high impact polystyrene (HIPS), expendable
polystyrene (EPS) dan produk kopolimer bersama senyawa lain. Secara komersial
peredaran produk politik yang cukup luas. Beberapa produk seperti boneka,
pengering rambut (hair drier) dan beberapa peralatan dapur dari plastik terbuat
dari polistiren. Juga gabus putih yang banyak dipakai sebagai perlengkapan
pengemas atau wadah makanan instan, merupakan EPS. Polistiren adalah polimer
stiren yang termasuk dalam kategori thermoplastik. Polistiren dibuat dari
monomer stiren dengan reaksi radikal bebas. Struktur polistiren terdiri atas rantai
hidrokarbon panjang di mana pada salah satu atom karbon terdapat gugus fenil
(Rochmadi dan Permono, 2015).
Other (biasanya polikarbonat) bisa didapatkan di tempat makanan dan
minuman seperti botol minum olahraga. Polycarbonate bisa mengeluarkan bahan
utamanya yaitu Bisphenol-A ke dalam makanan dan minuman, yang berpotensi
merusak sistem hormone. Bahan plastik dari polikarbonat harus dihindari (Millati,
2010).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
Adapun alat yang digunakan adalah sebagai berikut Jumlah
1. Pipet tetes 4 buah
2. Interferometer FTIR Shimadzu 8400 1 unit

3.1.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan adalah sebagai berikut Jumlah
1. Tissue Secukupnya
2. Sampel sirup obat OBH Secukupnya
3. Sampel sirup obat Siladex Secukupnya
4. Sampel sirup obat Stimuno Secukupnya

3.2 Prosedur Kerja


3.2.1 Preparasi Sampel
1. Disiapkan 3 jenis sampel cair berupa sirup obat dengan merk berbeda
yaitu sirup obat OBH, sirup obat Siladex, dan sirup obat Stimuno
2. Sampel diambil menggunakan pipet tetes
3. Sampel di letakkan pada sampel holder hingga menutupi sampel holder

3.2.2 Penggunaan Alat FTIR Shimadzu 8400


1. Menyalakan Instrumen dan Inisialisasi

1. Dinyalakan alat FTIR Shimadzu 8400.


2. Dinyalakan komputer > klik 2x ikon IR Solution.
3. Dipilih measure tab > measurement menu > inializer.
4. Ditunggu sampai muncul tulisan init succes.
5. Ditampilkan warna hijau pada layar instrumen status.
6. Dicek terlebih dahulu alat FTIR masih berungsi dengan baik atau tidak.
2. Pengukuran
1. Diatur instrumem parameter > data dengan setting % transmittance, Happ
Genzel, 45,40,400-4000.
2. Disiapkan background > klik BKG kemudia dipasang tempat pengukuran
sampel menurut jenis sampel yang diuji (sampel cairan)
3. Disiapkan sampel cairan berupa sirup obat, diisi comment dan data file >
klik sampel.
4. Untuk jenis sampel cairan, sampel sirup obat yang sudah disiapkan
diletakkan pada bagian sampel holder dan selanjutnya dilakukan proses
pengukuran FTIR. Diulangi langkah untuk sampel berikutnya

3. Mematikan Instrumen
1. Ditutup file terbuka > file > close all
2. Ditutup software IR Solution > file > exit.
3. Dimatikan komputer dan alat FTIR Shimadzu 8400.
4. Kabel power dibiarkan tetap terpasang untuk membiarkan detector internal
instrument tetap bekerja (pada IR prestige) ditandai dengan lampu orange
tetap menyala

4. Pengolahan Data
Adapun prosedur dari pengolahan data adalah sebagai berikut :
1. Didapatkan data dari sampel yang telah diukur berupa format teks.
2. Diolah data tersebut dalam excel agar dapat dibuka grafik untuk data
sampel yang telah diukur.
3. Disalin data tersebut dan ditampilkan ke format kerja excel.
4. Diklik paste > use text import wizard hingga muncul tab seperti ini lalu
klik file
5. Dipilih tab dan comma > next > finish

6. Diblok kolom A > insert > scatter > scatter with smooth lines. Dihapus
garis belakang grafik. Kemudian diklik pada kurva > select data > add >
masukkan data untuk value x dan value y.
7. Diklik “design” , “add chart element”.”axis title”, kemudian diklik “format
axis” pada grafik, diubah maksimum menjadi 400, maksimum 4000, major
400, minor 100 lalu dicentang “ values in reverse order” dan “maximum
axis value”.

5. Analisa Sampel
1. Dihasilkan spektrum yang berbeda dari tiap sampel cairan.
2. Dilakukan perbandingan hasil spektrum dengan spektrum standardnya.
3. Dijelaskan secara detail kandungan gugus pada sampel.

Anda mungkin juga menyukai